1. BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama
jenis(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik)
yangmendiami su atu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik
yangwalaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik
kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Widjaja, 1987).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan
volume atau persatuan penangkapan.Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan
komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.Untuk itu biasa digunakan
kepadatan relatif.Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan
suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit
tersebut.Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Widjaja,
1987).
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain,
baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut (Widjaja, 1987).
2.
3. I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
a) Menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.
b) Mempelajari suatu komunitas, mengumpulkan data sebanyak mungkin
selama waktu dan kesempatan memungkinkan. Kemudian memeriksa hubungan
antara masing-masing spesies, agar dapat memperkirakan urutan mana yang
paling penting dan untuk mengetahui struktur komunitas itu.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakn pada hari selasa tanggal 15 April 2015 pukul
08.00-11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar.Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
Makassar.Percobaan ini dilaksanakan di luar ruangan, di halaman fakultas Pertanian.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik
itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik).Dengan
interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang
sehingga menimbulkan perubahan ekosistem (Herni, 2009).
Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks.Ekologi
merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif,
yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis
dari fenomena-fenomena ekologis (Widjaja, 1987).
Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan
abiotik.Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan
nutrient. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik
yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu
(Caudill, 2000).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen komponen
tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan produktivitas
(Risa, 2009).
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau
komunitas.Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor
serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada
5. tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup
sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah anggota populasi dapat
mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi (emigrasi dan
imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di
suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu
padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan
populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup
tertentu yang disebut habitat (Widjaja, 1987).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.
Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang
merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat
disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Herni, 2009).
Populasi terbentuk dari kelompok individu dengan spesies yang sama atau
kelompok yang terbiak antar kadang. Karena spesies itu kebersamaannya sebagai
kelompok terpelihara oleh pembiakan antar-kadang,dengan pertukaran gen atau
faktor keturunannya, maka spesies tersebut dikatakan mempunyai kelompok gen
yang sama. Spesies itu mungkin membentuk kelompok nisbi terpisah-pisah yang
terdiri dari populasi setempat. Spesies yang sama itu bisa saja memiliki lebih dari satu
populasi setempat yang masing-masing telah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Perbedaan kecil dalam penyesuaian antar populasi merupakan dasar
untuk seleksi alam dan untuk perubahan secara evolusi (Yanney, 1990).
Populasi organisme pada suatu daerah tidaj akan tetap dari waktu ke waktu
berikutnya. Jika jumlaah populasi suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga
6. akan berubah. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi
organisme pada suatu daerah yaitu (Risa, 2009).:
1. Natalitas (Angka Kelahiran)
Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah
individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu.Dengan
demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor pendorong meningkatnya
pertumbuhan populasi.
2. Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah
pengurangan individu per satuan waktu.Terjadinya kematian merupakan salah satu
faktor utama yang mengontrol ukuran suatu populasi.Apabila natalitas lebih besar
dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat.Apabila natalitas lebih
kecil dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.
3. Migrasi (Imigtasi dan Emigrasi)
Migrasi adalah kedatangan individu baru dari tempat lain, sedangkan emigrasi
adaalah kepergian/ pindah ke tempat lain. Apabila luas suatu daerah tetap dan
jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada yang pergi maka kepadatan
populasi akan mengecil. Pada suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan
akan cenderung mendorong bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan
meningkatkan jumlah populasi sekaligus meningkatkan kepadatan populasi.
Meningkatnya jumlah populasi organisme pada suatu daerah akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung
selama lingkungan mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai
7. titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun. Populasi
organisme pada suatu ekosistem senantiasa mengalami perubahan.Perubahan tersebut
ada yang tampak jelas dan ada pula yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya adalah
(Suwarno, 2009) :
1. Perubahan suhu
Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu. Apabila
suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah dari pada suhu yang
diperlukan, akan menimbulkan gangguan kehidupan organisme tersebut. Hal itu
terbukti dengan adanya migrasi hewan yang hidup pada daerah yang mengalami
pergantian iklim, yaitu di daerah subtropis.
2. Kadar air tanah dan curah hujan
Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air untuk
aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air dalam tanah akan
mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan organisme lain yang hidup di atasnya.
Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim kemarau dan
musim hujan.Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran dan rumput-rumput
mati.Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan rerumputan pun tampak
menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut akibatnya juga akan berpengaruh
pada perikehidupan serta populasi hewan yang ada di tempat tersebut.
