SlideShare a Scribd company logo
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
EMISI GAS BUANG
MOTOR BAKAR TORAK
Yoga Witjaksono
1121400040
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
JANUARI 201
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan,
termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang
meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-
paru akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di
Indonesia tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan
jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran
pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai
wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker
paru-paru.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi
udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya
berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor
akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat
marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi,
misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan
saluran pernapasan menahun.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dalam karya ilmiah ini akan diangkat permasalahan:
1. Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi.
2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang.
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi emisi gas buang
Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya mencemari udara
di langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota metropolis ini. Makanya, Pemda DKI
lantas mengumumkan Program Langit Biru. Suatu kerangka kerja berisi ajakan kepada
pengguna kendaraan bermesin untuk secara rutin memeriksakan tingkat emisi gas buang dari
kendaraannya dan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan alias berkadar timbal
rendah. Sebegitu runyamkah urusan gas buang ini sampai-sampai harus dibuat regulasi baru?
Jawabnya tentu saja ya. Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi
kimia atmosfir secara signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di bumi.
Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal mesin mengandung CO2, NO2,
SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan
udara dan menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi
kimia atmosfir bumi. Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari cerobong kapal
ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level
ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi. Pengukuran
satelit terhadap kandungan NO2 dari Global Ozone Monitoring Experiment (GOME) di atas
Samudra Hindia dan dari Instrument Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for
Atmospheric Cartography (SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut
Merah dan Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini.
2.2. Penyebab emisi gas buang
Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%. Tidak
semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik
pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan.
Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil),
perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
Gambar 2.1 Asap tebal dari pembuangan metromini
(Sumber: http://otorider.net/kandungan-emisi-gas-buang-kendaraan/)
Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum terdapat alat untuk
mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas pada emisi yang dihasilkan oleh
kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang
terdapat saat ini baik di tepi jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi
konsentrasi dari CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.
Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh
permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh
efek rumah kaca. Efek rumah kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar
matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh
"selimut" dari gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O(nitrogen dioksida), PFCS
(perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6(sulfurheksafluorida). Hubungan
perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global adalah efek rumah kaca
menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat menyebabkan perubahan iklim.
Hubungan di antara ketiganya adalah hubungan sebab-akibat.
Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi hal terhangat yang paling
banyak dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bahkan telah dilakukan konferensi rutin tentang
perubahan iklim yang diikuti oleh negara-negara di seluruh dunia. Di dalam konferensi
tersebut membahas mengenai penyebab dan cara untuk mengatasi maupun mengurangi
perubahan iklim yang terjadi di bumi kita ini.
2.3. Dampak emisi gas buang
Sistem transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam mendukung
dinamika kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu meningkat dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi
memberikan kontribusi 2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin
tinggi kepadatan lalu lintas akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang
diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin
untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia
Lingkungan, 2007).
Gambar 2.2 Kemacetan di ibukota
(Sumber: https://www.liputan6.com/health/read/3287179/polusi-udara-dapat-menyebabkan-
penyakit-kardiovaskular)
Terjadinya kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas karbonmonoksida (CO)
karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak
mengalami kemacetan. Paparan tersebut yang memberikan beban kepada masyarakat di
sekitar jalan, baik pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan,
karena mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap harinya. Gangguan sesak napas,
pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan tingkat kecerdasan merupakan
dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap tubuh manusia. Masyarakat yang
memiliki risiko paling tinggi adalah mereka yang memiliki aktivitas tinggi di sekitar jalan
(pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar jalan, dan sopir). Kelompok masyarakat
tersebut memiliki kerentanan tinggi dari paparan gas karbon monoksida (CO).
2.4. Solusi emisi gas buang
Pelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian utama negara-negara di dunia saat
ini. Isu lingkungan hidup dan pemanasan global memang menjadi fokus perhatian di banyak
negara. Pasalnya emisi gas buang kendaraan bermotor menghasilkan beberapa jenis zat yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SO2) dan
oksida nitrogen (No2). Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang kendaraan pun
diluncurkan guna menciptakan dunia yang sehat. Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi dalam hal ini keputusan menteri yang
berkaitan tentang baku mutu emisi di tanah air. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor, kandungan CO pada mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000
ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan
menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam
pembakaran yang sempurna, CO2 harus tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari
tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin. Pada mesin mobil generasi lama, pencampuran
bahan bakar dengan udara diproses oleh karburator. Kelemahan mesin kendaraan karburator,
akurasi campuran (bahan bakar dan udara) umumnya rendah karena kondisi permukaan
bahan bakar dalam float chamber carburator mempengaruhi rasio campurannya. Sementara
