SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH 
“PEMEKARAN DAERAH” 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar belakang masalah 
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No. 22 tahun 1999 tentang 
Pemerintahan Daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi 
Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan Daerah Otonom dapat 
dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang sesuai dengan 
perkembangan daerah. Munculnya gejala, bahkan kenyataan akan adanya 
pemekaran dan pembentukan Kabupaten, Kota, dan Propinsi baru di Indonesia 
menuntut perlunya segera ditetapkan syarat-syarat dan kriteria yang menjadi 
pertimbangan di dalam pembentukan dan pemekaran daerah. 
Memasuki akhir dekade 1990-an Indonesia mengalami perubahan sosial 
politik yang bermuara kepada pilihan melaksanakan desentralisasi sebagai salah 
satu modal utama pembangunan Indonesia. Hal ini ditandai dengan pemberlakuan 
UU 22/1999tentang Otonomi Daerah yang kemudian dirubah menjadi UU 32/2004. 
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 
menempatkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah ini sebagai satu 
prioritas dalam pembangunan nasional.Semangat otonomi daerah itu sendiri salah 
satunya bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri yang kemudian 
diatur dalam PP 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria 
Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam prakteknya, 
pemekaran daerah jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan penghapusan 
ataupun penggabungan daerah. Dalam PP tersebut, daerah berhak mengajukan 
usulan pemekaran terhadap daerahnya selama telah memenuhi syarat teknis, 
administratif, dan fisik1 dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada 
di wilayahnya.Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk 
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pasal 2 PP 129/2000). Argumentasi untuk 
ini didasarkan atas beberapa dimensi. Pemekaran akan mempersingkat rentang 
kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang 
belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diaspirasikan
untuk memperbaiki pemerataan pembangunan. Berdasarkan pengalaman di masa 
lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibu kota 
pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah 
yang masih belum berkembang. 
B. Rumusan masalah 
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka dapat 
kami simpulkan rumusan masalah sebagai berikut: 
1. Apa yang dimaksud dengan pemekaran daerah itu? 
2. Bagaimana pemekaran daerah di Indonesia? 
3. Pedoman penilaian apa untuk dapat menjalankan pemekaran daerah? 
4. Dampak apa saja yang timbul seiring dengan pemekaran daerah? 
5. Bagaimana langkah yang bisa diambil untuk mencegah gelombang pemekaran 
daerah yang sangat pesat? 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian pemekaran daerah
Pemekaran daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi 
dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang 
nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan 
daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU no.22 
tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang 
Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 
3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah. 
Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan: 
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian 
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah 
atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut 
dinyatakan:Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih 
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas 
minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. 
B. Pemekaran daerah di Indonesia 
Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan dengan 
laju yang cukup tinggi. Jumlah penduduk 15 tahun sebelum Indonesia merdeka 
sekitar 60 juta jiwa menjadi 97 juta jiwa 30 tahun kemudian. Berturut-turut pada 
tahun 1971, 1981 dan 2005 menjadi 119 juta jiwa, 147 juta jiwa dan 230 juta jiwa 
[4,7]. Dengan menggunakan ukuran jumlah penduduk sebuah kota sebanyak 
500.000 jiwa secara teoritis pada tahun 2005 wilayah Indonesia dapat dibagi dalam 
460 daerah otonom (kabupaten dan kota). Angka tersebut akan bertahan paling 
tidak sampai tahun 2050, dengan asumsi masing masing daerah otonom tersebut 
berkembang secara merata menjadi kota metropolis dengan jumlah penduduk 
mendekati angka satu juta jiwa. 
Jumlah penduduk minimal sebagai persyaratan pemekaran daerah otonom 
tingkat kabupaten dan kota dipandang lebih realistis dibanding dengan 
menggunakan jumlah kecamatan seperti diatur dalam PP nomor 129 tahun 2000. 
Hasil kajian terhadap 24 daerah otonom baru hasil pemekaran tahun 2003-2004 
dapat ditunjukkan bahwa hanya dua daerah otonom(8%) memiliki jumlah penduduk 
di atas 500.000 jiwa, delapan daerah otonom (33%) berpenduduk di bawah 
100.000jiwa (satu di antaranya hanya berpenduduk 11.000 jiwa), sedang daerah 
otonom lainnya (69%) berpenduduk antara100.000 – 500.000 jiwa. Fakta tersebut
diduga memberikan kontribusi terhadap rendahnya pencapaian tujuan otonomi 
daerah. 
Luas daratan Indonesia terdiri dari wilayah daratan dengan ketinggian antara 
0-25 mdpl (28%),antara 26-100 mdpl(24%), antara 101-500 mdpl (23%), antara 501- 
1000 mdpl (16%) dan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl (9%). Fakta tersebut 
memperlihatkan bahwa luas daratan Indonesia yang relatif paling baik untuk 
pengembangan permukiman perkotaan (di luar kehutanan, perikanan, pariwisata 
dan beberapa jenis perkebunan) hanya sekitar 50% yaitu pada wilayah dengan 
ketinggian kurang dari 100 mdpl.Berdasarkan hasil perkiraan jumlah ideal daerah 
otonom sebanyak 460 kabupaten dan kota maka secara rata rata satu 
kabupaten/kota akan memiliki wilayah daratan rata rata seluas 4150 km2 atau rata 
rata efektif seluas 2075 km2.Penerapan persyaratan luas wilayah menurut PP nomor 
129 tahun 2000 terhadap jumlah daerah otonom hasil pemekaran menghasilkan 
data luas daerah otonom baru yang beragam yaitu 13% memiliki luas di atas 4150 
km2, 8% memiliki luas260 km2, 50% memiliki luas 1000-4000 km2 dan 29% 
memiliki luas antara 300-1000 km2.Dari segi luas wilayah, kurang dari 50% jumlah 
