Monitoring merupakan kegiatan pengambilan data dan informasi pada ekosistem terumbu karang atau pada manusia yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang tersebut. Idealnya, seorang pengelola terumbu karang harus menguasai dasar-dasar monitoring yang terdiri dari berbagai macam parameter yang dapat atau tidak berubah sepanjang waktu.
Ada dua macam tipe umum monitoring, yaitu monitoring ekologi dan monitoring sosial-ekonomi. Parameter-parameter yang digunakan dalam kedua macam monitoring tersebut seringkali berhubungan sangat dekat, sehingga monitoring ekologi dan sosial-ekonomi dapat dilakukan pada tempat dan waktu yang bersamaan.
Monitoring merupakan kegiatan pengambilan data dan informasi pada ekosistem terumbu karang atau pada manusia yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang tersebut. Idealnya, seorang pengelola terumbu karang harus menguasai dasar-dasar monitoring yang terdiri dari berbagai macam parameter yang dapat atau tidak berubah sepanjang waktu.
Ada dua macam tipe umum monitoring, yaitu monitoring ekologi dan monitoring sosial-ekonomi. Parameter-parameter yang digunakan dalam kedua macam monitoring tersebut seringkali berhubungan sangat dekat, sehingga monitoring ekologi dan sosial-ekonomi dapat dilakukan pada tempat dan waktu yang bersamaan.
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretYahya M Aji
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air, yang tentunya mengacu pada baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. Materi mata kuliah pengolahan kualitas air.
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
Wetland management (mangrove and peatland)
This session discusses peatland and mangrove ecosystems management, within which they are considered as essential ecosystems. This session further explores the legal aspects related to peatland and mangrove ecosystems management in Indonesia and the operationalization of the regulatory framework.
Speaker: Ir. Wiratno, M.Sc., Director General of Conservation on Natural Resources and Ecosystem, Ministry of Environment and Forestry
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
KABAR 21 kali ini menyajikan tema “Masa Depan Peta Partisipatif Di Antara Program Prioritas Presiden”. Hal ini
berkenaan dengan beberapa tulisan yang memberikan catatan kritis terhadap kebijakan pemerintah terkait ruang kelola masyarakat baik di tingkat nasional maupun daerah. Selain tetap menyajikan beberapa potret terkait perjuangan
merebut ruang melalui pemetaan partisipatif di tingkat lokal.
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretYahya M Aji
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air, yang tentunya mengacu pada baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. Materi mata kuliah pengolahan kualitas air.
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
Wetland management (mangrove and peatland)
This session discusses peatland and mangrove ecosystems management, within which they are considered as essential ecosystems. This session further explores the legal aspects related to peatland and mangrove ecosystems management in Indonesia and the operationalization of the regulatory framework.
Speaker: Ir. Wiratno, M.Sc., Director General of Conservation on Natural Resources and Ecosystem, Ministry of Environment and Forestry
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
KABAR 21 kali ini menyajikan tema “Masa Depan Peta Partisipatif Di Antara Program Prioritas Presiden”. Hal ini
berkenaan dengan beberapa tulisan yang memberikan catatan kritis terhadap kebijakan pemerintah terkait ruang kelola masyarakat baik di tingkat nasional maupun daerah. Selain tetap menyajikan beberapa potret terkait perjuangan
merebut ruang melalui pemetaan partisipatif di tingkat lokal.
PERBAIKAN LINGKUNGAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MEND...Asramid Yasin
Perbaikan lingkungan dengan penanaman mangrove berbasis masyarakat untuk mendukung wisata pesisir dilatar belakangi oleh garis pantai mengalami kemunduran dengan tingginya erosi pantai, kurangnya sentuhan iptek dalam pengelolaan mangrove, masyarakat tidak memiliki mata pencaharian alternatif dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Tujuan program ini adalah terbentuknya unit pemberdayaan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, menjadikan ekosistem mangrove sebagai wisata pesisir untuk meningkatkan pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Metode yang digunakan meliputi: 1) metode perencanaan: survei lokasi, perijinan, wawancara, pemberian kuesioner, 2) metode pelaksanaan: penyuluhan, pembentukan unit lembaga, pembibitan, persemaian, penanaman dan kerja bakti bersih pantai dan 3) metode evaluasi: meminimalisir kelemahan dan hambatan selama kegiatan berlangsung. Program dilaksanakan pada Juli 2019 di desa Tapulaga kecamatan Soropia kabupaten Konawe. Hasil program yang dicapai: persepsi masyarakat banyak yang setuju desa Tapulaga menjadi daerah ekowisata mangrove, terbentuknya Sahabat Mangrove Desa Tapulaga sebagai lembaga pengelola mangrove dan lembaga pendukung lainya seperti kelompok Pengawas Pesisir Wahana Lestari dan kelompok Nelayan Lestari, bertambahnya 1 unit bedeng persemaian mangrove yang baru yang dapat dijadikan lahan bisnis untuk dijual, penambahan jumlah area kawasan hutan mangrove desa Tapulaga dengan melalui 1000 bibit pohon mangrove yang ditanam dan berkurangnya sampah plastik melalui kerja bakti bersih pantai desa Tapulaga.
Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan....Oswar Mungkasa
Buku ini diterbitkan oleh Waspola bersama dengan Pokja AMPL Nasional pada tahun 2009, sebagai bagian penerapan 'manajemen pengetahuan'. Diharapkan dengan demikian akan terjadi proses berbagi pengetahuan diantara pemangku kepentingan.
PESTA OLAH SAMPAH (POS) 2016 Walhi Jakarta dalam Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 20-21 Februari 2016, Laporan Realisasi.
Disusun oleh: Riza V. Tjahjadi dibantu Aron Chandra. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) DKI Jakarta.
Jakarta, 6 Maret 2016.
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi.
Ini adalah pernyataan atau seruan untuk tidak ragu-ragu lagi melepaskan sebagian dari tanah-tanah yang selama ini menjadi bagian dari kawasan hutan untuk dijadikan sentra-sentra pertanian rakyat. Agar pembangunan ekonomi dan sosial yang dilakukan pada kawasan tersebut tidak mengulang lagi kesalahan masa lalu. Yang hanya menciptakan ketimpangan ekonomi dan kerusakan ekologi.
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMETAAN
SUMBERDAYA DESA BERBASIS SPASIAL
Oleh Bito Wikantosa
Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. PANDUAN PEMETAAN PARTISIPATIF
WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL
Tim Penyusun:
SLPP NTB Gendewa Tunas Rancak,Tjatur Kukuh
SLPP NTT Alfons Heri
SLPP SULUT Marsel A. I. Korompis, Lili Mengko Moudy Gerungan,
Samuel Angkow,Yopi Golioth
SLPP SULTRA Imran Abdullah, Hasrul Dimas Asgori, Herlinawati
M. Aris Rauf, Mutminah, Rudi, Sumardin
YARI SULTRA Abed, Dedi, Dedy Arfon, Syawaludin
JARING PELA Bachtiar Ramadian, Ery Damayanti
Fery Kurniawan (IPB)
SEKRETARIAT NASIONAL JKPP Dewi Puspita Sutedjo
Diarman, Imam Hanafi, Siti Syarifah
Editor
Deny Rahadian
cetakan pertama, April 2016
(c) JKPP Press, 2016
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP)
JKPP Press
Judul:
Dokumentasi
Desain Sampul dan Layout
koleksi JKPP, koleksi SLPP Sultra, Koleksi SLPP Sulut
elnino
3. 4
5
6
6
7
7
8
9
10
11
13
14
16
21
22
24
26
27
28
29
32
33
33
34
44
45
46
47
48
49
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
BAB I Pendahuluan
Kilas Sejarah Pemetaan Partisipatif
Dasar Pemikiran
Konsep Dasar
Filosofi Pemetaan Partisipatif
Prinsip Dasar Pelaksanaan
BAB II Persiapan Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
Syarat Pemetaan Partisipatif
Syarat Pemetaan
BAB III Kelengkapan Pemetaan
Tim Kerja
Bahan/Alat
BAB IV Metode Pengambilan Data
Inventarisasi Data Sosial
Metode Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Pengamatan/Observasi Visual
Survey Mangrove
Survey Lamun
Survey Garis Pantai
BAB V Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
Pelatihan
Pengumpulan Informasi Awal
Survey/Pengambilan Data
Pengolahan Data
BAB VI Pengesahan Peta
Presentasi Draft Peta dan Data Sosial
Perbaikan Peta dan Data Sosial
Pengesahan dan Pengesahan Peta
Pustaka
3
4. Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Indonesia
sangat melimpah, baik sumberdaya hayati maupun non hayati dengan
keanekaragaman yang bernilai tinggi seperti terumbu karang, ekosistem
mangrove, estuaria, padang lamun dan lain sebagainya. Di satu sisi pemanfaatan
pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menghadapi berbagai ancaman
baik dari sisi ekologis, terjadinya penurunan kualitas lingkungan seperti
pencemaran, rusaknya ekosistem pesisir dan laut, penangkapan ikan yang
berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil tanpa mempertimbangkan daya dukung
lingkungannya. Selain itu investasi yang memerlukan penggunaan ruang pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil seperti pertambangan dan petelah menggusur
aksesibilitas masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap
ruangkelolanya.
