SlideShare a Scribd company logo
NYERI KANKER
Nyeri Kanker
• Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling
sering ditemui pada pasien kanker. Frekuensinya
sekitar 30- 50% pada pasien yang sedang menjalani
terapi dan meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap
lanjut.
• WHO World Cancer Report 2014 menunjukkan angka insidens
kejadian diagnosis kanker baru dan angka kematian akibat
kanker yang tinggi dan diperkirakan meningkat sebanyak 70%
dalam dua decade ke depan.
• Keluhan nyeri ini dapat dirasakan dalam setiap fase perkembangan
kanker (Gambar 1), mulai dari fase penegakan diagnosis ataupun staging,
fase kemoterapi, fase pembedahan, fase remisi, fase relaps, ataupun fase
kesintasan (survivorship).
• Sindrom nyeri kanker dapat dibagi secara luas menjadi tipe akut dan
kronik. Sindrom nyeri kanker akut biasanya ditemukan dalam proses
diagnostik atau terapi intervensi, sedangkan pada yang kronik
berhubungan langsung dengan kanker itu sendiri atau terapi
antineoplastik.
Patofisiologi
1. Faktor-faktor Sel Tumor
2. Asidosis Jaringan Terinduksi Sel Tumor
3. Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor
4. Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik
5. Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor
6. Proses Sensitisasi Sentral
Patofisiologi
Faktor sel-sel tumor
• Sel tumor mensekresi berbagai factor yang diperlukan untuk
pertumbuhannya, seperti bradikinin, kanabinoid, endotelin, interleukin- 6
(IL-6), granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), nerve
growth factors (NGF), protease, dan tumor necrosis factor-a (TNF-a), yang
merangsang reseptor nyeri.
Asidosis jaringan yang terinduksi tumor
• Jaringan sekitar tumor dengan pH rendah ini akan mengaktifkan ujung
serabut saraf sensori bebas dan mengaktifkan transient receptor potential
vanilloid 1 (TRPVl) atau reseptor kapsaisin. Sensasi sensorik yang
ditimbulkan adalah rasa panas di daerah jaringan tumor.
• Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor
• Terjadi peningkatan aktifitas resopsi pada tulang, yang diakibatkan oleh sel kanker
yang merangsang osteoblast melepaskan RANK (activator of nuclear factor kappa-
ß) dan osteoprotegerin.
• Aktivasi osteoklas tersebut menyebabkan destruksi tulang, sehingga
mengaktifkan serabut saraf bebas dalam tulang dan terjadi penekanan
serta Periosteum 'Fulang. Edema pada jaringan sekitarnya yang
menimbulkan nyeri hebat saat bergerak atau menyangga beban dan
instabilitas .mekanik tulang.
Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik
• Sel tumor dan sel stromal dapat menginfiltrasi jaringan ikat di sekitarnya
yang mengandung serabut saraf bebas. Sel abnormal ini akan
menhancurkan bagian distal dari serabut saraf sensoris bebas, dan
sejalan dengan waktu akan menyebabkan diskontinuitas dan fragmentasi
sel saraf.
Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor
• Sel tumor dan sel stromal dapat menginduksi pertumbuhan abnormal
serabut saraf bebas dan formasi neuroma. Hal ini menimbulkan
perubahan fenotip sensoris dan serabut saraf simpatis, termasuk
ketidakseimbangan saluran ion Natrium, sehingga menyebabkan eksitasi
spontan dan cetusan ektopik terkait pergerakan, yang dirasakan sebagai
rasa nyeri.
Proses sensitasi sentral
• Pada nyeri kanker terjadi reorganisasi struktur yang signifikan di susunan
saraf tepi dan pusat akibat perubahan komunikasi dari struktur saraf itu
sendiri. Sebagai contoh, mediator kimia yang dilepas oleh sel glia
teraktifasi nyeri terus menerus dapat mengontrol amplituda respons
sinaptik dengan mengubah tingkat ekspresi reseptor N-methyi-D-aspartate
(NMDA) dan alpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4- isoxazolepropionic acid
(AMPA), serta .fosforilasi keduanya
Gejala klinis
• Gejala nyeri yang dialami oleh pasien harus dipahami
berdasarkan karakteristik nyeri, seperti intensitas, kualitas,
distribusi, dan hubungan waktu antar kejadian nyeri (temporal
relationship).
Diagnosis
• Seperti halnya penyakit lain, diagnosis nyeri kanker ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang untuk mendapatkan
karakteristik nyeri dan konfirmasi diagnosis nyeri kanker. Untuk lebih
memudahkan tata laksana, data karakteristik nyeri dan temuan fisik yang
merupakan konsekuensi spesifik dari penyakit kanker atau terapinya
dikumpulkan ke dalam suatu sindrom, yaitu sindrom nyeri kanker.
Tatalaksana
1. Terapi simtomatis dan suportif: berupa analgesic beserta adjuvannya,
terapi nonfarmakologis (psikososial dan spiritual) atau radioterapi.
2. Terapi definitif, dengan menghilangkan dan mengecilkan ukuran massa
tumor sebagai sumber nyeri; terutama berupa reseksi tumor, atau
menggunakan kemoterapi dan radioterapi.
Proses tata laksana nyeri secara umum terdiri dari 5
tahapan utama, yaitu :
1.Penilaian Nyeri
2.Analisis Nyeri
3.Evaluasi
4.Terapi
5.Dokumentasi
• Penilaian Nyeri
• Nyeri harus ditanyakan secara khusus atau diperkirakan dari besarnya massa, adanya daerah
yang ulkus, atau pada pemeriksaan penunjang tampak gambaran kerusakan tulang atau
jaringan saraf di sekitarnya. Demikian pula pada pasien dengan penurunan kesadaran, nyeri
dapat berupa menyeringai di wajah atau gelisah.
• Analisa Nyeri
• Derajat beratnya nyeri: ditentukan termasuk nyeri ringan, sedang, atau berat Skala yang paling umum
digunakan adalah VISUal Analog Scale (VAS) atau Numeric Rating Scale (NRS) untuk pasien yang
sadar dan kooperatif.
• Pada pasien yang tidak kooperatif atau idak sadar dapat digunakan Face, Legs Activio/, Cry,
Consolability (FLACC) Scale.
• Tipe nyeri: nyeri neuropatik, nosiseptif, atau nyeri campuran (mixed pain).
• Durasi: akut, kronik, atau nyeri sontak.
• Lokasi: lokal, atau radikular jika menjalar sesuai dengan persarafan dari sumber nyeri ke area lain)
Evaluasi
• Pasien yang telah ditentukan target terapi dan mendapatkan terapi nyeri
harus dievaluasi dan dipantau keberhasilannya.
• Evaluasi ini tergantung derajat nyerinya; pada nyeri ringan dipantau setiap
8 jam, nyeri sedang setiap 2 jam, dan nyeri berat setiap 1 jam. Targetnya
adalah pengurangan nyeri hingga 30% dan perbaikan fungsional.
• Terapi
• Pemberian terapi simptomatis nyeri dengan menggunakan
WHO stepladder mengacu kepada skala nyeri:
• nyeri ringan pada anak tangga pertama,
• nyeri sedang merupakan anak tangga kedua,
• nyeri berat menempati anak tangga ketiga
OPIOID SWITCHING
• Merupakan proses pergantian suatu opioid ke opioid lain untuk
mendapatkan efek anti nyeri lebih baik dengan efek samping seminimal
mungkin.
• Parameter keberhasilan : Penurunan Intensitas nyeri ≥ 33%, dan/atau
berkurangnya efek samping opioid.
• Indikasi Opioid Switching :
1. Nyeri terkontrol tetapi muncul efek samping serius
2. Nyeri belum terkontrol adekuat namun tidak bisa ekskalasi dosis opioid
karena efek samping
3. Nyeri yang belum terkontrol dengan opioid walaupun tanpa efek
samping.
OPIOID SWITCHING
ANALGESIK ADJUVAN NYERI KANKER
Patokan kesuksesan terapi yang sesuai dan secara
bertahap adalah:
1. Rasa nyeri terkontrol pada saat tidur malam
2. Rasa nyeri terkontrol pada saat istirahat dalam sehari penuh
3. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas terbatas
4. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas penuh ·
Nyeri kanker dapat dikatakan telah terkontrol jika setelah mendapat tata
laksana, nyeri dirasakan hilang atau berkurang 50%, dan dapat
ditoleransi pada keadaan tertentu. Konsep nyeri terkontrol ini
disampaikan dengan pengertian yang sesuai dengan harapan dan
pendidikan pasien.
TERAPI DEFINITIF DAN SUPORTIF
• Pada nyeri yang diakibatkan oleh ukuran massa yang besar, perlu
dilakukan reseksi atau pengurangan volume tumor untuk mengurangi
nyeri dengan tindakan operatif, kemoterapi, atau radioterapi. Radioterapi
juga berperan pada nyeri akibat metastasis ke tulang vertebra, dengan
menginaktivasi sel tumor mencegah proses kerusakan lebih lanjut.
• Demikian pula pemberian bifosfonat, suatu agen penghambat osteoklas
akan berperan menurunkan resorpsi tulang yang menyebabkan nyeri. Ke
semua hal tersebut akan sangat membantu mengurangi dosis obat-obatan
terutama opioid, sehingga pasien juga bisa terhindar dari efek samping
yang berlebihan.
PENANGANAN BREAKTHROUGH PAIN (NYERI
SONTAK)
Breakthrough pain dibagi menjadi 4 :
1. End of Dose
2. Nyeri Persisten
BREAKTHROUGH PAIN
• Merupakan merupakan nyeri yang gagal terkontrol atau muncul
secara sontak dengan opioid rutin.
• Terbagi 2
1. End of Dose : nyeri muncul pada akhir dosis sebelum pemberian
dosis berikutnya.
2. Nyeri persisten : nyeri tidak terkontrol terus menerus dengan
pemberian opioid
BREAKTHROUGH PAIN
PENYEBAB :
1. Dapat diprediksi : berhubungan erat dengan penyebab yang
diketahui
2. Tidak dapat diprediksi : tidak berhubungan secara konsisten dengan
kecurigaan penyebab
BREAKTHROUGH PAIN
PENANGANAN :
1. END OF DOSE : menaikkan dosis harian pasien atau meningkatkan
frekuensi pemberian, disarankan menaikkan dosis 10-20% dari
total dosis dalam 24 jam terakhir.
2. NYERI PERSISTEN : diberikan opioid kerja panjang dan diberikan
dosis eksaserbasi sebesar 10-20% setiap jam.
EFEK SAMPING PEMBERIAN OPIOID
nyeri kanker.pptx

