SlideShare a Scribd company logo
BAB I 
PENDAHULUAN 
Jakarta, 6 Maret 2003 MPR sekarang harus sesuai dengan ketentuan perubahan UUD 1945 
Kedudukan, tugas, dan wewenang MPR hasil Pemilu 1999 harus sesuai dengan ketentuan 
Perubahan UUD 1945, sehingga Peraturan Tata Tertib MPR harus diubah dan disesuaikan 
dengan kedudukan, tugas, dan wewenang MPR menurut Perubahan UUD 1945. 
Demikian pendapat pakar hukum tata negara A. Mukhtie Fajar dalam Rapat Dengar Pendapat 
Umum (RDPU) dengan Panitia Ad Hoc (PAH) II Badan Pekerja (BP) MPR di Gedung 
Nusantara IV MPR/DPR dalam rangka Penyesuaian Perubahan Tata Tertib MPR terhadap 
UUD 1945, Kamis (6/3) siang. 
Rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua PAH II Rambe Kamarulzaman itu menghadirkan 
dua pakar hukum tata negara yaitu A. Mukhtie Fajar dan Himawan Estu Bagijo. Kepada 
Anggota PAH II, Mukhtie mengungkapkan, karena MPR baru menurut Perubahan UUD 
1945 belum terbentuk, maka MPR yang sekarang (MPR hasil Pemilu 1999) menurut Pasal II 
Aturan Peralihan Perubahan UUD 1945 masih berfungsi, dengan catatan sepanjang untuk 
melaksanakan ketentuan UUD. Mukhtie menjelaskan, berarti MPR sekarang hanya berfungsi 
untuk melaksanakan tugas dan wewenang MPR sesuai dengan ketentuan Perubahan UUD 
1945, bukan tugas dan wewenang MPR sebelum Perubahan UUD 1945. 
Oleh karena itu, dengan sendirinya MPR harus mengubah Peraturan Tata Tertib 
persidangannya dan disesuaikan dengan kedudukan, tugas dan wewenang MPR menurut 
Perubahan UU1945, meskipun berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945, Tata Tertib 
MPR yang ada (Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 dengan perubahan yang terakhir melalui 
Ketetapan MPR No. V/MPR/2002) masih tetap berlaku sepanjang belum diadakan yang baru. 
Selain itu, Mukhtie berpendapat, keharusan MPR untuk menyesuaikan Peraturan Tata Tertib 
persidangannya juga telah diamanatkan oleh Pasal 3 Ketetapan MPR No. III/MPR/2002 
tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003 yang berbunyi: 
menugaskan kepada Badan Pekerja MPR RI untuk menyesuaikan Peraturan Tata Tertib MPR 
RI dengan UUD 1945. 
Dengan demikian, perubahan Peraturan Tata Tertib MPR adalah sangat relevan dan bahkan 
merupakan suatu keharusan, karena Peraturan Tata Tertib yang ada sudah tidak sesuai lagi 
dengan kedudukan, tugas, dan wewenang MPR menurut UUD 1945 yang telah mengalami 
perubahan, 
Perubahan yang bersifat menyeluruh terhadap Peraturan Tata Tertib MPR, menurut Mukhtie, 
diperlukan untuk MPR hasil Pemilu 2004 yang disesuaikan dengan ketentuan Perubahan 
UUD 1945 dan Undang-Undang organik tentang MPR (Undang-Undang Susduk MPR, DPR,
DPD, dan DPRD). Tentang Sidang Tahunan MPR Tahun 2003 dan kemungkinan 
persidangan lainnya sebelum terbentuknya MPR hasil Pemilu 2004, Mukhtie mengingatkan, 
perlu diantisipasi adanya Sidang Istimewa MPR karena penerapan Pasal 7B ayat (6) dan (7) 
mengenai peranan Mahkamah Konstitusi yang dijalankan oleh Mahkamah Agung. 
MPR Tetap Lembaga Negara Tertinggi Berbeda dengan pendapat A. Mukhtie Fajar bahwa 
kedudukan MPR harus disesuaikan dengan Perubahan UUD 1945 dan bukan lagi merupakan 
lembaga tertinggi Negara.
BAB II 
PEMBAHASAN 
Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan awal Majelis 
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai cikal-bakal twerbentuknya 
majelis menjadi sangat penting dilakukan untuk memahami konteksnya dalam UUD 1945. 
Demikian juga halnya dengan MPR sebagai lembaga tertinggi Negara. 
Walaupun demikian masih ada satu ketentuan yang sekurang-kurangnya masih dapat 
dijadikan pegangan atau petunjuk. Hal ini terdapat dalam pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang 
berbunyi : “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan perwakilan 
rakyat (DPR) ditambah dengan utusan-utusan atau ditetapkan dengan undang-undang”. 
Dengan mengadakan tafsiran yang luas maka ketentuan diatas mengandung arti pula, bahwa 
MPR akan diatur lebih lahjut dengan undang-undang. 
Dari uraian tersebut penting bagi kita untuk mengetahui pembentukan MPR. Kita perlu 
meninjau lebih dahulu cara pengisiannya, untuk mengetahui cara perngisiannya untuk itu kita 
perlu mengetahui susunannya. Susunan MPR diatur dalam Undang-Undang No.2/1985 
tentang perubahan atas Undang-Undang No.16/1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, 
DPR, dan DPRD. 
MPR Sebelum Amandemen UUD 1945 
Setruktur , fungsi, wewenang, dan keanggotaan MPR sebelum amandemen UUD 1945. 
Uraian tersebut terutama difokuskan pada pembahasan tentang keanggotaan, susunan dan 
kedudukan, serta wewenang MPR RI sesuai UUD 1945 
1. Keanggotaan MPR RI 
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.2/1985, dikatakan bahwa jumlah anggota MPR dua kali 
lipat jumlah anggota DPR, yaitu anggota DPR 500 orang dan anggota MPR 1000 orang 