Belum hadirnya kebijakan pengaturan ruang dan ketidakpaduan antar kegiatan
pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menimbulkan konflik antara
kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, kegiatan budidaya
perikanan dengan kegiatan pelayaran, kepentingan konservasi dengan budidaya
tambak, serta kegiatan investasi rakus ruang seperti pertambangan di pulau-
pulau kecil yang telah merusak dan menggusur wilayah kelola masyarakat pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil. Penyusunan tata ruang pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil harus memperhatikan karakteristik sosial dan ekologis wilayah yang masing-
masingmemilikikeunikandanyangpalingpentingadalahpelibatanmasyarakat.
Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dapat menjadi
alat untuk mengidentifikasi potensi sumber daya alam, tempat-tempat penting
dan wilayah kelola masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, laut dan pulau-
pulaukecil.
Modul ini disusun sebagai hasil praktek lapangan proses pemetaan partisipatif di
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang didokumentasikan dan dituliskan
menjadi panduan bagi para fasilitator pemetaan partisipatif untuk bekerja
memfasilitasipemetaanpartisipatifdiwilayahpesisir,lautdanpulau-pulaukecil.
Ucapan terima kasih kepada kawan-kawan SLPP Sulawesi Utara (Samuel
Angkouw, Ivan Korompis, Yopi Golioth dan lain-lain) juga kawan-kawan Jaring
PELA (Ery Damayanti) dan pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Mudah-mudahan modul ini dapat
bermanfaatbagiparapembacanya.
Terimakasih
PENULIS
Kata Pengantar
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
4
6. Kilas Sejarah Pemetaan Partisipatif
Metodologi pemetaan partisipatif dikenal sejak tahun 1990-
an, dimulai dari beberapa diskusi dan wacana dalam beberapa
paper, di antaranya Mitchell et al. (1990) di Cyclop, Craven
(1993)diWasurdanSiraitetal.(1994)diKayanMentarang.
Pada Oktober 1995, di Manila diadakan Workshop tentang
Metodologi Pemetaan Partisipatif, beberapa pegiat NGO
Indonesiaterlibatdalamworkshoptersebut.
Pada Mei 1996, diadakan workshop di Bogor yang
melahirkan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) sebagai
wadah untuk mengakselerasi pemetaan partisipatif,
memperbanyak kader fasilitator pemetaan partisipatif dan
mengembangkan metodologi pemetaan partisipatif yang
disesuaikandengankonteksIndonesia.
Selain pemetaan partisipatif yang diselenggarakan di
bentang alam daratan dan pegunungan, pemetaan partisipatif
juga pernah dilakukan di bentang alam pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil. Di awal berdirinya JKPP tercatat beberapa ujicoba
pemetaan partisipatif di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil,
antara lain di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku,
Lampung dan Bengkulu menjadi wilayah ujicoba pemetaan
partisipatif.
Dasar Pemikiran
Masyarakatataukomunitasatausebutanlainnyatelahhidup
dan berkembang dengan berbagai pengetahuan keruangannya
dan eksistensinya, sehingga diberikan ruang sebagai pelaku
utamadalampelaksanaanpemetaanpartisipatif.
Bahwa pada dasarnya suatu kelompok masyarakat atau
komunitas atau sebutan lainnya yang selalu memanfaatkan
ruang wilayah laut di sekitarnya sekaligus mengembangkan
berbagai pengetahuan berharga dan menjadi penanda hak-hak
komunitas itu, penting sekali untuk didokumentasikan,
diapresiasidanditransformasikan.
Pengetahuan keruangan setempat itu cenderung kurang
mendapat perhatian dalam tata laksana geospasial nasional,
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
6
7. Pendahuluan
sehingga patut didokumentasikan dalam bentuk tema peta
tersendiri.
Konsep perencanaan pembangunan saat ini telah mulai
mengakomodir pengetahuan lokal tentang potensi ruang
sebagai bagain dari strategi pembangunan ditingkat desa yang
selanjutnya menjadi kebijakan rencana pembangunan pada
intitusilebihbesaryaituKabupatendanProvinsi.
KonsepDasar
Sistem pengetahuan keruangan setempat (tradisional)
terus berkembang seiring dengan berkembangnya sistem
pengetahuankeruanganmodern.
Representasi pengetahuan keruangan setempat
(tradisional) pun merupakan cerminan cara pandang, sistem
nilaidanpraktik-praktiksosialpemilikpengetahuantersebut.
Representasi pengetahuan keruangan setempat
(tradisional) merupakan bagian dari upaya menegakkan
kepentingan dan hak kelompok masyarakat atau komunitas atas
ruangdisekitarnya.
7
Pembangunan wilayah pesisir dimulai dengan
pengembangan infrastruktur dan fasilitas publik
yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
8. Filosofi Pemetaan Partisipatif
a) Pemetaan partisipatif adalah proses membangun
kesepahaman bersama demi perbaikan dan keberlanjutan
ruanghidupmasyarakat.
b) Pemetaan partisipatif adalah proses membangun
kesepakatan bersama untuk memperjelas dan
mempertegasruanghidupmasyarakat.
Prinsip Dasar Pelaksanaan
1. Prinsip-prinsipSosial
a) Keputusan pemetaan partisipatif dari masyarakat dibuat
berdasarkan prinsip PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar
Informasi Awal Tanpa Paksaan, sebagai terjemahan dari
Free, Prior, Informed, Consent, /FPIC), yaitu keputusan yang
diambil sebelum kegiatan dilaksanakan dengan informasi
yangmemadaidantanpapaksaan.
b) Kelompok masyarakat atau komunitas mempunyai kontrol
ataspembuatandanpenggunaanpetapartisipatif.
c) Alih pengetahuan antara kelompok masyarakat atau
komunitasdanfasilitatorpemetaanpartisipatif
2. Prinsip-prinsipTeknis
a) Menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai peta
referensidasar.
b) Tidak membatasi jenis alat yang digunakan dalam
pemetaan partisipatif dengan syarat harus meng-
informasikan jenis alat dan metode yang digunakan dalam
pemetaanpartisipatif.
c) Memberikan peluang kepada setiap orang untuk
berpartisipasidalamprosespemetaanpartisipatif.
d) Mengikutikaidah-kaidahkartografisosial.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
8
10. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. Syarat Pemetaan Partisipatif
a) Sosialisasi
Sosialisasi yang dimaksud di sini adalah introduksi atau
pengenalan metodologi pemetaan partisipatif kepada
masyarakat desa/kampung. Sosialisasi sebaiknya dilakukan
melalui pendekatan informal, seperti pada pertemuan tak
resmi dengan dua-tiga orang pengelola sumber daya alam laut,
misalnelayan,pembudidayatambakataurumputlautdipantai
ataudikiosdantempatlainnya.Sedangkanpendekatanformal,
yaknisepertimusyawarahkampung/Desaataurapatkelompok
nelayan,dansebagainya.
Padasosialisasiinidijelaskanmengenai:
(1) Apa itu Peta dan kegunaannya;
(2) Apa yang dimaksud dengan Pemetaan Partisipatif;
(3) Bagaimana sejarah berkembangnya;
(4) Apa tujuannya;
(5) Apa manfaatnya;
(6) Apa prinsip dasarnya;
(7) Siapa yang melakukan pemetaan.
Pada saat sosialisasi ini pula dibangun kesepakatan apakah
masyarakat secara mayoritas setuju melakukan pemetaan
10
Sosialisasi secara individu ataupun kelompok
merupakan langkah awal untuk membangun kesepemahaman
dan kesepakatan dalam proses pemetaan partisipatif
di wilayah pesisir dan laut
11. wilayah ruang hidup mereka. Apabila masyarakat setuju, maka
pasca sosialisasi sudah bisa dibahas mengenai kebutuhan-
kebutuhan pelaksanaan pemetaan partisipatif termasuk
menyusun anggaran untuk pelaksanaan pemetaan partisipatif.
Atau kalau tidak memungkinkan maka pembahasan kebutuhan
pemetaandapatdilakukanpadapertemuanlanjutan
b) PertemuanPerencanaan
Hal-hal yang diagendakan untuk dibahas pada pertemuan
lanjutan atau biasa disebut Pertemuan Perencanaan Pemetaan
Partisipatif,antaralain:
(1) Pembentukan panitia atau kelompok kerja (jika belum
terbentuk)
(2) Tujuanpemetaan(pascapetatersebutdibuat)
(3) Jenispetayangdibutuhkansesuaitujuan
(4) Penyusunananggaranpelaksanaanpemetaan
(5) Kontribusi masyarakat, termasuk warga yang akan terlibat
langsung (berapa orang, ada orang tua atau yang dianggap
paling paham mengenai kondisi keruangan wilayah laut,
kaummuda,kaumperempuan,logistik)
(6) Jadwal pelaksanaan. Dianjurkan membuat kalender
musimsebagaiacuanpenetapanjadwal.
(7) LokasiPemetaan(unit:dusun,kampung,desa,kecamatan,
wilayahAdat/Lokal)
2. SyaratPemetaan
a) PembentukanPanitiaatauKelompokKerjaKampung/Desa
Prinsip pemetaan partisipatif adalah masyarakat menjadi
pelaku utama. Implementasi prinsip ini sudah dimulai dengan
membentuk sebuah Panitia atau Kelompok Kerja Penyelengara
Pemetaan yang beranggotakan warga kampung/desa
setempat. Panitia ini akan bertanggung jawab mengatur hal-hal
yang bersifat mendukung proses pemetaan. Misalnya, jadwal
pelaksanaan, tempat pertemuan, masyarakat yang akan turut
secara aktif, komunikasi dengan pihak desa/kampung tetangga,
dukunganlogistik,danlain-lain.
Anggota panitia/kelompok kerja sebaiknya dipilihdari warga
yang siap sedia memberi waktu dan tenaga untuk kampungnya
atau desanya. Mereka bisa dari perangkat pemerintah, dewan
Adat/Lokal,kaummuda,kaumperempuandanpetani/nelayan.
Persiapan Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
11
12. b) SuratPengajuanFasilitasiPemetaanPartisipatif
Salah satu syarat Pemetaan Partisipatif adalah Surat
Pengajuan Pemetaan (lihat lampiran) dari Panitia/Kelompok
Kerja atas nama masyarakat yang diketahui oleh Kepala Desa
atau Ketua Adat/Lokal kalau yang mengajukan adalah
Masyarakat Adat/Lokal. Surat ini ditujukan kepada
organisasi/lembaga pelaksana pemetaan (mis. SLPP) atau bisa
juga langsung kepada fasilitator perseorangan yang
independen.
Prasyarat ini penting karena merupakan pernyataan
kemauan dan kebutuhan masyarakat terhadap pemetaan
wilayah mereka. Surat ini juga menerangkan cakupan swadaya
masyarakatdalamprosespemetaan.
Selain itu, surat pengajuan ini dapat dijadikan pegangan
sekaligus pengingat bagi organisasi/lembaga atau fasilitator
yang mendampingi pelaksanaan pemetaan bahwa mereka
hanya sebagai fasilitator atau pendamping dalam pelaksanaan
pemetaanini.
c) SuratPemberitahuanPelaksanaanPemetaan
Kepala Kampung/Desa atau Ketua Masyarakat Adat/Lokal
atau diwakili Panitia dianjurkan menyampaikan surat
pemberitahuan kepada pejabat administrasi pemerintahan,
seperti Camat atau Kepala Badan Pertanahan (BPN) setempat
mengenairencanapenyelenggaraanpemetaan.
Surat pemberitahuan ini akan sangat bermanfaat sebagai
inisiatif membangun hubungan kemitraan dengan pihak
pemerintah kabupaten terutama dinas/instansi yang memiliki
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) terkait status tanah dan
administrasiwilayah.
Contoh surat yang dibutuhkan sebagai syarat administratif
dalam melakukan pemetaan partisipatif di wilayah pesisir dan
lautdapatdilihatpadalampiran.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
12
14. 1. TimKerja
Untuk mendukung penyelenggaran Pemetaan Partisipatif
dibutuhkan dua tim, yakni Panitia atau Kelompok Kerja
Kampung dan Tim Pendukung/Fasilitator. Kedua tim ini memiliki
peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai kesepakatan
bersama. Berikut adalah penjelasan rinci kedua tim kerja
dimaksud.
a) Panitia/KelompokKerjaKampung/Desa
(1) Dipilihdaridanolehwargadesamelaluimusyawarah.
(2) Terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah desa,
dewan Adat/Lokal, generasi muda, perempuan, petani,
nelayan,dansebagainya.
(3) Bersifat sukarela atau memiliki kecintaan terhadap
kampung/desasendiri.
(4) BerfungsisebagaipelaksanaPemetaanPartisipatif.
(5) Berwenang dan bertanggungjawab mengatur hal-hal
berikut:
- Koordinasi/komunikasi dengan para pemangku
kepentingan,termasukkampungtetangga.
- Komunikasi dan informasi internal masyarakat
kampung(humas).
- Jadwalpelaksanaandanagendapemetaan,
- Tempat-tempat pertemuan warga dan ruang kerja
untukpengolahandatasurvey.
- Konsumsiselamakegiatandikampung.
- Akomodasitimfasilitatorselamadikampung.
b) TimPendukung(Fasilitator/Organisasi)
Khusus untuk pemetaan wilayah pesisir dan laut, komposisi
tim pendukung disesuaikan dengan tema peta yang akan
dibuat dan informasi yang dibutuhkan serta alat yang
tersedia. Berikut adalah komposisi ideal tim pendukung
pemetaanpartisipatifwilayahpesisirdanlaut.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
14
15. (1) Fasilitator proses pemetaan partisipatif, sebaiknya dua
orang, termasuk satu orang yang memiliki pengetahuan
mengenai alat dan pengoperasiannya (khususnya GPS
Marine), dan yang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan metodologi pengumpulan data sosial dan
analisasosialuntukpemetaansosial.
(2) GIS Spesialis (Jika fasilitator proses pemetaan
partisipatif di atas memiliki kecakapan dalam GIS maka
pekerjaaninibisadirangkap).
(3) Surveyor, yang memiliki kemampuan menyelam,
memilikisertifikatataupunpenyelamalami(disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan alat survey). Jika
survey data menggunakan GPS Marine dengan fasilitas
lengkap yang juga didukung dengan ActionCam (mis.
GoPro), maka surveyor bisa direkrut dari masyarakat
yang dilatih dan dibimbing oleh fasilitator. Tetapi jika
survey dilakukan secara manual dengan tekhnik transek
atau manta tow wilayah ekosistem terumbu karang,
maka diperlukan satu orang surveyor yang paham
mengenai ekosistem terumbu karang. Demikian pula
jika perlu mengidentifikasi secara rinci ekosistem lamun
dan mangrove dengan menggunakan tehnik transek
tutupan atau kanopi, maka dibutuhkan masing-masing
surveyor yang paham tentang ekosistem lamun dan
mangrove.
(4) Pencatat proses. Kebutuhan rekaman proses biasanya
padasaatmusyawarahkampungdantahapanpelatihan.
Tugas ini bisa dilakukan oleh 1 orang yang sudah cukup
terampildalamhalpencatatanproses.
c) MasyarakatPesertaPelatihan
Selama proses pelatihan, fasilitator wajib memberi banyak
kesempatankepadapartisipandarimasyarakatuntukbelajar
cepat terutama dalam praktek menggunakan alat (GPS,
Kompas, dan lain-lain) dan cara mengumpulkan data/
15
Kelengkapan Pemetaan
16. informasi yang dibutuhkan. Masyarakat peserta pelatihan ini
akan menjadi bagian dari tim pemetaan bahkan diharapkan
bisa menjadi fasilitator proses pemetaan partisipatif yang
baru.
2. Bahan/Alat
a) FormDataSurvey
Siapkanlah form data survey (lihat lampiran) sebelum
melakukan survey. Form survey untuk wilayah laut bisa
dicetak atau ditulis di plastik sheet yang tahan air atau bisa
juga di kertas biasa (HVS) tapi selalu tersedia map plastik
guna mencegah atau mengurangi risiko basah terkena air
laut atau hujan. Gunakanlah pensil 2HB untuk
mengisi/menulis pada form data survey (plastik sheet atau
punkertasHVS).
b) Perahubermotor
(1) Kapasitas muatan minimal untuk lima orang.
Disarankan yang memakai atap permanen atau darurat
(terpal)untukmelindungipanasatauhujan.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
16
17. (2) Mesindalam16PKataumesintempel15PK.
