Pemekaran daerah di Indonesia telah meningkatkan jumlah pemerintahan daerah baru secara pesat namun belum diikuti dengan peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran daerah yang berlebihan juga telah menimbulkan beban keuangan bagi pemerintah pusat dan masalah administrasi baru bagi daerah yang dimekarkan.
Dokumen tersebut membahas latar belakang otonomi daerah di Indonesia pasca reformasi 1998. Ia menjelaskan bahwa otonomi daerah dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah disintegrasi wilayah dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Namun, implementasi otonomi daerah belum berjalan dengan baik dan masih banyak tantangan seperti ketimpangan dan ketergantungan daerah pada pusat. Dokumen ini kemudian f
Dokumen tersebut membahas tujuan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat mendekatkan pemerintahan ke masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah, pemekaran daerah, dan manfaat pemekaran daerah. Otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan dan masyarakat setempat. Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru dari induknya. Manfaat pemekaran daerah antara lain mendekatkan pelayanan publ
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang dan tujuan dari otonomi daerah di Indonesia. Secara ringkas, otonomi daerah diberikan kepada pemerintahan daerah untuk mengatur urusan rumah tangga sendiri guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan otonomi daerah mulai dari zaman kolonial hingga reformasi beserta peratur
Pemekaran daerah di Indonesia telah meningkatkan jumlah pemerintahan daerah baru secara pesat namun belum diikuti dengan peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran daerah yang berlebihan juga telah menimbulkan beban keuangan bagi pemerintah pusat dan masalah administrasi baru bagi daerah yang dimekarkan.
Dokumen tersebut membahas latar belakang otonomi daerah di Indonesia pasca reformasi 1998. Ia menjelaskan bahwa otonomi daerah dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah disintegrasi wilayah dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Namun, implementasi otonomi daerah belum berjalan dengan baik dan masih banyak tantangan seperti ketimpangan dan ketergantungan daerah pada pusat. Dokumen ini kemudian f
Dokumen tersebut membahas tujuan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat mendekatkan pemerintahan ke masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah, pemekaran daerah, dan manfaat pemekaran daerah. Otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan dan masyarakat setempat. Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru dari induknya. Manfaat pemekaran daerah antara lain mendekatkan pelayanan publ
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang dan tujuan dari otonomi daerah di Indonesia. Secara ringkas, otonomi daerah diberikan kepada pemerintahan daerah untuk mengatur urusan rumah tangga sendiri guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan otonomi daerah mulai dari zaman kolonial hingga reformasi beserta peratur
Dokumen tersebut membahas perjalanan desentralisasi di Indonesia sejak era reformasi, mulai dari latar belakang, pendekatan yang digunakan (big bang atau zig-zag), dan reformasi struktur pemerintahan menurut UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah.
Dokumen tersebut merangkum konsep otonomi daerah, dasar hukum, tujuan, asas, prinsip, pembagian kewenangan, pelaksanaan, dan dampaknya di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang konsep otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada daerah untuk mengatur diri sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, latar belakang, tujuan, dan prinsip-prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri dalam batasan-batasan tertentu. Tujuannya antara lain mencegah penumpukan kekuasaan dan melibatkan partisipasi masyarakat secara lebih luas.
Otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Tujuan otonomi daerah antara lain untuk memperlancar pembangunan di seluruh wilayah tanpa ada pertentangan antara kebijakan pusat dan daerah, sehingga pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional secara meny
[Ringkasan]
1) Otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat;
2) Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diawali sejak masa Orde Baru dengan pemerintahan pusat yang kuat, dan dilanjutkan dengan upaya desentralisasi lebih serius di masa reformasi;
3) Dampak positif otonomi daerah antara
Makalah ini membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, tujuan, dan landasan teorinya. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah berkaitan erat dengan demokrasi dan desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat ke daerah untuk mewujudkan
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh
pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam
pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu
adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan
beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya
kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah
dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan
lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sebagaimana
dikemukakan Hoessein, (2001)
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
Dokumen tersebut membahas tentang desentralisasi fiskal di Indonesia sejak reformasi 1998, termasuk pencapaian dan permasalahannya. Desentralisasi fiskal memberi kewenangan keuangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya secara lebih efisien dan meningkatkan pelayanan masyarakat. Namun, pelaksanaannya menghadapi tantangan seperti pengelolaan belanja daerah dan korupsi. Dokumen ini juga membahas
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian otonomi daerah, yaitu kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri sesuai peraturan perundang-undangan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip desentralisasi, dekonsentrasi, dan perbantuan.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan fungsi sel, perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan, serta sel prokariotik dan eukariotik. Dijelaskan bahwa sel merupakan unit terkecil dalam kehidupan yang memiliki berbagai organel dengan fungsi masing-masing. Sel hewan dan tumbuhan memiliki perbedaan antara lain dalam pemilikan dinding sel, plastida, dan lisosom. Sedangkan perbedaan sel prokariotik dan eukariotik terletak pada
Makalah ini membahas sejarah perkembangan ilmu logika, mulai dari masa Yunani Kuno hingga dunia modern. Logika pertama kali diperkenalkan oleh Thales dan dikembangkan lebih lanjut oleh Aristoteles. Pada Abad Pertengahan, logika dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Thomas Aquinas. Logika kemudian berkembang menjadi ilmu tersendiri pada zaman modern melalui karya Descartes, Bacon, dan Hobbes.
Dokumen tersebut membahas perjalanan desentralisasi di Indonesia sejak era reformasi, mulai dari latar belakang, pendekatan yang digunakan (big bang atau zig-zag), dan reformasi struktur pemerintahan menurut UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah.
Dokumen tersebut merangkum konsep otonomi daerah, dasar hukum, tujuan, asas, prinsip, pembagian kewenangan, pelaksanaan, dan dampaknya di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang konsep otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada daerah untuk mengatur diri sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, latar belakang, tujuan, dan prinsip-prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri dalam batasan-batasan tertentu. Tujuannya antara lain mencegah penumpukan kekuasaan dan melibatkan partisipasi masyarakat secara lebih luas.
Otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Tujuan otonomi daerah antara lain untuk memperlancar pembangunan di seluruh wilayah tanpa ada pertentangan antara kebijakan pusat dan daerah, sehingga pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional secara meny
[Ringkasan]
1) Otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat;
2) Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diawali sejak masa Orde Baru dengan pemerintahan pusat yang kuat, dan dilanjutkan dengan upaya desentralisasi lebih serius di masa reformasi;
3) Dampak positif otonomi daerah antara
Makalah ini membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, tujuan, dan landasan teorinya. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah berkaitan erat dengan demokrasi dan desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat ke daerah untuk mewujudkan
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh
pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam
pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu
adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan
beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya
kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah
dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan
lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sebagaimana
dikemukakan Hoessein, (2001)
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
Dokumen tersebut membahas tentang desentralisasi fiskal di Indonesia sejak reformasi 1998, termasuk pencapaian dan permasalahannya. Desentralisasi fiskal memberi kewenangan keuangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya secara lebih efisien dan meningkatkan pelayanan masyarakat. Namun, pelaksanaannya menghadapi tantangan seperti pengelolaan belanja daerah dan korupsi. Dokumen ini juga membahas
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian otonomi daerah, yaitu kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri sesuai peraturan perundang-undangan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip desentralisasi, dekonsentrasi, dan perbantuan.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan fungsi sel, perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan, serta sel prokariotik dan eukariotik. Dijelaskan bahwa sel merupakan unit terkecil dalam kehidupan yang memiliki berbagai organel dengan fungsi masing-masing. Sel hewan dan tumbuhan memiliki perbedaan antara lain dalam pemilikan dinding sel, plastida, dan lisosom. Sedangkan perbedaan sel prokariotik dan eukariotik terletak pada
Makalah ini membahas sejarah perkembangan ilmu logika, mulai dari masa Yunani Kuno hingga dunia modern. Logika pertama kali diperkenalkan oleh Thales dan dikembangkan lebih lanjut oleh Aristoteles. Pada Abad Pertengahan, logika dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Thomas Aquinas. Logika kemudian berkembang menjadi ilmu tersendiri pada zaman modern melalui karya Descartes, Bacon, dan Hobbes.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar mengenai sengketa internasional dan cara-cara penyelesaiannya secara damai. Secara garis besar, dibahas mengenai definisi sengketa internasional, kriteria sengketa menurut Mahkamah Internasional, perkembangan penyelesaian secara damai, dan berbagai metode penyelesaian seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan peran Mahkamah Internasional.
