Dokumen tersebut membahas penelitian tentang kombinasi teknik konservasi tanah yang dapat menekan erosi tanah dan meningkatkan hasil jagung di lahan kering. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor utama yaitu kontur dan strip. Hasil penelitian menunjukkan penanaman menurut kontur meningkatkan hasil jagung tetapi meningkatkan erosi tanah, sedangkan strip cropping menurangi erosi tanah meski menurunk
Teks tersebut memberikan informasi mengenai penilaian kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan jagung di kebun percobaan Dulamayo, Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi lahan dan pendekatan parametrik dengan indeks akar kuadrat untuk menentukan kelas kesesuaian. Hasilnya menunjukkan bahwa lahan kebanyakan layak digunakan untuk jagung lokal tanpa pupuk dan dengan pupuk nasional, sedangkan untuk jagung ungg
Banana is one of the export commodities important, but most
farmers were cultivated as a side commodity only. The objective of the study was to evaluate the land suitability for banana development and its limiting factors. This study was done with four stages, i.e: data collection, laboratory analysis, data compilation, and data interpretation. Land suitability analysis using matching approach and tools of geographical information system (GIS) software. Determining of land suitability classes using FAO (1976) framework of land evaluation. The result shown that land suitability for banana was classified as suitable (N) widely of 204,696.99 ha, and widely of 13,999.53 ha of not suitable (N). The limiting factors for banana development were erosion hazard, water and oxygen availability, and roots condition.
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
Teks tersebut membahas hasil penelitian pengaruh pemupukan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) terhadap hasil tanaman jagung. Penelitian menggunakan metode uji kurang satu dengan empat perlakuan kombinasi pupuk yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk secara berimbang dan lengkap memberikan pengaruh positif terhadap panjang tongkol dan hasil jagung. Kombinasi pupuk NPK memberikan
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang berpotensi besar untuk usaha pertanian. Daerah aliran
sungai (DAS) Limboto mempunyai lahan kering yang sesuai untuk pengembangan pertanian seluas 37.049 ha,
sedangkan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pertanian 33.144 ha. Untuk memanfaatkan
lahan kering tersebut, dapat diterapkan beberapa strategi dan teknologi yang meliputi: 1) pengelolaan sistem budi
daya, yang mencakup pengelompokan tanaman dalam suatu bentang lahan mengikuti kebutuhan air yang sama,
penentuan pola tanam yang tepat, pemberian mulsa dan bahan organik, pembuatan pemecah angin, dan penerapan
sistem agroforestry, 2) pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya melalui penyuluhan, penyediaan sarana dan
prasarana produksi serta permodalan petani, pemberdayaan kelembagaan petani dan penyuluh, serta penerapan
sistem agribisnis, dan 3) implementasi kebijakan yang berpihak kepada pertanian, yang meliputi pemberian subsidi
kepada petani di daerah hulu untuk melaksanakan konservasi lahan, pemberian subsidi pajak kepada petani di
daerah hulu, penetapan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lahan berbasis konservasi, dan
pengelolaan lahan dengan sistem hak guna usaha (HGU). Hal lain yang terpenting dalam pemanfaatan lahan kering
adalah sinkronisasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah dengan melibatkan petani untuk menghindari tumpang
tindih kepentingan.
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...NurdinUng
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi, sifat fisik dan kimia dua pedon tanah Inceptisol yang berasal dari endapan lakustrin di Paguyaman, Gorontalo. Kedua pedon tanah memiliki warna coklat dan tekstur bervariasi antara lempung dan liat. Sifat-sifat tanah menunjukkan telah terbentuk horison kambik namun belum horison argilik. Kedua pedon diklasifikasikan sebagai Typic Eutrudept dan
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
Penelitian ini mengkaji laju infiltrasi dan permeabilitas tanah di areal Kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo untuk menentukan fungsinya sebagai daerah resapan air. Hasilnya menunjukkan bahwa laju infiltrasi dan permeabilitas tanah di area tersebut termasuk sangat cepat, dengan nilai tertinggi pada jarak 140 meter dan terendah pada 170 meter.
Pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah agar dapat berfungsi secara optimal untuk pertumbuhan tanaman. Proses pengolahan tanah meliputi pembajakan, penggemburan, pembuatan parit, dan pemupukan untuk meningkatkan aerasi, drainase, dan kesuburan tanah. Tujuan akhir pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Teks tersebut memberikan informasi mengenai penilaian kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan jagung di kebun percobaan Dulamayo, Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi lahan dan pendekatan parametrik dengan indeks akar kuadrat untuk menentukan kelas kesesuaian. Hasilnya menunjukkan bahwa lahan kebanyakan layak digunakan untuk jagung lokal tanpa pupuk dan dengan pupuk nasional, sedangkan untuk jagung ungg
Banana is one of the export commodities important, but most
farmers were cultivated as a side commodity only. The objective of the study was to evaluate the land suitability for banana development and its limiting factors. This study was done with four stages, i.e: data collection, laboratory analysis, data compilation, and data interpretation. Land suitability analysis using matching approach and tools of geographical information system (GIS) software. Determining of land suitability classes using FAO (1976) framework of land evaluation. The result shown that land suitability for banana was classified as suitable (N) widely of 204,696.99 ha, and widely of 13,999.53 ha of not suitable (N). The limiting factors for banana development were erosion hazard, water and oxygen availability, and roots condition.
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
Teks tersebut membahas hasil penelitian pengaruh pemupukan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) terhadap hasil tanaman jagung. Penelitian menggunakan metode uji kurang satu dengan empat perlakuan kombinasi pupuk yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk secara berimbang dan lengkap memberikan pengaruh positif terhadap panjang tongkol dan hasil jagung. Kombinasi pupuk NPK memberikan
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang berpotensi besar untuk usaha pertanian. Daerah aliran
sungai (DAS) Limboto mempunyai lahan kering yang sesuai untuk pengembangan pertanian seluas 37.049 ha,
sedangkan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pertanian 33.144 ha. Untuk memanfaatkan
lahan kering tersebut, dapat diterapkan beberapa strategi dan teknologi yang meliputi: 1) pengelolaan sistem budi
daya, yang mencakup pengelompokan tanaman dalam suatu bentang lahan mengikuti kebutuhan air yang sama,
penentuan pola tanam yang tepat, pemberian mulsa dan bahan organik, pembuatan pemecah angin, dan penerapan
sistem agroforestry, 2) pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya melalui penyuluhan, penyediaan sarana dan
prasarana produksi serta permodalan petani, pemberdayaan kelembagaan petani dan penyuluh, serta penerapan
sistem agribisnis, dan 3) implementasi kebijakan yang berpihak kepada pertanian, yang meliputi pemberian subsidi
kepada petani di daerah hulu untuk melaksanakan konservasi lahan, pemberian subsidi pajak kepada petani di
daerah hulu, penetapan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lahan berbasis konservasi, dan
pengelolaan lahan dengan sistem hak guna usaha (HGU). Hal lain yang terpenting dalam pemanfaatan lahan kering
adalah sinkronisasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah dengan melibatkan petani untuk menghindari tumpang
tindih kepentingan.
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...NurdinUng
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi, sifat fisik dan kimia dua pedon tanah Inceptisol yang berasal dari endapan lakustrin di Paguyaman, Gorontalo. Kedua pedon tanah memiliki warna coklat dan tekstur bervariasi antara lempung dan liat. Sifat-sifat tanah menunjukkan telah terbentuk horison kambik namun belum horison argilik. Kedua pedon diklasifikasikan sebagai Typic Eutrudept dan
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
Penelitian ini mengkaji laju infiltrasi dan permeabilitas tanah di areal Kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo untuk menentukan fungsinya sebagai daerah resapan air. Hasilnya menunjukkan bahwa laju infiltrasi dan permeabilitas tanah di area tersebut termasuk sangat cepat, dengan nilai tertinggi pada jarak 140 meter dan terendah pada 170 meter.
Pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah agar dapat berfungsi secara optimal untuk pertumbuhan tanaman. Proses pengolahan tanah meliputi pembajakan, penggemburan, pembuatan parit, dan pemupukan untuk meningkatkan aerasi, drainase, dan kesuburan tanah. Tujuan akhir pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Dokumen tersebut membahas kondisi lahan dan sistem pertanian serta metode konservasi yang digunakan di Desa Labone. Lahan pertanian di desa ini berlereng dan petani menggunakan metode vegetatif dengan pemberian mulsa. Metode konservasi yang digunakan masyarakat adalah pemberian mulsa dan penanaman tanaman penutup tanah.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber daya lahan khususnya tanah, mulai dari definisi lahan dan sumber daya lahan, komponen-komponen yang membentuk tanah, faktor-faktor pembentuk tanah, sifat-sifat tanah, sistem klasifikasi tanah menurut USDA, serta jenis-jenis ordo tanah.
Analisis Sistem Pemanfaatan Lahan Pertanian (ALUSA) digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor fisik, sosial, dan ekonomi guna perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan. ALUSA melibatkan survei sumber daya alam, penentuan satuan pemetaan lahan, identifikasi tipe penggunaan lahan yang relevan, dan klasifikasi kesesuaian lahan
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
Dokumen ini membahas penelitian tentang tingkat erosi permukaan pada lahan pertanian jagung di DAS Alo-Pohu, Gorontalo. Penelitian mengkaji tingkat erosi pada berbagai kemiringan lereng dan curah hujan. Hasilnya menunjukkan tingkat erosi berkisar antara 1,04-176,49 ton/ha/tahun tergantung kemiringan lereng."