More Related Content

Similar to nyeri kanker.pptx

Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptxNeurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
mthoriqurrmd
 
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptxMultimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
denjow87
 
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptxFARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
RodhiRestino
 
System of Neuromuskuloskeletal
System  of NeuromuskuloskeletalSystem  of Neuromuskuloskeletal
System of Neuromuskuloskeletal
Muslim Community Association
 
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
ssuserf778e8
 
ASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.ppt
sri syla
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Monita Ningtyas
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
TomiSuranta
 
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptxKONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
LEILISETIAWANROSYID
 
swamedikasi nyeri dan demam
swamedikasi nyeri dan demamswamedikasi nyeri dan demam
swamedikasi nyeri dan demam
Defin Mulyani
 
Current management of chemotherapy induced polyneuropathy
Current management of chemotherapy induced polyneuropathyCurrent management of chemotherapy induced polyneuropathy
Current management of chemotherapy induced polyneuropathy
CalvinTanuwijaya1
 
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptxMenajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
razgrizamora
 
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptxPENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
LienardyPrawira1
 
LP NYERI.docx
LP NYERI.docxLP NYERI.docx
LP NYERI.docx
ayupuspitawangi
 
Penilaian Nyeri_udayana.pdf
Penilaian Nyeri_udayana.pdfPenilaian Nyeri_udayana.pdf
Penilaian Nyeri_udayana.pdf
ErnieTandiAyu
 
Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut
fikanurifathuljannah
 
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdfmateri tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
SopiOktapiani
 