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan antara kalimat aktif dan pasif dalam bahasa Inggris. Terdapat contoh kalimat aktif dan pasif pada berbagai waktu seperti present, past, future. Dokumen juga menjelaskan pola pembentukan kalimat pasif dengan menambahkan kata kerja bantu "be" dan objek menjadi subjek.
Dokumen tersebut membahas tentang filsafat pendidikan dan beberapa alirannya. Ringkasannya adalah:
1. Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam bidang pendidikan.
2. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan seperti progresivisme, esensialisme, dan lainnya.
3. Masing-masing aliran memiliki pandangan tersendiri tentang tujuan dan pelaksanaan pendidikan.
Makalah ini membahas tentang gizi yang seimbang dan penting bagi ibu hamil dan janin selama kehamilan, mulai dari pengertian gizi, nutrisi yang dibutuhkan, faktor yang mempengaruhi, dan dampak kekurangan gizi. Tujuan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil dan janin."
Dokumen tersebut membahas tentang model dokumentasi keperawatan. Terdapat beberapa model dokumentasi keperawatan yang dijelaskan yaitu model SOR, POR, dan PIE. Model-model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien.
Resep dan cara pembuatan berbagai masakan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, seperti keripik kentang barbeque dari Sumatera Utara, ubi jalar panggang dari Jawa Tengah, nasi goreng tabur ikan dari Jakarta, sup jagung ayam berserabut dari Nusa Tenggara Timur, dan bakpia dari Kalimantan. Juga dicantumkan resep sayur bayam jagung, pengkang, bubur pedas, dan soto ayam pipil jagung manis
Dokumen tersebut membahas tentang pemekaran daerah di Indonesia. Pemekaran daerah dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dengan mempersingkat jarak antara pemerintah dan masyarakat. Namun, pemekaran daerah yang terlalu pesat di Indonesia menimbulkan beberapa dampak negatif seperti kesulitan keuangan pemerintah daerah baru dan belum membaiknya pelayanan publik. Diperlukan pedoman
Pemekaran daerah di Indonesia meningkat pesat setelah desentralisasi, namun belum selalu berdampak positif. Pemekaran berlebihan menimbulkan beban keuangan pemerintah pusat dan daerah baru, serta belum tentu meningkatkan pelayanan. Diperlukan kriteria yang lebih ketat untuk mengurangi pemekaran yang tidak bermanfaat.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pemekaran daerah di Indonesia.
2. Pemekaran daerah dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah.
3. Namun, pemekaran daerah yang terlalu pesat di Indonesia menimbulkan beberapa dampak negatif seperti kesulitan keuangan pemerintah daerah dan belum
Dokumen tersebut membahas tentang pemekaran wilayah di Indonesia yang menimbulkan berbagai masalah. Pemekaran wilayah telah meningkatkan jumlah daerah otonom di Indonesia menjadi 522 terdiri dari 33 provinsi, 297 kabupaten dan 92 kota. Namun, banyak pemekaran wilayah yang gagal dan hanya sedikit yang memenuhi harapan karena lebih banyak didorong oleh ambisi politik elite daripada kepentingan masyarakat."
Dokumen tersebut membahas tentang potensi daerah di Indonesia, termasuk sumber daya alam, infrastruktur, dan persyaratan pembentukan daerah baru. Dibahas pula tentang perkembangan jumlah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia serta upaya penataan wilayah untuk pembangunan berkelanjutan.
BAB 2 membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, tujuan, dasar hukum, prinsip, dan pelaksanaannya. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan dan aspirasi masyarakat dalam kerangka NKRI.
1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang otonomi daerah di Indonesia dan pengertian otonomi daerah. Sentralisasi yang berlebihan pada era Orde Baru menyebabkan ketiadaan kreativitas daerah. Otonomi daerah diperlukan untuk memberikan kewenangan kepada daerah sesuai dengan aspirasi masyarakatnya.
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)JanuarRobiansyah
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan daerah dan kawasan khusus sebagai konsekuensi dari kebijakan desentralisasi berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004. Dokumen ini juga menjelaskan tentang pengertian desentralisasi, otonomi daerah di Indonesia, dan pembentukan kawasan khusus secara nasional.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah di Indonesia dan permasalahan yang muncul akibat pelaksanaannya, termasuk kewenangan yang tumpang tindih antar pemerintah daerah dan masih lemahnya kapasitas SDM daerah.
