Nyeri kanker merupakan komplikasi umum pada pasien kanker yang disebabkan oleh berbagai faktor patofisiologis seperti faktor sel tumor, kerusakan saraf, dan proses sensitasi sentral. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri kanker meliputi penilaian karakteristik nyeri, evaluasi respons terapi, serta penggunaan analgesik dan terapi suportif sesuai pedoman WHO. Penanganan nyeri sontak juga perlu dilakukan untuk mengendalikan n
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang definisi nyeri, klasifikasi nyeri berdasarkan patofisiologi, dan prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan nyeri seperti penilaian nyeri, pemilihan obat analgetik sesuai dengan tingkat keparahan nyeri, serta pertimbangan dalam pemberian obat analgesik.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang definisi nyeri, klasifikasi nyeri berdasarkan patofisiologi, dan prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan nyeri seperti penilaian nyeri, pemilihan obat analgetik sesuai dengan tingkat keparahan nyeri, serta pertimbangan dalam pemberian obat analgesik.
Dokumen tersebut membahas osteoartritis (OA), yang merupakan penyakit degeneratif sendi. OA ditandai dengan kerusakan kartilago sendi yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak sendi. Terapi untuk OA meliputi non-farmakologi seperti terapi fisik dan penurunan berat badan, serta farmakologi seperti AINS, analgesik, dan injeksi hialuronat untuk meredakan nyeri. Monitoring terapi dilakukan dengan menilai
Ny. A mengalami nyeri tulang belakang selama 7 hari yang bertambah parah selama 2 minggu hingga 1 bulan. Dari pemeriksaan diduga mengalami osteoporosis yang disebabkan oleh faktor usia, status menopause tanpa penggantian hormon, serta konsumsi kopi berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny. H yang mengalami gangguan rasa nyaman akibat nyeri. Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medik serta keperawatan pada kasus nyeri."
Current management of chemotherapy induced polyneuropathyCalvinTanuwijaya1
Dokumen tersebut membahas tentang tatalaksana neuropati perifer akibat kemoterapi (CIPN). CIPN merupakan efek samping umum dari kemoterapi yang berhubungan dengan dosis obat. Tatalaksananya meliputi pencegahan dengan neuroprotektan, terapi simtomatik seperti analgesik dan antidepresan, serta rehabilitasi. Diagnosis CIPN secara klinis dengan pemeriksaan gejala dan riwayat pasien. Hingga saat ini belum ada
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptxrazgrizamora
Dokumen tersebut membahas mengenai fisiologi nyeri persalinan dan pendekatan untuk mengelola nyeri dan kenyamanan selama persalinan. Beberapa pendekatan yang dijelaskan adalah penggunaan analgesik, terapi non-farmasi seperti musik dan relaksasi, serta posisi yang tepat untuk mengurangi nyeri. Dokumen ini juga membahas dampak warna dan cahaya serta masalah psikososial selama kehamilan dan nifas.
1. Nyeri didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan hanya dapat dirasakan oleh individu yang mengalaminya. 2. Nyeri diklasifikasi menjadi nyeri akut dan kronis, dimana nyeri akut berlangsung kurang dari 6 bulan sedangkan nyeri kronis lebih. 3. Manifestasi klinis nyeri meliputi gangguan tidur, posisi dan gerakan menghindari nyeri, serta perub
Ny. M dirawat karena nyeri akut yang disebabkan oleh jatuh saat duduk di mushola. Pasien mengeluhkan nyeri pada tulang belakang yang menyebar ke leher dan bersifat terus-menerus dengan skala nyeri 7. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan detak jantung cepat. Diagnosa medisnya adalah spinal stenosis dan hasil laboratorium menunjukkan anemia. Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut akibat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang nyeri dan persalinan, termasuk definisi, teori, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing; 2) Juga dijelaskan tahapan persalinan kala 1 beserta subfasenya; 3) Sebab-sebab mulainya persalinan antara lain penurunan hormon, peningkatan prostaglandin, dan tekanan pada pleksus frankenhauser.
Dokumen tersebut membahas osteoartritis (OA), yang merupakan penyakit degeneratif sendi. OA ditandai dengan kerusakan kartilago sendi yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak sendi. Terapi untuk OA meliputi non-farmakologi seperti terapi fisik dan penurunan berat badan, serta farmakologi seperti AINS, analgesik, dan injeksi hialuronat untuk meredakan nyeri. Monitoring terapi dilakukan dengan menilai
Ny. A mengalami nyeri tulang belakang selama 7 hari yang bertambah parah selama 2 minggu hingga 1 bulan. Dari pemeriksaan diduga mengalami osteoporosis yang disebabkan oleh faktor usia, status menopause tanpa penggantian hormon, serta konsumsi kopi berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny. H yang mengalami gangguan rasa nyaman akibat nyeri. Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medik serta keperawatan pada kasus nyeri."
