SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Tugas
Sistem Politik Indonesia
Disusun oleh:
Yudi Bowo Prasetya (071311133051)
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Social Movement adalah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam jumlah
besar untuk melakukan suatu perubahan ataupun menentang perubahan. Di Indonesia,
banyak terjadi sosial movement terutama pada masa orde lama ketika politik sebagai
panglima utama dan orde baru yaitu rezim Suharto selama 32 tahun yang mana
mahasiswa menjadi pemeran utamanya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
pergerakan itu muncul.
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya
perilaku kolektif atau gerakan sosial. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang
harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural
strain), kemunculan dan penyebaran pandangan (Spread of a generalized belief), faktor
pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan
pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control).
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadinya gerakan 66 dan gerakan 98 dilihat dari 6 unsur Neil Smelser?
2. Perubahan Sosial Politik Apakah Yang Terjadi Setelah Gerakan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang lahirnnya pergerakan-pergerakan (gerakan 66 dan
gerakan 98) di Indonesia.
2. Mengetahui perubahan sosial politik yang terjadi setelah gerakan tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Seputar Aksi demonstrasi TRITURA Masyarakat dan Mahasiswa 1966
(Structural Conducivenes) Pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang
mendukung aksi-aksi mahasiswa.
Faktor ekonomi. Pada saat itu terjadi Inflasi yang mencapai 650% sehingga
membuat harga makanan melambung tinggi akibatnya rakyat banyak yang kelaparan.
Akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan
dengan makanan yang kurang bergizi. . Tidak hanya itu, pakaian mereka menggunakan
kain dari karung.
Disaat rakyat sedang mengalami penderitaan, menteri-menteri bidang ekonomi
dan keuangan dari kabinet Dwikora pada bulan Desember sedang mempersiapkan suatu
perubahan kebijakan ekonomi-keuangan yang menimbulkan kontroversi besar dan
menjadi salah satu sebab jatuhnya kabinet Dwikora.”Menteri-menteri tersebut melahirkan
suatu keputusan baru, yaitu Devaluasi Rupiah lama menjadi Rupiah baru dengan Kurs
Rp.1.- baru = Rp.1000.- lama” (Wibisono, 1970). Keputusan merupakan politik
penyesuaian harga pemerintah, yaitu kenaikan secara sistematis dan menyeluruh dari
jasa-jasa dan produk yang dikuasai pemerintah. Namun kebijakan tersebut sangat
memberatkan rakyat kecil.
Selanjutnya adanya penetapan presiden tentang kebijakan. Menteri Negara Urusan
Minyak dan Gas Bumi, membuat Surat Keputusan No. 216/M/Migas/66 tertanggal 3
Januari 1966. Dalam SK tersebut memutuskan kenaikan tarif harga minyak bumi dan
bahan bakar sebagai berikut :
1. Harga bensin dinaikkan empat kali lipat, dari harga Rp.250.- (mata uang lama)
menjadi Rp.1- (uang baru).Selain itu, harga minyak tanah naik dari Rp.150-
menjadi Rp.400.- (uang lama).
2. Ongkos Postel (Pos dan Telekomunikasi) dinaikkan menjadi 10 kali lipat.
Sehingga, tarif kereta api dinaikkan 500%.
3
3. Naiknya tarif bus PPD untuk ibukota menjadi Rp.1000,- (uang lama) yang situasi
ekonomi ini membuat kesengsaraan rakyat. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI), mengeluarkan pernyataan pada tanggal 6 Januari 1966 dan mendesak
agar keputusan tentang kenaikan harga dan tarif ditinjau kembali.
(Structural Strain) Kedua adanya kesamaan rasa, yaitu kesengsaraan dan
kecemasan rakyat terhadap pemerintah,
Mahasiswa disini merupakan perwakilan dalam meneriakan aspirasi dari rakyat
terhadap keadaan politik, sosial, ekonomi, masyarakat dan pemerintahan waktu itu yang
telah mengarah kepada kehancuran dan konflik di antara para elite politik yang berkuasa
dalam pemerintahan. Sehingga timbul kecemasan rakyat di seluruh tanah air terhadap
kelangsungan hidup negara. Situsai ekonomi yang sangat kacau pada saat itu salah
satunya karena pemerintah menerapkan politik sebagai panglima tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyat. Akibatnya, harga yang melambung tinggi mengakibatkan antrian-
antrian pembeli kebutuhan pokok menjadi pandangan sehari-hari. Mahasiswa dan pelajar
lainnya yang pada tahun 1966 turun kejalan raya untuk meneriakan aspirasi masyarakat
dengan berdemontrasi.
(Spread of a Generalized Belief) Ketiga gagasan dan tuntutan yang menjadi
pendorong gerakan.
Organisasi Pemuda dan Mahasiswa ikut masuk kedalam rana politik dan pada
puncaknya melahirkan TRITURA yang merupakan salah satu refleksi penderitaan rakyat.
Penyusunan Tritura menurut Cosmas Batubara, “perumusan itu terjadi dalam suatu rapat
pada 9 Januari 1966 malam di kantor pusat KAMI Pusat, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta.
Beberapa orang yang menurut ingatannya hadir dalam pertemuan itu adalah Zamroni,
Savarmus Suardi, dan Ismid Hadad” (Batubara, 2007). Menurut Ismid Hadad, yang
waktu itu memimpin Biro Penerangan KAMI Pusat, pada awal Januari 1966 itu beberapa
kelompok mahasiswa mengadakan berbagai pertemuan guna membahas perkembangan
dan membuat rencana hasilnya adalah berbagai konsep untuk mengatasi masalah. "Ada
sekitar 10 sampai 12 konsep," Ia bersama Savarinus Suardi, dan seorang yang tak
diingatnya lagi, dltugasi merumuskan kembali konsep-konsep. Dari belasan konsep itu,
4
ada tiga hal yang menonjol: tuntutan untuk menurunkan harga, pembubaran PKI, dan
perombakan Kabinet Dwikora. Tiga hal itu akhirnya diberi nama Tri-Tuntutan Rakyat,
disingkat menjadi Tritura. Berbagai protes aksi massa dan demonstrasi menggelora
diseluruh kota-kota di Indonesia, khususnya Jakarta, menuntut agar TRITURA segera
dilaksanakan. Pada 8 Januari 1966, para demonstran mahasiswa itu pun bergerak setelah
rapat umum usai, menuju gedung Sekretariat Negara, di Jalan Veteran. Dalam perjalanan
ke Sekertariat Negara rakyat dipinggir jalan terheran–heran apa maksud para mahasiswa
itu. Segera setelah mendengar teriakan “Turunkan harga” maka mereka kemudian
tersenyum ikut berteriak, pengendara becak juga ikut berteriak setuju. Teriakan yel-yel
mereka membakar semangat, seperti "Turunkan Harga Beras", "Singkirkan Menteri yang
Tidak Becus", "Ganyang Subandrio" dan lain-lain. Pemerintah sendiri tidak dapat
mengendalikan aksi Mahasiswa, yang tanggal 10 januari 1966 melanjutkan kembali aksi
mereka.
(Precipitating Factors) Keempat adanya faktor pemicu yaitu penculikan dan
pembunuhan.
Gerakan 30 September 1965
Peristiwa Gerakan 30 September, diawali dengan menculik sejumlah petinggi di
jajaran Tentara. Selanjutnya mereka bunuh dengan keji, kemudian mayat dimasukkan
kedalam lubang Buaya. “Keenam perwira tinggi yang dibunuh tersebut adalah”
(Poesponegoro dan Notosusanto, 2009: 484):
1. Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/ Pangad) Letnan Jendral Ahmad Yani;
2. Deputi II Pangad, Mayor Jendral R. Soeprapto;
3. Deputi III Pangad, Mayor Harjono Mas Tirtodarmo;
4. Asisten I Pangad, Mayor Jendral Siswondo Parman;
5. Asisten IV Pangad, Brigadier Jendral Donald Izacus Pandjaitan;
6. Inspektur Kehakiman/ Oditur Jendral Angkatan Darat, Brigadier Jendral Soetojo
Siswomihardjo.
Ada satu orang lagi yang dibunuh bersamaan dengan keenam perwira tinggi, yaitu
Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. Peristiwa Gerakan 30 September adalah
5
peristiwa bersejarah, yang menjadi noda bangsa Indonesia. Kekejaman PKI yang
membunuh para jendral tersebut, menimbulkan kemarahan rakyat diseluruh tanah air.
(Mobilization for Action) Kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai
elemen masyarakat.
Pada awalnya sebelum gerakan ini terjadi, pada tahun 1965 terjadinya Gerakan 30
September. Gerakan mahasiswapun menuntut apa yang disebut dengan “TRITURA (Tri
Tuntutan Rakyat)” yang isinya:
1. Bubarkan PKI.
2. Retool Kabinet Dwikora.
3. Turunkan harga/ perbaikan ekonomi.
Dan akhirnya gerakan ini berhasil membangun sebuah kepercayaan masyarakat
agar mendukung mahasiswa dan menentang Komunis yang ditunggangi oleh PKI (Partai
Komunis Indonesia). Setelah berhasil dan orde baru muncul, banyaknya aktivis 1966
yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. Mungkin dapat dikatakan bahwa
gerakan mahasiswa angkatan 66 ini mempunyai hubungan erat dengan kekuatan militer.
Pada angkatan 66 ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis, dia adalah Soe
Hok Gie. Dia menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis sampai
sekarang. Selain itu, dia juga seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau
didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa Indonesia.
(Operation of Social Control) Dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau
bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses
perubahan.
Usaha Membubarkan Demonstrasi Gagal. Kodam jaya mendengar aksi mogok ini
dan kemudian mendatangkan tentara dengan tujuan untuk membubarkan demonstrasi
tersebut. Begitu tentara itu datang mereka disambut dengan teriakan “ Hidup ABRI”.