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang diatas, MPR terdiri atas anggota DPR ditambah 
dengan Utusan Daerah, Utusan Organisasi Kekuatan Sosial Politik peserta pemilu, dan 
Golongan Karya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Serta Utusan golongan-golongan 
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 
Dalam pasal 2 Undang-Undang No.16/1969 setelah dirubah terakhir dengan Undang-Undang 
No.2/1985 ditentukan syarat-syarat menjadi Utusan Daerah sebagai berikut : 
a. Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 tahun serta bertaqwa kepada 
Tuhan Yang Maha Esa. 
b. Dapat berbahasa Indonesia dan cakap menulis dan membaca huruf latin. 
c. Setia kepada Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Dasar Negara dan Ideologi 
Nasional. 
d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang PKI dan anggota terlarang lainnya.
e. Tidak sedang dicabut hak pilihnya. 
f. Tidak terganggu jiwanya. 
Keanggotaan MPR terdiri atas : 
1. Hasil pemilu 7 juli 1999 (UU No.4/1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, 
dan DPRD) : 
a. Anggota DPR sebanyak 500 orang terdiri atas : 
· Pemilihan parpol beserta pemilu sebanyak 462 orang 
· Pengangkatan TNI/Polri 38 orang 
b. Anggota tambahan terdiri atas : 
· Utusan Daerah sebanyak 135 orang 
· Utusan golongan sebanyak 65 orang 
2. Hasil pemilu 5 april 2004 (pasal 2 (1) UUD 1945) : 
a. DRP sebanyak 550 orang 
b. DPD sebanyak 1/3 X 550 orang = 183 orang 
2. Susunan dan Kedudukan MPR RI 
Adapun susunan MPR diatur dalam Undang-Undang No.16/1969 tentang Susunan dan 
Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Menurut pasal 1 ayat (1) undang-undang diatas Majelis 
ini terdiri atas anggota DPR ditambah utusan dari Daerah, Golongan Politik dan Golongan 
Karya. 
Mengenai utusan daerah perlu disoroti khusus masalah Gubernur/Kepala Daerah yang harus 
dipilih sebagai utusan daerah. Menurut pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No.16/1969 utusan 
daerah termaksud Gurbernur/Kepala Daerah dipilih oleh DPRD Tingkat I. Namun muncul 
pertanyaa tentang dipilihnya Gubernur sebagai utusan daerah untuk menjadi anggota MPR . 
Menurut pendapat Prof. DR. Sri Soemantri, SH, hal itu tidak sesuai dengan arti yang 
terdapatdalam perkataan “memilih” atau “dipilih”. 
Dalam pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No.16/1969setelah diubah dengan Undang-Undang 
No.2/1985 ditentukan, bahwa jumlah anggota tambahan MPR yang berkedudukan sebagai 
utusan daerah sekurang-kurangnya 4 orang dan sebanyak-banyaknya 8 orang untuk tiap-tiap 
daerah tingkat I, dengan ketentuan : 
a. Daerah Tingkat I yang berpenduduk kurang dari 1.000.000 orang mendapat 4 orang 
utusan. 
b. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 1.000.000 orang sampai 5.000.000 orang mendapat 
5 orang utusan. 
c. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 5.000.000 orang sampai 10.000.000 orang 
mendapat 6 orang utusan. 
d. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 10.000.000 orang sampai 15.000.000 orang 
mendapat 7 orang utusan.
e. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 15.000.000 orang keatas mendapat 8 orang utusan. 
3. Tugas dan Wewenang MPR RI 
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Kedauatan yang ada ditangan rakyat dilakukan 
sepeuhnya oleh MPR”. Artinya pelaksanaan kedauatan rakyat dinegara Republik Indonesia 
berada dalam satu tangan atau badan. Tugas dan wewenang MPR diatur dalam UUD 1945 
dan Ketetapan MPR No.1/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib MPR 
Adapun Tugas MPR diatur dalam pasal 3 dan pasal 6 UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan 
MPR No.1/MPR/1983, meliputi : 
a. Menetapkan Undang-Undang Dasar. 
UUD 1945 ditetapkan oleh suatu Lembaga Negara yang bernama Konstituante atau sidang 
pembuat UUD 1945. Dalam pasal 186 konstitusi tersebut dikatakan bahwa Konstituante 
bersama-sama dengan pemerintah secepatnya menetapkan Konstitusi Republik. 
b. Menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. 
MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dengan jumlah yang cukup besar tidak 
mungkin setiap hari menjalankan sidang. Akan tetapi dibawah majelis ini terdapat Lembaga- 
Lembaga lain seperti Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPA, MA dan Badan Pemeriksa 
Keuangan.Supaya lembaga ini tidak melakukan tindakan semaunya sendiri maka Majelis 
menetapkan bermacam-macam pedoman yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh lembaga 
tersebut. Disamping UUD 1945 pedoman tersebut dituangkan pula dalam GBHN. 
c. Memilih (mengangkat) Presiden dan Wakil Presiden. 
Hal ini diatur dalam pasal 6 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden 
dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak”. Ketentuan ini kemudian dilengkapi dengan 
Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 
Republik Indonesia. 
Adapun wewenang MPR meliputi sembilan macam yaitu : 
a. Mebuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh Lembaga Negara yang lain. 
b. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan Majelis. 
c. Menyelesaikan pemilihan dan mengangkat Presiden dan Wapres. 
d. Meminta pertanggung jawaban dari Presiden mengenai GBHN. 
e. Memberhentikan Presiden apabila melanggar UUD 1945/Haluan Negara. 
f. Mengubah Undang-Undang Dasar. 
g. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis. 
h. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan anggota. 
i. Mengambil keputusan terhadap anggota yang melanggar janji anggota.
MPR Pasca Amandemen UUD 1945 
UUD 1945 hasil amandemen secara jelas menetapkan perubahan mengenai kewenangan dan 
komposisi MPR. Dampak perubahan tersebut telah menyebabkan MPR kehilangan 
kedudukan sebagai lembaga tertinggi Negara. 
Perbedaan kewarganegaraan dan komposisi MPR pasca amandemen UUD 1945 sangat 
sinifikan khususnya untuk pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Sebelum amandemen pasal ini 
menyebutkan kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. 
Setelah diamandemen pasal telah diubah menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan 
dilakukan sepenuhny menurut Undang-Undang Dasar. 
1. Keanggotaan MPR 
UUD 1945 pasca amandemen menyatakan menyatakan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR 
dan anggota DPD, yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan 
undang-undang. Ketentuan ini mengimplikasikan pengaturan struktur MPR sangat stesifik 
terutama karena tidak ada anggota MPR yang diangkat. 
Dalam undang-undang No.22 tahun 2003 tentang Susduk, pasal 2 mempertegas ketentuan 
UUD 1945 setelahperubahan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih 
melalui pemilihan umum. Selanjutnya dalam pasal 3 UU susduk di jelaskan bahwa 
keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden. Masa jabatan juga ditentukan 
dalam pasal 4 UU No.22. 
Ketentuan mengenai MPR didalam UUD 1945 maupun UU susduk menjelaskan beberapa hal 
penting. Pertama, keanggotaan MPR merupakan anggota dari dua institusi yang berbeda dn 
mandiri. Kedua institusi tersebut memiliki tugas, wewenang dan alat kelengkapan sendiri. 
2. Tugas dan Wewenang MPR 
Tugas dan wewenang MPR mengalami perubahan setelah perubahan UUD 1945. Sebelum 
perubahan MPR merupakan lembaga tertinggi Negara. Kekuasaannya tidak terbatas, namun 
setelah perubahan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi Negara dan kewenangannya juga 
terbatas. 
Sesuai pasal 11 Undang-Undang No.22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, 
DPR, DPD dan DPRD. 
tugas dan wewenang MPR adalah : 
a. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. 
b. Melantik presiden dan wakil presiden dari hasil pemilu dan sidang paripurna MPR. 
c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi. 
d. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden berhenti. 
e. Menetapkan Peraturan dan Kode Etik MPR. 
f. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan.
3. Alat- alat Kelengkapan MPR 
Alat Kelengkapan Majelis meliputi : 
a. Pimpinan Majelis 
Pimpinan majelis merupakan satu kesatuan Pimpinan yang bersifat kolektif. Pimpinan 
majelis yang terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua yang mencerminkan unsur 
DPR dan DPD yang dipilih dari dan anggota majelis dalam rapat paripurna 
Tata Cara Pemilihan Pimpinan Majelis 
· Calon Pemimpin Majelis dipilih dari dan oleh anggota Majelis 
· Calon Pemimpin Majelis berjumlah empat orang yang terdiri dari dua dari unsur DPR 
dan dua dari DPD 
· Empat orang yang mendapat suara terbanyak ditetapkan menjadi ketua dan yang tiga 
menjadi wakil ketua 
· Ketua dan Wakil Ketua Majelis diresmikan dengan Keputusan Majelis 
Tugas Pimpinan Majelis 
· Memimpin rapat-rapat Majelis 
· Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja 
· Menyiapkan rancangan sidang 
· Menjadi juru bicara Majelis 
· Menjaga ketertiban dalam rapat 
Wewenang Pimpinan Majelis 
· Anggota Pimpinan Majelis berwewenang bertindak atas nama Pimpinan Majelishanya 
dalam hal yang bersifat protokoler 
· Pimpinan Majelis tidak berwenang mengeluarkan statemen politik atas nama Majelis 
dan jabatannya kecuali ditugaskan Majelis 
b. Panitia Ad Hoc Majelis 
Panitia Ad Hoc Majelis merupakan alat kelengkapan Majelis yang dibentuk oleh Majelis 
untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperlukan dalam sidang Majelis. 
Panitia Ad Hoc Majelis terdiri atas Pimpinan Majelis dan sekurang-kurangnya 35 orang dan 
sebanyak-banyaknya 70 orang yang susunannya mencerminkan secara proporsional unsur 