Current management of chemotherapy induced polyneuropathyCalvinTanuwijaya1
Dokumen tersebut membahas tentang tatalaksana neuropati perifer akibat kemoterapi (CIPN). CIPN merupakan efek samping umum dari kemoterapi yang berhubungan dengan dosis obat. Tatalaksananya meliputi pencegahan dengan neuroprotektan, terapi simtomatik seperti analgesik dan antidepresan, serta rehabilitasi. Diagnosis CIPN secara klinis dengan pemeriksaan gejala dan riwayat pasien. Hingga saat ini belum ada
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptxrazgrizamora
Dokumen tersebut membahas mengenai fisiologi nyeri persalinan dan pendekatan untuk mengelola nyeri dan kenyamanan selama persalinan. Beberapa pendekatan yang dijelaskan adalah penggunaan analgesik, terapi non-farmasi seperti musik dan relaksasi, serta posisi yang tepat untuk mengurangi nyeri. Dokumen ini juga membahas dampak warna dan cahaya serta masalah psikososial selama kehamilan dan nifas.
1. Nyeri didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan hanya dapat dirasakan oleh individu yang mengalaminya. 2. Nyeri diklasifikasi menjadi nyeri akut dan kronis, dimana nyeri akut berlangsung kurang dari 6 bulan sedangkan nyeri kronis lebih. 3. Manifestasi klinis nyeri meliputi gangguan tidur, posisi dan gerakan menghindari nyeri, serta perub
Ny. M dirawat karena nyeri akut yang disebabkan oleh jatuh saat duduk di mushola. Pasien mengeluhkan nyeri pada tulang belakang yang menyebar ke leher dan bersifat terus-menerus dengan skala nyeri 7. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan detak jantung cepat. Diagnosa medisnya adalah spinal stenosis dan hasil laboratorium menunjukkan anemia. Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut akibat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang nyeri dan persalinan, termasuk definisi, teori, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing; 2) Juga dijelaskan tahapan persalinan kala 1 beserta subfasenya; 3) Sebab-sebab mulainya persalinan antara lain penurunan hormon, peningkatan prostaglandin, dan tekanan pada pleksus frankenhauser.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. Nyeri Kanker
• Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling
sering ditemui pada pasien kanker. Frekuensinya
sekitar 30- 50% pada pasien yang sedang menjalani
terapi dan meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap
lanjut.
• WHO World Cancer Report 2014 menunjukkan angka insidens
kejadian diagnosis kanker baru dan angka kematian akibat
kanker yang tinggi dan diperkirakan meningkat sebanyak 70%
dalam dua decade ke depan.
4. • Keluhan nyeri ini dapat dirasakan dalam setiap fase perkembangan
kanker (Gambar 1), mulai dari fase penegakan diagnosis ataupun staging,
fase kemoterapi, fase pembedahan, fase remisi, fase relaps, ataupun fase
kesintasan (survivorship).
• Sindrom nyeri kanker dapat dibagi secara luas menjadi tipe akut dan
kronik. Sindrom nyeri kanker akut biasanya ditemukan dalam proses
diagnostik atau terapi intervensi, sedangkan pada yang kronik
berhubungan langsung dengan kanker itu sendiri atau terapi
antineoplastik.
5.
6. Patofisiologi
1. Faktor-faktor Sel Tumor
2. Asidosis Jaringan Terinduksi Sel Tumor
3. Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor
4. Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik
5. Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor
6. Proses Sensitisasi Sentral
7. Patofisiologi
Faktor sel-sel tumor
• Sel tumor mensekresi berbagai factor yang diperlukan untuk
pertumbuhannya, seperti bradikinin, kanabinoid, endotelin, interleukin- 6
(IL-6), granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), nerve
growth factors (NGF), protease, dan tumor necrosis factor-a (TNF-a), yang
merangsang reseptor nyeri.
Asidosis jaringan yang terinduksi tumor
• Jaringan sekitar tumor dengan pH rendah ini akan mengaktifkan ujung
serabut saraf sensori bebas dan mengaktifkan transient receptor potential
vanilloid 1 (TRPVl) atau reseptor kapsaisin. Sensasi sensorik yang
ditimbulkan adalah rasa panas di daerah jaringan tumor.