Mereka saling merangkul dan ABRI yang mau membubarkan demonstrasi itu tidak bisa
berb uat apa-apa selain tersenyum. Beberapa diantara anggota ABRI itu mereka gotong
dan mereka dukung.
6
Usaha membubarkan demonstrasi itu gagal total. Kemudian datang pula panser
dari kodam V jaya dengan tujuan yang sama. Begitu panser datang para mahasiswa
kemudian duduk dijalanan. ada yang berbaring. Mobil-mobil yang diparkir dijalan
nusantara mereka dorong ketengah jalan. Akibatnya panser itu tidak bisa maju.
Komandan panser, letnan Siregar, disambut oleh para Mahasiswa dengan teriakan “
Horas”, lantas tersenyum. Itu sudah cukup untuk membuat persahabatn antara keduabelah
pihak yang saling bertentangan. Begitu panser berhenti mereka naik keatas dan
mengadakan foto-foto bersama diatas kendaraan lapis baja tersebut. Akhirnya panser
setelah menunggu agak lama, pulang tanpa berhasil membubarkan para demonstran
tersebut.
2.2 Gerakan Mahasiswa dan Masyarakat Indonesia Tahun 1998
(Structural Conducivenes) Pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang
mendukung aksi-aksi mahasiswa.
Sebenarnya gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa pada tahun 1998 ini
merupakan akumulasi dari kekesalan rakyat sejak awal orde baru, sehingga terlihat
kekesalan rakyat yang sudah sangat complicated atau kompleks itu akhirnya berujung
pada kemarahan publik terhadap pemerintah yang berlangsung di akhir dekade 90’an.
Ada berbagai faktor yang mendorong mahasiswa melakukan pergerakan menuntut
reformasi, antara lain:
1. Penyalahgunaan wewenang Soeharto sebagai presiden
a. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang merajalela
Banyak kasus-kasus KKN yang melibatkan para pejabat yang tidak diusut sama sekali.
Tentu saja hal ini membuat jurang pemisah antara si kaya dan si miskin menjadi semakin
lebar.
b. Pencurian kekayaan Negara
Dalam buku panduan yang dikeluarkan PBB, dalam peluncuran prakarsa penemuan
kembali kekayaan yang dicuri (Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative di Markas Besar
PBB, New York, disebutkan bahwa Soeharto (1967-1998) berada dalam daftar urutan
pertama pencurian aset Negara, dengan total diperkirakan 15 miliar dolar hingga 35
7
miliar dolar AS. Selain itu, enam anak Soeharto pun dimanjakan dengan pemilikan saham
dalam jumlah signifikan sekurang-kurangnya di 564 perusahaan, dan kekayaan luar
negeri mereka mencakup ratusan perusahaan-perusahaan lainnya.
c. Sistem pemerintahan yang berubah menjadi otoriter
Untuk melanggengkan kekuasaannya, Soeharto lancarkan beberapa strategi selama
memimpin, antara lain:
Melakukan penyederhanaan/fusi partai-partai saingan Golkar untuk mempersempit ruang
gerak lawan politiknya.
Membredel media massa yang mengkritik pemerintah, contohnya Harian Sinar Harapan
(1986), Tempo, Editor dan Detik (1994).
Membungkam mahasiswa melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) pasca tragedi Malari.
Memberlakukan UU Subversi, yang bisa “mengamankan” para pengkritik kebijakan
pemerintah.
d. Pembangunan yang semu
Pembangunan di Indonesia dinilai semu belaka, karena untuk melaksanakan
pembangunan Soeharto hanya memanfaatkan pinjaman hutang luar negeri dan
penanaman modal asing. Pembangunan keropos tersebut akhirnya menjerumuskan
Indonesia ke titik ekonomi terburuk saat terjadi krisis moneter yang melanda Asia pada
akhir dekade 90’an.
2. Krisis moneter
Krisis moneter yang melanda Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya membuat
nilai rupiah anjlok hingga sempat menyentuh level Rp 20.000 per US$, harga-harga
kebutuhan pun melambung tinggi, sehingga daya beli masyarakat berkurang.
3. Kondisi sosial masyarakat
Kondisi masyarakat menjadi tidak menentu seiring krisis moneter yang melanda
kawasan Asia. Kerusuhan pun banyak terjadi di berbagai daerah, tidak sedikit kerusuhan
yang berbau SARA, seperti di Sambas, Poso dan Ambon.
8
(Structural Strain) Kedua adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah.
Yakni suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan
tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau
kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Sehingga disini dapat dilihat bahwa
masyarakat atau kelompok yang melakukan suatu gerakan sosial merasakan adanya
persamaan nasib –yang biasanya bersifat negatif. Dalam kaitannya dengan gerakan
mahasiswa 1998, teori ini cukup relevan. Krisis ekonomi yang parah sejak Juli 1997
menimbulkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya kesamaan rasa
tertindas oleh pemerintah seperti yang telah dijelaskan diatas (poin 1c), pemerintahan
yang dijalankan presiden Soeharto berlangsung secara otoriter. Sebagian besar rakyat
merasa tertindas karena hak-haknya tidak diperhatikan, begitu pula dengan mahasiswa
yang selalu dibuat bungkam oleh pemerintah. Oleh karena itulah tekanan yang dialami
para mahasiswa untuk bangkit melawan ketertindasan semakin kuat. Mahasiswa dan
masyarakat kelas menengah Indonesia, yang selama ini terkesan diam dan menurut pada
pemerintah, mulai gelisah dan akhirnya melakukan suatu gerakan reformasi dikarenakan
adanya persamaan nasib yang kemudian memunculkan suatu perilaku kolektif untuk
memperjuangkan perubahan sosial.
(Spread of a Generalized Belief) Ketiga penyebaran serta gagasan dengan landasan
kebenaran, hak asasi manusia dan rakyat sebagai dasar perjuangan.
Para mahasiswa menuntut reformasi dengan mengajukan enam agenda, antara
lain:
daerah.
(Precipitating Factors) Keempat adanya faktor pemicu dengan gugurnya
mahasiswa Universitas Trisakti yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya.
9
Faktor inilah yang paling menyulut kemarahan para mahasiswa. Gugurnya empat
mahasiswa Universitas Trisakti ini membakar semangat para mahasiswa untuk terus maju
dan melakukan aksi, yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya.
Atas dasar faktor-faktor diatas, kekesalan rakyat dan mahasiswa yang terakumulasi itu
akhirnya tak dapat terbendung lagi. Akibatnya meletuslah berbagai demonstrasi dan
kerusuhan dimana-mana.
(Mobilization for Action) Kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai
elemen masyarakat.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada
perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus
dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama.
Pada awal 1998 sebenarnya belum ada tanda-tanda bahwa akan muncul gerakan yang
berarti untuk melawan kekuasaan Soeharto. Awalnya, aksi keprihatinan hanya di dalam
kampus dan hanya melibatkan segelintir mahasiswa. Di luar kampus, sejumlah elemen
ekstra kampus pun masih memprotes sebatas wacana dan sesekali tampil di media massa.
Aksi-aksi perlawanan berskala kecil baru muncul pada Maret 1998, beberapa saat
menjelang MPR akan mengukuhkan kembali Soeharto sebagai presiden RI untuk ketujuh
kalinya. Semula gerakan ini hanya berupa demonstrasi di kampus-kampus di berbagai
daerah. Akan tetapi, para mahasiswa akhirnya memutuskan untuk turun ke jalan karena
aspirasi mereka tidak mendapatkan jalan keluar. Keputusan untuk turun ke jalan ini
membuat aparat kepolisian beserta militer selalu menjaga ketat setiap aksi yang
dilakukan oleh mahasiswa, tak pelak aksi-aksi yang berlangsung sepanjang April hingga
pertengahan Mei hampir selalu berakhir dengan bentrok antara mahasiswa dengan aparat.
Namun kekerasan demi kekerasan itu tidak menyurutkan nyali mahasiswa. Gerakan
mahasiswa dalam waktu singkat menjadi tren di kampus-kampus, dimulai dari
Universitas Indonesia (UI) lalu menyebar ke perguruan tinggi lain di berbagai kota.
Atmosfer gerakan mahasiswa semakin hari semakin besar dan tidak bisa ditahan. Para
mahasiswa kemudian menuntut reformasi dengan mengajukan enam agenda, antara lain:
sional
10
Tapi sesungguhnya agenda utama gerakan reformasi ini adalah menuntut
turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Mereka juga membuat slogan "Turunkan Harga"
yang juga dapat diartikan "Turunkan Harto dan Keluarga", karena Siti Hardiyanti
Rukmana (Mbak Tutut) dan Bob Hasan, masuk dalam Kabinet Pembangunan VII.
Gedung wakil rakyat, yaitu Gedung MPR/ DPR dan gedung-gedung DPRD di daerah,
menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Berikut ini kronologi
beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998:
1) Demonstrasi Mahasiswa
Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan
mahasiswa dan kelompok pro-reformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi
mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan
aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari kemudian pada tanggal 8 Mei
1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi
ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama
Moses Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto justru malah berangkat ke Kairo,
Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang KTT Non-Blok.
2) Peristiwa Trisaktisz
Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan mahasiswa
di berbagai tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat
keamanan. Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi
tampaknya sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa, apalagi sejak
mereka berani turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti
melakukan demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presinden
Indonesia saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga
menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di
Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan
11
sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu
berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal
dunia, mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan Sie, dan
Hafidhin Royan. Keempat korban meninggal tersebut kemudian didaulat sebagai
pahlawan reformasi oleh beberapa kalangan. Selain korban meninggal, puluhan orang
lainnya baik mahasiswa dan masyarakat juga harus dilarikan ke masuk rumah sakit
karena terluka.
3) Kerusuhan 12-15 Mei 1998
Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih
besar. Pada tanggal 12-13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di
Jakarta dan Solo. Kerusuhan ini bukan didominasi oleh mahasiswa, melainkan
didominasi oleh warga. Warga yang marah terhadap kebrutalan aparat keamanan atas
meninggalnya 4 mahasiswa trisakti, mengalihkan kemarahan pada orang Indonesia
sendiri yang keturunan, terutama keturunan Cina. Kondisi ini memaksa Presiden
Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei
1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai
menduduki gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah.
4) Pendudukan Gedung MPR/DPR
Dalam keadaan yang mulai terkendali setelah mencekam selama beberapa hari
sejak tertembaknya mahasiswa Trisakti dan terjadinya kerusuhan besar di Indonesia,
tanggal 18 Mei 1998 hari Senin siang, ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung
DPR/MPR dan dihadang oleh tentara yang bersenjata lengkap, bukan lagi aparat
kepolisian. Tuntutan mereka yang utama adalah pengusutan penembakan mahasiswa
Trisakti, penolakan terhadap penunjukan Soeharto sebagai Presiden kembali, pembubaran
DPR/MPR 1998, pembentukan pemerintahan baru, dan pemulihan ekonomi secepatnya.
Kedatangan ribuan mahasiwa ke gedung DPR/MPR saat itu begitu menegangkan dan
nyaris terjadi insiden, namun para mahasiswa tidak panik dan tidak terpancing untuk
melarikan diri sehingga tentara tidak dapat memukul mundur mahasiswa dari gedung
DPR/MPR. Akhirnya mahasiswa melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan
selanjutnya membubarkan diri pada sore hari dan pulang dengan menumpang bus umum.
12
Keesokan harinya mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR semakin banyak dan
lebih dari itu mereka berhasil menginap dan menduduki gedung itu selama beberapa hari.
Keberhasilan meduduki gedung DPR/MPR mengundang semakin banyaknya mahasiswa
dari luar Jakarta untuk datang dan turut menginap di gedung tersebut. Mereka mau
menunjukkan kalau reformasi itu bukan hanya milik Jakarta tapi milik semua orang
Indonesia.
5) Pengunduran Diri Presiden Soeharto
Setelah melihat kondisi yang semakin kacau, terlebih dengan pendudukan gedung
MPR/DPR oleh mahasiswa, Soeharto akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat yang
menghendaki dia tidak menjadi Presiden lagi. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden
Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya. Soeharto mengundurkan diri
dari jabatan presiden yang telah dipegang selama 32 tahun. Beliau mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Beliau kemudian digantikan B.J.
Habibie. Sejak saat itu Indonesia memasuki era reformasi.
Namun tampaknya tak semudah itu reformasi dimenangkan oleh rakyat Indonesia
karena ia meninggalkan kursi kepresidenan dengan menyerahkan secara sepihak tampuk
kedaulatan rakyat begitu saja kepada Habibie. Ini mengundang perdebatan hukum dan
penolakan dari masyarakat. Bahkan dengan tegas sebagian besar mahasiswa menyatakan
bahwa Habibie bukan Presiden Indonesia. Mereka tetap bertahan di gedung DPR/MPR
sampai akhirnya diserbu oleh tentara dan semua mahasiswa digusur dan diungsikan ke
kampus-kampus terdekat. Paling banyak yang menampung mahasiswa pada saat evakuasi
tersebut adalah kampus Atma Jaya Jakarta yang terletak di Semanggi.
Itulah periodisasi pergerakan mahasiswa yang bersatu melakukan aksi menentang
Soeharto sejak pertengahan 1997 sampai mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998.
Keberhasilan mahasiswa ini tidak terlepas dari berbagai unsur pendukung, seperti krisis
moneter dan membelotnya para kroni Soeharto yang sering disebut dengan sebutan
“brutus” pada waktu itu.
13
(Operation of Social Control) Dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau
bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses
perubahan.
Kegiatan demontrasi dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka
kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti.
Dan juga sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa, apalagi sejak
mereka berani turun ke jalan.
2.3 Perubahan Sosial Politik yang Terjadi setelah Gerakan
Pasca gerakan 66, kembalinya kedudukan UUD 1945 dan Pancasila. Hilangnya
partai komunis. kebijakan pemerintah tidak lagi lebih mengutamakan kepentingan politik,
yang pada waktu itu politik ini sendiri di jadikan sebagai panglima atau di agungkan
begitu tinggi tanpa memperhatikan perekonomian ataupun kesejahteraan rakyat.
Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya
SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima
mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah
kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya
aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA.
Pasca gerakan 98, runtuhnya rezim Suharto dan terwujudnya Reformasi.
Pergantian rezim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral. Dalam
konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh rezim Orde Baru
diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah
kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang haram’ sekarang relatif lebih terbuka.
Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu
indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif
pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis.
Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gerakan 66. Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan
gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa
masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang sekarang
berada pada lingkar kekuasaan dan pernah pada lingkar kekuasaan, siapa yang tak kenal
dengan Akbar Tanjung dan Cosmas Batubara. Apalagi Sebut saja Akbar Tanjung yang
pernah menjabat sebagai Ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) periode tahun 1999-
2004.
Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten Negara. Gerakan ini
berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang
Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan
berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah
sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini
menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru).
Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam
kabibet pemerintahan ORBA.
Gerakan 98. Melihat pemaparan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada
tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformas, gerakan yang
hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini
merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur
dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis.
Disini dapat dilihat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah
bentuk gerakan reformasi yang menuntut perubahan sosial, dimana perubahan sosial yang
terjadi merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur
dasarnya, sehingga gerakan ini dapat digolongkan pada gerakan reform dan bukan
15
gerakan yang sifatnya radikal. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rezim otoriter
yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral.
Berbeda dengan gerakan mahasiswa 1966 yang memunculkan sejumlah tokoh dan
pemimpin, gerakan mahasiswa 1998 nyaris bergerak tanpa pemimpin. Gerakan itu juga
muncul tanpa didasarkan sebuah wacana dan agenda yang jelas, kecuali mengkristalnya
musuh bersama bernama Soeharto.
Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang
cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh
rezim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu
contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang haram’ sekarang relatif
lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi
salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan
cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan
politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di
Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://dwisetiyono13.blogspot.com/2010/09/pendahuluan-kehidupan-suatu
bangsa.html?m=1
http://harefatika.blogspot.com/2012/10/analisis-gerakan-mahasiswa-mei-1998
dan.html?m=1
http://twinchimiew.blogspot.com/2011/09/normal-0-false-false-false-en-us-x
none.html?m=1

