3. LATAR BELAKANG TRAGEDI TRISAKSI MEI 1998
Dalam sejarah panjang Republik Indonesia kita mengenal masa Orde Baru dimana selama hampir 32 tahun Soeharto
menjabat sebagai Presiden. Banyak prestasi yang ditorehkan, namun kita juga tidak dapat menutup mata bahwa masa Orde
Baru juga menyimpan banyak “kejelekan” pula. Terutama diakhir masa pemerintahannya kita banyak mendengar terjadi
demontrasi dimana-mana.
Bulan Juli 1997 pecah krisis moneter di Thailand yang ternyata menjalar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia
(Asvi Warman Adam, 2009:53). Kejatuhan perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 membuat pemilihan pemerintahan
Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa ini supaya dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada
bulan Maret 1998 MPR saat itu walaupun ditentang oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat tetap menetapkan Soeharto
sebagai Presiden. Tentu saja ini membuat mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini dari krisis dengan menolak
terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Cuma ada jalan demonstrasi supaya suara mereka didengarkan.
.
4. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat
berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang oleh para penguasa. Keadaan seperti ini mengakibatkan
munculnya rasa tidak percaya terhadap institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan
munculnya gerakan reformasi. Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang didukung oleh para dosen serta
para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti presiden, reshulffe cabinet, dan menggelar Sidang Istimewa MPR dan
melaksanakan pemilihan umum secepatnya. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang,
termasuk keanggotaan DPR dan MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN
. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman
yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pamerintah (ekskutif). Namun, pada kenyataanya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu,
pengadilan sangat sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim harus melayani kehendak penguasa. Bahkan hukum
sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Seringkali terjadi rekayasa dalam proses
peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat atau para pejabat Negara. Sejak gerakan reformasi
muncul, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum
agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya. Reformasi hukum harus
5. Krisis Ekonomi
Jelas seperti yang sudah disinggung diatas, krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli
1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami
keterpurukan yaitu dengan likuidasinya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Dalam perkembangan berikutnya, nilai rupiah
melemah dan menembus angka Rp 10000,- per dollar AS. Kondisi ini semakin diperparah oleh para spekulan valuta asing baik
dari dalam maupun luar negeri yang memanfaatkan keuntungan sesaat, sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bartambah
buruk. Memasuki tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas ekonomi lainnya. Banyak
perusahaan yang tidak mampu membayar utang luar negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan, banyak perusahan yang
mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatannya. Angka pengangguran meningkat, sehingga daya beli dan kualitas
hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah. Kondisi perekonomian semakin memburuk karena pada akhir tahun 1997
persediaan sembilan bahan pokok (sembako) di pasaran mulai menipis. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda
masyarakat, seperti di Irian Barat, Nusa Tenggara Timur, dan termasuk di beberapa daerah di Pulau Jawa..
6. . Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan
Presiden Soeharto. Berbagai aksi damai dilakukan para mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi yang dilakukan oleh para
mahasiswa itu semakin bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada
tanggl 4 Mei 1998.
.
7. TRAGEDI TRISAKTI 1998
Berikut Kronologi Insiden Trisakti yang didapatkan dari Pers Senat Mahasiswa Trisakti dan Arsip berita Kompas 13
Mei 1998 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti {online} :
10.30 -10.45
Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif
Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan
universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.
10.45-11.00
Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda
keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini
11.00-12.25
Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa.
Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
8. 12.25-12.30
Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas
(jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke
anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman
12.30-12.40
Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan
berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
12.40-12.50
Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati
kampus Untar.
12.50-13.00
Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari
kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
.
9. 13.00-13.20
Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti)
melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta
Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan
tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai
bergabung di samping long march.
13.20-13.30
Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh
kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa
aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan
datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
13.30-14.00
Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor
Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan
bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian
lainnya.
.
10. 14.00-16.45
Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi
MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan
turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai
berkurang dan menuju ke kampus.
Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
16.45-16.55
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama
mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua
SMUT massa mau bergerak mundur.
16.55-17.00
Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak
masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan
Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib.
Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.
11. 17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini
menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus
Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala
Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa
maupun aparat untuk sama-sama mundur.
17.05-18.30
Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan
mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik
arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas
mahasiswa Usakti.
12. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas
air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan
penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor,
penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara
aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa
sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari
mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja
mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan
yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke
arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.
Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua
baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah
tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus
tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh
akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
13. 18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di
beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
19.00-19.30
Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama)
dan sniper(penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun
ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk
sembunyi.
19.30-20.00
Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar dari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan
FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan
Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit
demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
20.00-23.25
Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur
pulang. Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas
14. 01.30
Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu
Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton
Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.
Sementara Soeharto pergi ke Kairo untuk menghadiri konfrensi puncak pada tanggal 7 Mei 1998, namun segera kembali
tanggal 15 Mei 1998 (Ricklefs, 2008:690). Dan setibanya di Jakarta demonstrasi semakin merajalela setelah kejadian
pembunuhan mahasiswa Trisakti. Penjarahan dan pembakaran terjadi hampir di seluruh sudut kota Jakarta dan kota-kota
lainnya. Yang menjadi objeknya kebanyakan adalah toko warga masyarakat etnis Tiongkhoa. Lebih dari seribu orang tewas di
Jakarta karena kerusuhan yang terjadi antara 13-15 Mei. Asvi Warman Adam dalam bukunya mengatakan “waktu pembakaran
hampir pada waktu yang bersamaan pada titik-titik yang jauh jaraknya. Terkesan bahwa peristiwa itu direkayasa sungguh pun
tidak terbukti siapa provokatornya (Asvi Warman Adam, 2009:54).”
.
15. Mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah:
Elang Mulya Lesmana
Lahir 5 Juli 1978, anak kedua dari 3 bersaudara. Ia gemar melukis. Itulah yang mendasarinya memilih jurusan arsitektur.
Elang tercatat sebagai mahasiswa angkatan tahun 1996. Elang, yang tertembak dihalaman gedung Dr. Sjarief Thayeb, bukanlah
aktivis dan tidak aktif di senat mahasiswa (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Hafidin Royan
Yang kerap dipanggil Idhin adalah mahasiswa jurusan Teknik Sipil, kelahiran Bandung 28 September 1976. Idhin yang
dijuluki Ustad oleh teman-temannya, seorang aktivis yang vocal. Beberapa hari sebelum berpulang, ibunya sempat bertanya
kapan ia akan mudik ke Bandung. Idhin menjawab, akan pulang Rabu, 13 Mei 1998. Dan ia memang pulang, tapi sudah dalam
keadaan terbujur kaku (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Hendriawan Sie
Mahasiswa jurusan Manajemen, perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Hendri adalah putra tunggal dari pasangan
Hendrik Sie dan Karsiyah, kelahiran 3 Mei 1998. Kepada kakeknya, ia selalu mengatakan akan selalu berada digaris depan
dalam setiap aksi demonstrasi (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
16. Hery Hartanto
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Trisakti angkatan 1995. Ia dikenal dengan getol berwirausaha. Sebelum nyawanya
terenggut, Heri sempat mengajukan pinjaman kredit sebesar Rp. 200 juta untuk usahanya. Sebagai usaha yang tak pernah ia
wujudkan (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
.
17. Dampak gerakan mahasiswa Trisakti 1998 terhadap perubahan sosial di Masyarakat Indonesia
Mengutip dari Skripsi Siti Jubaedah Halaman 139-141 mengatakan bahwa Proses reformasi pada tahun 1998 telah
berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dapat dirasakan dan dapat
dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, Rezim Orde
Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedapankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan
kekuasaannya. Mundurnya Presiden Soeharto sebagai symbol dari Orde Baru telah menjadi tolak ukur dari perubahan
tersebut.
Perubahan yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuannnya
adalah semua kebijaksanaan politik dan ekonomi berada ditangan rakyat. Walaupun pada akhirnya gerakan mahasiswa di
Indonesia menjadi gerakan moral yang menyuarakan masalah-masalah sosial masyarakat kemudian berubah menjadi sebuah
gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam pada
berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini (Siti Jubaedah, 2006:139-141).
.
18. Perubahan yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat.
Tujuannnya adalah semua kebijaksanaan politik dan ekonomi berada ditangan rakyat. Walaupun pada akhirnya gerakan
mahasiswa di Indonesia menjadi gerakan moral yang menyuarakan masalah-masalah sosial masyarakat kemudian berubah
menjadi sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih
mendalam pada berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini (Siti Jubaedah, 2006:139-141).
.