daerah pemekaran yang memenuhi kriteria ideal, 37% di bawah ideal dan 13% di atas 
ideal. Hal ini akan menimbulkan implikasi terhadap (1) efektifitas pencapaian tujuan 
otonomi daerah bagi daerah otonom yang sangat luas dan (2) daerah otonom yang 
luasnya relatif sempit akan menghadapi persoalan keterbatasan tanah dibanding 
dengan kecepatan pengembangan wilayahnya. 
C. Pedoman penilaian pemekaran/pembentukan 
kabupaten/kota/propinsi (pelaksanaan PP no. 129 tahun 2000) 
Dalam PP No. 129 tahun 2000 tersebut diuraikan bahwa pembentukan, 
pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk 
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; karena pembentukan, pemekaran, 
penghapusan, dan penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk 
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kehidupan 
berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan 
keamanan dan ketertiban. 
Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah 
dengan aspek penilaian sebagai berikut : 
1. Kemampuan Ekonomi;
2. Potensi Daerah; 
3. Sosial Budaya; 
4. Sosial Politik; 
5. Jumlah Penduduk; 
6. Luas Daerah; 
7. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah. 
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, selaku departemen teknis, 
selalu diminta untuk memberikan masukan sebagai pertimbangan lain yang 
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah (sebagaimana tercantum dalam 
butir g. [pasal 3 PP No. 129/2000] di atas) dan/atau masukan lain sebagai 
pertimbangan teknis untuk menyempurnakan syarat-syarat pembentukan daerah. 
Untuk menjaga konsistensi penilaian pembentukan/pemekaran daerah, perlu 
disusun Pedoman Penilaian Pembentukan/Pemekaran Daerah yang ditekankan pada 
aspek teknis yang mencakup bidang penataan ruang dan permukiman serta 
prasarana wilayah, dengan senantiasa memperhatikan jiwa dan semangat PP No. 129 
tahun 2000. 
Peninjauan dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana wilayah 
dimaksudkan untuk : 
1. Mewujudkan daerah yang mampu berkembang secara mandiri; 
2. Menjaga keseimbangan perkembangan daerah antara daerah baru dengan 
daerah induknya; 
3. Menghindari dampak negatif sosial dan lingkungan akibat adanya pemekaran 
daerah; 
4. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana yang optimal (yang dapat 
melayani seluruh wilayah). 
5. Dengan adanya penilaian dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana 
wilayah, diharapkan daerah yang akan dimekarkan nantinya akan cepat 
berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. 
D. Dampak yang ditimbulkan karena pemekaran daerah yang pesat di 
indonesia. 
Dampak dari pemekaran daerah yang cukup pesat ini adalah: 
(1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan
(2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik 
(3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik 
(4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk. 
Selain yang disebutkan diatas permasalahan lain ialah jumlah pemerintah 
daerah baru di Indonesia berkembang sangat fantastis dan cenderung ‘berlebihan’. 
Berapa jumlah provinsi di Indonesia? Dahulu, pertanyaan ini akan mudah untuk 
dijawab yaitu 27 provinsi termasuk Timor Timur. Namun, sejak adanya UU No 
22/1999 dan UU No 25/1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan 
desentralisasi fiskal, makin sulit untuk menjawab pertanyaan tadi. Hal ini dapat 
dimaklumi karena masyarakat bingung dengan pesatnya peningkatan jumlah 
pemerintah daerah baru. Pada 2001, kabupaten/kota di Indonesia berjumlah 336 (di 
luar DKI Jakarta) dengan 30 provinsi (bertambah empat provinsi baru). Jumlah ini 
meningkat hingga awal 2004 terdapat 32 provinsi dengan 434 kabupaten/kota. 
Tak dapat dipungkiri bahwa pemekaran pemerintah daerah ini telah 
menimbulkan tekanan terhadap APBN karena adanya sejumlah dana yang harus 
ditransfer kepada pemerintah daerah baru. Kondisi ini memberikan pesan kepada 
pemerintah pusat untuk membuat kriteria yang jelas dan tegas dalam menyetujui 
pemekaran pemerintah daerah baru. 
Berhubungan dengan kriteria tersebut, pemerintahan Presiden Gus Dur pada 
akhir 2000 telah mengeluarkan PP No 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan 
dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam PP 
tersebut dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenuhi 
syarat-syarat, Namun, kriteria yang disampaikan oleh presiden tersebut dirasakan 
kurang bersifat operasional misalnya dalam bentuk standardisasi berapa besar nilai 
setiap indikator, sehingga suatu daerah layak untuk dimekarkan. Selain itu, prosedur 
pemekaran berdasarkan hasil penelitian oleh daerah yang ingin dimekarkan 
tersebut, mengandung potensi yang besar pula untuk suatu ‘tindakan manipulasi’. 
Sudah menjadi rahasia umum, dengan adanya pemekaran pemerintah daerah, 
maka akan timbul posisi dan jabatan baru. Dan ini berimplikasi lebih jauh lagi 
dengan munculnya sistem birokrasi baru yang lebih besar dibandingkan 
sebelumnya. Posisi dan jabatan ini tentunya tidak terlepas dari adanya aliran dana 
dari pemerintah pusat (APBN) kepada pemerintah daerah.
Motivasi untuk membentuk daerah baru tidak terlepas dari adanya jaminan 
dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam era 
desentralisasi ini, bentuk dana transfer ini dikenal sebagai dana perimbangan yang 
terdiri dari dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), serta dana bagi 
hasil baik bagi hasil pajak maupun bagi hasil sumber daya alam.Komponen terbesar 
dalam dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah DAU. 
Dampak dari adanya pemekaran daerah terhadap alokasi DAU dan akhirnya 
membebani APBN sebenarnya lebih bersifat tidak langsung. Hal ini dikarenakan 
DAU yang dialokasikan didasarkan pada perhitungan daerah induk dan baru 
kemudian dibagikan berdasarkan proporsi tertentu antara daerah induk dan daerah 
pemekaran. 
Akan tetapi, hal ini menyebabkan adanya kepastian daerah menerima DAU 
ini, secara politis memberikan motivasi untuk memekarkan daerah. Tentunya 
sebagai daerah baru, penerimaan DAU tersebut lebih diarahkan pada pembangunan 
prasarana pemerintah seperti kantor pemerintahan, rumah dinas, serta pengeluaran 
lain yang berkaitan dengan belanja pegawai.Pengeluaran yang berkaitan dengan 
aparatur pemerintahan ini jelas memiliki pengaruh yang sedikit kepada masyarakat 