(3) Jaketpelampung
(4) Dayung(minimaltigabuah
(5) Jangkar/sauh
(6) BBMcadangan
(7) Alatstandarmesin(tang,obeng,danlain-lain)
(8) P3K
Catatan : Perahu dan kelengkapan pendukung sudah disiapkan
minimal1jamsebelumwaktusurvey.
c) GPSMarine
GPS Marine adalah sebuah alat yang khusus digunakan
untuk mendeteksi keadaan bawah laut laut. Secara umum,
alat ini biasa digunakan oleh nelayan untuk mendeteksi
posisiikan(fishfinder).
Pada pemetaan wilayah laut, GPS Marine dapat membantu
selain menentukan titik koordinat, juga mendeteksi jarak
kedalaman, kontur dasar laut, suhu, sebaran ikan. GPS
Marine telah diproduksi oleh sejumlah perusahaan dengan
17
Kelengkapan Pemetaan
18. berbagai merk dan tipe. Contoh yang digunakan pada modul
ini adalah GPS Marine merk Garmin tipe GPSMap 585,
sepertipadagambarberikut.
Untuk mendeteksi keadaan bawah laut, GPS Marine
dilengkapi dengan sistem sonar yang dipancarkan melalui
antena. Sedangkan pengoperasian GPS Marine dibantu
denganbatereaccu.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
18
19. d) PowerBank/Baterai(12Volt-32Volt)
Batere bisa berukuran kecil seperti yang biasa digunakan di
sepedamotor.Yangpentingkapasitastenaga(power)cukup,
minimal12voltdanmaksimal32volt.
e) ActionCam/kameraaction
Kamera ini memiliki kemampuan daya rekam video dapat
pergunakan di bawah laut untuk penggunaan di bawah laut,
kamera yang dilengkapi dengan casing kedap air. Sedangkan
untuk menyimpan data, dianjurkan menggunakan kartu
memoriekstrim(biasanyatertulisdikemasankartu).
Contohbeberapakameraaction:
f) Alatpendukunglain:
(1) Kompas
(2) Alat komunikasi (Telepon genggam dan atau Handy
Talky)
19
Kelengkapan Pemetaan
Untuk hasil terbaik,
disarankan untuk menggunakan
kamera under water (bawah air)
jenis G10 - G15
20. (3) PeralatanScuba(tabung,regulator,BCD)
(4) PeralatanSnorkeling(masker,snorkelerdanfins)
(5) Papanmantatow
(6) Kamera
(7) Teropong/binokuler
(8) Meterrol50cmatau100cm
(9) PetaSketsa
(10) Tali
g) AlatTulis:
(1) Kertasflipchart(plano)
(2) Mapplastik
(3) Papanklip(gunakanyangberbahandasarplastik)
(4) Mistarlingkaran(360derajat)
(5) Mistarbesi50cmatau100cm
(6) Mistarplastik30cm
(7) Kertaskalkirpolos/transparan
(8) Kertasmilimeterkalkir
(9) Milimeterblock
(10) Stabilo/spidolwarna
(11) Alattulis(standar)
(12) IndetifkasiKartuKarangdanIkan(biotalaut)
(13) SLATE
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
20
22. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. InventarisasiDataSosial
Pengambilan data sosial sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
daripada pengambilan data spasial/fisik. Setelah pengambilan
data spasial/fisik selesai, bisa dilakukan verifikasi lagi dari
wawancara sosial sesuai kebutuhan. Berdasarkan rapat
kampung/desa, maka sudah diidentifikasi wilayah-wilayah yang
akan dipetakan beserta warga yang menjadi penghuni/
pengelola wilayah yang akan dipetakan. Identifikasi suku-suku
atau marga-marga yang menghuni dan/atau mengelola wilayah
yang akan dipetakan harus dilakukan pada saat rapat kampung.
Setelah itu, dilakukan penyusunan pertanyaan kunci, bisa
berdasarkan kebutuhan masing-masing lokasi. Metode
pengambilandatasosialdilakukandenganempatcara:
- StudiPustaka
- Wawancaraindividu(sebaiknyadilakukanoleh2orang)
- Wawancarakelompok(sebaiknyadilakukanoleh2orang)
- Pengamatan(melihat,mendengar)
Sebagai standar pemetaan sosial, ada beberapa pertanyaan
kunci yang diajukan pada masing-masing suku/marga/kesatuan
masyarakat lokal yang memiliki kesepakatan/aturan yang sama
tentangpengelolaanpesisirlaut:
- Nama dan umur, dari suku/marga mana, jabatan (jika ada)
responden,tinggaldidusun,desa,kecamatanmana.
- Apakahpekerjaanibu/bapak?(jawabanbisalebihdarisatu)
- Apakah pekerjaan ini dilakukan sendiri atau bersama
keluarga. (silakan menyebutkan anggota keluarga yang ikut
dalam pekerjaan ini, atau dalam kelompok berapa orang,
terdiridarisiapasaja)
- Apakah pekerjaan itu dilakukan sepanjang tahun atau ada
padamusim-musimtertentu.Jelaskan.
- Apakah pekerjaan itu memiliki wilayah tertentu (permanen,
seperti budidaya rumput laut, mutiara, tambak, garam, dan
lain-lain) atau berpindah (mencari ikan) sampai di mana
wilayah jelajahnya? Untuk responden perempuan,
22
23. ditanyakan wilayah kerjanya, apakah titik tertentu di sekitar
teluk/pantai atau mangrove (biasanya untuk pekerjaan
mengambil ikan saat surut atau mengumpulkan
kepiting/udangdimangrove)
- Bagaimanapengaturanwilayahkerjadenganwargalain(dari
suku/marga yang sama dan berbeda, dari masyarakat lokal
dengankeberagamansuku).
- Jika ada konflik, siapa yang akan dimintai tolong untuk
menjadi penengah. atau adakah prosedur Adat/Lokal/lokal
yangharusdijalankan?
- Apakah ada prosedur pengaturan pembagian wilayah
kerja/kelola untuk pekerjaan tertentu yang sama (budidaya
rumputlaut/menangkapikan/tambakgaram,danlain-lain?
- Siapa yang melakukan seluruh pengaturan di wilayah
pesisir/laut? Jika tidak ada, apakah ada kesepakatan atau
ketentuan umum yang dipatuhi bersama? (mis. tidak boleh
alattertentu,tidakmelautharitertentu,tidakmelautmusim
tertentu, tidak menangkap ukuran tertentu, tidak
menangkap jenis tertentu pada musim tertentu, dll. Gali
sebanyak-banyaknya). Adakah sanksi untuk pelanggaran
aturan?
- Bagaimana cara mendapatkan air bersih untuk keluarga?
Apakah mata air/sumur dimiliki tiap keluarga? Jika
digunakan bersama, bagaimana pengelolaannya? Di mana
letaknya, di pesisir/pulau yang sama dengan warga tinggal
atau di pulau lain? Apakah ada aturan-aturan untuk
pemanfaatan air dari mata air/sumur bersama? Siapa yang
melakukanpengaturan?Adakahsanksijikadilanggar?
- Apakah ada lembaga/individu yang terlibat dalam
perekonomian masyarakat? Misalnya. koperasi/palele/
pengumpul/juragan/tokeh/kelompokarisan?
- Apakah lembaga/individu ini berperan pada pengelolaan
wilayahkerjamasyarakat?Jelaskan.
- Apakah ada suku/marga pemilik lahan termasuk laut yang
dominan?Jikayajelaskan.
- Bagaimana pengaturan untuk suku-suku pendatang, atau
margayanglebihkecil?
- Bagaimana masyarakat menggunakan energi untuk
Metode Pengambilan Data
23
24. penerangan, memasak, transportasi? Apa saja sumber
energinya?
- Bagaimana sumber energi didistribusikan/didapat oleh
masyarakat? Apakah ada pengelolaan untuk sumber energi
tertentu?Misal,kayubakar?
- Bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pangannya?
Apakah ketergantungan pengiriman bahan pangan dari luar
masih tinggi? Jelaskan. (misal, mayoritas makan beras dan
jagung, apakah masih didatangkan dari luar atau sudah bisa
memenuhikebutuhansendiri).
- Apakah protein utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari masyarakat? Ikan/daging sapi babi kambing/ayam? Jika
ikan, apakah setiap keluarga bisa memenuhi kebutuhannya
sendiriatauharusmembelidarioranglain?
- Apakah ada pengelolaan wilayah antar pulau atau antar
suku?Jikayajelaskan.