pada mesin kendaraan modern sudah menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan
manajemen EFI (electronic fuel injection) atau ECI-Multi (multi-point fuel injection). ECI-
Multi atau EFI bekerja secara computerized dalam mengatur campuran bahan bakar dengan
udara atas informasi dari beberapa sensor, mengatur saat pembakaran (ignition timing) dan
tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit).
Kendaraan yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas buang
dengan perangkat EGR (exhaust gas recyrculating). Selain penemuan terbaru pada sistem
pembakaran, saat ini pula dikembangkan sarana transportasi mobil hibrida yang hemat
energi. Lahirnya konsep mobil hibrida bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan
bahan bakar minyak (BBM) yang menghasilkan gas CO2. Gas buangan hasil pembakaran
kendaraan bermotor memberikan kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil.
Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida
ini sangat diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi CO2 ke lingkungan.
Teknologi hibrida ini sebagaimana namanya, adalah sebuah teknologi yang mencangkok atau
menggabungkan dua sumber energi mobil dari BBM dan listrik yang dihasilkan dari motor
elektrik. Selain itu tidak menutup kemungkinan teknologi ini adalah gabungan penggunaan
energi baterei dan energi dari motor elektrik atau antara energi lainnya. Kombinasi sumber
energi untuk teknologi hibrida akan mewarnai teknologi eco-car di masa datang.
BAB III
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar Sumber Keterangan
Karbon monoksida
(CO)
Buangan kendaraan
bermotor; beberapa
proses industri
Standar kesehatan: 10
mg/m3 (9 ppm)
Sulfur dioksida
(SO2)
Panas dan fasilitas
pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80
ug/m3 (0.03 ppm)
Partikulat Matter Buangan kendaraan
bermotor; beberapa
proses industri
Standar kesehatan: 50
ug/m3 selama 1 tahun;
150 ug/m3
Nitrogen dioksida
(NO3)
Buangan kendaraan
bermotor; panas dan
fasilitas
Standar kesehatan: 100
pg/m3 (0.05 ppm)
selama 1 jam
Ozon (O3) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235
ug/m3 (0.12 ppm)
selama 1 jam
Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa
adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun
ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar
32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari
dalam satu tahun). Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan
tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain
itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan
pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi
udara di Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan
dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti
timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor
menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89%
hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara
Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana
mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari
sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari
ambang batas.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena
benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari
Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam
proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara
dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang
meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan
meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan
bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan
penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
Setiap kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan cara
pengoperasian mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi lebih besar
dibandingkan dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi pembakaran bahan bakar
fosil secara sempurna pada proses kendaraan bermotor.
Pada saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbon
teroksidasi, sehingga masih menyisakan hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida (CO)
dengan proporsi lebih besar.Pada kasus mobil Esemka, tingginya emisi gas hidrokarbon (HC)
dan karbonmonoksida (CO) kemungkinan disebabkan sistem pada mesin belum mampu
melakukan pembakaran secara sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC melebihi baku
mutu. Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak lebih dominan dibandingkan dengan
hidrokarbon (HC) maupun NOx.
Pengaruh
Tingginya karbon monoksida dari hasil uji emisi mobil Esemka, lebih memberikan
dampak membahayakan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC). Hidrokarbon (HC) yang
merupakan bahan bakar utama kendaraan bermotor tidak semua teroksidasi secara sempurna.
Indikasi tingginya HC pada emisi mobil Esemka menunjukkan bahwa mesin belum memiliki
kemampuan optimal dalam mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan emisi.
Di antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang
dapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon monoksida dan
timbal. Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap kehidupan manusia dan bentuk
kehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari pengaruh yang berat (mematikan) sampai
pengaruh yang ringan (menimbulkan perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udara
mempunyai kecenderungan untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit
kanker paru-paru, emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa.
Gas CO tidak berbau, tidak berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat dirasakan secara
kasat mata. Justru sifat ini yang sangat berbahaya karena manusia yang terpapar tidak
merasakan, akan tetapi akan terkena dampak secara mematikan. Senyawa CO sangat mudah
berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila dibandingkan dengan daya ikat oksigen dengan Hb,
maka daya ikat CO adalah 240 kali daya ikat oksigen.
Fungsi oksigen untuk jaringan tubuh adalah untuk pelengkap proses pembakaran yang
menghasilkan tenaga. Menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh menyebabnya turunnya tenaga yang dihasilkan oleh metabolisme sel-
sel (pertukaran zatantar sel).
Karena tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman gas CO.
keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam darah tergantikan
kendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80 ppm, maka ancaman kematian
akan besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
kesehatan masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi udara khususnya akibat
kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat
kumulatif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang pengendalian pencemaran
udara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan gas buang (uji emisi)
kendaraan bermotor baik untuk roda dua maupun roda empat (pribadi maupun dinas) dan
mensosialisasikan pentingnya perawatan kendaraan bermotor.
2. Pemerintah sebaiknya menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang
pernah dilaksanakan di Jakarta dimana seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali hanya
diperbolehkan menggunakan sepeda.
3. Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi kendaraan bermotor
dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan umum.
4. Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan bakar alternatif
yang lebih ramah lingkungan seperti CNG (Compressed Natural Gas), LPG, dan minyak
nabati.