Chapter ii 9
Chapter ii 9Chapter ii 9
Chapter ii 9
Yabniel Lit Jingga
 

Similar to nyeri kanker.pptx (20)

Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptxNeurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
Neurolitik Blok Hipogastric Superior pada Nyeri Kanker Serviks.pptx
 
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptxMultimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
 
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptxFARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
FARMAKOTERAPI II fixxxxx.pptx
 
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatanKenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
 
System of Neuromuskuloskeletal
System  of NeuromuskuloskeletalSystem  of Neuromuskuloskeletal
System of Neuromuskuloskeletal
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR CRURIS
 
ASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.ppt
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptxKONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
 
swamedikasi nyeri dan demam
swamedikasi nyeri dan demamswamedikasi nyeri dan demam
swamedikasi nyeri dan demam
 
Current management of chemotherapy induced polyneuropathy
Current management of chemotherapy induced polyneuropathyCurrent management of chemotherapy induced polyneuropathy
Current management of chemotherapy induced polyneuropathy
 
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptxMenajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
 
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptxPENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
PENATALAKSANAAN NYERI PADA LUKA BAKAR.pptx
 
LP NYERI.docx
LP NYERI.docxLP NYERI.docx
LP NYERI.docx
 
Penilaian Nyeri_udayana.pdf
Penilaian Nyeri_udayana.pdfPenilaian Nyeri_udayana.pdf
Penilaian Nyeri_udayana.pdf
 
Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut Resume askep nyeri akut
Resume askep nyeri akut
 
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdfmateri tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
materi tentang Anestetik dan Psikofarmaka.pdf
 
Chapter ii 9
Chapter ii 9Chapter ii 9
Chapter ii 9
 

Recently uploaded

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 

Recently uploaded (20)

