SlideShare a Scribd company logo
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
METODE PENGAJARAN KELOMPOK
Oleh: Sunawan, Ph.D.
a. Diskusi Kelompok
Metode pengajaran yang berorientasi kelompok yang paling banyak
diaplikasikan adalah diskusi. Metode ini merupakan salah satu bentuk metode
bimbingan klasikal yang berpusat pada siswa. Hal ini berbeda dengan metode
pengajaran langsung yang berpusat pada guru. Diskusi didefinisikan sebagai metode
pengajaran yang dilakukan dengan pertukaran verbal ide-ide yang sudah direncanakan
oleh tiga orang atau lebih untuk memecahkan masalah atau memperjelas persoalan
yang dipimpin atau dipandu oleh pemimpin kelompok (Arends, 2007; Burdin & Byrd,
1999). Proses diskusi dapat melibatkan siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru.
Penggunaan metode diskusi dalam bimbingan klasikal memiliki banyak
keuntungan dan kelebihan. Arends (2007) memaparkan bahwa hasil diskusi kelompok
mencakup pemahaman konseptual, keterlibatan dan keterikatan siswa terhadap proses
bimbingan klasikal atau pembelajaran, serta keterampilan berpikir dan berkomunikasi.
Dinkemeyer dan Munro (dalam Romlah, 2001) menjelaskan tujuan diskusi adalah
sebagai berikut:
1) Mengembangkan pengertian terhadap diri-sendiri. Melalui proses diskusi para siswa
dapat mendapatkan balikan dari siswa lain atau konselor yang berguna untuk lebih
memahami diri mereka sendiri, seperti kelebihannya, kekurangannya, konsep diri
yang dimilikinya, dan lain-lain.
2) Mengembangkan kesadaran tentang diri (self) dan orang lain. Diskusi kelompok
memungkan para pesertanya untuk belajar tentang perbedaan diri mereka dengan
orang lain melalui serangkaian proses berbagi pendapat, beradu argumentasi,
mengelola konflik dalam diskusi, kepemimpinan dan seterusnya. Dengan demikian,
diskusi membuat siswa memiliki pengalaman untuk memecahkan masalah dan
konflik, berbagi peran, respek dan toleran terhadap perbedaan, dan berempati kepada
orang lain.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
3) Mengembangkan pandangan dan keterampilan baru tentang hubungan antar manusia
(interpersonal relationship) yang meliputi:
a) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Diskusi kelompok memfasilitasi
siswa untuk belajar mempengaruhi orang lain, bernegosiasi, memecahkan konflik,
dan berkomunikasi secara massa.
b) Merangkum pendapat-pendapat kelompok. Saat berbagi maupun berbeda
pendapat, para siswa belajar tentang memahami pendapat orang lain termasuk
perspektif yang menjadi dasar pendapat tersebut.
c) Mencapai suatu konsensus. Berdiskusi mendorong siswa untuk belajar bagaimana
mempertemukan perbedaan pendapat dalam kelompok agar dapat menjadi suatu
kesepakatan.
d) Menjadi pendengar yang aktif. Para siswa dituntut untuk mendengarkan secara
aktif pendapat orang lain dalam berdiskusi; memahami dasar pendapat tersebut;
sudut pandang orang lain yang berpendapat; dan mengkritisi pendapat orang lain
dari sisi kelebihan dan kelemahannya.
e) Mengatasi perbedaan dengan tepat. Perbedaan dalam diskusi merupakan
keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Namun, melalui diskusi kelompok
konselor dapat membantu siswa mensikapi perbedaan pendapat tersebut dan
memanfaatkan perbedaan tersebut secara efektif dalam bentuk menciptakan
sinergi dan kerjasama antar anggota kelompok.
f) Mengembangkan keterampilan memparafrase. Para siswa dapat belajar
mengungkapkan pendapat orang lain dengan menggunakan bahasa mereka sendiri
tanpa mengurangi atau menambahi isi dan batasan pendapat orang lain. Kemampu
dalam memparafrase menunjukkan bahwa siswa mampu menangkap dan
memahami secara tepat pesan dari orang lain.
g) Mengembangkan keterampilan belajar mandiri. Para siswa dalam diskusi
kelompok memungkinkan mereka belajar mandiri dengan memanfaatkan
berbagai sumber pengetahuan selain guru, seperti teman sebaya, buku teks, dan
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
seterusnya yang mendukung peningkatan kemampuan mereka dalam
melaksanakan diskusi.
h) Mengembangkan keterampilan menganalisis, mensintesis, dan menilai.
Berdiskusi seringkali menghadapkan siswa pada berbagai pendapat dan
pandangan dari anggota kelompok lain. Dalam situasi seperti itu, para siswa
didorong untuk memahami secara kritis pendapat orang lain tersebut sehingga
mereka tidak mengalami kebingungan di antara banyak pendapat.
Diskusi kelompok dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Arends (2007) dan
Woolfolk (2008) menjabarkan tahapan diskusi kelompok sebagai berikut:
1) Mengembangkan maksud dan tujuan diskusi kelompok. Tahapan ini dilakukan
konselor dengan menyampaikan kepada siswa alasan dan tujuan yang hendak
dicapai dari kegiatan diskusi kelompok. Konselor di tahapan ini juga perlu
menyampaikan tentang peraturan yang berlaku dalam diskusi kelompok dan
perilaku-perilaku yang diharapkan dari siswa selama diskusi, seperti menghargai
pendapat orang lain, berbicara atau berpendapat secara bergantian, dan seterusnya.
2) Memfokuskan diskusi. Di tahapan ini konselor menyodorkan pertanyaan stimulasi
diskusi dan menyodorkan isu atau situasi yang membingungkan dan merangsang
siswa untuk memecahkannya. Pertanyaan dan isu yang kritis serta relevan dengan
kehidupan sehari-hari siswa sangat menentukan antusiasme siswa dalam
berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
3) Mengelola diskusi. Selama diskusi berlangsung, konselor dituntut untuk: memantau
interaksi siswa selama proses diskusi, melontarkan pertanyaan, mendengarkan ide-
ide dari para siswa, merespons ide-ide siswa, menegakkan peraturan diskusi yang
telah disepakati, mencatat atau merekam proses diskusi, dan mengekspresikan
idenya sendiri.
4) Mengakhiri diskusi. Konselor membantu mengakhiri proses diskusi dengan
merangkum atau mengekspresikan makna bagi siswa dan diri-sendiri. Pengakhiran
diskusi juga dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan seperti, ”Apa hal
utama yang kita dapatkan dari diskusi pada bimbingan klasikal kali ini?” atau, ”Poin
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
apa yang paling provokatif dan menarik yang kita dapatkan pada diskusi di
bimbingan klasikal kali ini?”
5) Debriefing. Di tahapan akhir ini, konselor meminta siswa untuk menelaah proses
diskusi yang telah dilaksanakannya dan memikirkan kembali proses-proses diskusi
yang telah dijalaninya. Beberapa pertanyaan seperti, ”Bagaimana pendapatmu
tentang diskusi yang berjalan pada bimbingan klasikal kali ini? Apakah diskusi kita
telah memfasilitasi semua orang untuk berpartisipasi dan berpendapat? Adakah
saat-saat kita mengalami jalan buntu dalam mencari ide atau solusi dari suatu
masalah pada diskusi kali ini? Hal apa saja yang dapat kita ciptakan atau lakukan
agar diskusi di masa mendatang dapat lebih provokatif dan menarik?”
Diskusi kelompok akan berjalan dengan lancar apabila pemimpin kelompok
(diskusi) dan anggota kelompok melaksanakan perannya secara tepat. Konselor dalam