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang studi pengetahuan ibu tentang manfaat KMS balita di wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu Kabupaten Muna tahun 2016. Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan ibu tentang pemanfaatan KMS balita di wilayah tersebut berdasarkan hasil survei awal tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang man
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kabupaten Muna tahun 2016. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal dini di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan penanganan awal pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kabupaten Muna tahun 2016. Metode yang dig
Kelurahan Laiworu dan Kelurahan Wamponiki melaksanakan kegiatan bhabinkamtibmas pada bulan September 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menjaga ketertiban serta kenyamanan lingkungan. Masyarakat diajak bekerja sama dengan aparat keamanan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal di kedua kelurahan.
Bhabinkamtibmas di Kelurahan Laiworu melakukan beberapa kegiatan antara lain patroli rutin di lingkungan kelurahan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kerjasama masyarakat dalam menjaga ketertiban dan ketenteraman, serta melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan kejahatan.
Ekosistem padang lamun memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari ekosistem mangrove dan terumbu karang. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang mampu beradaptasi hidup di perairan laut dengan memiliki akar, daun, dan pembuluh. Lamun membentuk hamparan vegetasi yang luas dan memiliki peran penting dalam ekosistem perairan pesisir.
Cinderella is a story about a girl named Cinderella who is mistreated by her stepmother and stepsisters. She dreams of attending the prince's ball but is unable to go. With the help of a fairy godmother, Cinderella is able to go to the ball in a magical coach and dress. At midnight, she flees the ball, losing one of her glass slippers. The prince searches for the girl whose foot fits the slipper and finds Cinderella. They get married and live happily ever after.
Pemerintah Kabupaten Muna meminta Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan serah terima akhir atas pekerjaan pembangunan drainase dan duiker lingkungan III Wamponiki yang dilaksanakan oleh CV. Sinar Linda pada tanggal 25 Agustus 2014.
Dokumen ini merangkum manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal pada Ny. I yang menderita preeklampsia berat di Desa Ghonsume, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna dari 14 April hingga 28 April 2015. Laporan ini disusun oleh Sitti Nurjannah sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Dokumen tersebut menjelaskan 99 nama-nama Allah SWT beserta artinya. Nama-nama tersebut mencakup makna-makna seperti Yang Maha Pemurah, Yang Maha Adil, Yang Maha Mengetahui, dan Yang Maha Esa. Nama-nama tersebut merupakan ungkapan dari sifat-sifat dan keagungan Allah SWT.
Global warming will have significant impacts on forests, reefs, deserts, and storms according to the article. The Amazon forest could lose 30-60% of its area and become dry grasslands by 2050 due to warming and deforestation. The Great Barrier Reef may completely disappear within 20 years as rising sea levels from climate change drown the coral. Climate models predict that the Sahara desert could transform back into a lush grassland like it was 12,000 years ago if rainfall increases. While it's unclear if global warming caused any single storm, models indicate that hurricanes will likely become stronger and more destructive due to rising ocean temperatures caused by climate change.
Acara radio membahas penyakit HIV/AIDS, penyebabnya (virus HIV), dan cara penularannya (darah, cairan kelamin, jarum suntik). Narasumber memberikan saran untuk mencegahnya seperti menjauhi seks bebas dan narkoba, serta meningkatkan iman.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
1. MAKALAH SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH
“PEMEKARAN DAERAH”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi
Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan Daerah Otonom dapat
dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang sesuai dengan
perkembangan daerah. Munculnya gejala, bahkan kenyataan akan adanya
pemekaran dan pembentukan Kabupaten, Kota, dan Propinsi baru di Indonesia
menuntut perlunya segera ditetapkan syarat-syarat dan kriteria yang menjadi
pertimbangan di dalam pembentukan dan pemekaran daerah.
Memasuki akhir dekade 1990-an Indonesia mengalami perubahan sosial
politik yang bermuara kepada pilihan melaksanakan desentralisasi sebagai salah
satu modal utama pembangunan Indonesia. Hal ini ditandai dengan pemberlakuan
UU 22/1999tentang Otonomi Daerah yang kemudian dirubah menjadi UU 32/2004.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009
menempatkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah ini sebagai satu
prioritas dalam pembangunan nasional.Semangat otonomi daerah itu sendiri salah
satunya bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri yang kemudian
diatur dalam PP 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam prakteknya,
pemekaran daerah jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan penghapusan
ataupun penggabungan daerah. Dalam PP tersebut, daerah berhak mengajukan
usulan pemekaran terhadap daerahnya selama telah memenuhi syarat teknis,
administratif, dan fisik1 dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada
di wilayahnya.Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pasal 2 PP 129/2000). Argumentasi untuk
ini didasarkan atas beberapa dimensi. Pemekaran akan mempersingkat rentang
kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang
belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diaspirasikan
2. untuk memperbaiki pemerataan pembangunan. Berdasarkan pengalaman di masa
lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibu kota
pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah
yang masih belum berkembang.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka dapat
kami simpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pemekaran daerah itu?
