SlideShare a Scribd company logo
TUGAS PENGAYAAN
KEPANITRAAN KLINIK MADYA
LABORATORIUM NEUROLOGI
Current Management of Chemotherapy Induced Polyneuropathy
Oleh:
Calvin Tanuwijaya 170070201011010
Pembimbing
dr. Shahdevi Nandar Kurniawan, Sp. S(K)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Definisi
Chemotherapy-induced peripheral neuropathy (CIPN) adalah efek samping yang
umum terjadi berkaitan dengan penggunaan obat kemoterapi. Kejadian efek samping
ini berkaitan dengan dosis pemberian dari obat kemoterapi. Obat kemoterapi yang
dapat menyebabkan terjadinya CIPN meliputi analog platinum (cisplatin, oxaliplatin,
carboplatin), taxane (paclitaxel, docetaxel), vinca alkaloid (vincristine), thalidomide
dan bortezomib (Jordan, Jahn, Sauer, & Jordan, 2019; Kurniawan, 2014).
Epidemiologi
Sekitar 30-40% pasien yang menjalani kemoterapi dengan obat-obatan seperti analog
platinum (cisplatin, oxaliplatin, carboplatin), taxane (paclitaxel, docetaxel), vinca
alkaloid (vincristine), thalidomide dan bortezomib akan mengalami CIPN. Sebuah
studi melaporkan insiden terjadinya CIPN sebesar 68,1% pada bulan pertama setelah
dilakukan kemoterapi, 60,0% pada bulan ke-3, dan 30% pada bulan ke-6 atau lebih.
Studi lain melaporkan pada 80% pasien yang menjalani terapi taxane dan oxaliplatin
mengalami CIPN pada 6 bulan atau bahkan hingga 2 tahun paska kemoterapi. Insiden
CIPN akibat kemoterapi lainnya masih belum didapatkan, namun kemungkinan
insidennya di masa depan diperkirakan akan cenderung meningkat (Hou, Huh, Kim,
Kim, & Abdi, 2018; Jordan et al., 2019; Trivedi, Hershman, & Crew, 2015).
Faktor Resiko
Faktor resiko utama dari CIPN adalah dosis dan durasi dari kemoterapi. Selain itu
faktor demografis, komorbiditas, faktor genetik, diabetes mellitus, usia, paparan
terhadap agen neurotoksik lain, serta orang dengan neuropati sebelumnya juga dapat
memicu peningkatan risiko efek neurotoksik obat kemoterapi. Kemudian
penyalahgunaan alcohol, penyakit metabolik seperti insufisiensi renal, hipotiroidism,
defisiensi vitamin (B1, B6, B12) diperkirakan juga dapat menyebabkan peningkatan
resiko terjadinya CIPN. Masih sedikit yang diketahui tentang gen atau variasi genetik
(polimorfisme) yang mungkin menjadi faktor predisposisi neurotoksisitas perifer
(Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi CIPN bermacam-macam, dengan target komponen yang
berbeda-beda dari sistem saraf perifer (Kurniawan, 2014).
Sebagian besar obat kemoterapi menyebabkan kerusakan pada mitokondria neuronal
dan non-neuronal, menyebabktan terjadinya peningkatan produksi Reactive Oxygen
Species (ROS) dan kemudian akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif.
Peningkatan patologis dalam produksi ROS akan menyebabkan kerusakan pada
biomolekul intraseluler seperti enzim, protein, dan molekul lemak, yang akan
menyebabkan terjadinya demyelinisasi dan kerusakan sitoskeleton dari saraf perifer
dan sensitisasi dari proses transduksi sinyal. Kemudian, ROS dapat menyebabkan
aktivasi dari jalur apoptosis dan meningkatkan produksi dari mediator pro inflamasi.
Proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap mitokondria
sehingga akan meningkatkan produksi dari ROS dan proses patologis dari stress
oksidatif (Starobova & Vetter, 2017).
Dorsal Root Ganglion (DRG) rentan terhadap kerusakan neurotoksik, karena tidak
adanya sawar darah saraf di DRG. Kerusakan pada DRG dapat menyebabkan gejala
sensoris pada CIPN. Target mayor lain dari kemoterapi adalah tubulin (komponen
primer dari mikrotubulin dan dasar struktur sitoskeletal sel). Mikrotubulin merupakan
inti proses transport aksonal yang menjadi target etiologi neurotoksisitas. Toksisitas
pada akson bagian distal, gangguan mekanisme energi akson (kerusakan organel
intraseluler), dan kerusakan vaskuler perifer juga berkontribusi pada terjadinya
neurotoksisitas (Kurniawan, 2014; Staff, Grisold, Grisold, & Windebank, 2017).
Jenis Kemoterapi
(Kurniawan, 2014)
Gambaran Klinis
Neuropati perifer yang terjadi pada CIPN utamanya adalah gangguan sensoris atau
gangguan kombinasi sensorimotor dengan gejala utama parestesia dan rasa tebal di
bagian distal yang dapat disebut juga dengan “glove and stocking distribution”.
Terkadang dapat disertai dengan gejala motoris dan otonom. Disfungsi saraf sensoris
lebih sering dan awal dibanding disfungsi saraf motoris, mungkin disebabkan karena
neuron DRG dan akson sensoris yang mentransmisikan nyeri tidak bermyelin atau
bermyelin tipis dan lebih rentan mengalami kerusakan akibat bahan toksik. Disfungsi
saraf sensoris dapat ditandai dengan adanya gejala negatif pada pemeriksaan fisik
seperti gangguan persepsi dari rabaan, getaran, dan proprioseptif (pemeriksaan garpu
tala). Gangguan sensoris paska penggunaan kemoterapi biasanya menetap beberapa
minggu hingga beberapa bulan paska penghentian kemoterapi. Fenomena ini disebut
dengan “coasting” (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
Mialgia dapat terjadi sebagai presentasi lain dari nyeri neuropatik. Pasien biasanya
mengeluhkan tentang kram otot yang seringkali dipicu oleh aktivitas. Gejala dan tanda
otonom dapat menonjol karena serabut yang membawa sinyal tersebut cenderung tidak
bermyelin dan lebih rentan mengalami kerusakan (Kurniawan, 2014).
Disotonomia dapat muncul berupa mulut kering, konstipasi, gangguan berkemih, dan