More Related Content

What's hot

Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroaudi15Ar
 
Konstitusional & inkonstitusional
Konstitusional & inkonstitusionalKonstitusional & inkonstitusional
Konstitusional & inkonstitusionalVisnu Candra
 
Soal latihan pengantar ekonomi makro
Soal latihan pengantar ekonomi makro Soal latihan pengantar ekonomi makro
Soal latihan pengantar ekonomi makro azelia
 
Pemberontakan Andi azis di Makassar
Pemberontakan Andi azis di Makassar Pemberontakan Andi azis di Makassar
Pemberontakan Andi azis di Makassar ttanitaaprilia
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang Ekonomi
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang EkonomiHak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang Ekonomi
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang EkonomiRajmil Shalsabila
 
Simulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel SoftwareSimulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel SoftwareMega Audina
 
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONALKOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONALheckaathaya
 
ekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianBadrotuz Zahro
 
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberal
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberalPerkembangan sosial pada masa demokrasi liberal
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberalMey Sari
 
Sistem Ekonomi Orde Baru
Sistem Ekonomi Orde BaruSistem Ekonomi Orde Baru
Sistem Ekonomi Orde BaruIrfan Jumair
 
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasionalNilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasionalYABES HULU
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)M Abdul Aziz
 
Makalah Analisa Regresi
Makalah Analisa RegresiMakalah Analisa Regresi
Makalah Analisa RegresiFeri Chandra
 
ekonomi teknik - metode annual equivalent
ekonomi teknik - metode annual equivalentekonomi teknik - metode annual equivalent
ekonomi teknik - metode annual equivalentutuuud
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruRiskiana Riskiana
 

What's hot (20)

Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
 
pertempuran ambarawa
pertempuran ambarawapertempuran ambarawa
pertempuran ambarawa
 
Konstitusional & inkonstitusional
Konstitusional & inkonstitusionalKonstitusional & inkonstitusional
Konstitusional & inkonstitusional
 
Soal latihan pengantar ekonomi makro
Soal latihan pengantar ekonomi makro Soal latihan pengantar ekonomi makro
Soal latihan pengantar ekonomi makro
 
Biayaprod print
Biayaprod printBiayaprod print
Biayaprod print
 
Pemberontakan Andi azis di Makassar
Pemberontakan Andi azis di Makassar Pemberontakan Andi azis di Makassar
Pemberontakan Andi azis di Makassar
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang Ekonomi
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang EkonomiHak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang Ekonomi
Hak dan Kewajiban Warga Negara di Bidang Ekonomi
 
Simulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel SoftwareSimulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel Software
 
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONALKOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL
KOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL
 
ekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxianekonomi politik pendekatan marxian
ekonomi politik pendekatan marxian
 
Sistem Ekonomi
Sistem EkonomiSistem Ekonomi
Sistem Ekonomi
 
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberal
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberalPerkembangan sosial pada masa demokrasi liberal
Perkembangan sosial pada masa demokrasi liberal
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
Sistem Ekonomi Orde Baru
Sistem Ekonomi Orde BaruSistem Ekonomi Orde Baru
Sistem Ekonomi Orde Baru
 
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasionalNilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
 
Makalah Analisa Regresi
Makalah Analisa RegresiMakalah Analisa Regresi
Makalah Analisa Regresi
 
Bab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustakaBab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustaka
 
ekonomi teknik - metode annual equivalent
ekonomi teknik - metode annual equivalentekonomi teknik - metode annual equivalent
ekonomi teknik - metode annual equivalent
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baru
 

Similar to Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998

BAB ORDE BARU.pptx
BAB ORDE BARU.pptxBAB ORDE BARU.pptx
BAB ORDE BARU.pptxKhusniDwi
 
Indonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruIndonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruMembangun city
 
Makalah orde baru
Makalah orde baruMakalah orde baru
Makalah orde baruKinza_com
 
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptxmateri_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptxAnisMugni1
 
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdf
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdfMasa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdf
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdfisyarohima
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruPerkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruEnggita Aprilika Yustian
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpinmaulya rizal
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Helena Nalle
 
Orde baru sejarah
Orde baru sejarahOrde baru sejarah
Orde baru sejarahPuspa Ckski
 
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966faruq649
 
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptx
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptxPeralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptx
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptxRiduanPajjaWatang
 
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxHISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxDerenJovankenHalim
 
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...Latief Ahyaluddin
 
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Rifda Nadifah
 

Similar to Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (20)

BAB ORDE BARU.pptx
BAB ORDE BARU.pptxBAB ORDE BARU.pptx
BAB ORDE BARU.pptx
 
Pertemuan 3
Pertemuan 3Pertemuan 3
Pertemuan 3
 
Indonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruIndonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baru
 
2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k
 
Makalah orde baru
Makalah orde baruMakalah orde baru
Makalah orde baru
 
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptxmateri_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx
materi_kelas12 Sejarah_indonesia_bab_1.pptx
 
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdf
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdfMasa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdf
Masa Transisi dan Berakhirnya Demokrasi Terpimpin.pdf
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruPerkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
 
Revormasi di indonesia
Revormasi di indonesiaRevormasi di indonesia
Revormasi di indonesia
 
Agenda reformasi&
Agenda reformasi&Agenda reformasi&
Agenda reformasi&
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
 
Orde baru sejarah
Orde baru sejarahOrde baru sejarah
Orde baru sejarah
 
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966
Nahdliyah fajriyah 18030174045-2018b_panasiladangerakanmahasiswatahun1966
 
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptx
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptxPeralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptx
Peralihan Masa Orde Baru Ke Masa Reformasi.pptx
 
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxHISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
HISTORY DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...
Analisis mengenai perkembangan indonesia melalui pendekatan historical guna m...
 
Makalah orde lama
Makalah orde lamaMakalah orde lama
Makalah orde lama
 
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
 

More from Yudi Prasetya

Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Yudi Prasetya
 
Sistem politik indonesia amandemen uud
Sistem politik indonesia amandemen uudSistem politik indonesia amandemen uud
Sistem politik indonesia amandemen uudYudi Prasetya
 
Sistem administrasi negara (kpu)
Sistem administrasi negara (kpu)Sistem administrasi negara (kpu)
Sistem administrasi negara (kpu)Yudi Prasetya
 
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsiKlasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsiYudi Prasetya
 
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...Yudi Prasetya
 

More from Yudi Prasetya (6)

Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
 
Sistem politik indonesia amandemen uud
Sistem politik indonesia amandemen uudSistem politik indonesia amandemen uud
Sistem politik indonesia amandemen uud
 
Sistem administrasi negara (kpu)
Sistem administrasi negara (kpu)Sistem administrasi negara (kpu)
Sistem administrasi negara (kpu)
 
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsiKlasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi
Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi
 
Fungsi manajemen
Fungsi manajemenFungsi manajemen
Fungsi manajemen
 
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
 

Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998

  • 1. Tugas Sistem Politik Indonesia Disusun oleh: Yudi Bowo Prasetya (071311133051) PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Social Movement adalah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam jumlah besar untuk melakukan suatu perubahan ataupun menentang perubahan. Di Indonesia, banyak terjadi sosial movement terutama pada masa orde lama ketika politik sebagai panglima utama dan orde baru yaitu rezim Suharto selama 32 tahun yang mana mahasiswa menjadi pemeran utamanya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergerakan itu muncul. Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif atau gerakan sosial. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan (Spread of a generalized belief), faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control). 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa terjadinya gerakan 66 dan gerakan 98 dilihat dari 6 unsur Neil Smelser? 2. Perubahan Sosial Politik Apakah Yang Terjadi Setelah Gerakan? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui latar belakang lahirnnya pergerakan-pergerakan (gerakan 66 dan gerakan 98) di Indonesia. 2. Mengetahui perubahan sosial politik yang terjadi setelah gerakan tersebut.
  • 3. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Seputar Aksi demonstrasi TRITURA Masyarakat dan Mahasiswa 1966 (Structural Conducivenes) Pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang mendukung aksi-aksi mahasiswa. Faktor ekonomi. Pada saat itu terjadi Inflasi yang mencapai 650% sehingga membuat harga makanan melambung tinggi akibatnya rakyat banyak yang kelaparan. Akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan dengan makanan yang kurang bergizi. . Tidak hanya itu, pakaian mereka menggunakan kain dari karung. Disaat rakyat sedang mengalami penderitaan, menteri-menteri bidang ekonomi dan keuangan dari kabinet Dwikora pada bulan Desember sedang mempersiapkan suatu perubahan kebijakan ekonomi-keuangan yang menimbulkan kontroversi besar dan menjadi salah satu sebab jatuhnya kabinet Dwikora.”Menteri-menteri tersebut melahirkan suatu keputusan baru, yaitu Devaluasi Rupiah lama menjadi Rupiah baru dengan Kurs Rp.1.- baru = Rp.1000.- lama” (Wibisono, 1970). Keputusan merupakan politik penyesuaian harga pemerintah, yaitu kenaikan secara sistematis dan menyeluruh dari jasa-jasa dan produk yang dikuasai pemerintah. Namun kebijakan tersebut sangat memberatkan rakyat kecil. Selanjutnya adanya penetapan presiden tentang kebijakan. Menteri Negara Urusan Minyak dan Gas Bumi, membuat Surat Keputusan No. 216/M/Migas/66 tertanggal 3 Januari 1966. Dalam SK tersebut memutuskan kenaikan tarif harga minyak bumi dan bahan bakar sebagai berikut : 1. Harga bensin dinaikkan empat kali lipat, dari harga Rp.250.- (mata uang lama) menjadi Rp.1- (uang baru).Selain itu, harga minyak tanah naik dari Rp.150- menjadi Rp.400.- (uang lama). 2. Ongkos Postel (Pos dan Telekomunikasi) dinaikkan menjadi 10 kali lipat. Sehingga, tarif kereta api dinaikkan 500%.
  • 4. 3 3. Naiknya tarif bus PPD untuk ibukota menjadi Rp.1000,- (uang lama) yang situasi ekonomi ini membuat kesengsaraan rakyat. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), mengeluarkan pernyataan pada tanggal 6 Januari 1966 dan mendesak agar keputusan tentang kenaikan harga dan tarif ditinjau kembali. (Structural Strain) Kedua adanya kesamaan rasa, yaitu kesengsaraan dan kecemasan rakyat terhadap pemerintah, Mahasiswa disini merupakan perwakilan dalam meneriakan aspirasi dari rakyat terhadap keadaan politik, sosial, ekonomi, masyarakat dan pemerintahan waktu itu yang telah mengarah kepada kehancuran dan konflik di antara para elite politik yang berkuasa dalam pemerintahan. Sehingga timbul kecemasan rakyat di seluruh tanah air terhadap kelangsungan hidup negara. Situsai ekonomi yang sangat kacau pada saat itu salah satunya karena pemerintah menerapkan politik sebagai panglima tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Akibatnya, harga yang melambung tinggi mengakibatkan antrian- antrian pembeli kebutuhan pokok menjadi pandangan sehari-hari. Mahasiswa dan pelajar lainnya yang pada tahun 1966 turun kejalan raya untuk meneriakan aspirasi masyarakat dengan berdemontrasi. (Spread of a Generalized Belief) Ketiga gagasan dan tuntutan yang menjadi pendorong gerakan. Organisasi Pemuda dan Mahasiswa ikut masuk kedalam rana politik dan pada puncaknya melahirkan TRITURA yang merupakan salah satu refleksi penderitaan rakyat. Penyusunan Tritura menurut Cosmas Batubara, “perumusan itu terjadi dalam suatu rapat pada 9 Januari 1966 malam di kantor pusat KAMI Pusat, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta. Beberapa orang yang menurut ingatannya hadir dalam pertemuan itu adalah Zamroni, Savarmus Suardi, dan Ismid Hadad” (Batubara, 2007). Menurut Ismid Hadad, yang waktu itu memimpin Biro Penerangan KAMI Pusat, pada awal Januari 1966 itu beberapa kelompok mahasiswa mengadakan berbagai pertemuan guna membahas perkembangan dan membuat rencana hasilnya adalah berbagai konsep untuk mengatasi masalah. "Ada sekitar 10 sampai 12 konsep," Ia bersama Savarinus Suardi, dan seorang yang tak diingatnya lagi, dltugasi merumuskan kembali konsep-konsep. Dari belasan konsep itu,
  • 5. 4 ada tiga hal yang menonjol: tuntutan untuk menurunkan harga, pembubaran PKI, dan perombakan Kabinet Dwikora. Tiga hal itu akhirnya diberi nama Tri-Tuntutan Rakyat, disingkat menjadi Tritura. Berbagai protes aksi massa dan demonstrasi menggelora diseluruh kota-kota di Indonesia, khususnya Jakarta, menuntut agar TRITURA segera dilaksanakan. Pada 8 Januari 1966, para demonstran mahasiswa itu pun bergerak setelah rapat umum usai, menuju gedung Sekretariat Negara, di Jalan Veteran. Dalam perjalanan ke Sekertariat Negara rakyat dipinggir jalan terheran–heran apa maksud para mahasiswa itu. Segera setelah mendengar teriakan “Turunkan harga” maka mereka kemudian tersenyum ikut berteriak, pengendara becak juga ikut berteriak setuju. Teriakan yel-yel mereka membakar semangat, seperti "Turunkan Harga Beras", "Singkirkan Menteri yang Tidak Becus", "Ganyang Subandrio" dan lain-lain. Pemerintah sendiri tidak dapat mengendalikan aksi Mahasiswa, yang tanggal 10 januari 1966 melanjutkan kembali aksi mereka. (Precipitating Factors) Keempat adanya faktor pemicu yaitu penculikan dan pembunuhan. Gerakan 30 September 1965 Peristiwa Gerakan 30 September, diawali dengan menculik sejumlah petinggi di jajaran Tentara. Selanjutnya mereka bunuh dengan keji, kemudian mayat dimasukkan kedalam lubang Buaya. “Keenam perwira tinggi yang dibunuh tersebut adalah” (Poesponegoro dan Notosusanto, 2009: 484): 1. Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/ Pangad) Letnan Jendral Ahmad Yani; 2. Deputi II Pangad, Mayor Jendral R. Soeprapto; 3. Deputi III Pangad, Mayor Harjono Mas Tirtodarmo; 4. Asisten I Pangad, Mayor Jendral Siswondo Parman; 5. Asisten IV Pangad, Brigadier Jendral Donald Izacus Pandjaitan; 6. Inspektur Kehakiman/ Oditur Jendral Angkatan Darat, Brigadier Jendral Soetojo Siswomihardjo. Ada satu orang lagi yang dibunuh bersamaan dengan keenam perwira tinggi, yaitu Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. Peristiwa Gerakan 30 September adalah