2. Bagaimana pemekaran daerah di Indonesia?
3. Pedoman penilaian apa untuk dapat menjalankan pemekaran daerah?
4. Dampak apa saja yang timbul seiring dengan pemekaran daerah?
5. Bagaimana langkah yang bisa diambil untuk mencegah gelombang pemekaran
daerah yang sangat pesat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pemekaran daerah
3. Pemekaran daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi
dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang
nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan
daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU no.22
tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat
3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah.
Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan:
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah
atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut
dinyatakan:Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas
minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.
B. Pemekaran daerah di Indonesia
Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan dengan
laju yang cukup tinggi. Jumlah penduduk 15 tahun sebelum Indonesia merdeka
sekitar 60 juta jiwa menjadi 97 juta jiwa 30 tahun kemudian. Berturut-turut pada
tahun 1971, 1981 dan 2005 menjadi 119 juta jiwa, 147 juta jiwa dan 230 juta jiwa
[4,7]. Dengan menggunakan ukuran jumlah penduduk sebuah kota sebanyak
500.000 jiwa secara teoritis pada tahun 2005 wilayah Indonesia dapat dibagi dalam
460 daerah otonom (kabupaten dan kota). Angka tersebut akan bertahan paling
tidak sampai tahun 2050, dengan asumsi masing masing daerah otonom tersebut
berkembang secara merata menjadi kota metropolis dengan jumlah penduduk
mendekati angka satu juta jiwa.
Jumlah penduduk minimal sebagai persyaratan pemekaran daerah otonom
tingkat kabupaten dan kota dipandang lebih realistis dibanding dengan
menggunakan jumlah kecamatan seperti diatur dalam PP nomor 129 tahun 2000.
Hasil kajian terhadap 24 daerah otonom baru hasil pemekaran tahun 2003-2004
dapat ditunjukkan bahwa hanya dua daerah otonom(8%) memiliki jumlah penduduk
di atas 500.000 jiwa, delapan daerah otonom (33%) berpenduduk di bawah
100.000jiwa (satu di antaranya hanya berpenduduk 11.000 jiwa), sedang daerah
otonom lainnya (69%) berpenduduk antara100.000 – 500.000 jiwa. Fakta tersebut
4. diduga memberikan kontribusi terhadap rendahnya pencapaian tujuan otonomi
daerah.
Luas daratan Indonesia terdiri dari wilayah daratan dengan ketinggian antara
0-25 mdpl (28%),antara 26-100 mdpl(24%), antara 101-500 mdpl (23%), antara 501-
1000 mdpl (16%) dan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl (9%). Fakta tersebut
memperlihatkan bahwa luas daratan Indonesia yang relatif paling baik untuk
pengembangan permukiman perkotaan (di luar kehutanan, perikanan, pariwisata
dan beberapa jenis perkebunan) hanya sekitar 50% yaitu pada wilayah dengan
ketinggian kurang dari 100 mdpl.Berdasarkan hasil perkiraan jumlah ideal daerah
otonom sebanyak 460 kabupaten dan kota maka secara rata rata satu
kabupaten/kota akan memiliki wilayah daratan rata rata seluas 4150 km2 atau rata
rata efektif seluas 2075 km2.Penerapan persyaratan luas wilayah menurut PP nomor
129 tahun 2000 terhadap jumlah daerah otonom hasil pemekaran menghasilkan
data luas daerah otonom baru yang beragam yaitu 13% memiliki luas di atas 4150
km2, 8% memiliki luas260 km2, 50% memiliki luas 1000-4000 km2 dan 29%
memiliki luas antara 300-1000 km2.Dari segi luas wilayah, kurang dari 50% jumlah
daerah pemekaran yang memenuhi kriteria ideal, 37% di bawah ideal dan 13% di atas
ideal. Hal ini akan menimbulkan implikasi terhadap (1) efektifitas pencapaian tujuan
otonomi daerah bagi daerah otonom yang sangat luas dan (2) daerah otonom yang
luasnya relatif sempit akan menghadapi persoalan keterbatasan tanah dibanding
dengan kecepatan pengembangan wilayahnya.