diskusi kelompok dapat berperan sebagai pemimpin kelompok ataupun sebagai
anggota kelompok. Hal ini tergantung pada perencaan kegiatan diskusi kelompok.
Berikut ini adalah peranan pemimpin kelompok:
1) Menyediakan kondisi yang membantu kelancaran komunikasi, melalui: pengaturan
tempat duduk, mengatur lalu-lintas pembicaraan, menegur anggota yang
memonopoli pembicaraan dan mendorong anggota yang kurang bicara dengan cara
yang tidak menyinggung.
2) Membantu kelopok merumuskan tujuan-tujuan, menjajagi masalah yang akan
dibicarakan, bertindak sebagai sumber, dan bila perlu mencari sumber lain yang
dapat membantu kelompok memecahkan masalah.
3) Mengenalkan teknik-teknik yang dapat membantu agar diskusi berlangsung secara
lancar.
4) Menjaga supaya pembicaraan tidak menyimpang dari masalah pokok, merangkum
hasil diskusi, dan membantu kelompok mengadakan penilaian terhadap hasil yang
dicapai.
5) Memperhatikan masalah-masalah khusus yang timbul selama diskusi berlangsung.
Adapun anggota kelompok berperan untuk:
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
1) Berpartisipasi aktif dalam diskusi. Para anggota kelompok diharapkan menunjukkan
antusiasnya terhadap proses diskusi dan isu-isu yang dibahas dalam diskusi,
menghargai pendapat orang lain, memberi kesempatan orang lain untuk
berpendapat, menghindari upaya memonopoli waktu berbicara, dan seterusnya.
2) Datang tepat waktu, menyiapkan bahan yang akan didiskusikan dan memahami
ruang lingkup diskusi. Anggota kelompok diharapkan ’hadir’ dalam kegiatan diskusi
dan menunjukkan perhatian terhadap proses diskusi. Agar diskusi kelompok terjadi
secara menarik, maka diharapkan anggota kelompok menguasai isu-isu yang sedang
didiskusikan dan berbicara terkait dengan isu yang sedang dibahas.
3) Berusaha untuk tidak menyimpang dari topik diskusi dan bersedia berbagi waktu
berbicara dengan anggota lain.
4) Berperilaku sesuai dengan aturan diskusi yang disepakati bersama.
5) Memahami bahwa diskusi kelompok merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan
semua anggota dan bukan tempat untuk mencari kekuasaan dan melampiaskan rasa
kebencian. Kesadaran dan pemahaman ini penting untuk mengantisipasi motif-motif
siswa yang tidak sehat dalam mengikuti diskusi kelompok, seperti menguasai forum,
mengalahkan atau menyalahkan pendapat orang lain, mencari pembenaran dan
menafikkan pendapat orang lain, dan seterusnya.
Diskusi kelompok memiliki manfaat yang banyak bagi siswa ketika
diimplementasikan secara tepat dalam bimbingan klasikal. Berikut ini adalah
keuntungan dari kegiatan diskusi kelompok, yaitu:
1) Mendorong anggota kelompok menjadi lebih aktif dalam kegiatan bimbingan
klasikal karena mereka memiliki kesempatan berbicara dan memberi sumbangan
kepada kelompok.
2) Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan dan nilai
sehingga membuat persoalan yang dibahas menjadi lebih jelas dan solusi yang
dihasilkan merupakan hasil telaah dan evaluasi dari berbagai sudut pandang dan
perspektif.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
3) Anggota kelompok belajar untuk mendengarkan secara aktif, menerima, memahami,
dan berempati kepada orang lain orang lain.
4) Anggota kelompok dapat belajar untuk meningkatkan pengertian terhadap diri-
sendiri dan orang lain melalui balikan dari orang lain.
5) Memberi kesempatan anggota kelompok untuk belajar menjadi pemimpin.
Keterampilan ini penting mengingat kepemimpinan dan bekerja sama adalah salah
satu kompetensi penting di abad 21 (Slavin, 2018).
Meskipun memberikan manfaat yang nyata, tetapi diskusi kelompok juga
memiliki kelemahan. Berikut ini tiga kelemahan dari kegiatan diskusi kelompok:
1) Diskusi dapat menjadi salah arah jika pemimpin tidak menjalankan fungsinya.
Efektif atau tidaknya kegiatan diskusi kelompok sangat bergantung pada pemimpin
kelompok. Apabila pemimpin kelompok kurang mampu mengundang partisipasi
anggota kelompok, mengarahkan komunikasi diskusi secara tidak berimbang,
kurang mampu mengartikulasi berbagai perbedaan dalam diskusi, dan seterusnya
maka kegiatan diskusi menjadi tidak efektif dan tidak berjalan sebagai mana yang
diharapkan. Hasilnya, diskusi tidak membuahkan pengalaman belajar yang
diharapkan.
2) Ada kemungkinan diskusi akan dikuasai oleh orang-orang tertentu dan siswa yang
kurang mampu berkomunikasi kurang mendapat kesempatan bicara.
3) Membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas. Apabila dibandingkan
dengan pengajaran langsung, diskusi memerlukan waktu yang lebih lama dan tempat
yang lebih luas.
b. Diskusi kelompok: Curah gagasan (brainstorming)
Curah gagasan merupakan bentuk lain dari diskusi kelompok. Diskusi curah
gagasan merupakan teknik pengeksplorasian ide maupun gagasan dari semua anggota
kelompok. Setiap anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan ide atau gagasan.
Kesediaan dan partisipasi setiap anggota kelompok dalam berpendapat untuk
menyampaikan idenya merupakan kunci dari pelaksanaan curah gagasan. Teknik ini
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
dapat digunakan sebagai pelengkap teknik diskusi kelompok maupun pemecahan
masalah (problem solving).
Berikut ini adalah aturan dalam curah gagasan:
1) Tidak boleh memberi komentar negatif terhadap pendapat anggota lain
2) Perhatikan pada anggota yang memberi sumbangan pendapat, bukan pada mutu
tetapi pada kesediaannya mengemukakan pendapat, karena semakin banyak yang
menyumbang pendapat semakin baik
3) Perluas sumbangan pikiran anggota lain
4) Beri dorongan ide-ide yang positif
5) Catat inti setiap sumbangan pendapat
6) Tentukan batas waktu untuk memberi sumbangan-sumbangan pikiran
c. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Bentuk lain dari pembelajaran kelompok dalam bimbingan klasikal adalah
cooperative learning. Orlich dan kawan-kawan (2010) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai kegiatan pembelajaran yang berbasis pendekatan kelompok kecil
untuk mengajarkan bahwa semua siswa bertanggungjawab terhadap prestasi individu
maupun kelompok. Dibandingkan dengan diskusi kelompok, pembelajaran kooperatif
mendorong setiap orang punya kontribusi yang sama kepada kelompok. Oleh
pembelajaran ini didasari pandangan bahwa keberadaan siswa dalam suatu kelas
sebagai kelompok bukan untuk saling bersaing, melainkan untuk bekerja sama
sehingga kelas dapat menciptakan suatu sinergi dalam berprestasi.
Pandangan yang menyebutkan bahwa siswa yang satu merupakan kompetitor
bagi siswa yang lain dalam berprestasi, yang ditunjukkan dengan mengurutkan siswa
berdasarkan prestasi yang dicapainya, merupakan suatu pandangan yang ditentang
dengan prinsip pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005). Dengan demikian, setiap siswa
dalam satu kelas memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses dalam belajar.
Arends (2007), Orlich dan kawan-kawan (2010) dan Slavin (2005) mengindetifikasi
hasil-hasil penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
1) Meningkatkan pemahaman yang komprehensif tentang konten bimbingan klasikal