intoleransi ortostatik. Selain itu, pasien dengan neuropati yang telah ada sebelumnya
(misalnya diabetik, paraneoplastik, alkoholik, atau herediter) menunjukkan
kecenderungan untuk mengalami neuropati akibat kemoterapi lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien tanpa neuropati sebelumnya (Kurniawan, 2014).
Tabel Gejala dan Tanda CIPN
Derajat Keparahan
(Kurniawan, 2014; Trivedi et al., 2015)
Diagnosis
Diagnosis CIPN adalah secara klinis. Anamnesis dan pemeriksaan klinis adalah metode
yang paling reliable untuk deteksi dini (Kurniawan, 2014).
Tatalaksana
Tatalaksana CIPN difokuskan pada 3 langkah: pencegahan, restorasi fungsional, dan
terapi simtomatik.
1. Pencegahan
Saat ini masih belum ditemukan farmakoterapi yang secara ideal dapat
mencegah terjadinta CIPN. Sehingga dapat dipertimbangkan untuk melakukan
pendekatan dengan strategi pemberian kemoterapi, seperti dosis, rute
pemberian, obat-obatan lain yang digunakan, usia, neuropati lain yang sedang
dialami pasien, dan tipe kanker yang diderita pasien (Jordan et al., 2019; Staff
et al., 2017).
Terdapat perkembangan dalam literatur tentang neuroprotektan yang dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya CIPN dan mencegah penurunan dosis
atau penghentian kemoterapi. Hal ini akan memungkinkan penggunaan
kemoterapi dosis penuh yang secara potensial dapat memperbaiki kontrol
terhadap tumor dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Kriteria neuroprotektan
yang efektif antara lain: 1) dapat ditoleransi dengan baik dan tanpa efek
samping yang melemahkan, 2) tidak boleh mengganggu efikasi antitumor, dan
3) secara efektif mencegah terjadinya CIPN. Beberapa bahan yang diajukan
sebagai neuroprotektan antara lain acetyl-l-carnitine, glutathione, scavenger
radikal bebas amifostine, diethyldithiocarbamate, leukemia-inhibitory factor
(LIF), analog adrenocorticotropic hormone ORG- 2766, erythropoietin, dan
vitamin E (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
Untuk pencegahan non-farmakologi dapat dilakukan cryotherapy/terapi
kompresi dengan menggunakan sarung tangan atau kaos kaki beku. Pada
penelitian, proses pendinginan kulit ini berhubungan secara signifikan dalam
menjaga kekuatan otot setelah 6 bulan menjalani kemoterapi. Hal ini juga
mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien dibandingkan yang tidak
dilakukan cryotherapy. Namun bukti dari terapi ini masih sangat sedikit. Selain
itu latihan penguatan otot juga dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan otot
dan memperbaiki fungsi sensorimotor. Latihan penguatan otot dapat dilakukan
jika tidak terdapat kontraindikasi (Jordan et al., 2019; Trivedi et al., 2015).
2. Tatalaksana Paliatif
Beberapa literatur menyarankan penggunaan analgetik untuk nyeri yang
berhubungan dengan neuropati. Selain itu disebutkan bahwa manajemen
nyerinya sama dengan manajemen nyeri neuropatik lainnya yang meliputi
pemberian analgesik, antidepresan, dan obat antiepileptik seperti gabapentin
dan pregabalin. Disebutkan bahwa penggunaan venlafaxine dosis rendah atau
topiramate untuk memperbaiki nyeri neuropatik akibat oxaliplatin cukup
sukses. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan terapi rehabilitasi, yang
meliputi terapi fisik, terapi okupasi, konseling spiritual dan dukungan
psikologis (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
Tabel
Gejal
a dan
Tand
a
CIPN
Tabel
Gejal
a dan
Tand
a
CIPN
Kesimpulan
CIPN merupakan efek samping yang umum dari penggunaan kemoterapi yang
berhubungan dengan dosis kemoterapi. Neuropati yang terjadi seringkali besifat
melemahkan, sangat mengganggu kualitas hidup pasien, serta berpengaruh pada
keberlangsungan terapi pada pasien. Hingga saat ini masih belum ada strategi yang
dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan gejalanya. Terapinya hanya
terbatas pada perbaikan disestesia dan nyeri. Sehingga penting untuk mendeteksi secara
dini faktor resiko dan gejala dari CIPN serta melakukan pencegahan dan tatalaksana
awal untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi resiko terjadinya
disabilitas jangka panjang pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hou, S., Huh, B., Kim, H. K., Kim, K.-H., & Abdi, S. (2018). Treatment of
Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy: Systematic Review and
Recommendations. Pain Physician, 21(6), 571–592. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30508986
Jordan, B., Jahn, F., Sauer, S., & Jordan, K. (2019). Prevention and Management of
Chemotherapy-Induced Polyneuropathy. Breast Care, 79–84.
https://doi.org/10.1159/000499599
Kurniawan, S. N. (2014). Buku Ajar Neuropati ( Textbook Of Neuropathy ). Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya. Danar Wiaya, Brawijaya University Press,
Malang. p1–244.
Staff, N. P., Grisold, A., Grisold, W., & Windebank, A. J. (2017). Chemotherapy-
Induced Peripheral Neuropathy: A Current Review. 1–19. Retrieved from doi:
10.1002/ana.24951
Starobova, H., & Vetter, I. (2017). Pathophysiology of Chemotherapy-Induced
Peripheral Neuropathy. Frontiers in Molecular Neuroscience, 10(May), 1–21.
https://doi.org/10.3389/fnmol.2017.00174
Trivedi, M. S., Hershman, D. L., & Crew, K. D. (2015). Management of
Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy. The American Journal Of
Hematology/Oncology, 11(1), 4–10.

