SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF,KREATIF,EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
( PAKEM ) BERBASIS KOOPERATIF LEARNING DEBATE
Dosen Pengampu: Dr.Imam Syafe’I,M.Ag
Dr.Ruhban Masykur,M.Pd
Dr.Umi Hijriyah,M.Pd
OLEH : SISKA DAMAYANTI
MATA KULIAH : METODE DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN PAI
Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Berpikir
kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk
membandingkan dua atau lebih informasi, misalnya informasi yang diterima
dari luar dengan informasi yang dimiliki. Kemampuan berpikir kritis sangat
diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja dapat memperolah
informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber
dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan
tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Demikian halnya
siswa jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis maka tidak akan
mampu mengolah menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis
adalah merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.
Latar Belakang
Ennis dalam Harsanto memberikan definisi berpikir kritis adalah “berpikir
reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa
yang harus diyakini dan harus dilakukan”. Berdasarkan definisi
tersebut, maka kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dalam
Harsanto “kemampuan berpikir ktitis itu terdiri atas (1) kemampuan
mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk
pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsiasumsi, (4)
kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik
kesimpulan”.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan bersama yang harus
dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pihak
pemerintah telah berusaha untuk merumuskan berbagai macam
strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan
inovasi pendidikan sebagai bagian dari reformasi pendidikan. Undang-
Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang
berisi penjelasan tentang tujuan pendidikan serta upaya-upaya
peningkatan pendidikan, merupakan salah satu produk reformasi
pendidikan.
Harsanto, Radno. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 66
Ibid;
1.Pembelajan Aktif,Kreatif,Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM)
PEMBAHASAN
Model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan) merupakan model pembelajaran yang ada dalam
KTSP. Secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan dikelas dapat merangsang aktifitas
dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan
efektif dan menyenangkan. Model ini merupakan salah satu
alternatif solusi untuk menciptakan lulusan yang berkualitas,
kompetitif dan unggul.
Dalam melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan ini, tentunya ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar dalam aplikasi pembelajarannya benar-benar
tercipta suasana belajar yang efektif. Hal tersebut adalah:
Memahami sifat yang dimiliki siswa.
Mengenal siswa secara perorangan.
Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian pembelajaran.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran.
Membedakan antara aktif dan aktif mental. Banyak guru yang sudah
merasa puas bila menyaksikan para siswanya kelihatan sibuk bekerja
Dijelaskan PAKEM dapat digambarkan sebagai:
a.Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada mata pelajaran
melalui perbuatan.
b.Guru menggunakan berbagai alat bantu dan
berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
c.Guru menerapkan sistem pembelajaran yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
d.Guru mendorong peserta didik untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan
peserta didik dalam menciptakan lingkungan belajar.
2.Pembelajaran Berbasis Kooperatif learning Debate
Pembelajaran kooperatif menurut para ahli. Dalam Bahasa Inggris, David dan Roger Johnson
mendefinisikan Cooperative Learning sebagai “a teaching strategy in which small teams, each with students of
different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.” Jika
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi
pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda,
dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi).
Menurut Asep Gojwan, cooperative learning atau model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan
yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Tidak hanya mempelajari materi
pembelajaran Bersama-saman, setiap anggota kelompok harus saling membantu anggota yang lain untuk belajar.
Cooperative Learning Debate adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau
lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan. Selain itu debat juga sering disebut sebagai
suatu pertukaran pikiran yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
pandangan yang berlawanan.
Pembelajaran dengan model debate diawali dengan pembentukan dua kelompok yang,
satu kelompok yang pro (setuju) dan satu kelompok lagi kontra (tidak setuju). Kedua
kelompok ini duduk berhadapan dan saling beradu argumentasi dalam rangka
mengemukakan pendapatnya untuk meyakinkan siswa lawan bicaranya atau
kelompok lain bahwa yang dikemukakannya adalah benar. Maka adu argumentasi
dalam model pembelajaran debate merupakan keharusan yang harus dilakukan
setiap siswa dari masing-masing kelompok. Jadi kemampuan untuk menyampaikan
pendapat sangat diperlukan dalam model pembelajaran debate ini.