C. Pedoman penilaian pemekaran/pembentukan
kabupaten/kota/propinsi (pelaksanaan PP no. 129 tahun 2000)
Dalam PP No. 129 tahun 2000 tersebut diuraikan bahwa pembentukan,
pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; karena pembentukan, pemekaran,
penghapusan, dan penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kehidupan
berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan
keamanan dan ketertiban.
Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah
dengan aspek penilaian sebagai berikut :
1. Kemampuan Ekonomi;
5. 2. Potensi Daerah;
3. Sosial Budaya;
4. Sosial Politik;
5. Jumlah Penduduk;
6. Luas Daerah;
7. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, selaku departemen teknis,
selalu diminta untuk memberikan masukan sebagai pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah (sebagaimana tercantum dalam
butir g. [pasal 3 PP No. 129/2000] di atas) dan/atau masukan lain sebagai
pertimbangan teknis untuk menyempurnakan syarat-syarat pembentukan daerah.
Untuk menjaga konsistensi penilaian pembentukan/pemekaran daerah, perlu
disusun Pedoman Penilaian Pembentukan/Pemekaran Daerah yang ditekankan pada
aspek teknis yang mencakup bidang penataan ruang dan permukiman serta
prasarana wilayah, dengan senantiasa memperhatikan jiwa dan semangat PP No. 129
tahun 2000.
Peninjauan dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana wilayah
dimaksudkan untuk :
1. Mewujudkan daerah yang mampu berkembang secara mandiri;
2. Menjaga keseimbangan perkembangan daerah antara daerah baru dengan
daerah induknya;
3. Menghindari dampak negatif sosial dan lingkungan akibat adanya pemekaran
daerah;
4. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana yang optimal (yang dapat
melayani seluruh wilayah).
5. Dengan adanya penilaian dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana
wilayah, diharapkan daerah yang akan dimekarkan nantinya akan cepat
berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
D. Dampak yang ditimbulkan karena pemekaran daerah yang pesat di
indonesia.
Dampak dari pemekaran daerah yang cukup pesat ini adalah:
(1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan
6. (2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik
(3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik
(4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk.
Selain yang disebutkan diatas permasalahan lain ialah jumlah pemerintah
daerah baru di Indonesia berkembang sangat fantastis dan cenderung ‘berlebihan’.
Berapa jumlah provinsi di Indonesia? Dahulu, pertanyaan ini akan mudah untuk
dijawab yaitu 27 provinsi termasuk Timor Timur. Namun, sejak adanya UU No
22/1999 dan UU No 25/1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, makin sulit untuk menjawab pertanyaan tadi. Hal ini dapat
dimaklumi karena masyarakat bingung dengan pesatnya peningkatan jumlah
pemerintah daerah baru. Pada 2001, kabupaten/kota di Indonesia berjumlah 336 (di
luar DKI Jakarta) dengan 30 provinsi (bertambah empat provinsi baru). Jumlah ini
meningkat hingga awal 2004 terdapat 32 provinsi dengan 434 kabupaten/kota.
Tak dapat dipungkiri bahwa pemekaran pemerintah daerah ini telah
menimbulkan tekanan terhadap APBN karena adanya sejumlah dana yang harus
ditransfer kepada pemerintah daerah baru. Kondisi ini memberikan pesan kepada
pemerintah pusat untuk membuat kriteria yang jelas dan tegas dalam menyetujui
pemekaran pemerintah daerah baru.
Berhubungan dengan kriteria tersebut, pemerintahan Presiden Gus Dur pada
akhir 2000 telah mengeluarkan PP No 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan
dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam PP
tersebut dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenuhi
syarat-syarat, Namun, kriteria yang disampaikan oleh presiden tersebut dirasakan
kurang bersifat operasional misalnya dalam bentuk standardisasi berapa besar nilai
setiap indikator, sehingga suatu daerah layak untuk dimekarkan. Selain itu, prosedur
pemekaran berdasarkan hasil penelitian oleh daerah yang ingin dimekarkan
tersebut, mengandung potensi yang besar pula untuk suatu ‘tindakan manipulasi’.
