Dokumen tersebut membahas tentang teknologi komunikasi satelit dan orbit satelit. Ia menjelaskan kelebihan dan kekurangan media satelit, frekuensi yang digunakan, jenis-jenis orbit satelit seperti orbit geostasioner dan orbit polar, serta peran stasiun bumi dalam mengendalikan satelit.
4. • Menggunakan frekuensi tertentu untuk mengirimkan dari sumber ke
tujuan di permukaan bumi lainnya
5. • Bisa menerima dan meneruskan selama masih dalam coverage
areanya
6. Kelebihan Media Satelite
• Koneksi dimana saja. Tidak perlu LOS (Line of Sigth) dan tidak ada masalah
dengan jarak,
• Jangkauan cakupannya yang luas baik nasional, regional maupun global.
• Pembangunan infrastrukturnya relatif cepat untuk daerah yang luas,
dibanding teresterial.
• Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun dari satu titik ke
banyak titik secara broadcasting, multicasting
• kecepatan bit akses tinggi dan bandwidth lebar.
• VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam jangkauan satelit,
• Handal dan bisa digunakan untuk koneksi voice, video dan data, dengan
menyediakan bandwidth yang lebar
• jika ke internet jaringan akses langsung ke ISP/ NAP router dengan
keandalannya mendekati 100%
• Sangat baik untuk daerah yang kepadatan penduduknya jarang dan belum
mempunyai infrastuktur telekomunikasi.
7. Kekurangan Media Satelite
• Besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi satelit
geostasioner. Kini berbagai teknik protokol link sudah
dikembangkan sehingga dapat mengatasi problem tersebut.
Diantaranya penggunaan Forward Error Correction yang
menjamin kecilnya kemungkinan pengiriman ulang.
• Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya
melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond (latency), sementara
leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini
disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari
bumi ke satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri
berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.
8. • Sangat sensitif cuaca dan Curah Hujan yang tinggi, Semakin tinggi
frekuensi sinyal yang dipakai maka akan semakin tinggi redaman
karena curah hujan.
• Rawan sambaran petir gledek
9. • Sun Outage, Sun outage adalah kondisi yang terjadi pada saat
bumi-satelit-matahari berada dalam satu garis lurus. Satelit yang
mengorbit bumi secara geostasioner pada garis orbit
geosynchronous berada di garis equator atau khatulistiwa (di
ketinggian 36.000 Km) secara tetap dan mengalami dua kali sun
outage setiap tahunnya. Energi thermal yang dipancarkan
matahari pada saat sun outage mengakibatkan interferensi sesaat
pada semua sinyal satelit, sehingga satelit mengalami kehilangan
komunikasi dengan stasiun bumi, baik head-end/teleport maupun
ground-segment biasa.
10. Frekuensi
• Saat ini band frekuensi yang banyak dipakai untuk aplikasi
broadcasting adalah S-band, C-Band dan Ku-Band. Untuk daerah
seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi penggunaan Ku-
band akan sangat mengurangi availability link satelit yang
diharapkan. Sedangkan untuk daerah daerah sub tropis dengan
curah hujan yang rendah penggunaan Ku-Band akan sangat baik.
Pemilihan frekuensi ini akan berpengaruh terhadap ukuran
terminal yang akan dipakai oleh masing masing pelanggan.
• Debu Meteroit, yang berasal dari luar angkasa sangat
berpengaruh kepada daya tahan dan pemancar dari satelite
11. • Seringkali menembakan gas hydrazine (H2Z) agar rotasi satelit
agar satelit stabil di orbit, satelit perlu beberapa kali di kalibrasi
agar tetap pada orbitnya.
• harga relatif mahal karena menyewa dengan sebuah provider
12. Mengenal Orbit Satelite
• Agar tetap berada pada orbitnya, satelite memanfaatkan gravitas
bumi agar supaya dapat melayang dipermukaan bumi dengan jarak
tertentu.
• Jarak tersebut telah ditentukan oleh badan khusus yang mengatur
tentang posisi orbit setiap satelite, karena saat ini kalau dilihat dari
luar bumi kita seperti ”keranjang bola” karena ada banyak sekali
satelite di permukaan bumi.
16. Orbit Polar
• polar orbit is a satellite orbit that passes over, or
very close to, both poles of the Earth. During a
12-hour day, a satellite in such an orbit can
observe all points on the Earth.
• Polar orbits are 90-degree inclination orbits,
meaning that the orbit is at 90-degrees to the
plane of the equator. This type of orbit is useful
for spacecraft that perform mapping or
surveillance operations, such as the NOAA Tiros
satellites and the Landsat satellites. Since the
orbital plane is nominally fixed in space, the
planet rotates below a polar orbit, allowing the
spacecraft low-altitude access to virtually every
point on the surface.