sekitar. Penyediaan barang publik kepada masyarakat tentunya akan menjadi 
berkurang dikarenakan pada tahun-tahun awal pemekaran daerah, pembangunan 
lebih difokuskan pada pembangunan sarana pemerintahan. Karena itu, aliran DAU 
kepada daerah pemekaran, menjadi opportunity loss terhadap penyediaan 
infrastruktur dan pelayanan publik kepada masyarakat. Jumlah ini tentunya tidaklah 
sedikit. 
Pada 2003, daerah hasil pemekaran 2002 sebanyak 22 kabupaten/kota baru 
telah menerima DAU Rp1,33 triliun. Jumlah ini terus meningkat pada APBN 2004, 
40 daerah hasil pemekaran 2003, telah menerima DAU Rp2,6 triliun. Jumlah DAU 
daerah pemekaran ini tentunya juga akan mengurangi jumlah DAU yang diterima 
daerah induk sehingga memiliki potensi yang besar pula terjadinya degradasi pada 
pelayanan publik dan penyediaan infrastruktur kepada masyarakat. Dampak yang 
lebih luas dari hal ini adalah adanya kemungkinan beban APBN bertambah dengan 
adanya intervensi yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam membangun 
daerah pemekaran ini.Salah satu bentuk pengeluaran langsung oleh pemerintah 
pusat kepada daerah pemekaran ini dimanifestasikan dalam bentuk DAK nondana 
reboisasi. Salah satu jenis dari DAK non-DR digunakan untuk membiayai
pembangunan prasarana pemerintahan hasil pemekaran. Pada 2003, APBN harus 
menyalurkan dana Rp88 miliar hanya untuk membangun prasarana pemerintahan 
daerah pemekaran atau setiap daerah pemekaran akan mendapatkan dana sebesar 
Rp4 miliar.Jumlah itu terus bertambah pada APBN 2004 menjadi Rp228 miliar. 
Terlihat jelas bahwa setiap ada pemekaran daerah, beban APBN akan semakin 
bertambah besar. Apalagi jika daerah yang dimekarkan tersebut adalah provinsi. 
Fakta telah menunjukkan setiap ada pemekaran provinsi, maka akan diikuti pula 
dengan pemekaran kabupaten/kota. 
E. Mengendalikan gelombang pemekaran daerah 
Gelombang pemekaran daerah yang tidak terkendali ini berpotensi 
mengakibatkan defisit atau ancaman ‖kebangkrutan nasional‖ baik secara politik, 
ekonomi, kultur, teknis, dan keamanan nasional. Temuan lain di lapangan28 
menunjukan bahwa proses dan pasca pemekaran daerah berdampak pada 
munculnya gejala politik uang yang menyedot dana APBD daerah induk, penguatan 
identitas elite lokal/etnis/agama/wilayah yang menggerus nasionalisme, dan 
semakin banyak yang kalah pilkada cenderung semakin banyak pula rencana 
mengusulkan pemekaran daerah. Daerah pemekaran baru menyebabkan terjadi split 
data kependudukan di daerah baru dan daerah induk. Konsekuensinya terjadi 
kerepotan pembiayaan penyelenggaraan pilkada/pemilu. Muncul sengketa tapal 
batas dan sengketa lokasi ibu kota. Terjadi involusi politik atau merasa semakin 
berkuasa tetapi sebenarnya makin mengecilnya lahan kewenangan politiknya. 
Memberatkan APBD daerah induk dan APBN yang harus menyediakan dana 
pendamping untuk daerah baru. 
Oleh karena itu, memang sudah sepantasnya pemekaran daerah dikendalikan 
atau dihentikan sementara. Pemerintah pusat dan daerah tidak memiliki grand 
design for territorial reform. Pemerintah hanya mengandalkan UU 32/2004 dan PP 
78/2007 yang longgar. Ditambah lagi banyaknya pintu usulan pemekaran, yakni 
pintu Depdagri, DPR, dan DPD.Menghentikan total pemekaran daerah adalah belum 
mungkin sebab harus mencabut dan merevisi UU 32/2004 dan PP 78/2007. 
Pelarangan pemekaran berarti melanggar kebebasan, hak asasi, dan aspirasi yang 
dijamin konstitusi. Pelarangan itu dengan sangat mudah dipatahkan dengan 
pengajuan review ke MK atau MA.
Dalam perspektif politik dan kebijakan, meminjam pemikiran Peter Schroeder 
(2004), ada dua strategi politik untuk menahan atau menghambat laju pemekaran 
daerah. 
Pertama, tindakan politik pengambangan dan Kedua, deregulasi kebijakan 
pemekaran daerah.Tindakan politik pengambangan itu dilakukan dengan cara 
menangguhkan usulan pemekaran. Syaratnya ada komitmen untuk itu, siap menjadi 
kurang populer, dan siap menanggung resiko untuk tidak dipilih kembali. Di level 
daerah hal ini bisa dilakukan oleh Bupati/Walikota, DPRD kabupaten/kota, 
Gubernur, DPRD Provinsi. Di level pusat hal ini bisa dilakukan oleh Depdagri, 
DPOD, DPR, dan DPD. Kampus atau lembaga penelitian yang mengerjakan studi 
kelayakan daerah baru mesti juga siap menyatakan bahwa memang daerah itu belum 
layak untuk dimekarkan. Konsekuensinya siap untuk dijauhi rakyat dan menjadi 
tidak populer. 
Deregulasi kebijakan pemekaran daerah dilakukan dengan cara merevisi 
kembali PP 78/2007. Substansi yang perlu direvisi adalah memperpanjang masa 
persiapan pemekaran, mensinkronkan kerja penanganan pemekaran daerah, dan 
pentingnya penyampaian laporan berkala kemajuan sebagai bentuk monitoring 
bersama. 
BAB III 
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah 
dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada 
masyarakat, meningkatkan kehidupan berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan 
potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan ketertiban. 
Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah 
dengan aspek penilaian sebagai berikut : a. Kemampuan Ekonomi, b. Potensi 
Daerah, c. Sosial Budaya, d. Sosial Politik, e. Jumlah Penduduk, f. Luas Daerah, g. 
Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah. 
Permasalahan yang timbul seiring dengan pemekaran daerah adalah: 
(1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan 
(2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik 
(3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik 
(4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk. 
Selain itu, terdapat juga persoalan pasca pemekaran seperti konflik 
akibatpengalihan rencana lokasi bangunan kantor pemda, prioritas pembangunan 
fisik untuk pusat kabupaten/kota versus untuk rakyat, ketidakpuasan wilayah 
tertentu yang tidak dilibatkan dalam pemekaran, serta sengketa tapal batas wilayah 
induk dan pemekaran. 
DAFTAR PUSTAKA 
Ida, Laode. 2005.Permasalahan Pemekaran Daerah di Indonesia.Media 
Indonesia. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang No. 22/1999 tentang 
Pemerintahan Daerah (www.indonesia,go.id) 
Ratnawati, Tri. 2005. Pemekaran Wilayah dan Alternatif Pemecahan Wilayah : 
Revisi Mendasar Terhadap PP 129 Tahun 2000. Jakarta : Yayasan Harkat 
Bangsa. 
www.wikipedia.com