dan prestasi siswa.
2) Kemauan untuk toleran serta menerima keanekaragaman.
3) Memperkuat keterampilan sosial
4) Memfasilitasi siswa membuat keputusan
5) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif
6) Meningkatkan harga diri (self esteem) siswa
7) Memadukan berbagai gaya belajar yang berbeda
8) Mempromosikan tanggung jawab kepada setiap siswa
9) Memfokus pada kesuksesan dan keberhasilan semua siswa.
Ada beberapa macam strategi pelaksanaan pembelajaran kooperatif, seperti
student teams achievement devisions (STAD), Jigsaw, peer assisted learning strategies
(PALS), belajar bersama (learning together), investigasi kelompok (group
investigation), metode informal (termasuk think-pair-share) (untuk ulasan lanjut baca
Slavin, 2005). Meski banyak strategi dalam pembelajaran kooperatif, tetapi terdapat
beberapa ciri-ciri khusus dari pembelajaran kooperatif yang diidentifikasi oleh Johnson
dan Johnson (2005) sebagai berikut:
1) Menggunakan kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa (microgroups)
2) Memfokus pada tugas yang harud diselesaikan
3) Menuntut kerjasama dan interaksi kelompok
4) Mengamanahkan dan mewajibkan tanggung jawab belajar kepada setiap siswa
5) Mendukung kerja dalam divisi
Dalam Kegiatan Belajar ini pembahasan metode pembelajaran kooperatif
memfokus pada STAD, Jigsaw, dan investigasi kelompok. Berikut ini adalah paparan
untuk setiap strategi tersebut.
1) STAD
Strategi STAD merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Biasanya, STAD diterapkan pada
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
pengajaran topik-topik baru secara reguler di setiap minggu. STAD dilaksanakan
dalam beberapa tahapan, yakni:
a) Siswa dari suatu kelas di bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Anggota
kelompok kecil tersebut berasal dari kedua jenis gender (terdiri laki-laki dan
perempuan), dari berbagai kelompok ras, etnis, ataupun daerah, dan dengan prestasi
tinggi, sedang, serta rendah.
b) Anggota kelompok menggunakan lembar kerja siswa (LKS) ataupun bentuk
worksheet lain untuk mempelajari berbagai materi atau konten bimbingan klasikal.
Selama proses belajar di tahapan ini, para siswa didorong untuk saling membantu
mempelajari metari dengan cara tutoring, saling memberi kuis, dan melaksanakan
diskusi tim.
c) Secara individual, setiap anggota kelompok atau siswa diberi kuis mingguan atau
dua mingguan terkait konten atau materi bimbingan kelompok yang diberikan.
d) Kuis-kuis masing-masing siswa tersebut diskor berdasarkan kemajuan yang dicapai,
bukan skor absolut. Fokus penskoran adalah peningkatan atau penambahan skor
yang dicapai setiap siswa di setiap periode pemberian kuis.
2) Jigsaw
Pembelajaran kooperatif dengan strategi Jigsaw dikembangkan oleh Elliot
Aronson. Pembagian dan alur kerja tim-tim Jigsaw divisualisasikan dalam Gambar ….
Adapun tahapan dari Jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Siswa diminta untuk membentuk kelompok asal yang terdiri atas 5-6 orang siswa.
Para siswa dalam tim asal merupakan kelompok belajar yang heterogen.
b) Siswa dari kelompok asal kemudian diberi tanggungjawab untuk mempelajari satu
pokok bahasan tertentu.
c) Setelah setiap siswa mendapatkan mandat untuk belajar topik tertentu, mereka
diminta untuk bergabung ke kelompok yang membahas topik yang sama (disebut
kelompok ahli). Dengan demikian, kelompok ahli merupakan kelompok yang
berasal dari berbagai kelompok asal. Materi yang dipelajari biasanya disajikan
dalam bentuk teks.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
d) Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal setelah mereka menguasai topik
tertentu.
e) Setiap kelompok asal saling mengajari anggota kelompok lain tentang materi atau
topik yang telah dipelajarinya di kelompok ahli.
Gambar 2. Bagai pembagian jigsaw
(Sumber: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-
teknik-jigsaw/)
3) Investigasi Kelompok
Awalnya, investigasi kelompok dikembangkan oleh Herbert Thelen dan dalam
perkembangannya telah dimodifikasi oleh banyak ahli. Pada bahasan ini akan dibahas
strategi investigasi kelompok yang disampaikan oleh Sharan (dalam Slavin, 2005).
Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang selama ini
dipandang paling kompleks prosedurnya. Terdapat enam tahapan dalam
mengimplementasikan investigasi kelompok, yaitu:
a) Pemilihan topik. Konselor dalam bimbingan klasikal terlebih dahulu menerangkan
tentang permasalahan atau isu-isu tertentu. Siswa memilih topik-topik tertentu
sesuai dengan isu atau permasalahan yang telah diterangkan konselor. Mereka
kemudian dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang keanggotaannya bersifat
heterogen. Mereka biasanya beranggotakan antara 2-6 orang.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
b) Pembelajaran kooperatif. Siswa bersama guru bersama-sama merencanakan
serangkaian prosedur, tugas, dan tujuan belajar yang relevan dengan topik yang
dipilih dalam langkah 1.
c) Implementasi. Siswa melaksanakan rencana yang sudah disusun pada tahap 2.
Aktivitas pembelajaran (yang direncanakan di tahap 2) diharapkan melibatkan
berbagai kegiatan dan keterampilan. Siswa didorong untuk mengakses sumber
informasi baik dari dalam maupun luar sekolah. Konselor berperan untuk memantau
perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan jika diperlukan.
d) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis, membahas dan mengevaluasi informasi
yang diperoleh dari tahap 3. Kemudian, mereka merencanakan cara menyajikan dan
mempresentasikan hasilnya kepada teman-teman sekelas.
e) Presentasi produk akhir. Beberapa atau semua kelompok mempresentasikan topik-
topik yang telah mereka investigasi. Presentasi ini diharapkan membuat siswa satu
kelas merasa saling terlibat dengan pekerjaan temannya dan, yang tidak kalah
penting, mencapai perspektif yang lebih luas tentang isu atau topik yang sedang
dibahas. Presentasi ini dipandu atau dimoderatori oleh konselor.
f) Evaluasi. Tahapan ini dilaksanakan dengan menilai kontribusi masing-masing
kelompok ke hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat diarahkan
untuk memasukkan hasil asesmen baik secara individual, kelompok, maupun kedua-
duanya.
Daftar Pustaka
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th
ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto &
S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Johnson, D. W., & Johnson, R. 2005. Learning Together and Alone: Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning. Boston, MA: Allyn & Bacon.
Romlah, T. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Semarang.
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning. London: Allyn and Bacon.
Slavin, R.E. 2018. Educational Psychology: Theory and Practice (12th
ed.). New York,
NY: Pearson.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Woolfolk, A. 2008. Educational Psychology: Active Learning Edition (10th
ed.).
Boston, MA: Pearson Education.