More Related Content

Similar to Current management of chemotherapy induced polyneuropathy

nyeri kanker.pptx
nyeri kanker.pptxnyeri kanker.pptx
nyeri kanker.pptx
DavidChristian479774
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Tahitian Noni Indonesia | PT.Morinda Independen
 
KB 1 Konsep Perawatan Paliatif
KB 1 Konsep Perawatan PaliatifKB 1 Konsep Perawatan Paliatif
KB 1 Konsep Perawatan PaliatifUwes Chaeruman
 
ASKEP Ca nasofaring-fix
ASKEP Ca nasofaring-fixASKEP Ca nasofaring-fix
ASKEP Ca nasofaring-fix
Nely Eviana
 
Nyeri Kanker.pptx
Nyeri Kanker.pptxNyeri Kanker.pptx
Nyeri Kanker.pptx
RifkaHumaida1
 
Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi
Istikomah Umardani
 
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oralperbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
shelvytucunan1
 
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptxTERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
ekoprastia
 
Kualifikasi STW updated 240821.pptx
Kualifikasi STW updated 240821.pptxKualifikasi STW updated 240821.pptx
Kualifikasi STW updated 240821.pptx
Putriayu744485
 
Tatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptxTatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptx
WaOdeMeutyaZawawi
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
TomiSuranta
 
