SlideShare a Scribd company logo
1 of 114
Download to read offline
SISTEM CVT
SISTEM CVT
(Continuously Variable Transmission)
SISTEM CVT
A. Crankshaft
B. Primary sliding sheave (pulley bergerak)
C. Weight / Pemberat / Roller
D. Secondary fixed sheave (pulley tetap)
E. Secondary sliding sheave (pulley bergerak)
F. Primary drive gear shaft
G. Clutch housing / Rumah kopling
H. Clutch carrier
I. V-belt
J. Primary fixed sheave
A
B
C
D
E F
H
G
I
J
• Nama Parts
KONSTRUKSI CVT
SISTEM CVT
C.V.T system
E/G rpm
Vehicle speed
Max power E/G revolutions
Gear transmission system
(At full-throttle acceleration)
LOW
2ND 3RD 4TH TOP
• Memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda
belakang secara otomatis .
• Perbandingan ratio yg sangat tepat tanpa harus memindah gigi .
• Tidak terjadi hentakan yang biasa timbul pada perpindahan gigi .
• Perubahan kecepatan sangat lembut dengan kemampuan mendaki yang baik .
KELEBIHAN UTAMA SISTEM CVT
SISTEM CVT
Bagian Pulley
primer
Bagian Pulley
sekunder
1
2
3
4
5
6
7
8
8 Pedal
starter kaki
Kopling satu
arah
Motor
Starter
1 Gir Starter Pulley Primer
Pulley
Sekunder
Roda
Belakang
3 V-belt
2 Crank
shaft
4 Clutch
carrier
5 Rumah
Kopling
6 As roda gigi primer 7 Drive
axle
• Rangkaian alur tenaga
RANGKAIAN GERAK CVT
SISTEM CVT
Pulley tetap
Pulley bergerak
Slider
Collar
Cam
Pemberat /
Weight
Putaran
rendah
Slider
Cam
Collar
Putaran
tinggi
Pulley bergerak
Pemberat /
Weight
Pulley tetap
KONSTRUKSI PULLEY PRIMER
SISTEM CVT
Clutch carrier
Torque cam
Torque cam
Clutch carrier
Rumah kopling
Putaran
rendah
Putaran
tinggi
Pulley tetap
Pulley bergerak
Pulley bergerak
Pulley tetap
Rumah kopling
KONSTRUKSI PULLEY SEKUNDER
SISTEM CVT
Putaran ke Roda
belakang
Putaran dari
Crankshaft
Gaya centrifugal clutch carrier lebih kecil dari gaya per penarik sehingga
sepatu tidak cukup tenaga menggerakan rumah kopling.
Clutch carier
CARA KERJA CVT - PUTARAN IDLING
SISTEM CVT
CARA KERJA CVT – PUTARAN IDLING
(Video : klik gambar kanan)
SISTEM CVT
Pulley Primer
V-belt
Pulley
Sekunder
 Kopling centrifugal menyentuh rumah kopling.
 Kopling centrifugal mulai mengembang dari putaran 2.550 ke 2.950 rpm,
 Kopling terkopel penuh pada putaran 4.700 ke 5.300 rpm.
Putaran ke Roda
belakang
Putaran dari Crankshaft
CARA KERJA CVT - SAAT MULAI BERJALAN
SISTEM CVT
CARA KERJA CVT - SAAT MULAI BERJALAN
Pulley Primer
V-belt
Pulley
Sekunder
(Video : klik gambar atas)
SISTEM CVT
Gaya centrifugal pada pemberat / weight akan semakin besar , seiring dengan
bertambahnya putaran mesin, sehingga merubah diameter pulley primer .
Putaran dari Crankshaft
Putaran ke Roda
belakang
Pulley Primer
V-belt
Pulley
Sekunder
CARA KERJA CVT - PUTARAN MENENGAH
SISTEM CVT
CARA KERJA CVT - PUTARAN MENENGAH
(Video : klik gambar kanan)
SISTEM CVT
Jika celah piringan pulley sekunder semakin melebar, maka diameter V-belt
pada pulley primer semakin kecil, sehingga menghasilkan perbandingan
putaran yang semakin meningkat .
Putaran dari Crankshaft
Putaran ke Roda
belakang
Pulley Primer
V-belt
Pulley
Sekunder
CARA KERJA CVT - PUTARAN TINGGI
SISTEM CVT
CARA KERJA CVT - PUTARAN TINGGI
(Video : klik gambar kanan)
SISTEM CVT
Torsi cam : Terdapat di pulley sekunder
Fungsi : Menaikan torsi roda belakang pada saat sepeda motor mendaki
atau akselerasi spontan.
Pulley bergerak sekunder
(A) Beban ringan pada roda belakang
Pulley tetap sekunder
1. Kondisi beban ringan
TORSI CAM
SISTEM CVT
(B) Beban bertambah besar pada
roda belakang
Menyempit
2. Kondisi pada saat
mendaki dan akselerasi
V-belt
Torque cam
Pulley bergerak sekunder
Pulley tetap sekunder
Perbedaan putaran dan beban mesin dan roda belakang menyebabkan pulley
tidak tetap pada sekunder menyempit dan diameter puley menjadi besar.
TORSI CAM
SISTEM CVT
Clutch in (berhubungan)
Fungsi :
Menghubungkan tenaga dari mesin ke
roda belakang.
Cara Kerja :
• Gaya sentrifugal yang disebabkan
putaran mesin,akan melemparkan
sepatu kopling dan terhubung dengan
rumah kopling.
• Rumah kopling memutarkan roda
belakang melalui reduction gear.
KOPLING SENTRIFUGAL
SISTEM CVT
Poros roda gigi primer
Poros utama
Poros yang digerakan
/ poros roda
Roda gigi yang
digerakkan
• Gigi reduksi diperlukan untuk menghasilkan
total perbandingan yang ideal antara poros
engkol dan roda belakang.
• Pelumamsan terpisah dengan pelumasan
mesin.
RODA GIGI REDUKSI
SISTEM CVT
Spon Filter
Bagian Collar
Ruangan Pemberat
• Suhu di dalam ruang V belt sangat panas
karena gesekan.
• Pendinginan sangat penting untuk
memperpanjang umur V-belt dan kompone
CVT lainnya.
• Filter pada ruang V-belt harus secara rutin
dibersihkan (tiap 1.000 km).
PENDINGINAN CVT
SISTEM CVT
A. Pelumasan Colar pada pulley primer
Sebab :
Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus
karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja
dengan baik .
Service point :
Pertama, lumasi gemuk pada permukaan collar, selanjutnya sebelum
dipasang pada Pulley primer tetap, bersihkan gemuk yang
berlebihan pada bagian luar dari seal oli agar tidak terjadi slip.
B. Bagian dalam starter wheel gear, starter idle gear, drive axle dari
secondary sheave
Sebab :
Putaran tidak lancar, lihat CVT poster untuk pedoman pelumasan .
PERAWATAN CVT – BAGIAN PRIMER
SISTEM CVT
(1) Point pelumasan
•Pulley primer yang bergeser
•Collar
Gemuk yang disarankan
Shell Sunlight 3 ®
Shell Sunlight 3 : adalah gemuk serbaguna dan sangat cocok untuk
melumasi roller dan plain bearing.
Ketahanan suhu : 20 * C sampai dengan 135 * C .
Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley .
Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL
PERAWATAN CVT – BAGIAN PRIMER
SISTEM CVT
C. Pelumasan Torsi cam pada Pulley sekunder .
Sebab :
Jika tidak terdapat gemuk atau pelumas bagian ini :
1. Akselerasi tidak lembut.
2. Mendaki kurang kuat karena pulley sekunder tidak bekerja denga baik.
3. Pin guide dan alur pin guide terjadi keausan.
Service point :
• Lumasi dengan gemuk disekitar pin guide dan pulley sekunder bergerak.
• Bersihkan gemuk yang berlebihan pada bagian luar pulley sekunder,
untuk menghindari agar gemuk tidak menyentuh kopling centrifugal dan
rumah kopling .
PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER
SISTEM CVT
①
②
Pelumas yang dianjurkan
Shell Dolium grease R ®
2. Pelumasan pada bagian Pulley sekunder
•Pulley sekunder tetap
•Pulley sekunder bergerak
•Bearing / celah torsi cam
1
2
Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley .
Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL
PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER
SISTEM CVT
Pelumas yang dianjurkan
Shell Dolium grease R ®
(3) Pelumasan Torsi Cam
• Alur pin
•O-rings
1
2
Shell Dolium R grease dipakai pada bagian pin guide pada
secondary sheave .
Gemuk ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap
kebocoran karena bersifat lengket .
Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley .
Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL
PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER
1
2
baru
SISTEM CVT
Plug
Oil drain bolt
PENGGANTIAN OLI GEAR
Cara Penggantian :
1. Jalankan terlebih dahulu sepeda
motor untuk beberapa saat,
selanjutnya matikan mesin.
2. Buka baut penguras oli gear yang
berada dibagian bawah .
3. Penggantian pertama pada jarak
tempuh 500 km selanjutnya setiap
10.000 km .
SISTEM CVT
Primer
Weight / Pemberat
Bentuk / alur Cam
Hambatan gerak
Bagian yang bergerak kesamping
Bagian pemberat / Weight
Bagian tetap (Collar dan pulley
bergerak)
Permukaan pulley dan V belt
Sekunder
Per
Torsi cam
Hambatan -
pergerakan
Bentuk Alur
Karakteristik V-belt
Kemampuan mesin
Bagian torsi cam (Pin dan alur)
Permukaan pulley dan V belt
Bagian tetap (pulley tetap )
Perubahan akan terjadi pada beberapa bagian dan menimbulkan masalah :
Bagian Part/jenis problem Pemeriksaan
PERAWATAN CVT
SISTEM CVT
Perhatian pada saat Perawatan CVT
- Kehalusan permukaan as (crankcase,collar,bos pulley sekunder)
- Periksa kondisi oil seal saat pemasangan.
- Proses pemasangan yang kurang tepat.
- Kebersihan yang tidak terjaga / kotor pada pemasangan.
- Pemberian grease yang tidak yang tidak benar/sesuai standar.
- Gasket yang tidak terpasang, ‘ O ‘ ring yang putus / sobek
Bagian Oil Seal
Komponen yang
tidak boleh
tersentuh oli
Bagian dalam ruang
V-belt
- V Belt ,Permukaan pulley primer dan sekunder.