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 

nyeri kanker.pptx

  • 1.
  • 3. Nyeri Kanker • Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada pasien kanker. Frekuensinya sekitar 30- 50% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut. • WHO World Cancer Report 2014 menunjukkan angka insidens kejadian diagnosis kanker baru dan angka kematian akibat kanker yang tinggi dan diperkirakan meningkat sebanyak 70% dalam dua decade ke depan.
  • 4. • Keluhan nyeri ini dapat dirasakan dalam setiap fase perkembangan kanker (Gambar 1), mulai dari fase penegakan diagnosis ataupun staging, fase kemoterapi, fase pembedahan, fase remisi, fase relaps, ataupun fase kesintasan (survivorship). • Sindrom nyeri kanker dapat dibagi secara luas menjadi tipe akut dan kronik. Sindrom nyeri kanker akut biasanya ditemukan dalam proses diagnostik atau terapi intervensi, sedangkan pada yang kronik berhubungan langsung dengan kanker itu sendiri atau terapi antineoplastik.
  • 5.
  • 6. Patofisiologi 1. Faktor-faktor Sel Tumor 2. Asidosis Jaringan Terinduksi Sel Tumor 3. Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor 4. Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik 5. Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor 6. Proses Sensitisasi Sentral
  • 7. Patofisiologi Faktor sel-sel tumor • Sel tumor mensekresi berbagai factor yang diperlukan untuk pertumbuhannya, seperti bradikinin, kanabinoid, endotelin, interleukin- 6 (IL-6), granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), nerve growth factors (NGF), protease, dan tumor necrosis factor-a (TNF-a), yang merangsang reseptor nyeri. Asidosis jaringan yang terinduksi tumor • Jaringan sekitar tumor dengan pH rendah ini akan mengaktifkan ujung serabut saraf sensori bebas dan mengaktifkan transient receptor potential vanilloid 1 (TRPVl) atau reseptor kapsaisin. Sensasi sensorik yang ditimbulkan adalah rasa panas di daerah jaringan tumor.
  • 8.
  • 9. • Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor • Terjadi peningkatan aktifitas resopsi pada tulang, yang diakibatkan oleh sel kanker yang merangsang osteoblast melepaskan RANK (activator of nuclear factor kappa- ß) dan osteoprotegerin. • Aktivasi osteoklas tersebut menyebabkan destruksi tulang, sehingga mengaktifkan serabut saraf bebas dalam tulang dan terjadi penekanan serta Periosteum 'Fulang. Edema pada jaringan sekitarnya yang menimbulkan nyeri hebat saat bergerak atau menyangga beban dan instabilitas .mekanik tulang.
  • 10.
  • 11. Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik • Sel tumor dan sel stromal dapat menginfiltrasi jaringan ikat di sekitarnya yang mengandung serabut saraf bebas. Sel abnormal ini akan menhancurkan bagian distal dari serabut saraf sensoris bebas, dan sejalan dengan waktu akan menyebabkan diskontinuitas dan fragmentasi sel saraf. Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor • Sel tumor dan sel stromal dapat menginduksi pertumbuhan abnormal serabut saraf bebas dan formasi neuroma. Hal ini menimbulkan perubahan fenotip sensoris dan serabut saraf simpatis, termasuk ketidakseimbangan saluran ion Natrium, sehingga menyebabkan eksitasi spontan dan cetusan ektopik terkait pergerakan, yang dirasakan sebagai rasa nyeri.
  • 12. Proses sensitasi sentral • Pada nyeri kanker terjadi reorganisasi struktur yang signifikan di susunan saraf tepi dan pusat akibat perubahan komunikasi dari struktur saraf itu sendiri. Sebagai contoh, mediator kimia yang dilepas oleh sel glia teraktifasi nyeri terus menerus dapat mengontrol amplituda respons sinaptik dengan mengubah tingkat ekspresi reseptor N-methyi-D-aspartate (NMDA) dan alpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4- isoxazolepropionic acid (AMPA), serta .fosforilasi keduanya
  • 13.
  • 14. Gejala klinis • Gejala nyeri yang dialami oleh pasien harus dipahami berdasarkan karakteristik nyeri, seperti intensitas, kualitas, distribusi, dan hubungan waktu antar kejadian nyeri (temporal relationship).
  • 15.
  • 16. Diagnosis • Seperti halnya penyakit lain, diagnosis nyeri kanker ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang untuk mendapatkan karakteristik nyeri dan konfirmasi diagnosis nyeri kanker. Untuk lebih memudahkan tata laksana, data karakteristik nyeri dan temuan fisik yang merupakan konsekuensi spesifik dari penyakit kanker atau terapinya dikumpulkan ke dalam suatu sindrom, yaitu sindrom nyeri kanker.
  • 17.
  • 18. Tatalaksana 1. Terapi simtomatis dan suportif: berupa analgesic beserta adjuvannya, terapi nonfarmakologis (psikososial dan spiritual) atau radioterapi. 2. Terapi definitif, dengan menghilangkan dan mengecilkan ukuran massa tumor sebagai sumber nyeri; terutama berupa reseksi tumor, atau menggunakan kemoterapi dan radioterapi.