  • 6. 5 peristiwa bersejarah, yang menjadi noda bangsa Indonesia. Kekejaman PKI yang membunuh para jendral tersebut, menimbulkan kemarahan rakyat diseluruh tanah air. (Mobilization for Action) Kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai elemen masyarakat. Pada awalnya sebelum gerakan ini terjadi, pada tahun 1965 terjadinya Gerakan 30 September. Gerakan mahasiswapun menuntut apa yang disebut dengan “TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat)” yang isinya: 1. Bubarkan PKI. 2. Retool Kabinet Dwikora. 3. Turunkan harga/ perbaikan ekonomi. Dan akhirnya gerakan ini berhasil membangun sebuah kepercayaan masyarakat agar mendukung mahasiswa dan menentang Komunis yang ditunggangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah berhasil dan orde baru muncul, banyaknya aktivis 1966 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. Mungkin dapat dikatakan bahwa gerakan mahasiswa angkatan 66 ini mempunyai hubungan erat dengan kekuatan militer. Pada angkatan 66 ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis, dia adalah Soe Hok Gie. Dia menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis sampai sekarang. Selain itu, dia juga seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa Indonesia. (Operation of Social Control) Dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses perubahan. Usaha Membubarkan Demonstrasi Gagal. Kodam jaya mendengar aksi mogok ini dan kemudian mendatangkan tentara dengan tujuan untuk membubarkan demonstrasi tersebut. Begitu tentara itu datang mereka disambut dengan teriakan “ Hidup ABRI”. Mereka saling merangkul dan ABRI yang mau membubarkan demonstrasi itu tidak bisa berb uat apa-apa selain tersenyum. Beberapa diantara anggota ABRI itu mereka gotong dan mereka dukung.
  • 7. 6 Usaha membubarkan demonstrasi itu gagal total. Kemudian datang pula panser dari kodam V jaya dengan tujuan yang sama. Begitu panser datang para mahasiswa kemudian duduk dijalanan. ada yang berbaring. Mobil-mobil yang diparkir dijalan nusantara mereka dorong ketengah jalan. Akibatnya panser itu tidak bisa maju. Komandan panser, letnan Siregar, disambut oleh para Mahasiswa dengan teriakan “ Horas”, lantas tersenyum. Itu sudah cukup untuk membuat persahabatn antara keduabelah pihak yang saling bertentangan. Begitu panser berhenti mereka naik keatas dan mengadakan foto-foto bersama diatas kendaraan lapis baja tersebut. Akhirnya panser setelah menunggu agak lama, pulang tanpa berhasil membubarkan para demonstran tersebut. 2.2 Gerakan Mahasiswa dan Masyarakat Indonesia Tahun 1998 (Structural Conducivenes) Pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang mendukung aksi-aksi mahasiswa. Sebenarnya gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa pada tahun 1998 ini merupakan akumulasi dari kekesalan rakyat sejak awal orde baru, sehingga terlihat kekesalan rakyat yang sudah sangat complicated atau kompleks itu akhirnya berujung pada kemarahan publik terhadap pemerintah yang berlangsung di akhir dekade 90’an. Ada berbagai faktor yang mendorong mahasiswa melakukan pergerakan menuntut reformasi, antara lain: 1. Penyalahgunaan wewenang Soeharto sebagai presiden a. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang merajalela Banyak kasus-kasus KKN yang melibatkan para pejabat yang tidak diusut sama sekali. Tentu saja hal ini membuat jurang pemisah antara si kaya dan si miskin menjadi semakin lebar. b. Pencurian kekayaan Negara Dalam buku panduan yang dikeluarkan PBB, dalam peluncuran prakarsa penemuan kembali kekayaan yang dicuri (Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative di Markas Besar PBB, New York, disebutkan bahwa Soeharto (1967-1998) berada dalam daftar urutan pertama pencurian aset Negara, dengan total diperkirakan 15 miliar dolar hingga 35
  • 8. 7 miliar dolar AS. Selain itu, enam anak Soeharto pun dimanjakan dengan pemilikan saham dalam jumlah signifikan sekurang-kurangnya di 564 perusahaan, dan kekayaan luar negeri mereka mencakup ratusan perusahaan-perusahaan lainnya. c. Sistem pemerintahan yang berubah menjadi otoriter Untuk melanggengkan kekuasaannya, Soeharto lancarkan beberapa strategi selama memimpin, antara lain: Melakukan penyederhanaan/fusi partai-partai saingan Golkar untuk mempersempit ruang gerak lawan politiknya. Membredel media massa yang mengkritik pemerintah, contohnya Harian Sinar Harapan (1986), Tempo, Editor dan Detik (1994). Membungkam mahasiswa melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) pasca tragedi Malari. Memberlakukan UU Subversi, yang bisa “mengamankan” para pengkritik kebijakan pemerintah. d. Pembangunan yang semu Pembangunan di Indonesia dinilai semu belaka, karena untuk melaksanakan pembangunan Soeharto hanya memanfaatkan pinjaman hutang luar negeri dan penanaman modal asing. Pembangunan keropos tersebut akhirnya menjerumuskan Indonesia ke titik ekonomi terburuk saat terjadi krisis moneter yang melanda Asia pada akhir dekade 90’an. 2. Krisis moneter Krisis moneter yang melanda Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya membuat nilai rupiah anjlok hingga sempat menyentuh level Rp 20.000 per US$, harga-harga kebutuhan pun melambung tinggi, sehingga daya beli masyarakat berkurang. 3. Kondisi sosial masyarakat Kondisi masyarakat menjadi tidak menentu seiring krisis moneter yang melanda kawasan Asia. Kerusuhan pun banyak terjadi di berbagai daerah, tidak sedikit kerusuhan yang berbau SARA, seperti di Sambas, Poso dan Ambon.
  • 9. 8 (Structural Strain) Kedua adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah. Yakni suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Sehingga disini dapat dilihat bahwa masyarakat atau kelompok yang melakukan suatu gerakan sosial merasakan adanya persamaan nasib –yang biasanya bersifat negatif. Dalam kaitannya dengan gerakan mahasiswa 1998, teori ini cukup relevan. Krisis ekonomi yang parah sejak Juli 1997 menimbulkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah seperti yang telah dijelaskan diatas (poin 1c), pemerintahan yang dijalankan presiden Soeharto berlangsung secara otoriter. Sebagian besar rakyat merasa tertindas karena hak-haknya tidak diperhatikan, begitu pula dengan mahasiswa yang selalu dibuat bungkam oleh pemerintah. Oleh karena itulah tekanan yang dialami para mahasiswa untuk bangkit melawan ketertindasan semakin kuat. Mahasiswa dan masyarakat kelas menengah Indonesia, yang selama ini terkesan diam dan menurut pada pemerintah, mulai gelisah dan akhirnya melakukan suatu gerakan reformasi dikarenakan adanya persamaan nasib yang kemudian memunculkan suatu perilaku kolektif untuk memperjuangkan perubahan sosial. (Spread of a Generalized Belief) Ketiga penyebaran serta gagasan dengan landasan kebenaran, hak asasi manusia dan rakyat sebagai dasar perjuangan. Para mahasiswa menuntut reformasi dengan mengajukan enam agenda, antara lain: daerah. (Precipitating Factors) Keempat adanya faktor pemicu dengan gugurnya mahasiswa Universitas Trisakti yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya.
  • 10. 9 Faktor inilah yang paling menyulut kemarahan para mahasiswa. Gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti ini membakar semangat para mahasiswa untuk terus maju dan melakukan aksi, yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya. Atas dasar faktor-faktor diatas, kekesalan rakyat dan mahasiswa yang terakumulasi itu akhirnya tak dapat terbendung lagi. Akibatnya meletuslah berbagai demonstrasi dan kerusuhan dimana-mana. (Mobilization for Action) Kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai elemen masyarakat. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama. Pada awal 1998 sebenarnya belum ada tanda-tanda bahwa akan muncul gerakan yang berarti untuk melawan kekuasaan Soeharto. Awalnya, aksi keprihatinan hanya di dalam kampus dan hanya melibatkan segelintir mahasiswa. Di luar kampus, sejumlah elemen ekstra kampus pun masih memprotes sebatas wacana dan sesekali tampil di media massa. Aksi-aksi perlawanan berskala kecil baru muncul pada Maret 1998, beberapa saat menjelang MPR akan mengukuhkan kembali Soeharto sebagai presiden RI untuk ketujuh kalinya. Semula gerakan ini hanya berupa demonstrasi di kampus-kampus di berbagai daerah. Akan tetapi, para mahasiswa akhirnya memutuskan untuk turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan jalan keluar. Keputusan untuk turun ke jalan ini membuat aparat kepolisian beserta militer selalu menjaga ketat setiap aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, tak pelak aksi-aksi yang berlangsung sepanjang April hingga pertengahan Mei hampir selalu berakhir dengan bentrok antara mahasiswa dengan aparat. Namun kekerasan demi kekerasan itu tidak menyurutkan nyali mahasiswa. Gerakan mahasiswa dalam waktu singkat menjadi tren di kampus-kampus, dimulai dari Universitas Indonesia (UI) lalu menyebar ke perguruan tinggi lain di berbagai kota. Atmosfer gerakan mahasiswa semakin hari semakin besar dan tidak bisa ditahan. Para mahasiswa kemudian menuntut reformasi dengan mengajukan enam agenda, antara lain: sional