Komunitas mengacu kepada suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang
berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus merupakan daerah
yang luas dengan natabah yang beraneka dengan spesies hewannya yang sama-sama
8. beragamnya, atau rawabakau, atau laguna. Pada kenyataannya, komunitas dapat
mempunyai ukuran berapapun, bahkan sekecil sebuah stoples laboratorium berisi air
yang mengandung bakteri, jamur atau protozoa. Bahkan tanahnya sendiri mendukung
suatu komunitas (Yanney,1990).
Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah
tertentu; komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi di antara organism
seperti predasi, kompetisi dan penyakit, yang mempengaruhi struktur dan organisasi
komunitas (Suwarno, 2009).
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi, ini menciptakan
kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem adalah suatu komunitas
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis
dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai unit yang fungsional (Abidin,2007).
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam
(Zoer’ani,2003):
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur
tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut.Ekosistem Buatan, yaitu
ekosistem yang terjadi karena buatan manusia.Contoh : kolam, sawah, waduk,
kebun.Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai
contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersama-sama.
Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang, ulat, tikus,
burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam ekosistem,
terdapat satuan-satuan makhluk hidup.Individu, populasi, komunitas, biosfer yang
9. merupakan satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat
berperan terhadap kelangsungan hidup satuan ekosistem tersebut (Suwarno, 2009).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.
Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang
merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat
disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Abidin,2007).
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau tidak
hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik).
Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan
makhluk hidup dan ekosistem :
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri
dari benda-benda tak hidup.Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan
fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik
adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Zoer’ani,2003).
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri
dari benda-benda tak hidup.Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan
fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik
adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Hasmar,2003).
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu, air merupakan
komponen yang sangat vital bagi kehidupan.Sebagian besar tubuh makhluk hidup
10. tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.
Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan
yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara
daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara.Kita tidak
bisa menyangkal bahwa peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi
ini.Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan
untuk berfotosintesis juga berasal dari udara.Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh
atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara (Ari,2009).
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban,
dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu
daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu,
cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara.Adanya
perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga
udara mengalir atau bergerak membentuk angin.Kesemuanya memberikan pengaruh
bagi organisme (Andri,2011).
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup,
karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di
udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme.
Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah)
akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta
yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup
di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang
tebal.Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran
11. udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan
kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan
angin yang kencang, daerah pantai misalnya, membentuk sistem perakaran yang kuat
dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya
jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Oman,2007).
Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga
dipengaruhi oleh kondisi tanah.Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis
organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah
memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan
pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH),
tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya
(Idun,2009).
12. BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kertas grafik dan tali
raffia.
III.2 Bahan
Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu : semua hal yang
mampu dilihat dan yang mampu membentuk suatu ekosistem.
III.3 Prosedur Kerja
III. 3.1 Percobaan Mengamati Ekosistem Lapangan
Langkah – langkah percobaan yang harus dilakukan yaitu :
1. Mengamati daerah penelitian.
2. Mengamati hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
abiotiknya.
3. Mencatat dan mengumpulkan data
4. Mengidentifikasi organisme dalam bentuk kelompok dan mengamati klasifikasi
antara kelompok biotik dan abiotic.
5. Membuat jarring-jaring makanan, dan piramida makanan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan.
13. III.3. Cara kerja
a. Model populasi
1. Mempersiapkan model
Mengumpamakan disuatu pulau tahun 2015 dihuni oleh 10 burung gereja (5
pasang jantan dan betina).
Asumsi I : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10
keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum
musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur
berikutnya. (dalam keadaan sebenarnya beberapa tetua akan hidup dan beberap
keturunan akan mati. Asumsi I dan III akan memberikan keseimbangan. Sehingga
akan mengurangi perbedaan antara model yang kita buat dengan keadaanyang
sebenarnya)
Asumsi IV : selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang
datang ke pulau tersebut.
2. Pertumbuhan populasi
Mengamati bagaimana populasi hipotik ini tumbuh.Lalu menghitung besarnya
populasi setiap permulaan musim bertelur. Sesuai dengan asumsi I, pada tahu 2015
terdapat lima pasang. Setiap pasang menghasilkan keturunan sebanyak 10.Jadi jumlah
seluruhnya 50 keturunan. Sesuai dengan asumsi II, ke-50 keturunan akan hidup
semuanya hingga musim bertelur tahun 2017.sesuan dengan asumsi I , terdiri dari 25
jantan dan 25 betina (25 pasang), dan setiap pasang menghasilkan 10 keturunan.