  • 19. Proses tata laksana nyeri secara umum terdiri dari 5 tahapan utama, yaitu : 1.Penilaian Nyeri 2.Analisis Nyeri 3.Evaluasi 4.Terapi 5.Dokumentasi
  • 20. • Penilaian Nyeri • Nyeri harus ditanyakan secara khusus atau diperkirakan dari besarnya massa, adanya daerah yang ulkus, atau pada pemeriksaan penunjang tampak gambaran kerusakan tulang atau jaringan saraf di sekitarnya. Demikian pula pada pasien dengan penurunan kesadaran, nyeri dapat berupa menyeringai di wajah atau gelisah. • Analisa Nyeri • Derajat beratnya nyeri: ditentukan termasuk nyeri ringan, sedang, atau berat Skala yang paling umum digunakan adalah VISUal Analog Scale (VAS) atau Numeric Rating Scale (NRS) untuk pasien yang sadar dan kooperatif. • Pada pasien yang tidak kooperatif atau idak sadar dapat digunakan Face, Legs Activio/, Cry, Consolability (FLACC) Scale. • Tipe nyeri: nyeri neuropatik, nosiseptif, atau nyeri campuran (mixed pain). • Durasi: akut, kronik, atau nyeri sontak. • Lokasi: lokal, atau radikular jika menjalar sesuai dengan persarafan dari sumber nyeri ke area lain)
  • 21. Evaluasi • Pasien yang telah ditentukan target terapi dan mendapatkan terapi nyeri harus dievaluasi dan dipantau keberhasilannya. • Evaluasi ini tergantung derajat nyerinya; pada nyeri ringan dipantau setiap 8 jam, nyeri sedang setiap 2 jam, dan nyeri berat setiap 1 jam. Targetnya adalah pengurangan nyeri hingga 30% dan perbaikan fungsional.
  • 22. • Terapi • Pemberian terapi simptomatis nyeri dengan menggunakan WHO stepladder mengacu kepada skala nyeri: • nyeri ringan pada anak tangga pertama, • nyeri sedang merupakan anak tangga kedua, • nyeri berat menempati anak tangga ketiga
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26. OPIOID SWITCHING • Merupakan proses pergantian suatu opioid ke opioid lain untuk mendapatkan efek anti nyeri lebih baik dengan efek samping seminimal mungkin. • Parameter keberhasilan : Penurunan Intensitas nyeri ≥ 33%, dan/atau berkurangnya efek samping opioid. • Indikasi Opioid Switching : 1. Nyeri terkontrol tetapi muncul efek samping serius 2. Nyeri belum terkontrol adekuat namun tidak bisa ekskalasi dosis opioid karena efek samping 3. Nyeri yang belum terkontrol dengan opioid walaupun tanpa efek samping.
  • 27.
  • 30. Patokan kesuksesan terapi yang sesuai dan secara bertahap adalah: 1. Rasa nyeri terkontrol pada saat tidur malam 2. Rasa nyeri terkontrol pada saat istirahat dalam sehari penuh 3. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas terbatas 4. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas penuh · Nyeri kanker dapat dikatakan telah terkontrol jika setelah mendapat tata laksana, nyeri dirasakan hilang atau berkurang 50%, dan dapat ditoleransi pada keadaan tertentu. Konsep nyeri terkontrol ini disampaikan dengan pengertian yang sesuai dengan harapan dan pendidikan pasien.
  • 31. TERAPI DEFINITIF DAN SUPORTIF • Pada nyeri yang diakibatkan oleh ukuran massa yang besar, perlu dilakukan reseksi atau pengurangan volume tumor untuk mengurangi nyeri dengan tindakan operatif, kemoterapi, atau radioterapi. Radioterapi juga berperan pada nyeri akibat metastasis ke tulang vertebra, dengan menginaktivasi sel tumor mencegah proses kerusakan lebih lanjut. • Demikian pula pemberian bifosfonat, suatu agen penghambat osteoklas akan berperan menurunkan resorpsi tulang yang menyebabkan nyeri. Ke semua hal tersebut akan sangat membantu mengurangi dosis obat-obatan terutama opioid, sehingga pasien juga bisa terhindar dari efek samping yang berlebihan.
  • 32. PENANGANAN BREAKTHROUGH PAIN (NYERI SONTAK) Breakthrough pain dibagi menjadi 4 : 1. End of Dose 2. Nyeri Persisten
  • 33. BREAKTHROUGH PAIN • Merupakan merupakan nyeri yang gagal terkontrol atau muncul secara sontak dengan opioid rutin. • Terbagi 2 1. End of Dose : nyeri muncul pada akhir dosis sebelum pemberian dosis berikutnya. 2. Nyeri persisten : nyeri tidak terkontrol terus menerus dengan pemberian opioid
  • 34. BREAKTHROUGH PAIN PENYEBAB : 1. Dapat diprediksi : berhubungan erat dengan penyebab yang diketahui 2. Tidak dapat diprediksi : tidak berhubungan secara konsisten dengan kecurigaan penyebab
  • 35. BREAKTHROUGH PAIN PENANGANAN : 1. END OF DOSE : menaikkan dosis harian pasien atau meningkatkan frekuensi pemberian, disarankan menaikkan dosis 10-20% dari total dosis dalam 24 jam terakhir. 2. NYERI PERSISTEN : diberikan opioid kerja panjang dan diberikan dosis eksaserbasi sebesar 10-20% setiap jam.
  • 36.