- Apakah ada kesepakatan lokal untuk pengelolaan wilayah
pesisir laut? Jika ya jelaskan (mis. ada peraturan
Adat/Lokal/desa,ataukesepakatantidaktertulis)
- Tolonggambarkanwilayahkeloladipesisirlautdalamsketsa,
wilayah dan peruntukannya termasuk wilayah-wilayah
terlarang/keramat/sumberair/situssejarah.
2. Metodepengamatanekosistemterumbukarang
Survey ekosistem terumbu karang dapat menggunakan metode
manta tow biasa atau metode transek video, disesuaikan
dengan kemampuan masyarakat akan peralatan. Ada baiknya
dilakukan pelatihan khusus mengenai pengamatan terumbu
karang.
Manta tow adalah metode pengamatan ekosistem terumbu
karang yang cepat dan mampu meliput area yang luas.
Pengamatan dilakukan oleh penyelam permukaan (snorkeler)
ditarik oleh perahu motor dengan tali. Papan manta berfungsi
sebagai tempat berpegangan snorkeler ketika ditarik oleh
perahu,danjugatempatmencatathasilpengamatandilokasi.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
24
25. Metode pengumpulan data menggunakan Manta Tow
membutuhkan kerjasama tim antara operator manta tow,
enjiner perahu dan pencatat waktu (Herdiana, 2007)
Snorkeler/observer ditarik oleh perahu dengan kecepatan
konstan dan pengamatan dilakukan dalam durasi yang
disepakatiatauditentukan,misalnyaselamaduamenit.
Selama ditarik oleh perahu, observer akan mengamati dan
memperkirakan tutupan terumbu karang, serta tanda-tanda
dari gangguan terhadap terumbu karang, seperti bleaching,
COT,maupunbekasbom.
Setiap akhir durasi towing (penarikan oleh perahu), observer
mencatat hasil pengamatannya. Surveyor lain yang berada di
atas perahu, bertugas mencatat lokasi GPS di titik awal towing
(penarikan)..
Manta tow ini dilakukan dalam jarak 5-10 meter dari reef-crest,
tergantung dengan jarak pandang dalam air laut, ditarik dengan
arahsejajargarispantai,mengelilingipulau.
25
Metode Pengambilan Data
Indikator
kategori kerapatan
terumbu karang
secara visual
persen penutupan karang
menggunakan
manta tow
(Dahl, 1981
dalam Sukmara et al., 2001)
26. Metode transek video dilakukan dengan cara sama dengan
metode manta tow, hanya saja pengamatan direkam dengan
kameravideobawahair.
Data yang bisa didapatkan adalah tutupan terumbu karang dan
jugaikanyangditemui.
Observer akan melakukan tuck-dive, dan merekam video di
bawah air selama periode yang ditentukan di kedalaman yang
ditentukan pula. Identifikasi akan dilakukan melalui proses
preview/menontonhasilvideotersebutdidarat.
Penggunaan camera action sebaiknya dilakukan oleh operator
berpengalaman yang sudah menguasai penggunaan kamera
dibawah kondisi arus air laut. Jarak kamera dengan karang
sangatmenentukankualitasgambaryangdihasilkan.
Berdasarkan pengalaman pengamatan terumbu karang, harus
dicobadenganduametodeyaitu:
a. Orangmenyelammenggunakancameraaction
b. Orangmenyelamdenganmencatat
3. Pengamatan/observasivisual
Metode ini bertujuan mengidentifikasi jenis ikan maupun
terumbu karang dan berbagai jenis biota laut yang terdapat di
suatukawasanpesisir.
Metode ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat snorkeling
atau selam (scuba) yang dibantu dengan kamera bawah laut
(bisa juga kamera action/ actioncam) untuk merekam situasi
yangingindiidentifkasi.
Selain kamera, dibutuhkan juga GPS untuk mendeteksi titik
koordinat/posisi lokasi yang dipantau agar dapat dicantumkan
dipeta.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
26
27. Hasil rekaman baik berupa foto maupun video disimpan di
komputer untuk memudahkan tampilan saat akan melakukan
identifikasi jenis terumbu karang, jenis ikan dan biota laut
lainnya.
Hasil identifikasi dimasukkan ke form data (excell) untuk
kemudian dimuat di peta jika diperlukan. Simbol jenis ikan,
terumbu karang atau biota lainnya dapat disepakati bersama,
tetapi dianjurkan menggunakan simbol yang mudah
dimengerti.
4. Survey Mangrove
Pemantauan dan identifikasi mangrove dapat dilakukan dengan
teknik transek kuadrat dan transek garis. Untuk tingkat survey
partisipatif, transek garis merupakan metode yang paling efektif
danmudahdilakukan.
27
Metode Pengambilan Data
Hasil rekaman akan sangat bermanfaat
jika dibuat berbentuk film dokumenter,
sehingga data yang dikumpulkan
dapat tersaji sebagai
sebuah cerita kehidupan bawah laut.
Film dokumenter ini bisa juga digunakan
sebagai alat/media komunikasi,
negosiasi atau kampanye.
10 m 10 m
Transek garis (strip sampling)
dilakukan dengan cara membuat garis
dengan bantuan tali
sepanjang 100 m atau 500 m.
kemudian dilakukan
28. Transek kuadrat pada pengamatan mangrove dibuat dengan
menggunakan tali rapia atau lainnya dengan ukuran 10x10
meter.
Lalu catat jenis pohon dan jumlahnya di dalam transek kuadrat
tersebut.
Gambarkan pula pola tutupan mangrove tersebut di kertas
gambar, untuk mendapatkan estimasi persentase penutupan.
Catatpulaketinggianpasangdansurutdilokasitersebut.
Pencatatan ditujukan untuk melihat jenis dan jumlah pohon
bakau yang ada. sementara bila ditemukan anakan, cukup catat
jumlahnya. penghitungan diameter pohon dilakukan pada 3
pohon terbesar, dan 3 pohon terkecil. hitung juga diameter
tutupan tajuknya dengan cara menarik tali mulai dari batang
pohon sampai titik terluar tajuk sehingga dapat dibuat profil
visualnya.
5. SurveyLamun
Pengamatan ekosistem lamun dilakukan dengan metode
transek kuadrat. Luasan transek kuadrat ini adalah 1x1 meter.
Transek dibuat dari pipa paralon, dan dirangkai menjadi transek
kuadratberukuran1x1metertersebut.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
28
Banyaknya transek kuadrat
yang diperlukan tergantung
dari luasan mangrove
secara umum di tempat itu,
ditentukan dengan prinsip
keterwakilan dari pantai/
batas perairan sampai
vegetasi darat
dengan selang per 10 meter.
29. Catat dan gambar tutupan lamun pada transek kuadrat, jenis
dan jumlah individu/rumpun lamun dari setiap jenis. Jumlah
dan lokasi transek kuadrat ini tergantung dari luasan lamun
secara umum dan menganut prinsip keterwakilan, yang dimulai
dari pantai saat lamun ditemukan sampai tubir atau batas
terakhirlamunditemukandenganselangper10meter.
Padasurveylamundikedalamandiatas1meter,diperlukanjuga
kamera bawah laut guna mengidentifikasi kalau ada tanda-
tanda bekas makan Dugong atau ikan dan biota lain di sekitar
transek. Tim dilengkapi buku panduan lapang pengenal jenis
biota untuk mempermudah mengidentifikasi biota yang
ditemui.
6. SurveyGarisPantai
Pada pemetaan wilayah pesisir dibutuhkan juga survey garis
pantai. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur panjang garis
pantai dan mengambil titik koordinat lokasi-lokasi penting
seperti mangrove, tanjung, tebing, teluk, muara sungai, delta,
kolam/telagapayau,pantaiberpasir,danlain-lain.
Keadaan pantai yang perlu juga diidentifikasi adalah keragaman
tumbuhan pantai dan lokasi habitat satwa tertentu, termasuk
tempat pendaratan penyu saat bertelur. Hasil survey garis
pantai selain untuk memperkaya informasi peta juga dapat
digunakansebagaidatakajianperubahaniklim.
Hal lain yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemetaan
partisipatifpesisirdanlautiniadalah:
a. Logistik
- Makanan
- Airminum
- Obat-obatan(P3K)sesuaikebutuhan
- Senter
- Topi
29
Metode Pengambilan Data
30. - Bajulenganpanjang
- Kacamatahitam/pelindungmatadarisinarmatahari
- Bajucadangan
- Sepatu/sandalkaret
b. MemperhatikanJadwalPenyelenggaraanPemetaan
Jadwal penyelenggaraan pemetaan disusun oleh Panitia
Kampung didampingi atau difasilitasi oleh tim organisasi
pendamping.