Sudah menjadi rahasia umum, dengan adanya pemekaran pemerintah daerah,
maka akan timbul posisi dan jabatan baru. Dan ini berimplikasi lebih jauh lagi
dengan munculnya sistem birokrasi baru yang lebih besar dibandingkan
sebelumnya. Posisi dan jabatan ini tentunya tidak terlepas dari adanya aliran dana
dari pemerintah pusat (APBN) kepada pemerintah daerah.
7. Motivasi untuk membentuk daerah baru tidak terlepas dari adanya jaminan
dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam era
desentralisasi ini, bentuk dana transfer ini dikenal sebagai dana perimbangan yang
terdiri dari dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), serta dana bagi
hasil baik bagi hasil pajak maupun bagi hasil sumber daya alam.Komponen terbesar
dalam dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah DAU.
Dampak dari adanya pemekaran daerah terhadap alokasi DAU dan akhirnya
membebani APBN sebenarnya lebih bersifat tidak langsung. Hal ini dikarenakan
DAU yang dialokasikan didasarkan pada perhitungan daerah induk dan baru
kemudian dibagikan berdasarkan proporsi tertentu antara daerah induk dan daerah
pemekaran.
Akan tetapi, hal ini menyebabkan adanya kepastian daerah menerima DAU
ini, secara politis memberikan motivasi untuk memekarkan daerah. Tentunya
sebagai daerah baru, penerimaan DAU tersebut lebih diarahkan pada pembangunan
prasarana pemerintah seperti kantor pemerintahan, rumah dinas, serta pengeluaran
lain yang berkaitan dengan belanja pegawai.Pengeluaran yang berkaitan dengan
aparatur pemerintahan ini jelas memiliki pengaruh yang sedikit kepada masyarakat
sekitar. Penyediaan barang publik kepada masyarakat tentunya akan menjadi
berkurang dikarenakan pada tahun-tahun awal pemekaran daerah, pembangunan
lebih difokuskan pada pembangunan sarana pemerintahan. Karena itu, aliran DAU
kepada daerah pemekaran, menjadi opportunity loss terhadap penyediaan
infrastruktur dan pelayanan publik kepada masyarakat. Jumlah ini tentunya tidaklah
sedikit.
Pada 2003, daerah hasil pemekaran 2002 sebanyak 22 kabupaten/kota baru
telah menerima DAU Rp1,33 triliun. Jumlah ini terus meningkat pada APBN 2004,
40 daerah hasil pemekaran 2003, telah menerima DAU Rp2,6 triliun. Jumlah DAU
daerah pemekaran ini tentunya juga akan mengurangi jumlah DAU yang diterima
daerah induk sehingga memiliki potensi yang besar pula terjadinya degradasi pada
pelayanan publik dan penyediaan infrastruktur kepada masyarakat. Dampak yang
lebih luas dari hal ini adalah adanya kemungkinan beban APBN bertambah dengan
adanya intervensi yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam membangun
daerah pemekaran ini.Salah satu bentuk pengeluaran langsung oleh pemerintah
pusat kepada daerah pemekaran ini dimanifestasikan dalam bentuk DAK nondana
reboisasi. Salah satu jenis dari DAK non-DR digunakan untuk membiayai
8. pembangunan prasarana pemerintahan hasil pemekaran. Pada 2003, APBN harus
menyalurkan dana Rp88 miliar hanya untuk membangun prasarana pemerintahan
daerah pemekaran atau setiap daerah pemekaran akan mendapatkan dana sebesar
Rp4 miliar.Jumlah itu terus bertambah pada APBN 2004 menjadi Rp228 miliar.
Terlihat jelas bahwa setiap ada pemekaran daerah, beban APBN akan semakin
bertambah besar. Apalagi jika daerah yang dimekarkan tersebut adalah provinsi.
Fakta telah menunjukkan setiap ada pemekaran provinsi, maka akan diikuti pula
dengan pemekaran kabupaten/kota.