More Related Content

What's hot

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Penataan Ruang
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...Muhamad Imam Khairy
 
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogen
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogenLaporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogen
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogenFirda Shabrina
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 
Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udarapanjinugroho
 
Penipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozonPenipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozonNeli Narulita
 
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumJoy Irman
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...Muhamad Imam Khairy
 
proses pembuatan lpg
proses pembuatan lpgproses pembuatan lpg
proses pembuatan lpgNur Hasanah
 
Pengolahan limbah gas dan b3
Pengolahan limbah gas dan b3Pengolahan limbah gas dan b3
Pengolahan limbah gas dan b3Nur Chawhytz
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...Muhamad Imam Khairy
 
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat Zuliyana Chem Eng
 
Sni 06 6989.11-2004 p-h meter
Sni 06 6989.11-2004 p-h meterSni 06 6989.11-2004 p-h meter
Sni 06 6989.11-2004 p-h meterwanta Tatik
 
Decanter - Peralatan Industri Proses
Decanter - Peralatan Industri ProsesDecanter - Peralatan Industri Proses
Decanter - Peralatan Industri ProsesAhmadRifaldhi
 

What's hot (20)

Pencemaran udara
Pencemaran udaraPencemaran udara
Pencemaran udara
 
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya da...
 
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...
 
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogen
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogenLaporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogen
Laporan praktikum 4 - penentuan ikatan hidrogen
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udara
 
Penipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozonPenipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozon
 
Process flow diagram pg
Process flow diagram pgProcess flow diagram pg
Process flow diagram pg
 
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
 
proses pembuatan lpg
proses pembuatan lpgproses pembuatan lpg
proses pembuatan lpg
 
Pengolahan limbah gas dan b3
Pengolahan limbah gas dan b3Pengolahan limbah gas dan b3
Pengolahan limbah gas dan b3
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
SNI 09-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Bergerak - Bagian 3: Cara...
 
Penentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bodPenentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bod
 
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat
Analisis Dampak Lingkungan Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat
 
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara
 
Sni 06 6989.11-2004 p-h meter
Sni 06 6989.11-2004 p-h meterSni 06 6989.11-2004 p-h meter
Sni 06 6989.11-2004 p-h meter
 
Decanter - Peralatan Industri Proses
Decanter - Peralatan Industri ProsesDecanter - Peralatan Industri Proses
Decanter - Peralatan Industri Proses
 
Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasiDistilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi
 

Similar to Makalah emisi gas buang

Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...
Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...
Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...Andrew Hidayat
 
Andrew hidayat a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...
 Andrew hidayat   a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny... Andrew hidayat   a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...
Andrew hidayat a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...Andrew Hidayat
 
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakarta
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakartaInventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakarta
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakartaJohari Mr
 
Keracunan logam berat timbal
Keracunan logam berat timbal Keracunan logam berat timbal
Keracunan logam berat timbal inayah9
 
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklimSampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklimVika Sarastya Prastiwi
 
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdf
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdfMateri-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdf
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdfAkuhuruf
 
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatanEmisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatanMuhammad Fajri
 
Polusi udara di kota besar
Polusi udara di kota besarPolusi udara di kota besar
Polusi udara di kota besarmokhalfanz
 
Polusi udara kota besar
Polusi udara kota besarPolusi udara kota besar
Polusi udara kota besarWilly Chandra
 
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraMakalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraZainal Abidin
 
Pemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptxPemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptxfina331
 
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxPPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxErkaTujuh
 

Similar to Makalah emisi gas buang (20)

Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...
Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...
Andrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran...
 