More Related Content

What's hot

Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
Katadunia.ID
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
yuni dwinovika
 
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
nanda343568
 
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Irman Ramly
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
eunikekambe10
 
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptx
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptxRefleksi Kurikulum Merdeka.pptx
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptx
SofyanHarseno
 
Paparan Pemahaman CP PKP SMK PK.pptx
Paparan Pemahaman CP  PKP SMK PK.pptxPaparan Pemahaman CP  PKP SMK PK.pptx
Paparan Pemahaman CP PKP SMK PK.pptx
IpunxzzPoenya
 
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdfKurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
APRILIANYUNTIARI
 
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaranKelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaranLilis indah Kurniawati
 
Penyusunan Modul Ajar.pptx
Penyusunan Modul Ajar.pptxPenyusunan Modul Ajar.pptx
Penyusunan Modul Ajar.pptx
EttyTyanAzha1
 
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2) angkatan 3
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2)   angkatan 3Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2)   angkatan 3
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2) angkatan 3
SukmaDeasyArisandi1
 
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran (Media by utilization)
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran  (Media by utilization)Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran  (Media by utilization)
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran (Media by utilization)
dindinamuiz
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
BASUKI ERYANTO
 
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi KurikulumJenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Ambar Fidianingsih
 
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptxMateri 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
AkbarTerlanjurJayuz
 
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konselingkomisariatimmbpp
 
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdfKomunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
radianrama1
 
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxPPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
YusmantoYusmanto
 
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas topik asesmen SD.pdf
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas  topik asesmen SD.pdfaksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas  topik asesmen SD.pdf
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas topik asesmen SD.pdf
artaputri2
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
HasanCkp
 

What's hot (20)

Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka 2022.pptx
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
 
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
3. Penyusunan Modul Ajar.pptx
 
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptx
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptxRefleksi Kurikulum Merdeka.pptx
Refleksi Kurikulum Merdeka.pptx
 
Paparan Pemahaman CP PKP SMK PK.pptx
Paparan Pemahaman CP  PKP SMK PK.pptxPaparan Pemahaman CP  PKP SMK PK.pptx
Paparan Pemahaman CP PKP SMK PK.pptx
 
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdfKurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
 
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaranKelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
 
Penyusunan Modul Ajar.pptx
Penyusunan Modul Ajar.pptxPenyusunan Modul Ajar.pptx
Penyusunan Modul Ajar.pptx
 
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2) angkatan 3
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2)   angkatan 3Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2)   angkatan 3
Ppt ruang kolaborasi (1 dan 2) angkatan 3
 
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran (Media by utilization)
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran  (Media by utilization)Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran  (Media by utilization)
Teknik Penggunaan Media dalam Pembelajaran (Media by utilization)
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
 
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi KurikulumJenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
 
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptxMateri 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
 
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
9. kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
 
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdfKomunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxPPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptx
 
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas topik asesmen SD.pdf
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas  topik asesmen SD.pdfaksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas  topik asesmen SD.pdf
aksi nyata membuat lingkungan fisik kaya literasi di kelas topik asesmen SD.pdf
 
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docxLK 2.3 Rencana Aksi.docx
LK 2.3 Rencana Aksi.docx
 

Similar to Metode pengajaran kelompok

Metode diskusi dalam proses belajar mengajar
Metode diskusi dalam proses belajar mengajarMetode diskusi dalam proses belajar mengajar
Metode diskusi dalam proses belajar mengajar
Lya El-nadhiea
 