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSIPPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
Indra875145
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Rachmat Gunadi Wachjudi
 
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptxTipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
AlvinRumimper
 
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptxKEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
HeniSaintt
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
349 409-1-pb
349 409-1-pb349 409-1-pb
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
arungtiku
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
Pocut Kasim
 

Similar to Current management of chemotherapy induced polyneuropathy (20)

nyeri kanker.pptx
nyeri kanker.pptxnyeri kanker.pptx
nyeri kanker.pptx
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
 
KB 1 Konsep Perawatan Paliatif
KB 1 Konsep Perawatan PaliatifKB 1 Konsep Perawatan Paliatif
KB 1 Konsep Perawatan Paliatif
 
ASKEP Ca nasofaring-fix
ASKEP Ca nasofaring-fixASKEP Ca nasofaring-fix
ASKEP Ca nasofaring-fix
 
Nyeri Kanker.pptx
Nyeri Kanker.pptxNyeri Kanker.pptx
Nyeri Kanker.pptx
 
Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi
 
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oralperbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
perbandingan ketoprofen oral dan ibuprofen oral
 
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptxTERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
 
Kualifikasi STW updated 240821.pptx
Kualifikasi STW updated 240821.pptxKualifikasi STW updated 240821.pptx
Kualifikasi STW updated 240821.pptx
 
Tatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptxTatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptx
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
 
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSIPPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
PPT PROPOSAL KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
 
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptxTipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
Tipe DELAYED Adverse Drug Reactions.pptx
 
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptxKEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
KEMOTERAPI Konsep dasar dan rangkaian.pptx
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 
349 409-1-pb
349 409-1-pb349 409-1-pb
349 409-1-pb
 
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
Dampak Terapi Obat Modern pada Pembedahan: Kolitis Ulseratif (Ulcerative Coli...
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
 

Recently uploaded

v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 

Recently uploaded (20)