Akibat : Timbul suara noise/berisik karena slip
- Kopling sentrifugal dan rumah kopling.
Akibat : Clutch judder / kopling bergetar
PERAWATAN CVT
SISTEM CVT
Ada kelebihan
Tidak ada
kelebihan
Gambar A ( V-belt kondisi baik )
Gambar B ( Kondisi V-belt saatnya harus diganti )
Harus ada kelebihan dari V-belt antara
V-belt bagian bawah dan bagian
bawah alat pemeriksa V-belt .
Jika bagian bawah alat pemeriksa
sudah rata dengan V belt Artinya V-
belt telah aus.
Rekomendasi penggantian :
Tiap 25.000 km .
18,2 mm
17,2 mm
PEMERIKSAAN V-BELT
SISTEM CVT
Buka Baut pemeriksa pada cover
crankcase dan masukan alat pemeriksa .
Ukur ketebalan V belt dengan cara
yang benar (lihat hal sebelumnya)
PEMERIKSAAN V-BELT
SISTEM CVT
V-belt
Permukaan pulley
Untuk menghilangkan suara
noise / berdecit pergunakan
larutan pembersih V-belt
Mengatasi V-belt slip
• Apabila ada suara berdecit saat akselerasi,
maka periksa keausan dan permukaan
singgung dari V-belt .
• Jika kondisi baik uintuk dipakai lagi ,
pergunakan V-belt cleaner / larutan
pembersih V-belt untuk menghilangkan
suara berdecit / noise .
MENGATASI V-BELT SELIP
SISTEM CVT
• Clutch juddering : adalah kondisi saat sepeda motor mulai berjalan terjadi getaran
sehingga kurang halus .
• Cara mengatasinya :
1. Periksa permukaan singgung sepatu kopling dan permukaan dalam rumah kopling.
Jika terdapat oli / gemuk pada permukaannya : bersihkan dengan cairan pembersih.
Catatan :
Lakukan analisa penyebab adanya oli dan kotoran lain kemungkinan adanya kebocoran
seal oli dan lain-lain .
2. Jika bukan dari kotoran lain / oli kemungkinan dikarenakan tidak ratanya permukaan
singgung kopling dan rumah kopling.
3. Jika permukaan tidak rata : gosok permukaan kopling agar rata dengan amplas .
Permukaan
sepatu kopling
Permukaan dalam
rumah kopling
MENGATASI KOPLING BERGETAR
SISTEM CVT
- END -
SISTEM SUSPENSI
SISTEM SUSPENSI
SISTEM SUSPENSI
Dengan damper
Tanpa damper
Fungsi Dasar Suspensi:
• Sistem suspensi secara umum ditempatkan di
antara frame dan as roda, yang dilengkapi
dengan shock absorber.
• Fungsi utama sistem suspensi adalah untuk
mengurangi guncangan jalan yang diterima
roda.
Dumper:
• Jika hanya digunakan per sebagai shock
absorber, maka goncangan jalan akan lebih
keras dan tidak berhenti mengayun.
• Untuk itu digunakan oli sebagai peredam
(damper) yang berfungsi sebagai bantalan
penahan goncangan.
FUNGSI DASAR SUSPENSI
SISTEM SUSPENSI
• Ketika piston dengan oil passages atau valves,
bergerak naik – turun di dalam cylinder yang
tertutup, oli mengalir melalui oil passages
(orifices) di dalam piston.
• Saat shock absorber tertekan, oli mengalir
melalui lubang passage yang besar.
• Ketika rebounds (gerakan balik), oli mengalir
melalui lubang passage yang kecil.
• Sehingga shock absorber saat terkompresi
bergerak dengan cepat dan saat rebounds
bergerak dengan lambat.
PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER
SISTEM SUSPENSI
PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER
a) Diameter lubang aliran (orifice) besar  Efek
peredaman kecil.
b) Diameter lubang aliran (orifice) kecil  Efek
peredaman besar.
* Kecepatan piston sama
a) Besar b) Kecil
Efek Peredaman
Kecil Besar
SISTEM SUSPENSI
PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER
Efek Peredaman
Kecil
Besar
Kecepatan
piston
Cepat Pelan
c) d)
Kecepatan piston
Efek
Peredaman
c) Kecepatan piston tinggi  Efek peredaman
besar.
d) Kecepatan piston rendah  Efek peredaman
kecil.
* Diameter orifice sama
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI DEPAN
1. Telescopic fork
a. Piston slide type.
• Piston dan slide metal bergerak pada outer
tube.
• Pegas terpasang di bagian luar inner tube.
• Damper meggunakan area antara inner
tube dan outer tube, sehingga rigiditas dari
gaya samping kurang.
• Tipe ini umumnya digunakan pada model
bisnis.
SISTEM SUSPENSI
Inner tube
Under
bracket
Front fork
Spring
Damper
Outer tube
Drain
bolt
SUSPENSI DEPAN
b. Inner spring type.
• Tipe ini dikembangkan oleh perusahaan
Italia (Ceriani).
• Bagian inner tube dan outer tube
bergerak saling berlawanan, sehingga
kontak area luas dan tekanan
permukaan rendah yang membuat faktor
rigiditas tinggi.
SISTEM SUSPENSI
CARA KERJA SUSPENSI DEPAN
Compression
(A)
(D)
(F)
(B)
(C)
(E)
SAAT COMPRESSION
Aliran oli pada saat kompresi / ada tekanan
A B C E F
D
Klep terbuka. Oli mengalir tidak ada hambatan
D
SISTEM SUSPENSI
Rebound
Outer tube
Oil seal
Inner tube
Orifice
Valve
Piston
Cylinde
r
Orifice
(A)
(B)
(D)
(C)
(E)
(F)
CARA KERJA SUSPENSI DEPAN
A B C E F
D
SAAT REBOUND
Oli mengalir pada saat tekanan balik/rebound
Klep tertutup dan oli hanya mengalir melalui
orifices & sehingga shock dapat diredam.
D
B E
SISTEM SUSPENSI
CARA KERJA SUSPENSI DEPAN
(Video : klik gambar)
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI DEPAN
2. Bottom link fork
• Tipe ini terbuat dari plat baja dan memiliki cushion unit yang terdapat di
dalamnya.
• Ada dua tipe, yaitu : Leading link dan Trailing link
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI BELAKANG
1. Tipe Lengan Ayun (Swing arm)
2. Tipe Unit Swing
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI BELAKANG / REAR CUSHION
Dibedakan berdasrkan konstruksi:
SISTEM SUSPENSI
KOMPONEN UTAMA SUSPENSI BELAKANG
Spring
Eye bush
Oil
Piston
Oil seal
Valve
Bearing
Piston rod
Damper
rubber
• Eye bush
• Oil
• Bearing
• Piston rod
• Damper rubber
• Spring
• Piston
• Valve
• Oil seal
SISTEM SUSPENSI
PRINSIP KERJA SUSPENSI BELAKANG
SAAT COMPRESSION
Aliran oli pada saat kompresi / ada tekanan
A B C E
D
Klep terbuka aliran Oli mengalir tidak ada
hambatan (damping).
C B
SISTEM SUSPENSI
PRINSIP KERJA SUSPENSI BELAKANG
A C E
D
SAAT REBOUND
Aliran oli pada saat tekanan balik/rebound
Klep tertutup. Oli hanya mengalir melalui
orifices tanpa melalui jalur untuk
menaikkan efek redaman (damping).
C
D B
SISTEM SUSPENSI
TIPE NITROGEN GAS SEALED
(De Carbon Type)
• Suspensi ini menggunakan tipe inverted.
• Single cylinder gas yang dikompresi
(nitrogen gas) dimampatkan dalam
cylinder oil chamber dan dikompresi oleh
free piston.
Oil chamber
Gas chamber
Free piston
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI BELAKANG
Penyetelan Kondisi Beban:
• Beban pada rear cushion / shock
absorber bervariasi tergantung jumlah
penumpang dan bagasi.
• Beban tersebut juga dapat berubah
menurut berat dari pengemudi,
kecepatan, dll.
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI MONOCROSS
• Tipe ini berupa lengan ayun (swing arm), tetapi memiliki bentuk dan posisi
bantalan dari cushion unit dengan bentuk yang unik.
• Merupakan hasil penemuan Mr. Telkens dari Belgia, kemudian sistem ini
dikembangkan jauh oleh Yamaha untuk penggunaan pada Motor Balap dan
Sport.
SISTEM SUSPENSI
• Biasa dikenal juga sebagai tipe suspensi “progressive” dengan mekanisme
“link” yang terdiri dari batang berbentuk “I” dan lengan berbentuk “L”, yang
terpasang diantara swing arm dan shock absorber untuk meningkatkan efek
damping spring secara efektif dalam berbagai kondisi jalan.
SUSPENSI MONOCROSS TIPE “LINK”
SISTEM SUSPENSI
SUSPENSI MONOCROSS TIPE “LINK”
Pivot
Relay arm
Arm 1
Lembut Keras
Arah putar
adjuster
Posisi
Adjuster
Pososi
pegas
Posisi keras
5 Hard
4
3
Posisi Standard 2 *
Posisi lembut 1 Soft
Kekuatan tekan pegas dapat
Disesuaiakan menjadi 5 tingkat
SISTEM SUSPENSI
PERBANDINGAN ANTARA LANGKAH DAN BEBAN
SISTEM SUSPENSI
- END -
SISTEM PENGEREMAN
SISTEM REM
SISTEM PENGEREMAN
FUNGSI REM:
1. Menghentikan sepeda motor bila
diperlukan untuk:
• Berhenti pada lampu merah.
• Berhenti mendadak.
FUNGSI DASAR REM
SISTEM PENGEREMAN
2. Mengontrol kecepatan:
• Jalan menurun.
• Tikungan (mengurangi
kecepatan).
FUNGSI DASAR REM
SISTEM PENGEREMAN
PRINSIP KERJA
a. Gesekan Luncuran
• Pengereman dengan batang
kayu
• Gesekan Putaran
PRINSIP KERJA REM
SISTEM PENGEREMAN
REM TROMOL (DRUM)
SISTEM PENGEREMAN
STRUKTUR REM TROMOL (DRUM)
SISTEM PENGEREMAN
STRUKTUR REM TROMOL (DRUM)
SISTEM PENGEREMAN
CARA KERJA REM TROMOL (DRUM)
1. Sebelum bekerja.
• Ada jarak antara tromol rem dengan
kanvas rem (lining).
• Tidak ada gesekan yang terjadi.
2. Setengah Pengereman.
• Sepatu rem (brake shoe) menyentuh
dengan lembut tromol rem.
• Gesekan kecil  Pengereman kecil.
SISTEM PENGEREMAN
CARA KERJA REM TROMOL (DRUM)
3. Pengereman Penuh.
• Sepatu rem menekan penuh pada