More Related Content

What's hot

Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerah
Agung Jatmiko
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
fuji kurniawan
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Aulia Hamunta
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
Sherly Anggraini
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
suher lambang
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
tioprayogi
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahAgung Jatmiko
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
Khoirunnisah SR
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
syabdan
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Researcher Syndicate68
 
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Isnu Rahadi Wiratama
 
06 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 106 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 1
Diah Rahmawati
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Oswar Mungkasa
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
Puzo L
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
AZA Zulfi
 

What's hot (17)

Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerah
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
 
06 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 106 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 1
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
perkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerahperkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerah
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 

Viewers also liked

Makalah jaringan lan
Makalah jaringan lanMakalah jaringan lan
Makalah jaringan lan
Septian Muna Barakati
 
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalaminMakalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Septian Muna Barakati
 
Makalah sel 3
Makalah sel 3Makalah sel 3
Makalah sel 3
Septian Muna Barakati
 
Makalah dwi yanti
Makalah dwi yantiMakalah dwi yanti
Makalah dwi yanti
Septian Muna Barakati
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
Septian Muna Barakati
 
Makalah hakikat hubungan internasional
Makalah hakikat hubungan internasionalMakalah hakikat hubungan internasional
Makalah hakikat hubungan internasional
Septian Muna Barakati
 
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Septian Muna Barakati
 
Makalah english ''active n passive voices''
Makalah english ''active n passive voices''Makalah english ''active n passive voices''
Makalah english ''active n passive voices''
Septian Muna Barakati
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranSeptian Muna Barakati
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
Septian Muna Barakati
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
Septian Muna Barakati
 
Makalah profesi dan profesional guru
Makalah profesi dan profesional guruMakalah profesi dan profesional guru
Makalah profesi dan profesional guru
Septian Muna Barakati
 
Tugas farmakologi
Tugas farmakologiTugas farmakologi
Tugas farmakologi
Septian Muna Barakati
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
Septian Muna Barakati
 
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata rahaMakalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Septian Muna Barakati
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
Septian Muna Barakati
 
Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
Septian Muna Barakati
 
Resep makanan serelia
Resep makanan sereliaResep makanan serelia
Resep makanan serelia
Septian Muna Barakati
 

Viewers also liked (18)