Small Group Discussion
Small Group DiscussionSmall Group Discussion
Small Group Discussion
LailaMustafidah
 
judul tugas uas
judul tugas uasjudul tugas uas
judul tugas uas
LailaMustafidah
 
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
PratiwiKartikaSari
 
Modul KB 7 Membimbing Diskusi
Modul KB 7 Membimbing DiskusiModul KB 7 Membimbing Diskusi
Modul KB 7 Membimbing Diskusi
PratiwiKartikaSari
 
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
arikiskandar
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanYoshiie Srinita (II)
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanYoshiie Srinita
 
Teks DEBAT.pptx
Teks DEBAT.pptxTeks DEBAT.pptx
Teks DEBAT.pptx
NurulEfiningsih2
 
Berbicara & Berdiskusi
Berbicara & BerdiskusiBerbicara & Berdiskusi
Berbicara & Berdiskusi
Dedi Nurfalaq
 
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)Adelia Hardini
 
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptxKETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
adamalarfan1
 
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdfKel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
MilaAmelia17
 
Diskusi bahasa indonesia kelas x
Diskusi bahasa indonesia kelas xDiskusi bahasa indonesia kelas x
Diskusi bahasa indonesia kelas x
Fairuz Diana
 
Point canter point
Point canter pointPoint canter point
Point canter pointifalatifa
 
Ppt kelompok 1
Ppt kelompok 1Ppt kelompok 1
Ppt kelompok 1
hfggs
 
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa Indonesia
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa IndonesiaKD 2.7_RPP SMK XI Bahasa Indonesia
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa IndonesiaDini Zakia
 
Modul Pert 2.docx
Modul Pert 2.docxModul Pert 2.docx
Modul Pert 2.docx
FransMuji
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
saibani3
 

Similar to Metode pengajaran kelompok (20)

Metode diskusi dalam proses belajar mengajar
Metode diskusi dalam proses belajar mengajarMetode diskusi dalam proses belajar mengajar
Metode diskusi dalam proses belajar mengajar
 
Small Group Discussion
Small Group DiscussionSmall Group Discussion
Small Group Discussion
 
judul tugas uas
judul tugas uasjudul tugas uas
judul tugas uas
 
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
Bab 1 modul kb 7 membimbing diskusi(1)
 
Modul KB 7 Membimbing Diskusi
Modul KB 7 Membimbing DiskusiModul KB 7 Membimbing Diskusi
Modul KB 7 Membimbing Diskusi
 
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
9. diskusi kelompok (1).memahami peran dan pentingya diskusi kelompok
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
 
Teks DEBAT.pptx
Teks DEBAT.pptxTeks DEBAT.pptx
Teks DEBAT.pptx
 
Berbicara & Berdiskusi
Berbicara & BerdiskusiBerbicara & Berdiskusi
Berbicara & Berdiskusi
 
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)
Kelompok 11 (dedy, dinar, zulfalina)
 
Metode diskusi
Metode diskusiMetode diskusi
Metode diskusi
 
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptxKETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
KETDAS 6. MEMBIMBING KELOMPOK KECIL.pptx
 
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdfKel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
Kel. 3 M.P BIPA- Metode Talking Chips1.pdf
 
Diskusi bahasa indonesia kelas x
Diskusi bahasa indonesia kelas xDiskusi bahasa indonesia kelas x
Diskusi bahasa indonesia kelas x
 
Point canter point
Point canter pointPoint canter point
Point canter point
 
Ppt kelompok 1
Ppt kelompok 1Ppt kelompok 1
Ppt kelompok 1
 
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa Indonesia
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa IndonesiaKD 2.7_RPP SMK XI Bahasa Indonesia
KD 2.7_RPP SMK XI Bahasa Indonesia
 
Modul Pert 2.docx
Modul Pert 2.docxModul Pert 2.docx
Modul Pert 2.docx
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
 

More from Sunawan Sunawan

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4
Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar media
Konsep dasar mediaKonsep dasar media
Konsep dasar media
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2
Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1
Sunawan Sunawan
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih media
Sunawan Sunawan
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Sunawan Sunawan
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung
Sunawan Sunawan
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistik
Sunawan Sunawan
 
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Sunawan Sunawan
 

More from Sunawan Sunawan (20)

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3
 
Konsep dasar media
Konsep dasar mediaKonsep dasar media
Konsep dasar media
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih media
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
 