14. Menghitung populasi burung gereja berdasarkan cara diatas pada tahun 2017,
2016 dan 2015. Setelah memiliki sejumlah angka, membuat gambaran lebih jelas
tentang jalannya pertumbuhan dari suatu populasi dengan cara menempatkan angka-
angka pada garis grafik.
Membuat grafik dimana tahun pada garis sumbu horizontal dan jumlah
burung pada garis sumbu vertical.
3. Mengamati grafik
Mengamati naik turunnya grafik jika dibaca dari kiri ke kanan ( dari tahun ke
tahun melintasi gambar grafik tersebut)
Mencari tau apa arti naik turunnya grafik tersebut
Mengetahui bagaimana gambar grafik apabila perhitungan populasi dilanjutkan
hingga waktu yang tak terhingga
Menggambarkan dengan kata-kata populasi hipotik dalam batas batas asumsi
yang telah dibuat
4. Melanjutkan perhitungan dengan asumsi yan berbeda
Mengubah asumsi II sebagai berikut : setiap tahun dua perlima dari tetua (jantan
dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua
kalinya, baru kemudian mati. Asimsi lain tidak diubah. Membandingkan hasil ini
dengan asumsi yang asli dengan menggambar grafik pada kertas grafik
Mengubah asumsi III sebagi berikut : setiap tahun dua perlima dari keturunan
(jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur. Asumsi yang
lain tidak diubah. Kemudian membandingkan dengan model asli.
15. Mengubah asumsi IV sebagai berikut : setiap ahun 50 burung gereja baru
(jantan dan betina jumlahnya sama) datang kepulau tersebut dari tempat lainnya.
Tidak seekor burung pun yang meninggalkan pulau tersebut. Asumsi yang
laintidak diubah.
b. Jaring-jaring makanan dan rantai makanan.
1. Meneliti organisme yang ada pada lingkungan sekitar
2. Membuat pola peralihan energy berupa proses makan dimakan yang terjadi
3. Mencatat rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang terjadi.
16. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Mengamati ekosistemdihalaman fakultas pertanian.
Komponen biotik Komponen abiotik
1. Lalat Sarchopaga sp 1. Tanah
2. Ulat daunHandeuleum doleschallia polibete 2. Cahaya matahari
3. Rumput 3. Nutrient
4. Cacing tanah Lumbricus terretis 4. Kerikil
5. Semut rangrang merah Monornorium monomorium 5. Batang kering
6. KodokBufo melanostictus 7. Udara
8. Kupu-kupuGonepteryx rhamni.
17. a. Jaring- jaring makanan
a. Piramida makanan
Trofik IV ( Konsumen III )
Trofik III ( Konsumen II )
Trofik II ( Konsumen I )
Trofik I ( Produsen )
18. IV.1.2. Perhitungan Model I-IV
a. Model I
Tahun 2015:
Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)
Asumsi II : 60 ekor – 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)
Tahun 2016:
Asumsi I : 25 pasang x 10 ekor = 250 ekor (125 pasang)
Jumlah Populasi : 250 ekor + 50 ekor = 300 ekor (150 pasang)
Asumsi II : 300 ekor – 50 ekor = 250 ekor (125 pasang)
Asumsi III : 250 ekor (125 pasang)
Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)
Tahun 2017:
Asumsi I : 125 pasang x 10 ekor = 1250 ekor (625 pasang)
Jumlah Populasi : 1250 ekor + 250 ekor = 1500 ekor (750 pasang)
Asumsi II : 1500 ekor – 250 ekor = 1250 ekor (625 pasang)