v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 

Current management of chemotherapy induced polyneuropathy

  • 1. TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI Current Management of Chemotherapy Induced Polyneuropathy Oleh: Calvin Tanuwijaya 170070201011010 Pembimbing dr. Shahdevi Nandar Kurniawan, Sp. S(K) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019
  • 2. Definisi Chemotherapy-induced peripheral neuropathy (CIPN) adalah efek samping yang umum terjadi berkaitan dengan penggunaan obat kemoterapi. Kejadian efek samping ini berkaitan dengan dosis pemberian dari obat kemoterapi. Obat kemoterapi yang dapat menyebabkan terjadinya CIPN meliputi analog platinum (cisplatin, oxaliplatin, carboplatin), taxane (paclitaxel, docetaxel), vinca alkaloid (vincristine), thalidomide dan bortezomib (Jordan, Jahn, Sauer, & Jordan, 2019; Kurniawan, 2014). Epidemiologi Sekitar 30-40% pasien yang menjalani kemoterapi dengan obat-obatan seperti analog platinum (cisplatin, oxaliplatin, carboplatin), taxane (paclitaxel, docetaxel), vinca alkaloid (vincristine), thalidomide dan bortezomib akan mengalami CIPN. Sebuah studi melaporkan insiden terjadinya CIPN sebesar 68,1% pada bulan pertama setelah dilakukan kemoterapi, 60,0% pada bulan ke-3, dan 30% pada bulan ke-6 atau lebih. Studi lain melaporkan pada 80% pasien yang menjalani terapi taxane dan oxaliplatin mengalami CIPN pada 6 bulan atau bahkan hingga 2 tahun paska kemoterapi. Insiden CIPN akibat kemoterapi lainnya masih belum didapatkan, namun kemungkinan insidennya di masa depan diperkirakan akan cenderung meningkat (Hou, Huh, Kim, Kim, & Abdi, 2018; Jordan et al., 2019; Trivedi, Hershman, & Crew, 2015). Faktor Resiko Faktor resiko utama dari CIPN adalah dosis dan durasi dari kemoterapi. Selain itu faktor demografis, komorbiditas, faktor genetik, diabetes mellitus, usia, paparan terhadap agen neurotoksik lain, serta orang dengan neuropati sebelumnya juga dapat memicu peningkatan risiko efek neurotoksik obat kemoterapi. Kemudian penyalahgunaan alcohol, penyakit metabolik seperti insufisiensi renal, hipotiroidism, defisiensi vitamin (B1, B6, B12) diperkirakan juga dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya CIPN. Masih sedikit yang diketahui tentang gen atau variasi genetik (polimorfisme) yang mungkin menjadi faktor predisposisi neurotoksisitas perifer (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
  • 3. Patofisiologi Mekanisme patofisiologi CIPN bermacam-macam, dengan target komponen yang berbeda-beda dari sistem saraf perifer (Kurniawan, 2014). Sebagian besar obat kemoterapi menyebabkan kerusakan pada mitokondria neuronal dan non-neuronal, menyebabktan terjadinya peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan kemudian akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Peningkatan patologis dalam produksi ROS akan menyebabkan kerusakan pada biomolekul intraseluler seperti enzim, protein, dan molekul lemak, yang akan menyebabkan terjadinya demyelinisasi dan kerusakan sitoskeleton dari saraf perifer dan sensitisasi dari proses transduksi sinyal. Kemudian, ROS dapat menyebabkan aktivasi dari jalur apoptosis dan meningkatkan produksi dari mediator pro inflamasi. Proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap mitokondria
  • 4. sehingga akan meningkatkan produksi dari ROS dan proses patologis dari stress oksidatif (Starobova & Vetter, 2017). Dorsal Root Ganglion (DRG) rentan terhadap kerusakan neurotoksik, karena tidak adanya sawar darah saraf di DRG. Kerusakan pada DRG dapat menyebabkan gejala sensoris pada CIPN. Target mayor lain dari kemoterapi adalah tubulin (komponen primer dari mikrotubulin dan dasar struktur sitoskeletal sel). Mikrotubulin merupakan inti proses transport aksonal yang menjadi target etiologi neurotoksisitas. Toksisitas pada akson bagian distal, gangguan mekanisme energi akson (kerusakan organel intraseluler), dan kerusakan vaskuler perifer juga berkontribusi pada terjadinya neurotoksisitas (Kurniawan, 2014; Staff, Grisold, Grisold, & Windebank, 2017). Jenis Kemoterapi (Kurniawan, 2014) Gambaran Klinis Neuropati perifer yang terjadi pada CIPN utamanya adalah gangguan sensoris atau gangguan kombinasi sensorimotor dengan gejala utama parestesia dan rasa tebal di
  • 5. bagian distal yang dapat disebut juga dengan “glove and stocking distribution”. Terkadang dapat disertai dengan gejala motoris dan otonom. Disfungsi saraf sensoris lebih sering dan awal dibanding disfungsi saraf motoris, mungkin disebabkan karena neuron DRG dan akson sensoris yang mentransmisikan nyeri tidak bermyelin atau bermyelin tipis dan lebih rentan mengalami kerusakan akibat bahan toksik. Disfungsi saraf sensoris dapat ditandai dengan adanya gejala negatif pada pemeriksaan fisik seperti gangguan persepsi dari rabaan, getaran, dan proprioseptif (pemeriksaan garpu tala). Gangguan sensoris paska penggunaan kemoterapi biasanya menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan paska penghentian kemoterapi. Fenomena ini disebut dengan “coasting” (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014). Mialgia dapat terjadi sebagai presentasi lain dari nyeri neuropatik. Pasien biasanya mengeluhkan tentang kram otot yang seringkali dipicu oleh aktivitas. Gejala dan tanda otonom dapat menonjol karena serabut yang membawa sinyal tersebut cenderung tidak bermyelin dan lebih rentan mengalami kerusakan (Kurniawan, 2014). Disotonomia dapat muncul berupa mulut kering, konstipasi, gangguan berkemih, dan intoleransi ortostatik. Selain itu, pasien dengan neuropati yang telah ada sebelumnya (misalnya diabetik, paraneoplastik, alkoholik, atau herediter) menunjukkan kecenderungan untuk mengalami neuropati akibat kemoterapi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa neuropati sebelumnya (Kurniawan, 2014). Tabel Gejala dan Tanda CIPN