8.
9. • Instabilitas mekanik skeletal terinduksi sel tumor
• Terjadi peningkatan aktifitas resopsi pada tulang, yang diakibatkan oleh sel kanker
yang merangsang osteoblast melepaskan RANK (activator of nuclear factor kappa-
ß) dan osteoprotegerin.
• Aktivasi osteoklas tersebut menyebabkan destruksi tulang, sehingga
mengaktifkan serabut saraf bebas dalam tulang dan terjadi penekanan
serta Periosteum 'Fulang. Edema pada jaringan sekitarnya yang
menimbulkan nyeri hebat saat bergerak atau menyangga beban dan
instabilitas .mekanik tulang.
10.
11. Kerusakan Sel Saraf Akibat Tumor dan Nyeri Neuropatik
• Sel tumor dan sel stromal dapat menginfiltrasi jaringan ikat di sekitarnya
yang mengandung serabut saraf bebas. Sel abnormal ini akan
menhancurkan bagian distal dari serabut saraf sensoris bebas, dan
sejalan dengan waktu akan menyebabkan diskontinuitas dan fragmentasi
sel saraf.
Formasi Neuroma dan Pertumbuhan Saraf Terinduksi Sel Tumor
• Sel tumor dan sel stromal dapat menginduksi pertumbuhan abnormal
serabut saraf bebas dan formasi neuroma. Hal ini menimbulkan
perubahan fenotip sensoris dan serabut saraf simpatis, termasuk
ketidakseimbangan saluran ion Natrium, sehingga menyebabkan eksitasi
spontan dan cetusan ektopik terkait pergerakan, yang dirasakan sebagai
rasa nyeri.
12. Proses sensitasi sentral
• Pada nyeri kanker terjadi reorganisasi struktur yang signifikan di susunan
saraf tepi dan pusat akibat perubahan komunikasi dari struktur saraf itu
sendiri. Sebagai contoh, mediator kimia yang dilepas oleh sel glia
teraktifasi nyeri terus menerus dapat mengontrol amplituda respons
sinaptik dengan mengubah tingkat ekspresi reseptor N-methyi-D-aspartate
(NMDA) dan alpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4- isoxazolepropionic acid
(AMPA), serta .fosforilasi keduanya
13.
14. Gejala klinis
• Gejala nyeri yang dialami oleh pasien harus dipahami
berdasarkan karakteristik nyeri, seperti intensitas, kualitas,
distribusi, dan hubungan waktu antar kejadian nyeri (temporal
relationship).
15.
16. Diagnosis
• Seperti halnya penyakit lain, diagnosis nyeri kanker ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang untuk mendapatkan
karakteristik nyeri dan konfirmasi diagnosis nyeri kanker. Untuk lebih
memudahkan tata laksana, data karakteristik nyeri dan temuan fisik yang
merupakan konsekuensi spesifik dari penyakit kanker atau terapinya
dikumpulkan ke dalam suatu sindrom, yaitu sindrom nyeri kanker.
17.
18. Tatalaksana
1. Terapi simtomatis dan suportif: berupa analgesic beserta adjuvannya,
terapi nonfarmakologis (psikososial dan spiritual) atau radioterapi.
2. Terapi definitif, dengan menghilangkan dan mengecilkan ukuran massa
tumor sebagai sumber nyeri; terutama berupa reseksi tumor, atau
menggunakan kemoterapi dan radioterapi.
19. Proses tata laksana nyeri secara umum terdiri dari 5
tahapan utama, yaitu :
1.Penilaian Nyeri
2.Analisis Nyeri
3.Evaluasi
4.Terapi
5.Dokumentasi
20. • Penilaian Nyeri
• Nyeri harus ditanyakan secara khusus atau diperkirakan dari besarnya massa, adanya daerah
yang ulkus, atau pada pemeriksaan penunjang tampak gambaran kerusakan tulang atau
jaringan saraf di sekitarnya. Demikian pula pada pasien dengan penurunan kesadaran, nyeri
dapat berupa menyeringai di wajah atau gelisah.
• Analisa Nyeri
• Derajat beratnya nyeri: ditentukan termasuk nyeri ringan, sedang, atau berat Skala yang paling umum
digunakan adalah VISUal Analog Scale (VAS) atau Numeric Rating Scale (NRS) untuk pasien yang
sadar dan kooperatif.
• Pada pasien yang tidak kooperatif atau idak sadar dapat digunakan Face, Legs Activio/, Cry,
Consolability (FLACC) Scale.