  • 11. 10 Tapi sesungguhnya agenda utama gerakan reformasi ini adalah menuntut turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Mereka juga membuat slogan "Turunkan Harga" yang juga dapat diartikan "Turunkan Harto dan Keluarga", karena Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan Bob Hasan, masuk dalam Kabinet Pembangunan VII. Gedung wakil rakyat, yaitu Gedung MPR/ DPR dan gedung-gedung DPRD di daerah, menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Berikut ini kronologi beberapa peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998: 1) Demonstrasi Mahasiswa Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan mahasiswa dan kelompok pro-reformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari kemudian pada tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama Moses Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto justru malah berangkat ke Kairo, Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang KTT Non-Blok. 2) Peristiwa Trisaktisz Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan mahasiswa di berbagai tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat keamanan. Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa, apalagi sejak mereka berani turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presinden Indonesia saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997. Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan
  • 12. 11 sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia, mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan. Keempat korban meninggal tersebut kemudian didaulat sebagai pahlawan reformasi oleh beberapa kalangan. Selain korban meninggal, puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat juga harus dilarikan ke masuk rumah sakit karena terluka. 3) Kerusuhan 12-15 Mei 1998 Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 12-13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo. Kerusuhan ini bukan didominasi oleh mahasiswa, melainkan didominasi oleh warga. Warga yang marah terhadap kebrutalan aparat keamanan atas meninggalnya 4 mahasiswa trisakti, mengalihkan kemarahan pada orang Indonesia sendiri yang keturunan, terutama keturunan Cina. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah. 4) Pendudukan Gedung MPR/DPR Dalam keadaan yang mulai terkendali setelah mencekam selama beberapa hari sejak tertembaknya mahasiswa Trisakti dan terjadinya kerusuhan besar di Indonesia, tanggal 18 Mei 1998 hari Senin siang, ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR/MPR dan dihadang oleh tentara yang bersenjata lengkap, bukan lagi aparat kepolisian. Tuntutan mereka yang utama adalah pengusutan penembakan mahasiswa Trisakti, penolakan terhadap penunjukan Soeharto sebagai Presiden kembali, pembubaran DPR/MPR 1998, pembentukan pemerintahan baru, dan pemulihan ekonomi secepatnya. Kedatangan ribuan mahasiwa ke gedung DPR/MPR saat itu begitu menegangkan dan nyaris terjadi insiden, namun para mahasiswa tidak panik dan tidak terpancing untuk melarikan diri sehingga tentara tidak dapat memukul mundur mahasiswa dari gedung DPR/MPR. Akhirnya mahasiswa melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan selanjutnya membubarkan diri pada sore hari dan pulang dengan menumpang bus umum.
  • 13. 12 Keesokan harinya mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR semakin banyak dan lebih dari itu mereka berhasil menginap dan menduduki gedung itu selama beberapa hari. Keberhasilan meduduki gedung DPR/MPR mengundang semakin banyaknya mahasiswa dari luar Jakarta untuk datang dan turut menginap di gedung tersebut. Mereka mau menunjukkan kalau reformasi itu bukan hanya milik Jakarta tapi milik semua orang Indonesia. 5) Pengunduran Diri Presiden Soeharto Setelah melihat kondisi yang semakin kacau, terlebih dengan pendudukan gedung MPR/DPR oleh mahasiswa, Soeharto akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat yang menghendaki dia tidak menjadi Presiden lagi. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah dipegang selama 32 tahun. Beliau mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Beliau kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat itu Indonesia memasuki era reformasi. Namun tampaknya tak semudah itu reformasi dimenangkan oleh rakyat Indonesia karena ia meninggalkan kursi kepresidenan dengan menyerahkan secara sepihak tampuk kedaulatan rakyat begitu saja kepada Habibie. Ini mengundang perdebatan hukum dan penolakan dari masyarakat. Bahkan dengan tegas sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa Habibie bukan Presiden Indonesia. Mereka tetap bertahan di gedung DPR/MPR sampai akhirnya diserbu oleh tentara dan semua mahasiswa digusur dan diungsikan ke kampus-kampus terdekat. Paling banyak yang menampung mahasiswa pada saat evakuasi tersebut adalah kampus Atma Jaya Jakarta yang terletak di Semanggi. Itulah periodisasi pergerakan mahasiswa yang bersatu melakukan aksi menentang Soeharto sejak pertengahan 1997 sampai mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998. Keberhasilan mahasiswa ini tidak terlepas dari berbagai unsur pendukung, seperti krisis moneter dan membelotnya para kroni Soeharto yang sering disebut dengan sebutan “brutus” pada waktu itu.
  • 14. 13 (Operation of Social Control) Dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses perubahan. Kegiatan demontrasi dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Dan juga sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa, apalagi sejak mereka berani turun ke jalan. 2.3 Perubahan Sosial Politik yang Terjadi setelah Gerakan Pasca gerakan 66, kembalinya kedudukan UUD 1945 dan Pancasila. Hilangnya partai komunis. kebijakan pemerintah tidak lagi lebih mengutamakan kepentingan politik, yang pada waktu itu politik ini sendiri di jadikan sebagai panglima atau di agungkan begitu tinggi tanpa memperhatikan perekonomian ataupun kesejahteraan rakyat. Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. Pasca gerakan 98, runtuhnya rezim Suharto dan terwujudnya Reformasi. Pergantian rezim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh rezim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang haram’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
  • 15. 14 BAB III PENUTUP Kesimpulan Gerakan 66. Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang sekarang berada pada lingkar kekuasaan dan pernah pada lingkar kekuasaan, siapa yang tak kenal dengan Akbar Tanjung dan Cosmas Batubara. Apalagi Sebut saja Akbar Tanjung yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) periode tahun 1999- 2004. Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten Negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. Gerakan 98. Melihat pemaparan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformas, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis. Disini dapat dilihat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah bentuk gerakan reformasi yang menuntut perubahan sosial, dimana perubahan sosial yang terjadi merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya, sehingga gerakan ini dapat digolongkan pada gerakan reform dan bukan
  • 16. 15 gerakan yang sifatnya radikal. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rezim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral. Berbeda dengan gerakan mahasiswa 1966 yang memunculkan sejumlah tokoh dan pemimpin, gerakan mahasiswa 1998 nyaris bergerak tanpa pemimpin. Gerakan itu juga muncul tanpa didasarkan sebuah wacana dan agenda yang jelas, kecuali mengkristalnya musuh bersama bernama Soeharto. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh rezim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang haram’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.