Makalah ini membahas tentang konservasi tanah dan air secara mekanik dengan 3 kalimat:
1) Mendefinisikan konservasi tanah dan air sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam tanah dan air.
2) Menguraikan beberapa teknik konservasi tanah secara mekanik seperti teras, gulud, dan cek dam.
3) Menjelaskan pentingnya memilih teknik konservasi yang sesuai dengan masalah erosi yang dihadapi sepert
Prosiding seminar nasional pekan pertanianNurdinUng
Rice crops require sufficient amount of water for their development, but water is often a limiting factor if it is grown on dry Vertisol soils. The study aimed to determine the monthly water availability and water available of soil profiles for paddy on Endoaquert Ustic of Paguyaman. The research was conducted on 2 pedon of Vertisol soil profiles, which were pedon from Sidomukti Village of Mootilango District of Gorontalo Regency and from Sosial Village of Paguyaman District of Boalemo Regency. The soil profile was constructed and sampled according to soil survey principles. Climate data were collected from the Sidodadi and Molombulahe climate stations, including: rainfall data (mm), temperature (°C), relative humidity (%) and wind speed (km hour-1). Soil data used, including: soil water content of field capacity (pF = 2.5) and permanent wilting point (pF = 4.2) and root depth on 30 cm (rice roots). Monthly water availability analysis was using water balance method followed by water balance of soil profiles. The results showed that monthly water availability of Vertisol from Sidomukti Village was higher than Vertisol from Social Village. Water available of Vertisol soil profile from Sidomukti Village more by 41.09% compared to Vertisol from Social Village.
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisolSuriadiLakata
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas pengembangan tanah Ultisol yang dilakukan melalui tiga pendekatan geografi yaitu keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan.
2. Pada pendekatan keruangan, dibahas tentang pengaruh kondisi alam terhadap produktivitas tanaman di lahan Ultisol. Pada pendekatan kelingkungan, dibahas tentang interaksi antara organisme dengan lingkungan di
Laporan ini membahas pengolahan tanah primer menggunakan bajak singkal dan bajak piringan. Terdapat beberapa jenis pola pengolahan tanah seperti pola tengah, pola tepi, pola keliling tengah dan tepi, serta pola lompat kijang dan alfa. Laporan ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat dari pengolahan tanah pertanian.
Agroforestry merupakan salah satu cara konservasi tanah dan air yang dinilai mampu mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan dan peningkatan ekonomi. Sistem agroforestry dapat berupa kombinasi tanaman-pohon, padang rumput-pohon, atau tanaman-pohon-padang rumput guna memproduksi hasil pertanian, kehutanan, dan peternakan secara lestari.
Teks tersebut membahas tentang pengelolaan usahatani jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering. Teknologi yang ditawarkan meliputi penanaman tepat waktu, pola tanam ganda, penyiapan lahan minimal, pemupukan berimbang, dan varietas unggul yang toleran terhadap lingkungan lahan kering.
Dokumen tersebut membahas kondisi lahan dan sistem pertanian serta metode konservasi yang digunakan di Desa Labone. Lahan pertanian di desa ini berlereng dan petani menggunakan metode vegetatif dengan pemberian mulsa. Metode konservasi yang digunakan masyarakat adalah pemberian mulsa dan penanaman tanaman penutup tanah.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber daya lahan khususnya tanah, mulai dari definisi lahan dan sumber daya lahan, komponen-komponen yang membentuk tanah, faktor-faktor pembentuk tanah, sifat-sifat tanah, sistem klasifikasi tanah menurut USDA, serta jenis-jenis ordo tanah.
Analisis Sistem Pemanfaatan Lahan Pertanian (ALUSA) digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor fisik, sosial, dan ekonomi guna perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan. ALUSA melibatkan survei sumber daya alam, penentuan satuan pemetaan lahan, identifikasi tipe penggunaan lahan yang relevan, dan klasifikasi kesesuaian lahan
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
Dokumen ini membahas penelitian tentang tingkat erosi permukaan pada lahan pertanian jagung di DAS Alo-Pohu, Gorontalo. Penelitian mengkaji tingkat erosi pada berbagai kemiringan lereng dan curah hujan. Hasilnya menunjukkan tingkat erosi berkisar antara 1,04-176,49 ton/ha/tahun tergantung kemiringan lereng."
Makalah ini membahas tentang konservasi tanah dan air secara mekanik dengan 3 kalimat:
1) Mendefinisikan konservasi tanah dan air sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam tanah dan air.
2) Menguraikan beberapa teknik konservasi tanah secara mekanik seperti teras, gulud, dan cek dam.
3) Menjelaskan pentingnya memilih teknik konservasi yang sesuai dengan masalah erosi yang dihadapi sepert
Prosiding seminar nasional pekan pertanianNurdinUng
Rice crops require sufficient amount of water for their development, but water is often a limiting factor if it is grown on dry Vertisol soils. The study aimed to determine the monthly water availability and water available of soil profiles for paddy on Endoaquert Ustic of Paguyaman. The research was conducted on 2 pedon of Vertisol soil profiles, which were pedon from Sidomukti Village of Mootilango District of Gorontalo Regency and from Sosial Village of Paguyaman District of Boalemo Regency. The soil profile was constructed and sampled according to soil survey principles. Climate data were collected from the Sidodadi and Molombulahe climate stations, including: rainfall data (mm), temperature (°C), relative humidity (%) and wind speed (km hour-1). Soil data used, including: soil water content of field capacity (pF = 2.5) and permanent wilting point (pF = 4.2) and root depth on 30 cm (rice roots). Monthly water availability analysis was using water balance method followed by water balance of soil profiles. The results showed that monthly water availability of Vertisol from Sidomukti Village was higher than Vertisol from Social Village. Water available of Vertisol soil profile from Sidomukti Village more by 41.09% compared to Vertisol from Social Village.
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisolSuriadiLakata
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas pengembangan tanah Ultisol yang dilakukan melalui tiga pendekatan geografi yaitu keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan.
2. Pada pendekatan keruangan, dibahas tentang pengaruh kondisi alam terhadap produktivitas tanaman di lahan Ultisol. Pada pendekatan kelingkungan, dibahas tentang interaksi antara organisme dengan lingkungan di
Laporan ini membahas pengolahan tanah primer menggunakan bajak singkal dan bajak piringan. Terdapat beberapa jenis pola pengolahan tanah seperti pola tengah, pola tepi, pola keliling tengah dan tepi, serta pola lompat kijang dan alfa. Laporan ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat dari pengolahan tanah pertanian.
Agroforestry merupakan salah satu cara konservasi tanah dan air yang dinilai mampu mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan dan peningkatan ekonomi. Sistem agroforestry dapat berupa kombinasi tanaman-pohon, padang rumput-pohon, atau tanaman-pohon-padang rumput guna memproduksi hasil pertanian, kehutanan, dan peternakan secara lestari.
Teks tersebut membahas tentang pengelolaan usahatani jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering. Teknologi yang ditawarkan meliputi penanaman tepat waktu, pola tanam ganda, penyiapan lahan minimal, pemupukan berimbang, dan varietas unggul yang toleran terhadap lingkungan lahan kering.
Dokumen tersebut membahas rencana diseminasi hasil pengkajian penerapan inovasi teknologi pertanian untuk peningkatan indeks pertanaman di Sumatera Selatan. Tujuan pengkajian ini adalah meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dengan memanfaatkan teknologi budidaya yang tepat seperti varietas unggul dan pola tanam yang efisien. Pengkajian akan dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan
Dokumen tersebut membahas kondisi lahan dan sistem pertanian serta metode konservasi yang digunakan di Desa Labone. Lahan pertanian di desa ini berlereng dan petani menggunakan metode vegetatif dengan pemberian mulsa. Metode konservasi yang digunakan masyarakat adalah pemberian mulsa dan penanaman tanaman penutup tanah.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan lahan gambut kritis di Kalimantan Tengah dengan penanaman tanaman karet dan jelutung untuk merehabilitasi lahan serta mengurangi ancaman kebakaran. Proyek pilot dilakukan di Pulang Pisau dengan menanam 10 ha karet dan 10 ha jelutung dengan melibatkan masyarakat. Hasilnya, penanaman karet dan jelutung di lahan gambut merupakan solusi untuk pemanfaatan lahan dan pencegahan kebakaran hut
Makalah ini membahas tentang sistem pertanaman lorong (alley cropping) pada lahan kering berlereng sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air. Sistem ini dapat mengurangi erosi dan meningkatkan produktivitas tanah, meski memiliki kelemahan seperti persaingan tanaman dan membutuhkan tenaga kerja tinggi. Makalah ini juga menyarankan optimasi sistem untuk meminimalkan efek negatif dan memaksimalkan manfaatnya
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konservasi tanah dan air secara vegetatif dan kimia
2. Metode konservasi tanah secara vegetatif meliputi penghutanan kembali, wanatani, dan pertanaman sela
3. Konservasi tanah secara kimia melibatkan penggunaan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut membutuhkan pengelolaan yang tepat, termasuk penataan lahan, pengelolaan air, pemilihan varietas padi yang adaptif, dan teknik budidaya yang sesuai. Pengelolaan lahan dan air penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di lahan rawa.
Dokumen ini membahas tentang pengaruh pengolahan tanah tambak terhadap penyebaran benih windu di desa Sungonlegowo. Teknik pengolahan tanah sebelum penebaran benih meliputi pengeringan, pengolahan, pengapuran, dan pemupukan tanah untuk mematikan hama, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini penting untuk mendukung pertumbuhan udang dan mengurangi risiko kegagalan tambak.