Asumsi III : 1250 ekor (625 pasang)
Asumsi IV : 1250 ekor (625 pasang)
Tahun 2018:
Asumsi I : 625 pasang x 10 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)
Jumlah Populasi : 6250 ekor + 1250 ekor = 7500 ekor (3750 pasang)
19. Asumsi II : 7500 ekor – 1250 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi III : 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi IV : 6250 ekor (3125 pasang)
Tahun 2019:
Asumsi I : 625 pasang x 10 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)
Jumlah Populasi : 6250 ekor + 1250 ekor = 7500 ekor (3750 pasang)
Asumsi II : 7500 ekor – 1250 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi III : 6250 ekor (3125 pasang)
Asumsi IV : 6250 ekor (3125 pasang)
b. Model II
Tahun 2015:
Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)
Asumsi II : 2/5 x 10 ekor = 4 ekor (hidup), 6 ekor mati
Jumlah Populasi : 50 ekor + 4 ekor = 54 ekor (27 pasang)
Asumsi III : 54 ekor (27 pasang)
Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)
Tahun 2016:
Asumsi I : 27 pasang x 10 ekor = 270 ekor (135 pasang)
Jumlah Populasi : 270 ekor + 54 ekor = 324 ekor (162 pasang)
Asumsi II : 2/5 x 50 ekor = 20 ekor (hidup), 30 ekor mati
Jumlah Populasi : 320 ekor + 30 ekor = 290 ekor (145 pasang)
Asumsi III : 290 ekor (145 pasang)
20. Asumsi IV : 290 ekor (145 pasang)
Tahun 2017:
Asumsi I : 145 pasang x 10 ekor = 1450 ekor (725 pasang)
Jumlah Populasi : 1450 ekor + 270 ekor = 1720 ekor (860 pasang)
Asumsi II : 2/5 x 270 ekor = 108 ekor (hidup), 62 ekor mati
Jumlah Populasi : 1720 ekor - 162 ekor = 1580 ekor (779 pasang)
Asumsi III : 1588 ekor (779 pasang)
Asumsi IV : 1588 ekor (779 pasang)
Tahun 2018:
Asumsi I : 779 pasang X10 ekor = 7790 ekor (3895 pasang)
Jumlah Populasi : 1558 ekor – 108 ekor = 1450 ekor (725 pasang)
7790 ekor + 1450 ekor = 9240 ekor (4260 pasang)
Asumsi II : 2/5 X 1450 ekor = 580 ekor (290 pasang)
Jumlah Populasi : 9240 ekor – 870 ekor = 8370 ekor (4185 pasang)
Asumsi III : 8370 ekor (4185 pasang)
Asumsi IV : 8370 ekor (4185 pasang)
Tahun 2019
Asumsi 1 : 4185 pasang X10 ekor = 41850 ekor (20925 pasang)
Jumlah Populasi : 8370 ekor – 58 ekor 0 = 7790 ekor (3895 pasang)
4150 ekor + 7790 ekor = 49640 ekor (24820 pasang)
Asumsi 2 : 2/5 X 7790 ekor = 3116 ekor (1558 pasang)
49640 ekor – 4674 ekor = 44966 ekor (22483 pasang)
Asumsi 3 : 44966 ekor (22483 pasang)
21. Asumsi 4 : 44966 ekor (22483 pasang)
c. Model III
Tahun 2015:
Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)
Asumsi II : 60 ekor - 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Asumsi III : 2/5 x 50 ekor = 20 ekor (mati), 30 ekor hidup
Asumsi IV : 30 ekor (15 pasang)
Tahun 2016:
Asumsi I : 15 ekor x 10 = 150 ekor
Jumlah Populasi : 150 ekor + 30 = 180 ekor
Asumsi II : 180-30 = 150 ekor
Asumsi III : 2/5 x 150 = 60 ekor mati, 90 ekor hidup
Asumsi IV : 90 ekor (45 pasang)
Tahun 2017:
Asumsi I : 45 pasang x 10 ekor = 450 ekor
Jumlah Populasi : 450 ekor + 90 ekor = 540 ekor
Asumsi II : 540-90=450 ekor
Asumsi III : 2/5 x 450 = 180 ekor mati, 270 ekor hidup.