Dalam model pembelajaran debate ini ada suatu peraturan atau suatu keharusan bagi
masing-masing kelompok untuk menyampaikan alasannya mengapa kelompoknya
setuju atau tidak setuju dengan suatu permasalahan. Dengan kata lain tidak
dibenarkan suatu kelompok untuk mengatakan sejutu, tetapi tidak memiliki
argumentasi atau alasan mengapa mereka setuju, begitu juga sebaliknya.
Tujuan strategi debat pendapat adalah untuk melatih peserta didik untuk mencari
argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang actual di
masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan. Langkah-langkah strategi
pembelajaran debat pendapat :
Pilihlah satu isu-isu atau suatu permasalahan yang mempunyai banyak perspektif.
Bagi siswa / mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah
ditentukan.
Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argument sesuai
dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini pisahlah tempat
duduk masing-masin kelompok.
Kumpulkan kembali semua siswa / mahasiswa dengan catatan.
Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai.
Setelah salah seorang menyampaikan pendapat, mintalah tanggapan, bantahan
atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
Lanjut proses ini sampai waktu memungkinkan.
Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau
mungkin mencari titik temu dari argument-argument yang muncul.
Keuggulan strategi debat pendapat :
1.Mempertajam hasil pembicaraan.
2.Siswa dapat untuk menganalisa masalah di dalam kelompok.
3.Membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara; turut
berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
Teknik ini dapat digunakan dalam kelompok besar.
4.Siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian
diteliti fakta mana yang benar / valid dan bisa dipertanggung
jawabkan.
Kelemahan Strategi debat pendapat :
1.Keinginan untuk menang terlalu besar, sehingga tidak
memperhatikan pendapat orang lain.
2.Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah
tentang orang yang berdebat.
3.Bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat karena sengitnya
perdebatan, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.
4.Membatasi partisipasi kelompok, kecuali jika diikuti dengan diskusi.
Agar bisa melaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti
sebelumnya.
Langkah-langkah model pembelajaran Debat
Langkah-langkah penerapan model pembalajaran ini yaitu :
Guru membagi siswa menjadi dua kelompok debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Siswa duduk saling berhadapan antara yang pro dan kontra (susun
meja dan kursi seperti untuk rapat).
Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan di debatkan.
Setelah selesai membaca, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara menyampaikan pendapatnya, kemudian ditanggapi oleh kelompok
kontra. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan anggota kelompok yang lainya, sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
Diwaktu peserta didik menyampaikan gagasannya atau pendapatnya, maka peserta didik menulis inti/ide-ide dari setiap pendapat sampai mendapat sejumlah
ide yang diharapkan.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
Dari ide-ide yang telah disampaikan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini misalnya sebagai berikut :
Pembacaan informasi/masalah yang akan diperdebatkan.
Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan.
Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan dari kelompok kontra.
Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan pendapat mereka, dan kelompok pro pun mempertahankan pendapat mereka dengan
berbagai argumen yang dimiliki.
Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya.
Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi oleh tiap kelompok dan seterusnya.
Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswadalam kegiatan debat
tersebut.
Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa dalam kegiatan debat.
Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan pembimbing mengguasai
emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat dengan mudah
merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung merangsang
kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep dengan baik.
Pembelajaran berbasis Cooperative Learning Debate merupakan suatu
argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang
didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung / afirmatif, dan ditolak,
disangkal, oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negative.
Pembelajaran dengan model debate sangat baik digunakan dalam rangka
meningkatkan daya kritis dan analisis siswa terhadap suatu masalah. Oleh
sebab itu sebaiknya materi yang dijadikan bahan dalam perdebatan adalah
peristiwa aktual yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jadi,
pebelajaran dengan model debate adalah penyampaian materi ajar dengan
meninjau dari dua sisi yaitu pro dan kontra untuk mendapatkan
kesimpulan atau kebenaran dari suatu peristiwa yang ada.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal dalam
berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya guru harus ingat bahwa
tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan
kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-
media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Kesimpulan
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Terimakasih
mohon maaf atas
segala
kekurangannya