DPR dan DPD. 
c. Badan Kehormatan Majelis 
Badan Kehormatan Majelis merupakan alat kelengkapan mMajelis yang dibentuk oleh 
Majelis. 
Tugas dan wewenang Badan Kehormatan Majelis 
· Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran tata tertib Majelis dan kode etik 
anggota Majelis 
· Memanggil anggota yang bersangkutan untuk memberikan pemjelasan tentang 
pelanggaran yang dilakukan
· Memanggil pelapor, saksi/ pihak lain yang terkait untuk dimintai keterangan dan bukti 
lain 
· Memutuskan pemberian sanksi sesuai dengan tata tertib Majelis dan kode etik anggota 
Majelis 
d. Alat Kelengkapan lain bila diperlukan 
Apabila alat kelengkapan Majelis tidak dapat menampung pekerjaan yang ditugaskanoleh 
Rapat Majelis, Pemimpin Majelis dengan disetujui anggota majelis dapat membentuk alat 
kelengkapan baru untuk melaksanakan tugas sesuai hasil Rapat dan Putusan Majelis.
BAB III 
PENUTUP 
KESIMPULAN 
Hak dan Kewajiban MPR 
Hak MPR Pasca Amandemen UUD 1945 
Hak MPR yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang No.22 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) 
adalah : 
a. Mengajukan usul perubahan pasal undang-undang dasar 
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan 
c. Memilih dan dipilih 
d. Membela diri 
e. Imunitas 
f. Protokoler 
g. Keuangan dan administrative 
Kewajiban MPR pasca amandemen UUD 1945 
Kewajiban MPR berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mencakup : 
a. Mengamalkan pancasila 
b. Melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan 
c. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional 
d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan 
golongan 
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah 
Sidang dan Keputusan MPR 
UU No.22 Tahun 2003 pasal 14 ayat 1 sampai 4 mengatur tentang mekanisme persidangan 
MPR sebagai berikut : 
a. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota Negara 
b. Sidang MPR sah bila dihadiri : 
· Sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota MPR untuk memutuskan usul DPR untuk 
memberhentikan presiden dan wakil presiden 
· Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan 
UUD 1945 
· Sekurang-kurangnya 50% +1 dari jumlah anggota MPR untuk selain sidang-sidang 
sebagaimana dimaksud diatas 
c. Tata cara penyelenggaraan sidang sebagaimana diatur pada ayat 1, 2, dan3 dalam 
peraturan tata tertipb MPR
Macam-macam Rapat MPR antara lain : 
a. Rapat Paripurna (Rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota MPR) 
b. Rapat Pimpinan (Rapat yang dihadiri oleh seluruh pimpinan MPR) 
c. Rapat Badan Pekerja 
d. Rapat Komisi (Pembagian tugas) 
e. Rapat Gabungan antara Pimpinan dengan Pimpinan Komisi 
f. Rapat Panitia Ad Hoc 
g. Rapat Fraksi (Kelompok Partai) 
Putusan MPR 
a. Putusan dimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2 dan 3 ditetapkan dengan persetujuan 
sekurang-kurngnya 2/3 dari jumlah anggota MPR yang hadir 
b. Putusan bagaimana dimaksud pada pasal 2dan 3 ditetapkan dengan persetujuan 50% + 
1 dari seluruh jumlah MPR 
c. Putusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2 dan 3 ditetapkan dengan suara 
terbanyak 
d. Sebelum mengambil keputusan dengan suara yang terbanyak sebagaimana dimaksud 
pada ayat 3 terlebih dahulu diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah 
untuk mencapai mufakat 
Bentuk-bentuk Putusan MPR : 
a. Perubahan Undang-Undang Dasar adalah putusan Majelis 
· Mempunyai kekuatan hokum sebagai UUD 
· Tidak menggunakan nomor putusan Majelis 
b. Ketetapan MPR adalah putusan Majelis 
· Berisi arah kebijakan penyelenggaraan Negara 
· Mempunyai kekuatan hukum mengikat kedalam dan keluar Majelis 
· Menggunakan nomor putusan Majelis 
c. Keputusan MPR adalah putusan Majelis 
· Berisi aturan/ketentuan intern Majelis 
· Menggunakan nomor putusan Majelis
PROSES PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESI 
Di susun oleh: 
PUTRI ANDRIANI 
VIII-7 
SMP NEGERI 2 RAHA 
2014
DAFTAR ISI: 
BAB I PENDAHULUAN: 
A. KATA PENGANTAR 
B. LANDASAN BERPIKIR 
C. RUMUSAN MASALAH 
BAB II: 
A. PEMBAHASAN 
BAB III: 
A. KESIMPULAN 
B. SARAN-SARAN 
C. KAJIAN PUSTAKA
KATA PENGANTAR 
DENGAN MEMANJATKAN PUJI DAN SYUKUR KEPADA ALLAH SWT. Saya dapat 
menyelesaikan makalah yang berjudul “ PROSES PELAKSANAAN PEMILU DI 
INDONESIA” dengan lancar. 
makalah ini saya susun dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan kita tentang 
proses pelaksanaan pemilu di Indonesia. Selain itu makalah ini bertujuan untuk merangkum 
proses pelaksanaan pemilu yang ada di Indonesia. 
Semoga makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi para pembaca. 
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan penyusun juga membutuhkan 
kritik dan saran agar saya dapat memperbaikinya. 
Terima kasih. 
Penyusun:

More Related Content

What's hot

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Ibanez Sofadella
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Uiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Idik Saeful Bahri
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Nugroho Ariwibowo
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`HIMA KS FISIP UNPAD
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
Nur Fitrianna Damayanti
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
rakyathukum
 
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismLatar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Isnaldi Utih
 
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
Abid Zamzami
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukumKau Hatiku
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
FKP2B Cikarang
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIABayu Rizky Aditya
 
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanTeori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanAdhi Panjie Gumilang
 
Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945
Lestari Moerdijat
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 

What's hot (20)

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
 
Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
 
Teori Kedaulatan
Teori KedaulatanTeori Kedaulatan
Teori Kedaulatan
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
 
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismLatar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
 
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanTeori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
 
Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 

Similar to Makalah mpr

Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 
Administrasi Negara
Administrasi NegaraAdministrasi Negara
Administrasi Negara
Siti Sahati
 
UTS HTLN
UTS HTLN UTS HTLN
UTS HTLN
Bertony Ino
 
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
LuhAriyani1
 
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptxPPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
LuhAriyani1
 
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptxKonstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
MichelleAngely
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikannovianafarida
 
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptxppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ZaxyKentBL11
 
Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14
purdiyanto -
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Belum Kerja
 
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Operator Warnet Vast Raha
 
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Winarto Winartoap
 
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
Suprijanto Rijadi
 
Uu nomor 17 tahun 2014
Uu nomor 17 tahun 2014Uu nomor 17 tahun 2014
Uu nomor 17 tahun 2014
ary-red78
 
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesiaKedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
ChoujiEriko
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiumyogaprasetya
 
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Majelis Permusyawaratan RakyatMajelis Permusyawaratan Rakyat
Majelis Permusyawaratan RakyatAditya Hardiyanto
 

Similar to Makalah mpr (20)

Makalah mpr
Makalah mprMakalah mpr
Makalah mpr
 
Uu 04 1999
Uu 04 1999Uu 04 1999
Uu 04 1999
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
Administrasi Negara
Administrasi NegaraAdministrasi Negara
Administrasi Negara
 
UTS HTLN
UTS HTLN UTS HTLN
UTS HTLN
 
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
615952053-PPT-PRESENTASI-SEJARAH-KONSTITUSI.pptx
 
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptxPPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
PPT-PRESENTASI KONSTITUSI dan SISTEM POLITIK.pptx
 
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptxKonstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
 
Pkn welly
Pkn wellyPkn welly
Pkn welly
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikan
 
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptxppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
 
Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
 
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerin...
 
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
 
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
 
Uu nomor 17 tahun 2014
Uu nomor 17 tahun 2014Uu nomor 17 tahun 2014
Uu nomor 17 tahun 2014
 
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesiaKedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan indonesia
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
 
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Majelis Permusyawaratan RakyatMajelis Permusyawaratan Rakyat
Majelis Permusyawaratan Rakyat
 

More from Septian Muna Barakati

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
Septian Muna Barakati
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
Septian Muna Barakati
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
Septian Muna Barakati
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
Septian Muna Barakati
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Septian Muna Barakati
 
Faktor
FaktorFaktor
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
Septian Muna Barakati
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
Septian Muna Barakati
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
Septian Muna Barakati
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
Septian Muna Barakati
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
Septian Muna Barakati
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
Septian Muna Barakati
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah mpr