Asumsi IV : 270 ekor ( 135 pasang)
Tahun 2018:
Asumsi I : 135 pasang x 10 ekor = 1350 ekor (1600 pasang)
Jumlah Populasi : 1350 ekor + 270 ekor = 1620 ekor (810 pasang)
22. Asumsi II : 1620 – 270 = 1350 ekor
Asumsi III : 2/5 x 1350 = 540 ekor mati, 810 ekor hidup
Asumsi IV : 810 ekor (405 pasang)
Tahun 2019:
Asumsi I : 405 pasang x 10 ekor = 4050 ekor (2025 pasang)
Jumlah Populasi : 4050 ekor + 810 ekor = 4860 ekor (2430 pasang)
Asumsi II : 4860 ekor – 810 = 4050 ekor
Asumsi III : 2/5 x 4050 = 1620 ekor mati, 2430 ekor hidup
Asumsi IV : 2430 ekor (1215 pasang)
d. Model IV
Tahun 2015
Asumsi I : 5 ekor x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)
Jumlah populasi : 50 ekor +10 ekor = 60 ekor (30 pasang)
Asumsi II : 60 ekor -10 ekor = 50 ekor(25 pasang)
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 ekor + 50 ekor = 100 ekor (50 pasang)
Tahun 2016
Asumsi I : 50 pasang x 10 ekor = 500 ekor (250 pasang)
Jumlah populasi : 500 ekor + 10 ekor = 510 ekor (255 pasang)
Asumsi II : 510 ekor – 10 ekor = 500 ekor (250 pasang)
Asumsi III : 500 ekor (250 pasang)
Asumsi IV : 500 ekor + 50 ekor = 550 ekor (275 pasang)
Tahun 2017
23. Asumsi I : 275 pasang x 10 ekor = 2.750 ekor ((1372 pasang)
Jumlah populasi : 2.750 ekor + 10 ekor = 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi II : 2.760 ekor – 10 ekor = 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi III : 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi IV : 2.750 ekor + 50 ekor = 2.800 ekor (1.400 pasang)
Tahun 2018
Asumsi I : 1.400 pasang x 10 ekor = 14.000 ekor (7000 pasang)
Jumlah populasi : 14.000 ekor + 10 ekor = 14.010 ekor (7.005 pasang)
Asumsi II : 14.010 ekor – 10 ekor = 14.000 ekor (7000 pasang)
Asumsi III : 14.000 ekor (7000 pasang)
Asumsi IV : 14.000 ekor + 50 ekor = 14.050 ekor (7.025 pasang)
Tahun 2019
Asumsi I : 7.025 pasang x 10 ekor = 70.250 ekor (35125 pasang)
Jumlah populasi :70.250 ekor + 10 ekor = 70.260 ekor (35.130 pasang)
Asumsi II : 70.260 ekor – 10 ekor = 70.250 ekor (35.125 pasang)
Asumsi III : 70.250 ekor (35.125 pasang)
Asumsi IV : 70.250 ekor + 50 ekor = 70.300 ekor (35.150 pasang)
24. IV. 2. Pembahasan
a. Ekosistem, jaring-jaring makanan dan piramida makanan
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara organisme dan anorganisme.Matahari sebagai sumber dari semua energi
yangada.
Pada jaring-jaring makanan arah proses makan dimakan tidak hanya
berlangsung dalam satu arah, melainkan beberapa arah. Karena jaring-jaring makanan
merupakan penggabungan dari beberapa rantai makanan. Hal ini menyebabkan ada
organisme yang memiliki dua peranan dalam reaksi perputaran energi yang terjadi.
Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu organisme yang
melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.organisme ini disebut produsenpada
pengamatan yang dilakukan di dapat rumput sebagai produsen utama, karena hanya
mereka yang dapat membuat makan dari bahan mentah anorganik. Setiap organisme,
yang memakan tumbuhan disebut herbivora atau konsumen primer dalam jarring
makanan yang didapat yang bertindak sebagai herbivora yaitu ulatdaunHandeuleum
doleschallia polibete.Sedangkan pada jaring makanan yang didapat yang berfungsi
sebagai konsumen utama yaitu kodokBufo melanostictus, karena kodok memakan
25. hewan lain di dalam lingkup ekosistem yang didapat diantaranya, ulat, cacing tanah,
kupu-kupu Gonepteryx rhamni, lalatSarchopaga sp dan semut merahMonornorium
monomorium.
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan
komposisi jumlah biomassa dan energy dari produsen sampai konsumen puncak
dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang
menempati tempat produsen atau trofik I yaitu rumput, komposisi ini semakin ke atas
semakin kecil selama terjadinya perpindahan energy, yang mendapat energy terbesar
kedua yaitu ulat daun sebagai trofik II atau konsumen I, kemudian ditempat ketiga
yaitu kupu-kupu Gonepteryx rhamni, lalatSarchopaga sp, cacing tanahLumbricus
terretis, dan semut merahMonornorium monomorium. Aliran energy terkecil didapat
oleh kodok sebagai konsumen puncak.
b. Model asumsi dan pertumbuhan populasi
Pada model I, pertumbuhan populasi hanya di pengaruhi oleh kelahiran dan
kematian yang berlasung secara normal, setiap tetua akan mati sebelum musim
bertelur berikutnya. Angka Kematian (mortalitas) Menyatakan jumlah individu-
individu dalam populasi yang mati per satuan waktu. Dalam kondisi yang ideal
maka angka kematian berada pada titik minimum. Mortalitas pasti
terjadi pada makhluk hidup meskipun kondisi lingkungan sangat ideal, kematian
terjadi karena umur tua. Hal ini tidak terlalu menghambat pertumbuhan populasi
karena kelahiran lebih besar dibanding kematian.Pada model ini didapat pertumbuhan
populasi pada tahun 2015 yaitu 50 ekor (25 pasang), pada tahun 2016 yaitu 250 ekor
26. (125 pasang), pada tahun 2017 yaitu 1250 ekor (625 pasang), pada tahun 2018 yaitu
6250 ekor (3125 pasang) dan pada tahun 2019 sama pada tahun 2018.