• To achieve a polar orbit requires more energy,
thus more propellant, than does an orbit of low
inclination. A polar orbit cannot take advantage of
the "free ride" provided by the Earth's rotation,
and thus the launch vehicle must provide all of
the energy for attaining orbital speed.
17. Low Earth Orbit
• adalah sebuah orbit sekitar Bumi antara atmosfer dan sabuk radiasi
Van Allen, dengan sebuah sudut inklinasi rendah. Batasan ini tidak
didefinisikan secara pasti tetapi biasanya sekitar 200-1200 km (124-
726 mil) di atas permukaan Bumi. Orbit ini biasanya berada di
bawah intermediate circular orbit (ICO) dan jauh di bawah orbit
geostationary. Orbit lebih rendah dari sini tidak stabil dan akan turun
secara cepat karena gesekan atmosfer. Orbit yang lebih tinggi dari
orbit ini merupakan subyek dari kegagalan elektronik awal karena
radiasi yang kuat dan pengumpulan muatan. Orbit dengan sebuah
sudut inklinasi yang lebih tinggi biasanya disebut orbit polar.
• Rentan terhadap sampah angkasa yang berada di orbit rendah bumi
18. Geosynchronous Equatorial Orbit
• Memerluka 24 jam untuk mengelilingi bumi
• Karena jauh dengan bumi maka dapat coverage area semakin luas
19. • Geosynchronous Orbit (GEO) yang berada di atas muka bumi
35.786 km
• Medium Earth Orbit (MEO), diantara 8.000 – 20.000 km
• Low Earth Orbit (LEO), yang berjarak 500 – 2.000 km dari bumi.
20.
21.
22.
23. Frequensi Band satelite
• Satelit menstransikan informasi dengan sebuah band frequency
tertentu
– L-band : 202 satellites
– L-Band berada pada frequency antar 390MHz dan 1.55GHz yang
biasa digunakan untuk satelite komunikasi dan komunikasi antara
peralatan satelite lainnya
24. • S-band :
– 296 satellites :
– Beroperasi pada frequency 1.7GHz sampai 2.3 GHz sedangkan untuk
downlink di 1.55GHz sampai 5.2GHz yang biasanya digunakan untuk
Digitas Audio Radio Satelite (DARS)
25. • C-Band
– 164 satellites
– Rata-rata satelite telco di indonesaia menggunakan pita frekuensi C
atau C band. Pita frekuensi pada kisaran 3.4 GHz sampai 7 GHz.
– Frekuensi downlink berada pada rentang 3.7 sampai 4.2 GHz itu
terbukti paling tangguh dalam menghadapi halangan hujan dan cuaca
seperti yang sering terjadi di Indonesia dan daerah tropis lainnya.
– C-Band lebih tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan KU-Band
26. • KU-Band
– Ku-band : 416 satellites
– Frekuensi satelit yang berada pada rentang 12 GHz sampai 17 GHz.
Digunakan untuk broadcast TV, DBS, and direct-to-home television.
– Beroperasi untuk downlink antara 15.2GHZ sampai 17.2GHZ dan
uplink 13.7GHZ
27. • Ka-Band
– Ka-band : 12 satellites
– Komunikasi yang biasa digunakan untuk siaran tv, dll
– Frekuensi satellite pada 30GHz uplink dan 20 GHz downlink.
Digunakan untuk kebutuhan masa depan.
30. Pendahuluan
• Space Shutle dari tempat peluncuran
• Memperhatikan aspek
– Jarak antara tempat peluncuran ke
orbit
– Kecepatan rotasi bumi di tempat
peluncuran
– Perbedaan kecepatan muka bumi
dan tempat peluncuran
– Daya dorong roket pendorong &
kendaraan peluncur
– Kecepatan roket pendorong.
31.
32. • Space Shuttle
– Cape Canaveral, Florida
– Satelit Xichang, Provinsi Sichuan
– Francis
– Indian Space Research Organisation (ISRO)
33. • Pelepasan roket pendorong di ketinggian tertentu
• Sebuah roket harus mempunyai akselerasi hingga minimum
25.039 mph (40.320 kph) untuk melepaskan diri dari gravitasi
bumi dan meluncur ke angkasa.
40. Stasiun Bumi
• Agar selalu satelite berada di orbitnya maka stasiun
pengendali bumi bertugas mengendalikan motor roket kecil
yang berfungsi untuk mengoreksi arah.
• Tujuannya adalah agar orbit sebisa mungkin tetap berbentuk
bundar. Bagaimana caranya
• Dengan menyalakan roket ketika orbit berada di posisi apogee
(titik terjauh dari bumi) dan menyalakan mesin pendorong di
arah perjalanan, maka perigee (titik terdekat dengan bumi) akan
menjauh.