Dalam Mata Kuliah Bimbingan Konseling (Semester 2)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Dalam Mata Kuliah Bimbingan Konseling (Semester 2)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Pengelolaan kurikulum sekolah merupakan tugas dari mata kuliah pengelolaan pendidikan .
tugas ini adalah mewawancarai salah satu sekolah dan kemudian mengaitkan dengan undang undang dan kuikulum yang ada
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Pengelolaan kurikulum sekolah merupakan tugas dari mata kuliah pengelolaan pendidikan .
tugas ini adalah mewawancarai salah satu sekolah dan kemudian mengaitkan dengan undang undang dan kuikulum yang ada
3. APLIKASI INSTRUMENTASI
Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan pendukung
yang berupa pengumpulan data dan keterangan
tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih
luas yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
Tujuan aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya
data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu
tentang peserta didik sebagai konseli. Data
tersebut yang akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan agar
lebig efektif dan efisien.
4. HIMPUNAN DATA
Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan
data perlu diselenggarakan secara
sistematik, komprehensif, terpadu, berkelanjutan, d
an bersifat tertutup.
Tujuan penyelenggaraan himpunan data adalah
menyediakan data dalam kualitas yang baik dan
lengkap untuk menunjang penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan konseli atau siswa.
5. KONFERENSI KASUS
Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan
konseling untuk membahas permasalahan yang
dialami oleh peserta didik dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan,
kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut. Pertemuan ini berrsifat
terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus ialah
untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan
lebih akurat serta menggalang komitmen pihakpihak terkait dengan permasalahan yang ditangani.
6. KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh
data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
pemecahan masalah yang dialami peserta didik
melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini
memerlukan kerja sama dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Tujuan kunjungan rumah adalah diperolehnya data
yang lebih lengkap dan akurat berkenaan dengan
masalah yang ditangani serta digalangkannya
komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya
dalam rangka penyelesaian masalah konseli atau
peserta didik yang bersangkiutan
7. ALIH TANGAN KASUS
Alih tangan kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan
konseling untuk mendapatkan penanganan yang
lebih tepat dan tuntas terhadap masalah yang
dialami peserta didik dengan memindahkan
penanganan ke pihak lain yang lebih kompeten dan
berwenang.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama antara
berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan
atas penanganan masalah tersebut. Dengan
pelayanan terdahulu mengantarkan konseli ke ahli
yang berkompeten dalam pengentasan masalah
konseli tersebut. Alih tangan kasus ini bertujuan
agar diperoleh pelayanan yang optimal.