tromol rem.
• Gesekan besar  Pengereman besar.
4. Pelepasan rem.
• Sepatu rem kembali pada posisi semula
karena tarikan per.
• Tidak ada gesekan.
SISTEM PENGEREMAN
TIPE – TIPE REM TROMOL (DRUM)
1. Tipe Leading – Trailing.
• Hanya satu cam yang digunakan untuk
menekan dua sepatu kopling.
• Sepatu rem yang mempunyai efek
pengereman lebih kuat disebut “leading
shoe”.
• Sedangan yang lainnya disebut “trailing
shoe”.
Self-emerging
Leading shoe
Prinsi Kerja Sepatu Leading.
• Ketika sepatu rem “leading” tertekan oleh
cam, gaya gesekan yang terjadi antara
sepatu dan drum menghasilkan gaya
pengereman yang membesar.
• Saat bersamaan, sepatu rem “trailing”
ditekan melawan arah gerak putar drum,
sehingga efek pengereman berkurang.
SISTEM PENGEREMAN
2. Tipe Sepatu Dua Leading.
• Dua buah cam, digunakan untuk menekan kedua buah sepatu rem, sehingga
dapat bekerja seperti sepatu leading.
• Sehingga dapat menghasilkan gaya pengereman sekitar 1,5 kali, dibandingkan
dengan tipe leading – trailing..
TIPE – TIPE REM TROMOL (DRUM)
SISTEM PENGEREMAN
• Permukaan luar dari hub, terdapat sirip-
sirip pendingin yang terbuat dari aluminum
alloyed, untuk penyaluran panas dengan
baik.
• Pada bagian tromol, terdapat alur yang
berfungsi untuk menyaring debu dan air,
agar tidak masuk ke dalam tromol.
REM TROMOL (BRAKE DRUMS)
Cooling fin
Cast iron drum
SISTEM PENGEREMAN
• Adalah kejadian hilangnya kemampuan pengereman karena panas berlebihan
akibat dari gesekan yang terus menerus antara rem dan tromol.
FADING (Hilangnya kemampuan pengereman)
SISTEM PENGEREMAN
REM CAKRAM (DISC BRAKE)
SISTEM PENGEREMAN
Brake hose
Caliper
Pad
Piston
Disc
plate
Master cylinder
Brake fluid
F1
S1
F2
S2
Brake handle
PRINSIP KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE)
• Gaya tekan hydraulic dari piston yang berada di dalam caliper, berdasarkan
Hukum Pascal: “Sejumlah cairan dalam bejana tertutup jika diberikan tekanan,
akan diteruskan ke semua arah dengan tekanan sama”.
F1/S1 = F2/S2
P = F/S
P : Tekanan (kg.f/cm2)
F : Gaya (kg.f atau N)
S : Luas penampang (cm2)
SISTEM PENGEREMAN
CARA KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE)
Brake hose Pad
Disc Piston
Lubang kembali Lubang masuk
Garis
level
Piston cup
1. Sebelum bekerja.
• Tekanan minyak rem : 0
• Kanvas (pad) tidak menyentuh cakram.
2. Saat mulai bekerja.
• Tekanan minyak rem bertambah.
• Kanvas (pad) mulai menyentuh cakram.
• Gesekan kecil  gaya pengereman
kecil.
Piston
Tekanan oli
SISTEM PENGEREMAN
CARA KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE)
3. Saat bekerja.
• Tekanan minyak rem : Tinggi
• Tekanan kanvas rem (pad) pada
cakram (disc) besar.
• Gesekan besar  gaya pengereman
besar.
4. Saat Pelepasan rem.
• Tekanan minyak rem : 0.
• Kanvas (pad) kembali pada posisi
semula.
• Tekanan pengereman : 0
SISTEM PENGEREMAN
PENYETELAN SENDIRI PADA REM CAKRAM
1. Sebelum bekerja.
2. Saat mulai bekerja.
• Seal piston berubah bentuk.
• Piston tidak bergeser dari seal piston.
Piston seal
Piston
Brake fluid
pressure
Disc
Pad
SISTEM PENGEREMAN
PENYETELAN SENDIRI PADA REM CAKRAM
3. Saat pengereman.
• Seal piston menekan kembali posisi
piston pada posisi semula
4. Penyetelan Sendiri.
• Jika kanvas rem (pad) mengalami
keausan, piston akan bergeser dari
posisi seal, sehingga kanvas rem
dalam posisi selalu terjaga.
Pergeseran Keausan
Kanvas rem
Bergeser
Poisi awal
SISTEM PENGEREMAN
TIPE - TIPE CALIPER
1. Opposed Piston Type.
• Sepasang pad (kiri dan kanan), sama-sama
digerakkan oleh masing-masing piston.
Pad
Disc
Piston
SISTEM PENGEREMAN
2. Single Piston Type.
• Hanya satu piston yang digunakan.
• Saat pad tertekan oleh piston, kemudian menekan disc, maka pad di sisi lain
digerakkan oleh gaya reaksi. Sehingga ke dua pads menjepit disc.
• Type disc brake ini disebut “Floating type”.
• Ada dua tipe yaitu: Pin slide dan Swing type.
TIPE - TIPE CALIPER
Disc
Pad
Piston
Cylinder
Pin
Pin slide type Swing type
Swing bolt
Pad
Disc
SISTEM PENGEREMAN
• Transfer panas lebih cepat, sehingga kemungkinan timbul fading lebih kecil dan
pengereman lebih stabil.
• Tidak akan timbul self-energize (mengerem dengan sendirinya) seperti pada tipe
leading shoe.
• Bila dua disc brakes digunakan, tidak ada perbedaan daya pengereman antara
rem kanan dan kiri, sehingga sepeda motor tidak tertarik ke salah satu sisi.
• Ketika disc memuai karena panas, celah antara disc dan pads tidak akan berubah
banyak, handle dan pedal rem dapat dioperasikan dengan normal.
• Ketika disc basah, air dengan cepat dapat dibuang oleh gaya centrifugal dan
kemampuan pengereman dapat kembali dengan cepat.
KEUNTUNGAN REM CAKRAM (DISC BRAKE)
Arah
pendinginan
SISTEM PENGEREMAN
FLOATING DISC PLATE (CAKRAM yang mengambang)
• Cakram rem model motor sport, umumnya menggunakan piringan cakram tipe
floating.
• Cakram tipe floating terdiri dari sebuah disc yang terpisah dari flange, dan
keduanya terpasang dengan ring semicircular dan dihubungkan oleh pin.
• Karena cakram rem menerima langsung panas yang tinggi, maka akan
mengalami perubahan bentuk karena panas, yang menyebabkan respon
pengereman jadi kurang baik.
• Untuk itu, cakram tipe floating dapat mencegah pemuaian yang lebih luas, dan
menyerap perubahan bentuk pada bagian sambungannya.
Pin
Disc
Flange
SISTEM PENGEREMAN
MINYAK REM
• Syarat minyak rem:
- Tidak merusak karet.
- Dingin.
- Memiliki titik didih yang tinggi.
- Tidak bersifat korosi terhadap parts.
• Sifat dan Karakter Minyak Rem:
- Merusak cat dan plastik.
- Mudah mengikat air (high
hygroscopic).
- Jangan dicampur dengan tipe lain.
SISTEM PENGEREMAN
STANDARISASI MINYAK REM
• DOT : Department of Transportation (USA)
• JIS : Japan Industry Standard
SISTEM PENGEREMAN
VAPOR LOCK
• Adalah fenomena timbulnya gelembung didih pada minyak rem, akibat dari
panas yang berlebihan dari disc pad yang ditransfer ke minyak rem.
• Meskipun brake lever ditarik, gelembung tersebut juga dapat tertekan, sehingga
kerja brake lever kelihatannya ringan, tetapi efektifitas pengereman buruk.
Minyak rem mendidih dan menyebabkan terjadinya gelembung
SISTEM PENGEREMAN
- END -
RODA & BAN
RODA & BAN
RODA & BAN
Sebelum 1845
Ban hanya dibuat
dari karet padat.
1845
Robert W.
Thompson
menemukan dan
mematenkan
idenya berupa ban
berisi angin, lalu
dibungkus lapisan
kulit sebagai ban
luarnya
1888
John Boyd Dunlop
merancang ban dengan
ban dalam berisi angin
mirip dengan ban
masa kini. Ban berisi
angin (pneumatik)
rancangan Dunlop
dirancang menempel
pada pelek sehingga
susah untuk kempis dan
ganti ban dalam.
1890
CK Walsh
menyempurnakannya
dengan merancang
bibir pelek dan tepi ban
fleksibel sehingga tidak
perlu menempel terus
pada pelek. Hasilnya
desain ban luar dan
ban dalam seperti yang
kita temui sekarang.
1948
Michelin
membuat Ban Radial
Pertama yang daya
cengkeramnya lebih
baik.
1903
P.W. Litchfield
dari perusahaan ban
Goodyear sukses
merancang Ban Tubeless
pertama.
Tubeless
SEJARAH BAN
RODA & BAN
1. FUNGSI
a. Roda menopang beban melalui ban.
Dua ban menopang seluruh beban.
b. Gaya Gerak
Daya tarik roda pada jalan untuk
menjalankan sepeda motor.
c. Gaya Pengereman
Gaya yang menghentikan sepeda
motor, menggunakan gesekan antara
roda dengan jalan.
FUNGSI DASAR RODA
RODA & BAN
d. Kenyamanan
Ban meredam getaran dari jalan.
e. Berbelok
Permukaan kontak ban dengan jalan
akan berubah pada saat berbelok.
FUNGSI DASAR RODA
RODA & BAN
TIPE-TIPE RODA / RIM
1. Wire spoke wheel
Rim terbuat dari lembaran baja atau
aluminum alloy yang digulung dan hub
(drum) terpasang oleh kawat baja (spokes /
jari-jari).
Spoke wheel 2. Cast wheel
• Rim dan spokes dijadikan satu dengan
sistem tuang, “light alloy disc wheel”.
• Lebih kaku dan kuat.
• Tidak perlu penyetelan kelurusan.
Cast wheel
RODA & BAN
3. Pressed Wheel
Spokes (jari-jari) dibentuk dengan press untuk menyatukan rim dan hub
dengan menggunakan baut dan mur atau dengan pengelasan.
TIPE-TIPE RODA / RIM
RODA & BAN
Tread Belt 2
Belt 1
Radial
Caracas
Bead
Tread
Inner liner
Side reinforcement
Belt
Bead
BAN RADIAL
1. Susunan ply-cords
Ply-cords ban radial membentuk sudut
hampir siku (radially) dengan garis pusat
ban.
2. Materials ban
Kedua tipe ban (radial & bias),
menggunakan material ply-cord yang sama
yaitu: rayon, nylon dan polyester.
3. Karakteristik
• Perubahan radius putar kecil.
• Hambatan putar roda kecil.
• Ringan karena rigiditas tinggi dari belt.
• Sulit menjadi panas karena minim
pergerakan dari tread.
• Tread sulit berubah bentuk.
RODA & BAN
Tread Breaker 2
Breaker 1
Carcass 1
Carcass 2
Bead
Breaker
Tread
Inner liner
Carcass
Bead
BAN BIAS
1. Susunan ply-cords
Ban bias mempunyai struktur di mana ply-
cords membentuk sudut antara 30 - 40o
dengan garis pusat ban.
2. Materials ban
Kedua tipe ban (radial & bias),
menggunakan material ply-cord yang sama
yaitu: rayon, nylon dan polyester.
Rigidity (Kekakuan)
Ban Bias : Rigiditasnya hampir sama pada
semua bagian ban.
3. Karakteristik
• Kemampuan untuk meredam guncangan
lebih baik.
• Keausan tread lebih cepat, dibandingkan
dengan tipe radial.
RODA & BAN
Ban Bias
Ban Radial
PERBANDINGAN BAN BIAS & BAN RADIAL
Ban Bias :
Area kontak permukaan tread dengan jalan
berkurang (berubah) akibat tekanan pada
dinding samping.
Apabila ada tekanan dari samping pada saat
berbelok:
Radial tire :
Area kontak permukaan tread dengan jalan
hampir tidak berubah, akibat dinding samping
flexible yang dapat menyerap gaya dari
samping.
RODA & BAN
Crown (tread)
Tire
Tube
Rim
Bead
Side
wall
Shoulder
Rim band
Inflation valve
KONSTRUKSI BAN
Tread :
• Adalah bagian ban yang bersentuhan
langsung dengan jalan.
• Terbuat dari karet yang keras.
Breaker :
• Adalah lapisan bagian dalam ban.
Caracas :
• Adalah rangka dari ban.
Bead :
• Adalah lapisan ban yang harus mampu
memegang dengn kuat pada pelek, melalui
tekanan udara selama berjalan.
Inner liner :
• Adalah lapisan yang terdapat di bagian
dalam ban tubeless.
Tread
Breaker
Bead heel
Bead toe
Bead
Rim
cushion
Side wall
Carcass
Shoulder
Bead wire
RODA & BAN
TREAD PATTERN (POLA KEMBANG BAN)
Rib Pattern
• Tekture dengan pola alur sejajar, sepanjang
lingkar roda.
• Stabilitas pengendalian lebih baik &
mengurangi bahaya selip.
• Digunakan pada roda depan.
Lug Pattern
• Pola ini memiliki alur dengan garis
melintang dengan tujuan menambah daya
dorong.
• Kebanyakan dipakai pada roda belakang.
RODA & BAN
TREAD PATTERN (POLA KEMBANG BAN)
Rib-Lug Pattern
• Pola kombinasi dari pola rib dan pola lug.
• Bila pola rib lebih dominan, digunakan untuk
roda depan.
• Bila pola lug lebih dominan, digunakan pada
roda belakang.
Block Pattern
• Dengan pola segi empat yang sama (block).
• Cengkeraman roda lebih kuat & tahan
terhadap gaya selip.
• Dipakai pada sepeda motor off road.
• Pola dengan block besar dipakai pada ban
depan dan block kecil pada roda belakang.
RODA & BAN
POLA TREAD ACTUAL (yang sering dipakai pada motor sport)
Course stability
Steer ability/drainage
Drainage/stability
Tread pattern
Front tire
Roda Depan
• Alur sepanjang lingkaran ban, merupakan
kombinasi dari beberapa alur melintang dan
sedikit miring.
• Berguna untuk menambah traksi (grip) ke
jalan, kemampuan steer ability
(bermanuver) dan berbelok.
Roda Belakang
• Alur sepanjang lingkaran ban, untuk
membantu menyingkirkan air pada jalanan
basah, sehingga traksi ke jalan tidak
berkurang.
REAR
Rire tire
RODA & BAN
UKURAN BAN (INCH)
RODA & BAN
UKURAN BAN
RODA & BAN
W
Z
270 km/jam
300 km/jam
UKURAN BAN
RODA & BAN
UKURAN BAN (METRIK)
RODA & BAN
Index Beban Index Beban
56 224 kg 64 280 kg
57 230 kg 65 290 kg
58 236 kg 66 300 kg
59 243 kg 67 307 kg
60 250 kg 68 315 kg
61 257 kg 69 325 kg
62 265 kg 70 335 kg
63 272 kg 71 345 kg
UKURAN BAN
RODA & BAN
Tube
Valve
Wheel
Tipe dengan BAN DALAM (TUBE)
• Jika ada paku menembus ban, udara di
dalam ban akan segeraA keluar (bocor).
• Jika terus dijalankan, maka lubang akan
semakin membesar.
BAN TUBE & TUBELESS
Inner liner
Valve
Wheel
Chafer
Tipe TANPA BAN DALAM (TUBELESS)
• Pada bagian dalam ban, terdapat lapisan
inner liner.
• Jika ada paku menembus ban, maka lapisan
dalam itu segera menutup lubang, sehingga
udara tertahan keluar.
RODA & BAN
Tekanan udara pas Tekanan udara
terlalu tinggi
Tekanan udara
terlalu rendah
TEKANAN UDARA BAN
Tekanan udara pada ban bervariasi, tergantung dari:
• Ukuran ban, Tipe sepeda motor, Kondisi jalan, Cara pemakaian,Dll.
Tekanan udara ban yang tidak sesuai akan mengakibatkan:
• Kestabilan dan kenyamanan kurang baik.
• Pada kecepatan tinggi dan belokan akan berbahaya.
• Umur ban akan berkurang.
RODA & BAN
Keuntungan :
• Rolling resistance/hambatan gesek rendah
saat ditrek lurus.
• Grip yang baik saat menikung.
V-Profile
Bentuk crown melancip
membuat kontak area
yang menyesuaikan
kebutuhan pembalap
saat manuver ditikungan
ataupun saat di trek lurus
TEKNOLOGI BAN BALAP
RODA & BAN
Kawat Bead ABLS
Mampu menjaga posisi tire terhadap rim agar kestabilan &
safety terjaga, ban tidak akan bergeser dari rim nya
TEKNOLOGI BAN BALAP
ABLS (Advanced Bead Locking System)
Material Bead yang unik sehingga ban berkarakter mampu mencengkram
velg dengan baik sehingga mampu memaksimalkan kestabilan berkendara
RODA & BAN
Soft Compund
Hard Compound
TEKNOLOGI BAN BALAP
Asymmetric Compound (Dual Compound Technology):
Teknologi yang menggabungkan dua material kompon berbeda sehingga memiliki
keterpaduan keunggulan secara bersamaan : Kestabilan, Daya tahan ban dan
Daya cengkeram yang tinggi.
RODA & BAN
1. Softer Compound (Kompon lunak)
• Compound ini digunakan untuk
mempercepat pemanasan kondisi ban.
• Ban ini bisa digunakan jika :
- Kondisi suhu aspal sirkuit lebih dingin,
- Permukaan aspal sirkuit lebih halus.
2. Harder Compound (Kompon keras)
• Compound ini digunakan untuk
memaksimalkan daya tahan ban.
• Ban ini bisa digunakan jika :
- Kondisi suhu aspal sirkuit lebih panas,
- Permukaan aspal sirkuit kasar.
Suhu Kerja Maksimal Ban Balap :
70° - 100° C (ban yang tidak dipakai akan sulit mencapai suhu kerja ini)
http://www.dunloptyres.com.au/motorsport/tyre-tips/
TEKNOLOGI BAN BALAP
RODA & BAN
1. Ban Slick
• Ban ini hanya bisa digunakan saat sirkuit
dalam kondisi kering dan
menggunakan tire warmer (pemanas ban).
Ciri – ciri :
• Tidak memiliki alur.
• Kompon sangat lunak.
Perhatian :
• Setiap ban memerlukan suhu yang panas
untuk meningkatkan daya cengkeram.
• Dengan bantuan Tyre Warmer, ban akan
mencapai suhu yang optimal (70-100°C)
untuk balap tanpa harus mengelilingi sirkuit
terlebih dahulu.
TEKNOLOGI BAN BALAP
RODA & BAN
2. Ban Basah
• Ban ini hanya bisa dipakai di sirkuit dalam
kondisi basah. karena ban ini akan sangat
mudah menjadi panas.
Ciri – ciri :
• Alur sangat banyak.
• Seluruh kompon sangat lunak.
• Tidak dapat digunakan di jalan raya.
TEKNOLOGI BAN BALAP
Mengurangi “aqua planning
RODA & BAN
3. Ban Semi Slick
• Ban ini merupakan ban stadar Superbike
dan Supersport.
• Disebut ban semi slick, karena seperti ban
slik dengan alur.
• Ban ini bisa digunakan dalam balapan bisa
juga digunakan di jalan raya, tapi ingat
komponennya sangat lunak.
• Ciri – ciri :
• Alur ban sedikit.
• Seluruh kompon sangan lunak.
• Lebih cocok digunakan di track tetapi bisa
digunakan di jalan raya dalam kondisi
kering.
TEKNOLOGI BAN SPORT
RODA & BAN
4. Ban Dual Purpose – Track – Jalan Raya
• Ban ini bisa digunakan di trek ataupun di
jalan raya dengan kualitas sama baik.
• Tetapi tidak sebaik fungsi dari ban Semi
Slick apalagi slick di sirkuit atau fungsi ban
jalan raya.
Ciri – ciri :
• Alur ban relatif sedang.
• Kompon terbagi dua, bagian tengah sedang
bagian samping lembut.
TEKNOLOGI BAN SPORT
RODA & BAN
5. Ban Jalan Raya Murni
• Ban buat jalan raya dan tidak cocok
digunakan di sirkuit.
Ciri – ciri :
• Alur ban relatif sedang.
• (Kompon) ban terbagi dua, bagian tengah
(Sedang) bagian samping (keras).
• Sangat baik digunakan di aspal jalan raya
dengan kondisi normal.
TEKNOLOGI BAN JALAN RAYA
RODA & BAN
PENYIMPANAN BAN
1. Pastikan ruangan terlindung dari sinar
matahari dan UV.
2. Jaga temperatur ruangan dari perubahan
suhu yang extrim secara terus menerus.
3. Penyimpanan jangan ditumpuk, sebaiknya
didirikan satu persatu dan diberi alas.
4. Hindarkan ban dari tempat lembab, cairan
kimia dan oli.
RODA & BAN
PEMASANGAN BAN
1. Pastikan velg (rim) & ban dalam kondisi
baik.
2. Pastikan arah rotasi, tanda balance & rim
line (garis velg) terpasang dengan tepat.
3. Maksimum tekanan saat fitting (ban
terpasang sempurna di velg), adalah 40 Psi.
4. Atur tekanan udara ban depan dan
belakang sesuai standard.
5. Tutup valve (pentil) dengan sempurna.
6. Periksa / setel kelurusan antara roda depan
dan belakang.
Arah putar ban
Posisi valve (pentil)
RODA & BAN
- END -