Jadwal ini sebaiknya disesuaikan dengan Kalender Musim
Pada saat fasilitasi desa (pelatihan) mungkin selain sketsa
desa ada baiknya di buat kalender musim saat ini dan 10-20
tahunlalu.
Sebagaiperbandingankondisieksistingdan10-20tahunlalu.
Kalender musim 10-20 tahun lalu juga bisa di buatkan sketsa,
jadi terlihat secara visual perbedaannya. Kampung atau
wilayah yang akan dipetakan. Hal ini dapat digunakan untuk
menghindari cuaca buruk seperti hujan, badai, dan
sebagainya.
Tetapi yang paling penting adalah pengamatan terhadap
cuaca karena dewasa ini musim yang dikenal masyarakat
terkadangtidaklahtepatbenarakibatperubahaniklim.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
30
Ada baiknya tim survey
dipimpin oleh koordinator tim
yang mengerti prosedur keselamatan
dan penanganan resiko bencana
seperti adanya biota berbahaya
pasang surut cuaca, penggunaan
alat suvey dengan baik dan benar
mengamati tanda-tanda bahaya
di sekitar lokasi survey,
lumpur dalam, lubang, akar
Lengkapi tim dengan alat
keselamatan memadai
32. 1. Pelatihan
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi informasi kepada tim
pemetaan masyarakat dan peserta pemula dari organisasi lain
(kalauada)sebagaipembekalanawalmenujuprosespemetaan.
1.1. MateriPelatihan
Materipelatihanmeliputi:
- Pengantar tentang Pemetaan Partisipatif (Pengertian peta
dan Pemetaan Partisipatif, Ciri-ciri Pemetaan Partisipatif,
SejarahPemetaanPartisipatif,jenispeta,danlain-lain)
- Dasar-dasar kartografi (koordinat peta, skala, simbol, dan
lain-lain)
- TeknikpengumpulanDatasosialekonomi
- Pembuatanpetasketsa
- Pengenalan alat (pemahaman, pengoperasian, dan lain-
lain)
- Prakteksurvey
- Praktek pengolahan data (penyimpanan data,
analisis/kajian/identifikasi,menggambarpeta)
- Menyusunrencanadanjadwalsurvey
1.2. Durasiwaktu
Waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan diperkirakan antara 3
–4hari.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
32
Dengan mengikuti pelatihan
pemetaan pesisir dan laut,
peserta diharapkan mampu
memahami prinsip-prinsip
dalam pekerjaan survey dan
pemetaan, serta memiliki
kompetensi dalam teknik
pemetaan, pemrosesan data
penggambaran, dan
penyajian serta
pelaporan data
dengan teknik digital
33. Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
33
1.3. Bahan/alat
Bahan/alat yang dibutuhkan pada pelatihan adalah sebagai
berikut:
- GPSMarine
- GPSNavigasi
- KameraActions(GoPro,SJ,danlain-lain)
- Kompas
- Baterei/PowerBank12–32Vol.
- Kamera
- Laptop
- LCDProyektor
- ATK(standarpelatihan)
2. Pengumpulaninformasiawal
Sebelum survey lapangan dilaksanakan, ada beberapa hal
pendukung yang harus dilakukan seperti pengumpulan
beberapa informasi awal yang akan sangat diperlukan untuk
menentukan lokasi dan rute survey. Pengumpulan informasi
awal dapat dilakukan dalam bentuk diskusi, wawancara dan
studipustaka.
Sebagai contoh, peta sketsa yang sudah dibuat pada saat
pelatihan didiskusikan atau diperbaiki lagi dengan mengundang
lebihbanyakmasyarakatterutamanelayan.
Peta sketsa dibuat bersama-sama
untuk memperoleh informasi awal
tentang hal yang bisa diambil
dalam pelaksanaan survey
serta menjadi acuan bagi tim survey
terkait efektifitas dan efisiensi
pengambilan data.
34. Hal ini perlu dilakukan agar memperoleh informasi yang lebih
akurat dan lengkap. Peta sketsa ini akan sangat berguna sebagai
alatpandupadasaatmelakukansurvey.
Informasikanyangdikumpulkandiolahdalambentukberikut:
- DataSekunder
- PetaSketsa(final)
- KalenderMusim
- Waktu/jampalingtepatuntuksurvey
- Daftarjenisterumbukarang.
- Daftarjenisikan
- Daftar jenis biota lain (kepiting, kerang, teripang, dan lain-
lain)
3. Survey/PengambilanData
3.1. Pengambilandatasosialekonomi Mbk
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
34
Data Sosial Ekonomi merupakan salah satu data penunjang
untuk memperoleh rona awal tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat
dari lokasi tempat dilakukan pemetaan partisipatif
35. 3.2. SurveyMenggunakanGPSMarine
3.2.1.TimSurvey
Tim survey dengan GPS Marine terdiri dari 4 atau 5
personil,yakni:
- OperatorGPS
- Pencatatdata
- Pemandulokasi
- Enjiner/Pengemudiperahu
- PembantuUmum
Catatan: Disarankan anggota tim sudah terbiasa di laut atau tidak
mudahmabuklaut.
3.2.2. Bahan/Alat
- PetaSketsa
- GPSMarine(1set)
- Batereiaccu12–32Vol(ditambah1cadangan)
- Papanklip
- Mapplastik
- FormDataLapangan(lihatlampiran)
- Perahu+motortempel15PK.
- Bahan/Alatpendukunglainnyayangdibutuhkan.
3.2.3. Tehnikpengambilandata
- Briefing tim (terutama dengan Enginer/driver)
sebelumberangkat.
- Tempelkan GPS dengan baut diatas sepotong papan
sebagai dudukan agar dapat diletakkan dengan baik
danseimbangdidalamperahu
- Ikatkan antene pada sepotong kayu yang sesuai
lobang pada kepala antene. Pastikan kabel koneksi
anteneGPSdalamkondisibaik.
- Siapkan baterei accu 12 – 32 volt dalam kondisi baik
dan power 100% (penuh), termasuk baterei
cadangan. Pastikan kabel koneksi GPS dan baterei
accu yang dilengkapi penjepit juga dalam kondisi
baik.
- PastikanmemorycardterpasangdiGPSMarine.
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
35
36. - Pastikan komponen rangkaian GPS terpasang
(antena,sonar,baterei)
- Tekan tombol ON/OFF agak lama untuk
mengaktifkan GPS; tunggu koneksi signal dan satelit,
sertadatakoordinatmunculdilayarmonitorGPS.
- Tekan tombol <┘ (Mark) untuk mengambil titik
koordinat. Catat semua informasi yang dibutuhkan
pada form data lapangan, termasuk informasi yang
tidaktercantumpadalayarmonitorGPSMarine.
- TekantombolOKuntukmenyimpandata
Jalur survey menggunakan transek tertutup (bentuk
poligon):
- Pilih menu dengan cara menekan tombol menu 2
hinggamunculmenuutamapadalayar.
- Pilih halaman yang terdapat informasi kedalaman,
suhu,danjarak.
- Pilih jarak, kemudian tentukan interval jarak yang
dibutuhkan(mis.50m)
- PilihtombolsimpandantekanOK.
Surveydenganmenggunakantransekjaringan:
- AktifkanGPSdarititikawal
- Aktifkanauto-saveperjarak50meter
- Tekan ENTER sekali untuk mengambil titik koordinat
informasi yang dinilai penting seperti rumah ikan,
karang, kumpulan ikan, biota lainnya. Lalu tekan
ENTER agak lama untuk menyimpan informasi
tersebut.
- Periksa kembali informasi yang sudah disimpan dan
catatpadaformdata.
- Catat tanda–tanda alam/baringan atau arah
panduanlokasi(misalnya:tanjung,bukit,pohon,dll)
Padasetiapsurvey,catatjugapadaformdatalapangan
beberapa informasi lain yang tidak terdeteksi secara
digitalGPS,seperti:
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
36
37. - Kerapatanikan(banyak,sedang,kurang)
- Ukuranikan(besar,kecil)
- Jenisikan(pelagis,dasardermasal)
- Posisiikan(kedalamanberapa)
- Keadaandasarlokasi(terumbu,berpasir)
Jalur yang akan disurvey tergantung pada tujuan yang
diharapkan. Misalnya, jika tujuan adalah untuk memperkuat
informasi wilayah pesisir laut masyarakat maka dianjurkan
menggunakan transek jaringan. Jika tujuannya juga mencakup
luasan lokasi maka digunakan transek tertutup (lingkaran /
poligon).
3.2.4. Durasiwaktu
Durasi waktu yang diperlukan pada survey ini berkisar 3
– 5 Di bagian atas tulisannya 3-4 hari, tergantung pada
luasan dan jumlah lokasi yang akan disurvey serta cuaca
dilaut.