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
Pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan melalui pemberdayaan petani horikultu...NurdinUng
Dokumen tersebut merupakan ringkasan dari hasil penelitian tentang pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah melalui pemberdayaan petani hortikultura di Desa Huntu Barat, Kabupaten Bone Bolango selama masa pandemi Covid-19. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam memanfaatkan lahan kosong dan pekarangan rumah untuk budidaya sayuran, serta mensosialisasikan protokol kesehatan Covid-
This study aims to determine the soil mineralogy and soil chemical properties at two rainfed soil pedons in Sidomukti, Gorontalo. This study was conducted at 2 pedon of rainfed paddy soils from Sidomukti Village Mootilango District of Gorontalo Regency. Implementation of the field based on the location of the example profile (pedon). The soil profile is made and sampled in accordance with the principles of soil surveying. Result of this research showed that Pedon PNS1 had easily weathered minerals (albite, sanidin and green hornblende) more than pedon PNS2. While the clay mineral content of pedon PNS1 dominated by smectite and kaolinite. Both pedon generally pH slightly acid to slightly alkaline and negatively charged clean, C-organic content is very low, bases-dd predominantly calcium (Ca-dd) with the sequence: Ca> Mg> K> Na, cation exchange capacity and base saturation dominant high and very high. However, the pedon PNS1 was better than pedon PNS2 of soil fertility.
Pertumbuhan dan hasil tanaman selada (lactuca sativa l.) dengan interval pemb...NurdinUng
Lettuce (Lactuca sativa L.) is a vegetable that has high economic value and beneficial for health but in its
cultivation, there are still obstacles, especially related to the plant water needs and dosage of fertilizer. This study
aims to examine the growth and yield of lettuce and the interaction between water and fertilizer application time
intervals in Tilote Village, Gorontalo District. This research was carried out in an acclimatization room using a
randomized block design with two factors, namely the water supply interval factor (interval 2 days-A1, interval 3
days-A2) and the second factor fertilizer dosage (50 kg ha-P1, 100 kg/ha-P2). Growth parameter data (plant height,
number of leaves, leaf length and leaf width) as well as plant yield (wet weight, leaf weight and percentage of leaf
weight to base weight) were analyzed by ANOVA and further tested with the DMRT test at 50% level. The results
showed that the water supply interval and the dosage of fertilizer has significantly affect to growth and yield of
lettuce. There were an interaction between the water supply interval and the dose of fertilizer that affects the growth
and yields of lettuce with the best combination were interval of 2 days and fertilizer dosage of 100 kg/ha.
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...NurdinUng
Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan populasi sapi dan pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organik di Kelompok Tani Sumber Rezeki, Desa Bualo, Kabupaten Boalemo. Kegiatan ini dilakukan melalui inseminasi buatan pada sapi dan pelatihan pembuatan pupuk organik bagi petani. Hasilnya, inseminasi buatan menghasilkan 12 ekor sapi hamil baru dan pengetahuan petani meningkat 88% setelah menerima pelatihan.
Study of-land-quality-and-land-characteristics-that-determine-the-productivit...NurdinUng
The challenge of composite maize developing in the future is the low productivity because the maize is grown on land that is not suitable for land quality. This study aims to determine the land quality and land characteristics that control the composite maize productivity in Gorontalo Province. A total of 33 land units were surveyed and their land observed to obtain data on morphology and soil characteristics, climate and terrain characteristics, as well as composite maize productivity data through ubinan plots and direct interviews with maize farmers. Partial least square of structural equation models (PLS-SEM) analysis has been used to determine the land quality and land characteristics that control the composite maize productivity through variable validity and reliability tests, as well as structural model tests. The results showed that the manifest variables were air temperature, rainfall, wet months, dry months, LGP, drainage, coarse materials, effective depth, pH H2O, pH KCl, C-organic, total N, available P, available K, ESP, slopes, soil erosion, inundation height, inundation time, surface rock, and rock outcrops were valid and able to explain well the latent variables. Furthermore, the latent variables were temperature, water availability, oxygen availability, nutrient retention, nutrients availability, sodicity, erosion hazard, flood hazard, and land preparation used has good composite reliability and high reliability because of the composite reliability and alpha cronbach >0.6. Land quality that controls the composite maize productivity based on the order of importance were nutrient retention, rooting media, land preparation, and nutrients availability. Meanwhile, land characteristics that control the composite maize productivity based on the order of importance were pH KCI, coarse material, rock outcrops, effective depth, surface rock, available K, and soil texture. Soil texture, effective depth, pH KCI, and available K has a positive relationship and has a significant to very significant effect on the composite maize productivity, while the content of course materials, surface rock, and rock outcrops has a negative relationship and has a significant effect on the composite maize productivity.
Uji kurang satu pupuk n, p, dan k terhadap pertumbuhan jagung di dutohe agust...NurdinUng
Eksperimen ini menguji pengaruh pupuk N, P, dan K secara terpisah terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga unsur hara berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 42, dan 56 hari, tetapi tidak pada umur 28 hari. Kombinasi pupuk yang paling baik adalah N+K karena kadar P alami tanah sudah tinggi.
Serapan hara n, p dan k tanaman jagung (zea mays l.) di dutohe agustus 2012NurdinUng
This study aimed to determine the N, P, and K nutrients uptakes of maize crops in Dutohe of Bone Bolango regency. Te research was carried out in Dutohe Village of Kabila Distric of Bone Bolango regency for about 6 months. The experimental design was following randomized block design that consist of 4 treatments (P+K, N+P, N+K) with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result from the experiment showed that minus one test has not significant effect to N and P uptakes, but has significant effect to K uptake.
Teknologi dan pengembangan agribisnis cabai di kabupaten boalemo provinsi gor...NurdinUng
Cabai merupakan komoditas unggulan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo yang dicanangkan pemerintah daerah melalui program Gemar Malita. Pembangunan agribisnis cabai di kabupaten ini masih pada tahap subsistem
on farm, tetapi pengembangannya mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Secara finansial, pengembangan cabai lebih menguntungkan dan mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibanding jagung dan padi dengan nilai R/C dan B/C cabai masing-masing 2,15 dan 1,87, lebih tinggi daripada dua komoditas unggulan tersebut.
Selain itu, cabai merupakan komoditas basis di Kecamatan Tilamuta, Botumoito, Wonosari, dan Paguyaman
Pantai. Cabai umumnya dibudidayakan pada tanah Inceptisol, Alfisol, Mollisol, dan Entisol. Namun, lahan ini
umumnya telah digunakan untuk komoditas lain atau dikonversi ke penggunaan nonpertanian. Iklim yang kering dan kesuburan tanah yang rendah sampai sedang merupakan faktor pembatas dalam pengembangan cabai di daerah ini. Upaya dan strategi yang dapat ditempuh meliputi konservasi tanah dan air, intensifikasi dan diversifikasi
tanaman, pembinaan kearifan lokal, penyuluhan dan pemberian insentif, serta pemberdayaan kelembagaan perdesaan
dan penyuluhan. Hal penting lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta melalui pola inti-plasma, contract farming, subkontrak, dagang umum, keagenan, dan kerja sama operasional agribisnis.
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...NurdinUng
Kegiatan pelatihan dan praktek pembuatan pupuk organik dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani di Kelompok Tani Rukun Sejahtera dalam membuat pupuk organik dari bahan lokal. Hasilnya menunjukkan peningkatan pengetahuan petani tentang pupuk organik dari semula 76% tidak tahu menjadi 89% tahu setelah kegiatan. Ketrampilan membuat pupuk organik juga meningkat terlihat dari kemampuan mengoper
Kajian risiko dan aksi adaptasi perubahan iklim sektor spesifik ketahanan pan...NurdinUng
This paper aims to assess the risk and action of climate change adaptation of specific food security sectors in Boalemo Regency based on the Minister of Environment and Forestry Regulation of the Republic of Indonesia Number P.33/MENLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 on Guidelines for Climate Change Adaptation Action Formulation. Climate change is a necessity and has happened this earth. The impact of climate change on national food security occurs coherently, ranging from negative effects on resources (land and water), agricultural infrastructure (irrigation), to production systems through decreasing productivity, planting area and harvest. On the other hand, farmers have limited resources and ability to adapt to climate change. This requires concrete action by all stakeholders collectively in addressing the issue of climate change impacts. It is proposed to the District Government of Boalemo to address local climate change events with prioritization of adaptation options based on consideration of resource availability and constraints on the implementation of each adaptation option, including: (1) building of embungs, reservoirs and bending, drip irrigation, mulch, (2) development of draenase, improvement of irrigation, (3) adaptive seed breeding, use of organic fertilizer, (4) utilization of biopesticides, (5) alternative animal feeding training, and (6) consultation with mantri, animal age recording and calculation feed requirement. These efforts will be more useful if the rate of climate change does not exceed the ability to adapt. Anticipation and adaptation efforts need to be balanced with mitigation, ie efforts to reduce the source and increase the sink (absorber) of greenhouse gases.
Increasing rice productivity by manipulation of calcium fertilizer in ustic e...NurdinUng
This study investigated the effects of calcium fertilizer application on rice productivity in ustic endoaquert soil in Indonesia. The researchers applied different levels of potassium (K) fertilizer (0, 50, 100, 150, 200 kg/ha) following amendments of river sand, beach sand, coco peat, and banana peat. The results showed that K fertilizer significantly increased the number of grains, weight of 1000 grains, and total grain weight. Specifically, 200 kg/ha of K fertilizer produced the highest grain number and weight. While K fertilizer did not significantly affect stalk number or length, higher doses generally corresponded to more stalks. Overall, calcium fertilization improved rice yields the most when combined with
Growth and yield of rice plant by the applications of river sand, coconut and...NurdinUng
The research aimed to study effect the application of river sand (RS), coconut coir (CC), and banana coir (BC) on growth and yield of rice (Oryza sativa L.) in Ustic Endoaquert. The research was carried out in a green house using 3 × 3 × 3 factorial design. The RS factor consists of three treatment levels which were 0% RS, 25% RS, and 50% RS. Meanwhile, the CC and BC consist of three treatment levels, where each level were 0 Mg ha-1, 10 Mg ha-1 and 20 Mg ha-1. The results showed that RS, CC and BC applications did not have significant effect on plant height. On the other hand, all ameliorant applications had significantly increase leaf length and the highest percentage increasing was in BC (13.49%). The leaf numbers and tiller numbers had relatively similar pattern, except BC that had significantly increased leaf numbers by 77.69% and amount of tiller numbers by 49.45%. Furthermore, for yield components, RS, CC and BC applications had significant increased panicle numbers by 37.76%. It was only RS and BC that increased panicle lenght and the best increasing of 26.82% on RS. Meanwhile, the BC application only increased the rice grain numbers.
Effect application of sea sand, coconut and banana coir on the growth and yie...NurdinUng
The research was aimed to study effect application of sea sand (SS), coconut coir (CC) and banana coir (BC) on the growth and yield of rice (Oryza sativa L.) planted at Ustic Endoaquert soil. The pot experiment was carried out using a factorial design with 3 factors. The first factor was SS consisted of three levels i.e.: 0%, 25%, and 50%. The second and third factors were CC and BC, each consisted of three levels i.e.: 0, 10, and 20 Mg ha-1. Application of SS and BC significantly increased leaf length where the highest increasing percentage was 16.47% which was achieved at 25% SS application. Their effect on leaf numbers and tiller numbers were relatively not similar pattern where leaf number only increased about 65.52% by BC application, while tiller numbers only increased about 10.77% by SS application. Furthermore, the application of CC and BC significantly increased panicle numbers to 29.53% and 29.05%, respectively compared to control. All ameliorants significantly increased panicle numbers, but the best was CC with the increasing up to 46.49% at 20 Mg ha-1 CC compared to SS or BC application. However, only coconut coir significantly increased the rice grain numbers.
Development and rainfed paddy soils potency derived from lacustrine material ...NurdinUng
Rainfed paddy soils that are derived from lacustrine and include of E4 agroclimatic zone have many unique properties and potentially for paddy and corn plantations. This sreseach was aimed to: (1) study the soil development of
rainfed paddy soils derived from lacustrine and (2) evaluate rainfed paddy soils potency for paddy and corn in Paguyaman. Soil samples were taken from three profiles according to toposequent, and they were analyzed in laboratory. Data were analyzed with descriptive-quantitative analysis. Furthermore, assessment on rainfed paddy soils potency was conducted with land suitability analysis using parametric approach. Results indicate that all pedon had evolved with B horizons structurization. However, pedon located on the summit slope was more developed and intensely weathered than those of the shoulder and foot slopes.The main pedogenesis in all pedons were through
elluviation, illuviation, lessivage, pedoturbation, and gleization processes. The main factors of pedogenesis were climate, age (time) and topography factors. Therefore, P1 pedons are classified as Ustic Endoaquerts, fine, smectitic,
isohypertermic; P2 as Vertic Endoaquepts, fine, smectitic, isohypertermic; and P3 as Vertic Epiaquepts, fine, smectitic,
isohypertermic. Based on the potentials of the land, the highest of land suitability class (LSC) of land utilization type (LUT) local paddy was highly suitable (S1), while the lowest one was not suitable with nutrient availability as the limiting factor (Nna). The highest LCS of paddy-corn LUT was marginally suitable with water availability as the limiting factor (S3wa), while the lower LSC was not suitable with nutrient availabily as the limiting factor (Nna).
Antisipasi perubahan iklim_untuk_ketahan-pangan-fixNurdinUng
Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di Indonesia, termasuk pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian dan upaya yang perlu dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim, seperti adaptasi lingkungan pertanaman."
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan erosi tanah september 2012
1. Kombinasi Teknik Konservasi (Nurdin) 245
KOMBINASI TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN
PENGARUHNYA TERHADAP HASIL JAGUNG DAN
EROSI TANAH PADA LAHAN KERING DI SUB DAS
BIYONGA KABUPATEN GORONTALO
Combination of Soil Conservation Techniques and Its Effect on the
Yield of Maize and Soil Erosion of Dry Land in
Biyonga Sub-Watershed, Gorontalo
Nurdin
Program Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend Sudirman 6 Kota Gorontalo 96122
E-mail: nurdin@ung.ac.id
Diterima: 3 April 2012; Direvisi: 13 April 2012; Disetujui: 24 April 2012
Abstract
Upland is one of land potentials for maize development, but most farmers were using upland without
soil conservation, so the soil erosion is difficult controlling and productivity is decreasing. This research
was aimed to find of soil conservation technique combinations which can minimize soil erosion
and rising of maize yields. This research was carried out in Biyonga Sub-Watershed of Gorontalo
Regency. Experimental was conducted in afactorial random block design with2 main factors, where
first factor was contour cultivation and the second was strip cropping which each factors consisted
of 5 treatments for manure and mulching with 3 replicates. Erosion box and their soil collector were
used to measure of soil erosion. Results showed that contour cultivation is ±1.24 higher than strip
cropping toincrease maize yields, but soil erosion was ±1.20 higher than strip cropping. The highest
of maize yield was 5.82 ha-1
tahun-1
and their soil erosion was 1.34 ton ha-1
tahun-1
. Soil erosion on
the strip cropping was only 1.08 tonha-1
tahun-1
although maize yields were only 4.80 ton ha-1
. The
best dosage for manure and mulching were 10 ton ha-1
and 12 ton ha-1
.
Keywords: erosion, strip, cropping, upland, maize
Abstrak
Lahan kering merupakan salah satu lahan yang potensial untuk pengembangan jagung, tetapi
umumnya petani jagung menggunakannya tanpa menerapkan teknik konservasi tanah, sehingga
erosi tanah sukar dikendalikan dan produktifitasnya menurun. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan kombinasi teknik konservasi tanah yang dapat menekan erosi tanah dan meningkatkan
hasil jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Rancangan
penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua factor, yaitu faktor pertama
penanaman menurut kontur dan faktor kedua penanaman dalam strip yang masing-masing faktor
terdiri dari lima perlakuan pupuk kandang dan mulsa serta masing-masing tiga ulangan. Pengukuran
erosi tanah menggunakan petak erosi beserta drum penampung sedimen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penanaman menurut kontur meningkatkan hasil jagung sebanyak ±1,24 kali
lebih banyak dibanding penanaman dalam strip, tetapi erosi tanah sebanyak ±1,20 kali lebih banyak
dibanding penanaman dalam strip. Hasil jagung tertinggi sebanyak 5,82 ton ha-1
dan erosi tanah
sebanyak 1,34 ton ha-1
tahun-1
. Sementara, erosi tanah pada penanaman dalam strip hanya 1,08
ton ha-1
tahun-1
dengan hasil jagung sebanyak 4,80 ton ha-1
. Dosis pupuk kandang terbaikadalah 10
ton ha-1
, sementara untuk mulsa adalah 12 ton ha-1
.
Kata Kunci: erosi, strip, pertanaman, lahan kering, jagung
2. 246 J. Tek. Ling. (ISSN 1411-318X), Vol. 13, No. 3, September 2012
1. PENDAHULUAN
Gorontalo dikenal sebagai provinsi Agropolitan
yang menetapkan jagung sebagai entry point
program tersebut. Produksi jagung provinsi ini
dengan program Agropolitan terus mengalami
peningkatan dari 130.251 ton tahun 2002
menjadi 572.874 ton pada tahun 2007. Pada
tahun 2008 produksi ini diharapkan mencapai
1 juta ton [1]. Hasil tersebut dicapai setelah
petani memperoleh bantuan dana untuk biaya
usahatani jagung.Upaya peningkatan produksi
jagung terus digalakkan melalui program
intensifikasi, ekstensifikasi, agroindustri jagung,
penguatan kelembagaan dan tata niaga (Ismail
2003). Namun, upaya pengembangan pertanian
tanpa konsep yang jelas, hanya akan membuat
program tersebut tidak berjalan terarah dan
berkesinambungan. Salah satu upaya dalam
program intensifikasi adalah optimalisasi
produktifitas lahan kering di daerah aliran sungai
(DAS)yangselamainidibudidayakanuntukjagung.
Luas lahan kering di Provinsi Gorontalo
mencapai 437.597,59 ha [1] atau 36% dari
luas total provinsi yang potensial untuk
pengembangan jagung. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Abdurachman et al. (2008) [2] bahwa
lahan kering merupakan salah satu agroekosistem
yang potensial untuk usaha pertanian, baik
tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman
tahunan dan peternakan. Rukmana (2001) [3]
mendefinisikan lahan kering sebagai sebidang
lahan yang digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas, dan
biasanya tergantung dari air hujan. Lebih lanjut
Abdurachman et al. (2008) [2] menyatakan bahwa
keterbatasan air pada lahan kering mengakibatkan
usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun,
dengan indeks pertanaman kurang dari 1,50.
Penyebabnya antara lain adalah distribusi dan pola
hujan yang fluktuatif, baik secara spasial maupun
temporal. Secaraalamiah, lahan kering juga peka
terhadap erosi terutama bila keadaan tanahnya
miring dan tidak tertutup vegetasi [19, 21], tingkat
kesuburan tanahnya rendah, baik kandungan
unsur hara, bahan organik, pH dan KTK [4,7,3].
Melihat kondisi di atas, usahatani jagung di
daerah ini memiliki faktor pembatas agroklimat
dan lahan. Pada musim kemarau, lahan kering
sukar untuk diusahakan karena keterbatasan
lengas tanah yang tersimpan dalam jeluk matriks
tanah sehingga jagung sulit berproduksi secara
optimal. Pada musim penghujan bahaya erosi dan
tanah longsor sering terjadi akibat ulah manusia
membuka hutan dan mengalihfungsikannya
menjadi lahan-lahan pertanian. Lahan dengan
kelerengan di atas 8% peka terhadap erosi
dan tanah longsor. Hal ini diperparah dengan
pengolahan tanah yang intensif, mengakibatkan
kerusakan tanah, erosi dan kehilangan air [3].
Pengolahan tanah intensif dapat menyebabkan
kerusakan struktur tanah, menurunkan kapasitas
infiltrasi tanah, dan daya hantar air (9), dan
kualitas kimia serta biologi tanah [10]. Untuk
mengurangi dampak tersebut, dianjurkan
pengolahan tanah minimum [11,12]. Pengolahan
tanah ini akan meningkatkan jumlah pori makro,
sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi [13,
14], mengurangi aliran permukaan (run off) dan
erosi tanah [15]. Namun, tindakan membatasi
pengolahan tanah sering berakibat merosotnya
produksi pertanian. Di samping itu, banyak petani
yang membudidayakan jagung pada lahan kering
berlereng tanpa tindakan konservasi tanah,
sehingga terjadi erosi tanah dan berdampak
pada keberlanjutan usahatani jagung. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh paket teknologi
konservasi tanah yang dapat menekan erosi
tanah dan meningkatkan hasil jagung sebagai
komoditas unggulan Program Agropolitan.
2. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan dalam kawasan
Sub DAS Biyonga yang merupakan salah satu
anak DAS Limboto dan termasuk bagian dari
Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (SWP-DAS) Bone Bolango serta masuk
DAS Prioritas. Secara administratif, lokasi
penelitian termasuk dalam Kelurahan Biyonga
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Provinsi Gorontalo. Sedangkan secara geografis,
lokasi penelitian terletak pada 00o30’ LU sampai
00o40’ LU dan 122o50’ BT sampai 123o00’
BT. Penelitian dilaksanakan selama enam
bulan, dari Februari sampai Agustus 2007.
Bahan penelitian terdiri atas: pupuk majemuk
NPK Ponska (15-15-15) sebagai starter, pupuk
kandang, mulsa jerami padi, benih jagung Lamuru
FM dan strip rumput gajah (elephant grass).
Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompokfaktorial(RAKF)denganperlakuanfaktor
utamaberupateknikkonservasitanah(penanaman
menurut kontur (K) dan penanaman dalam strip
(S)), lima faktor perlakuan pupuk kandangterdiri
dari: perlakuan kontrol atau P0 (0 ton ha-1), P1
(2,5 ton ha-1), P2 (5 tonha-1), P3 (7,5 ton ha-1)
dan P4 (10 ton ha-1). Sementara itu,limafaktor
perlakuan pemulsaan terdiri dari: perlakuankontrol
atau M0 (0 ton ha-1), M1 (3 ton ha-1), M2 (6 ton
ha-1), M3 (9 ton ha-1), dan M4 (12 ton ha-1).
Sebelum pengolahan tanah dilakukan,
sampel tanah diambil dari lahan dengan
metodediagonal[17],padalimatitikuntukkeperluan
analisis tanah di laboratorium.Pengambilan
contoh tanah tidak terusik menggunakan ring
sampel. Sementara untuk tanah terusik digunakan
kantong plastik dengan kedalaman tanah 20 cm.
3. Kombinasi Teknik Konservasi (Nurdin) 247
Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan untuk
mendapatkan gambaran sifat tanah di lokasi
penelitian. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak
tiga kali, kemudian dibuat alur-alur penanaman
jagung menurut kontur dan strip. Pembuatan alur
-alur strip untuk rumput gajah dengan jarak tanam
30 cm dan meratakan pupuk kandang. Pada alur
strip dibuat saluran air yang memotong lereng
dengan ukuran selebar 0,3 m dan sedalam 0,3
m. Sebelum penanaman, dilakukan pencampuran
pupuk kandang sesuai dosis perlakuan dengan
tanah olah. Pupuk kandang berasal dari kotoran
kuda yang telah diinkubasi selama ± tiga bulan.
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal
dimana jarak tanam adalah 75 cm × 75 cm.
Setiap lubang akan diisi 3 biji jagung dengan
kedalaman 5 cm. Pemeliharaan jagung meliputi
penyulaman pada 7 hari setelah tanam (HST),
penjarangan 14 HST, penyiangan 10 HST untuk
memberantas gulma, dan pembumbunan 28 HST
untuk memperkokoh batang dan memperbaiki
drainase. Pengendalian hama dan penyakit
tidak dilakukan karena tanaman bebas dari
gangguan hama dan penyakit. Selama penelitian
berlangsung tidak terjadi hujan. Oleh karena itu
dilakukan penyiraman sebanyak dua kali, yaitu
pada awal tanam dan pada saat berbunga betina.
Penyiraman menggunakan air yang ditampung
dalam tong dan dihubungkan dengan selang.
Penilaian produktivitas jagung berdasarkan
parameter hasil jagung kadar air 15%. Seluruh
data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam
pola rancangan acak kelompok faktorial (RAKF).
Uji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf uji 5% dengan Minitab versi 14.
Pengukuran erosi dengan metode petak erosi
kecil, yaitu membuat petak erosi dengan panjang
22 m, lebar 2 m dan tinggi 0,5 m [1], karena
tanaman peraga adalah tanaman semusim
(jagung). Disamping itu, dibuat bak penampungan
(soil collector) dengan ukuran panjang 2 m, lebar
0,5 m dan tinggi 0,5 m., juga lubang pengeluaran
aliran permukaan sebanyak 5 buah dengan
jarak antar pipa 10 cm dan lubang di tengah
dimasuki pipa plastik. Drum penampungan
aliran permukaan ditanam sebagian (masuk
ke dalam tanah) serta tutup drum. Perhitungan
besar erosi dan aliran permukaan dilaksanakan
menurut teknik yang diungkapkan Sofiah
(1978). Untuk menghitung aliran permukaan
digunakan persamaan sebagai berikut:
Total volume = volume 1 + volume 2, dimana:
VT = volume total aliran permukaan, volume
1 = volume air pada ember 1 dan volume 2 =
volume air pada ember 2, sedangkan untuk
menghitung total tanah yang tererosidengan
menghitung berat tanah yang tertampung
diambil cuplikannya sebanyak 1 liter, kemudian
dihitung dengan menggunakan persamaan:
D1 = (x1 g/1 l) x volume air D1……..(3)
D2 = (x1 g/1 l) x volume air D2……..(4)
A = D1 + D2
Dimana: A = erosi tanah (ton ha-1 tahun-1);
D1 = tanah tererosi pada ember 1; D2 = tanah
tererosi pada ember 2; x1 = berat tanah kering
oven pada ember 1; x2 = berat tanah kering
oven pada ember 2.Sebagai pembanding,
maka dilakukan pendugaan besarnya erosi
tanah dilakukan dengan metode USLE
(universal soil loss equation) yang dikemukakan
oleh Weischmeier dan Smith (1978), yaitu:
A = R K L S C P …………………….(5)
Dimana: A = banyak tanah tererosi (ton ha-1
tahun-1); R = faktor curah hujan dan aliran
permukaan; K = faktor erodibilitas tanah; L = faktor
panjang lereng; S = faktor kecuraman lereng; C =
faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan
tanaman; dan P = faktor tindakan khusus
konservasi tanah. Sedangkan faktor erodibilitas
(K) dihitung dengan persamaan berikut:
...................(6)
Dimana: M = % pasir dan debu (Φ 0,1-0,05 dan
0,05-0,02 mm); a = % bahan organik; b = kode
struktur tanah; dan c = kelas permeabilitas tanah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sifat-Sifat Tanah
Tanah di lokasi penelitian bertekstur lempung
berdebu, permeabilitasnya agak cepat, porositas
tanah sedikit dan struktur gumpal bersudut
(Tabel 1). Permeabilitas tanah yang agak cepat
disebabkan karena tekturnya lempung berdebu
dengan persentase pasirnya 36,15% walaupun
porositas tanahnya relatif sedikit.Kadar N total,
P dan K terekstrak Bray 1 sangat rendah, serta
kadar C-Organik sedang. Kondisi pH tanah yang
relatif netral (6,71) menunjukkan bahwa tanah ini
sebenarnya cukup menyediakan unsur hara yang
esensial untuk tanaman.Sedangkan kapasitas
tukar kation (KTK) tergolong sangat tinggi,
sehingga tanah tersebut mampu memegang hara
yang diberikan ke dalam tanah [20]. Berdasarkan
kriteria sifat kimia tanah, maka status kesuburan
tanah di lokasi penelitian tergolong sedang[32].
Status kesuburan tanah yang rendah,
membutuhkan upaya strategis untuk
meningkatkan kesuburan tanah agar dapat
menyuplai kebutuhan hara bagi tanaman. Hal ini
disebabkan oleh erosi yang mengakut hara dari
lapisan olah. Pada endapan cekungan lahan di
lokasi penelitian, terlihat gulma dan rerumputan
4. 248 J. Tek. Ling. (ISSN 1411-318X), Vol. 13, No. 3, September 2012
tumbuh subur. Morgan (1986) menyatakan bahwa
toleransi kehilangan tanah terjadi jika tingkat
kesuburan tanah dapat dipertahankan 20 sampai
25 tahun. Soepardi (1983) melaporkan bahwa
kehilangan unsur hara karena erosi selama dua
tahun di Missouri, yaitu: 66 kg N ha-1, 41 kg
P2O5 ha-1, 729 kg K2O ha-1, 309 kg CaO ha-
1, 145 kg MgO ha-1, dan 42 kg SO4 ha-1.Di
samping itu, intensifnya pengolahan tanah dan
penanaman pada musim tanam sebelumnya
telah menyebabkan kehilangan unsur hara, baik
karena hilang bersama panen, pencucian hara
bersama air perkolasi dan penguapan karena
proses volatilisasi beberapa unsur hara yang
mobil, seperti NO3-, dan NH4+.Hasil wawancara
dengan petani diperoleh informasi bahwa selama
mengusahakan lahan tersebut untuk berbagai
tanaman, belum pernah diberikan pupuk atau
bahan organik, sehingga wajar bila di dalam
tanah ketersediaan N, P dan K sangat rendah.
Kemiringan lereng daerah penelitian sebesar
8% atau landai sehingga cocok untuk diterapkan
teknik konservasi tanah dengan metode
vegetatif. Metode vegetatif yang cocok dan
sesuai diantaranya adalah penanaman menurut
kontur (countur cultivation) dan penanaman
dalam strip (strip cropping). Hal ini sejalan
dengan pernyataan Joseph (2005) bahwa lahan
dengan kedalaman afektif lebih dari 30 cm dari
permukaan tanah dan kemiringan lereng 8 %
–25% sebaiknya diterapkan teknik penanaman
menurut kontur. Teknik ini cukup layak diterapkan
karena kedalaman efektif tanah rata-rata 37 cm.
3.2. Pengaruh Kombinasi Teknik Konservasi
Tanah terhadap Hasil Jagung
Penerapan teknik konservasi tanah pada
lahan kering di Sub DAS Biyonga meningkatkan
hasil jagung, kecuali pada perlakuan penanaman
dalam strip (Tabel 2). Pada penanaman menurut
kontur, taraf pupuk kandang dan mulsa nyata
meningkatkan hasil jagung dengan hasil tertinggi
(5,03 dan 4,99 ton ha-1) masing-masing pada
taraf pupuk kandang 10 ton ha-1dan 12 ton ha-1.
Berdasarkan kombinasi perlakuan, maka taraf
pupuk kandang 10 ton ha-1 dan mulsa 12 ton
ha-1 nyata meningkatkan hasil jagung. Hal ini
disebabkan oleh pupuk kandang yang digunakan
telah diinkubasi sehingga kandungan C/N
rationya rendah. Rasio C/N rendah menghambat
terjadinya imobilisasi oleh mikroba tanah[39, 11],
sehingga pupuk yang diberikan terutama Phonska
(N15-P15-K15) siap diserap oleh tanaman.
Hasil penelitian Hudson (1971) menunjukkan
bahwa pemupukan N15-P15-K15 sebanyak
250 kg ha-1 ternyata memberikan perlindungan
tanah dengan hasil jagung 4,08 ton ha-1. Nurdin
(2005) melaporkan bahwa pemupukan Phonska
pada taraf 250 kg ha-1 nyata meningkatkan
hasil jagung di Moodu Kota Gorontalo.
Mulsa yang digunakan pada penelitian
ini merupakan jerami padi. Neneng (2006)
melaporkan bahwa mulsa jerami menghasilkan
jagung pipilan kering lebih tinggi dibanding pupuk
hijau, tetapi pengaruhnya tidak nyata. Mulsa jerami
dapat menekan pertumbuhan gulma dan lebih
memperkaya bahan organik tanah, mengawetkan
bahan organik serta menurunkan suhu tanah
[37] karena kadar C-organik di lokasi penelitian
tergolong sangat rendah (Tabel 1). Nursyamsi
et al. 2002 [25] menyatakan bahwa tanah yang
memiliki kandungan C-organik <2% memerlukan
tambahan bahan organik sebanyak 5 ton ha-1.
Sementara itu, Kamagi (1998) menyatakan bahwa
pupuk kandang nyata meningkatkan hasil jagung.
Hal ini didukung hasil penelitian Faesal et al. 2006
[17] bahwa taraf pupuk kandang 3 ton ha-1 nyata
meningkatkan hasil jagung di Gowa Sulawesi
Selatan. Pada penelitian ini, taraf pupuk kandang
2,5tonha-1
sudahnyatameningkatkanhasiljagung.
Tabel 1. Sifat-Sifat Tanah pada lapisan olah(0-20 cm) sebelum percobaan (0-20 cm)
Sifat Fisik/Kimia Tanah Nilai Kriteria/Kelas
Tekstur :
Lempung Berdebu
Pasir (%) 36,15
Debu (%) 49,41
Liat (%) 14,44
Permeabilitas (cm jam-1
) 11,05 Agar Cepat
Pori-Pori Tanah Sedikit
Kemantapan Agregat Sedang
Struktur Gumpal Bersudut
Berat Jenis (g cm-3
) 2,08
Berat Volume (g cm-3
) 1,79
Kadar Air (θ) :
pF 0 (%) 22,07
pF 2,54 (%) 20,31
pH :
H2O 6,71 Netral
KCl 5,82 Masam Sedang
C-Organik (%) 2,44 Sedang
N total Kjedahl (%) 0,05 Sangat Rendah
PBray 1 (ppm) 8,23 Sangat Rendah
K Bray 1 (me 100 g-1
) 3,06 Sangat Rendah
KTK NH4oAc (me 100 g
-1
) 51,11 Sangat Tinggi
5. Kombinasi Teknik Konservasi (Nurdin) 249
Tabel 2. Rataan hasil jagung akibat penerapan teknik konservasi tanah
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%
Pada penanaman dalam strip, walaupun pada
taraf pupuk kandang dan mulsa yang sama nyata
meningkatkan hasil jagung, tetapi hasil tersebut
lebih rendah (3,91 dan 4,15 ton ha-1) dibanding
penanaman menurut kontur. Sementara
kombinasi perlakuan pada penanaman dalam
strip tidak nyata meningkatkan hasil jagung. Hal
ini diduga karena pada perlakuan penanaman
dalam strip terjadi persaingan unsur hara antara
jagung dengan strip rumput gajah. Hal ini terlihat
dari penampilan (performance) strip rumput gajah
yang tumbuh lebat dan hijau. Tala’ohu et al. 2003
[40] melaporkan bahwa kombinasi rorak dan strip
lamtoro dengan mulsa atau pupuk kandang dapat
memperbaiki pertumbuhan dan produksi jagung
pipilan kering dibandingkan kebiasaan petani.
Kombinasi teknik konservasi tanah secara
linier positif berpengaruh terhadap peningkatan
hasil jagung pada penanaman menurut kontur
(Gambar 1). Pengaruh pupuk kandang terhadap
hasil jagung lebih tinggi. Hal ini terlihat dari nilai
b (0,24), walaupun nilai koefisien diskriminan
(R2=0,86) lebih rendah dibanding pengaruh
pemulsaan.Namun, hasil jagung justru sebesar
95% dipengaruhi oleh pemberian mulsa dan
hanya sebesar 5% dipengaruhi oleh faktor
lainnya. Pada penanaman dalam strip (Gambar
2), pengaruh pupuk kandang justru lebih rendah
dibanding pemulsaan yang tampak pada nilai
b (0,09) dan koefisien diskriminan (R2=0,66).
Gambar 1. Interaksi antara Pupuk Kandang dan
Mulsa terhadap hasil jagung pada Penanaman
menurut KonturPengaruh pemulsaan pada
perlakuan ini paling tinggi dengan nilai
Teknik Konservasi Tanah Hasil Jagung (ton ha
-1
)
Penanaman dalam Kontur Penanaman dalam Strip
Taraf Pupuk Kandang:
0 ton ha-1
2,58a 2,66a
2,5 ton ha
-1
3,67b 3,48b
5 ton ha-1
4,71c 3,46b
7,5 ton ha
-1
4,82d 3,31b
10 ton ha-1
5,03e 3,91b
Taraf Mulsa:
0 ton ha
-1
3,52a 2,60a
3 ton ha
-1
3,88ab 2,95b
6 ton ha
-1
4,09b 3,41b
9 ton ha
-1
4,33b 3,72c
12 ton ha
-1
4,99bc 4,15d
Kombinasi Pupuk Kandang+Mulsa:
1 ton ha
-1
+0 ton ha
-1
2,70a 2,29
tn
0 ton ha-1
+3 ton ha-1
2,25a 2,23
0 ton ha
-1
+6 ton ha
-1
2,39a 3,09
0 ton ha-1
+9 ton ha-1
2,39a 2,87
0 ton ha-1
+12 ton ha-1
3,20ab 2,84
2,5 ton ha
-1
+0 ton ha
-1
2,89a 2,34
2,5 ton ha
-1
+3 ton ha
-1
3,60abcd 3,19
2,5 ton ha
-1
+6 ton ha
-1
3,74bcd 3,51
2,5 ton ha
-1
+9 ton ha
-1
3,61abcd 3,82
2,5 ton ha-1
+12 ton ha-1
4,49cd 4,57
5 ton ha-1
+0 ton ha-1
3,88bcd 2,86
5 ton ha
-1
+3 ton ha
-1
4,52cde 3,14
5 ton ha
-1
+6 ton ha
-1
4,52cde 3,36
5 ton ha
-1
+9 ton ha
-1
4,87cde 3,63
5 ton ha
-1
+12 ton ha
-1
5,77cdef 4,35
7,5 ton ha-1
+0 ton ha-1
3,58abc 2,61
7,5 ton ha-1
+3 ton ha-1
4,37cd 2,85
7,5 ton ha
-1
+6 ton ha
-1
5,12def 3,13
7,5 ton ha
-1
+9 ton ha
-1
5,36def 3,78
7,5 ton ha
-1
+12 ton ha
-1
5,68defg 4,19
10 ton ha
-1
+0 ton ha
-1
4,54cde 2,93
10 ton ha-1
+3 ton ha-1
4,67cde 3,34
10 ton ha-1
+6 ton ha-1
4,69cde 3,95
10 ton ha
-1
+9 ton ha
-1
5,42def 4,55
10 ton ha
-1
+12 ton ha
-1
5,82defg 4,80
6. 250 J. Tek. Ling. (ISSN 1411-318X), Vol. 13, No. 3, September 2012
koefisien diskriminan (R2) sebesar 0,99.
Dengan demikian, hasil jagung sebesar 99%
dipengaruhi oleh pemberian mulsa dan hanya
sebesar 1% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Gambar 1. Kombinasi teknik konservasi tanah
secara linier positif berpengaruh terhadap
peningkatan hasil jagung.
Berdasarkan kemiringan garis linier, maka
hasil jagung dipengaruhi oleh pupuk kandang
yang diberikan pada penanaman menurut
kontur (nilai b 0,24) yang tertinggi dibanding
pemberian mulsa, sebagaimana pernyataan
Kasno et al. (2009) bahwa kemiringan garis
linier salah satunya ditunjukkan oleh nilai b.
Dengan demikian, maka pada penanaman
dalam strip hasil jagung dipengaruhi oleh
pemulsaan karena nilai b paling tinggi dibanding
pupuk kandang. Di samping itu, daerah ini
cukup tinggi penguapannya sehingga dengan
pemulsaan akan menekan laju penguapan dan
pengaruhnya signifikan terhadap unsur hara
yang mobil seperti nitrat (NO3-) dan Amonia
(NH4+) karena proses volatilisasi [39]. Pemberian
mulsa efektif menekan kehilangan hara karena
pengangkutan oleh erosi dan aliran permukaan [3].
Tabel 3. Erosi tanah dan aliran permukaan akibat penerapan teknik konservasi tanah
3.3. PENGARUH TEKNIK KONSERVASI
TANAH TERHADAP EROSI TANAH
Hasil pengukuran erosi di lokasi penelitian pada
penanaman menurut kontur lebih tinggi dibanding
penanaman dalam strip (Tabel 4).Legowo
(2005) melaporkan bahwa DAS Limboto berada
pada kondisi kritis karena laju erosi tanah
44,69 ton ha-1 tahun-1 atau 3,72 mm tahun-1.
Besarnya erosi tanah yang terjadi pada
penanaman menurut kontur sebesar 1,34 ton
ha-1 tahun-1. Sedangkan penanaman dalam
strip erosi yang terjadi sebesar 1,08 ton ha-1
tahun-1. Walupun demikian, tingkat bahaya
erosi yang terjadi masih tergolong sedang [5].
Tabel 4. Erosi tanah dugaan berdasarkan metode USLE
Deposisisedimensebesar2,94tonha-1tahun-1
atau 0,24 mm ha-1. Sedangkan hasil sedimen
DAS Limboto adalah 41,75 ton ha-1 tahun-1 atau
3,48 mm tahun-1. Selanjutnya, Arsyad (2006)
menyatakan bahwa keuntungan penanaman
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat
aliran permukaan yang meningkatkan penyerapan
air oleh tanah dan menghindari erosi tanah.
Perlakuan Kombinasi
Erosi Tanah Tingkat
Bahaya
Erosi
Aliran Permukaan
… ton ha-1
tahun-
1
…
m
3
ha
-1
tahun
-1
Penanaman menurut kontur +pupuk
kandang+mulsa
1,34 Sedang 11,08
Penanaman dalam strip+pupuk kandang
+mulsa
1,08 Sedang 9,55
Tanpa perlakuan (kebiasaan petani) 108,11 Berat 153,02
Perlakuan
Faktor Erosi Tanah (A) Rataan TBE
(BRLKT 1986)
R K C LS P ……. ton ha
-1
tahun
-1
…….
K0 695 0,25 0,08 0,80 0,50 5,56
5,20 Sedang
K1 695 0,20 0,08 0,80 0,50 4,45
K2 695 0,27 0,08 0,80 0,50 6,00
K3 695 0,20 0,08 0,80 0,50 4,45
K4 695 0,25 0,08 0,80 0,50 5,56
S0 695 0,20 0,08 0,80 0,40 3,56
3,84 Sedang
S1 695 0,18 0,08 0,80 0,40 3,20
S2 695 0,20 0,08 0,80 0,40 3,56
S3 695 0,25 0,08 0,80 0,40 4,45
S4 695 0,25 0,08 0,80 0,40 4,45
KP 695 0,27 1,00 0,80 1,00 150,09 150,09 Sangat berat
7. Kombinasi Teknik Konservasi (Nurdin) 251
Pada penanaman menurut strip, di samping
diberikan mulsa juga ada tanaman strip yang
dapat menekan laju erosi tanah. Suwardjo, 1978
[36] melaporkan bahwa penanaman jagung
dengan pola strip hanya menghasilkan erosi
tanah sebesar 2,6 ton ha-1 dibanding tanpa strip
sebesar 4,6 ton ha-1. Selanjutnya, Utomo (1989)
melaporkan bahwa penggunaan tanaman rumput
gajah sebagai tanaman strip pada tanaman ubi
kayu tumpangsari jagung dapat menekan laju
erosi dari 55,10 ton ha-1 (tanpa strip) menjadi
37,15 ton ha-1. Dariah et. al (1993) menambahkan
bahwa strip akar wangi (Vetiveria zizaniodes)
yang ditanam pada budidaya tanaman jagung bisa
menjadi tanaman konservasi, mudah dan murah.
Erosi dugaan dengan metode USLE (Tabel 4)
menunjukkan bahwa penanaman menurut kontur
lebih tinggi (5,20 ton ha-1 tahun-1) dibanding
penanaman dalam strip (3,84ton ha-1 tahun-1).
Nilai erosi ini masih tergolong sedang
berdasarkan tingkat bahaya erosi dan relatif
sama dengan hasil pengukuran melalui petak
erosi.Sementara itu, tingkat bahaya erosi pada
lahan yang diusahakan petani tanpa tindakan
konservasi tanah sudah tergolong sangat
berat[5]. Berdasarkan nilai erosi yang dihasilkan,
maka pengukuran langsung dengan petak erosi
lebih sensitif dibanding pendugaan erosi dengan
metode USLE. Beberapa komponen faktor
sering tidak sesuai dengan kondisi lapangan
dan masih bersifat umum [3], terutama faktor
erosivitas hujan dan erodibilatas tanah. Oleh
karena itu, usulan perbaikan keragaan metode
ini untuk kondisi khusus terus dilakukan [42, 28].
Besarnya aliran permukaan pada penanaman
menurut kontur lebih besar dibanding penanaman
dalam strip (Tabel 4). Hal ini memberikan
petunjuk bahwa pemulsaan lebih efektif menekan
aliran permukaan pada penanaman dalam
strip dibanding penanaman menurut kontur.
BP2TPDAS-IBB (2002) melaporkan bahwa tanpa
mulsa, aliran permukaan sebesar 45,3%, infiltrasi
sebesar 54,7% dan erosi 53,3 ton ha-1. Pemberian
mulsa sebanyak 8,54 ton ha-1, aliran permukaan
hanya 0,1%, infiltrasi sebesar 99,5% dan erosi
menjadi 0,0 ton ha-1. Pemberian pupuk kandang
berpengaruh yang baik terhadap pemantapan
agregat tanah, sehingga tidak mudah tererosi.
Analisis tanah menunjukkan bahwa kemantapan
agregat tanah di daerah ini sedang dengan
struktur tanah gumpal, sehingga pemberian pupuk
kandangmeningkatkankemantapanagregattanah
karena ada perekat oleh ikatan kompleks bahan
organik tanah dan konsistensinya lebih teguh [31].
4. KESIMPULAN
Penerapan kombinasi teknik konservasi
tanah pada penanaman menurut kontur nyata
meningkatkan hasil jagung dam mampu menekan
laju erosi tanah. Pada penanaman dalam strip,
walaupun tidak nyata meningkatkan hasil jagung
tetapi efektif menekan laju erosi tanah dibanding
penanaman menurut kontur. Kombinasi perlakuan
terbaik untuk hasil jagung tertinggi adalah pupuk
kandang 10 ton ha-1 dan mulsa 12 ton ha-1.
Sementara laju erosi tanah yang terjadi pada
lahan jagung petani tanpa tindakan konservasi
tanah sudah tergolong sangat berat, sehingga
membutuhkan penanganan segera untuk
menekan tingkat degradasi lahan yang lebih
besar lagi. Berdasarkan nilai erosi yang terjadi,
maka pengukuran langsung melalui petak erosi
lebih sensitif hasilnya dibanding pendugaan erosi
dengan metode USLE.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1982. Pedoman umum metode
pengukuran erosi dalam rehabilitasi lahan kritis
dan pencegahan erosi. Departemen Pertanian RI,
Jakarta.
2. Adiningsih, J.S dan M. Sudjadi. 1993. Peranan
sistem bertanam lorong (alley cropping) dalam
meningkatkan kesuburan tanah pada lahan kering
masam. Risalah Seminar hasil penelitian tanah dan
agroklimat. Pusat penelitian tanah dan agroklimat,
Bogor.
3. Arsyad S. 2006. Konservasi tanah dan air. Edisi
revisi. Serial pustaka IPB Press, Bogor.
4. AbdurachmanA, A Dariah, dan A Mulyani. 2008.
Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering
mendukung pengadaan pangan nasional. J.
Litbang Pertanian 27 (2): 43-49.
5. BRLKT. 1986. Petunjuk pelaksanaan rencana
teknis lapangan rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah. Badan rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah Ditjend reboisasi dan rehabilitasi lahan
Departemen kehutanan RI, Jakarta.
6. Bens O. W, N. A Buczko, U. Hüttl, R. F. 2001.
Makroporositätund infiltrationseingescrafhten von
Ackerböden unter differenzierter Bewirschraftung.
Mitteilungen der Deutschen Bodenkundlichen
Gesselschaft. Band 96, Heft 1.
7. BP2TPDAS-IBB. 2002. Pedoman praktik
konservasi tanah dan air. Balai penelitian dan
pengembangan teknologi pengelolaan daerah
aliran sungai Indonesia bagian barat. Balitbang
Kehutanan Departemen Kehutanan RI, Surakarta.
8. BPS. 2007. Provinsi gorontalo dalam angka tahun
2007. Badan pusat statistik Provinsi Gorontalo.
9. Dariah A, H. Suwardjo dan D. Erfandi. 1993. Akar
wangi sebagai tanaman konservasi tanah dan air.
Serial populer No.3. Puslittanak, Bogor. Hal 6-9.
10. Hudson N. 1971. Soil conservation. BT Brastford,
London.
11. Havlin J.L, J.D Beaton, S.LTisdale, and W.LNelson.
1999. Soil fertility and fertilizer An introduction to
nutrient management. 6th ed. Prentice Hall. Upper
Saddle River. New Jersey. pp.497.
12. Husain J. 2001. Wasserinfiltration in tonigen und
strukturierten böden auf unterschiedlichen skalen
und bei nutzungsänderung. Dissertation der fakultät
8. 252 J. Tek. Ling. (ISSN 1411-318X), Vol. 13, No. 3, September 2012
für umweltwissenschaften und verfahrenstechnik
der brandenburgischen technischen universität
Cottbus, Deutsschland.
13. Husain J, H.H Gerke, and R.F Hüttl. 2001.
Wasserinfiltrationaufunterschiedlichenraumskalen
in strukturierten böden. Mitteilungan der deutschen
bodenkundlichen gesselschaft. 96 (1): 87-88.
14. Husain J, H.H Gerke, and R.F Hüttl. 2002. Infiltration
measurements for determining effects of land use
change on soil hydraulic properties in Indonesia.
In Pagliai, M and Jones, R (Eds). Sustainable
land management for enviromental protection-soil
physics approach. advances in Geocology no. 32
catena verlag. Reiskirschen p.230-236.
15. Husain J, J.N Luntungan, Y. Kamagi, dan Nurdin.
2004. Model usahatani jagung berbasis konservasi
di Provinsi Gorontalo. Laporan Hasil Penelitian
badan penelitian dan pengengembangan dan
pengendalian dampak lingkungan daerah
(Balitbangpedalda) Provinsi Gorontalo, Gorontalo.
16. Faesal A. Najamuddin, dan M. Akil. 2006.
Pengaruh cara pemberian dan takaran pupuk
kandang terhadap hasil biomas tanaman jagung.
J. penelitian pertanian tanaman pangan 25 (2):
124-128.
17. Joseph B. Th. 2005. Potensi sumberdaya tanah
das limboto dan das randangan kabupaten
gorontalo. Dalam prosiding seminar agropolitan
komda Suluttenggo di Gorontalo, Gorontalo. Hal
12-15.
18. Kamagi Y. E. 1998. Pengaruh pengolahan tanah
dan dosis pupuk kandang ayam pada tanah latosol
berlereng terhadap erosi dengan tanaman kacang
tanah sebagai indikator. J. solum 1 (3): 30-38.
19. Kurnia U, Sudirman, dan H. Kusnadi. 2005.
Teknologi rehabilitasi dan reklamasi lahan. hlm.
147−182. Dalam teknologi pengelolaan lahan
kering: menuju pertanian produktif dan ramah
lingkungan. Pusat penelitian dan pengembangan
tanah dan agroklimat, Bogor.
20. Kasno A. 2009. Respon tanaman jagung terhadap
pemupukan Fospor pada Typic Dystrudept. J.
tanah tropika. 14 (2) : 111-118.
21. LPTP. 1995. Paket budidaya jagung varietas arjuna
di lahan kering. Agdex. 041/577 lembar informasi
pertanian (LIPTAN) LPTP Koya Barat, Irian Jaya.
22. Lorenz G, C.L Bonelli, S. Roldan, C. Araya and
K. Rondano. 2000. Soil quality change due to
land use in a kastanozem-phaeozem soilscape
of semiarid chaco. Mitteilungen der deustchen
bodenkundlichen gesselschaft. Band 93.
23. Legowo, S.W.D. 2005. Pendugaan erosi dan
sedimentasi dengan menggunakan model
geowepp; studi kasus DAS Limboto, Provinsi
Gorontalo. J. sumberdaya air 1 (1): 1-13.
24. MorganR.P.C.1988.Soilerosionandconservation.
Longman group, Hongkong.
25. Nursyamsi D, A. Budiarto, dan L. Anggria. 2002.
Pengelolaan kahat hara pada Inceptisol untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. J.
tanah dan iklim. 60:56-68.
26. Nurdin. 2005. Pertumbuhan dan produksi jagung
(Zea mays L.) varitas lamuru yang dipupuk
phonska dosis berbeda di Moodu Kecamatan Kota
Timur Kota Gorontalo. J. eugenia. 11 : 396-400.
27. Nuraida L.N. 2006. Peningkatan kualitas tanah
Ultisol Jasinga terdegradasi dengan pengolahan
tanah dan pemberian bahan organik. Disertasi
sekolah pascasarjana IPB, Bogor.
28. Renard K.G, G.R Foster, G.AWeesies, D.AMcCool,
and D.C Yoder. 1997. Predicting soil erosion by
wáter. A guide to conservation planning with the
revised universal soil loss equation (RUSLE). Agric
Handb. 703, US Govt print. office, Washington DC.
29. Rukmana R. 2001. Teknik pengelolaan lahan
berbukit dan kritis. Kanisius, Yogyakarta.
30. Soepardi G. 1983. Sifat dan ciri tanah.
Departemenilmu tanah fakultas pertanian IPB,
Bogor.
31. Rachim D.A. 2007. Dasar-dasar genesis tanah.
Departemen ilmu tanah dan sumberdaya lahan
fakultas pertanianIPB, Bogor.
32. Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term
of referrence klasifikasi kesesuaian lahan. Proyek
penelitian pertanian menunjang transmigrasi
(P3MT) pusat penelitian tanah badan penelitian
dan pengembangan pertanian departemen
pertanian RI, Bogor.
33. Sarief S. E. 1986. Ilmu tanah pertanian. CV.
Pustaka Buana, Bandung.
34. Sofiah. 1978. Petunjuk pelaksanaan percobaan
erosi sistem petak kecil. Bahan penataran pps
bidang ilmu tanah dan pemupukan II. Departemen
pertanian RI, Jakarta.
35. Suwardjo. 1981. Peranan sisa-sisa tanaman dalam
konservasi tanah dan air pada lahan usahatani
tanaman semusim.Disertasifakultas pasca sarjana
IPB, Bogor.
36. Suwardjo. 1987. Konservasi tanah. Penataran PPS
bidang ilmutanah dan pemupukan II, 13 Maret-13
April 1987. Badan pengendali bimas dan lembaga
penelitian tanah Departemen pertanian RI, Bogor.
37. Sanchez P. A. 1992. Sifat dan pengelolaan tanah
tropika. ITB, Bandung.
38. Suriadikarta D.A, T. Prihatini, D. Setyorini, dan
W. Hartatiek. 2002. Teknologi pengelolaan bahan
organik tanah. hlm. 183−238. Dalam teknologi
pengelolaan lahan kering menuju pertanian
produktif dan ramah lingkungan. Pusat penelitian
dan pengembangan tanah dan agroklimat, Bogor.
39. Tisdale S.L, W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1990.
Soil fertility and fertilizers. 4th edition. Macmillan
Pub. Co., New York.
40. Tala’ohu S.H, Abas A, dan Kurnia, U. 2003.
Optimalisasi produktivitas lahan kering beriklim
kering melalui penerapan sistim usahatani
konservasi. Dalam prosiding kongres nasional VIII
himpunan ilmu tanah indonesia (HITI), Padang, 21-
23 Juli 2003. Hal 166-177.
41. Utomo W. H. 1989. Konservasi tanah di Indonesia;
suatu rekaman dan analisa. Rajawali press,
Jakarta.
42. Williams J.R. 1975. Sediment yield prediction with
universal equation using runoff energy factors. In
present and prospective technology for predicting
sediment yields and source. USDA Agric research
service, Southern region ARS-S-40: 244-252.
43. Weischmeier W.H dan D.D Smith .1978. Predicting
rainfall erosion losses: a guide to conservation
planning. USDA Handb. No 537: 58.