More Related Content

Similar to MATERI TAMBAHAN YAMAHA_compressed (2).pdf

Similar to MATERI TAMBAHAN YAMAHA_compressed (2).pdf (20)

system kerja cvt
 system kerja cvt system kerja cvt
system kerja cvt
 
Kopling tiger
Kopling tigerKopling tiger
Kopling tiger
 
Vvt i
Vvt iVvt i
Vvt i
 
Lap kopling diafragma
Lap kopling diafragmaLap kopling diafragma
Lap kopling diafragma
 
MODUL CVT
MODUL CVTMODUL CVT
MODUL CVT
 
Macam2 timing ruri
Macam2 timing ruriMacam2 timing ruri
Macam2 timing ruri
 
Bab II Sistem kemudi dan suspensi
Bab II Sistem kemudi dan suspensiBab II Sistem kemudi dan suspensi
Bab II Sistem kemudi dan suspensi
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
 
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptxPRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
 
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptxPRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
PRESENTASI_SISTEM_KOPLING_BAHAN_AJAR_DAS.pptx
 
PPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptxPPT SISTEM KOPLING.pptx
PPT SISTEM KOPLING.pptx
 
Transmisi manual ruri
Transmisi manual ruriTransmisi manual ruri
Transmisi manual ruri
 
Brake sistem ruri
Brake sistem ruriBrake sistem ruri
Brake sistem ruri
 
Sistem Pengatur Katup Elekronik
Sistem Pengatur Katup ElekronikSistem Pengatur Katup Elekronik
Sistem Pengatur Katup Elekronik
 
WI mengangkat rotor 5001 Kujang
WI mengangkat rotor 5001 KujangWI mengangkat rotor 5001 Kujang
WI mengangkat rotor 5001 Kujang
 
Motor bensin
Motor bensinMotor bensin
Motor bensin
 
5 dua puluh poin service
5 dua puluh poin service5 dua puluh poin service
5 dua puluh poin service
 
Transmisi otomatis
Transmisi otomatisTransmisi otomatis
Transmisi otomatis
 
pdfslide.net_kopling-ppt.pptx
pdfslide.net_kopling-ppt.pptxpdfslide.net_kopling-ppt.pptx
pdfslide.net_kopling-ppt.pptx
 
HYDRAULIC ACTUATOR_IRWAN FATHAR_80910098_IRNC_PYROELECTRIC_MEKANIK.pdf
HYDRAULIC ACTUATOR_IRWAN FATHAR_80910098_IRNC_PYROELECTRIC_MEKANIK.pdfHYDRAULIC ACTUATOR_IRWAN FATHAR_80910098_IRNC_PYROELECTRIC_MEKANIK.pdf
HYDRAULIC ACTUATOR_IRWAN FATHAR_80910098_IRNC_PYROELECTRIC_MEKANIK.pdf
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (6)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