Pada model II, setiap tahun dua perlima dari tetua masih dapat mempunyai
keturunan lagi untuk kedua kalinya sebelum akhirnya mati, hal ini tentunya memiliki
pengaruh kuat karena akan meningkatkan keturunan dan menurunkan kematian. Pada
model ini didapat pertumbuhan populasi pada tahun 2015 yaitu 54 ekor(27 pasang),
pada tahun 2016 290 ekor(145 pasang), pada tahun 2017 1588 ekor (779 pasang),
pada tahun 2018 8370 eor (4185 pasang), dan pada tahun 2019 44966 ekor (22483
pasang).
Pada model III, asumsi III mengatakan bahwa setiap tahun dua perlima dari
keturunan mati sebelum bertelur. Hal ini tentu akan menyebabkan meningkatnya
kematian sehingga menekan angka kelahiran. Hal ini dapat menurunkan pertumbuhan
populasi. Pada model ini didapat pertumbuhan populasi pada tahun 2015 yaitu 30
ekor (15 pasang), pada tahun 2016 yaitu 90 ekor (45 pasang), pada tahun 2017 yaitu
270 ekor (135 pasang), pada tahun 2018 yaitu 810 ekor (405 pasang), pada tahun
2019 yaitu 810 ekor (405 pasang).
Pada model IV, terlihat jelas bahwa proses migrasi memilki pengaruh kuat bagi
pertumbuhan populasi. Pada model ini, asumsi 4 mengatakan bahwa setiap tahun ada
50 burung geraja baru darang ke pulau dan tidak ada yang meninggalkan pulau. Hal
ini tentu akan memingkatkan pertumbuhan populasi.pada model ini pertumbuhan
populasi pada tahun 2015 yaitu 100 ekor (50 pasang, pada tahun 2016 yitu 550 ekor
(270 pasang), pada tahun 2017 yaitu 2800 ekor (1400 pasang), pada tahun 2018 yaitu
14050 ekor (7025 pasang), dan pada tahun 2019 yaitu 70300 ekor (35150 pasang).
27.
28. BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Terdapat empat model yang digunakan untuk melakukan percobaan mengenai
populasi, komunitas, danekosistem. Dan setiap model terdapat 4 asumsi dimulai
dari 2015-2019.
2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan
komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga
kesimbangan ekosistem.
V.2 Saran
Sebaiknya lokasi pengamatan yang digunakan agar dicari yang terdapat
banyak komponen biotiknya, agar para praktikan juga dapat melihat berbagai macam
hewan besertainteraksi di dalamnya.
29. DAFTAR PUSTAKA
Andri.2011.Laporan Tetap Ekologi Pertanian.http://andriecaale.blogspot.com/
2011/06/laporan-tetap-ekologi-pertanian.html. Diakses pada 22 april 2015
pukul 23.00 WITA
Budiati, Herni, 2009. Biologi SMA. Bandung : Gema Ilmu.
Caudill, Herb, 2005. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia:Suatu Kerangka
Pikir untuk Penilaian . Jakarta: Millennium Ecosystem Assessment
Karmana Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi Untuk Kelas X SMA/MA program
IPA. Bandung : Grafindo.
Kistinnah, Idun, 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya,Jakarta.:
Putra Nugraha.
Parjatmo, Widjaja. 1987. Biologi Umum I. Bandung: Angkasa.
Rusmendro, Hasmar. 2003. Seri Diktat Kuliah Ekologi Tumbuhan. Jakarta: UI.
Sativani, Risa.2009.Ekologi Populasi. http://oryza-sativa135rsh. blogspot.com/
2009/01 /ekologi-populasi.html. Diakses pada 22 april 2015 pukul 22.00
WITA
Sulistyorini, Ari, 2009. Biologi 1.Jakarta : Balai Pustaka
Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta : Karya Mandiri
Nusantara.
Yanney, J.E., 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB.
Zainal, Abidin, 2007. Ekologi. http://www.masbiet.com. Diakses pada 22 april 2015
pukul 23.21 WITA
Zoer´aini D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi.Jakarta : Bumi Aksara.