Makalah jaringan lan
Makalah jaringan lanMakalah jaringan lan
Makalah jaringan lan
 
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalaminMakalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
 
Makalah sel 3
Makalah sel 3Makalah sel 3
Makalah sel 3
 
Makalah dwi yanti
Makalah dwi yantiMakalah dwi yanti
Makalah dwi yanti
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Makalah hakikat hubungan internasional
Makalah hakikat hubungan internasionalMakalah hakikat hubungan internasional
Makalah hakikat hubungan internasional
 
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannyaMakalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
Makalah sengketa internasional dan cara penyalesaiannya
 
Makalah english ''active n passive voices''
Makalah english ''active n passive voices''Makalah english ''active n passive voices''
Makalah english ''active n passive voices''
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah profesi dan profesional guru
Makalah profesi dan profesional guruMakalah profesi dan profesional guru
Makalah profesi dan profesional guru
 
Tugas farmakologi
Tugas farmakologiTugas farmakologi
Tugas farmakologi
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata rahaMakalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
 
Resep makanan serelia
Resep makanan sereliaResep makanan serelia
Resep makanan serelia
 

Similar to Makalah dampak pemekaran

Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
Septian Muna Barakati
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
Septian Muna Barakati
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
Warnet Raha
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
Operator Warnet Vast Raha
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayahLisa SYP
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayah
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah masalah dan potensi daerah
Makalah masalah dan potensi daerahMakalah masalah dan potensi daerah
Makalah masalah dan potensi daerah
Septian Muna Barakati
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
Septian Muna Barakati
 
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaKesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaArdiyanto Maksimilianus
 
otonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxotonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptx
HamidMukhlis1
 
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IXMs.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Francisca Paramitha
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
Muhammad Hidayat
 
Makalah otonomo daerah
Makalah otonomo daerahMakalah otonomo daerah
Makalah otonomo daerah
Operator Warnet Vast Raha
 
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
YKN
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahYadhi Muqsith
 
Perekonomian Indonesia
Perekonomian IndonesiaPerekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia
dwifebri10
 
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
JanuarRobiansyah
 
Makalah
MakalahMakalah

Similar to Makalah dampak pemekaran (20)

Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayah
 
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baru
Pemekaran wilayah  menimbulkan masalah baruPemekaran wilayah  menimbulkan masalah baru
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baru
 
Pemekaran wilayah
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayah
 
Makalah masalah dan potensi daerah
Makalah masalah dan potensi daerahMakalah masalah dan potensi daerah
Makalah masalah dan potensi daerah
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kotaKesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
Kesiapan maumere menjadi kota otonom jurnal tata kota
 
otonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxotonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptx
 
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IXMs.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Makalah otonomo daerah
Makalah otonomo daerahMakalah otonomo daerah
Makalah otonomo daerah
 
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
158065 id-memahami-penataan-ruang-wilayah-propinsi
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
 
Perekonomian Indonesia
Perekonomian IndonesiaPerekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia
 
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah
Makalah pelaksanaan otonomi daerahMakalah pelaksanaan otonomi daerah
Makalah pelaksanaan otonomi daerah
 

More from Septian Muna Barakati

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
Septian Muna Barakati
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
Septian Muna Barakati
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
Septian Muna Barakati
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
Septian Muna Barakati
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Septian Muna Barakati
 
E
EE
Faktor
FaktorFaktor
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
Septian Muna Barakati
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
Septian Muna Barakati
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
Septian Muna Barakati
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
Septian Muna Barakati
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
Septian Muna Barakati
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
Septian Muna Barakati
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
AdeSutisna19
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptxREAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
ianchin0007
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
RizkiArdhan
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptxPEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
dwiwahyuningsih74
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada AnakMengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
Mengenali Usia anak dan Kekerasan pada Anak
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptxREAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PENJAJAHAN BARAT DI MESIR (2).pptx
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptxPEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 