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistik
 
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 

Recently uploaded

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 

Metode pengajaran kelompok

  • 1. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 METODE PENGAJARAN KELOMPOK Oleh: Sunawan, Ph.D. a. Diskusi Kelompok Metode pengajaran yang berorientasi kelompok yang paling banyak diaplikasikan adalah diskusi. Metode ini merupakan salah satu bentuk metode bimbingan klasikal yang berpusat pada siswa. Hal ini berbeda dengan metode pengajaran langsung yang berpusat pada guru. Diskusi didefinisikan sebagai metode pengajaran yang dilakukan dengan pertukaran verbal ide-ide yang sudah direncanakan oleh tiga orang atau lebih untuk memecahkan masalah atau memperjelas persoalan yang dipimpin atau dipandu oleh pemimpin kelompok (Arends, 2007; Burdin & Byrd, 1999). Proses diskusi dapat melibatkan siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Penggunaan metode diskusi dalam bimbingan klasikal memiliki banyak keuntungan dan kelebihan. Arends (2007) memaparkan bahwa hasil diskusi kelompok mencakup pemahaman konseptual, keterlibatan dan keterikatan siswa terhadap proses bimbingan klasikal atau pembelajaran, serta keterampilan berpikir dan berkomunikasi. Dinkemeyer dan Munro (dalam Romlah, 2001) menjelaskan tujuan diskusi adalah sebagai berikut: 1) Mengembangkan pengertian terhadap diri-sendiri. Melalui proses diskusi para siswa dapat mendapatkan balikan dari siswa lain atau konselor yang berguna untuk lebih memahami diri mereka sendiri, seperti kelebihannya, kekurangannya, konsep diri yang dimilikinya, dan lain-lain. 2) Mengembangkan kesadaran tentang diri (self) dan orang lain. Diskusi kelompok memungkan para pesertanya untuk belajar tentang perbedaan diri mereka dengan orang lain melalui serangkaian proses berbagi pendapat, beradu argumentasi, mengelola konflik dalam diskusi, kepemimpinan dan seterusnya. Dengan demikian, diskusi membuat siswa memiliki pengalaman untuk memecahkan masalah dan konflik, berbagi peran, respek dan toleran terhadap perbedaan, dan berempati kepada orang lain.
  • 2. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 3) Mengembangkan pandangan dan keterampilan baru tentang hubungan antar manusia (interpersonal relationship) yang meliputi: a) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Diskusi kelompok memfasilitasi siswa untuk belajar mempengaruhi orang lain, bernegosiasi, memecahkan konflik, dan berkomunikasi secara massa. b) Merangkum pendapat-pendapat kelompok. Saat berbagi maupun berbeda pendapat, para siswa belajar tentang memahami pendapat orang lain termasuk perspektif yang menjadi dasar pendapat tersebut. c) Mencapai suatu konsensus. Berdiskusi mendorong siswa untuk belajar bagaimana mempertemukan perbedaan pendapat dalam kelompok agar dapat menjadi suatu kesepakatan. d) Menjadi pendengar yang aktif. Para siswa dituntut untuk mendengarkan secara aktif pendapat orang lain dalam berdiskusi; memahami dasar pendapat tersebut; sudut pandang orang lain yang berpendapat; dan mengkritisi pendapat orang lain dari sisi kelebihan dan kelemahannya. e) Mengatasi perbedaan dengan tepat. Perbedaan dalam diskusi merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Namun, melalui diskusi kelompok konselor dapat membantu siswa mensikapi perbedaan pendapat tersebut dan memanfaatkan perbedaan tersebut secara efektif dalam bentuk menciptakan sinergi dan kerjasama antar anggota kelompok. f) Mengembangkan keterampilan memparafrase. Para siswa dapat belajar mengungkapkan pendapat orang lain dengan menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengurangi atau menambahi isi dan batasan pendapat orang lain. Kemampu dalam memparafrase menunjukkan bahwa siswa mampu menangkap dan memahami secara tepat pesan dari orang lain. g) Mengembangkan keterampilan belajar mandiri. Para siswa dalam diskusi kelompok memungkinkan mereka belajar mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan selain guru, seperti teman sebaya, buku teks, dan
  • 3. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 seterusnya yang mendukung peningkatan kemampuan mereka dalam melaksanakan diskusi. h) Mengembangkan keterampilan menganalisis, mensintesis, dan menilai. Berdiskusi seringkali menghadapkan siswa pada berbagai pendapat dan pandangan dari anggota kelompok lain. Dalam situasi seperti itu, para siswa didorong untuk memahami secara kritis pendapat orang lain tersebut sehingga mereka tidak mengalami kebingungan di antara banyak pendapat. Diskusi kelompok dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Arends (2007) dan Woolfolk (2008) menjabarkan tahapan diskusi kelompok sebagai berikut: 1) Mengembangkan maksud dan tujuan diskusi kelompok. Tahapan ini dilakukan konselor dengan menyampaikan kepada siswa alasan dan tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan diskusi kelompok. Konselor di tahapan ini juga perlu menyampaikan tentang peraturan yang berlaku dalam diskusi kelompok dan perilaku-perilaku yang diharapkan dari siswa selama diskusi, seperti menghargai pendapat orang lain, berbicara atau berpendapat secara bergantian, dan seterusnya. 2) Memfokuskan diskusi. Di tahapan ini konselor menyodorkan pertanyaan stimulasi diskusi dan menyodorkan isu atau situasi yang membingungkan dan merangsang siswa untuk memecahkannya. Pertanyaan dan isu yang kritis serta relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa sangat menentukan antusiasme siswa dalam berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 3) Mengelola diskusi. Selama diskusi berlangsung, konselor dituntut untuk: memantau interaksi siswa selama proses diskusi, melontarkan pertanyaan, mendengarkan ide- ide dari para siswa, merespons ide-ide siswa, menegakkan peraturan diskusi yang telah disepakati, mencatat atau merekam proses diskusi, dan mengekspresikan idenya sendiri. 4) Mengakhiri diskusi. Konselor membantu mengakhiri proses diskusi dengan merangkum atau mengekspresikan makna bagi siswa dan diri-sendiri. Pengakhiran diskusi juga dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan seperti, ”Apa hal utama yang kita dapatkan dari diskusi pada bimbingan klasikal kali ini?” atau, ”Poin