  • 6. Derajat Keparahan (Kurniawan, 2014; Trivedi et al., 2015) Diagnosis Diagnosis CIPN adalah secara klinis. Anamnesis dan pemeriksaan klinis adalah metode yang paling reliable untuk deteksi dini (Kurniawan, 2014).
  • 7. Tatalaksana Tatalaksana CIPN difokuskan pada 3 langkah: pencegahan, restorasi fungsional, dan terapi simtomatik. 1. Pencegahan Saat ini masih belum ditemukan farmakoterapi yang secara ideal dapat mencegah terjadinta CIPN. Sehingga dapat dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan dengan strategi pemberian kemoterapi, seperti dosis, rute pemberian, obat-obatan lain yang digunakan, usia, neuropati lain yang sedang dialami pasien, dan tipe kanker yang diderita pasien (Jordan et al., 2019; Staff et al., 2017). Terdapat perkembangan dalam literatur tentang neuroprotektan yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya CIPN dan mencegah penurunan dosis
  • 8. atau penghentian kemoterapi. Hal ini akan memungkinkan penggunaan kemoterapi dosis penuh yang secara potensial dapat memperbaiki kontrol terhadap tumor dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Kriteria neuroprotektan yang efektif antara lain: 1) dapat ditoleransi dengan baik dan tanpa efek samping yang melemahkan, 2) tidak boleh mengganggu efikasi antitumor, dan 3) secara efektif mencegah terjadinya CIPN. Beberapa bahan yang diajukan sebagai neuroprotektan antara lain acetyl-l-carnitine, glutathione, scavenger radikal bebas amifostine, diethyldithiocarbamate, leukemia-inhibitory factor (LIF), analog adrenocorticotropic hormone ORG- 2766, erythropoietin, dan vitamin E (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014). Untuk pencegahan non-farmakologi dapat dilakukan cryotherapy/terapi kompresi dengan menggunakan sarung tangan atau kaos kaki beku. Pada penelitian, proses pendinginan kulit ini berhubungan secara signifikan dalam menjaga kekuatan otot setelah 6 bulan menjalani kemoterapi. Hal ini juga mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien dibandingkan yang tidak dilakukan cryotherapy. Namun bukti dari terapi ini masih sangat sedikit. Selain itu latihan penguatan otot juga dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan otot dan memperbaiki fungsi sensorimotor. Latihan penguatan otot dapat dilakukan jika tidak terdapat kontraindikasi (Jordan et al., 2019; Trivedi et al., 2015). 2. Tatalaksana Paliatif Beberapa literatur menyarankan penggunaan analgetik untuk nyeri yang berhubungan dengan neuropati. Selain itu disebutkan bahwa manajemen nyerinya sama dengan manajemen nyeri neuropatik lainnya yang meliputi pemberian analgesik, antidepresan, dan obat antiepileptik seperti gabapentin dan pregabalin. Disebutkan bahwa penggunaan venlafaxine dosis rendah atau topiramate untuk memperbaiki nyeri neuropatik akibat oxaliplatin cukup sukses. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan terapi rehabilitasi, yang meliputi terapi fisik, terapi okupasi, konseling spiritual dan dukungan psikologis (Jordan et al., 2019; Kurniawan, 2014).
  • 10. Kesimpulan CIPN merupakan efek samping yang umum dari penggunaan kemoterapi yang berhubungan dengan dosis kemoterapi. Neuropati yang terjadi seringkali besifat melemahkan, sangat mengganggu kualitas hidup pasien, serta berpengaruh pada keberlangsungan terapi pada pasien. Hingga saat ini masih belum ada strategi yang dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan gejalanya. Terapinya hanya terbatas pada perbaikan disestesia dan nyeri. Sehingga penting untuk mendeteksi secara dini faktor resiko dan gejala dari CIPN serta melakukan pencegahan dan tatalaksana awal untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi resiko terjadinya disabilitas jangka panjang pada pasien.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Hou, S., Huh, B., Kim, H. K., Kim, K.-H., & Abdi, S. (2018). Treatment of Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy: Systematic Review and Recommendations. Pain Physician, 21(6), 571–592. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30508986 Jordan, B., Jahn, F., Sauer, S., & Jordan, K. (2019). Prevention and Management of Chemotherapy-Induced Polyneuropathy. Breast Care, 79–84. https://doi.org/10.1159/000499599 Kurniawan, S. N. (2014). Buku Ajar Neuropati ( Textbook Of Neuropathy ). Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Danar Wiaya, Brawijaya University Press, Malang. p1–244. Staff, N. P., Grisold, A., Grisold, W., & Windebank, A. J. (2017). Chemotherapy- Induced Peripheral Neuropathy: A Current Review. 1–19. Retrieved from doi: 10.1002/ana.24951 Starobova, H., & Vetter, I. (2017). Pathophysiology of Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy. Frontiers in Molecular Neuroscience, 10(May), 1–21. https://doi.org/10.3389/fnmol.2017.00174 Trivedi, M. S., Hershman, D. L., & Crew, K. D. (2015). Management of Chemotherapy-Induced Peripheral Neuropathy. The American Journal Of Hematology/Oncology, 11(1), 4–10.