E. Mengendalikan gelombang pemekaran daerah
Gelombang pemekaran daerah yang tidak terkendali ini berpotensi
mengakibatkan defisit atau ancaman ‖kebangkrutan nasional‖ baik secara politik,
ekonomi, kultur, teknis, dan keamanan nasional. Temuan lain di lapangan28
menunjukan bahwa proses dan pasca pemekaran daerah berdampak pada
munculnya gejala politik uang yang menyedot dana APBD daerah induk, penguatan
identitas elite lokal/etnis/agama/wilayah yang menggerus nasionalisme, dan
semakin banyak yang kalah pilkada cenderung semakin banyak pula rencana
mengusulkan pemekaran daerah. Daerah pemekaran baru menyebabkan terjadi split
data kependudukan di daerah baru dan daerah induk. Konsekuensinya terjadi
kerepotan pembiayaan penyelenggaraan pilkada/pemilu. Muncul sengketa tapal
batas dan sengketa lokasi ibu kota. Terjadi involusi politik atau merasa semakin
berkuasa tetapi sebenarnya makin mengecilnya lahan kewenangan politiknya.
Memberatkan APBD daerah induk dan APBN yang harus menyediakan dana
pendamping untuk daerah baru.
Oleh karena itu, memang sudah sepantasnya pemekaran daerah dikendalikan
atau dihentikan sementara. Pemerintah pusat dan daerah tidak memiliki grand
design for territorial reform. Pemerintah hanya mengandalkan UU 32/2004 dan PP
78/2007 yang longgar. Ditambah lagi banyaknya pintu usulan pemekaran, yakni
pintu Depdagri, DPR, dan DPD.Menghentikan total pemekaran daerah adalah belum
mungkin sebab harus mencabut dan merevisi UU 32/2004 dan PP 78/2007.
Pelarangan pemekaran berarti melanggar kebebasan, hak asasi, dan aspirasi yang
dijamin konstitusi. Pelarangan itu dengan sangat mudah dipatahkan dengan
pengajuan review ke MK atau MA.
9. Dalam perspektif politik dan kebijakan, meminjam pemikiran Peter Schroeder
(2004), ada dua strategi politik untuk menahan atau menghambat laju pemekaran
daerah.
Pertama, tindakan politik pengambangan dan Kedua, deregulasi kebijakan
pemekaran daerah.Tindakan politik pengambangan itu dilakukan dengan cara
menangguhkan usulan pemekaran. Syaratnya ada komitmen untuk itu, siap menjadi
kurang populer, dan siap menanggung resiko untuk tidak dipilih kembali. Di level
daerah hal ini bisa dilakukan oleh Bupati/Walikota, DPRD kabupaten/kota,
Gubernur, DPRD Provinsi. Di level pusat hal ini bisa dilakukan oleh Depdagri,
DPOD, DPR, dan DPD. Kampus atau lembaga penelitian yang mengerjakan studi
kelayakan daerah baru mesti juga siap menyatakan bahwa memang daerah itu belum
layak untuk dimekarkan. Konsekuensinya siap untuk dijauhi rakyat dan menjadi
tidak populer.
Deregulasi kebijakan pemekaran daerah dilakukan dengan cara merevisi
kembali PP 78/2007. Substansi yang perlu direvisi adalah memperpanjang masa
persiapan pemekaran, mensinkronkan kerja penanganan pemekaran daerah, dan
pentingnya penyampaian laporan berkala kemajuan sebagai bentuk monitoring
bersama.
BAB III
PENUTUP
10. A. Kesimpulan
Pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah
dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, meningkatkan kehidupan berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan
potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan ketertiban.
Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah
dengan aspek penilaian sebagai berikut : a. Kemampuan Ekonomi, b. Potensi
Daerah, c. Sosial Budaya, d. Sosial Politik, e. Jumlah Penduduk, f. Luas Daerah, g.
Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah.
Permasalahan yang timbul seiring dengan pemekaran daerah adalah:
(1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan
(2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik
(3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik
(4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk.
Selain itu, terdapat juga persoalan pasca pemekaran seperti konflik
akibatpengalihan rencana lokasi bangunan kantor pemda, prioritas pembangunan
fisik untuk pusat kabupaten/kota versus untuk rakyat, ketidakpuasan wilayah
tertentu yang tidak dilibatkan dalam pemekaran, serta sengketa tapal batas wilayah
induk dan pemekaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ida, Laode. 2005.Permasalahan Pemekaran Daerah di Indonesia.Media
Indonesia. Jakarta.
11. Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah (www.indonesia,go.id)
Ratnawati, Tri. 2005. Pemekaran Wilayah dan Alternatif Pemecahan Wilayah :
Revisi Mendasar Terhadap PP 129 Tahun 2000. Jakarta : Yayasan Harkat
Bangsa.
www.wikipedia.com