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Jakarta, 6 Maret 2003 MPR sekarang harus sesuai dengan ketentuan perubahan UUD 1945 Kedudukan, tugas, dan wewenang MPR hasil Pemilu 1999 harus sesuai dengan ketentuan Perubahan UUD 1945, sehingga Peraturan Tata Tertib MPR harus diubah dan disesuaikan dengan kedudukan, tugas, dan wewenang MPR menurut Perubahan UUD 1945. Demikian pendapat pakar hukum tata negara A. Mukhtie Fajar dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Panitia Ad Hoc (PAH) II Badan Pekerja (BP) MPR di Gedung Nusantara IV MPR/DPR dalam rangka Penyesuaian Perubahan Tata Tertib MPR terhadap UUD 1945, Kamis (6/3) siang. Rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua PAH II Rambe Kamarulzaman itu menghadirkan dua pakar hukum tata negara yaitu A. Mukhtie Fajar dan Himawan Estu Bagijo. Kepada Anggota PAH II, Mukhtie mengungkapkan, karena MPR baru menurut Perubahan UUD 1945 belum terbentuk, maka MPR yang sekarang (MPR hasil Pemilu 1999) menurut Pasal II Aturan Peralihan Perubahan UUD 1945 masih berfungsi, dengan catatan sepanjang untuk melaksanakan ketentuan UUD. Mukhtie menjelaskan, berarti MPR sekarang hanya berfungsi untuk melaksanakan tugas dan wewenang MPR sesuai dengan ketentuan Perubahan UUD 1945, bukan tugas dan wewenang MPR sebelum Perubahan UUD 1945. Oleh karena itu, dengan sendirinya MPR harus mengubah Peraturan Tata Tertib persidangannya dan disesuaikan dengan kedudukan, tugas dan wewenang MPR menurut Perubahan UU1945, meskipun berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945, Tata Tertib MPR yang ada (Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 dengan perubahan yang terakhir melalui Ketetapan MPR No. V/MPR/2002) masih tetap berlaku sepanjang belum diadakan yang baru. Selain itu, Mukhtie berpendapat, keharusan MPR untuk menyesuaikan Peraturan Tata Tertib persidangannya juga telah diamanatkan oleh Pasal 3 Ketetapan MPR No. III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003 yang berbunyi: menugaskan kepada Badan Pekerja MPR RI untuk menyesuaikan Peraturan Tata Tertib MPR RI dengan UUD 1945. Dengan demikian, perubahan Peraturan Tata Tertib MPR adalah sangat relevan dan bahkan merupakan suatu keharusan, karena Peraturan Tata Tertib yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kedudukan, tugas, dan wewenang MPR menurut UUD 1945 yang telah mengalami perubahan, Perubahan yang bersifat menyeluruh terhadap Peraturan Tata Tertib MPR, menurut Mukhtie, diperlukan untuk MPR hasil Pemilu 2004 yang disesuaikan dengan ketentuan Perubahan UUD 1945 dan Undang-Undang organik tentang MPR (Undang-Undang Susduk MPR, DPR,
  • 2. DPD, dan DPRD). Tentang Sidang Tahunan MPR Tahun 2003 dan kemungkinan persidangan lainnya sebelum terbentuknya MPR hasil Pemilu 2004, Mukhtie mengingatkan, perlu diantisipasi adanya Sidang Istimewa MPR karena penerapan Pasal 7B ayat (6) dan (7) mengenai peranan Mahkamah Konstitusi yang dijalankan oleh Mahkamah Agung. MPR Tetap Lembaga Negara Tertinggi Berbeda dengan pendapat A. Mukhtie Fajar bahwa kedudukan MPR harus disesuaikan dengan Perubahan UUD 1945 dan bukan lagi merupakan lembaga tertinggi Negara.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan awal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai cikal-bakal twerbentuknya majelis menjadi sangat penting dilakukan untuk memahami konteksnya dalam UUD 1945. Demikian juga halnya dengan MPR sebagai lembaga tertinggi Negara. Walaupun demikian masih ada satu ketentuan yang sekurang-kurangnya masih dapat dijadikan pegangan atau petunjuk. Hal ini terdapat dalam pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) ditambah dengan utusan-utusan atau ditetapkan dengan undang-undang”. Dengan mengadakan tafsiran yang luas maka ketentuan diatas mengandung arti pula, bahwa MPR akan diatur lebih lahjut dengan undang-undang. Dari uraian tersebut penting bagi kita untuk mengetahui pembentukan MPR. Kita perlu meninjau lebih dahulu cara pengisiannya, untuk mengetahui cara perngisiannya untuk itu kita perlu mengetahui susunannya. Susunan MPR diatur dalam Undang-Undang No.2/1985 tentang perubahan atas Undang-Undang No.16/1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. MPR Sebelum Amandemen UUD 1945 Setruktur , fungsi, wewenang, dan keanggotaan MPR sebelum amandemen UUD 1945. Uraian tersebut terutama difokuskan pada pembahasan tentang keanggotaan, susunan dan kedudukan, serta wewenang MPR RI sesuai UUD 1945 1. Keanggotaan MPR RI Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.2/1985, dikatakan bahwa jumlah anggota MPR dua kali lipat jumlah anggota DPR, yaitu anggota DPR 500 orang dan anggota MPR 1000 orang Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang diatas, MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan Utusan Daerah, Utusan Organisasi Kekuatan Sosial Politik peserta pemilu, dan Golongan Karya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Serta Utusan golongan-golongan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 Dalam pasal 2 Undang-Undang No.16/1969 setelah dirubah terakhir dengan Undang-Undang No.2/1985 ditentukan syarat-syarat menjadi Utusan Daerah sebagai berikut : a. Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 tahun serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Dapat berbahasa Indonesia dan cakap menulis dan membaca huruf latin. c. Setia kepada Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Dasar Negara dan Ideologi Nasional. d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang PKI dan anggota terlarang lainnya.