More Related Content

Similar to SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx

Point canter point
Point canter pointPoint canter point
Point canter pointifalatifa
 
Media pembelajaran biologi 2
Media pembelajaran biologi 2Media pembelajaran biologi 2
Media pembelajaran biologi 2kurnia-0ne
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1sintaroyani
 
Strategi dan model pembelajaran
Strategi dan model pembelajaranStrategi dan model pembelajaran
Strategi dan model pembelajaranKarlini Karlini
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626Interest_Matematika_2011
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanYoshiie Srinita (II)
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanYoshiie Srinita
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4vietry NIC
 
pembelajaran kooperatif
pembelajaran kooperatifpembelajaran kooperatif
pembelajaran kooperatiflindahbidan
 
Metode pembelajaran-jam-2
Metode pembelajaran-jam-2Metode pembelajaran-jam-2
Metode pembelajaran-jam-2tsamarul_hizbi
 
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFPEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFlindahbidan
 
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFPEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFlindahbidan
 

Similar to SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx (20)

Point canter point
Point canter pointPoint canter point
Point canter point
 
Media pembelajaran biologi 2
Media pembelajaran biologi 2Media pembelajaran biologi 2
Media pembelajaran biologi 2
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Strategi dan model pembelajaran
Strategi dan model pembelajaranStrategi dan model pembelajaran
Strategi dan model pembelajaran
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
 
Karya ilmiah la firman
Karya ilmiah la firmanKarya ilmiah la firman
Karya ilmiah la firman
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
 
Laporan pkp la firman
Laporan pkp la firmanLaporan pkp la firman
Laporan pkp la firman
 
pembelajaran kooperatif
pembelajaran kooperatifpembelajaran kooperatif
pembelajaran kooperatif
 
Metode pembelajaran-jam-2
Metode pembelajaran-jam-2Metode pembelajaran-jam-2
Metode pembelajaran-jam-2
 
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFPEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
 
Tugas ke 1
Tugas ke 1Tugas ke 1
Tugas ke 1
 
Tugas ke 1
Tugas ke 1Tugas ke 1
Tugas ke 1
 
Tugas ke 1
Tugas ke 1Tugas ke 1
Tugas ke 1
 
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIFPEMBELAJARAN KOOPERATIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx

  • 1. STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF,KREATIF,EFEKTIF DAN MENYENANGKAN ( PAKEM ) BERBASIS KOOPERATIF LEARNING DEBATE Dosen Pengampu: Dr.Imam Syafe’I,M.Ag Dr.Ruhban Masykur,M.Pd Dr.Umi Hijriyah,M.Pd OLEH : SISKA DAMAYANTI MATA KULIAH : METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI
  • 2. Latar Belakang Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalnya informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja dapat memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Demikian halnya siswa jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis maka tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis adalah merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.
  • 3. Latar Belakang Ennis dalam Harsanto memberikan definisi berpikir kritis adalah “berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan”. Berdasarkan definisi tersebut, maka kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dalam Harsanto “kemampuan berpikir ktitis itu terdiri atas (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsiasumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan”. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan bersama yang harus dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pihak pemerintah telah berusaha untuk merumuskan berbagai macam strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan inovasi pendidikan sebagai bagian dari reformasi pendidikan. Undang- Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berisi penjelasan tentang tujuan pendidikan serta upaya-upaya peningkatan pendidikan, merupakan salah satu produk reformasi pendidikan. Harsanto, Radno. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 66 Ibid;
  • 4. 1.Pembelajan Aktif,Kreatif,Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) PEMBAHASAN Model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) merupakan model pembelajaran yang ada dalam KTSP. Secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan. Model ini merupakan salah satu alternatif solusi untuk menciptakan lulusan yang berkualitas, kompetitif dan unggul. Dalam melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ini, tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dalam aplikasi pembelajarannya benar-benar tercipta suasana belajar yang efektif. Hal tersebut adalah: Memahami sifat yang dimiliki siswa. Mengenal siswa secara perorangan. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian pembelajaran. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. Membedakan antara aktif dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswanya kelihatan sibuk bekerja
  • 5. Dijelaskan PAKEM dapat digambarkan sebagai: a.Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada mata pelajaran melalui perbuatan. b.Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. c.Guru menerapkan sistem pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. d.Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan belajar.
  • 6. 2.Pembelajaran Berbasis Kooperatif learning Debate Pembelajaran kooperatif menurut para ahli. Dalam Bahasa Inggris, David dan Roger Johnson mendefinisikan Cooperative Learning sebagai “a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.” Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi). Menurut Asep Gojwan, cooperative learning atau model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Tidak hanya mempelajari materi pembelajaran Bersama-saman, setiap anggota kelompok harus saling membantu anggota yang lain untuk belajar.
  • 7. Cooperative Learning Debate adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Selain itu debat juga sering disebut sebagai suatu pertukaran pikiran yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai pandangan yang berlawanan. Pembelajaran dengan model debate diawali dengan pembentukan dua kelompok yang, satu kelompok yang pro (setuju) dan satu kelompok lagi kontra (tidak setuju). Kedua kelompok ini duduk berhadapan dan saling beradu argumentasi dalam rangka mengemukakan pendapatnya untuk meyakinkan siswa lawan bicaranya atau kelompok lain bahwa yang dikemukakannya adalah benar. Maka adu argumentasi dalam model pembelajaran debate merupakan keharusan yang harus dilakukan setiap siswa dari masing-masing kelompok. Jadi kemampuan untuk menyampaikan pendapat sangat diperlukan dalam model pembelajaran debate ini. Dalam model pembelajaran debate ini ada suatu peraturan atau suatu keharusan bagi masing-masing kelompok untuk menyampaikan alasannya mengapa kelompoknya setuju atau tidak setuju dengan suatu permasalahan. Dengan kata lain tidak dibenarkan suatu kelompok untuk mengatakan sejutu, tetapi tidak memiliki argumentasi atau alasan mengapa mereka setuju, begitu juga sebaliknya.
  • 8. Tujuan strategi debat pendapat adalah untuk melatih peserta didik untuk mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang actual di masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan. Langkah-langkah strategi pembelajaran debat pendapat : Pilihlah satu isu-isu atau suatu permasalahan yang mempunyai banyak perspektif. Bagi siswa / mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah ditentukan. Minta masing-masing kelompok untuk menyiapkan argument-argument sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini pisahlah tempat duduk masing-masin kelompok. Kumpulkan kembali semua siswa / mahasiswa dengan catatan. Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai. Setelah salah seorang menyampaikan pendapat, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama. Lanjut proses ini sampai waktu memungkinkan. Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggaris bawahi atau mungkin mencari titik temu dari argument-argument yang muncul.
  • 9. Keuggulan strategi debat pendapat : 1.Mempertajam hasil pembicaraan. 2.Siswa dapat untuk menganalisa masalah di dalam kelompok. 3.Membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara; turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat. Teknik ini dapat digunakan dalam kelompok besar. 4.Siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar / valid dan bisa dipertanggung jawabkan. Kelemahan Strategi debat pendapat : 1.Keinginan untuk menang terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang lain. 2.Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat. 3.Bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat karena sengitnya perdebatan, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai. 4.Membatasi partisipasi kelompok, kecuali jika diikuti dengan diskusi. Agar bisa melaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya.
  • 10. Langkah-langkah model pembelajaran Debat Langkah-langkah penerapan model pembalajaran ini yaitu : Guru membagi siswa menjadi dua kelompok debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Siswa duduk saling berhadapan antara yang pro dan kontra (susun meja dan kursi seperti untuk rapat). Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan di debatkan. Setelah selesai membaca, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara menyampaikan pendapatnya, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan anggota kelompok yang lainya, sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. Diwaktu peserta didik menyampaikan gagasannya atau pendapatnya, maka peserta didik menulis inti/ide-ide dari setiap pendapat sampai mendapat sejumlah ide yang diharapkan. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap. Dari ide-ide yang telah disampaikan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan. Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini misalnya sebagai berikut : Pembacaan informasi/masalah yang akan diperdebatkan. Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan. Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan dari kelompok kontra. Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan pendapat mereka, dan kelompok pro pun mempertahankan pendapat mereka dengan berbagai argumen yang dimiliki. Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya. Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi oleh tiap kelompok dan seterusnya. Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswadalam kegiatan debat tersebut. Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa dalam kegiatan debat. Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan pembimbing mengguasai emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat dengan mudah merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung merangsang kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep dengan baik.
  • 11. Pembelajaran berbasis Cooperative Learning Debate merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung / afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negative. Pembelajaran dengan model debate sangat baik digunakan dalam rangka meningkatkan daya kritis dan analisis siswa terhadap suatu masalah. Oleh sebab itu sebaiknya materi yang dijadikan bahan dalam perdebatan adalah peristiwa aktual yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jadi, pebelajaran dengan model debate adalah penyampaian materi ajar dengan meninjau dari dua sisi yaitu pro dan kontra untuk mendapatkan kesimpulan atau kebenaran dari suatu peristiwa yang ada. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal dalam berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas- media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Kesimpulan
  • 12. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. Terimakasih mohon maaf atas segala kekurangannya