3.3. SurveyPengamatanFisik/ObservasiVisual
3.3.1. TimSurvey
Tim survey pengamatan visual terdiri dari 3 atau 4
personil,yakni:
- OperatorGPS
- Pengamat/Observer(snorkelingataudiving)
- Pemandulokasi
- Enjiner/ Operator perahu (bisa merangkap sebagai
Pemandulokasi)
3.3.2. Bahan/Alat
- PetaSketsa
- GPSbiasa
- Perlengkapan snorkeling (masker, snorkel, fins) atau
diving
- Kamerabawahlaut(GoPro,Go10-15)
- Jaketpelampung(lifejacket)
- Papanklipberbahanplastik
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
37
38. - FormDataLapangan(lihatlampiran)
- Bahan/Alatpendukunglainsesuaikebutuhan.
3.3.3. TehnikPengumpulanData
- Tim langsung menuju lokasi survey (gunakan peta
sketsa) setelah melakukan briefing tim, terutama
denganenjinerdanoperator
- Hidupkan GPS pada saat berangkat atau sebelum
tibadilokasiyangakandisurvey.
- Simpan titik koordinat setiap lokasi survey, berikan
catatansesuaikeadaan.
- Pengamat/observer melakukan snorkeling atau
diving sambil merekam (foto dan video) situasi
bawahlautlokasisurvey.
- Enjiner menjalankan perahu secara perlahan
mengikutipengamat/observer.
- Operator GPS menyimpan titik koordinat setiap
perkiraan 50 meter atau pada lokasi yang dianggap
penting/perlu.
ApabilamenggunakankameraGoPro(digantiactioncam):
- Pastikan menggunakan memory Card Ekstrim atau Ekstrim
Pro(minimal16atau32GB)
- Pastikanbatereiterisipenuh,termasukbatereicadangan.
- Pastikan casing kamera action/ actioncam dalam keadaan
tertutuprapat/tidakmasukair.
- Rangkailah setingan kamera action/ action cam sesuai
instalasi.
- Aktifkan kamera di lokasi pengambilan data dengan
menekantombolON/OFFagaklama
- Pilihmenu“video”atauFoto”
- Tekan tombol ENTER (video atau foto) untuk pengambilan
gambar/rekaman.
- Tekan tombol ENTER untuk mengakhiri pengambilan
gambarvideo.
- Matikankamerapadasaattidakdigunakan.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
38
39. 3.3.4. DurasiWaktu
Durasi waktu yang diperlukan pada survey ini
tergantung pada luasan dan jumlah lokasi yang akan
disurveysertacuacadilaut.
3.4. SurveyMangrove
3.4.1. TimSurvey
Tim survey mangrove terdiri dari 3 atau 4 personil,
yakni:
- Pemandulokasi
- OperatorGPS/PemegangKompas
- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/PemegangKompas)
- Pemegangmeter/tali(50cm)
3.4.2. Bahan/Alat
- GPS
- Kompas
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
39
Pastikan untuk menandai tiap titik
pengambilan data
Lihat kembali jalur pengamatan dan
pengambilan data
yang sudah dilakukan
40. - Meteranatautalisepanjang50cm.
- TaliKwadran
- Papanklipberbahanplastik
- FormDataLapangan(lihatlampiran)
- Bukupanduanidentifikasijenis(laminating)
- Bahan/Alat pendukung lainnya sesuai kebutuha
(baju lengan panjang, topi lapang, sepatu boat,
parang,P3K,alattulis,teropong)
3.4.3. PersiapandanPengumpulandata
- Sebelum melakukan pengambilan data lapang. Tim
melakukan briefing untuk mempesiapkan dan
pengecekan alat dan bahan yang dipakai, serta
pembagianperan.
- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan
simpan data koordinat titik awal dengan
menggunakan GPS. titik awal ini dijadikan sebagai
titikikat
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 cm mulai dari titik
awal (01 atau dengan ID lain seperti M1, M2, dan
seterusnya).
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada
sekitaran 25 meter kiri-kanan posisi rentang
meter/talisepanjang50cm.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali
mulaititiknomor02atauM2ketitik03atauM3.
Catatan:
- Jika lebar lokasi kawasan mangrove lebih dari 70 meter
makalakukanlahsurveydengantransekjaringan.
- Jika diperlukan, lakukanlah pengambilan batas luar
kawasan mangrove dengan menggunakan GPS atau
Kompas.
3.4.4. DurasiWaktu
Waktu yang dibutuhkan pada survey mangrove
tergantung pada luasan dan jumlah lokasi kawasan
mangrovesertacuaca.
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
40
41. 3.5. SurveyLamun
3.5.1. TimSurvey
Timsurveylamunterdiridari3atau4personil,yakni:
- Pemandulokasi
- OperatorGPS/PemegangKompas
- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/PemegangKompas)
- Pemegangmeter/tali(50cm)ataukerangkakanopi.
3.5.2.Bahan/Alat
- GPS
- Kompas
- Meter atau tali sepanjang 50 cm atau kerangka
kanopi 1 atau 2 meter persegi (untuk memperoleh
datalebihrinci)
- Transek Kwadran yang terbuat dari pipa paralon 0,5
inchdenganukuran1x1M²
- AlattulisdanPapanklipberbahanplastik
- FormDataLapangan(lihatlampiran)
- P3K
- Bahan/Alatpendukunglainnyasesuaikebutuhan.
3.5.3. PersiapandanPengumpulandata
- Persiapan meliputi briefing tim untuk mengecek
kesiapan alat, pembagian peran tiap personil dalam
tim.
- Pengambilan data dilakukan pada saat pantai dalam
keadaansurutterendah
Transek:
- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan
simpan data koordinat titik awal dengan
menggunakanGPS.
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 m mulai dari titik
awal (01 atau dengan ID lain seperti L1, L2, dan
seterusnya).
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
41
42. sekitaran 10 – 10 meter kiri-kanan posisi rentang
meter/talisepanjang50m.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali
mulaititiknomor02atauL2ketitik03atauL3.
Catatan: Jika lebar lokasi kawasan lamun lebih dari 70 meter maka
lakukanlahsurveydengantransekjaringan.
Tutupan:
Teknik pemantauan lamun dengan kerangka kanopi
biasa dilakukan untuk kawasan lamun kedalaman di
bawah10–20cmpadasaatsurutterendah.
- Tentukan titik (stasiun) awal survey. Identifikasi dan
simpandatakoordinatdenganGPS.
- Letakkan kerangka kanopi diatas permukaan lokasi
lamunpadatitik01atauL1.
- Identifikasi dan catat semua keadaan di tengah
kerangkakanopi.
- Lakukan secara berurutan hingga seluruh areallokasi
surveyteridentifikasi.
3.5.4.DurasiWaktu
Waktu yang dibutuhkan pada survey lamun tergantung
pada luasan dan jumlah lokasi kawasan lamun serta
cuaca.
3.6. SurveyGarisPantai
3.6.1.TimSurvey
Tim survey garis pantai terdiri dari 3 atau 4 personil,
yakni:
- Pemandulokasi
- OperatorGPS/PemegangKompas
- Pencatat (bisa bertugas sebagai Operator
GPS/PemegangKompas)
- Pemegangmeter/tali(50cm)
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
42
43. 3.6.2. Bahan/Alat
- GPS
- Kompas
- Meteratautalisepanjang50cm.
- Papanklipberbahanplastik
- Form Data Lapangan yang terlindung, atau dari
bahanplastik(lihatlampiran)
- Bahan/Alatpendukunglainnyasesuaikebutuhan.
3.6.3. TekhnikPengumpulandata
- Tentukan titik (stasiun) awal survey dengan
melakukan survey pendahuluan. survey
pendahuluan dilakukan pada saat pasang tertinggi
sehinggadapatditentukangarispantai.
- Identifikasi dan simpan data koordinat titik awal
denganmenggunakanGPS.
- Tarik meter atau tali sepanjang 50 cm mulai dari titik
awal (01 atau dengan ID lain seperti P1, P2 dst). Jarak
rentang meter/tali disesuaikan dengan belokan atau
kelokangarispantai.
- Identifikasi dan catat semua informasi keadaan pada
bagian darat garis pantai atau bagian laut jika
terdapat tanda penting. Misalnya: mangrove, batu,
dansebagainya.
- Seterusnya lakukan lagi pada rentang meter/tali
mulaititiknomor02atauP2ketitik03atauP3.
3.6.4. DurasiWaktu
Waktu yang dibutuhkan pada survey garis pantai
tergantung pada panjang dan jumlah varian yang
diidentifikasisertacuaca.
Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
43
44. 4. PengolahanData
4.1. Entridatakekomputer
Proses ini untuk memasukan data hasil survey (koordinat GPS)
dan data sosial ke dalam komputer untuk diolah melalui
perangkatlunakkhusus.
- Data spasial (peta) digunakan perangkat lunak pengolah
dataspasial(ArcGIS,QuantumGIS,danlain-lain)
- Data sosial digunakan perangkat lunak pengolah data
statistik(MSEXCEL,SPSS,danlain-lain)
4.2. Identifikasi data terumbu karang, jenis dan sebaran ikan serta
biotalainnya.(FormatTerlampir)
4.3. Analisa data yang sudah teridentifikasi (spasial dan non
spasial)
4.4. MenggambarPeta
Penggambaranpetadapatdibagimenjadiduacarayaitu:
- Manual, cara ini menggunakan kertas khusus dengan
memasukandatahasilsurveydenganperhitungantertentu
untukdigambarkandiataskertas.
- Digital, cara ini lebih mudah karena sudah ada perangkat
lunak khusus untuk menggambar peta dengan data-data
yang sudah dimasukkan ke dalam perangkat lunak
tersebut.
4.5. MemasukkandatasosialkePeta(FormatTerlampir)
Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
44
Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
seorang Fasilitator Pemetaan Pesisir dan Laut
1. Kemampuan menggunakan alat navigasi (Kompas, GPS)
2. Kemampuan membaca peta
3. Kemampuan fasilitasi (PRA, RRA, BLP)
4. Kemampuan identifikasi sumber daya perairan
5. Kemampuan analisis dan pengolahan data
46. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
1. PresentasiDraftPetadanDataSosial
Peta partisipatif yang sudah dihasilkan masih dalam bentuk
Draft Peta. Draft peta ini perlu dipresentasikan kepada
masyarakat, tokoh masyarakat, dan parapihak (Kepala Desa,
Camat, Bupati) dan yang telah mendukung pelaksanaan
pemetaan partisipatif tersebut. Selain itu perwakilan kampung
yang bertetangga juga perlu dihadirkan untuk memverifikasi
tatabataswilayah.
Dalam presentasi tersebut perlu dijelaskan proses pemetaan
partisipatifyangdilakukan,siapasajasumberinformasidanjuga
letak tata batas wilayah. Pada presentasi tersebut mintalah
masukan kepada seluruh yang hadir informasi yang perlu
ditambahkandalampeta,klarifikasitatabataswilayah.
Selain Draft Peta, perlu dipresentasikan juga data sosial hasil
inventarisasi, sama seperti pada draft peta, mintalah masukan
dari peserta data apa saja yang masih kurang atau terlewatkan
dalamprosesinventarisasidatasosial.
46
Setiap penambahan
informasi draft peta
maupun data sosial
perlu dicatat
selengkap mungkin
untuk melakukan
perbaikan.
47. 2. PerbaikanPetadanDataSosial
Draftpetadandatasosialyangsudahdipresentasikandiperbaiki
dan dilengkapi sesuai dengan hasil presentasi dan masukan dari
peserta.
Setelah selesai seluruh perbaikan, peta dan data sosial dicetak
untuk disahkan oleh parapihak. Perlu disiapkan sebelum proses
pengesahantersebutbeberapadokumenseperti:
a. BeritaAcaraPengesahanPeta
b. Berita Acara Penyerahan Peta kepada Masyarakat dan
Parapihak
c. BeritaAcaraTataBatas
3. PengesahandanPenyerahanPeta
Peta akhir dan Data Sosial disahkan oleh parapihak dan
masyarakatmelaluisebuahpertemuanyangdisebutPertemuan
Pengesahan dan Penyerahan Peta. Dalam pertemuan ini sekali
lagi perlu diundang masyarakat, tokoh masyarakat, dan
parapihak (Kepala Desa, Camat, Bupati) dan yang telah
mendukung pelaksanaan pemetaan partisipatif tersebut, juga
perwakilan dari kampung yang bertetangga dengan wilayah
Pengesahan Peta
47
Setiap pihak berhak memberikan masukan
terhadap hasil pemetaan pesisir dan laut
yang dilakukan oleh tim, sebagai bentuk
penyempurnaan dan kesepakatan bersama
49. Pustaka
49
Azhar, I., H. Tioho, B. Pratasik. FORPELLA Steering committee. 2003.
Panduan Pemantauan Wilayah Pesisir oleh FORPELLA (I),
dalam Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997 - 2003. Seri
Pemantauan Wilayah Pesisir., M. Knight, S. Tighe (Editor);
Coastal Resources Center, University of Rhode Island,
Narragansett,RhodeIsland,USA.
Herdiana, Y. 2007. Panduan Pelatihan Pengamatan Kondisi
Ekosistem Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Wildlife
ConservationSociety-MarineIndonesiaProgram.Bogor.
Sugiarto, D. Siagian, I. Ti Sunaryanto, D. Soetomo. 2001. Tehnik
Sampling.Gramediapustakautama.Jakarta.
Sukmara, A., A. J. Siahainenia, C. Rotinsulu. 2001. Panduan
Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat
dengan metode Manta Tow. Proyek Pesisir - CRMP
Indonesia.
Pustaka
50. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
50
Lampiran
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
65
69
70
71
Lampiran 1. Contoh Surat Permohonan Pengadaan Data Dasar
(Peta Dasar) Kepada BIG
Lampiran 2. Contoh Surat Permohonan Fasilitasi Pemetaan
Partisipatif
Lampiran 3. Contoh Lembar Data Informasi Survey
Menggunakan metode Manta Tow
Lampiran 4. Contoh Form Isian Pengambilan Data Ekologi
Menggunakan metode Manta Tow
Lampiran 5. Contoh Form Isian Pencatatan Visual Ikan Karang
Lampiran 6. Contoh Form Pencatatan Data Mangrove
Lampiran 7. Contoh Form Pencatatan menggunakan Metode
Kanopi Mangrove
Lampiran 8. Contoh Form Isian Pencatatan Data Padang Lamun
menggunakan Seagrass Watch
Lampiran 9. Contoh Form Isian Pencatatan Data Tepi Lamun
Lampiran 10. Contoh Form Isian Pencatatan Data Spesies
Karang (bisa juga dipakai untuk mangrove, lamun
dan pesisir
Lampiran 11. Contoh Surat Berita Acara Pengecekan Titik Tata
Batas di Lapangan
Lampiran 12. Contoh Surat Berita Acara Kesepakatan Tata Batas
Lampiran 13. Contoh Surat Berita Acara Serah Terima Peta
Partisipatif
Lampiran 14. Contoh Surat Pengantar dan Penyerahan
Kelayakan bagi Peta Partisipatif untuk
diintegrasikan oleh BIG
Lampiran 15. Contoh Peta Partisipatif “Perikanan Tangkap” Desa
Ranowangko II, Kec Kombi. Minahasa
54. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
54
Lampiran 4.
Contoh Form Isian Pengambilan Data Ekologi Menggunakan metode Manta Tow
58. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
58
Lampiran 8.
Contoh Form Isian Pencatatan Data Padang Lamun
menggunakan Seagrass Watch
70. Modul Pemetaan partisipatif wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
70
Lampiran 14.
Contoh Surat Pengantar dan Penyerahan
Kelayakan bagi Peta Partisipatif untuk diintegrasikan oleh BIG
72. JKPP yang dibentuk pada tahun 1996 dimaksudkan sebagai wadah bersama bagi
ORNOP dan OR dalam pencapaian TEGAKNYA KEDAULATAN RAKYAT ATAS RUANG
sebagai cita cita bersama. Untuk itu dalam pelaksanaannya dikembangkan Simpul
SimpulBelajarPemetaanPartisipatifdiberbagaitempatdiIndonesia.
Nilai Nilai Dasar dalam mengembangkan pendekatan pemetaan partisipatif
didasarkan pada prinsip: (1)Menjunjung tinggi nilai-nilai HAM; (2) Mengutamakan
kepentingan, inisiatif dan keterlibatan masyarakat; (3) Menjunjung tinggi kehidupan
bersama yang berkeadilan sosial; (4) Berpihak pada pengelolaan lingkungan yang
mempertimbangkan manusia sebagai kesatuan ekosistem dan (5) menempatkan
pemetaansebagairuangbelajarbersama
Tentang JKPP
Contact us :
Jl. Cimanuk Blok B7 No. 6
Komp. Bogor Baru Bogor
16152 INDONESIA
Telp/Fax : +62251 – 8379143
E-mail : seknas@jkpp.org