• Tipe nyeri: nyeri neuropatik, nosiseptif, atau nyeri campuran (mixed pain).
• Durasi: akut, kronik, atau nyeri sontak.
• Lokasi: lokal, atau radikular jika menjalar sesuai dengan persarafan dari sumber nyeri ke area lain)
21. Evaluasi
• Pasien yang telah ditentukan target terapi dan mendapatkan terapi nyeri
harus dievaluasi dan dipantau keberhasilannya.
• Evaluasi ini tergantung derajat nyerinya; pada nyeri ringan dipantau setiap
8 jam, nyeri sedang setiap 2 jam, dan nyeri berat setiap 1 jam. Targetnya
adalah pengurangan nyeri hingga 30% dan perbaikan fungsional.
22. • Terapi
• Pemberian terapi simptomatis nyeri dengan menggunakan
WHO stepladder mengacu kepada skala nyeri:
• nyeri ringan pada anak tangga pertama,
• nyeri sedang merupakan anak tangga kedua,
• nyeri berat menempati anak tangga ketiga
23.
24.
25.
26. OPIOID SWITCHING
• Merupakan proses pergantian suatu opioid ke opioid lain untuk
mendapatkan efek anti nyeri lebih baik dengan efek samping seminimal
mungkin.
• Parameter keberhasilan : Penurunan Intensitas nyeri ≥ 33%, dan/atau
berkurangnya efek samping opioid.
• Indikasi Opioid Switching :
1. Nyeri terkontrol tetapi muncul efek samping serius
2. Nyeri belum terkontrol adekuat namun tidak bisa ekskalasi dosis opioid
karena efek samping
3. Nyeri yang belum terkontrol dengan opioid walaupun tanpa efek
samping.
30. Patokan kesuksesan terapi yang sesuai dan secara
bertahap adalah:
1. Rasa nyeri terkontrol pada saat tidur malam
2. Rasa nyeri terkontrol pada saat istirahat dalam sehari penuh
3. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas terbatas
4. Rasa nyeri terkontrol pada saat mobilitas penuh ·
Nyeri kanker dapat dikatakan telah terkontrol jika setelah mendapat tata
laksana, nyeri dirasakan hilang atau berkurang 50%, dan dapat
ditoleransi pada keadaan tertentu. Konsep nyeri terkontrol ini
disampaikan dengan pengertian yang sesuai dengan harapan dan
pendidikan pasien.
31. TERAPI DEFINITIF DAN SUPORTIF
• Pada nyeri yang diakibatkan oleh ukuran massa yang besar, perlu
dilakukan reseksi atau pengurangan volume tumor untuk mengurangi
nyeri dengan tindakan operatif, kemoterapi, atau radioterapi. Radioterapi
juga berperan pada nyeri akibat metastasis ke tulang vertebra, dengan
menginaktivasi sel tumor mencegah proses kerusakan lebih lanjut.
• Demikian pula pemberian bifosfonat, suatu agen penghambat osteoklas
akan berperan menurunkan resorpsi tulang yang menyebabkan nyeri. Ke
semua hal tersebut akan sangat membantu mengurangi dosis obat-obatan
terutama opioid, sehingga pasien juga bisa terhindar dari efek samping
yang berlebihan.
32. PENANGANAN BREAKTHROUGH PAIN (NYERI
SONTAK)
Breakthrough pain dibagi menjadi 4 :
1. End of Dose
2. Nyeri Persisten
33. BREAKTHROUGH PAIN
• Merupakan merupakan nyeri yang gagal terkontrol atau muncul
secara sontak dengan opioid rutin.
• Terbagi 2
1. End of Dose : nyeri muncul pada akhir dosis sebelum pemberian
dosis berikutnya.
2. Nyeri persisten : nyeri tidak terkontrol terus menerus dengan
pemberian opioid
34. BREAKTHROUGH PAIN
PENYEBAB :
1. Dapat diprediksi : berhubungan erat dengan penyebab yang
diketahui
2. Tidak dapat diprediksi : tidak berhubungan secara konsisten dengan
kecurigaan penyebab
35. BREAKTHROUGH PAIN
PENANGANAN :
1. END OF DOSE : menaikkan dosis harian pasien atau meningkatkan
frekuensi pemberian, disarankan menaikkan dosis 10-20% dari
total dosis dalam 24 jam terakhir.
2. NYERI PERSISTEN : diberikan opioid kerja panjang dan diberikan
dosis eksaserbasi sebesar 10-20% setiap jam.