  • 4. e. Tidak sedang dicabut hak pilihnya. f. Tidak terganggu jiwanya. Keanggotaan MPR terdiri atas : 1. Hasil pemilu 7 juli 1999 (UU No.4/1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD) : a. Anggota DPR sebanyak 500 orang terdiri atas : · Pemilihan parpol beserta pemilu sebanyak 462 orang · Pengangkatan TNI/Polri 38 orang b. Anggota tambahan terdiri atas : · Utusan Daerah sebanyak 135 orang · Utusan golongan sebanyak 65 orang 2. Hasil pemilu 5 april 2004 (pasal 2 (1) UUD 1945) : a. DRP sebanyak 550 orang b. DPD sebanyak 1/3 X 550 orang = 183 orang 2. Susunan dan Kedudukan MPR RI Adapun susunan MPR diatur dalam Undang-Undang No.16/1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Menurut pasal 1 ayat (1) undang-undang diatas Majelis ini terdiri atas anggota DPR ditambah utusan dari Daerah, Golongan Politik dan Golongan Karya. Mengenai utusan daerah perlu disoroti khusus masalah Gubernur/Kepala Daerah yang harus dipilih sebagai utusan daerah. Menurut pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No.16/1969 utusan daerah termaksud Gurbernur/Kepala Daerah dipilih oleh DPRD Tingkat I. Namun muncul pertanyaa tentang dipilihnya Gubernur sebagai utusan daerah untuk menjadi anggota MPR . Menurut pendapat Prof. DR. Sri Soemantri, SH, hal itu tidak sesuai dengan arti yang terdapatdalam perkataan “memilih” atau “dipilih”. Dalam pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No.16/1969setelah diubah dengan Undang-Undang No.2/1985 ditentukan, bahwa jumlah anggota tambahan MPR yang berkedudukan sebagai utusan daerah sekurang-kurangnya 4 orang dan sebanyak-banyaknya 8 orang untuk tiap-tiap daerah tingkat I, dengan ketentuan : a. Daerah Tingkat I yang berpenduduk kurang dari 1.000.000 orang mendapat 4 orang utusan. b. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 1.000.000 orang sampai 5.000.000 orang mendapat 5 orang utusan. c. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 5.000.000 orang sampai 10.000.000 orang mendapat 6 orang utusan. d. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 10.000.000 orang sampai 15.000.000 orang mendapat 7 orang utusan.
  • 5. e. Daerah Tingkat I yang berpenduduk 15.000.000 orang keatas mendapat 8 orang utusan. 3. Tugas dan Wewenang MPR RI Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Kedauatan yang ada ditangan rakyat dilakukan sepeuhnya oleh MPR”. Artinya pelaksanaan kedauatan rakyat dinegara Republik Indonesia berada dalam satu tangan atau badan. Tugas dan wewenang MPR diatur dalam UUD 1945 dan Ketetapan MPR No.1/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Adapun Tugas MPR diatur dalam pasal 3 dan pasal 6 UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan MPR No.1/MPR/1983, meliputi : a. Menetapkan Undang-Undang Dasar. UUD 1945 ditetapkan oleh suatu Lembaga Negara yang bernama Konstituante atau sidang pembuat UUD 1945. Dalam pasal 186 konstitusi tersebut dikatakan bahwa Konstituante bersama-sama dengan pemerintah secepatnya menetapkan Konstitusi Republik. b. Menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dengan jumlah yang cukup besar tidak mungkin setiap hari menjalankan sidang. Akan tetapi dibawah majelis ini terdapat Lembaga- Lembaga lain seperti Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPA, MA dan Badan Pemeriksa Keuangan.Supaya lembaga ini tidak melakukan tindakan semaunya sendiri maka Majelis menetapkan bermacam-macam pedoman yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Disamping UUD 1945 pedoman tersebut dituangkan pula dalam GBHN. c. Memilih (mengangkat) Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini diatur dalam pasal 6 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak”. Ketentuan ini kemudian dilengkapi dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Adapun wewenang MPR meliputi sembilan macam yaitu : a. Mebuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh Lembaga Negara yang lain. b. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan Majelis. c. Menyelesaikan pemilihan dan mengangkat Presiden dan Wapres. d. Meminta pertanggung jawaban dari Presiden mengenai GBHN. e. Memberhentikan Presiden apabila melanggar UUD 1945/Haluan Negara. f. Mengubah Undang-Undang Dasar. g. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis. h. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan anggota. i. Mengambil keputusan terhadap anggota yang melanggar janji anggota.
  • 6. MPR Pasca Amandemen UUD 1945 UUD 1945 hasil amandemen secara jelas menetapkan perubahan mengenai kewenangan dan komposisi MPR. Dampak perubahan tersebut telah menyebabkan MPR kehilangan kedudukan sebagai lembaga tertinggi Negara. Perbedaan kewarganegaraan dan komposisi MPR pasca amandemen UUD 1945 sangat sinifikan khususnya untuk pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Sebelum amandemen pasal ini menyebutkan kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Setelah diamandemen pasal telah diubah menjadi “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhny menurut Undang-Undang Dasar. 1. Keanggotaan MPR UUD 1945 pasca amandemen menyatakan menyatakan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD, yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Ketentuan ini mengimplikasikan pengaturan struktur MPR sangat stesifik terutama karena tidak ada anggota MPR yang diangkat. Dalam undang-undang No.22 tahun 2003 tentang Susduk, pasal 2 mempertegas ketentuan UUD 1945 setelahperubahan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Selanjutnya dalam pasal 3 UU susduk di jelaskan bahwa keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden. Masa jabatan juga ditentukan dalam pasal 4 UU No.22. Ketentuan mengenai MPR didalam UUD 1945 maupun UU susduk menjelaskan beberapa hal penting. Pertama, keanggotaan MPR merupakan anggota dari dua institusi yang berbeda dn mandiri. Kedua institusi tersebut memiliki tugas, wewenang dan alat kelengkapan sendiri. 2. Tugas dan Wewenang MPR Tugas dan wewenang MPR mengalami perubahan setelah perubahan UUD 1945. Sebelum perubahan MPR merupakan lembaga tertinggi Negara. Kekuasaannya tidak terbatas, namun setelah perubahan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi Negara dan kewenangannya juga terbatas. Sesuai pasal 11 Undang-Undang No.22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. tugas dan wewenang MPR adalah : a. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. b. Melantik presiden dan wakil presiden dari hasil pemilu dan sidang paripurna MPR. c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi. d. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden berhenti. e. Menetapkan Peraturan dan Kode Etik MPR. f. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan.