Makalah dampak pemekaran

  • 1. MAKALAH SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH “PEMEKARAN DAERAH” BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan Daerah Otonom dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang sesuai dengan perkembangan daerah. Munculnya gejala, bahkan kenyataan akan adanya pemekaran dan pembentukan Kabupaten, Kota, dan Propinsi baru di Indonesia menuntut perlunya segera ditetapkan syarat-syarat dan kriteria yang menjadi pertimbangan di dalam pembentukan dan pemekaran daerah. Memasuki akhir dekade 1990-an Indonesia mengalami perubahan sosial politik yang bermuara kepada pilihan melaksanakan desentralisasi sebagai salah satu modal utama pembangunan Indonesia. Hal ini ditandai dengan pemberlakuan UU 22/1999tentang Otonomi Daerah yang kemudian dirubah menjadi UU 32/2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menempatkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah ini sebagai satu prioritas dalam pembangunan nasional.Semangat otonomi daerah itu sendiri salah satunya bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri yang kemudian diatur dalam PP 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam prakteknya, pemekaran daerah jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan penghapusan ataupun penggabungan daerah. Dalam PP tersebut, daerah berhak mengajukan usulan pemekaran terhadap daerahnya selama telah memenuhi syarat teknis, administratif, dan fisik1 dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di wilayahnya.Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pasal 2 PP 129/2000). Argumentasi untuk ini didasarkan atas beberapa dimensi. Pemekaran akan mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diaspirasikan
  • 2. untuk memperbaiki pemerataan pembangunan. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibu kota pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah yang masih belum berkembang. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka dapat kami simpulkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pemekaran daerah itu? 2. Bagaimana pemekaran daerah di Indonesia? 3. Pedoman penilaian apa untuk dapat menjalankan pemekaran daerah? 4. Dampak apa saja yang timbul seiring dengan pemekaran daerah? 5. Bagaimana langkah yang bisa diambil untuk mencegah gelombang pemekaran daerah yang sangat pesat? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian pemekaran daerah
  • 3. Pemekaran daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU no.22 tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah. Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan: Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan:Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. B. Pemekaran daerah di Indonesia Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan dengan laju yang cukup tinggi. Jumlah penduduk 15 tahun sebelum Indonesia merdeka sekitar 60 juta jiwa menjadi 97 juta jiwa 30 tahun kemudian. Berturut-turut pada tahun 1971, 1981 dan 2005 menjadi 119 juta jiwa, 147 juta jiwa dan 230 juta jiwa [4,7]. Dengan menggunakan ukuran jumlah penduduk sebuah kota sebanyak 500.000 jiwa secara teoritis pada tahun 2005 wilayah Indonesia dapat dibagi dalam 460 daerah otonom (kabupaten dan kota). Angka tersebut akan bertahan paling tidak sampai tahun 2050, dengan asumsi masing masing daerah otonom tersebut berkembang secara merata menjadi kota metropolis dengan jumlah penduduk mendekati angka satu juta jiwa. Jumlah penduduk minimal sebagai persyaratan pemekaran daerah otonom tingkat kabupaten dan kota dipandang lebih realistis dibanding dengan menggunakan jumlah kecamatan seperti diatur dalam PP nomor 129 tahun 2000. Hasil kajian terhadap 24 daerah otonom baru hasil pemekaran tahun 2003-2004 dapat ditunjukkan bahwa hanya dua daerah otonom(8%) memiliki jumlah penduduk di atas 500.000 jiwa, delapan daerah otonom (33%) berpenduduk di bawah 100.000jiwa (satu di antaranya hanya berpenduduk 11.000 jiwa), sedang daerah otonom lainnya (69%) berpenduduk antara100.000 – 500.000 jiwa. Fakta tersebut
  • 4. diduga memberikan kontribusi terhadap rendahnya pencapaian tujuan otonomi daerah. Luas daratan Indonesia terdiri dari wilayah daratan dengan ketinggian antara 0-25 mdpl (28%),antara 26-100 mdpl(24%), antara 101-500 mdpl (23%), antara 501- 1000 mdpl (16%) dan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl (9%). Fakta tersebut memperlihatkan bahwa luas daratan Indonesia yang relatif paling baik untuk pengembangan permukiman perkotaan (di luar kehutanan, perikanan, pariwisata dan beberapa jenis perkebunan) hanya sekitar 50% yaitu pada wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl.Berdasarkan hasil perkiraan jumlah ideal daerah otonom sebanyak 460 kabupaten dan kota maka secara rata rata satu kabupaten/kota akan memiliki wilayah daratan rata rata seluas 4150 km2 atau rata rata efektif seluas 2075 km2.Penerapan persyaratan luas wilayah menurut PP nomor 129 tahun 2000 terhadap jumlah daerah otonom hasil pemekaran menghasilkan data luas daerah otonom baru yang beragam yaitu 13% memiliki luas di atas 4150 km2, 8% memiliki luas260 km2, 50% memiliki luas 1000-4000 km2 dan 29% memiliki luas antara 300-1000 km2.Dari segi luas wilayah, kurang dari 50% jumlah daerah pemekaran yang memenuhi kriteria ideal, 37% di bawah ideal dan 13% di atas ideal. Hal ini akan menimbulkan implikasi terhadap (1) efektifitas pencapaian tujuan otonomi daerah bagi daerah otonom yang sangat luas dan (2) daerah otonom yang luasnya relatif sempit akan menghadapi persoalan keterbatasan tanah dibanding dengan kecepatan pengembangan wilayahnya. C. Pedoman penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota/propinsi (pelaksanaan PP no. 129 tahun 2000) Dalam PP No. 129 tahun 2000 tersebut diuraikan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; karena pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kehidupan berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan ketertiban. Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah dengan aspek penilaian sebagai berikut : 1. Kemampuan Ekonomi;
  • 5. 2. Potensi Daerah; 3. Sosial Budaya; 4. Sosial Politik; 5. Jumlah Penduduk; 6. Luas Daerah; 7. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, selaku departemen teknis, selalu diminta untuk memberikan masukan sebagai pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah (sebagaimana tercantum dalam butir g. [pasal 3 PP No. 129/2000] di atas) dan/atau masukan lain sebagai pertimbangan teknis untuk menyempurnakan syarat-syarat pembentukan daerah. Untuk menjaga konsistensi penilaian pembentukan/pemekaran daerah, perlu disusun Pedoman Penilaian Pembentukan/Pemekaran Daerah yang ditekankan pada aspek teknis yang mencakup bidang penataan ruang dan permukiman serta prasarana wilayah, dengan senantiasa memperhatikan jiwa dan semangat PP No. 129 tahun 2000. Peninjauan dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana wilayah dimaksudkan untuk : 1. Mewujudkan daerah yang mampu berkembang secara mandiri; 2. Menjaga keseimbangan perkembangan daerah antara daerah baru dengan daerah induknya; 3. Menghindari dampak negatif sosial dan lingkungan akibat adanya pemekaran daerah; 4. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana yang optimal (yang dapat melayani seluruh wilayah). 5. Dengan adanya penilaian dari aspek tata ruang, permukiman dan prasarana wilayah, diharapkan daerah yang akan dimekarkan nantinya akan cepat berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. D. Dampak yang ditimbulkan karena pemekaran daerah yang pesat di indonesia. Dampak dari pemekaran daerah yang cukup pesat ini adalah: (1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan
  • 6. (2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik (3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik (4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk. Selain yang disebutkan diatas permasalahan lain ialah jumlah pemerintah daerah baru di Indonesia berkembang sangat fantastis dan cenderung ‘berlebihan’. Berapa jumlah provinsi di Indonesia? Dahulu, pertanyaan ini akan mudah untuk dijawab yaitu 27 provinsi termasuk Timor Timur. Namun, sejak adanya UU No 22/1999 dan UU No 25/1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, makin sulit untuk menjawab pertanyaan tadi. Hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat bingung dengan pesatnya peningkatan jumlah pemerintah daerah baru. Pada 2001, kabupaten/kota di Indonesia berjumlah 336 (di luar DKI Jakarta) dengan 30 provinsi (bertambah empat provinsi baru). Jumlah ini meningkat hingga awal 2004 terdapat 32 provinsi dengan 434 kabupaten/kota. Tak dapat dipungkiri bahwa pemekaran pemerintah daerah ini telah menimbulkan tekanan terhadap APBN karena adanya sejumlah dana yang harus ditransfer kepada pemerintah daerah baru. Kondisi ini memberikan pesan kepada pemerintah pusat untuk membuat kriteria yang jelas dan tegas dalam menyetujui pemekaran pemerintah daerah baru. Berhubungan dengan kriteria tersebut, pemerintahan Presiden Gus Dur pada akhir 2000 telah mengeluarkan PP No 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenuhi syarat-syarat, Namun, kriteria yang disampaikan oleh presiden tersebut dirasakan kurang bersifat operasional misalnya dalam bentuk standardisasi berapa besar nilai setiap indikator, sehingga suatu daerah layak untuk dimekarkan. Selain itu, prosedur pemekaran berdasarkan hasil penelitian oleh daerah yang ingin dimekarkan tersebut, mengandung potensi yang besar pula untuk suatu ‘tindakan manipulasi’. Sudah menjadi rahasia umum, dengan adanya pemekaran pemerintah daerah, maka akan timbul posisi dan jabatan baru. Dan ini berimplikasi lebih jauh lagi dengan munculnya sistem birokrasi baru yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Posisi dan jabatan ini tentunya tidak terlepas dari adanya aliran dana dari pemerintah pusat (APBN) kepada pemerintah daerah.
  • 7. Motivasi untuk membentuk daerah baru tidak terlepas dari adanya jaminan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam era desentralisasi ini, bentuk dana transfer ini dikenal sebagai dana perimbangan yang terdiri dari dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), serta dana bagi hasil baik bagi hasil pajak maupun bagi hasil sumber daya alam.Komponen terbesar dalam dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah DAU. Dampak dari adanya pemekaran daerah terhadap alokasi DAU dan akhirnya membebani APBN sebenarnya lebih bersifat tidak langsung. Hal ini dikarenakan DAU yang dialokasikan didasarkan pada perhitungan daerah induk dan baru kemudian dibagikan berdasarkan proporsi tertentu antara daerah induk dan daerah pemekaran. Akan tetapi, hal ini menyebabkan adanya kepastian daerah menerima DAU ini, secara politis memberikan motivasi untuk memekarkan daerah. Tentunya sebagai daerah baru, penerimaan DAU tersebut lebih diarahkan pada pembangunan prasarana pemerintah seperti kantor pemerintahan, rumah dinas, serta pengeluaran lain yang berkaitan dengan belanja pegawai.Pengeluaran yang berkaitan dengan aparatur pemerintahan ini jelas memiliki pengaruh yang sedikit kepada masyarakat sekitar. Penyediaan barang publik kepada masyarakat tentunya akan menjadi berkurang dikarenakan pada tahun-tahun awal pemekaran daerah, pembangunan lebih difokuskan pada pembangunan sarana pemerintahan. Karena itu, aliran DAU kepada daerah pemekaran, menjadi opportunity loss terhadap penyediaan infrastruktur dan pelayanan publik kepada masyarakat. Jumlah ini tentunya tidaklah sedikit. Pada 2003, daerah hasil pemekaran 2002 sebanyak 22 kabupaten/kota baru telah menerima DAU Rp1,33 triliun. Jumlah ini terus meningkat pada APBN 2004, 40 daerah hasil pemekaran 2003, telah menerima DAU Rp2,6 triliun. Jumlah DAU daerah pemekaran ini tentunya juga akan mengurangi jumlah DAU yang diterima daerah induk sehingga memiliki potensi yang besar pula terjadinya degradasi pada pelayanan publik dan penyediaan infrastruktur kepada masyarakat. Dampak yang lebih luas dari hal ini adalah adanya kemungkinan beban APBN bertambah dengan adanya intervensi yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam membangun daerah pemekaran ini.Salah satu bentuk pengeluaran langsung oleh pemerintah pusat kepada daerah pemekaran ini dimanifestasikan dalam bentuk DAK nondana reboisasi. Salah satu jenis dari DAK non-DR digunakan untuk membiayai
  • 8. pembangunan prasarana pemerintahan hasil pemekaran. Pada 2003, APBN harus menyalurkan dana Rp88 miliar hanya untuk membangun prasarana pemerintahan daerah pemekaran atau setiap daerah pemekaran akan mendapatkan dana sebesar Rp4 miliar.Jumlah itu terus bertambah pada APBN 2004 menjadi Rp228 miliar. Terlihat jelas bahwa setiap ada pemekaran daerah, beban APBN akan semakin bertambah besar. Apalagi jika daerah yang dimekarkan tersebut adalah provinsi. Fakta telah menunjukkan setiap ada pemekaran provinsi, maka akan diikuti pula dengan pemekaran kabupaten/kota. E. Mengendalikan gelombang pemekaran daerah Gelombang pemekaran daerah yang tidak terkendali ini berpotensi mengakibatkan defisit atau ancaman ‖kebangkrutan nasional‖ baik secara politik, ekonomi, kultur, teknis, dan keamanan nasional. Temuan lain di lapangan28 menunjukan bahwa proses dan pasca pemekaran daerah berdampak pada munculnya gejala politik uang yang menyedot dana APBD daerah induk, penguatan identitas elite lokal/etnis/agama/wilayah yang menggerus nasionalisme, dan semakin banyak yang kalah pilkada cenderung semakin banyak pula rencana mengusulkan pemekaran daerah. Daerah pemekaran baru menyebabkan terjadi split data kependudukan di daerah baru dan daerah induk. Konsekuensinya terjadi kerepotan pembiayaan penyelenggaraan pilkada/pemilu. Muncul sengketa tapal batas dan sengketa lokasi ibu kota. Terjadi involusi politik atau merasa semakin berkuasa tetapi sebenarnya makin mengecilnya lahan kewenangan politiknya. Memberatkan APBD daerah induk dan APBN yang harus menyediakan dana pendamping untuk daerah baru. Oleh karena itu, memang sudah sepantasnya pemekaran daerah dikendalikan atau dihentikan sementara. Pemerintah pusat dan daerah tidak memiliki grand design for territorial reform. Pemerintah hanya mengandalkan UU 32/2004 dan PP 78/2007 yang longgar. Ditambah lagi banyaknya pintu usulan pemekaran, yakni pintu Depdagri, DPR, dan DPD.Menghentikan total pemekaran daerah adalah belum mungkin sebab harus mencabut dan merevisi UU 32/2004 dan PP 78/2007. Pelarangan pemekaran berarti melanggar kebebasan, hak asasi, dan aspirasi yang dijamin konstitusi. Pelarangan itu dengan sangat mudah dipatahkan dengan pengajuan review ke MK atau MA.
  • 9. Dalam perspektif politik dan kebijakan, meminjam pemikiran Peter Schroeder (2004), ada dua strategi politik untuk menahan atau menghambat laju pemekaran daerah. Pertama, tindakan politik pengambangan dan Kedua, deregulasi kebijakan pemekaran daerah.Tindakan politik pengambangan itu dilakukan dengan cara menangguhkan usulan pemekaran. Syaratnya ada komitmen untuk itu, siap menjadi kurang populer, dan siap menanggung resiko untuk tidak dipilih kembali. Di level daerah hal ini bisa dilakukan oleh Bupati/Walikota, DPRD kabupaten/kota, Gubernur, DPRD Provinsi. Di level pusat hal ini bisa dilakukan oleh Depdagri, DPOD, DPR, dan DPD. Kampus atau lembaga penelitian yang mengerjakan studi kelayakan daerah baru mesti juga siap menyatakan bahwa memang daerah itu belum layak untuk dimekarkan. Konsekuensinya siap untuk dijauhi rakyat dan menjadi tidak populer. Deregulasi kebijakan pemekaran daerah dilakukan dengan cara merevisi kembali PP 78/2007. Substansi yang perlu direvisi adalah memperpanjang masa persiapan pemekaran, mensinkronkan kerja penanganan pemekaran daerah, dan pentingnya penyampaian laporan berkala kemajuan sebagai bentuk monitoring bersama. BAB III PENUTUP
  • 10. A. Kesimpulan Pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kehidupan berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan ketertiban. Dalam PP 129 tahun 2000 tercantum syarat-syarat pembentukan daerah dengan aspek penilaian sebagai berikut : a. Kemampuan Ekonomi, b. Potensi Daerah, c. Sosial Budaya, d. Sosial Politik, e. Jumlah Penduduk, f. Luas Daerah, g. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah. Permasalahan yang timbul seiring dengan pemekaran daerah adalah: (1) kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan (2) pelayanan publik yang masih sama dan belum membaik (3) kesejahteraan rakyat yang masih belum baik (4) sumber daya aparat pemerintah merupakan residu dari daerah induk. Selain itu, terdapat juga persoalan pasca pemekaran seperti konflik akibatpengalihan rencana lokasi bangunan kantor pemda, prioritas pembangunan fisik untuk pusat kabupaten/kota versus untuk rakyat, ketidakpuasan wilayah tertentu yang tidak dilibatkan dalam pemekaran, serta sengketa tapal batas wilayah induk dan pemekaran. DAFTAR PUSTAKA Ida, Laode. 2005.Permasalahan Pemekaran Daerah di Indonesia.Media Indonesia. Jakarta.
  • 11. Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (www.indonesia,go.id) Ratnawati, Tri. 2005. Pemekaran Wilayah dan Alternatif Pemecahan Wilayah : Revisi Mendasar Terhadap PP 129 Tahun 2000. Jakarta : Yayasan Harkat Bangsa. www.wikipedia.com