  • 4. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 apa yang paling provokatif dan menarik yang kita dapatkan pada diskusi di bimbingan klasikal kali ini?” 5) Debriefing. Di tahapan akhir ini, konselor meminta siswa untuk menelaah proses diskusi yang telah dilaksanakannya dan memikirkan kembali proses-proses diskusi yang telah dijalaninya. Beberapa pertanyaan seperti, ”Bagaimana pendapatmu tentang diskusi yang berjalan pada bimbingan klasikal kali ini? Apakah diskusi kita telah memfasilitasi semua orang untuk berpartisipasi dan berpendapat? Adakah saat-saat kita mengalami jalan buntu dalam mencari ide atau solusi dari suatu masalah pada diskusi kali ini? Hal apa saja yang dapat kita ciptakan atau lakukan agar diskusi di masa mendatang dapat lebih provokatif dan menarik?” Diskusi kelompok akan berjalan dengan lancar apabila pemimpin kelompok (diskusi) dan anggota kelompok melaksanakan perannya secara tepat. Konselor dalam diskusi kelompok dapat berperan sebagai pemimpin kelompok ataupun sebagai anggota kelompok. Hal ini tergantung pada perencaan kegiatan diskusi kelompok. Berikut ini adalah peranan pemimpin kelompok: 1) Menyediakan kondisi yang membantu kelancaran komunikasi, melalui: pengaturan tempat duduk, mengatur lalu-lintas pembicaraan, menegur anggota yang memonopoli pembicaraan dan mendorong anggota yang kurang bicara dengan cara yang tidak menyinggung. 2) Membantu kelopok merumuskan tujuan-tujuan, menjajagi masalah yang akan dibicarakan, bertindak sebagai sumber, dan bila perlu mencari sumber lain yang dapat membantu kelompok memecahkan masalah. 3) Mengenalkan teknik-teknik yang dapat membantu agar diskusi berlangsung secara lancar. 4) Menjaga supaya pembicaraan tidak menyimpang dari masalah pokok, merangkum hasil diskusi, dan membantu kelompok mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai. 5) Memperhatikan masalah-masalah khusus yang timbul selama diskusi berlangsung. Adapun anggota kelompok berperan untuk:
  • 5. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 1) Berpartisipasi aktif dalam diskusi. Para anggota kelompok diharapkan menunjukkan antusiasnya terhadap proses diskusi dan isu-isu yang dibahas dalam diskusi, menghargai pendapat orang lain, memberi kesempatan orang lain untuk berpendapat, menghindari upaya memonopoli waktu berbicara, dan seterusnya. 2) Datang tepat waktu, menyiapkan bahan yang akan didiskusikan dan memahami ruang lingkup diskusi. Anggota kelompok diharapkan ’hadir’ dalam kegiatan diskusi dan menunjukkan perhatian terhadap proses diskusi. Agar diskusi kelompok terjadi secara menarik, maka diharapkan anggota kelompok menguasai isu-isu yang sedang didiskusikan dan berbicara terkait dengan isu yang sedang dibahas. 3) Berusaha untuk tidak menyimpang dari topik diskusi dan bersedia berbagi waktu berbicara dengan anggota lain. 4) Berperilaku sesuai dengan aturan diskusi yang disepakati bersama. 5) Memahami bahwa diskusi kelompok merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan semua anggota dan bukan tempat untuk mencari kekuasaan dan melampiaskan rasa kebencian. Kesadaran dan pemahaman ini penting untuk mengantisipasi motif-motif siswa yang tidak sehat dalam mengikuti diskusi kelompok, seperti menguasai forum, mengalahkan atau menyalahkan pendapat orang lain, mencari pembenaran dan menafikkan pendapat orang lain, dan seterusnya. Diskusi kelompok memiliki manfaat yang banyak bagi siswa ketika diimplementasikan secara tepat dalam bimbingan klasikal. Berikut ini adalah keuntungan dari kegiatan diskusi kelompok, yaitu: 1) Mendorong anggota kelompok menjadi lebih aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal karena mereka memiliki kesempatan berbicara dan memberi sumbangan kepada kelompok. 2) Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan dan nilai sehingga membuat persoalan yang dibahas menjadi lebih jelas dan solusi yang dihasilkan merupakan hasil telaah dan evaluasi dari berbagai sudut pandang dan perspektif.
  • 6. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 3) Anggota kelompok belajar untuk mendengarkan secara aktif, menerima, memahami, dan berempati kepada orang lain orang lain. 4) Anggota kelompok dapat belajar untuk meningkatkan pengertian terhadap diri- sendiri dan orang lain melalui balikan dari orang lain. 5) Memberi kesempatan anggota kelompok untuk belajar menjadi pemimpin. Keterampilan ini penting mengingat kepemimpinan dan bekerja sama adalah salah satu kompetensi penting di abad 21 (Slavin, 2018). Meskipun memberikan manfaat yang nyata, tetapi diskusi kelompok juga memiliki kelemahan. Berikut ini tiga kelemahan dari kegiatan diskusi kelompok: 1) Diskusi dapat menjadi salah arah jika pemimpin tidak menjalankan fungsinya. Efektif atau tidaknya kegiatan diskusi kelompok sangat bergantung pada pemimpin kelompok. Apabila pemimpin kelompok kurang mampu mengundang partisipasi anggota kelompok, mengarahkan komunikasi diskusi secara tidak berimbang, kurang mampu mengartikulasi berbagai perbedaan dalam diskusi, dan seterusnya maka kegiatan diskusi menjadi tidak efektif dan tidak berjalan sebagai mana yang diharapkan. Hasilnya, diskusi tidak membuahkan pengalaman belajar yang diharapkan. 2) Ada kemungkinan diskusi akan dikuasai oleh orang-orang tertentu dan siswa yang kurang mampu berkomunikasi kurang mendapat kesempatan bicara. 3) Membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas. Apabila dibandingkan dengan pengajaran langsung, diskusi memerlukan waktu yang lebih lama dan tempat yang lebih luas. b. Diskusi kelompok: Curah gagasan (brainstorming) Curah gagasan merupakan bentuk lain dari diskusi kelompok. Diskusi curah gagasan merupakan teknik pengeksplorasian ide maupun gagasan dari semua anggota kelompok. Setiap anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan ide atau gagasan. Kesediaan dan partisipasi setiap anggota kelompok dalam berpendapat untuk menyampaikan idenya merupakan kunci dari pelaksanaan curah gagasan. Teknik ini
  • 7. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 dapat digunakan sebagai pelengkap teknik diskusi kelompok maupun pemecahan masalah (problem solving). Berikut ini adalah aturan dalam curah gagasan: 1) Tidak boleh memberi komentar negatif terhadap pendapat anggota lain 2) Perhatikan pada anggota yang memberi sumbangan pendapat, bukan pada mutu tetapi pada kesediaannya mengemukakan pendapat, karena semakin banyak yang menyumbang pendapat semakin baik 3) Perluas sumbangan pikiran anggota lain 4) Beri dorongan ide-ide yang positif 5) Catat inti setiap sumbangan pendapat 6) Tentukan batas waktu untuk memberi sumbangan-sumbangan pikiran c. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Bentuk lain dari pembelajaran kelompok dalam bimbingan klasikal adalah cooperative learning. Orlich dan kawan-kawan (2010) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kegiatan pembelajaran yang berbasis pendekatan kelompok kecil untuk mengajarkan bahwa semua siswa bertanggungjawab terhadap prestasi individu maupun kelompok. Dibandingkan dengan diskusi kelompok, pembelajaran kooperatif mendorong setiap orang punya kontribusi yang sama kepada kelompok. Oleh pembelajaran ini didasari pandangan bahwa keberadaan siswa dalam suatu kelas sebagai kelompok bukan untuk saling bersaing, melainkan untuk bekerja sama sehingga kelas dapat menciptakan suatu sinergi dalam berprestasi. Pandangan yang menyebutkan bahwa siswa yang satu merupakan kompetitor bagi siswa yang lain dalam berprestasi, yang ditunjukkan dengan mengurutkan siswa berdasarkan prestasi yang dicapainya, merupakan suatu pandangan yang ditentang dengan prinsip pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005). Dengan demikian, setiap siswa dalam satu kelas memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses dalam belajar. Arends (2007), Orlich dan kawan-kawan (2010) dan Slavin (2005) mengindetifikasi hasil-hasil penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
  • 8. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 1) Meningkatkan pemahaman yang komprehensif tentang konten bimbingan klasikal dan prestasi siswa. 2) Kemauan untuk toleran serta menerima keanekaragaman. 3) Memperkuat keterampilan sosial 4) Memfasilitasi siswa membuat keputusan 5) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif 6) Meningkatkan harga diri (self esteem) siswa 7) Memadukan berbagai gaya belajar yang berbeda 8) Mempromosikan tanggung jawab kepada setiap siswa 9) Memfokus pada kesuksesan dan keberhasilan semua siswa. Ada beberapa macam strategi pelaksanaan pembelajaran kooperatif, seperti student teams achievement devisions (STAD), Jigsaw, peer assisted learning strategies (PALS), belajar bersama (learning together), investigasi kelompok (group investigation), metode informal (termasuk think-pair-share) (untuk ulasan lanjut baca Slavin, 2005). Meski banyak strategi dalam pembelajaran kooperatif, tetapi terdapat beberapa ciri-ciri khusus dari pembelajaran kooperatif yang diidentifikasi oleh Johnson dan Johnson (2005) sebagai berikut: 1) Menggunakan kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa (microgroups) 2) Memfokus pada tugas yang harud diselesaikan 3) Menuntut kerjasama dan interaksi kelompok 4) Mengamanahkan dan mewajibkan tanggung jawab belajar kepada setiap siswa 5) Mendukung kerja dalam divisi Dalam Kegiatan Belajar ini pembahasan metode pembelajaran kooperatif memfokus pada STAD, Jigsaw, dan investigasi kelompok. Berikut ini adalah paparan untuk setiap strategi tersebut. 1) STAD Strategi STAD merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Biasanya, STAD diterapkan pada
  • 9. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 pengajaran topik-topik baru secara reguler di setiap minggu. STAD dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yakni: a) Siswa dari suatu kelas di bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Anggota kelompok kecil tersebut berasal dari kedua jenis gender (terdiri laki-laki dan perempuan), dari berbagai kelompok ras, etnis, ataupun daerah, dan dengan prestasi tinggi, sedang, serta rendah. b) Anggota kelompok menggunakan lembar kerja siswa (LKS) ataupun bentuk worksheet lain untuk mempelajari berbagai materi atau konten bimbingan klasikal. Selama proses belajar di tahapan ini, para siswa didorong untuk saling membantu mempelajari metari dengan cara tutoring, saling memberi kuis, dan melaksanakan diskusi tim. c) Secara individual, setiap anggota kelompok atau siswa diberi kuis mingguan atau dua mingguan terkait konten atau materi bimbingan kelompok yang diberikan. d) Kuis-kuis masing-masing siswa tersebut diskor berdasarkan kemajuan yang dicapai, bukan skor absolut. Fokus penskoran adalah peningkatan atau penambahan skor yang dicapai setiap siswa di setiap periode pemberian kuis. 2) Jigsaw Pembelajaran kooperatif dengan strategi Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson. Pembagian dan alur kerja tim-tim Jigsaw divisualisasikan dalam Gambar …. Adapun tahapan dari Jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Siswa diminta untuk membentuk kelompok asal yang terdiri atas 5-6 orang siswa. Para siswa dalam tim asal merupakan kelompok belajar yang heterogen. b) Siswa dari kelompok asal kemudian diberi tanggungjawab untuk mempelajari satu pokok bahasan tertentu. c) Setelah setiap siswa mendapatkan mandat untuk belajar topik tertentu, mereka diminta untuk bergabung ke kelompok yang membahas topik yang sama (disebut kelompok ahli). Dengan demikian, kelompok ahli merupakan kelompok yang berasal dari berbagai kelompok asal. Materi yang dipelajari biasanya disajikan dalam bentuk teks.
  • 10. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 d) Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal setelah mereka menguasai topik tertentu. e) Setiap kelompok asal saling mengajari anggota kelompok lain tentang materi atau topik yang telah dipelajarinya di kelompok ahli. Gambar 2. Bagai pembagian jigsaw (Sumber: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning- teknik-jigsaw/) 3) Investigasi Kelompok Awalnya, investigasi kelompok dikembangkan oleh Herbert Thelen dan dalam perkembangannya telah dimodifikasi oleh banyak ahli. Pada bahasan ini akan dibahas strategi investigasi kelompok yang disampaikan oleh Sharan (dalam Slavin, 2005). Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang selama ini dipandang paling kompleks prosedurnya. Terdapat enam tahapan dalam mengimplementasikan investigasi kelompok, yaitu: a) Pemilihan topik. Konselor dalam bimbingan klasikal terlebih dahulu menerangkan tentang permasalahan atau isu-isu tertentu. Siswa memilih topik-topik tertentu sesuai dengan isu atau permasalahan yang telah diterangkan konselor. Mereka kemudian dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang keanggotaannya bersifat heterogen. Mereka biasanya beranggotakan antara 2-6 orang.
  • 11. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 b) Pembelajaran kooperatif. Siswa bersama guru bersama-sama merencanakan serangkaian prosedur, tugas, dan tujuan belajar yang relevan dengan topik yang dipilih dalam langkah 1. c) Implementasi. Siswa melaksanakan rencana yang sudah disusun pada tahap 2. Aktivitas pembelajaran (yang direncanakan di tahap 2) diharapkan melibatkan berbagai kegiatan dan keterampilan. Siswa didorong untuk mengakses sumber informasi baik dari dalam maupun luar sekolah. Konselor berperan untuk memantau perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan jika diperlukan. d) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis, membahas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari tahap 3. Kemudian, mereka merencanakan cara menyajikan dan mempresentasikan hasilnya kepada teman-teman sekelas. e) Presentasi produk akhir. Beberapa atau semua kelompok mempresentasikan topik- topik yang telah mereka investigasi. Presentasi ini diharapkan membuat siswa satu kelas merasa saling terlibat dengan pekerjaan temannya dan, yang tidak kalah penting, mencapai perspektif yang lebih luas tentang isu atau topik yang sedang dibahas. Presentasi ini dipandu atau dimoderatori oleh konselor. f) Evaluasi. Tahapan ini dilaksanakan dengan menilai kontribusi masing-masing kelompok ke hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat diarahkan untuk memasukkan hasil asesmen baik secara individual, kelompok, maupun kedua- duanya. Daftar Pustaka Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto & S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Johnson, D. W., & Johnson, R. 2005. Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning. Boston, MA: Allyn & Bacon. Romlah, T. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas Negeri Semarang. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning. London: Allyn and Bacon. Slavin, R.E. 2018. Educational Psychology: Theory and Practice (12th ed.). New York, NY: Pearson.
  • 12. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Woolfolk, A. 2008. Educational Psychology: Active Learning Edition (10th ed.). Boston, MA: Pearson Education.