Menumbuhkan Budaya Positif di Lingkungan Sekolah.pdf
1.
2. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi
kita dan memberi keberkahan hidup.
3. Memahami konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep
perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi
perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman
dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga
restitusi.
Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid
untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada
anak
4. • Hukuman dapat mendisiplinkan anak.
• Pemberian hukuman dengan hal positif seperti
membaca atau membersihkan halaman sekolah
dapat meningkatkan disiplin anak.
• Memberi penghargaan dapat meningkatkan
motivasi belajar anak.
5.
6. Ada A dan B (Anda dan teman Anda).
Orang A menyobek secarik kertas kecil, lalu tuliskan benda atau
sesuatu yang sangat berharga untuk Anda. Letakkan di salah satu
tangan Anda dan genggam benda/sesuatu tersebut dengan
segala daya. Buatlah sebuah kepalan.
Teman Anda (B) akan mencoba dengan sekuat tenaga, dengan
berbagai cara untuk meminta Anda memberikan benda tersebut.
B bisa membujuk, mengancam, menghardik, merayu, menyuap,
apa saja agar dapat membuka kepalan tangan Anda.
Apa yang terjadi?
7.
8.
9.
10. Apakah makna ‘Disiplin’?
• Diane Gossen menyatakan kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya
belajar.
• Kata “discipline” juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ yaitu murid. Untuk
menjadi seorang murid, harus faham betul alas an mengapa mereka mengikuti suatu ajaran
tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi instrinsik (motivasi dari dalam diri)
bukan motivasi ekstrinsik (dari luar diri).
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah
menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai,
atau pencapaian suatu tujuan mulia.
11.
12. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang
merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap
individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa,
suku bangsa, agama maupun latar belakang.
• Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William
Glasser pada Teori Kontrol, 1984)
• Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang
maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga
menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan
mulia yang diinginkan. (Diane Gossen, 1998)
15. “...merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas
dari perintah; akan tetapi juga cakap buat
memerintah diri sendiri”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
16. Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’
dengan hukuman, dalam arti
meminta atau membujuk seseorang
melakukan sesuatu untuk
memenuhi suatu tujuan tertentu
dari orang yang
meminta/membujuk. Dorongannya
eksternal dan akan ada faktor
ketergantungan.
Beberapa dampak dari pemberian
penghargaan (Alfie Kohn, 1993).
17.
18. Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu diingat
beberapa hal:
• Beri pengakuan secara khusus.
• Beri pengakuan secara pribadi.
• Beri pengakuan kepada semua murid (bergantian).
• Beri pengakuan secara konsisten.
• Fokus pada proses.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35. • Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai
kendaraan roda dua?
• Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan
dan menjaga jarak 1.5 meter?
• Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat
mengikuti pelatihan?
Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan
lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-
peraturan.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi
(tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain.
(Gossen; 2004)
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52. Modul 1.4 Budaya Positif
Pengembang:
Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S., Diah Samsiati Rajasa, M.Sc., Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd