Gerakan mahasiswa 1998 bermula dari krisis ekonomi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan pengangguran. Mahasiswa melakukan diskusi dan aksi untuk menuntut reformasi ekonomi, politik, dan hukum. Mereka menolak korupsi, kolusi, nepotisme dan menuntut Soeharto mundur. Aksi mahasiswa semakin besar dan menuntut reformasi total.
1. PANCASILA DAN GERAKAN MAHASISWA/PEMUDA ‘98
Dosen Pembimbing : Dr. Made Pramono, M.Hum
Disusun oleh :
Putri Ayu Permatasari
19030174041
2019 B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila dan Gerakan
Mahasiswa/Pemuda '98 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Dr.
Made Pramono, M.Hum pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Made Pramono, M.Hum, selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 1 September 2019
Putri Ayu Permatasari
3. DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...……3
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………………………………………4
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….......…5
TUJUAN………………………………………………………………………………...….5
MANFAAT…………………………………………………………………………………6
BAB II PEMBAHASAN
ISI…………………………………………………………………………………………...7
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN……………………………………………………………………………..10
SARAN………………………………………………………………………………….….10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………11
4. BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Gerakan mahasiswa merupakan bagian dalam gerakan sosial, muncul karena adanya
motivasi tertentu. Salah satu bentuk dari motivasi mahasiswa antara lain adanya keinginan
untuk mengadakan perubahan atau koreksi terhadap hal yang menyimpang dalam kehidupan
sosial. Sebagai gerakan mahasiswa cenderung bermuara idealisme subjektif mahasiswa akan
kondisi sosialnya. Gerakan mahasiswa muncul dipicu oleh rasa frustasi dengan
diberlakukannya Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Kehidupan Kampus atau
(NKK/BKK) yang melarang mahasiswa berpolitik dalam kampus. Selain faktor internal,
ditambah dengan kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial, ketidakadilan, penggunaan
kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang kacau dan kondisi politik yang
tidak jelas, akan memicu mahasiswa melakukan gerakan dengan tujuan menghilangkan rasa
frustasi. Mahasiswa merupakan kekuatan terdepan yang memplopori gerakan.
Gerakan mahasiswa sangat identik dengan gerakannya yang massif dan berperan
dalam mengoreksi setiap penyimpangan sosial dan politik serta berani membela rakyat yang
tertindas atas dasar keadilan. Hal inilah yang memicu kuatnya identitas gerakan sosial pada
gerakan mahasiswa sehingga dapat menjadi kekuatan pendobrak dalam proses perubahan di
masyarakat. Sejarah telah mencatat bahwa gerakan mahasiswa memiliki andil yang sangat
besar pada beberapa proses transisi di negara ini.
Jika kita melihat sejarah gerakan pemuda dan mahasiswa di Indonesia, kita akan
melihat peran penting yang selalu dimainkannya ketika bangsa ini sedang mengalami
keadaan yang kritis. Para pemuda dan mahasiswa adalah pencetus Sumpah Pemuda tahun
1928. Kemudian kita kembali melihat peran mereka dalam gerakan-gerakan untuk
memperjuangkan kemerdekaan sebelum tahun 1940-an dan juga ketika revolusi
kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan. (Ingat, Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda
dan dibawa ke Rengasdengklok untuk “dipaksa” membacakan Proklamasi Kemerdekaan
bangsa ini pada tanggal 17 Agustus 1945). Mereka kemudian muncul lagi pada tahun 1966,
dan yang juga menarik perhatian adalah mereka –meminjam istilah Arief Budiman- sebagai
bintang lapangan dalam peristiwa reformasi 1998 dalam menggulingkan Rezim Soeharto
(Arief Budiman dalam Sanit, 1999 : xii).
Mahasiswa sangat gencar dan tegar menggiatkan aksi-aksi perlawanan massa
terhadap kekuasaan Orde Baru. Pada awalnya gerakan mahasiswa adalah bentuk diskusi
sebelum melakukan aksi demonstrasi. Mahasiswa adalah salah satu kelompok intelektual
yang mempunyai kekuatan untuk menganalisis setiap permasalah yang terjadi sehingga
dengan kekuatan tersebutlah yang dapat membedakan mahasiswa dengan kelompok lain.
Mahasiswa sebagai salah satu komponen sosial, bagaimanapun strategisnya, tak pernah lepas
dari kaitan-kaitan dialektis dengan struktur yang ada, baik sosial maupun politik. Mereka
5. sebagai pelaku sosial harus melakukan respons terhadap perubahan yang terjadi. Mahasiswa
berperan sebagai agent of change (agen perubahan), moral force (kekuatan moral), iron stock
(perangkat keras) suatu bangsa.
Peristiwa 1998 di saat barisan mahasiswa berhasil menumbangkan Presiden Soeharto
dan menaklukkan Orba, semakin mengukuhkan kebenaran predikat mahasiswa sebagai agent
of change. Tumbangnya Soeharto merupakan buah estafet dari beberapa peristiwa gerakan
mahasiswa, mulai angkatan 1974, 1977/1978, 1980-an dan 1990-an; yang didukung oleh
elemen pro demokrasi lainnya. Masing-masing angkatan sedikit atau banyak memiliki
kontribusi dalam perjuangan melengserkan Soeharto. Pada masa angkatan 1974, gerakan
mahasiswa sudah muncul dengan mengoreksi kinerja pemerintahan Soeharto.
Gerakan mahasiswa angkatan 1977/1978, sudah menyuarakan perlunya meminta
tanggung jawab Soeharto sebagai Presiden (Lihat Budiyarso : 2000). Hanya saja, berbeda
dengan angkatan 1998, gerakan mahasiswa sebelumnya tidak mampu mencari garis
kemenangan karena kapasitas perlawanan mereka belum sebanding dengan kekuatan Orba.
Oleh sebab itu, mahasiswa generasi 1998 sangat tepat jika disebut “generasi pemetik bunga”
(A. Prasetantoko, Ign, dkk, 2001 : 75).
Keberhasilan mereka dimungkinkan oleh pematangan situasi, yaitu didukung oleh
krisis ekonomi, konflik politik elit dan delegitimasi rezim, serta dukungan yang luas dari
hampir seluruh elemen rakyat. Jatuhnya Soeharto bukanlah tujuan akhir perjuangan
mahasiswa. Tapi karena Soeharto diyakini sebagai pusat segala persoalan, maka jatuhnya
Soeharto berarti sebuah perintang utama mencapai perubahan telah disingkirkan. Gerakan
mahasiswa sejak era transisi terus berlanjut, kendati gelombang pasang surut.
Pada masa pemerintahan Habibie, resistensi mahasiswa masih berada dalam
gelombang pasang. Meskipun begitu, skala keterlibatannya dalam aksi-aksi telah menyusut
secara signifikan. Peran mahasiswa saat penggulingan Soeharto yang melibatkan seluruh
eksponen mahasiswa di Indonesia. Yang tersisa kemudian hanyalah sebagian kecil
mahasiswa, yang tersebar di sejumlah kota di mana Jakarta paling dominan (Manan, 2005 :
179). Kenyataan kemudian adalah semangat perjuangan mahasiswa pada era transisi
menyurut padam. Gerakan mahasiswa mengalami disorientasi, fragmentasi, dan
berkurangnya militansi. Disorientasi terjadi terutama disebabkan raibnya common enemy
(Soeharto) yang sebelumnya mempersatukan mereka. Setelah Soeharto runtuh, gerakan
mahasiswa kehilangan isu sentral untuk menjaga jalinan kebersamaan yang sudah terbangun.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana deskripsi sejarah gerakan mahasiswa Indonesia pada masa Orde Baru
periode 1998.
Bagaimana analisis politik gerakan mahasiswa sebagai gerakan sosial terhadap Negara.
3. Tujuan
Membuat gambaran gerakan mahasiswa Indonesia pada periode 1998.
6. Menganalisis perlawanan gerakan mahasiswa sebagai gerakan social melawan Negara.
Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
4. Manfaat
a. Manfaat Praktis, bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah dalam menganalisis kondisi social
masyarakat.
b. Manfaat Akademis, bagi penulis dan pembaca penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu sosial secara umum dan secara khusus.
c. Manfaat praksis, penelitian ini bermanfaat sebagai sebuah konsumsi dan referensi bagi
gerakan sosial mahasiswa dan gerakan sosial lainnya serta lembaga-lembaga yang
kerkompeten.
7. BAB II
PEMBAHASAN
1. Isi
Gerakan mahasiswa pada tahun 1980-1990 yang disebabkan karena adanya kebijakan
NKK/BKK. Dan mahasiswa mulai bangkit kembali pada tahun 1998 untuk mengkoreksi
kebijakan pemerintah. Awal lahirnya gerakan mahasiswa 1998 adalah karena krisis ekonomi
global ikut menyapu Indonesia, nilai rupiah melemah terhadap dolar AS, harga-harga barang
kebutuhan pokok mulai merangkak naik, banyak perusahaan yang gulung tikar akibatnya
banyak buruh yang ter-PHK. Dampak ini secara langsung juga menimpa mahasiswa,
terutama mahasiswa perantauan, harga makanan melonjak, kertas naik, belum lagi orang
tuanya yang di PHK atau perusahaan mereka yang bangkrut. Dari kondisi seperti ini, aksi-
aksi mahasiswa mulai marak kembali, dengan tuntutan-tuntutan ekonomis, seperti turunkan
harga.
Bentuk dari gerakan mahasiswa pada tahun 1998 dilakukan dengan cara diskusi dan
aksi keprihatinan terhadap krisis ekonomi yang menyengsarakan rakyat. Sebelum aksi
demonstrasi para mahasiswa melakukan diskusi dengan para cendikiawan dan ABRI tentang
permasalahan ekonomi dan politik yang dihadapi negara pada tahun 1998. Selain itu
perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mencoba melakukan
diskusi dengan Presiden tentang krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, tetapi usaha yang
dilakukan mahasiswa tidak mendapatkan respon baik. Sehingga gerakan mahasiswa tersebut
dan berkembang menjadi aksi gerakan mahasiswa se-Indonesia dengan isu pokok tentang
reformasi total.
Pada tahun 1998 gerakan mahasiswa telah memainkan peran yang sangat krusial.
Gerakan perjuangan mahasiswa Indonesia pernah mencatat sejarah saat detik-detik
menjelang transisi menuju demokrasi. Secara perlahan, bersamaan dengan krisis ekonomi
yang semakin memuncak, usaha-usaha kelompok radikal untuk menarik dari kesadaran
“ekonomis” menjadi kesadaran politik mulai berhasil. Aksi-aksi mahasiswa yang semakin
membesar mulai meneriakkan tuntutan politik, meminta Soeharto turun. Ini merupakan
sejarah maju dalam gerakan mahasiswa di Indonesia. Tuntutan yang selama ini
“diharamkan” tidak ditabukan lagi.
Lahirnya gerakan mahasiswa dikarenakan krisis ekonomi yang terus semakin
berkelanjut bahkan terjadi kelaparan di pelosok Indonesia membuat prihatin para mahasiswa
melakukan sebuah gerakan dalam melawan pemerintah. Sehingga Isu perjuangan yang
dimainkan mahasiswa adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dan jalan
penuntasannya adalah dengan melalui reformasi ekonomi, politik dan hukum atau dengan
singkat reformasi total. Situasi pemerintahan yang seperti ini, sehingga memunculkan isu-isu
populis yang kemudian terkenal dengan 6 visi reformasi (Adili Soeharto, Cabut Dwi Fungsi
8. ABRI, Hapus KKN, Tegakkan Supremasi Hukum, Otonomi Daerah dan Amandemen
UUD`1945).
Dari awal kebanyakan protes secara ekplisit menuntut Soeharto turun dari jabatan
sebagai presiden (sebuah ekpresi dari sentimen ini dapat dilihat pembakaran gambar
Soeharto pada sebuah aksi di Universitas Gadjah Mada pada tanggal 11 Maret). Dalam
kurun waktu awal Februari sampai Mei 1998, secara kuantitatif dan kualitatif gerakan
mahasiswa naik secara dratis, dengan tuntutan yang sudah politis. Di kampus UI, Depok,
dari tanggal 19-26 Maret terjadi aksi besar yang hampir menyamai aksi di tahun 1966. Pada
hari terakhir Sidang Umum MPR 1998, di Yogyakarta, sebuah patung raksasa berwajah
Soeharto dibakar oleh para demonstran, sekitar 50 ribu mahasiswa memenuhi Balairung
UGM dalam aksi tersebut. Pada hari yang sama juga terjadi aksi-aksi di Solo, Surabaya,
Malang, Manado, Ujung Pandang, Denpasar, Padang, Purwokerto, Kudus. Dalam
perkembangannya aksi-aksi mahasiswa semakin radikal. Diberbagai wilayah terjadi
bentrokan antara demostran dengan militer. Di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan di
kampus Universitas Lampung, pada tanggal 17 Maret 1998 terjadi bentrokan antara
mahasiswa-- yang ingin melanjutkan rally keluar kampus-- dengan militer.
Sementara di Yogyakarta, tanggal 2 - 3 April bentrokan terjadi di Boulevard UGM
dan bentrokan berulang pada tanggal 13 April ketika demonstran dikejar-kejar dan ditembaki
oleh militer sampai ke dalam kampus. Hampir 8 jam kampus UGM dikusai oleh militer. Di
Medan juga terjadi bentrokan serupa, dalam aksi tanggal 24 April demosntran melempari
militer dengan molotov, akibatnya kampus Universitas Sumatera Utara (USU) diliburkan
beberapa hari. Pada bulan Mei aksi-aksi mahasiswa semakin bertambah banyak, kampus-
kampus yang selama ini apolitis ikut terlibat dalam aksi-aksi.
Sementara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei, terjadi
bentrokan di Jakarta, Medan, Yogyakarta, Jember, Malang dan beberapa kota lain. Antara
tanggal 1 Maret sampai 2 Mei tercatat 14 bentrokan antara mahasiswa dan militer yang
terjadi di Jawa, Sumatera, Bali dan Lombok. Ketika hari-hari terakhir Soeharto akan
“lengser”, gedung DPR/MPR dikuasai mahasiswa, ratusan ribu mahasiswa menggelar
mimbar bebas di gedung tersebut. Sementara di Yogyakarta, sehari sebelum Soeharto turun,
sekitar satu juta rakyat – yang dipelopori mahasiswa Yogyakarta -- memenuhi alun-alun
Utara, menuntut Soeharto mundur. Masa-masa ini merupakan masa-masa yang revolusioner
bagi gerakan mahasiswa. Aksi-aksi mahasiswa dibeberapa tempat bahkan sudah menguasai
RRI seperti yang terjadi di Surabaya, Semarang, Padang. Sementara di Medan, mahasiswa
menguasai bandar udara. Dapat dikatakan aktivitas penerbangan, terutama penerbangan
internasional, lumpuh total.
Pada tanggal 12 Mei 1998 telah terjadi insiden berdarah yang menewaskan 4 (empat)
orang mahasiwa Trisakti, dan disertai puluhan rekan-rekan mereka luka parah. Dan ini
menimbulkan rasa amarah diantara para mahasiswa terhadap pemerintah orde baru serta
militer karena telah menewaskan empat mahasiswa Trisakti, diantaranya Elang Mulya
Lesmana, Heri Hetanto, Hendriawan, dan Hafidin Royan mereka adalah pejuang reformasi.
Didalam perkembangannya para mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR
9. menyampaikan tuntutannya. Melihat situasi semakin tidak kondusif lagi, maka pada tanggal
21 Mei Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya dan perjuangan Mahasiswa
berhasil. Sepanjang sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia telah membuktikan bahwa
mahasiswa memiliki kontribusi yang jelas pada negeri ini yang dilakukan dalam bentuk
seminar, diskusi dan aksi demonstrasi.
Kembali tuntutan mahasiswa seperti cabut Dwi Fungsi ABRI, Tolak SI dan
pemerintahan transisi belum berhasil digolkan. Gerakan yang secara spontan terjadi pada
masa tersebut terjadi juga karena momentum dimana ketika itu krisis ekonomi semakin
memuncak dan semakin menjerat leher orang miskin yang ada di negeri ini. Segala
kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh Soeharto menjadi boomerang kembali kepadanya
dengan hadirnya perlawanan dari semua basis-basis massa yang dipelopori oleh mahasiswa.
Meskipun masih bersifat momentuman, sektarian dalam artian hanya didominasi oleh kaum
intelektual kampus dan tidak melibatkan massa rakyat luas tapi gebrakan dari gerakan ini
mampu mengantarkan Indonesia ke dalam suatu system pemerintahan baru yakni reformasi
dan menjatuhkan symbol kediktatoran selama 32 tahun.
Dalam kurun waktu ini juga bermunculan beratus-ratus komite mahasiswa, besar
maupun kecil. Namun sayangnya gerakan yang sudah membesar ini hanya mampu
menghasilkan pengalihan jabatan presiden dari Soeharto ke Habibie. Setelah berhasil
“melengserkan” Soeharto, secara kualitatif dan kuantitatif gerakan mahasiswa menurun,
hampir 6 bulan gerakan seperti tenggelam tertelan tanah. Gerakan kembali bangkit
mendekati Sidang Istimewa MPR, pertengahan November. Pada tanggal 13-14 November
1998 aksi besar-besaran terjadi di Jakarta. Sekitar satu juta mahasiswa dan rakyat berkumpul
didepan kampus Universitas Atmajaya, Jakarta. Mereka akan melakukan rally ke gedung
DPR/MPR. Kemudian meletuslah insiden Semanggi, ketika mahasiswa yang akan
meninggalkan Universitas Atmajaya ditembaki oleh militer, korban kembali berjatuhan.
Gerakan kali ini disokong penuh oleh rakyat – disamping rakyat terlibat aktif dalam aksi-aksi,
ikut membuat barikade, mengejar pamwakarsa, juga memberikan bantuan logistik --,
kerusuhan seperti Mei tidak terjadi karena mahasiswa berhasil memimpin. Gerakan tidak
hanya terjadi di Jakarta, dibeberapa daerah seperti Yogyakarta, markas militer seperti Korem
sempat dikuasai mahasiswa selama beberapa jam, sementara di tempat lain mahasiswa
berhasil memaksa RRI menyiarkan tuntutan-tuntutan mereka. Represi memang hanya terjadi
di Jakarta, sedangkan gerakan di daerah tidak mengalami represi, secara kualitatif dan
kuantitatif gerakan di daerah juga tidak membesar seperti di bulan Mei ’98.
10. BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mahasiswa adalah salah satu kelompok intelektual yang mempunyai kekuatan untuk
menganalisis setiap permasalahan yang terjadi sehingga dengan kekuatan tersebutlah yang
dapat membedakan mahasiswa dengan kelompok lain. Mahasiswa sebagai salah satu
komponen sosial yang tak pernah lepas dari kaitan-kaitan dialektis dengan struktur yang ada,
baik sosial maupun politik. Mereka sebagai pelaku sosial harus melakukan respons terhadap
perubahan yang terjadi. Mahasiswa berperan sebagai agent of change (agen perubahan),
moral force (kekuatan moral), iron stock (perangkat keras) suatu bangsa. Gerakan pemuda
pada tahun 1998 memperlihatkan pada kita bagaimana semangat para pemuda saat itu untuk
menuntut keadilan bagi rakyat dengan cara apapun walaupun nyawa sebagai taruhannya. Hal
tersebut dilakukan semata-mata agar Indonesia dapat terbebas dari KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
2. Saran
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan dapat
dijadikan pembelajaran, mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap pembacanya. Semoga
kita dapat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat membanggakan orang tua dan negara
Indonesia