MATERI TAMBAHAN YAMAHA_compressed (2).pdf

  • 1. SISTEM CVT SISTEM CVT (Continuously Variable Transmission)
  • 2. SISTEM CVT A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat / Roller D. Secondary fixed sheave (pulley tetap) E. Secondary sliding sheave (pulley bergerak) F. Primary drive gear shaft G. Clutch housing / Rumah kopling H. Clutch carrier I. V-belt J. Primary fixed sheave A B C D E F H G I J • Nama Parts KONSTRUKSI CVT
  • 3. SISTEM CVT C.V.T system E/G rpm Vehicle speed Max power E/G revolutions Gear transmission system (At full-throttle acceleration) LOW 2ND 3RD 4TH TOP • Memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis . • Perbandingan ratio yg sangat tepat tanpa harus memindah gigi . • Tidak terjadi hentakan yang biasa timbul pada perpindahan gigi . • Perubahan kecepatan sangat lembut dengan kemampuan mendaki yang baik . KELEBIHAN UTAMA SISTEM CVT
  • 4. SISTEM CVT Bagian Pulley primer Bagian Pulley sekunder 1 2 3 4 5 6 7 8 8 Pedal starter kaki Kopling satu arah Motor Starter 1 Gir Starter Pulley Primer Pulley Sekunder Roda Belakang 3 V-belt 2 Crank shaft 4 Clutch carrier 5 Rumah Kopling 6 As roda gigi primer 7 Drive axle • Rangkaian alur tenaga RANGKAIAN GERAK CVT
  • 5. SISTEM CVT Pulley tetap Pulley bergerak Slider Collar Cam Pemberat / Weight Putaran rendah Slider Cam Collar Putaran tinggi Pulley bergerak Pemberat / Weight Pulley tetap KONSTRUKSI PULLEY PRIMER
  • 6. SISTEM CVT Clutch carrier Torque cam Torque cam Clutch carrier Rumah kopling Putaran rendah Putaran tinggi Pulley tetap Pulley bergerak Pulley bergerak Pulley tetap Rumah kopling KONSTRUKSI PULLEY SEKUNDER
  • 7. SISTEM CVT Putaran ke Roda belakang Putaran dari Crankshaft Gaya centrifugal clutch carrier lebih kecil dari gaya per penarik sehingga sepatu tidak cukup tenaga menggerakan rumah kopling. Clutch carier CARA KERJA CVT - PUTARAN IDLING
  • 8. SISTEM CVT CARA KERJA CVT – PUTARAN IDLING (Video : klik gambar kanan)
  • 9. SISTEM CVT Pulley Primer V-belt Pulley Sekunder  Kopling centrifugal menyentuh rumah kopling.  Kopling centrifugal mulai mengembang dari putaran 2.550 ke 2.950 rpm,  Kopling terkopel penuh pada putaran 4.700 ke 5.300 rpm. Putaran ke Roda belakang Putaran dari Crankshaft CARA KERJA CVT - SAAT MULAI BERJALAN
  • 10. SISTEM CVT CARA KERJA CVT - SAAT MULAI BERJALAN Pulley Primer V-belt Pulley Sekunder (Video : klik gambar atas)
  • 11. SISTEM CVT Gaya centrifugal pada pemberat / weight akan semakin besar , seiring dengan bertambahnya putaran mesin, sehingga merubah diameter pulley primer . Putaran dari Crankshaft Putaran ke Roda belakang Pulley Primer V-belt Pulley Sekunder CARA KERJA CVT - PUTARAN MENENGAH
  • 12. SISTEM CVT CARA KERJA CVT - PUTARAN MENENGAH (Video : klik gambar kanan)
  • 13. SISTEM CVT Jika celah piringan pulley sekunder semakin melebar, maka diameter V-belt pada pulley primer semakin kecil, sehingga menghasilkan perbandingan putaran yang semakin meningkat . Putaran dari Crankshaft Putaran ke Roda belakang Pulley Primer V-belt Pulley Sekunder CARA KERJA CVT - PUTARAN TINGGI
  • 14. SISTEM CVT CARA KERJA CVT - PUTARAN TINGGI (Video : klik gambar kanan)
  • 15. SISTEM CVT Torsi cam : Terdapat di pulley sekunder Fungsi : Menaikan torsi roda belakang pada saat sepeda motor mendaki atau akselerasi spontan. Pulley bergerak sekunder (A) Beban ringan pada roda belakang Pulley tetap sekunder 1. Kondisi beban ringan TORSI CAM
  • 16. SISTEM CVT (B) Beban bertambah besar pada roda belakang Menyempit 2. Kondisi pada saat mendaki dan akselerasi V-belt Torque cam Pulley bergerak sekunder Pulley tetap sekunder Perbedaan putaran dan beban mesin dan roda belakang menyebabkan pulley tidak tetap pada sekunder menyempit dan diameter puley menjadi besar. TORSI CAM
  • 17. SISTEM CVT Clutch in (berhubungan) Fungsi : Menghubungkan tenaga dari mesin ke roda belakang. Cara Kerja : • Gaya sentrifugal yang disebabkan putaran mesin,akan melemparkan sepatu kopling dan terhubung dengan rumah kopling. • Rumah kopling memutarkan roda belakang melalui reduction gear. KOPLING SENTRIFUGAL
  • 18. SISTEM CVT Poros roda gigi primer Poros utama Poros yang digerakan / poros roda Roda gigi yang digerakkan • Gigi reduksi diperlukan untuk menghasilkan total perbandingan yang ideal antara poros engkol dan roda belakang. • Pelumamsan terpisah dengan pelumasan mesin. RODA GIGI REDUKSI
  • 19. SISTEM CVT Spon Filter Bagian Collar Ruangan Pemberat • Suhu di dalam ruang V belt sangat panas karena gesekan. • Pendinginan sangat penting untuk memperpanjang umur V-belt dan kompone CVT lainnya. • Filter pada ruang V-belt harus secara rutin dibersihkan (tiap 1.000 km). PENDINGINAN CVT
  • 20. SISTEM CVT A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik . Service point : Pertama, lumasi gemuk pada permukaan collar, selanjutnya sebelum dipasang pada Pulley primer tetap, bersihkan gemuk yang berlebihan pada bagian luar dari seal oli agar tidak terjadi slip. B. Bagian dalam starter wheel gear, starter idle gear, drive axle dari secondary sheave Sebab : Putaran tidak lancar, lihat CVT poster untuk pedoman pelumasan . PERAWATAN CVT – BAGIAN PRIMER
  • 21. SISTEM CVT (1) Point pelumasan •Pulley primer yang bergeser •Collar Gemuk yang disarankan Shell Sunlight 3 ® Shell Sunlight 3 : adalah gemuk serbaguna dan sangat cocok untuk melumasi roller dan plain bearing. Ketahanan suhu : 20 * C sampai dengan 135 * C . Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley . Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL PERAWATAN CVT – BAGIAN PRIMER
  • 22. SISTEM CVT C. Pelumasan Torsi cam pada Pulley sekunder . Sebab : Jika tidak terdapat gemuk atau pelumas bagian ini : 1. Akselerasi tidak lembut. 2. Mendaki kurang kuat karena pulley sekunder tidak bekerja denga baik. 3. Pin guide dan alur pin guide terjadi keausan. Service point : • Lumasi dengan gemuk disekitar pin guide dan pulley sekunder bergerak. • Bersihkan gemuk yang berlebihan pada bagian luar pulley sekunder, untuk menghindari agar gemuk tidak menyentuh kopling centrifugal dan rumah kopling . PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER
  • 23. SISTEM CVT ① ② Pelumas yang dianjurkan Shell Dolium grease R ® 2. Pelumasan pada bagian Pulley sekunder •Pulley sekunder tetap •Pulley sekunder bergerak •Bearing / celah torsi cam 1 2 Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley . Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER
  • 24. SISTEM CVT Pelumas yang dianjurkan Shell Dolium grease R ® (3) Pelumasan Torsi Cam • Alur pin •O-rings 1 2 Shell Dolium R grease dipakai pada bagian pin guide pada secondary sheave . Gemuk ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap kebocoran karena bersifat lengket . Perhatian : Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley . Jika pulley terkena gemuk, bersihkan dengan ALKOHOL PERAWATAN CVT – BAGIAN SEKUNDER 1 2 baru
  • 25. SISTEM CVT Plug Oil drain bolt PENGGANTIAN OLI GEAR Cara Penggantian : 1. Jalankan terlebih dahulu sepeda motor untuk beberapa saat, selanjutnya matikan mesin. 2. Buka baut penguras oli gear yang berada dibagian bawah . 3. Penggantian pertama pada jarak tempuh 500 km selanjutnya setiap 10.000 km .
  • 26. SISTEM CVT Primer Weight / Pemberat Bentuk / alur Cam Hambatan gerak Bagian yang bergerak kesamping Bagian pemberat / Weight Bagian tetap (Collar dan pulley bergerak) Permukaan pulley dan V belt Sekunder Per Torsi cam Hambatan - pergerakan Bentuk Alur Karakteristik V-belt Kemampuan mesin Bagian torsi cam (Pin dan alur) Permukaan pulley dan V belt Bagian tetap (pulley tetap ) Perubahan akan terjadi pada beberapa bagian dan menimbulkan masalah : Bagian Part/jenis problem Pemeriksaan PERAWATAN CVT
  • 27. SISTEM CVT Perhatian pada saat Perawatan CVT - Kehalusan permukaan as (crankcase,collar,bos pulley sekunder) - Periksa kondisi oil seal saat pemasangan. - Proses pemasangan yang kurang tepat. - Kebersihan yang tidak terjaga / kotor pada pemasangan. - Pemberian grease yang tidak yang tidak benar/sesuai standar. - Gasket yang tidak terpasang, ‘ O ‘ ring yang putus / sobek Bagian Oil Seal Komponen yang tidak boleh tersentuh oli Bagian dalam ruang V-belt - V Belt ,Permukaan pulley primer dan sekunder. Akibat : Timbul suara noise/berisik karena slip - Kopling sentrifugal dan rumah kopling. Akibat : Clutch judder / kopling bergetar PERAWATAN CVT
  • 28. SISTEM CVT Ada kelebihan Tidak ada kelebihan Gambar A ( V-belt kondisi baik ) Gambar B ( Kondisi V-belt saatnya harus diganti ) Harus ada kelebihan dari V-belt antara V-belt bagian bawah dan bagian bawah alat pemeriksa V-belt . Jika bagian bawah alat pemeriksa sudah rata dengan V belt Artinya V- belt telah aus. Rekomendasi penggantian : Tiap 25.000 km . 18,2 mm 17,2 mm PEMERIKSAAN V-BELT
  • 29. SISTEM CVT Buka Baut pemeriksa pada cover crankcase dan masukan alat pemeriksa . Ukur ketebalan V belt dengan cara yang benar (lihat hal sebelumnya) PEMERIKSAAN V-BELT
  • 30. SISTEM CVT V-belt Permukaan pulley Untuk menghilangkan suara noise / berdecit pergunakan larutan pembersih V-belt Mengatasi V-belt slip • Apabila ada suara berdecit saat akselerasi, maka periksa keausan dan permukaan singgung dari V-belt . • Jika kondisi baik uintuk dipakai lagi , pergunakan V-belt cleaner / larutan pembersih V-belt untuk menghilangkan suara berdecit / noise . MENGATASI V-BELT SELIP
  • 31. SISTEM CVT • Clutch juddering : adalah kondisi saat sepeda motor mulai berjalan terjadi getaran sehingga kurang halus . • Cara mengatasinya : 1. Periksa permukaan singgung sepatu kopling dan permukaan dalam rumah kopling. Jika terdapat oli / gemuk pada permukaannya : bersihkan dengan cairan pembersih. Catatan : Lakukan analisa penyebab adanya oli dan kotoran lain kemungkinan adanya kebocoran seal oli dan lain-lain . 2. Jika bukan dari kotoran lain / oli kemungkinan dikarenakan tidak ratanya permukaan singgung kopling dan rumah kopling. 3. Jika permukaan tidak rata : gosok permukaan kopling agar rata dengan amplas . Permukaan sepatu kopling Permukaan dalam rumah kopling MENGATASI KOPLING BERGETAR
  • 34. SISTEM SUSPENSI Dengan damper Tanpa damper Fungsi Dasar Suspensi: • Sistem suspensi secara umum ditempatkan di antara frame dan as roda, yang dilengkapi dengan shock absorber. • Fungsi utama sistem suspensi adalah untuk mengurangi guncangan jalan yang diterima roda. Dumper: • Jika hanya digunakan per sebagai shock absorber, maka goncangan jalan akan lebih keras dan tidak berhenti mengayun. • Untuk itu digunakan oli sebagai peredam (damper) yang berfungsi sebagai bantalan penahan goncangan. FUNGSI DASAR SUSPENSI
  • 35. SISTEM SUSPENSI • Ketika piston dengan oil passages atau valves, bergerak naik – turun di dalam cylinder yang tertutup, oli mengalir melalui oil passages (orifices) di dalam piston. • Saat shock absorber tertekan, oli mengalir melalui lubang passage yang besar. • Ketika rebounds (gerakan balik), oli mengalir melalui lubang passage yang kecil. • Sehingga shock absorber saat terkompresi bergerak dengan cepat dan saat rebounds bergerak dengan lambat. PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER
  • 36. SISTEM SUSPENSI PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER a) Diameter lubang aliran (orifice) besar  Efek peredaman kecil. b) Diameter lubang aliran (orifice) kecil  Efek peredaman besar. * Kecepatan piston sama a) Besar b) Kecil Efek Peredaman Kecil Besar
  • 37. SISTEM SUSPENSI PRINSIP KERJA SHOCK ABSORBER Efek Peredaman Kecil Besar Kecepatan piston Cepat Pelan c) d) Kecepatan piston Efek Peredaman c) Kecepatan piston tinggi  Efek peredaman besar. d) Kecepatan piston rendah  Efek peredaman kecil. * Diameter orifice sama
  • 38. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI DEPAN 1. Telescopic fork a. Piston slide type. • Piston dan slide metal bergerak pada outer tube. • Pegas terpasang di bagian luar inner tube. • Damper meggunakan area antara inner tube dan outer tube, sehingga rigiditas dari gaya samping kurang. • Tipe ini umumnya digunakan pada model bisnis.
  • 39. SISTEM SUSPENSI Inner tube Under bracket Front fork Spring Damper Outer tube Drain bolt SUSPENSI DEPAN b. Inner spring type. • Tipe ini dikembangkan oleh perusahaan Italia (Ceriani). • Bagian inner tube dan outer tube bergerak saling berlawanan, sehingga kontak area luas dan tekanan permukaan rendah yang membuat faktor rigiditas tinggi.
  • 40. SISTEM SUSPENSI CARA KERJA SUSPENSI DEPAN Compression (A) (D) (F) (B) (C) (E) SAAT COMPRESSION Aliran oli pada saat kompresi / ada tekanan A B C E F D Klep terbuka. Oli mengalir tidak ada hambatan D
  • 41. SISTEM SUSPENSI Rebound Outer tube Oil seal Inner tube Orifice Valve Piston Cylinde r Orifice (A) (B) (D) (C) (E) (F) CARA KERJA SUSPENSI DEPAN A B C E F D SAAT REBOUND Oli mengalir pada saat tekanan balik/rebound Klep tertutup dan oli hanya mengalir melalui orifices & sehingga shock dapat diredam. D B E
  • 42. SISTEM SUSPENSI CARA KERJA SUSPENSI DEPAN (Video : klik gambar)
  • 43. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI DEPAN 2. Bottom link fork • Tipe ini terbuat dari plat baja dan memiliki cushion unit yang terdapat di dalamnya. • Ada dua tipe, yaitu : Leading link dan Trailing link
  • 44. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI BELAKANG 1. Tipe Lengan Ayun (Swing arm) 2. Tipe Unit Swing
  • 45. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI BELAKANG / REAR CUSHION Dibedakan berdasrkan konstruksi:
  • 46. SISTEM SUSPENSI KOMPONEN UTAMA SUSPENSI BELAKANG Spring Eye bush Oil Piston Oil seal Valve Bearing Piston rod Damper rubber • Eye bush • Oil • Bearing • Piston rod • Damper rubber • Spring • Piston • Valve • Oil seal
  • 47. SISTEM SUSPENSI PRINSIP KERJA SUSPENSI BELAKANG SAAT COMPRESSION Aliran oli pada saat kompresi / ada tekanan A B C E D Klep terbuka aliran Oli mengalir tidak ada hambatan (damping). C B
  • 48. SISTEM SUSPENSI PRINSIP KERJA SUSPENSI BELAKANG A C E D SAAT REBOUND Aliran oli pada saat tekanan balik/rebound Klep tertutup. Oli hanya mengalir melalui orifices tanpa melalui jalur untuk menaikkan efek redaman (damping). C D B
  • 49. SISTEM SUSPENSI TIPE NITROGEN GAS SEALED (De Carbon Type) • Suspensi ini menggunakan tipe inverted. • Single cylinder gas yang dikompresi (nitrogen gas) dimampatkan dalam cylinder oil chamber dan dikompresi oleh free piston. Oil chamber Gas chamber Free piston
  • 50. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI BELAKANG Penyetelan Kondisi Beban: • Beban pada rear cushion / shock absorber bervariasi tergantung jumlah penumpang dan bagasi. • Beban tersebut juga dapat berubah menurut berat dari pengemudi, kecepatan, dll.
  • 51. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI MONOCROSS • Tipe ini berupa lengan ayun (swing arm), tetapi memiliki bentuk dan posisi bantalan dari cushion unit dengan bentuk yang unik. • Merupakan hasil penemuan Mr. Telkens dari Belgia, kemudian sistem ini dikembangkan jauh oleh Yamaha untuk penggunaan pada Motor Balap dan Sport.
  • 52. SISTEM SUSPENSI • Biasa dikenal juga sebagai tipe suspensi “progressive” dengan mekanisme “link” yang terdiri dari batang berbentuk “I” dan lengan berbentuk “L”, yang terpasang diantara swing arm dan shock absorber untuk meningkatkan efek damping spring secara efektif dalam berbagai kondisi jalan. SUSPENSI MONOCROSS TIPE “LINK”
  • 53. SISTEM SUSPENSI SUSPENSI MONOCROSS TIPE “LINK” Pivot Relay arm Arm 1 Lembut Keras Arah putar adjuster Posisi Adjuster Pososi pegas Posisi keras 5 Hard 4 3 Posisi Standard 2 * Posisi lembut 1 Soft Kekuatan tekan pegas dapat Disesuaiakan menjadi 5 tingkat
  • 57. SISTEM PENGEREMAN FUNGSI REM: 1. Menghentikan sepeda motor bila diperlukan untuk: • Berhenti pada lampu merah. • Berhenti mendadak. FUNGSI DASAR REM
  • 58. SISTEM PENGEREMAN 2. Mengontrol kecepatan: • Jalan menurun. • Tikungan (mengurangi kecepatan). FUNGSI DASAR REM
  • 59. SISTEM PENGEREMAN PRINSIP KERJA a. Gesekan Luncuran • Pengereman dengan batang kayu • Gesekan Putaran PRINSIP KERJA REM
  • 63. SISTEM PENGEREMAN CARA KERJA REM TROMOL (DRUM) 1. Sebelum bekerja. • Ada jarak antara tromol rem dengan kanvas rem (lining). • Tidak ada gesekan yang terjadi. 2. Setengah Pengereman. • Sepatu rem (brake shoe) menyentuh dengan lembut tromol rem. • Gesekan kecil  Pengereman kecil.
  • 64. SISTEM PENGEREMAN CARA KERJA REM TROMOL (DRUM) 3. Pengereman Penuh. • Sepatu rem menekan penuh pada tromol rem. • Gesekan besar  Pengereman besar. 4. Pelepasan rem. • Sepatu rem kembali pada posisi semula karena tarikan per. • Tidak ada gesekan.
  • 65. SISTEM PENGEREMAN TIPE – TIPE REM TROMOL (DRUM) 1. Tipe Leading – Trailing. • Hanya satu cam yang digunakan untuk menekan dua sepatu kopling. • Sepatu rem yang mempunyai efek pengereman lebih kuat disebut “leading shoe”. • Sedangan yang lainnya disebut “trailing shoe”. Self-emerging Leading shoe Prinsi Kerja Sepatu Leading. • Ketika sepatu rem “leading” tertekan oleh cam, gaya gesekan yang terjadi antara sepatu dan drum menghasilkan gaya pengereman yang membesar. • Saat bersamaan, sepatu rem “trailing” ditekan melawan arah gerak putar drum, sehingga efek pengereman berkurang.
  • 66. SISTEM PENGEREMAN 2. Tipe Sepatu Dua Leading. • Dua buah cam, digunakan untuk menekan kedua buah sepatu rem, sehingga dapat bekerja seperti sepatu leading. • Sehingga dapat menghasilkan gaya pengereman sekitar 1,5 kali, dibandingkan dengan tipe leading – trailing.. TIPE – TIPE REM TROMOL (DRUM)
  • 67. SISTEM PENGEREMAN • Permukaan luar dari hub, terdapat sirip- sirip pendingin yang terbuat dari aluminum alloyed, untuk penyaluran panas dengan baik. • Pada bagian tromol, terdapat alur yang berfungsi untuk menyaring debu dan air, agar tidak masuk ke dalam tromol. REM TROMOL (BRAKE DRUMS) Cooling fin Cast iron drum
  • 68. SISTEM PENGEREMAN • Adalah kejadian hilangnya kemampuan pengereman karena panas berlebihan akibat dari gesekan yang terus menerus antara rem dan tromol. FADING (Hilangnya kemampuan pengereman)
  • 70. SISTEM PENGEREMAN Brake hose Caliper Pad Piston Disc plate Master cylinder Brake fluid F1 S1 F2 S2 Brake handle PRINSIP KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE) • Gaya tekan hydraulic dari piston yang berada di dalam caliper, berdasarkan Hukum Pascal: “Sejumlah cairan dalam bejana tertutup jika diberikan tekanan, akan diteruskan ke semua arah dengan tekanan sama”. F1/S1 = F2/S2 P = F/S P : Tekanan (kg.f/cm2) F : Gaya (kg.f atau N) S : Luas penampang (cm2)
  • 71. SISTEM PENGEREMAN CARA KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE) Brake hose Pad Disc Piston Lubang kembali Lubang masuk Garis level Piston cup 1. Sebelum bekerja. • Tekanan minyak rem : 0 • Kanvas (pad) tidak menyentuh cakram. 2. Saat mulai bekerja. • Tekanan minyak rem bertambah. • Kanvas (pad) mulai menyentuh cakram. • Gesekan kecil  gaya pengereman kecil. Piston Tekanan oli
  • 72. SISTEM PENGEREMAN CARA KERJA REM CAKRAM (DISC BRAKE) 3. Saat bekerja. • Tekanan minyak rem : Tinggi • Tekanan kanvas rem (pad) pada cakram (disc) besar. • Gesekan besar  gaya pengereman besar. 4. Saat Pelepasan rem. • Tekanan minyak rem : 0. • Kanvas (pad) kembali pada posisi semula. • Tekanan pengereman : 0
  • 73. SISTEM PENGEREMAN PENYETELAN SENDIRI PADA REM CAKRAM 1. Sebelum bekerja. 2. Saat mulai bekerja. • Seal piston berubah bentuk. • Piston tidak bergeser dari seal piston. Piston seal Piston Brake fluid pressure Disc Pad
  • 74. SISTEM PENGEREMAN PENYETELAN SENDIRI PADA REM CAKRAM 3. Saat pengereman. • Seal piston menekan kembali posisi piston pada posisi semula 4. Penyetelan Sendiri. • Jika kanvas rem (pad) mengalami keausan, piston akan bergeser dari posisi seal, sehingga kanvas rem dalam posisi selalu terjaga. Pergeseran Keausan Kanvas rem Bergeser Poisi awal
  • 75. SISTEM PENGEREMAN TIPE - TIPE CALIPER 1. Opposed Piston Type. • Sepasang pad (kiri dan kanan), sama-sama digerakkan oleh masing-masing piston. Pad Disc Piston
  • 76. SISTEM PENGEREMAN 2. Single Piston Type. • Hanya satu piston yang digunakan. • Saat pad tertekan oleh piston, kemudian menekan disc, maka pad di sisi lain digerakkan oleh gaya reaksi. Sehingga ke dua pads menjepit disc. • Type disc brake ini disebut “Floating type”. • Ada dua tipe yaitu: Pin slide dan Swing type. TIPE - TIPE CALIPER Disc Pad Piston Cylinder Pin Pin slide type Swing type Swing bolt Pad Disc
  • 77. SISTEM PENGEREMAN • Transfer panas lebih cepat, sehingga kemungkinan timbul fading lebih kecil dan pengereman lebih stabil. • Tidak akan timbul self-energize (mengerem dengan sendirinya) seperti pada tipe leading shoe. • Bila dua disc brakes digunakan, tidak ada perbedaan daya pengereman antara rem kanan dan kiri, sehingga sepeda motor tidak tertarik ke salah satu sisi. • Ketika disc memuai karena panas, celah antara disc dan pads tidak akan berubah banyak, handle dan pedal rem dapat dioperasikan dengan normal. • Ketika disc basah, air dengan cepat dapat dibuang oleh gaya centrifugal dan kemampuan pengereman dapat kembali dengan cepat. KEUNTUNGAN REM CAKRAM (DISC BRAKE) Arah pendinginan
  • 78. SISTEM PENGEREMAN FLOATING DISC PLATE (CAKRAM yang mengambang) • Cakram rem model motor sport, umumnya menggunakan piringan cakram tipe floating. • Cakram tipe floating terdiri dari sebuah disc yang terpisah dari flange, dan keduanya terpasang dengan ring semicircular dan dihubungkan oleh pin. • Karena cakram rem menerima langsung panas yang tinggi, maka akan mengalami perubahan bentuk karena panas, yang menyebabkan respon pengereman jadi kurang baik. • Untuk itu, cakram tipe floating dapat mencegah pemuaian yang lebih luas, dan menyerap perubahan bentuk pada bagian sambungannya. Pin Disc Flange
  • 79. SISTEM PENGEREMAN MINYAK REM • Syarat minyak rem: - Tidak merusak karet. - Dingin. - Memiliki titik didih yang tinggi. - Tidak bersifat korosi terhadap parts. • Sifat dan Karakter Minyak Rem: - Merusak cat dan plastik. - Mudah mengikat air (high hygroscopic). - Jangan dicampur dengan tipe lain.
  • 80. SISTEM PENGEREMAN STANDARISASI MINYAK REM • DOT : Department of Transportation (USA) • JIS : Japan Industry Standard
  • 81. SISTEM PENGEREMAN VAPOR LOCK • Adalah fenomena timbulnya gelembung didih pada minyak rem, akibat dari panas yang berlebihan dari disc pad yang ditransfer ke minyak rem. • Meskipun brake lever ditarik, gelembung tersebut juga dapat tertekan, sehingga kerja brake lever kelihatannya ringan, tetapi efektifitas pengereman buruk. Minyak rem mendidih dan menyebabkan terjadinya gelembung
  • 84. RODA & BAN Sebelum 1845 Ban hanya dibuat dari karet padat. 1845 Robert W. Thompson menemukan dan mematenkan idenya berupa ban berisi angin, lalu dibungkus lapisan kulit sebagai ban luarnya 1888 John Boyd Dunlop merancang ban dengan ban dalam berisi angin mirip dengan ban masa kini. Ban berisi angin (pneumatik) rancangan Dunlop dirancang menempel pada pelek sehingga susah untuk kempis dan ganti ban dalam. 1890 CK Walsh menyempurnakannya dengan merancang bibir pelek dan tepi ban fleksibel sehingga tidak perlu menempel terus pada pelek. Hasilnya desain ban luar dan ban dalam seperti yang kita temui sekarang. 1948 Michelin membuat Ban Radial Pertama yang daya cengkeramnya lebih baik. 1903 P.W. Litchfield dari perusahaan ban Goodyear sukses merancang Ban Tubeless pertama. Tubeless SEJARAH BAN
  • 85. RODA & BAN 1. FUNGSI a. Roda menopang beban melalui ban. Dua ban menopang seluruh beban. b. Gaya Gerak Daya tarik roda pada jalan untuk menjalankan sepeda motor. c. Gaya Pengereman Gaya yang menghentikan sepeda motor, menggunakan gesekan antara roda dengan jalan. FUNGSI DASAR RODA
  • 86. RODA & BAN d. Kenyamanan Ban meredam getaran dari jalan. e. Berbelok Permukaan kontak ban dengan jalan akan berubah pada saat berbelok. FUNGSI DASAR RODA
  • 87. RODA & BAN TIPE-TIPE RODA / RIM 1. Wire spoke wheel Rim terbuat dari lembaran baja atau aluminum alloy yang digulung dan hub (drum) terpasang oleh kawat baja (spokes / jari-jari). Spoke wheel 2. Cast wheel • Rim dan spokes dijadikan satu dengan sistem tuang, “light alloy disc wheel”. • Lebih kaku dan kuat. • Tidak perlu penyetelan kelurusan. Cast wheel
  • 88. RODA & BAN 3. Pressed Wheel Spokes (jari-jari) dibentuk dengan press untuk menyatukan rim dan hub dengan menggunakan baut dan mur atau dengan pengelasan. TIPE-TIPE RODA / RIM
  • 89. RODA & BAN Tread Belt 2 Belt 1 Radial Caracas Bead Tread Inner liner Side reinforcement Belt Bead BAN RADIAL 1. Susunan ply-cords Ply-cords ban radial membentuk sudut hampir siku (radially) dengan garis pusat ban. 2. Materials ban Kedua tipe ban (radial & bias), menggunakan material ply-cord yang sama yaitu: rayon, nylon dan polyester. 3. Karakteristik • Perubahan radius putar kecil. • Hambatan putar roda kecil. • Ringan karena rigiditas tinggi dari belt. • Sulit menjadi panas karena minim pergerakan dari tread. • Tread sulit berubah bentuk.
  • 90. RODA & BAN Tread Breaker 2 Breaker 1 Carcass 1 Carcass 2 Bead Breaker Tread Inner liner Carcass Bead BAN BIAS 1. Susunan ply-cords Ban bias mempunyai struktur di mana ply- cords membentuk sudut antara 30 - 40o dengan garis pusat ban. 2. Materials ban Kedua tipe ban (radial & bias), menggunakan material ply-cord yang sama yaitu: rayon, nylon dan polyester. Rigidity (Kekakuan) Ban Bias : Rigiditasnya hampir sama pada semua bagian ban. 3. Karakteristik • Kemampuan untuk meredam guncangan lebih baik. • Keausan tread lebih cepat, dibandingkan dengan tipe radial.
  • 91. RODA & BAN Ban Bias Ban Radial PERBANDINGAN BAN BIAS & BAN RADIAL Ban Bias : Area kontak permukaan tread dengan jalan berkurang (berubah) akibat tekanan pada dinding samping. Apabila ada tekanan dari samping pada saat berbelok: Radial tire : Area kontak permukaan tread dengan jalan hampir tidak berubah, akibat dinding samping flexible yang dapat menyerap gaya dari samping.
  • 92. RODA & BAN Crown (tread) Tire Tube Rim Bead Side wall Shoulder Rim band Inflation valve KONSTRUKSI BAN Tread : • Adalah bagian ban yang bersentuhan langsung dengan jalan. • Terbuat dari karet yang keras. Breaker : • Adalah lapisan bagian dalam ban. Caracas : • Adalah rangka dari ban. Bead : • Adalah lapisan ban yang harus mampu memegang dengn kuat pada pelek, melalui tekanan udara selama berjalan. Inner liner : • Adalah lapisan yang terdapat di bagian dalam ban tubeless. Tread Breaker Bead heel Bead toe Bead Rim cushion Side wall Carcass Shoulder Bead wire
  • 93. RODA & BAN TREAD PATTERN (POLA KEMBANG BAN) Rib Pattern • Tekture dengan pola alur sejajar, sepanjang lingkar roda. • Stabilitas pengendalian lebih baik & mengurangi bahaya selip. • Digunakan pada roda depan. Lug Pattern • Pola ini memiliki alur dengan garis melintang dengan tujuan menambah daya dorong. • Kebanyakan dipakai pada roda belakang.
  • 94. RODA & BAN TREAD PATTERN (POLA KEMBANG BAN) Rib-Lug Pattern • Pola kombinasi dari pola rib dan pola lug. • Bila pola rib lebih dominan, digunakan untuk roda depan. • Bila pola lug lebih dominan, digunakan pada roda belakang. Block Pattern • Dengan pola segi empat yang sama (block). • Cengkeraman roda lebih kuat & tahan terhadap gaya selip. • Dipakai pada sepeda motor off road. • Pola dengan block besar dipakai pada ban depan dan block kecil pada roda belakang.
  • 95. RODA & BAN POLA TREAD ACTUAL (yang sering dipakai pada motor sport) Course stability Steer ability/drainage Drainage/stability Tread pattern Front tire Roda Depan • Alur sepanjang lingkaran ban, merupakan kombinasi dari beberapa alur melintang dan sedikit miring. • Berguna untuk menambah traksi (grip) ke jalan, kemampuan steer ability (bermanuver) dan berbelok. Roda Belakang • Alur sepanjang lingkaran ban, untuk membantu menyingkirkan air pada jalanan basah, sehingga traksi ke jalan tidak berkurang. REAR Rire tire
  • 96. RODA & BAN UKURAN BAN (INCH)
  • 98. RODA & BAN W Z 270 km/jam 300 km/jam UKURAN BAN
  • 99. RODA & BAN UKURAN BAN (METRIK)
  • 100. RODA & BAN Index Beban Index Beban 56 224 kg 64 280 kg 57 230 kg 65 290 kg 58 236 kg 66 300 kg 59 243 kg 67 307 kg 60 250 kg 68 315 kg 61 257 kg 69 325 kg 62 265 kg 70 335 kg 63 272 kg 71 345 kg UKURAN BAN
  • 101. RODA & BAN Tube Valve Wheel Tipe dengan BAN DALAM (TUBE) • Jika ada paku menembus ban, udara di dalam ban akan segeraA keluar (bocor). • Jika terus dijalankan, maka lubang akan semakin membesar. BAN TUBE & TUBELESS Inner liner Valve Wheel Chafer Tipe TANPA BAN DALAM (TUBELESS) • Pada bagian dalam ban, terdapat lapisan inner liner. • Jika ada paku menembus ban, maka lapisan dalam itu segera menutup lubang, sehingga udara tertahan keluar.
  • 102. RODA & BAN Tekanan udara pas Tekanan udara terlalu tinggi Tekanan udara terlalu rendah TEKANAN UDARA BAN Tekanan udara pada ban bervariasi, tergantung dari: • Ukuran ban, Tipe sepeda motor, Kondisi jalan, Cara pemakaian,Dll. Tekanan udara ban yang tidak sesuai akan mengakibatkan: • Kestabilan dan kenyamanan kurang baik. • Pada kecepatan tinggi dan belokan akan berbahaya. • Umur ban akan berkurang.
  • 103. RODA & BAN Keuntungan : • Rolling resistance/hambatan gesek rendah saat ditrek lurus. • Grip yang baik saat menikung. V-Profile Bentuk crown melancip membuat kontak area yang menyesuaikan kebutuhan pembalap saat manuver ditikungan ataupun saat di trek lurus TEKNOLOGI BAN BALAP
  • 104. RODA & BAN Kawat Bead ABLS Mampu menjaga posisi tire terhadap rim agar kestabilan & safety terjaga, ban tidak akan bergeser dari rim nya TEKNOLOGI BAN BALAP ABLS (Advanced Bead Locking System) Material Bead yang unik sehingga ban berkarakter mampu mencengkram velg dengan baik sehingga mampu memaksimalkan kestabilan berkendara
  • 105. RODA & BAN Soft Compund Hard Compound TEKNOLOGI BAN BALAP Asymmetric Compound (Dual Compound Technology): Teknologi yang menggabungkan dua material kompon berbeda sehingga memiliki keterpaduan keunggulan secara bersamaan : Kestabilan, Daya tahan ban dan Daya cengkeram yang tinggi.
  • 106. RODA & BAN 1. Softer Compound (Kompon lunak) • Compound ini digunakan untuk mempercepat pemanasan kondisi ban. • Ban ini bisa digunakan jika : - Kondisi suhu aspal sirkuit lebih dingin, - Permukaan aspal sirkuit lebih halus. 2. Harder Compound (Kompon keras) • Compound ini digunakan untuk memaksimalkan daya tahan ban. • Ban ini bisa digunakan jika : - Kondisi suhu aspal sirkuit lebih panas, - Permukaan aspal sirkuit kasar. Suhu Kerja Maksimal Ban Balap : 70° - 100° C (ban yang tidak dipakai akan sulit mencapai suhu kerja ini) http://www.dunloptyres.com.au/motorsport/tyre-tips/ TEKNOLOGI BAN BALAP
  • 107. RODA & BAN 1. Ban Slick • Ban ini hanya bisa digunakan saat sirkuit dalam kondisi kering dan menggunakan tire warmer (pemanas ban). Ciri – ciri : • Tidak memiliki alur. • Kompon sangat lunak. Perhatian : • Setiap ban memerlukan suhu yang panas untuk meningkatkan daya cengkeram. • Dengan bantuan Tyre Warmer, ban akan mencapai suhu yang optimal (70-100°C) untuk balap tanpa harus mengelilingi sirkuit terlebih dahulu. TEKNOLOGI BAN BALAP
  • 108. RODA & BAN 2. Ban Basah • Ban ini hanya bisa dipakai di sirkuit dalam kondisi basah. karena ban ini akan sangat mudah menjadi panas. Ciri – ciri : • Alur sangat banyak. • Seluruh kompon sangat lunak. • Tidak dapat digunakan di jalan raya. TEKNOLOGI BAN BALAP Mengurangi “aqua planning
  • 109. RODA & BAN 3. Ban Semi Slick • Ban ini merupakan ban stadar Superbike dan Supersport. • Disebut ban semi slick, karena seperti ban slik dengan alur. • Ban ini bisa digunakan dalam balapan bisa juga digunakan di jalan raya, tapi ingat komponennya sangat lunak. • Ciri – ciri : • Alur ban sedikit. • Seluruh kompon sangan lunak. • Lebih cocok digunakan di track tetapi bisa digunakan di jalan raya dalam kondisi kering. TEKNOLOGI BAN SPORT
  • 110. RODA & BAN 4. Ban Dual Purpose – Track – Jalan Raya • Ban ini bisa digunakan di trek ataupun di jalan raya dengan kualitas sama baik. • Tetapi tidak sebaik fungsi dari ban Semi Slick apalagi slick di sirkuit atau fungsi ban jalan raya. Ciri – ciri : • Alur ban relatif sedang. • Kompon terbagi dua, bagian tengah sedang bagian samping lembut. TEKNOLOGI BAN SPORT
  • 111. RODA & BAN 5. Ban Jalan Raya Murni • Ban buat jalan raya dan tidak cocok digunakan di sirkuit. Ciri – ciri : • Alur ban relatif sedang. • (Kompon) ban terbagi dua, bagian tengah (Sedang) bagian samping (keras). • Sangat baik digunakan di aspal jalan raya dengan kondisi normal. TEKNOLOGI BAN JALAN RAYA
  • 112. RODA & BAN PENYIMPANAN BAN 1. Pastikan ruangan terlindung dari sinar matahari dan UV. 2. Jaga temperatur ruangan dari perubahan suhu yang extrim secara terus menerus. 3. Penyimpanan jangan ditumpuk, sebaiknya didirikan satu persatu dan diberi alas. 4. Hindarkan ban dari tempat lembab, cairan kimia dan oli.
  • 113. RODA & BAN PEMASANGAN BAN 1. Pastikan velg (rim) & ban dalam kondisi baik. 2. Pastikan arah rotasi, tanda balance & rim line (garis velg) terpasang dengan tepat. 3. Maksimum tekanan saat fitting (ban terpasang sempurna di velg), adalah 40 Psi. 4. Atur tekanan udara ban depan dan belakang sesuai standard. 5. Tutup valve (pentil) dengan sempurna. 6. Periksa / setel kelurusan antara roda depan dan belakang. Arah putar ban Posisi valve (pentil)
  • 114. RODA & BAN - END -