Andrew hidayat a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...
 Andrew hidayat   a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny... Andrew hidayat   a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...
Andrew hidayat a ndrew hindayat.tataruang yang tidak seimbang dan rendahny...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakarta
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakartaInventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakarta
Inventori emisi gas rumah kaca (co2 dan ch4) di dki jakarta
 
Presetasi h.p.l.
Presetasi h.p.l.Presetasi h.p.l.
Presetasi h.p.l.
 
01 arp
01 arp01 arp
01 arp
 
Pemanasan Global
Pemanasan GlobalPemanasan Global
Pemanasan Global
 
Keracunan logam berat timbal
Keracunan logam berat timbal Keracunan logam berat timbal
Keracunan logam berat timbal
 
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklimSampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim
 
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdf
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdfMateri-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdf
Materi-Taksonomi-Hijau-resize_compressed.pdf
 
Makalah polusi
Makalah polusiMakalah polusi
Makalah polusi
 
Pemanasan global
Pemanasan global Pemanasan global
Pemanasan global
 
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatanEmisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan
Emisi gas buang bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan
 
Polusi udara di kota besar
Polusi udara di kota besarPolusi udara di kota besar
Polusi udara di kota besar
 
Polusi udara kota besar
Polusi udara kota besarPolusi udara kota besar
Polusi udara kota besar
 
Knalpot Plasma
Knalpot PlasmaKnalpot Plasma
Knalpot Plasma
 
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udaraMakalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
Makalah hukum lingkungan asap kendaraan sebagai pencemaran udara
 
Pemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptxPemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptx
 
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxPPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
 