  • 7. 3. Alat- alat Kelengkapan MPR Alat Kelengkapan Majelis meliputi : a. Pimpinan Majelis Pimpinan majelis merupakan satu kesatuan Pimpinan yang bersifat kolektif. Pimpinan majelis yang terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua yang mencerminkan unsur DPR dan DPD yang dipilih dari dan anggota majelis dalam rapat paripurna Tata Cara Pemilihan Pimpinan Majelis · Calon Pemimpin Majelis dipilih dari dan oleh anggota Majelis · Calon Pemimpin Majelis berjumlah empat orang yang terdiri dari dua dari unsur DPR dan dua dari DPD · Empat orang yang mendapat suara terbanyak ditetapkan menjadi ketua dan yang tiga menjadi wakil ketua · Ketua dan Wakil Ketua Majelis diresmikan dengan Keputusan Majelis Tugas Pimpinan Majelis · Memimpin rapat-rapat Majelis · Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja · Menyiapkan rancangan sidang · Menjadi juru bicara Majelis · Menjaga ketertiban dalam rapat Wewenang Pimpinan Majelis · Anggota Pimpinan Majelis berwewenang bertindak atas nama Pimpinan Majelishanya dalam hal yang bersifat protokoler · Pimpinan Majelis tidak berwenang mengeluarkan statemen politik atas nama Majelis dan jabatannya kecuali ditugaskan Majelis b. Panitia Ad Hoc Majelis Panitia Ad Hoc Majelis merupakan alat kelengkapan Majelis yang dibentuk oleh Majelis untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperlukan dalam sidang Majelis. Panitia Ad Hoc Majelis terdiri atas Pimpinan Majelis dan sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyaknya 70 orang yang susunannya mencerminkan secara proporsional unsur DPR dan DPD. c. Badan Kehormatan Majelis Badan Kehormatan Majelis merupakan alat kelengkapan mMajelis yang dibentuk oleh Majelis. Tugas dan wewenang Badan Kehormatan Majelis · Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran tata tertib Majelis dan kode etik anggota Majelis · Memanggil anggota yang bersangkutan untuk memberikan pemjelasan tentang pelanggaran yang dilakukan
  • 8. · Memanggil pelapor, saksi/ pihak lain yang terkait untuk dimintai keterangan dan bukti lain · Memutuskan pemberian sanksi sesuai dengan tata tertib Majelis dan kode etik anggota Majelis d. Alat Kelengkapan lain bila diperlukan Apabila alat kelengkapan Majelis tidak dapat menampung pekerjaan yang ditugaskanoleh Rapat Majelis, Pemimpin Majelis dengan disetujui anggota majelis dapat membentuk alat kelengkapan baru untuk melaksanakan tugas sesuai hasil Rapat dan Putusan Majelis.
  • 9. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Hak dan Kewajiban MPR Hak MPR Pasca Amandemen UUD 1945 Hak MPR yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang No.22 Tahun 2003 pasal 12 ayat (1) adalah : a. Mengajukan usul perubahan pasal undang-undang dasar b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan c. Memilih dan dipilih d. Membela diri e. Imunitas f. Protokoler g. Keuangan dan administrative Kewajiban MPR pasca amandemen UUD 1945 Kewajiban MPR berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mencakup : a. Mengamalkan pancasila b. Melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan c. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah Sidang dan Keputusan MPR UU No.22 Tahun 2003 pasal 14 ayat 1 sampai 4 mengatur tentang mekanisme persidangan MPR sebagai berikut : a. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota Negara b. Sidang MPR sah bila dihadiri : · Sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota MPR untuk memutuskan usul DPR untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden · Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan UUD 1945 · Sekurang-kurangnya 50% +1 dari jumlah anggota MPR untuk selain sidang-sidang sebagaimana dimaksud diatas c. Tata cara penyelenggaraan sidang sebagaimana diatur pada ayat 1, 2, dan3 dalam peraturan tata tertipb MPR
  • 10. Macam-macam Rapat MPR antara lain : a. Rapat Paripurna (Rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota MPR) b. Rapat Pimpinan (Rapat yang dihadiri oleh seluruh pimpinan MPR) c. Rapat Badan Pekerja d. Rapat Komisi (Pembagian tugas) e. Rapat Gabungan antara Pimpinan dengan Pimpinan Komisi f. Rapat Panitia Ad Hoc g. Rapat Fraksi (Kelompok Partai) Putusan MPR a. Putusan dimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2 dan 3 ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurngnya 2/3 dari jumlah anggota MPR yang hadir b. Putusan bagaimana dimaksud pada pasal 2dan 3 ditetapkan dengan persetujuan 50% + 1 dari seluruh jumlah MPR c. Putusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2 dan 3 ditetapkan dengan suara terbanyak d. Sebelum mengambil keputusan dengan suara yang terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat 3 terlebih dahulu diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat Bentuk-bentuk Putusan MPR : a. Perubahan Undang-Undang Dasar adalah putusan Majelis · Mempunyai kekuatan hokum sebagai UUD · Tidak menggunakan nomor putusan Majelis b. Ketetapan MPR adalah putusan Majelis · Berisi arah kebijakan penyelenggaraan Negara · Mempunyai kekuatan hukum mengikat kedalam dan keluar Majelis · Menggunakan nomor putusan Majelis c. Keputusan MPR adalah putusan Majelis · Berisi aturan/ketentuan intern Majelis · Menggunakan nomor putusan Majelis
  • 11. PROSES PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESI Di susun oleh: PUTRI ANDRIANI VIII-7 SMP NEGERI 2 RAHA 2014
  • 12. DAFTAR ISI: BAB I PENDAHULUAN: A. KATA PENGANTAR B. LANDASAN BERPIKIR C. RUMUSAN MASALAH BAB II: A. PEMBAHASAN BAB III: A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN C. KAJIAN PUSTAKA
  • 13. KATA PENGANTAR DENGAN MEMANJATKAN PUJI DAN SYUKUR KEPADA ALLAH SWT. Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PROSES PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESIA” dengan lancar. makalah ini saya susun dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan kita tentang proses pelaksanaan pemilu di Indonesia. Selain itu makalah ini bertujuan untuk merangkum proses pelaksanaan pemilu yang ada di Indonesia. Semoga makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi para pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan penyusun juga membutuhkan kritik dan saran agar saya dapat memperbaikinya. Terima kasih. Penyusun: