SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
NIDN: 0711029304
Disusun Oleh :
Nama : Marandi Eko Wibowo
NIM : 1301020006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas mata kuliah Penetapan dan Penegasan
Batas Laut ini dengan baik serta tepat waktu. Mudah - mudahan makalah yang kami buat ini
bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Dosen pengampu
pelajaran Penetapan dan Penegasan Batas Laut. Kepada pihak yang sudah menolong turut
dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak
terima kasih.
Tuban,13 Juni 2022
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................................................. 2
1.3. Manfaat Praktikum ............................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ................................................................................................... 2
1.5. Skema Kegiatan Praktikum .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 4
2.2. Pengertian Penginderaan Jauh .............................................................................. 4
2.3. Jenis – Jenis Citra Satelit ...................................................................................... 7
2.4. Karakteristik Citra Satelit ...................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI ................................................................................................ 15
3.1. Waktu dan Lokasi ................................................................................................. 15
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 15
3.3. Metode Kerja ......................................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 16
4.1. Penyajian Data ...................................................................................................... 16
4.2. Analisa Data .......................................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 43
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 43
5.2. Saran ...................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penginderaan jauh adalah ilmu dalam mengumpulkan informasi suatu objek tanpa
menyentuh atau melakukan kontak fisik secara langsung terhadap objek tersebut. Secara
umum, inderaja berkaitan dengan pengolahan citra dalam mengamati dan mengetahui suatu
fenomena di bumi.
Menurut Lillesand dan Kiefer (2004), penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk
mendapat informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena geofisik melalui analisis data,
dimana untuk memperoleh data tersebut tidak perlu melakukan kontak langsung terhadap
sumber objek, daerah, atau fenomena geofisik.
Data yang diperoleh ini berupa citra satelit yang harus diolah agar menghasilkan
informasi yang dikehendaki. Prinsip dasarnya adalah merekam interaksi antara gelombang
elektronik dan objek di muka bumi oleh sensor penangkap gelombang. Sensor tersebut dapat
berupa satelit, pesawat berawak maupun tanpa awak.
Cara kerja inderaja dimulai saat melakukan proses perekaman objek yang ada di
permukaan bumi. Penginderaan ini dihubungkan oleh tenaga yang membawa data menuju
sensor, seperti bunyi, daya magnet, gaya berat, dan elektromagnetik. Akan tetapi energi yang
digunakan dalam proses ini biasanya adalah tenaga elektromagnetik, misalnya cahaya
matahari sebagai tenaga elektromagnetik bersistem pasif.
Sinar matahari yang mengenai objek permukaan bumi kemudian diserap dan dipancarkan
sehingga sensor akan menangkap gelombang elektromagnetik yang berasal dari permukaan
bumi. Sensor elektromagnetik tersebut dapat dipasang pada satelit atau pesawat drone.
Setelah sensor menangkap gelombang elektromagnetik, selanjutnya akan diolah menjadi
sinyal digital yang tersimpan di ruang penyimpanan data.
2
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan proses pengolahan citra satelit serta secara khusus tujuan dari praktikum
ini adalah:
⮚ Memperoleh gambaran deskriptif dari pengolahan citra
⮚ Dapat memberikan kesimpulan data kualitatif yang telah didapatkan
Adapun tujuan khusus diadakan praktikum penginderaan jauh kelautan ini adalah:
⮚ Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan
⮚ Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di lapangan
⮚ Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi dan inovatif
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat Praktik Mata Kuliah Penginderaan Jauh Kelautan ini adalah:
⮚ Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan,
⮚ Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di alam,
⮚ Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi dan inovatif.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam Praktikum Mata Kuliah Penginderaan Jauh Kelautan ini
adalah:
⮚ Bagaimana cara Mahasiswa mengolah data citra tersebut dengan benar dan baik
⮚ Bagaimana cara Mahasiswa mendapatkan data yang diambil dari ruang angkasa
dalam bentuk gambar.
3
1.5. Skema Kegiatan Praktikum
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 2.1 Peta Lokasi Praktikum
Karimunjawa merupakan kepulauan yang terletak di tengah Laut Jawa. Karimunjawa secara
geografis terletak pada koordinat 5°40'39”- 5°55'00” LS dan 110°05' 57”-110°31' 15” BT.
2.2. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh menjadi salah satu alternatif memperoleh informasi yang cepat, tepat
dan murah. Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alam pada
objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek permukaan
bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emission) oleh
media gelombang elektromagnetik (Suwargana, 2013). Menurut Jaya (2010), penginderaan
jarak jauh khususnya satellite remote sensing dengan citra landsat merupakan sarana yang
banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan di bidang kelautan dan pesisir di Indonesia.
5
Aplikasi penginderaan jauh merupakan salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk
analisis tingkat kenyamanan permukiman di daerah kota. Aplikasi penginderaan jauh mampu
dalam menyadap informasi secara detail, karena memberikan resolusi spasial yang cukup
tinggi. Informasi tersebut dapat berupa liputan vegetasi, kepadatan bangunan, jarak
permukiman terhadap jalan utama dan industri yang merupakan beberapa parameter penentu
tingkat kenyamanan permukiman. Pemanfaatan SIG digunakan untuk menganalisis parameter
yang berpengaruh dalam tingkat kenyamanan permukiman dan membantu dalam
memvisualisasikan dalam bentuk peta (Maru, 2016).
Karakter utama citra (image) dalam penginderaan jauh adalah adanya rentang kanal
(band) panjang gelombang elektromagnetik (electromagnet wavelength) yang dimilikinya.
Beberapa radiasi yang dapat dideteksi dengan sistem penginderaan jauh, seperti radiasi
cahaya matahari yang dapat terdeteksi melalui medium gelombang elektromagnetik. Daerah
panjang gelombang elektromagnetik dari daerah visible dan near sampai middle infrared,
atau dari distribusi spasial energy panas (thermal) yang dipantulkan dari permukaan bumi.
Setiap material pada permukaan bumi mempunyai reflektansi yang berbeda terhadap cahaya
matahari, sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi yang berbeda pada
setiap band panjang gelombang. Obyek di permukaan bumi berdasarkan pada nilai pantulan
energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh obyek permukaan bumi kemudian
energy tersebut direkam oleh sensor. Ada tiga kelompok utama obyek permukaan bumi yang
dapat dideteksi oleh sensor yaitu: air, tanah, dan vegetasi yang masing-masing memancarkan
energy elektromagnetik dengan kemampuan pemetaan citranya tergantung pada karakteristik
masing-masing citra satelit. Kanal dan karakteristik inilah yang digunakan oleh penginderaan
jauh untuk mengenali obyek-obyek atau tipe-tipe liputan lahan yang ada di permukaan bumi
(Suwargana, 2013)
Saat ini penelitian tentang terumbu karang mengenai distribusi, kondisi (tingkat
kerusakan) dan luasannya masih dilakukan dengan cara konvensional yang masih mempunyai
banyak kelemahan, selain membutuhkan biaya yang cukup besar juga sulit mendapatkan data
yang secara sinoptik dan bersifat spasial dalam areal yang luas. Sebagai solusi dari masalah
ini, sekarang sudah tersedia sarana satelit (Citra Landsat_TM) yang dapat digunakan untuk
mendapatkan data secara sinoptik dan bersifat spasial dalam areal yang luas tersebut.
Contohnya adalah penelitian untuk mengetahui distribusi dan tingkat kerusakan terumbu
karang yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, serta luasannya (terbatas pada
kedalaman 0-10 meter) dengan menggunakan citra satelit Landsat_TM Aquisisi Tahun 1997
dan 2002 (Rauf, 2004).
6
Koreksi citra satelit yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit Landsat 8
tahun 2005 hasil perekaman 12 Januari 2005 yang digunakan sebagai garis pantai awal
(baseline), dan hasil perekaman 12 September 2014 sebagai garis pantai pembanding.
Pengolahan citra satelit dilakukan untuk mengoreksi hasil perekaman citra satelit dengan
kondisi sebenarnya di lapangan. Pengolahan citra satelit terdiri dari koreksi atmosferik dan
koreksi geometrik (Anggoro et al., 2015).
1. Koreksi Atmosferik
Proses koreksi atmosferik yang dilakukan menggunakan modul FLASH pada perangkat lunak
Envi. Koreksi atmosferik bertujuan untuk menghilangkan pengaruh atmosfer, seperti partikel
debu dan uap air (Manson et al., 2003). Tahap koreksi atmosferik menggunakan FLASH
adalah yang berfungsi sebagai berikut:
1) Kalibrasi nilai digital citra menjadi nilai radian dalam format band interleaved by line
(BIL);
2) Menentukan titik tengah scene citra, tipe sensor, ketinggian sensor, ukuran piksel dan
akuisisi yang terdapat pada metadata citra;
3) Menentukan ketinggian rata-rata lokasi penelitian dan menentukan model atmosferik
yaitu tropikal dan model aerosol maritime dan;
4) Memasukan nilai kecerahan udara.
2. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik yang dilakukan dalam metode penginderaan jauh, dengan menggunakan
data GCP (Ground Control Point) hasil pengukuran lapangan berdasarkan persamaan
polinomial (Mishra et al., 2006; Wenang et al., 2015). Penentuan posisi GCP dilakukan pada
lokasi yang dianggap tidak berubah atau berpindah selama tahun 2005-2014 seperti dermaga,
persimpangan jalan dan menara. Koreksi geometrik dilakukan dengan cara nilai koordinat
baris dan kolom ditransformasi secara matematis menjadi koordinat dengan sistem proyeksi
yang telah ditentukan. Persamaan polinomial dipilih untuk mengurangi kesalahan koordinat.
Akurasi dari transformasi polynomial dihitung dengan menggunakan RMSE (Root Mean
Square Error) untuk setiap GCP.
7
2.3. Jenis – Jenis Citra Satelit
Citra Satelit Landsat, Spot dan Ikonos
Data satelit Landsat (Land Satellite) membawa sensor Thematic Mapper (ETM), data
SPOT (Satellit pour Observation de la Terre) membawa HRVIR (High Resolution to Near
Infrared) yaitu mempunyai band daerah tampak (visible) sampai dengan infra merah, dan
data Ikonos sama juga mempunyai band multispectral dari daerah tampak (visible) sampai
dengan infra merah semuanya mempunyai kemampuan dalam hal pemanfaatannya.
Landsat
Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program observasi bumi. Landsat
dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral.
Setelah tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM.
Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.
Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun sekarang sudah tidak
beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic
Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor
Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu
band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah inframerah dekat, infra
merah menengah, dan band 6 adalah inframerah termal yang mempunyai resolusi spasial 120
x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5
mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap
16 hari, pada ketinggian orbit 705 km.
Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan membawa instrumen ETM
(Enhanced Thematic Mapper) yang menyajikan delapan sailorman multispektral scanning
radiometer. Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner. Saat ini,
hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi.
Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini, manfaatnya adalah untuk
pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu
permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat
memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah menengah. Landsat TM adalah
satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal
8
diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu
tanaman dalam areal yang diirigasi.
Spot
SPOT singkatan dari Systeme Pour I.Observation de la Terre. SPOT-1 diluncurkan
pada tahun 1986. SPOT dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari Pemerintah Prancis,
Swedia dan Belgia. SPOT pertama kali beroperasi dengan pushbroom sensor CCD dengan
kemampuan off-track viewing di ruang angkasa. Saat itu, resolusi spasial 10 meter untuk
pankromatik dan 20 meter daerah tampak (visible). Pada Maret 1998 sebuah kemajuan
signifikan SPOT-4 diluncurkan: sensor HRVIR mempunyai 4 di samping 3 band dan
instumen VEGETATION ditambahkan. VEGETATION didesain untuk hampir tiap hari dan
akurat untuk memonitor bumi secara global.
Ikonos
Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang
angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging, sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika
Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3 (OrbImage),
Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian Space).
Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan pengumpulan data secara
reguler dilakukan sejak Maret 2000. Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di
samping mempunyai kemampuan merekam citra multispektral pada resolusi 4 meter, Ikonos
dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan
kombinasi sifat sifat multispektral pada citra 4-meter dengan detail detail data pada 1 meter,
citra Ikonos diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.
Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara simultan
mengambil citra pankromatik dan multispektral. Ikonos mengirimkan resolusi spasial
tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi
juga mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space Imaging, 2004).
Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui. Pemilik berharap bahwa
penggunaan lapangan dapat dibayar untuk harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada
masa mendatang, 50% data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari
angkasa (kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto udara yang masih ada).
Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra seluruh kota-kota utama Amerika Serikat.
9
Sampai saat ini pemetaan dan monitoring perkotaan dari angkasa (tidak hanya di Amerika)
hanya mungkin pada skala terbatas.
Kualitas gambar citra penginderaan jauh dapat dilihat berdasarkan resolusi yang
digunakan. Paling utama dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: resolusi spasial, temporal, dan
spektral.
Resolusi Spasial
Merupakan ukuran terkecil objek di lapangan yang dapat direkam pada data digital
maupun pada citra. Pada data digital resolusi di lapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin
kecil ukuran terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu semakin
baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin rinci. Resolusi spasial yang
baik dikatakan resolusi tinggi atau halus, sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau
rendah (Suwargana,2013).
Resolusi spasial merupakan kemampuan untuk menampakkan dua objek yang
berdekatan secara terpisah. Dapat disebut juga daya memecah detail suatu objek. Resolusi
spasial dipengaruhi oleh pixel citra tersebut. Semakin banyak pixel dan ukuran pixel yang
kecil memberikan detail yang lebih baik, karena setiap pixel akan mewakili informasi suatu
citra. Semakin besar matrix pixel maka akan memberikan resolusi spasial yang lebih baik.
Resolusi spasial dapat disebabkan juga oleh blur akibat faktor geometris, misalnya karena
ukuran fokus tabung, difusi cahaya pada receptor, bukan diafragma, dan pergerakan pasien.
Dalam diagnostik pencitraan digital, resolusi spasial 2,5-5,0 mm merupakan range optimal
dalam menghasilkan citra. Untuk mammografi yang membutuhkan detail tinggi ketika ada
mikrokalsifikasi, ataupun tulang yang membutuhkan detail maka dibutuhkan resolusi spasial
yang lebih tinggi. Dalam pencitraan CR penyebab resolusi spasial yang rendah adalah karena
hamburan cahaya saat imaging plate dibaca. Kejadian ini dapat mengakibatkan blur pada saat
imaging plate dibaca oleh imaging plate reader (Setyawan, 2014).
Dalam menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu diketahui,
yaitu:
a. Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m.
b. Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m
c. Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 - > 1000 m (Suwargana, 2013).
10
Gambar 1.1 Hasil Perbedaan Resolusi Spasial
Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi spasial adalah:
a. Landsat : 15 meter pada mode pankromatik dan 30 meter pada mode multispectral
b. Spot : 10 meter pada mode pankromatik dan 20 meter pada mode multispektral
c. Ikonos : 1 meter pada mode pankromatik dan 4 meter pada mode multispektral
(Suwargana, 2013).
Berikut adalah resolusi spasial pada beberapa jenis citra :
♦ Citra SPOT resolusi spasial nya 10 dan 20 meter
♦ Citra Landsat TM resolusi spasial nya 30 meter
♦ Citra Landsat MSS resolusi spasial nya 79 meter
♦ Citra IKONOS resolusi spasial nya 1.5 meter, diluncurkan pertama kali pada
tanggal 24 September 1999 oleh Space Imagine, merupakan citra satelit komersil
pertama.
♦ Citra QuickBird resolusi spasialnya yang tertinggi saat ini yaitu 0.61 meter.
Diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 oleh Digitalglobe.
♦ Citra OrbView 3 resolusi spasialnya adalah 1 meter (pankromatik) dan 4 meter
(multispektral). Diluncurkan pada 26 juni 2003 oleh GeoEye.
♦ Formosat 2 resolusi spasialnya adalah 2 meter (pankromatik) dan 8 meter
(multispektral) (Sugiarto, 2012).
11
Resolusi Temporal
Resolusi temporal diartikan sebagai lamanya waktu bagi sensor satelit untuk
mengindera daerah yang sama untuk yang kedua kalinya. Satuannya biasanya adalah hari.
Semakin banyak jumlah hari yang diperlukan untuk mengindera daerah yang sama maka
semakin rendah resolusi temporalnya, dan sebaliknya (Syah,2010).
Resolusi temporal adalah frekuensi perekaman ulang kembali ke daerah yang sama
pada rentang waktu tertentu. Rentang waktu perulangan ke asal daerah yang sama satuannya
dinyatakan dalam jam atau hari, contoh resolusi temporal ini: a. Resolusi temporal tinggi
berkisar antara : <24 jam - 3 hari. b. Resolusi temporal sedang berkisar antara : 4-16 hari c.
Resolusi temporal rendah berkisar antara:> 16 hari (Suwargana, 2013).
Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi temporal:
a. Landsat generasi 1 : 18 hari
b. Landsat generasi 2 : 16 hari
c. SPOT : 26 hari atau 6-7 kali/bulan karena sensor dapat ditunjukkan arah
perekamannya Ikonos: antara 1,5 sampai 3 hari (Suwargana, 2013).
Gambar 1.2 Hasil Sensor Resolusi Temporal oleh LANDSAT generasi 1 :18 hari.
12
Resolusi spectral
Resolusi spektral dari suatu sensor adalah lebar dan banyaknya saluran yang dapat
diserap oleh sensor. Semakin banyak saluran yang dapat diserap dan semakin sempit lebar
spektral tiap salurannya maka resolusi spektralnya semakin tinggi. Resolusi spektral ini
berkaitan langsung dengan kemampuan sensor untuk dapat mengidentifikasi objek. Resolusi
spektral sensor yang spesifik menentukan jumlah band spektral, di mana sensor dapat
memilih radiasi yang direfleksikan (dipantulkan). Tetapi jumlah band-band bukanlah hanya
aspek yang penting dari resolusi spektral. Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai
resolusi spektral: a. Resolusi spektral tinggi berkisar antara: - 220 band b. Resolusi spektral
sedang berkisar antara: 3 - 15 band c. Resolusi spektral rendah berkisar antara: - 3 band
Saluran spektrum yang digunakan dalam sistem penginderaan jauh, pada daerah spektrum
optik (visible, infra merah dekat dan infra merah menengah atau inframerah pantulan).
2.4. Karakteristik Citra Satelit
Karakteristik dan Interpretasi Citra
Interaksi gelombang elektromagnetik yang diterima oleh sensor Landsat, Spot, dan
Ikonos bekerja pada daerah spektrum optik (visible, infra merah dekat dan infra merah
menengah atau inframerah pantulan), di antaranya mengalami peristiwa sebagai berikut:
1. Dalam daerah ini dapat sekaligus terjadi peristiwa pemantulan, penyerapan dan
penerusan dengan mengikuti hukum Kirchoff dan hukum Snellius.
2. Energi yang jatuh pada suatu objek akan diabsorbsikan, dipantulkan, dan
ditransmisikan.
3. Pada daerah spektrum optik, energi yang diukur oleh sensor adalah energi yang
direfleksikan oleh objek permukaan bumi, sehubungan dengan sensitivitas sensor
dioperasikan pada daerah spektrum tampak, infra merah pantulan (infra merah dekat
dan infra-merah menengah).
4. Besarnya radiasi yang dipantulkan oleh objek yang diterima oleh sensor pengamat,
berbeda-beda untuk setiap objek. Dengan kata lain, objek-objek dapat diidentifikasi
atau dibedakan tergantung pada karakteristik reflektan objek-objek tersebut.
5. Karakteristik reflektansi spektral dari berbagai objek yang umum pada permukaan
bumi seperti tumbuhan, tanah, air, ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:
13
Gambar 1. Karakteristik Spasial, Spektral dan Radiasi pada Data Satelit Landsat, SPOT, dan
Ikonos terhadap Obyek Permukaan Bumi Sumber: Lillesand, M.T. and W.R. Kiefer.1999.
Gambar 1 merupakan gambaran dari karakteristik data satelit Landsat, Spot, dan
Ikonos yang bekerja pada kemampuan masing-masing panjang gelombangnya untuk
mendeteksi (pengambilan data) obyek permukaan bumi. Mereka bekerja pada daerah panjang
gelombang optik (visible, infra merah dekat dan infra merah menengah atau inframerah
pantulan). Ketiga masing-masing satelit mendeteksi berdasarkan kemampuan dari sensor
masing masing.
Kemampuan sensor data Landsat dijelaskan pada Gambar 1. Pada setiap masing-
masing band dari kanal 1 sampai 7 menjelaskan kemampuan data dapat mendeteksi objek
permukaan bumi. Radiasi dari pancaran atau pantulan oleh objek air dapat dideteksi oleh
sensor Landsat pada kanal 1 pada panjang gelombang (0,45- 0,51 μm) resolusi spasial 30
meter. Pancaran radiasi dari obyek tanah (termasuk lahan terbuka, permukiman, hutan, dan
perkebunan) dapat terdeteksi oleh kanal 3 pada panjang gelombang pada panjang gelombang
(0,63-0,69μm). Sedangkan radiasi pantulan objek vegetasi dapat terdeteksi oleh kanal 5 pada
panjang gelombang pada panjang gelombang (1,55-1,75 μm) dan 7 pada panjang gelombang
(2,09-2,35 μm).
Sensor data Spot dengan resolusi spasial 20 meter dapat menunjukkan pada setiap
band kanal 1 sampai 4 mampu mendeteksi obyek permukaan bumi. Pantulan radiasi obyek air
14
dapat dideteksi oleh sensor pada kanal 1 pada panjang gelombang (0,49-0,61 μm). Untuk
obyek tanah (termasuk lahan terbuka, permukiman, jalan, hutan dan perkebunan) dapat
terdeteksi oleh kanal 2 pada panjang gelombang pada panjang gelombang (0,61-0,68 μm),
sedangkan untuk pantulan radiasi obyek vegetasi terdeteksi oleh kanal 3 pada panjang
gelombang pada panjang gelombang (0,78-0,89 μm).
Untuk sensor data Ikonos dengan resolusi spasial 1 meter juga kemampuannya
dijelaskan pada Gambar 1. Setiap band kanal 1 sampai 4 dapat mendeteksi objek permukaan
bumi tergantung kemampuan masing-masing kanal. Pantulan pantulan radiasi objek air dapat
dideteksi oleh sensor pada kanal 1 pada panjang gelombang (0.45- 0.52 μm μm), obyek tanah
(termasuk lahan terbuka, permukiman, jalan) pada kanal 2 pada panjang gelombang (0.52-
0.62 μm) dan kanal 3 pada panjang gelombang (0.63-0.69 μm) sedangkan puncak vegetasi
pada kanal 4 pada panjang gelombang (0.76-0.90 μm ).
Gambar. 2 Contoh resolusi pada Citra Satelit : Landsat, Spot, dan Ikonos wilayah Monas dan
sekitarnya. Sumber: LAPAN dan http://www.spaceimaging.com/products/ikonos/index.html
15
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi
Praktikum dilakukan pada bulan Juni 2022 di Laboratorium Ilmu Kelautan dan Ruang
Kelas, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Penginderaan Jauh Kelautan
yaitu
a. Laptop dengan minimal spesifikasi Core I3
b. Software ArcGIS, Google Earth Pro, ENVI
c. Buku pedoman praktikum
3.3. Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data telah diberikan kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Penginderaan Jauh, dimana Pulau Karimun Jawa dijadikan sebagai
objek lokasi praktikum. Hasil praktikum ini meliputi data spectral (digital number), koreksi
radiometrik, layer stacking, dan Penajaman Kontras.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penyajian Data
A. POLA SPEKTRAL
Tujuan:
Mengetahui nilai spektral masing-masing objek pada sebuah citra.
Langkah Kerja:
Gambar 4.1.1 Kombinasi Band pada Landsat 8
Gambar 4.1.2. Tampilan ENVI
Dari menu utama ENVI, klik File – Open Image File – lalu klik 2X file citra.
17
Gambar 4.1.3. Menampilkan display setiap Band
Setelah muncul jendela Available Band List, klik Band 1 – Gray Scale,
lalu ditampilkan pada Display #1. Ulangi langkah tersebut dengan
menampilkan Band 2 sampai Band 6 pada masing-masing display secara
Display #3), hingga seluruh band (6 Band) dapat ditampilkan (total 6
Display).
18
Gambar 4.1.4. Kombinasi Natural Color
Buat 1 tampilan citra dengan RGB Color (kombinasi 3 band yang
nantinya dapat diganti-ganti sesuai dengan objek yang akan ditonjolkan
warnanya), lalu ditampilkan pada Display #7.
Gambar 4.1.5. Menampilkan Link Displays
Pada Display #7, klik Tools – Link – Link Displays. Pada jendela Link
Displays, Display #1 s/d Display #6 diubah ke posisi Yes, dan pada Link
Size/Position, aktifkan ke Display #7.
19
Gambar 4.1.6. menampilkan nilai objek pada tabel
Sebelum mengisi nilai dari tiap band pada tabel dibawah, kita dapat melihat
berapa nilai tiap objek dengan cara klik kanan pada band #7 → Cursor
Location/Value..
Gambar 4.1.7. Nilai tiap band
Masukkan nilai tersebut sesuai dengan band dan sesuai dengan obyek
yang dipilih.
20
Gambar 4.1.8. Vegetasi Lebat
Gambar 4.1.9. Vegetasi Jarang
Gambar 4.1.10. Laut Dangkal
21
Gambar 4.1.11. Laut Dalam
Gambar 4.1.12. Bagunan/Pemukiman
Gambar 4.1.13. Lahan Kosong
22
Buatlah tabel nilai spektral obyek seperti dibawah ini:
Obyek Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6
Vegetasi Lebat 9479 8449 7606 6511 15791 8854
Vegetasi Jarang 10300 9645 8491 6688 5803 5269
Laut Dangkal 10097 9180 7524 6453 5846 5314
Laut Dalam 9621 8588 7696 6628 14835 7350
Bangunan/
Pemukiman
11138 10755 10358 8120 5986 5432
Lahan Kosong 9637 8648 7900 6827 17649 9039
Rata-rata 10045.3 9210.8 8262.5 6871.2 10985 6876.3
Gambar 4.1.14
Berdasarkan pada gambar diatas, diketahui bahwa nilai Band tertinggi terdapat
pada Band 5. Nilai terendah dimiliki oleh vegetasi jarang 5803 dan nilai tertinggi
dimiliki oleh Lahan Kosong dengan 17649 yang belum terkoreksi
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6
Vegetasi Lebat
Vegetasi Jarang
Laut Dangkal
Laut Dalam
Bangunan/ Pemukiman
Lahan Kosong
23
B. KOREKSI RADIOMETRIK
Koreksi radiometrik merupakan pra pemrosesan citra satelit untuk mengurangi
kesalahan internal dan eksternal yang diakibatkan oleh radiasi elektromagnetik dan
interaksi lainnya seperti atmosfer pada saat perekaman. Kesalahan radiometrik yaitu
kesalahan yang berupa pergeseran nilai atau tingkat keabuan piksel pada citra. Ada
berbagai macam cara koreksi radiometrik, diantaranya seperti dibawah ini (teknik
koreksi radiometrik menggunakan ENVI)
2.1. Melalui menu Basic Tools
Gambar 4.2.1. Menu Basic Tools
Kalibrasi untuk berbagai jenis citra satelit dilakukan dari menu utama Basic Tools
→Preprocessing →Calibration Utilities → Landsat Calibration
24
Gambar 4.2.2. Landsat Calibration Input File
Pilih band yang akan dikoreksi radiometric → Ok
Gambar 4.2.3. Contoh informasi header citra asli
Sebelum melakukan koreksi radiometric terlebih dahulu buka file Metadata
seperti pada gambar 2.3
25
Gambar 4.2.4. Menu parameter Calibration
Data parameter kalibrasi diisi sesuai dengan identitas citra. Data tanggal , bulan
dan tahun perekaman, sun elevation, serta nilai max-min radiance tersebut dapat
dilihat pada header pada citra (citra asli). Contoh data header dapat dilihat pada
gambar 2.4.
Gambar 4.2.5. Available Bands List
Berikut contoh proses koreksi radiometrik telah berhasil, lakukan cara diatas
untuk semua band.
26
Gambar 4.2.6. Proses RGB Natural Color
Buat tampilan citra yang telah dikoreksi dengan RGB Color (kombinasi 3 band
yang nantinya dapat diganti-ganti sesuai dengan objek yang akan ditonjolkan
warnanya).
Gambar 4.2.7. Menampilkan Link Displays
Pada Display #1 klik Tools – Link – Link Displays. Pada jendela Link
Displays, Display #1 s/d Display #7 diubah ke posisi Yes, dan pada Link
Size/Position, aktifkan ke Display #1.
27
Gambar 4.2.8. menampilkan nilai objek pada tabel
Sebelum mengisi nilai dari tiap band pada tabel dibawah, kita dapat
melihat berapa nilai tiap obyek dengan cara klik kanan pada band #1 →
Cursor Location/Value..
Gambar 4.2.9. Nilai tiap band
Masukkan nilai tersebut sesuai dengan band dan sesuai dengan obyek
yang dipilih.
28
Gambar 4.2.10. Vegetasi Lebat
Gambar 4.2.11. Vegetasi Jarang
Gambar 4.2.12. Laut Dangkal
Gambar 4.2.13. Laut Dalam
29
Gambar 4.2.14. Pemukiman/ Bangunan
Gambar 4.2.15. Lahan Kosong
Masukkan nilai yang telah dikoreksi seperti pada tabel 1 (Reflectance)
Obyek Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6
Vegetasi
Lebat
0.103711 13.872012 0.082955 0.071080 0.166068 0.090229
Vegetasi
Jarang
0.107343 14.493391 0.093135 0.077056 0.252900 0.120010
Laut
Dangkal
0.119515 17.615158 0.111261 0.079521 0.063112 0.057257
Laut Dalam 0.109885 14.911500 0.083604 0.070464 0.063376 0.058237
Bangunan/
Pemukiman
0.124137 17.469728 0.113385 0.113627 0.152729 0.168841
Lahan
Kosong
0.115916 16.631859 0.105593 0.087115 0.071047 0.058743
Rata-rata 0.113 15.832 0.098 0.083 0.128 0.092
30
Gambar 4.2.16
Berdasarkan pada gambar diatas, diketahui bahwa nilai Band tertinggi terdapat
pada Band 2. Nilai terendah dimiliki oleh vegetasi lebat 13,872 dan nilai tertinggi
dimiliki oleh Laut Dangkal dengan 17,615 yang telah dikoreksi.
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6
Vegetasi Lebat
Vegetasi Jarang
Laut Dangkal
Laut Dalam
Bangunan/ Pemukiman
Lahan Kosong
31
C. Layer Stacking / Penggabungan Band
Gambar 4.3.1.
Klik Basic Tools → Layer Stacking
Gambar 4.3.2. Layer Stacking Parameters
Pada parameter layer stacking, klik Import file…
32
Gambar 4.3.3. Layer Stacking Input File
Gambar 4.3.4
Klik pada menu Image → pilih lokasi praktikum seperti pada kotak persegi pada gambar
diatas.
33
Gambar 4.3.5. Layer Stacking Parameters
Masukkan seperti pada gambar diatas yang mana setiap parameter yang dipilih sesuai
dengan tempat lokasi praktikum → klik Ok
Gambar 4.3.6
Hasil dari layer stacking.
34
Penggabungan band yang sudah di koreksi dan kombinasi kanal, untuk kombinasi
kanal dapat dilihat pada Gambar 4.1.1
Kombinasi Gambar Penggunaan
4,3,2
Digunakan untuk
menghasilkan citra
dengan warna
sebenarnya.
6,5,2
Digunakan untuk
menghasilkan citra
dengan perbedaan
tumbuh-tumbuhan yang
jelas ditunjukkan dengan
warna kehijauan.
5,4,3
Kombinasi ini digunakan
untuk melihat masa,
kerapatan, dan dominasi
vegetasi. Kontras antara
dominasi vegetasi akan
terlihat dalam infrared,
sehingga efektif bagi
analisis vegetasi
kehutanan atau pertanian
skala besar.
35
7,6,4
Digunakan untuk
menghasilkan citra
dengan perbedaan yang
jelas pada daerah
perkotaan/urban.
7,6,5
Berguna untuk
memperjelas citra dari
ketebalan awan,
memperjelas garis pantai,
dan tutupan vegetasi.
Kombinasi ini dapat
memperjelas citra dari
gangguan cuaca.
5,6,2
Digunakan untuk
menghasilkan citra yang
menampakkan tumbuhan
yang sehat.
36
D. Penajaman Kontras
Penajaman kontras dilakukan untuk menajamkan hasil tampilan citra agar lebih cerah
ataupun mengurangi kecerahan dan lebih mudah untuk mengidentifikasi objek secara
spasial.
Untuk memulai penajaman kontras, dari menu ENVI, klik File – Open Image,
lalu pilih citra. Untuk membandingkan citra sebelum dan sesudah proses
enhancement, pada jendela Available Band List, ditampilkan citra dengan RGB color
(band 3-2-1). Pemilihan band ini dapat disesuaikan dengan keinginan user. Selain itu,
tampilan secara Grayscale juga dapat digunakan.
Gambar 4.4.1.Layer
Untuk melakukan proses Linear Enhancement, dari jendela Image, klik
Enhance. Dari menu tersebut terdapat beberapa pilihan, yaitu Linear, Linear 0-255,
Linear 2%, Gaussian, Equalization, dan Square Root. Silahkan klik pilihan tersebut
kemudian bandingkan dengan kenampakan citra aslinya..
37
Penajaman kontras tersedia pada menu yang ada pada Image Window, seperti Gambar
berikut ini.
Penajaman Kontras Gambar Penggunaan
[Image] Gaussian
Sebagai pengolah
citra agar dapat lebih
halus
[Image] Linear 2%
Untuk mengaburkan
(blurring) citra dan
untuk mereduksi
noise
[Zoom] Gaussian
Sebagai pengolah
citra agar dapat lebih
halus
38
[Zoom] Linear
Untuk mengaburkan
(blurring) citra dan
untuk mereduksi
noise
[Scroll] Linear
Untuk mengaburkan
(blurring) citra dan
untuk mereduksi
noise
[Scroll] Gaussian
Sebagai pengolah
citra agar dapat lebih
halus
39
Gambar 4.4.2
Gambar 4.4.3
Klik Quick Apply → pilih salah satu dari band tersebut
Masukkan data yang dihasilkan pada Gambar 4.3 . Berikut tampilan jendela High Pass kernel
5x5
Filter High Pass Gambar Penggunaan
3x3
Melakukan proses deteksi
tepi
40
5x5
Melakukan proses deteksi
tepi
Terlihat bahwa Filter High Pass dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan lebih tajam
dibandingkan kernel 3x3.
Gambar 4.4.4. Convolutions and Morphology
41
Kita rubah menjadi Filter Low Pass, Berikut tampilan citra Low Pass kernel 3x3 dan 5x5
Filter Low Pass Gambar Penggunaan
3x3
Melakukan proses efek
blur dan reduksi noise
5x5
Melakukan proses efek
blur dan reduksi noise
Terlihat bahwa Filter Low Pass dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan lebih blur
dibandingkan kernel 3x3
Filter Laplacian Pass Gambar Penggunaan
3x3
Menampilkan tepian
dalam segala arah
5x5
Menampilkan tepian
dalam segala arah
Terlihat bahwa Laplacian dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan memiliki warna keabu-
abuan yang tinggi dibandingkan kernel 3x3.
42
4.2. Analisa Data
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari pengambilan data
satelit melalui web The United States Geological Survey (USGS) dan google earth dengan
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain Proses
analisis data yang dilakukan penelitian ini menggunakan tiga langkah yaitu :
1. Pengolahan Data
Data yang telah selesai didownload, data dikumpulkan melalui proses pengumpulan,
selanjutnya data tersebut diolah menggunakan software Envi 4.7. Pengolahan data
bertujuan agar data menjadi lebih sederhana, sehingga seluruh data yang telah
terkumpul dapat disusun dengan baik dan rapi, kemudian barulah data
tersebut dianalisis.
2. Penganalisisan Data
Jika proses pengolahan data telah selesai, maka langkah berikutnya adalah
menganalisis data. Data yang telah dikoreksi melalui software Envi 4.7 akan memiliki
nilai yang berbeda dari sebelumnya (data yang belum terkoreksi) tiap Band. metode
ini digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus
segera diperbaiki.
3. Penafsiran Hasil Analisis
Jika data telah selesai dianalisis, data disajikan dalam bentuk gambar dan grafik.
Kemudian membandingkan data – data tersebut mana yang lebih baik.
43
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Penginderaan jauh menjadi salah satu maritime memperoleh informasi yang cepat,
tepat dan murah. Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alam
pada objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek
permukaan bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran
(emission) oleh media gelombang elektromagnetik (Suwargana, 2013). Menurut Jaya (2010),
penginderaan jarak jauh khususnya satellite remote sensing dengan citra landsat merupakan
sarana yang banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan di bidang kelautan dan pesisir di
Indonesia.
Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG telah banyak digunakan analisis
dan kajian terkait dengan pembangunan sektor kelautan dan masih perlu pengembangan
untuk penerapan sistem pertahanan Negara maritime. Pembangunan sektor kelautan dengan
Penginderaan Jauh dan SIG banyak dimanfaatkan untuk pemetaan, identifikasi dan
inventarisasi sumberdaya pesisir dan laut yang ditujukan untuk kesesuaian pemanfaatan
pesisir dan pengembangan budidaya laut serta untuk memudahkan dalam monitoring
ekosistem pesisir dan lautan.
5.2. Saran
Banyaknya penelitian pesisir dan kelautan yang memanfaatkan Penginderaan Jauh
dan SIG telah menandakan bahwa Negara Indonesia memiliki pakar – pakar yang handal
dalam kemaritiman, untuk itu perlu aplikasi nyata dari hasil penelitian – penelitian tersebut
dalam bentuk kegiatan yang aplikatif bagi masyarakat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Lillesand, Thomas.M dan Kiefer, Ralph. W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation
Third Edition. New York:John Wiley & Son, Inc.
Lillesand. T.M., W. Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation
(Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New Work.
Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press,
Jakarta. Muhsoni FF. 2015. Praktikum penginderaan jauh menggunakan ENVI.
Universitas Trunojoyo Madura.
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Somantri, Lili. 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Geografi, UPI.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lillesand, T. M and Kiefer R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anggoro, A. V.P. Siregar dan S.B. Agus. 2015. Pemetaan zona geomorfologi ekosistem
terumbu karang menggunakan metode OBIA, studi kasus Pulau Pari. Penginderaan
Jauh. 12 (1): 1-12.
Angkotasan, A.M., I.W. Nurjaya dan N.M.N. Natih. 2012. Analisis perubahan garis pantai
di pantai barat daya Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 3 (1): 11-22.
Anurogo, W., S.H Murti, dan N. Khakhim. 2015. Analisis Perubahan Hutan Mangrove
Dalam Penentuan Kawasan Rehabilitasi Dan Perubahan Stok Karbon Menggunakan
Data Penginderaan Jauh (Di Teluk Banten, Serang Provinsi Banten). [Thesis]. UGM
(ID): Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 1-99.
Apriliyanti, T. dan M. Zainuddin . 2017. Pemetaan Potensi Kekeringan Lahan se-pulau
Batam menggunakan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan
Jauh. Majalah Geografi Indonesia, 31(1), 91-94.
Arief, M. 2010. Inventarisasi Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut dengan Menggunakan
Data Satelit Landsat Studi Kasus: Kabupaten Maluku Tenggara. Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara, 1(2), 114-128.
Arya, A., G. Winarso dan I. Santoso. 2017. Ekstraksi Kedalaman Laut Menggunakan Data
Spot-7 di Teluk Belang Belang Mamuju (The Bathymetry Extraction Using Spot-7
Data At The Belang Belang Bay Waters Mamuju). Jurnal Ilmiah Geomatika, 22(1),
09-19.
Felde G.W., G.P. Anderson, T.W. Cooley, M.W. Matthew, S.M. Adler- Golden, A. Berkand
and J. Lee. 2003. Analysis of Hyperion Data with the FLAASH Atmospheric
45
Correction Algorithm. 2003. IEEE IGARSS: Learning from Earth’s Shapes and
Colors: Toulouse: p 90-92.
Gaol, J.L., R.E. Arhat, D. Manurung dan M Kawaru. 2007. Pemetaan Sumber Daya Laut
Pulau Nias dengan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit Pasca-Tsunami 2004. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 12(3), 131-140.
Gaol, J.L., R.E. Arhatin dan M.M. Ling. 2014. Pemetaan Suhu Permukaan Laut Dari Satelit
di Perairan Indonesia Untuk Mendukung “One Map Policy”. In Seminar Nasional
Penginderaan Jauh (pp. 433 - 442).
Jaya I. 2011. Penginderaan jauh sumberdaya dan dinamika laut dengan teknologi akustik
untuk pembangunan benua maritim Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar FPIK-IPB.
IPB-Press. Bogor.
Kasim, F. 2012. Pendekatan beberapa metode dalam monitoring perubahan garis pantai
menggunakan dataset penginderaan jauh Landsat dan SIG. Jurnal Ilmiah
Agropolitan, 5, 620-635.
Lubis, M.Z.Z. dan A.P. Daya. 2017. Pemetaan Parameter Oseanografi Fisik Menggunakan
Citra Landsat 8 di Wilayah Perairan Nongsa Pulau Batam. Jurnal Integrasi, 9(1), 9-
15.
ENVI Online Help, 2005, ENVI® (the Environment for Visualizing Images), Research
System Inc.
Jensen, John R., 2004, Remote Sensing and Digital Image Processing, Upper Saddle
River, NJ: Prentice Hall.
46
LAMPIRAN
Gambar 1. Kegiatan Praktikum Indraja

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Luhur Moekti Prayogo
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
bramantiyo marjuki
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
bramantiyo marjuki
 
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Arya Pinandita
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Bagus ardian
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Wachidatin N C
 
Makala peta
Makala petaMakala peta
Makala peta
RudiniTakapi
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Egi Septiana
 
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3ºTRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
National Cheng Kung University
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
AlrezPahlevi
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
Diana Surtika
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Ahmad Dani
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
Rizqi Umi Rahmawati
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
lia anggraini
 
Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021
Zola Saputra
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Nurul Afdal Haris
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
fahmi fadilla
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Retno Pratiwi
 
Sistem Informasi geografis
Sistem Informasi geografisSistem Informasi geografis
Sistem Informasi geografis
bramantiyo marjuki
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Moch...
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
 
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
Makala peta
Makala petaMakala peta
Makala peta
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3ºTRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
 
Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar petaInformasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
Informasi nomor lembar peta dan menghitung koordinat dari nomor lembar peta
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
 
Sistem Informasi geografis
Sistem Informasi geografisSistem Informasi geografis
Sistem Informasi geografis
 

Similar to Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Marandi Eko Wibowo)

Fis 18-lensa-dan-cermin
Fis 18-lensa-dan-cerminFis 18-lensa-dan-cermin
Fis 18-lensa-dan-cermin
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi AwanPenginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
Wachidatin N C
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
sholasido
 
Pedoman umum-unpad
Pedoman umum-unpadPedoman umum-unpad
Pedoman umum-unpad
Dian Herdiana
 
Makalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan RayaMakalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan Raya
Ummu Suaiba
 
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuranFis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Fis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statisFis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statis
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Luhur Moekti Prayogo
 
Pkl revisi
Pkl revisiPkl revisi
Pkl revisi
Janatun Rahmilah
 
Batan obs
Batan obsBatan obs
Batan obs
Ditta Paski
 
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwonoBuku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Arif Wicaksono
 
Fis 07-hukum-newton
Fis 07-hukum-newtonFis 07-hukum-newton
Fis 07-hukum-newton
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Fis 06-gerak-melingkar
Fis 06-gerak-melingkarFis 06-gerak-melingkar
Fis 06-gerak-melingkar
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Fis 15-getaran-dan-gelombang
Fis 15-getaran-dan-gelombangFis 15-getaran-dan-gelombang
Fis 15-getaran-dan-gelombang
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Modul fisika
Modul fisikaModul fisika
Modul fisika
Ricky Ginanjar
 
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Hari Susanto
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
PUTERAEHSAN
 
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Rima Hardyanti
 
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Rima Hardyanti
 

Similar to Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Marandi Eko Wibowo) (20)

Fis 18-lensa-dan-cermin
Fis 18-lensa-dan-cerminFis 18-lensa-dan-cermin
Fis 18-lensa-dan-cermin
 
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi AwanPenginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
 
Pedoman umum-unpad
Pedoman umum-unpadPedoman umum-unpad
Pedoman umum-unpad
 
Makalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan RayaMakalah Teknik Jalan Raya
Makalah Teknik Jalan Raya
 
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuranFis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
Fis 01-sistem-satuan-dan-pengukuran
 
Fis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statisFis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statis
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Pkl revisi
Pkl revisiPkl revisi
Pkl revisi
 
Batan obs
Batan obsBatan obs
Batan obs
 
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwonoBuku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
 
Fis 07-hukum-newton
Fis 07-hukum-newtonFis 07-hukum-newton
Fis 07-hukum-newton
 
Fis 06-gerak-melingkar
Fis 06-gerak-melingkarFis 06-gerak-melingkar
Fis 06-gerak-melingkar
 
Ptk sq3 r
Ptk   sq3 rPtk   sq3 r
Ptk sq3 r
 
Fis 15-getaran-dan-gelombang
Fis 15-getaran-dan-gelombangFis 15-getaran-dan-gelombang
Fis 15-getaran-dan-gelombang
 
Modul fisika
Modul fisikaModul fisika
Modul fisika
 
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
 
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
 
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
Ppl2 4201409115 r112_1349764277 smp2
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Luhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Luhur Moekti Prayogo
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
Alat Tangkap Pukat Cincin/ Purse Seine (By. Udis Sunardi)
 

Recently uploaded

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 

Recently uploaded (20)

Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 

Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Marandi Eko Wibowo)

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng NIDN: 0711029304 Disusun Oleh : Nama : Marandi Eko Wibowo NIM : 1301020006 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2022
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas mata kuliah Penetapan dan Penegasan Batas Laut ini dengan baik serta tepat waktu. Mudah - mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Dosen pengampu pelajaran Penetapan dan Penegasan Batas Laut. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih. Tuban,13 Juni 2022 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 1.2. Tujuan Praktikum ................................................................................................. 2 1.3. Manfaat Praktikum ............................................................................................... 2 1.4. Batasan Masalah ................................................................................................... 2 1.5. Skema Kegiatan Praktikum .................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 4 2.2. Pengertian Penginderaan Jauh .............................................................................. 4 2.3. Jenis – Jenis Citra Satelit ...................................................................................... 7 2.4. Karakteristik Citra Satelit ...................................................................................... 12 BAB III METODOLOGI ................................................................................................ 15 3.1. Waktu dan Lokasi ................................................................................................. 15 3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 15 3.3. Metode Kerja ......................................................................................................... 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 16 4.1. Penyajian Data ...................................................................................................... 16 4.2. Analisa Data .......................................................................................................... 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 43 5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 43 5.2. Saran ...................................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44 LAMPIRAN ...................................................................................................................... 46
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penginderaan jauh adalah ilmu dalam mengumpulkan informasi suatu objek tanpa menyentuh atau melakukan kontak fisik secara langsung terhadap objek tersebut. Secara umum, inderaja berkaitan dengan pengolahan citra dalam mengamati dan mengetahui suatu fenomena di bumi. Menurut Lillesand dan Kiefer (2004), penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapat informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena geofisik melalui analisis data, dimana untuk memperoleh data tersebut tidak perlu melakukan kontak langsung terhadap sumber objek, daerah, atau fenomena geofisik. Data yang diperoleh ini berupa citra satelit yang harus diolah agar menghasilkan informasi yang dikehendaki. Prinsip dasarnya adalah merekam interaksi antara gelombang elektronik dan objek di muka bumi oleh sensor penangkap gelombang. Sensor tersebut dapat berupa satelit, pesawat berawak maupun tanpa awak. Cara kerja inderaja dimulai saat melakukan proses perekaman objek yang ada di permukaan bumi. Penginderaan ini dihubungkan oleh tenaga yang membawa data menuju sensor, seperti bunyi, daya magnet, gaya berat, dan elektromagnetik. Akan tetapi energi yang digunakan dalam proses ini biasanya adalah tenaga elektromagnetik, misalnya cahaya matahari sebagai tenaga elektromagnetik bersistem pasif. Sinar matahari yang mengenai objek permukaan bumi kemudian diserap dan dipancarkan sehingga sensor akan menangkap gelombang elektromagnetik yang berasal dari permukaan bumi. Sensor elektromagnetik tersebut dapat dipasang pada satelit atau pesawat drone. Setelah sensor menangkap gelombang elektromagnetik, selanjutnya akan diolah menjadi sinyal digital yang tersimpan di ruang penyimpanan data.
  • 5. 2 1.2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan proses pengolahan citra satelit serta secara khusus tujuan dari praktikum ini adalah: ⮚ Memperoleh gambaran deskriptif dari pengolahan citra ⮚ Dapat memberikan kesimpulan data kualitatif yang telah didapatkan Adapun tujuan khusus diadakan praktikum penginderaan jauh kelautan ini adalah: ⮚ Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan ⮚ Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan ⮚ Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi dan inovatif 1.3. Manfaat Praktikum Adapun manfaat Praktik Mata Kuliah Penginderaan Jauh Kelautan ini adalah: ⮚ Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan, ⮚ Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di alam, ⮚ Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi dan inovatif. 1.4. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam Praktikum Mata Kuliah Penginderaan Jauh Kelautan ini adalah: ⮚ Bagaimana cara Mahasiswa mengolah data citra tersebut dengan benar dan baik ⮚ Bagaimana cara Mahasiswa mendapatkan data yang diambil dari ruang angkasa dalam bentuk gambar.
  • 7. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 2.1 Peta Lokasi Praktikum Karimunjawa merupakan kepulauan yang terletak di tengah Laut Jawa. Karimunjawa secara geografis terletak pada koordinat 5°40'39”- 5°55'00” LS dan 110°05' 57”-110°31' 15” BT. 2.2. Pengertian Penginderaan Jauh Penginderaan jauh menjadi salah satu alternatif memperoleh informasi yang cepat, tepat dan murah. Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alam pada objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek permukaan bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emission) oleh media gelombang elektromagnetik (Suwargana, 2013). Menurut Jaya (2010), penginderaan jarak jauh khususnya satellite remote sensing dengan citra landsat merupakan sarana yang banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan di bidang kelautan dan pesisir di Indonesia.
  • 8. 5 Aplikasi penginderaan jauh merupakan salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk analisis tingkat kenyamanan permukiman di daerah kota. Aplikasi penginderaan jauh mampu dalam menyadap informasi secara detail, karena memberikan resolusi spasial yang cukup tinggi. Informasi tersebut dapat berupa liputan vegetasi, kepadatan bangunan, jarak permukiman terhadap jalan utama dan industri yang merupakan beberapa parameter penentu tingkat kenyamanan permukiman. Pemanfaatan SIG digunakan untuk menganalisis parameter yang berpengaruh dalam tingkat kenyamanan permukiman dan membantu dalam memvisualisasikan dalam bentuk peta (Maru, 2016). Karakter utama citra (image) dalam penginderaan jauh adalah adanya rentang kanal (band) panjang gelombang elektromagnetik (electromagnet wavelength) yang dimilikinya. Beberapa radiasi yang dapat dideteksi dengan sistem penginderaan jauh, seperti radiasi cahaya matahari yang dapat terdeteksi melalui medium gelombang elektromagnetik. Daerah panjang gelombang elektromagnetik dari daerah visible dan near sampai middle infrared, atau dari distribusi spasial energy panas (thermal) yang dipantulkan dari permukaan bumi. Setiap material pada permukaan bumi mempunyai reflektansi yang berbeda terhadap cahaya matahari, sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi yang berbeda pada setiap band panjang gelombang. Obyek di permukaan bumi berdasarkan pada nilai pantulan energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh obyek permukaan bumi kemudian energy tersebut direkam oleh sensor. Ada tiga kelompok utama obyek permukaan bumi yang dapat dideteksi oleh sensor yaitu: air, tanah, dan vegetasi yang masing-masing memancarkan energy elektromagnetik dengan kemampuan pemetaan citranya tergantung pada karakteristik masing-masing citra satelit. Kanal dan karakteristik inilah yang digunakan oleh penginderaan jauh untuk mengenali obyek-obyek atau tipe-tipe liputan lahan yang ada di permukaan bumi (Suwargana, 2013) Saat ini penelitian tentang terumbu karang mengenai distribusi, kondisi (tingkat kerusakan) dan luasannya masih dilakukan dengan cara konvensional yang masih mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan biaya yang cukup besar juga sulit mendapatkan data yang secara sinoptik dan bersifat spasial dalam areal yang luas. Sebagai solusi dari masalah ini, sekarang sudah tersedia sarana satelit (Citra Landsat_TM) yang dapat digunakan untuk mendapatkan data secara sinoptik dan bersifat spasial dalam areal yang luas tersebut. Contohnya adalah penelitian untuk mengetahui distribusi dan tingkat kerusakan terumbu karang yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, serta luasannya (terbatas pada kedalaman 0-10 meter) dengan menggunakan citra satelit Landsat_TM Aquisisi Tahun 1997 dan 2002 (Rauf, 2004).
  • 9. 6 Koreksi citra satelit yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit Landsat 8 tahun 2005 hasil perekaman 12 Januari 2005 yang digunakan sebagai garis pantai awal (baseline), dan hasil perekaman 12 September 2014 sebagai garis pantai pembanding. Pengolahan citra satelit dilakukan untuk mengoreksi hasil perekaman citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pengolahan citra satelit terdiri dari koreksi atmosferik dan koreksi geometrik (Anggoro et al., 2015). 1. Koreksi Atmosferik Proses koreksi atmosferik yang dilakukan menggunakan modul FLASH pada perangkat lunak Envi. Koreksi atmosferik bertujuan untuk menghilangkan pengaruh atmosfer, seperti partikel debu dan uap air (Manson et al., 2003). Tahap koreksi atmosferik menggunakan FLASH adalah yang berfungsi sebagai berikut: 1) Kalibrasi nilai digital citra menjadi nilai radian dalam format band interleaved by line (BIL); 2) Menentukan titik tengah scene citra, tipe sensor, ketinggian sensor, ukuran piksel dan akuisisi yang terdapat pada metadata citra; 3) Menentukan ketinggian rata-rata lokasi penelitian dan menentukan model atmosferik yaitu tropikal dan model aerosol maritime dan; 4) Memasukan nilai kecerahan udara. 2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik yang dilakukan dalam metode penginderaan jauh, dengan menggunakan data GCP (Ground Control Point) hasil pengukuran lapangan berdasarkan persamaan polinomial (Mishra et al., 2006; Wenang et al., 2015). Penentuan posisi GCP dilakukan pada lokasi yang dianggap tidak berubah atau berpindah selama tahun 2005-2014 seperti dermaga, persimpangan jalan dan menara. Koreksi geometrik dilakukan dengan cara nilai koordinat baris dan kolom ditransformasi secara matematis menjadi koordinat dengan sistem proyeksi yang telah ditentukan. Persamaan polinomial dipilih untuk mengurangi kesalahan koordinat. Akurasi dari transformasi polynomial dihitung dengan menggunakan RMSE (Root Mean Square Error) untuk setiap GCP.
  • 10. 7 2.3. Jenis – Jenis Citra Satelit Citra Satelit Landsat, Spot dan Ikonos Data satelit Landsat (Land Satellite) membawa sensor Thematic Mapper (ETM), data SPOT (Satellit pour Observation de la Terre) membawa HRVIR (High Resolution to Near Infrared) yaitu mempunyai band daerah tampak (visible) sampai dengan infra merah, dan data Ikonos sama juga mempunyai band multispectral dari daerah tampak (visible) sampai dengan infra merah semuanya mempunyai kemampuan dalam hal pemanfaatannya. Landsat Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM. Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat. Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah inframerah dekat, infra merah menengah, dan band 6 adalah inframerah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan membawa instrumen ETM (Enhanced Thematic Mapper) yang menyajikan delapan sailorman multispektral scanning radiometer. Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner. Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi. Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini, manfaatnya adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal
  • 11. 8 diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi. Spot SPOT singkatan dari Systeme Pour I.Observation de la Terre. SPOT-1 diluncurkan pada tahun 1986. SPOT dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari Pemerintah Prancis, Swedia dan Belgia. SPOT pertama kali beroperasi dengan pushbroom sensor CCD dengan kemampuan off-track viewing di ruang angkasa. Saat itu, resolusi spasial 10 meter untuk pankromatik dan 20 meter daerah tampak (visible). Pada Maret 1998 sebuah kemajuan signifikan SPOT-4 diluncurkan: sensor HRVIR mempunyai 4 di samping 3 band dan instumen VEGETATION ditambahkan. VEGETATION didesain untuk hampir tiap hari dan akurat untuk memonitor bumi secara global. Ikonos Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging, sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3 (OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian Space). Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan pengumpulan data secara reguler dilakukan sejak Maret 2000. Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di samping mempunyai kemampuan merekam citra multispektral pada resolusi 4 meter, Ikonos dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat sifat multispektral pada citra 4-meter dengan detail detail data pada 1 meter, citra Ikonos diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna. Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral. Ikonos mengirimkan resolusi spasial tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space Imaging, 2004). Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui. Pemilik berharap bahwa penggunaan lapangan dapat dibayar untuk harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada masa mendatang, 50% data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari angkasa (kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto udara yang masih ada). Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra seluruh kota-kota utama Amerika Serikat.
  • 12. 9 Sampai saat ini pemetaan dan monitoring perkotaan dari angkasa (tidak hanya di Amerika) hanya mungkin pada skala terbatas. Kualitas gambar citra penginderaan jauh dapat dilihat berdasarkan resolusi yang digunakan. Paling utama dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: resolusi spasial, temporal, dan spektral. Resolusi Spasial Merupakan ukuran terkecil objek di lapangan yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra. Pada data digital resolusi di lapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin kecil ukuran terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin rinci. Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus, sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau rendah (Suwargana,2013). Resolusi spasial merupakan kemampuan untuk menampakkan dua objek yang berdekatan secara terpisah. Dapat disebut juga daya memecah detail suatu objek. Resolusi spasial dipengaruhi oleh pixel citra tersebut. Semakin banyak pixel dan ukuran pixel yang kecil memberikan detail yang lebih baik, karena setiap pixel akan mewakili informasi suatu citra. Semakin besar matrix pixel maka akan memberikan resolusi spasial yang lebih baik. Resolusi spasial dapat disebabkan juga oleh blur akibat faktor geometris, misalnya karena ukuran fokus tabung, difusi cahaya pada receptor, bukan diafragma, dan pergerakan pasien. Dalam diagnostik pencitraan digital, resolusi spasial 2,5-5,0 mm merupakan range optimal dalam menghasilkan citra. Untuk mammografi yang membutuhkan detail tinggi ketika ada mikrokalsifikasi, ataupun tulang yang membutuhkan detail maka dibutuhkan resolusi spasial yang lebih tinggi. Dalam pencitraan CR penyebab resolusi spasial yang rendah adalah karena hamburan cahaya saat imaging plate dibaca. Kejadian ini dapat mengakibatkan blur pada saat imaging plate dibaca oleh imaging plate reader (Setyawan, 2014). Dalam menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu diketahui, yaitu: a. Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m. b. Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m c. Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 - > 1000 m (Suwargana, 2013).
  • 13. 10 Gambar 1.1 Hasil Perbedaan Resolusi Spasial Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi spasial adalah: a. Landsat : 15 meter pada mode pankromatik dan 30 meter pada mode multispectral b. Spot : 10 meter pada mode pankromatik dan 20 meter pada mode multispektral c. Ikonos : 1 meter pada mode pankromatik dan 4 meter pada mode multispektral (Suwargana, 2013). Berikut adalah resolusi spasial pada beberapa jenis citra : ♦ Citra SPOT resolusi spasial nya 10 dan 20 meter ♦ Citra Landsat TM resolusi spasial nya 30 meter ♦ Citra Landsat MSS resolusi spasial nya 79 meter ♦ Citra IKONOS resolusi spasial nya 1.5 meter, diluncurkan pertama kali pada tanggal 24 September 1999 oleh Space Imagine, merupakan citra satelit komersil pertama. ♦ Citra QuickBird resolusi spasialnya yang tertinggi saat ini yaitu 0.61 meter. Diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 oleh Digitalglobe. ♦ Citra OrbView 3 resolusi spasialnya adalah 1 meter (pankromatik) dan 4 meter (multispektral). Diluncurkan pada 26 juni 2003 oleh GeoEye. ♦ Formosat 2 resolusi spasialnya adalah 2 meter (pankromatik) dan 8 meter (multispektral) (Sugiarto, 2012).
  • 14. 11 Resolusi Temporal Resolusi temporal diartikan sebagai lamanya waktu bagi sensor satelit untuk mengindera daerah yang sama untuk yang kedua kalinya. Satuannya biasanya adalah hari. Semakin banyak jumlah hari yang diperlukan untuk mengindera daerah yang sama maka semakin rendah resolusi temporalnya, dan sebaliknya (Syah,2010). Resolusi temporal adalah frekuensi perekaman ulang kembali ke daerah yang sama pada rentang waktu tertentu. Rentang waktu perulangan ke asal daerah yang sama satuannya dinyatakan dalam jam atau hari, contoh resolusi temporal ini: a. Resolusi temporal tinggi berkisar antara : <24 jam - 3 hari. b. Resolusi temporal sedang berkisar antara : 4-16 hari c. Resolusi temporal rendah berkisar antara:> 16 hari (Suwargana, 2013). Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi temporal: a. Landsat generasi 1 : 18 hari b. Landsat generasi 2 : 16 hari c. SPOT : 26 hari atau 6-7 kali/bulan karena sensor dapat ditunjukkan arah perekamannya Ikonos: antara 1,5 sampai 3 hari (Suwargana, 2013). Gambar 1.2 Hasil Sensor Resolusi Temporal oleh LANDSAT generasi 1 :18 hari.
  • 15. 12 Resolusi spectral Resolusi spektral dari suatu sensor adalah lebar dan banyaknya saluran yang dapat diserap oleh sensor. Semakin banyak saluran yang dapat diserap dan semakin sempit lebar spektral tiap salurannya maka resolusi spektralnya semakin tinggi. Resolusi spektral ini berkaitan langsung dengan kemampuan sensor untuk dapat mengidentifikasi objek. Resolusi spektral sensor yang spesifik menentukan jumlah band spektral, di mana sensor dapat memilih radiasi yang direfleksikan (dipantulkan). Tetapi jumlah band-band bukanlah hanya aspek yang penting dari resolusi spektral. Beberapa contoh satelit bumi yang mempunyai resolusi spektral: a. Resolusi spektral tinggi berkisar antara: - 220 band b. Resolusi spektral sedang berkisar antara: 3 - 15 band c. Resolusi spektral rendah berkisar antara: - 3 band Saluran spektrum yang digunakan dalam sistem penginderaan jauh, pada daerah spektrum optik (visible, infra merah dekat dan infra merah menengah atau inframerah pantulan). 2.4. Karakteristik Citra Satelit Karakteristik dan Interpretasi Citra Interaksi gelombang elektromagnetik yang diterima oleh sensor Landsat, Spot, dan Ikonos bekerja pada daerah spektrum optik (visible, infra merah dekat dan infra merah menengah atau inframerah pantulan), di antaranya mengalami peristiwa sebagai berikut: 1. Dalam daerah ini dapat sekaligus terjadi peristiwa pemantulan, penyerapan dan penerusan dengan mengikuti hukum Kirchoff dan hukum Snellius. 2. Energi yang jatuh pada suatu objek akan diabsorbsikan, dipantulkan, dan ditransmisikan. 3. Pada daerah spektrum optik, energi yang diukur oleh sensor adalah energi yang direfleksikan oleh objek permukaan bumi, sehubungan dengan sensitivitas sensor dioperasikan pada daerah spektrum tampak, infra merah pantulan (infra merah dekat dan infra-merah menengah). 4. Besarnya radiasi yang dipantulkan oleh objek yang diterima oleh sensor pengamat, berbeda-beda untuk setiap objek. Dengan kata lain, objek-objek dapat diidentifikasi atau dibedakan tergantung pada karakteristik reflektan objek-objek tersebut. 5. Karakteristik reflektansi spektral dari berbagai objek yang umum pada permukaan bumi seperti tumbuhan, tanah, air, ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:
  • 16. 13 Gambar 1. Karakteristik Spasial, Spektral dan Radiasi pada Data Satelit Landsat, SPOT, dan Ikonos terhadap Obyek Permukaan Bumi Sumber: Lillesand, M.T. and W.R. Kiefer.1999. Gambar 1 merupakan gambaran dari karakteristik data satelit Landsat, Spot, dan Ikonos yang bekerja pada kemampuan masing-masing panjang gelombangnya untuk mendeteksi (pengambilan data) obyek permukaan bumi. Mereka bekerja pada daerah panjang gelombang optik (visible, infra merah dekat dan infra merah menengah atau inframerah pantulan). Ketiga masing-masing satelit mendeteksi berdasarkan kemampuan dari sensor masing masing. Kemampuan sensor data Landsat dijelaskan pada Gambar 1. Pada setiap masing- masing band dari kanal 1 sampai 7 menjelaskan kemampuan data dapat mendeteksi objek permukaan bumi. Radiasi dari pancaran atau pantulan oleh objek air dapat dideteksi oleh sensor Landsat pada kanal 1 pada panjang gelombang (0,45- 0,51 μm) resolusi spasial 30 meter. Pancaran radiasi dari obyek tanah (termasuk lahan terbuka, permukiman, hutan, dan perkebunan) dapat terdeteksi oleh kanal 3 pada panjang gelombang pada panjang gelombang (0,63-0,69μm). Sedangkan radiasi pantulan objek vegetasi dapat terdeteksi oleh kanal 5 pada panjang gelombang pada panjang gelombang (1,55-1,75 μm) dan 7 pada panjang gelombang (2,09-2,35 μm). Sensor data Spot dengan resolusi spasial 20 meter dapat menunjukkan pada setiap band kanal 1 sampai 4 mampu mendeteksi obyek permukaan bumi. Pantulan radiasi obyek air
  • 17. 14 dapat dideteksi oleh sensor pada kanal 1 pada panjang gelombang (0,49-0,61 μm). Untuk obyek tanah (termasuk lahan terbuka, permukiman, jalan, hutan dan perkebunan) dapat terdeteksi oleh kanal 2 pada panjang gelombang pada panjang gelombang (0,61-0,68 μm), sedangkan untuk pantulan radiasi obyek vegetasi terdeteksi oleh kanal 3 pada panjang gelombang pada panjang gelombang (0,78-0,89 μm). Untuk sensor data Ikonos dengan resolusi spasial 1 meter juga kemampuannya dijelaskan pada Gambar 1. Setiap band kanal 1 sampai 4 dapat mendeteksi objek permukaan bumi tergantung kemampuan masing-masing kanal. Pantulan pantulan radiasi objek air dapat dideteksi oleh sensor pada kanal 1 pada panjang gelombang (0.45- 0.52 μm μm), obyek tanah (termasuk lahan terbuka, permukiman, jalan) pada kanal 2 pada panjang gelombang (0.52- 0.62 μm) dan kanal 3 pada panjang gelombang (0.63-0.69 μm) sedangkan puncak vegetasi pada kanal 4 pada panjang gelombang (0.76-0.90 μm ). Gambar. 2 Contoh resolusi pada Citra Satelit : Landsat, Spot, dan Ikonos wilayah Monas dan sekitarnya. Sumber: LAPAN dan http://www.spaceimaging.com/products/ikonos/index.html
  • 18. 15 BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum dilakukan pada bulan Juni 2022 di Laboratorium Ilmu Kelautan dan Ruang Kelas, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Penginderaan Jauh Kelautan yaitu a. Laptop dengan minimal spesifikasi Core I3 b. Software ArcGIS, Google Earth Pro, ENVI c. Buku pedoman praktikum 3.3. Metode Kerja Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data telah diberikan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Penginderaan Jauh, dimana Pulau Karimun Jawa dijadikan sebagai objek lokasi praktikum. Hasil praktikum ini meliputi data spectral (digital number), koreksi radiometrik, layer stacking, dan Penajaman Kontras.
  • 19. 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penyajian Data A. POLA SPEKTRAL Tujuan: Mengetahui nilai spektral masing-masing objek pada sebuah citra. Langkah Kerja: Gambar 4.1.1 Kombinasi Band pada Landsat 8 Gambar 4.1.2. Tampilan ENVI Dari menu utama ENVI, klik File – Open Image File – lalu klik 2X file citra.
  • 20. 17 Gambar 4.1.3. Menampilkan display setiap Band Setelah muncul jendela Available Band List, klik Band 1 – Gray Scale, lalu ditampilkan pada Display #1. Ulangi langkah tersebut dengan menampilkan Band 2 sampai Band 6 pada masing-masing display secara Display #3), hingga seluruh band (6 Band) dapat ditampilkan (total 6 Display).
  • 21. 18 Gambar 4.1.4. Kombinasi Natural Color Buat 1 tampilan citra dengan RGB Color (kombinasi 3 band yang nantinya dapat diganti-ganti sesuai dengan objek yang akan ditonjolkan warnanya), lalu ditampilkan pada Display #7. Gambar 4.1.5. Menampilkan Link Displays Pada Display #7, klik Tools – Link – Link Displays. Pada jendela Link Displays, Display #1 s/d Display #6 diubah ke posisi Yes, dan pada Link Size/Position, aktifkan ke Display #7.
  • 22. 19 Gambar 4.1.6. menampilkan nilai objek pada tabel Sebelum mengisi nilai dari tiap band pada tabel dibawah, kita dapat melihat berapa nilai tiap objek dengan cara klik kanan pada band #7 → Cursor Location/Value.. Gambar 4.1.7. Nilai tiap band Masukkan nilai tersebut sesuai dengan band dan sesuai dengan obyek yang dipilih.
  • 23. 20 Gambar 4.1.8. Vegetasi Lebat Gambar 4.1.9. Vegetasi Jarang Gambar 4.1.10. Laut Dangkal
  • 24. 21 Gambar 4.1.11. Laut Dalam Gambar 4.1.12. Bagunan/Pemukiman Gambar 4.1.13. Lahan Kosong
  • 25. 22 Buatlah tabel nilai spektral obyek seperti dibawah ini: Obyek Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6 Vegetasi Lebat 9479 8449 7606 6511 15791 8854 Vegetasi Jarang 10300 9645 8491 6688 5803 5269 Laut Dangkal 10097 9180 7524 6453 5846 5314 Laut Dalam 9621 8588 7696 6628 14835 7350 Bangunan/ Pemukiman 11138 10755 10358 8120 5986 5432 Lahan Kosong 9637 8648 7900 6827 17649 9039 Rata-rata 10045.3 9210.8 8262.5 6871.2 10985 6876.3 Gambar 4.1.14 Berdasarkan pada gambar diatas, diketahui bahwa nilai Band tertinggi terdapat pada Band 5. Nilai terendah dimiliki oleh vegetasi jarang 5803 dan nilai tertinggi dimiliki oleh Lahan Kosong dengan 17649 yang belum terkoreksi 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6 Vegetasi Lebat Vegetasi Jarang Laut Dangkal Laut Dalam Bangunan/ Pemukiman Lahan Kosong
  • 26. 23 B. KOREKSI RADIOMETRIK Koreksi radiometrik merupakan pra pemrosesan citra satelit untuk mengurangi kesalahan internal dan eksternal yang diakibatkan oleh radiasi elektromagnetik dan interaksi lainnya seperti atmosfer pada saat perekaman. Kesalahan radiometrik yaitu kesalahan yang berupa pergeseran nilai atau tingkat keabuan piksel pada citra. Ada berbagai macam cara koreksi radiometrik, diantaranya seperti dibawah ini (teknik koreksi radiometrik menggunakan ENVI) 2.1. Melalui menu Basic Tools Gambar 4.2.1. Menu Basic Tools Kalibrasi untuk berbagai jenis citra satelit dilakukan dari menu utama Basic Tools →Preprocessing →Calibration Utilities → Landsat Calibration
  • 27. 24 Gambar 4.2.2. Landsat Calibration Input File Pilih band yang akan dikoreksi radiometric → Ok Gambar 4.2.3. Contoh informasi header citra asli Sebelum melakukan koreksi radiometric terlebih dahulu buka file Metadata seperti pada gambar 2.3
  • 28. 25 Gambar 4.2.4. Menu parameter Calibration Data parameter kalibrasi diisi sesuai dengan identitas citra. Data tanggal , bulan dan tahun perekaman, sun elevation, serta nilai max-min radiance tersebut dapat dilihat pada header pada citra (citra asli). Contoh data header dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 4.2.5. Available Bands List Berikut contoh proses koreksi radiometrik telah berhasil, lakukan cara diatas untuk semua band.
  • 29. 26 Gambar 4.2.6. Proses RGB Natural Color Buat tampilan citra yang telah dikoreksi dengan RGB Color (kombinasi 3 band yang nantinya dapat diganti-ganti sesuai dengan objek yang akan ditonjolkan warnanya). Gambar 4.2.7. Menampilkan Link Displays Pada Display #1 klik Tools – Link – Link Displays. Pada jendela Link Displays, Display #1 s/d Display #7 diubah ke posisi Yes, dan pada Link Size/Position, aktifkan ke Display #1.
  • 30. 27 Gambar 4.2.8. menampilkan nilai objek pada tabel Sebelum mengisi nilai dari tiap band pada tabel dibawah, kita dapat melihat berapa nilai tiap obyek dengan cara klik kanan pada band #1 → Cursor Location/Value.. Gambar 4.2.9. Nilai tiap band Masukkan nilai tersebut sesuai dengan band dan sesuai dengan obyek yang dipilih.
  • 31. 28 Gambar 4.2.10. Vegetasi Lebat Gambar 4.2.11. Vegetasi Jarang Gambar 4.2.12. Laut Dangkal Gambar 4.2.13. Laut Dalam
  • 32. 29 Gambar 4.2.14. Pemukiman/ Bangunan Gambar 4.2.15. Lahan Kosong Masukkan nilai yang telah dikoreksi seperti pada tabel 1 (Reflectance) Obyek Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6 Vegetasi Lebat 0.103711 13.872012 0.082955 0.071080 0.166068 0.090229 Vegetasi Jarang 0.107343 14.493391 0.093135 0.077056 0.252900 0.120010 Laut Dangkal 0.119515 17.615158 0.111261 0.079521 0.063112 0.057257 Laut Dalam 0.109885 14.911500 0.083604 0.070464 0.063376 0.058237 Bangunan/ Pemukiman 0.124137 17.469728 0.113385 0.113627 0.152729 0.168841 Lahan Kosong 0.115916 16.631859 0.105593 0.087115 0.071047 0.058743 Rata-rata 0.113 15.832 0.098 0.083 0.128 0.092
  • 33. 30 Gambar 4.2.16 Berdasarkan pada gambar diatas, diketahui bahwa nilai Band tertinggi terdapat pada Band 2. Nilai terendah dimiliki oleh vegetasi lebat 13,872 dan nilai tertinggi dimiliki oleh Laut Dangkal dengan 17,615 yang telah dikoreksi. 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 6 Vegetasi Lebat Vegetasi Jarang Laut Dangkal Laut Dalam Bangunan/ Pemukiman Lahan Kosong
  • 34. 31 C. Layer Stacking / Penggabungan Band Gambar 4.3.1. Klik Basic Tools → Layer Stacking Gambar 4.3.2. Layer Stacking Parameters Pada parameter layer stacking, klik Import file…
  • 35. 32 Gambar 4.3.3. Layer Stacking Input File Gambar 4.3.4 Klik pada menu Image → pilih lokasi praktikum seperti pada kotak persegi pada gambar diatas.
  • 36. 33 Gambar 4.3.5. Layer Stacking Parameters Masukkan seperti pada gambar diatas yang mana setiap parameter yang dipilih sesuai dengan tempat lokasi praktikum → klik Ok Gambar 4.3.6 Hasil dari layer stacking.
  • 37. 34 Penggabungan band yang sudah di koreksi dan kombinasi kanal, untuk kombinasi kanal dapat dilihat pada Gambar 4.1.1 Kombinasi Gambar Penggunaan 4,3,2 Digunakan untuk menghasilkan citra dengan warna sebenarnya. 6,5,2 Digunakan untuk menghasilkan citra dengan perbedaan tumbuh-tumbuhan yang jelas ditunjukkan dengan warna kehijauan. 5,4,3 Kombinasi ini digunakan untuk melihat masa, kerapatan, dan dominasi vegetasi. Kontras antara dominasi vegetasi akan terlihat dalam infrared, sehingga efektif bagi analisis vegetasi kehutanan atau pertanian skala besar.
  • 38. 35 7,6,4 Digunakan untuk menghasilkan citra dengan perbedaan yang jelas pada daerah perkotaan/urban. 7,6,5 Berguna untuk memperjelas citra dari ketebalan awan, memperjelas garis pantai, dan tutupan vegetasi. Kombinasi ini dapat memperjelas citra dari gangguan cuaca. 5,6,2 Digunakan untuk menghasilkan citra yang menampakkan tumbuhan yang sehat.
  • 39. 36 D. Penajaman Kontras Penajaman kontras dilakukan untuk menajamkan hasil tampilan citra agar lebih cerah ataupun mengurangi kecerahan dan lebih mudah untuk mengidentifikasi objek secara spasial. Untuk memulai penajaman kontras, dari menu ENVI, klik File – Open Image, lalu pilih citra. Untuk membandingkan citra sebelum dan sesudah proses enhancement, pada jendela Available Band List, ditampilkan citra dengan RGB color (band 3-2-1). Pemilihan band ini dapat disesuaikan dengan keinginan user. Selain itu, tampilan secara Grayscale juga dapat digunakan. Gambar 4.4.1.Layer Untuk melakukan proses Linear Enhancement, dari jendela Image, klik Enhance. Dari menu tersebut terdapat beberapa pilihan, yaitu Linear, Linear 0-255, Linear 2%, Gaussian, Equalization, dan Square Root. Silahkan klik pilihan tersebut kemudian bandingkan dengan kenampakan citra aslinya..
  • 40. 37 Penajaman kontras tersedia pada menu yang ada pada Image Window, seperti Gambar berikut ini. Penajaman Kontras Gambar Penggunaan [Image] Gaussian Sebagai pengolah citra agar dapat lebih halus [Image] Linear 2% Untuk mengaburkan (blurring) citra dan untuk mereduksi noise [Zoom] Gaussian Sebagai pengolah citra agar dapat lebih halus
  • 41. 38 [Zoom] Linear Untuk mengaburkan (blurring) citra dan untuk mereduksi noise [Scroll] Linear Untuk mengaburkan (blurring) citra dan untuk mereduksi noise [Scroll] Gaussian Sebagai pengolah citra agar dapat lebih halus
  • 42. 39 Gambar 4.4.2 Gambar 4.4.3 Klik Quick Apply → pilih salah satu dari band tersebut Masukkan data yang dihasilkan pada Gambar 4.3 . Berikut tampilan jendela High Pass kernel 5x5 Filter High Pass Gambar Penggunaan 3x3 Melakukan proses deteksi tepi
  • 43. 40 5x5 Melakukan proses deteksi tepi Terlihat bahwa Filter High Pass dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan kernel 3x3. Gambar 4.4.4. Convolutions and Morphology
  • 44. 41 Kita rubah menjadi Filter Low Pass, Berikut tampilan citra Low Pass kernel 3x3 dan 5x5 Filter Low Pass Gambar Penggunaan 3x3 Melakukan proses efek blur dan reduksi noise 5x5 Melakukan proses efek blur dan reduksi noise Terlihat bahwa Filter Low Pass dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan lebih blur dibandingkan kernel 3x3 Filter Laplacian Pass Gambar Penggunaan 3x3 Menampilkan tepian dalam segala arah 5x5 Menampilkan tepian dalam segala arah Terlihat bahwa Laplacian dengan kernel 5x5, citra yang dihasilkan memiliki warna keabu- abuan yang tinggi dibandingkan kernel 3x3.
  • 45. 42 4.2. Analisa Data Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari pengambilan data satelit melalui web The United States Geological Survey (USGS) dan google earth dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain Proses analisis data yang dilakukan penelitian ini menggunakan tiga langkah yaitu : 1. Pengolahan Data Data yang telah selesai didownload, data dikumpulkan melalui proses pengumpulan, selanjutnya data tersebut diolah menggunakan software Envi 4.7. Pengolahan data bertujuan agar data menjadi lebih sederhana, sehingga seluruh data yang telah terkumpul dapat disusun dengan baik dan rapi, kemudian barulah data tersebut dianalisis. 2. Penganalisisan Data Jika proses pengolahan data telah selesai, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data. Data yang telah dikoreksi melalui software Envi 4.7 akan memiliki nilai yang berbeda dari sebelumnya (data yang belum terkoreksi) tiap Band. metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera diperbaiki. 3. Penafsiran Hasil Analisis Jika data telah selesai dianalisis, data disajikan dalam bentuk gambar dan grafik. Kemudian membandingkan data – data tersebut mana yang lebih baik.
  • 46. 43 BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Penginderaan jauh menjadi salah satu maritime memperoleh informasi yang cepat, tepat dan murah. Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alam pada objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek permukaan bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emission) oleh media gelombang elektromagnetik (Suwargana, 2013). Menurut Jaya (2010), penginderaan jarak jauh khususnya satellite remote sensing dengan citra landsat merupakan sarana yang banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan di bidang kelautan dan pesisir di Indonesia. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG telah banyak digunakan analisis dan kajian terkait dengan pembangunan sektor kelautan dan masih perlu pengembangan untuk penerapan sistem pertahanan Negara maritime. Pembangunan sektor kelautan dengan Penginderaan Jauh dan SIG banyak dimanfaatkan untuk pemetaan, identifikasi dan inventarisasi sumberdaya pesisir dan laut yang ditujukan untuk kesesuaian pemanfaatan pesisir dan pengembangan budidaya laut serta untuk memudahkan dalam monitoring ekosistem pesisir dan lautan. 5.2. Saran Banyaknya penelitian pesisir dan kelautan yang memanfaatkan Penginderaan Jauh dan SIG telah menandakan bahwa Negara Indonesia memiliki pakar – pakar yang handal dalam kemaritiman, untuk itu perlu aplikasi nyata dari hasil penelitian – penelitian tersebut dalam bentuk kegiatan yang aplikatif bagi masyarakat.
  • 47. 44 DAFTAR PUSTAKA Lillesand, Thomas.M dan Kiefer, Ralph. W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation Third Edition. New York:John Wiley & Son, Inc. Lillesand. T.M., W. Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New Work. Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Muhsoni FF. 2015. Praktikum penginderaan jauh menggunakan ENVI. Universitas Trunojoyo Madura. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Somantri, Lili. 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Geografi, UPI. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Lillesand, T. M and Kiefer R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anggoro, A. V.P. Siregar dan S.B. Agus. 2015. Pemetaan zona geomorfologi ekosistem terumbu karang menggunakan metode OBIA, studi kasus Pulau Pari. Penginderaan Jauh. 12 (1): 1-12. Angkotasan, A.M., I.W. Nurjaya dan N.M.N. Natih. 2012. Analisis perubahan garis pantai di pantai barat daya Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 3 (1): 11-22. Anurogo, W., S.H Murti, dan N. Khakhim. 2015. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Dalam Penentuan Kawasan Rehabilitasi Dan Perubahan Stok Karbon Menggunakan Data Penginderaan Jauh (Di Teluk Banten, Serang Provinsi Banten). [Thesis]. UGM (ID): Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 1-99. Apriliyanti, T. dan M. Zainuddin . 2017. Pemetaan Potensi Kekeringan Lahan se-pulau Batam menggunakan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh. Majalah Geografi Indonesia, 31(1), 91-94. Arief, M. 2010. Inventarisasi Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut dengan Menggunakan Data Satelit Landsat Studi Kasus: Kabupaten Maluku Tenggara. Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara, 1(2), 114-128. Arya, A., G. Winarso dan I. Santoso. 2017. Ekstraksi Kedalaman Laut Menggunakan Data Spot-7 di Teluk Belang Belang Mamuju (The Bathymetry Extraction Using Spot-7 Data At The Belang Belang Bay Waters Mamuju). Jurnal Ilmiah Geomatika, 22(1), 09-19. Felde G.W., G.P. Anderson, T.W. Cooley, M.W. Matthew, S.M. Adler- Golden, A. Berkand and J. Lee. 2003. Analysis of Hyperion Data with the FLAASH Atmospheric
  • 48. 45 Correction Algorithm. 2003. IEEE IGARSS: Learning from Earth’s Shapes and Colors: Toulouse: p 90-92. Gaol, J.L., R.E. Arhat, D. Manurung dan M Kawaru. 2007. Pemetaan Sumber Daya Laut Pulau Nias dengan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit Pasca-Tsunami 2004. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 12(3), 131-140. Gaol, J.L., R.E. Arhatin dan M.M. Ling. 2014. Pemetaan Suhu Permukaan Laut Dari Satelit di Perairan Indonesia Untuk Mendukung “One Map Policy”. In Seminar Nasional Penginderaan Jauh (pp. 433 - 442). Jaya I. 2011. Penginderaan jauh sumberdaya dan dinamika laut dengan teknologi akustik untuk pembangunan benua maritim Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar FPIK-IPB. IPB-Press. Bogor. Kasim, F. 2012. Pendekatan beberapa metode dalam monitoring perubahan garis pantai menggunakan dataset penginderaan jauh Landsat dan SIG. Jurnal Ilmiah Agropolitan, 5, 620-635. Lubis, M.Z.Z. dan A.P. Daya. 2017. Pemetaan Parameter Oseanografi Fisik Menggunakan Citra Landsat 8 di Wilayah Perairan Nongsa Pulau Batam. Jurnal Integrasi, 9(1), 9- 15. ENVI Online Help, 2005, ENVI® (the Environment for Visualizing Images), Research System Inc. Jensen, John R., 2004, Remote Sensing and Digital Image Processing, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
  • 49. 46 LAMPIRAN Gambar 1. Kegiatan Praktikum Indraja