Makalah emisi gas buang

  • 1. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR TORAK Yoga Witjaksono 1121400040 INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA TANGERANG SELATAN JANUARI 201
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru- paru akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dalam karya ilmiah ini akan diangkat permasalahan: 1. Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi? 2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. 2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang.
  • 3. BAB II LANDASAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi emisi gas buang Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya mencemari udara di langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota metropolis ini. Makanya, Pemda DKI lantas mengumumkan Program Langit Biru. Suatu kerangka kerja berisi ajakan kepada pengguna kendaraan bermesin untuk secara rutin memeriksakan tingkat emisi gas buang dari kendaraannya dan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan alias berkadar timbal rendah. Sebegitu runyamkah urusan gas buang ini sampai-sampai harus dibuat regulasi baru? Jawabnya tentu saja ya. Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi kimia atmosfir secara signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di bumi. Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal mesin mengandung CO2, NO2, SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi. Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi. Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2 dari Global Ozone Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric Cartography (SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut Merah dan Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini. 2.2. Penyebab emisi gas buang Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%. Tidak semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
  • 4. Gambar 2.1 Asap tebal dari pembuangan metromini (Sumber: http://otorider.net/kandungan-emisi-gas-buang-kendaraan/) Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum terdapat alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik di tepi jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya. Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O(nitrogen dioksida), PFCS (perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6(sulfurheksafluorida). Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global adalah efek rumah kaca menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah hubungan sebab-akibat. Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi hal terhangat yang paling banyak dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bahkan telah dilakukan konferensi rutin tentang perubahan iklim yang diikuti oleh negara-negara di seluruh dunia. Di dalam konferensi tersebut membahas mengenai penyebab dan cara untuk mengatasi maupun mengurangi perubahan iklim yang terjadi di bumi kita ini.
  • 5. 2.3. Dampak emisi gas buang Sistem transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam mendukung dinamika kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi memberikan kontribusi 2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi kepadatan lalu lintas akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007). Gambar 2.2 Kemacetan di ibukota (Sumber: https://www.liputan6.com/health/read/3287179/polusi-udara-dapat-menyebabkan- penyakit-kardiovaskular) Terjadinya kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas karbonmonoksida (CO) karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan tersebut yang memberikan beban kepada masyarakat di sekitar jalan, baik pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan, karena mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap harinya. Gangguan sesak napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan tingkat kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap tubuh manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah mereka yang memiliki aktivitas tinggi di sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar jalan, dan sopir). Kelompok masyarakat tersebut memiliki kerentanan tinggi dari paparan gas karbon monoksida (CO).
  • 6. 2.4. Solusi emisi gas buang Pelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian utama negara-negara di dunia saat ini. Isu lingkungan hidup dan pemanasan global memang menjadi fokus perhatian di banyak negara. Pasalnya emisi gas buang kendaraan bermotor menghasilkan beberapa jenis zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SO2) dan oksida nitrogen (No2). Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang kendaraan pun diluncurkan guna menciptakan dunia yang sehat. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi dalam hal ini keputusan menteri yang berkaitan tentang baku mutu emisi di tanah air. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kandungan CO pada mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran yang sempurna, CO2 harus tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin. Pada mesin mobil generasi lama, pencampuran bahan bakar dengan udara diproses oleh karburator. Kelemahan mesin kendaraan karburator, akurasi campuran (bahan bakar dan udara) umumnya rendah karena kondisi permukaan bahan bakar dalam float chamber carburator mempengaruhi rasio campurannya. Sementara pada mesin kendaraan modern sudah menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan manajemen EFI (electronic fuel injection) atau ECI-Multi (multi-point fuel injection). ECI- Multi atau EFI bekerja secara computerized dalam mengatur campuran bahan bakar dengan udara atas informasi dari beberapa sensor, mengatur saat pembakaran (ignition timing) dan tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit). Kendaraan yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas buang dengan perangkat EGR (exhaust gas recyrculating). Selain penemuan terbaru pada sistem pembakaran, saat ini pula dikembangkan sarana transportasi mobil hibrida yang hemat energi. Lahirnya konsep mobil hibrida bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang menghasilkan gas CO2. Gas buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor memberikan kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil. Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida ini sangat diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi CO2 ke lingkungan. Teknologi hibrida ini sebagaimana namanya, adalah sebuah teknologi yang mencangkok atau menggabungkan dua sumber energi mobil dari BBM dan listrik yang dihasilkan dari motor
  • 7. elektrik. Selain itu tidak menutup kemungkinan teknologi ini adalah gabungan penggunaan energi baterei dan energi dari motor elektrik atau antara energi lainnya. Kombinasi sumber energi untuk teknologi hibrida akan mewarnai teknologi eco-car di masa datang.
  • 8. BAB III DATA DAN HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang Pencemar Sumber Keterangan Karbon monoksida (CO) Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm) Sulfur dioksida (SO2) Panas dan fasilitas pembangkit listrik Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm) Partikulat Matter Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3 Nitrogen dioksida (NO3) Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam Ozon (O3) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun). Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan
  • 9. pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia. BAB IV PEMBAHASAN Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas. Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor. Setiap kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan cara pengoperasian mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi lebih besar dibandingkan dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi pembakaran bahan bakar fosil secara sempurna pada proses kendaraan bermotor. Pada saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbon teroksidasi, sehingga masih menyisakan hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida (CO) dengan proporsi lebih besar.Pada kasus mobil Esemka, tingginya emisi gas hidrokarbon (HC)
  • 10. dan karbonmonoksida (CO) kemungkinan disebabkan sistem pada mesin belum mampu melakukan pembakaran secara sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC melebihi baku mutu. Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak lebih dominan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC) maupun NOx. Pengaruh Tingginya karbon monoksida dari hasil uji emisi mobil Esemka, lebih memberikan dampak membahayakan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC). Hidrokarbon (HC) yang merupakan bahan bakar utama kendaraan bermotor tidak semua teroksidasi secara sempurna. Indikasi tingginya HC pada emisi mobil Esemka menunjukkan bahwa mesin belum memiliki kemampuan optimal dalam mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan emisi. Di antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon monoksida dan timbal. Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap kehidupan manusia dan bentuk kehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari pengaruh yang berat (mematikan) sampai pengaruh yang ringan (menimbulkan perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udara mempunyai kecenderungan untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit kanker paru-paru, emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa. Gas CO tidak berbau, tidak berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat dirasakan secara kasat mata. Justru sifat ini yang sangat berbahaya karena manusia yang terpapar tidak merasakan, akan tetapi akan terkena dampak secara mematikan. Senyawa CO sangat mudah berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila dibandingkan dengan daya ikat oksigen dengan Hb, maka daya ikat CO adalah 240 kali daya ikat oksigen. Fungsi oksigen untuk jaringan tubuh adalah untuk pelengkap proses pembakaran yang menghasilkan tenaga. Menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh menyebabnya turunnya tenaga yang dihasilkan oleh metabolisme sel- sel (pertukaran zatantar sel). Karena tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman gas CO. keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam darah tergantikan kendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80 ppm, maka ancaman kematian akan besar.
  • 11. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi udara khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang pengendalian pencemaran udara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan gas buang (uji emisi) kendaraan bermotor baik untuk roda dua maupun roda empat (pribadi maupun dinas) dan mensosialisasikan pentingnya perawatan kendaraan bermotor. 2. Pemerintah sebaiknya menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang pernah dilaksanakan di Jakarta dimana seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali hanya diperbolehkan menggunakan sepeda. 3. Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi kendaraan bermotor dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan umum. 4. Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti CNG (Compressed Natural Gas), LPG, dan minyak nabati.