SlideShare a Scribd company logo
1
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1) Sisilia Kumalasari ( 1221800061 )
2) Diny Rusdiyananda ( 1221800089 )
3) Sutrisni Kusumah Ningtyas ( 1221800055 )
( Kelas U Hari Kamis 17:00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2
DAFTAR ISI
A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 01
B Perkembangan Filsafat 06
C Logika Berfikir Untuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah 14
D Teori Kebenaran 24
E Tataran Keilmuan / Pengetahuan : Ontologi,Epistemologi
dan Aksiologi
31
F Filsafat Pancasila 40
G Karya Ilmiah Filsafat 45
H Kumpulan Soal dan Jawab 60
3
BAB 1
MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA
Apa itu filsafat ? Was philosophie ist, last sich nich in eine definition einfangen,
sondern kann nur im philosophieren selbst gelernt und erfahren werden. (―apakah filsafat
itu,tidak dapat dijelaskan dengan suatu definisi melainkan hanya dapat dipelajari dan dialami
dengan cara berfilsafat itu sendiri‖). Dengan kata lain, cara terpenting untuk memahami apa
itu filsafat tidak lain adalah dengan berfilsafat.
Kata ―filsafat‖ yang kita kenal sekarang berasal dari sebuah kata dalam bahasa
Yunani, yaitu kata ―philos‖ (cinta) etimologis filsafat adalah ―cinta akan kebijaksanaan‖
A. Menurut buku FILSAFAT HUKUM edisi lengkap (dari klasik sampai
postmodernisme), Pengarang : Hyronismu Rhiti, Penerbit : Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Manfaat filsafat bagi mahasiswa :
1. Filsafat sebagai Kebijaksanaan.
Mahasiswa diajarkan lebih teoritis, tahu atau memiliki pengetahuan atau teori-teori,
pandai menggunakan akal budi dan pengalaman.
2. Filsafat berkaitan dengan hidup manusia.
Mahasiswa diajarkan refleksi terus-menerus akan pengalaman mengenai realita
dalam hal ini filsafat berkaitan dengan hidup manusia. Orang mencari apa makna hidup
ini, dan menyadari itu dan mempertanyakannya.
3. Filsafat dapat memperbaiki sikap.
Mahasiswa dapat menumbuhkan sikap kritis dalam persoalan-persoalan yang ada,
mampu bersaing terhadap pemanasan global.
4. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Pandangan hidup (pikiran,cita-cita,kerja,sosial dan seluruh realitas)manusia dengan
dirinya sendiri,dengan sesama (masyarakat),dengan lingkungan hidup atau alam semesta
dengan Tuhan.
4
5. Filsafat sebagai suatu seni bertanya (van peursen)
Filsafat adalah seni bertanya meskipun jawaban atas pertanyaan itu sudah diberikan
ini menuntut mahasiswa agar lebih kreatif dan kritis. Misalnya oleh ilmu, maka kalau ilmu
memberikan jawaban atas pertanyaan, filsafat justru bertanya atas jawaban itu.
6. Filsafat sebagai metode.
Filsafat itu sendiri dijadikan metode atau cara yang digunakan untuk misalnya
Mahasiswa dianjurkan meneliti,menganalisis atau menjelaskan sesuatu.
7. Filsafat sebagai ilmu.
Filsafat sebagai ilmu atau ilmu filsafat adalah ilmu yang meneliti atau mengkaji
objeknya (segala sesuatu yang ada atau yang mungkin ada). Filsafat mengajarkan
mahasiswa berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai
argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja. Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan
kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang
dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
B. Menurut buku “Pengantar Filsafat yang disusun oleh TIM MKD UIN Sunan Ampel”
Pada dasarnya manfaat mempelajari ilmu filsafat bagi mahasiswa adalah :
1. Dengan berfilsafat dapat menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang lebih
terdidik dan dapat membangun diri sendiri.
2. Mahasiswa dapat bersikap obyektif dalam memandang kehidupan ini.
3. Mahasiswa dapat berpandangan luas, filsafat dapat menyembuhkan dari kepicikan
dan ego.
4. Filsafat mengajarkan mahasiswa untuk mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau
ikut-ikutan)
5. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan
5
agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha
yang lebih lanjut yaitu “mencapai hidup bahagia dan sejahtera”
6 . Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
7 . Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi,
perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
8 . Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
C . Menurut buku “Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan. Pengarang : Prof. Dr.Ahmad Tafsir, Penerbit : PT. REMAJA
ROSDAKARYA BANDUNG”.
1. Manfaat filsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya yang terdalam.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains hanya meneliti
objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Perlu juga
ditegaskan (lagi) bahwa sains meneliti objek-objek yang ada dan empiris,yang ada tetapi
abstrak (tidak empiris) tidak dapat diteliti oleh sains. Sedangkan filsafat meneliti objek
yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada sudah jelas abstrak,itupun jika ada.
2. Filsafat bermanfaat untuk memecahkan masalah.
Filsafat sebagai methodology, yaitu cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini
filsafat digunakan sebagai suatu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam
dan universal. Penyelesaian filsafat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah.
Universal, artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar
nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
3. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Misalnya salah seorang presiden Amerika (Bill Clinton,1998),telah mengaku
berzinah,dan masyarakatnya tetap banyak yang memberikan dukungan? Mungkinkah hal
seperti itu untuk indonesia ? Presiden Indonesia yang mengaku berzinah pasti akan
dicopot oleh masyarakat Indonesia. Mengapa berbeda? Karena masyarakat Indonesia
berbeda pandangan hidupnya dengan masyarakat Amerika. Sama dengan Agama, dalam
hal sama mempengaruhi sifat dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari
Langit,maka filsafat sebagai pandangan hidup berasal dari pemikiran manusia.
4. Manfaat Fisafat berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan
pikiran.
6
Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah muncul problem yang serius, ini
diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran (filsafat)
sampai pada rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan yaitu bahasa
sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini harus mencari
kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep itu.
D. Menurut “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Pengarang : Drs.Surajiyo , Penerbit :
BUMI AKSARA’’.
1. Filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan Asasi Manusia tentang makna
realitas dan ruang lingkupnya.
Belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode –metode
ilmu khusus.
2. Filsafat bermanfaat secara sistematik.
Artinya, filsafat menawarkan metode – metode mutakhir untuk menangani
permasalahaan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik
pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan, dan sebagainya.
3. Filsafat bermanfaat secara historis.
Melalui sejarah filsafat kita belajar untuk mendalami, menanggapi, serta
mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
4. Kegunaan filsafat secara umum dapat mampu memecahkan masalah – masalah
secara kritis tentang segala sesuatu.
Jadi dimaksudkan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kegunaan secara umum
dimaksudkan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat dan luar biasa
sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
5. Kegunaan filsafat secara khusus merupakan sarana yang baik untuk menggali
kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk
mengaktualisasikannya.
Ilmu filsafat yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya
secara verbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan reflektif sehingga kekayaan
rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus menerus identitas
modern bangsa Indonesia.
6. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis.
7
Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai
masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan
berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
8
BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Untuk memahami filsafat jelas tidak dapat dilepaskan dari sejarah pemikiran manusia
itu sendiri. Pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi corak berpikir mitologis. Corak
pemikiran ini diwarnai pertimbangan – pertimbangan magis dan animistik terkait dengan
kehidupan sehari – hari. Selanjutnya, manusia mulai lebih rasional dengan menyertakan
argumen – argumen logis dalam berfikir. Mulai dari sinilah fase awal dari berpikir secara
filsafat lahir. Manusia mulai merumuskan pernyataan – pernyataan logis dan sistematis
terkait dengan persoalan – persoalan yang dihadapinya. Untuk mengetahui secara kronologis,
maka akan disajikan dengan ringkas perkembangan sejarah filsafat berikut karakteristik di
setiap periodenya.
A. Masa Kuno
Sejarah filsafat pada masa kuno dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang
mendalam tentang realitas (alam). Kesadaran ini emang awalnya merupakan renungan semata
dari orang – orang yang disebut dengan kaum bijak. Tetapi yang menarik adalah, renungan
tersebut akhirnya terumus dalam proposisi – proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah
sejarah filsafat mulai muncul. Dalam catatan sejarah, terutama sejarag di barat, asia kecil,
sekitar tahun 600 S.M Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting, yang
mempertemukan jalur perdagangan antara Mesir, Italia, Yunani dan Asia. Karena merupakan
kota transit dari berbagai negara yang terlibat dalam perdagangan, maka tidak menutup
kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh
karena tidak berlebihan jika kemudian kota milete juga dikenal sebagai pusat intelektualitas.
Pemikiran filsafat yunani periode awal sering diidentikkan sebagai filsafat alam.
Identifikasi ini didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian
pemikirannya cenderung mengarah ke pengamatan dunia sekitarnya, alam semesta. Di dalam
fase umum sejarah filsafat, tipe filsafat ini disebut filsafat pra Socrates. Karakter pemikiran
filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat setelahnya, zaman Socrates dan masa – masa
setelahnya. Filsafat Pra-Socrates ini mengeksplorasi ―unsur induk‖ (arche) yang dianggap
asal dari segala sesuatu. Pandangan para filsuf melahirkan aliran monisme, yaitu aliran yang
menyatakan hanya satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,
materi, tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.
9
Tokoh – tokoh filsuf kategori ini, antara lain : Thales (+ 600 S.M.) menggap bahwa
air lah yang merupakan unsur induk ini. Semantara menurut Anaximander (+ 610 – 540
S.M.) segala sesuatu berasal dari ―yang tak terbatas‖ (apeiron), dan sedangkan Anaximenes
(+ 585 – 525 S.M.) menyatakan bahwa udara lah yang merupakan unsur induk segala
sesuatu. Lain dari ketiga pendapat filosof terdahulu, Pythagoras (+ 500 S.M) dari italia
selatan, yang merupakan orang pertama menamai diri ‗‘filsuf‘‘. Ia menyatakan bahwa notasi
metematika merupakan realitas asali yang membentuk dinamika alam semesta.
Selain para filosof tersebut diatas, terdapat dua nama lain yang penting dari periode
ini yakni Herakleitos (+ 500 S.M.) dan Paramenides (515 – 440 S.M.). Herakleitos
mengajarkan bahwa segala sesuatu ‗‘mengalir‘‘ : segala sesuatu berubah terus menerus
seperti air yang terus mengalir dalam sungai. Sedangkan, Parmenides mengatakan bahwa
kenyataan justru sebaliknya, tetap dan tidak berubah. Segala sesuatu yang betul – betul ada,
itu kesatuan yang mutlak yang abadi dan tak terbagikan.
B. Masa Klasik
1. Zaman Socrates, Plato dan Aristoteles
Puncak filsafat yunani sebenarnya terjadi pada periode zaman klasik. Pada jaman ini
muncul filosof – filosof besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Jaman ini ditandai
dengan munculnya sekolompok kaum sophis yang mengajarkan kepada pemuda – pemuda
Athena tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia
merupakan ukuran bagi segala sesuatu (homo mensural). Akibat dari ajaran ini, maka ukuran
kebenaran menjadi relatif dan subyektif.
Dalam kondisi seperti inilah maka tampil filosof terkemuka Socrates (+ 470 – 399
S.M.), yang menyatakan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan
kita. Socrates, dengan pemikiran filsafatnya selalu berusaha untuk menyelidiki manusia
secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai – nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana
keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai
yang dihasilkan. Kaum sophis membawa perubahan terhadap corak pemikiran filsafati yang
semula terarah pada kosmos (alam semesta) menjadi corak berfikir filsafati yang terarah pada
teori pengetahuan dan etika. Kekacauan filsafati mulai timbul pada saat kaum sophis
memberikan krieteria yang berbeda tentang dasar – dasar teori pengetahuan dan etika.
Mereka tidak memiliki kesepakatan tentang dasar – dasar umum yang berlaku bagi kedua
teori tersebut. Mereka hanya mencapai kata sepakat mengenai suatu hal yaitu kebenaran yang
10
sesungguhnya tidak mungkin dapat tercapai, segala sesuatu dapat bersifat nisbi. Oleh karena
itu harus diragukan kebenarannya (skeptisisme).
Dalam kasus situasi yang kacau itulah Socrates tampil karena filsafat untuk
menghadapi pengaruh kaum shopis. Metode yang dipakai Socrates untuk menghadapi kaum
sophis itu dikenal sebagai metode dialektis kritis (dialetika). Proses dialektik disini
mengandung arti ‗‘dialog antara dua pendirian yang bertentangan‘‘ atau juga merupakan
perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide. Sedangkan sikap kritis itu
berarti Socrates tidak mau menerima begitu saja sesuatu pengertian dari orang yang
dianggapnya ahli dalam bidang tersebut.
Socrates sendiri tidak menulis apa – apa. Pikiran – pikirannya hanya dapat diketahui
secara tidak langsung melalui tulisan – tulisan pemikir yunani lain, terutama melalui karya
plato.
Setelah Socrates, munculah muridnya plato (428 – 348 S.M.). Seluruh filsafat plato
bertumpu pada ajaran tentang ‗‘Dunia Ide‘‘. Plato mengajarkan bahwa dunia yang kelihatan,
hanyalah merupakan bayangan dari dunia yang sungguh – sungguh, yaitu dunia ide – ide
yang abadi. Jiwa manusia berasal dari dunia ide-ide. Jiwa di dunia ini terkurung di dalam
tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk kembali ke ‗‘surga ide – ide‘‘.
Kalau jiwa ‗‘mengetahui‘‘ sesuatu, pengetahuan ini memang bersifat ‗‘ingatan‘‘. Jiwa pernah
berdiam dalam kebenaran dunia ide – ide, dan oleh karena itu pengetahuan mungkin sebagai
hasil ‗‘mengingat‘‘. Filsafat plato merupakan perdamaian antara ajaran Parmenides dan
ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide – ide segala sesuatu abadi, dalam dunia yang kelihatan,
dunia kita yang tidak sempurna, segala sesuatu mengalami perubahan. Filsafat plato, yang
lebih bersifat khayal daripada suatu sistem pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas dan
meliputi logika, epistemolgi, antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam dan
estetika.
Selanjutnya adalah Aristoteles (384 – 322 S.M.), ia adalah murid plato. Meskipun ia
adalah murid dari plato tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan plato. Berbeda dengan
plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, aristoteles menerima yang
berubahdan menjadi, yang bermacam – macam bentuknya, yang semuanya itu berada di
dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles
disebut sebagai realisme.
Bagi Aristoteles, ide – ide tidak terletak dalam suatu ‗‘surga‘‘ diatas dunia ini,
melainkan justru di dalam dunia ini sendiri. Setiap benda di dunia terdiri dari dua unsur yang
tak terpisahkan, yaitu materi dan bentuk. Bentuk – bentuk dapat dibandingkan dengan ide –
11
ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide – ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari
materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk – bentuk ‗‘ bertindak‘‘ di dalam materi.
Bentuk – bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari
materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu
pengetahuan besar sekali. Tulisan – tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik,
metafisika, psikologi dan ilmu alam.
2. Zaman Helenisme
Helenisme diambil dari kata Yunani, Hellas. Helenisme adalah gerakkan atau corak
kebudayaan yunani yang berkembang pada saat itu, yakni setelah meninggalnya Kaisar
Iskandar Agung (323 SM) sampai muncul kekaisaran romawi (31 SM). Kebudayaan
Helenisme berpusat di tiga kota besar. Athena, Alexandria, dan Antiochia. Di tempat –
tempat tersebut pengaruh Helenisme sangat signifikan sehingga melahirkan corak aliran
filsafat yang menonjol pada masa tersebut, yakni Stoisime, Epikurisme, dan Neo platonisme.
Stoisisme dengan tokoh terkemukanya Zeno dari Kition (333 – 262 SM) sangat
terkenal dengan pemikiran etikanya. Etika stoisisme pada dasarnya megajarkan bahwa
manusia dapat mencapai kebahagian kalau ia bertindak sesuai dengan akal budinya.
Kebahagian itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertindak secara rasional dan tidak
dikuasai lagi oleh perasaan – perasaannya, maka ia bebas berkat ketenangan batin yang oleh
stoisisme disebut ‗‘apatheia‘‘. Sementara itu, Epikurisme yang diperlopori oleh Epikuros
(341 – 270 S.M) mengajar bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin.
Kesenangan itu baik, asal tidak berlebihan. Dengan kata lain ‗‘ kita harus memiliki
kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita‘‘. Manusia harus bijaksana. Dengan
cara ini ia akan memperoleh kebebasan batin. Sedangkan Neo-platonisme yang dipelapori
oleh filsuf Mesir, Plotinos (205 – 207 M) mengajarkan bahwa seluruh kenyataan ini pada
dasarnya terselenggara melalui proses ‗‘emanasi‘‘ yang berasal dari Yang Esa dan akan
kembali ke Yang Esa lagi , berkat tarikan ‗‘eros‘‘ , yakni kerinduhan untuk kembali ke asal
Illahi dari segala sesuatu.
12
C. Masa Abad Pertengahan
1. Zaman Patristik atau Pemikiran Para Bapa Gereja
Masa Patristik (dari kata Latin ‗‘Patres‖,‖Bapa-bapa Gereja‖) dibagi atas Patristik
Yunani (atau Patristik Timur) dan patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh dari
Patristik Yunani antara lain Clemens dari Aleksandria (150-215), Origenes (185-254),
Gregorius dari Nazianze (330-390),Basillus (330-379), Gregorius dan Nizza (335-394) dan
Dionysios Areopagita (+ 500). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin terutama Hillarius (315-420)
dan Augustinus (354-430). Ajaran falsafi-teologis dari Bapa-Bapa Gereja menunjukkan
pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran Kristiani
terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja merupakan
suatu sumber yang kaya dan luas yang sekarang masih tetap memberi inspirasi baru.
2. Zaman Skolastik
Sekitar tahun 1000, peranan Plotinos diambil alih oleh Aristoteles. Aristoteles
menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf Islam dan Yahudi, terutama melalui
Avicenna (Ibn Sina, 980-1037), Averroes (Ibn Rushd,1126-1198) dan Maimonides (Musa
Ibnu Maymun,1135-1204). Pengaruh Aristoteles lama-kelamaan begitu besar sehingga ia
disebut ―Sang Filsuf‖, sedangkan Averroes disebut ―Sang Komentator‖. Pertemuan
pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka
sebagian besar berasal dari kedua orde baru yang lahir dalam Abad Pertengahan, yaitu para
Dominikan dan Fransiskan.
Filsafat mereka disebut skolastik (dari kata Latin,‖scolasticus‖,‖guru‖). Karena, dalam
periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut
suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Tokoh-tokoh dari Skolastik itu
lebih-lebih Albertus Magnus O.P. (1220-1280), Thomas Aquinas O.P. (1225-1274),
Bonaventura O.F.M. (1217-1274) dan Yohanes Duns Scotus O.F.M. (1266-1308). Tema-
tema pokok dari ajaran mereka itu: hubungan iman-akal budi, adanya dan hakikat
Tuhan,antropologi,etika dan politik.
13
D. Masa Modern
1. Zaman Renaissance
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, periode antara sekitar 1400
dan 1600, disebut jaman ―kelahiran kembali‖. Dalam jaman renaissance,kebudayaan klasik
dihidupkan kembali. Kesusasteraan,seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan
Yunani-Romawi. Filsuf-filsuf terpenting dari renaissance itu diantaranya adalah Nicollo
Machiavelli (1469-1527), Thomas Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan
Fancis Bacon (1561-1626). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam filsafat
renaissance itu ―antroposentris‖-nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos,seperti
dalam jaman kuno,atau Tuhan,seperti dalam Abad Pertengahan,melainkan manusia. Mulai
sekarang manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
2. Zaman Barok
Filsuf-filsuf dari Jaman Barok antara lain: Rene‘ Descartes (1596-1650), Barukh de
Spinoza (1632-1677), dan Gottfried Leibniz (1646-1710). Filsuf-filsuf ini menekankan
kemungkinan-kemungkinan akal budi (―ratio‖) manusia. Mereka semua juga ahli dalam
bidang matematika.
3. Zaman Aufklarung
Abad kedelapan belas memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah reformasi,
setelah renaissance dan setelah rasionalisme dari Jaman Barok, manusia sekarang dianggap
―dewasa‖. Periode ini dalam sejarah Barat disebut ―Jaman Pencerahan‖ atau ―Fajar Budi‖
(dalam bahasa Inggris, ―Enlightenment‖, dalam bahasa Jerman, ―Aufklarung‖. Diantara
Filosof-filosof besar pada jaman ini tersebar diberbagai Negara Eropa,di Iggris,misalnya ada
John Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753) dan David Hume (1712-1778) dan di
Jerman Immanuel Kant (1724-1804), yang menciptakan pandangan kritisisme yang
merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf
terpenting dari jaman modern.
4. Zaman Romantik
Filosof besar dari jaman Romantik ini, yaitu J.Fichte (1762-1814), F.Schelling (1775-
1854) dan G.W.F. Hegel (1770-1831) merupakan filosof terkemuka dari Jerman. Aliran yang
diwakili oleh ketiga filosof ini disebut ―idealisme‖. Aliran idealisme merupakan rumusan
pemikiran yang memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan ―materialisme‖ yang
memprioritaskan dunia material.
14
E. Masa Kini
Dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat memperlihatkan
aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu
rasionalisme, empirisme dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad
kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru
bermuculan, dan yang menarik aliran-aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau
satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran yang paling berpengaruh pada abad kini di antaranya
adalah positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme dan lainnya.
Sementara di penghujung abad ke dua puluh muncul dua aliran dilsafat yang
mempunyai peranan besar di bidang filsafat bahasa, yakni filsafat analitis dan strukturalisme.
Filsafat analitis merupakan aliran terpenting di Inggris dan Amerika Serikat, sejak sekitar
tahun 1950. Filsafat analitus (yang juga disebut analytic philosophy dan linguistic
philosophy) pada dasaranya memfokuska diri pada analis bahasa dan kensep-konsep. Analisis
ini dianggap sebagai ―terapi‖ terhadap ketidakjelasan penggunaan bahasa kefilsafatan.
Menurut filosof analitis, banyak persoalan-persoalan falsafi (dan juga soal teologis dan
ilmiah) dapat ―disembuhkan‖ berkat analisis bahasa. Tokoh-tokoh terkemuka aliran filsafat
bahasa ini adalah George Moore, Bertrand Russell, dan lain sebagainya, yang pada intinya
mereka merasa bahwa bahasa filsafat harus dapat dicerna secara akal sehat (common sense),
oleh karena itu bahasa filsafat harus menggunakan bahasa sehari-hari (ordinary language).
Filsafat analitika bahasa ini mecapai puncaknya pada Ludwiq Wittgenstein.
Sedangkan aliran Strukturalisme berkembang di Prancis, lebih-;ebih sejak tahun 1960.
Aliran ini tersebar diberbagai bidang, yakni filsafat, linguistik, psikiatri, fenomenologi
agama, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Strukturalisme pada dasarnya menyelidiki
―patterns‖ (pola-pola dasar yang tetap) dalam struktur bahasa, agama, sistem ekonomi dan
politik, dan dalam karya-karya kesusasteraan. Tokoh-tokoh terkenal dari strukturalisme
antara lain Claude Lévi-Strauss, J. Lacan dan Michel Foucault dan lain-lain.
Dalam tinjauan sejarah ini, diharapkan kita mengetahui kronologi pertumbuhan serta
perkembangan pemikiran kefilsafatan termasuk semua cabang-cabangnya. Selain itu, kita
juga dapat mengetahui berbagi jawaban yang diberikan oleh pemikir atau filosof-filosof
besar, serta tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan
aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau di suatu bagian dunia
15
tertentu. Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian,
tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan
sejarah. Oleh karena itu mengetahui sejarah filsafat merupakan hal yang sangat penting.
Karena melalui sejarah filsafat-lah kita seakan-akan berdialog dengan pemikiran orang dari
semua jaman dan berbagai latar belakang kebudayaan.
16
BAB III
LOGIKA BERFIKIR UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN
ILMIAH
Definisi logika adalah istilah yang dibentuk dari logikos yang berasal dari benda logos
kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran) , kata,
percakapan, ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata, mengenai
percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat
kata yang dinyatakan dalam bahasa.
Definisi berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja orhan
tubuh yang disebut otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Definisi Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan
metode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah memiliki
karakteristik – karakteristik tertentu. Kebenaran agama yang diyakini berdasarkan pada
wahyu.
I. PENGERTIAN LOGIKA
1. Pengertian
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materielnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formalnya adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang
filsafat yang praktis. Praktis di sini erarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahurnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani Kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian, logika mengatakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidal. Secara tradisional. Logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bias dianggap sebagai cabang matematika. Konsep bentuk logis adalah
17
inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesadihan (validitas) sebuah argument
ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal.
Ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen,yakni hubungan antara kesimpulan
dan bukti atau bukti-bukti yang diberkaan (premis). Logika silogistik tradisional dan logika
simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,dan
sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar
filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan ―jembatan penghubung‖antara filsafat dan
ilmu,yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah.
Penyimpulan pada dasarnyabertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu,yang kemudian
ditarik suatu keimpulan. Penyimpulan yang sah,artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan
runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar,yang berarti dituntut
kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya,logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta
kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam
logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai
dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses
penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan
bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika
deduktif disebut pula logika formal.
Logika sebagai teori penyimpulan,berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan
dalam bentuk kata atau istilah,dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga
setiap konsep mempunyai himpunan,mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena
semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan
ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah
dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan
yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-
18
prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu
kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti
yang menyangkalnya, maka kesimpulan itu benar , dan tidak dapat dikatakan pasti.
Logika menuntun pandangan lurus dalam praktik berpikir menuju kebenaran dan
meninggalkan budi menempuh jalan yang salah dalaam berpikir. Logika merupakan studi
dari salah satu pengungkapan kebenaran dan dipakai untuk membedakan argumen yang
masuk akal,serta berbagai bentuk argumentasi. Logika dalam kajiannya pada problem formal
dan spesifik tentang keteraturan penalaran. Logika berurusan dengan pengetahuan yang
bersifat formal apriori. Pengetahuan yang bersifat apriori adalah pengetahuan kebenarannya
abstain dari pengalaman melainkan hanya berdasarkan definisi. Dalam logika sangat terkait
dengan matematika.
Hukum dalam logika tidak termasuk pengamatan empiris, dan fungsi argumen logis
untuk mengantarkan kita kepada kesimpulan yang tidak dapat diperoleh dari sekedar
pengamatan. Kita membuat kesimpulan dikarenakan ada hubungan logis antara satu proposisi
atau premis lebih dengan proposisi yang lain, kesimpulannya kurang lebih berbentuk bahwa
yang kedua pasti benar jika yang pertama benar. Kemudian jika kita mengetahui yang
pertama, kita dapat menyatakan yang kedua berdasarkan yang pertama.
Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu : induktif dan deduktif. Induktif merupakan
suatu cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Deduktif adalah suatu cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Dengan logika , bisa
diperoleh hubungan antar pernyataan. Namun tidak semua pernyataan berhubungan dengan
logika. Hanya pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa dihubungkan dengan
logika. Penyataan seperti ini disebut proposisi.
Salah satu poin penting dalam logika adalah metode penarikan kesimpulan dari
beberapa proposisi (inferensi). Silogisme dapat digunakan sebagai salah satu aturan dalam
memperoleh suatu pengetahuan.
19
2. Definisi Logika
Joel kupperman & Arthur S. McGrade,menyatakan bahwa logika pada umumnya
digolongkan sebagai suatu bagian dari filsafat. Selanjutnya dinyatakan bahwa logika
berkaitan dengan sistem-sistem penyimpulan yang dibedakan dengan filsafat pada umunya
yang biasanya mengenai analisis atau rekonstruksi dari pengrtian-pengertian dasar. Akhirnya
logika sebagaimana diajarkan kebanyakan berupa logika formal yang dibedakan dari
penalaran biasa (ordinary reasoning) berdasarkan pensistematisannya dan kesaksamaan
bahasanya.
Bertrand Russel brpendapat, setiap persoalan filsafati yang sejati bilamana dikenakan
analisis dan pemurnian ternyata merupakan problema logika. Semua penyimpulan dilakukan
berdasarkan sebagai pernyataan selain pokok soalnya terdapat suatu bentuk (form) tertentu,
yakni suatu cara yang dalam unsur-unsurnya dari pernyataan itu disusun menjadi kebulatan.
Dikatakannya lebih lanjut,logika itu terdiri atas dua bagian: pertama menelaah tentang
macam-macam pernyataan dan bentuk-bentuk apa yang dimilikinnya, sedang kedua
mencakup sejumlah pernyataan sangat umum tertentu yang menegaskan kebenaran dari
semua pernyataan yang memiliki bentuk-bentuk tertentu.
Susanne K.Langer, sesuatu hal apapun dapat dikatakan memiliki bentuk bilamana
mengikuti suatu pola dari macam apapun,menunjukkan tata tertib dan hubungan internal.
Pengertian yang paling umum untuk mencakup semua bentuk dari sebagai hal apapundisebut
bentuk logis. Bentuk logis dari suatu hal berarti struktur dari hal itu. Bentuk logis atau
struktur itu adalah cara hal tersebut disusun, suatu pengaturan yang teratur dari bagian-
bagian. Bidang pengetahuan yang mempelajari bentuk logis itu tanpa mempersoalkan isi
ialah logika.
Herbert L.Scarles dalam memaparkan alasan-alasan yang penting bagi studi logika
mengemukakan antara lain bahwa studi logika sebagai suatu ilmu akan memberikan
pemahaman mengenai sifat dasar dari asas-asas dan metode-metode penyimpulan logis,
sedang apabila logika dianggap sebagai suatu seni studi tersebut akan meningkatkan daya
penalaran yang meyakinkan sehingga pelajar yang bersangkutan dapat menyajikan
kesimpulannya bersama-sama bukti penunjang yang baik dan yang buruk bagi suatu
kesimpulan.
20
Irving M.Copi memerinci manfaat dalam studi logika sebagai berikut:
 Kemampuan yang bertambah tinggi untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara
jelas dan ringkas.
 Kemahiran yang meningkat dalam mendefinisikan istilah-istilah sendiri.
 Kesanggupan yang bertambah besar untuk merumuskan perbincangan-perbincangan
secara ketat serta menyelidiki secara kritis.
Bagi pakar logika, sering dikatakan bahwa logika itu studi yang memperbincangkan
penarikan kesimpulan,penekannya pada kesahan atau validitasnya. Hal ini tampak pada
pendapat-pendapat berikut ini:
 William Altson, menyatakan bahwa logika adalah penelaahan tentang
penyimpulan,secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna
memisahkan penyimpulan-penyimpulan yang sah dan tak sah.
 Evert Beth, mengemukakan konsepsi logika sebagai suatu teori tentang penyimpulan
deduktif
 Boruch Body, merumuskan logika sebagai penelaahan tentang kesalahan dari jenis-
jenis penyimpulan yang berbeda.
 Shedon Lachman, logika adalah cabang ilmu sistematis, mengenai penyusunan dan
pengembangan dari aturan-aturan formal, prosedure-prosedure normatif, dan ukuran-
ukuran bagi penyimpulan yang sah,dan
 Herbery Scarles, menegaskan logika deduktif adalah ilmu tentang norma-norma dan
prinsip-prinsip dari penyimpulan yang sah.
3. Perkembangan Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM),filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa aira adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta,yang menurut aristoteles disimpulkan
dari:
 Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
 Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
21
 Air jugalah uap
 Air jugalah es
Jadi air adalah jiwadari segala sesuatu yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan
kaum sofis beserta plato (427 SM – 374 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran
dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkatdari proposisi yang benar, dan dialetika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkatdari proposisi yang masihdiragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalahsilogisme. Buku Aristoteles to Oraganon
(alat) berjumlah enam, yaitu :
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian.
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan.
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode perdebatan.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kali
dikenalkanoleh zeno dari citium 334 SM – 226 SM pelopor kaum stoa. Sistematisasi logika
terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter
medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus (232-
305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristotele.
Boethius menerjemahkan Eisagoge Porphyrius kedalam Bahasa Latin dan menambahkan
komentar-komentarnya. Johanes Damascenus (674-749) menerbitkan Fons Scienteae. Abad
pertengahan dan logika modern.
Padaabad ke-9 hingga abad ke-15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione.
Eisagoge oleh porphyus dankarya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274
dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern
dengan tokoh – tokohseperti :
a. Petrus Hispanus(1210-1278)
22
b. Roger Bacon (1214-1292)
c. RaymundusLullus (1232-1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
d. William Ocham (1295-1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679)dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam
An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561-1873) melanjutkan logika
yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika
diperkayadengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti :
a. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars
Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan
akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
b. George Boole (1815-1923)
c. John venn (1834-1923)
d. Gottlob Frage (1848-1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-
karyatulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce‘s Law) yang menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika simbolik lalu
diterusoleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), dan lain-lain.
Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logikasimbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang doktermedis ,Galenus (130-201M) dan Sextus
Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
23
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861-1914)
dan Bertrand Arthur William Rusel (1872-1970)
4. Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi
manusia. Dan, khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat
berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat
penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari
bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-
pembuktian secara benar dan jelas.
Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami
adalah bahasa sehari-hari yang biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh
atau dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akal pikiran untuk maksut tertentu, yang dibedahkan antara bahasa istilahi dan
bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksud bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa
buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah
atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia
karena bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi
afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk
bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah
bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah
ini berjalan dengan baik, maka bahasa yang digunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur
emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika
ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pernyataan analitik dan
pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang
dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi tau pernyataan
24
berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara tiga jenis, yaitu proposisi tunggal, proposisi
kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga jenis proposisi tau pernyataan diatas yang sebagai dasar penalaran adalah
proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran
majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam
penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.
5. Jenis-Jenis Logika
1. Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
2. Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.
Berkat pertolongan ilmiah inilah akal budi dapat bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah,
dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling
tidak dikurangi.
6 . Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis , dan koheren.
2. Menigkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
7. Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa jawa)
25
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.
26
BAB IV
TEORI KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan
(human dignity) selalu berusaha ―memeluk‖ suatu kebenaran.
1. PENGERTIAN KEBENARAN DAN TINGKATANNYA
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama
yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui
indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa
dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya
pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran,
manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan
manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang
dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya
yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.
2. TEORI KEBENARAN
1. Teori Konsistensi
Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori
Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The coherence
Theory of Truth. ―According to this theory truth is not constituted by the relation between
a judgment and something else, a dact or really, by by relation between judgment
27
themselves‖ [Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgment) dengan sesuaty yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu dendiri]. Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yan baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui
benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cendetung untuk benar jika proposisi itu coherent (saling
berhubungan) denga proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi
tersebut koheren dengan pengalaman kita. ―A belief is trus not because it agress with fact
but because it agress, that is to say, harmonizes, with body knowledge that we presses.‖
[Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian denga fakta, melainakn
bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]. ―It the maintained that when we
accept new belied as truths it is on the basis of the ….. in which the cohere with
knowledge we already posses‖ [Jika kita menerima kepercayaan-kepercayaan bar sebagai
kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling
berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki] ―A judgment is trus it if
consistent with other judgment is logically coherent with other relevance judgment.‖
[Suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang
terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah
suatu putusan yang saling berhubungan secara logis denga putusan-putusan lainnya yang
relevan]. Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yanglainnya saling
berhunguna dan saling menerangkan satu sama lainnya. ―The truth is systematic
coherence.‖ [Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]. ―Truth is consistency.‘
[Kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan].
Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disumpulkan sebagai berikut:
Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang
lebih dahulu kita akui.terima/ketahui kebenarannya.
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena
menurut teori ini suatu putusan dianggap bena apabila mendapat justifikasi putusan-
putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya.
Misalnya: Bung karno, adalah ayahanda Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan
yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar, jika terdapat pernyataan
28
yang koheren dengan pernytaan tersebut di atas, maka pernyataan ini dapat
dinyatakan benar, karena koheren denga pernyataan yang dahulu,
Misalnya:
Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri
Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri.
Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno.
Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19) Prinsip: Deduksi (umum-
khusus). Tingkat kebenaran: kuat/ lebih meyakinkan. Sesuatu itu benar jika ia
mengandugn yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran yang
sebelumnya.
 Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang
sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar.
 Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian denga fakta
melainkan ia bersesuaian atau berselarasan denga binaan pengetahuan yang kita
miliki.
 Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan
pembuktian berdasarkan teori koheren, Plato dan Aristoteles mengembangkan
teori koherensia berdasarkan pola pemikitan yang digunakan Euclide da lam
pengukuran ilmu ukurnya.
2. Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual)
Teori korespondensi (correspondence Theory of Truth), yang kadang kala disebut
the accordance Theory of Turth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau
keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh
suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau
faktanya, a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it correspondends, if
it expresses what is the case [suatu propisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu
fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya]. ―Truth is
that which conforms to fact, which agrees with reality; which corresponds to the actual
situation. ―[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang selaras dengan
kenyataannya, atau jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika
29
ia menyatakan apa adanya]. “Truth is that which conforms to fact. Which agrees with
reality; which corresponds to the actual situation.‖[Kebenaran adalah yang bersesuaian
dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi
actual] Truth is what which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement
between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the
environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation.
“[Kebenaran iala suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi
aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenal
fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar
(enviromental situation) yang diberinya inteprestasi. ‗if a judgment corresponds with the
fact, it is the true; if not, it is false.‖[jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat
dikatakan benar; jika tidak maka dapat dikatakan salah].
Sesuatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan objeknya (fakta).
Prinsip: induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran: agak rendah karena metode induksi
itu sendiri. Bertrand Russel (1872-1970) awalnya adalah Aris-toteles
 Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian
(observasi dan verifikasi).
 Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondens) anatara yang dimaksud
olehnsesuatu pendapat dan apa yang disungguh-sungguh merupakan faktanya.
Contoh: ―Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya
memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar, (Jujun S, hlm 57).
3. Teori Pragmatis
Teori ketiga adalah teori pramagtisme tentang kebenaran, the pragmatig
[pramatist] theory of truth. Pramatisme berasal dari kata Yunani pragma, artinya yang
dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini
dikembangan oleh seorang orang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotensis
ataunide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, dan jika
30
berlaku dalam praktik, serta memiliki praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki
nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunaanya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga
kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut William James ―ide-
ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita
kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika
memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya
yang memuaskan [satisfactory consequence], pengaruhnya yang memuaskan [satusfactory
consequence].
Dinyatakan sebuah kebenaran iru jika memiliki ‗hasil yang memuaskan‘
[satisfactory result], bila: sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen.
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 ‗How to Make Our ideas
Clear‘ Para ahlinya: William James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) Tingkat
kebenaran: lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat
positif. Benar tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada
berfaedah tidaknya pendapatan tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam
penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfies)
berlaku (works).
Kebenaran dapat diperoleh melalui cara – cara tertentu tergantung dari obyek yang ingin
diketahui kebenarannya yaitu sebagai berikut :
1. Kebenaran biasa diperoleh manusia diperoleh dari kehidupan sehari – hari. Dengan
pengetahuan itu menjadikan manusia agar tidak ragu – ragu dalam bertindak , karena
penegtahun itu bersifat mutlak. Misalnya air direbus pasti mendidih
2. Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan
penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan
pendekatan prakmatis, koresponden , koheren.
Cara – cara berfikir filsafat upaya mencari kebenaran :
1. Radikal
31
Berfikir secara mendalam dalam menelusuri suatu akar masalah, dalam mencari
kebenaran tentu diperlukan keseriusan dan penelitian dari akar masalah, sehingga
dapat menghasilkan suatu kebenaran yang mutlak dan obyektif.
2. Kritis
Kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran sesuatu
dengan berdasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki. Berpikir kritis dan juga
sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan
dilakukan secara mandiri.
3. Rasional
Berfikir secara masuk akal, berfikir dengan menggunakan logika. Berfikir rasional
berarti kita memiih untuk hanya mengandalkan otak (bukan hati) dalam menyerap
segala sesuatu yang ada disekitar kita.
4. Konseptual
Penggambaran secara umum dan menyeluruh hasil kontruksi pemikiran yang
menyiratkan maksut dari konsep atau istilah tersebut, bersifat konstitutif, formal dan
mempunyai pengertian yang abstrak,jadi dapat dikatakan konseptual itu penegasan
penjelasan sesuatu konsep dengan mempergunakan konsep – konsep (kata – kata) lagi
5. Koheren
Ada kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk
paragraf . Makna kompak yang dimaksud adalah kalimatnya wajar dan
berurutan.Mudah dipahami,idenya tidak melompat-lompat sehingga membingungkan,
dan hanya membicarakan satu topik.
6. Konsisten
Berfikir lurus atau tidak berlawanan selalu sama,tidak boleh berfariasi atau ada
kontradiksi.
7. Sistematis
Mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek,ilmu harus teruari dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh,menyeluruh,terpadu,mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
8. Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
32
9. Komprehensif
Pemikiran yang komprehensif mencari jawaban yang paling tepat dengan melakukan
kajian yang lebih mendalam untuk menemukan solusi yang terbaik. Pemikiran yang
komprehensif menelusuri lebih dalam penjelasan yang dangkal dan kearifan
konvensional (tradisional) mempertimbangkan secara terpisah dan juga sebagai
bagian dari keseluruhan yang lebih besar.
33
BAB V
TATARAN KEILMUAN / PENGETAHUAN :
ONTOLOGI,EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
A. Cabang Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan kajian kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di
bidang ontologi. Filosof barat tertua yang terkenal diantaranya ialah orang-orang yunani
seperti thales (625-545 SM), Anaximandros (610-545 SM), Anaximenes (585-528 SM),
Demokritus (460-360 SM) dan plato (428-348 SM).
Objek telaah ontologi adalah yang ada (being). Studi tentang yang ada, pada dataran
studi filsafat umunya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banhyak
digunakan ketika kita membahas yang ada (being).
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan bersifat universal (universal being),
menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat
dalam setiap kenyataan ayau dalam rumusan lorens bagus menjelaskan yang ada meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah : yang ada (being)
kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existance) eseni (essence) substansi
(substance) perubahan (change) tungal (singular) dan jamak (plural). Ontologi sangat
penting untuk dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang
dunia ini dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya , fisika, ilmu teknik dan sebagainya.
1. Objek formal ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh yang ada. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas akan tampil dalam bentuk jumlah. Dari realitas itu, maka akan
muncul aliran-aliran seperti materialisme, idealisme, dan naturalisme.
Aliran idealisme adalah aliran yang menjadikan hal-hal yang ghaib
(supernatural) sebagai objek kajian. Bentuk supranatural berupa animisme adalah
dimana manusia, percaya bahwa setiap benda seperti batu, pohon, air, dan sebagainya
terdapat roh-roh yang bersifat ghaib. Animisme merupakan kepercayaaan yang
34
paling tua umumnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan sampai
sekarang masih eksis pada beberapa masyarakat.
Aliran naturalisme alah lawan dari aliran idealisme atau supanatural. Aliran ini
menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural. Aliran
naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat ghaib, melainkan kekuatan yang terdapat dalam alam itu
snediri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Prinsip-prinsip materialisme ini
dikembangkan oleh democritos (460-370 SM). Dia mengembangkan teori atom yang
dipelajari dari gurunya leucippus. Democritos berpendapat bahwa unsur dasar dari
alam semesta ini adalah atom.
Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam ontologi , lorens bagus
memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi yaitu abstraksi fisik,
abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan
sifat khas suatu objek. Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi
ciri semua sesuatu yang sejenis. Sedangkan abstraksi metafisik mengetengahkan
prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh
ontologi adalah abstraksi metafisik.
B. Cabang Epistemologi
Epistemologi adalah objek kajian yang menarik karena disinilah dasar-dasar
pengetahuan maupun teori pengetahuan manusia bermula. Konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang berkermbang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang
ditimbulkan adpat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.
Secara etimologis, istilah ―Epistemology‖ merupakan gabungan kata dalam
bahasa yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos
berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan
sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan
salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan. Oleh
sebab itu, epistemologi juga disebut sebagai ―teori pengetahuan‖.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Logika yang
dimaksud disini adalah logika mayor dan logika minor. Logika mayor mempelajari
tentang pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dalam lingkup epistemologi.
Sedangkan logika minor mempelajari strukutr berpikir dan dalil-dalil seperti silogisme.
35
Gerakan epistemologi di Yunani dipimpin oleh kelompok shopis, yaitu orang
yang secara sadar mempermasalahkan segala sesuatu. Dan kelompok shopis adalah yang
paling bertanggung jawab atas keraguan itu. Oleh karena itu, epistemologi juga dikaitkan
bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut critica, yaitu pengetahuan
sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan
yang tidak benar.
Critica berasal dari kata yunani, crimoni, yang artinya mengadili, memutuskan,
dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang dianggap benar dan yang tidak benar.
Istilah critica tampaknya agak dekat dengan kata episteme sebagai suatu tindakan kognitif
intelektual untuk mendudukan sesuatu pada tempatnya. Jika diperhatikan batasan-batasan
di atas, nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Persoalan utama yang sering dihadapi oleh epistemologi pengetahuan pada
dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dan memperhatikan
aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Demikian juga yang dihadapi oleh
epistemologi keilmuhan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk
menjawab berbagai permasalahan dunia empirik (nyata) yang akan digunakan sebagai
alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
C. Cabang Aksiologi
Aksiologi adlah suatu cabang filsafat yang memiliki kedudukan yang sangat
penting karena akan menentukan ke arah mana ilmu pengetahuan itu ditujukan, apa akibat
yang akan ditimbulkan, bagaimana seharusnya dan sebagainya.
1. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata yunani yaitu , axios yang berarti
sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori
nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan menurut
Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan kepuasan
batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan. Jadi, aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika epistimologi bertujuan untuk
36
mendapatkan kebenaran secara teoritis-rasional , maka aksiologi lebih menekankan
pada masalah kebaikan, dan estetika terkait erat dengan masalah keindahan.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan
ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat
dalam suatu pengetahuan. Jadi objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan niali-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya,
justru menimbulkan bencana.
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral.
Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos(teori) lebih akrab dipakai dalam
dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad),
benar dan salah (right and wrong) , seta tentang cara dan tujuan (mean and end).
Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia
bertanya seperti apakah baik itu. Tatkala yang baik teridentifikasi, maka
memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-
kata atau konsep-konsep semacam ―seharusnya‖ atau ―sepatutnya‖. Demikianlah
aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep
moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian dalam bidang ontologi ini adalah
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral ? bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral ?
2. Nilai Dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika
(keindahan).
37
a. Etika
Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada komunitas tertentu. Etika merupakan salah-satu
cabang filsafat tertua karena ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates
dan para kaum Shopis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah
kebaikan,keutamaan,keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang
ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Jadi, tema sentral yang
selalu menjadi pembicaraan dalam etika adalah predikat-predikat nilai ‗betul‘ (right) dan
‗salah‘ (wrong) dalam arti ‗susila‘ (moral) dan ‗tidak susila‘ (immoral.
Dilain pihak, etika acapkali dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau
penilaian terhadap perbuatan. Ilmu pengetahauan ini membicarakan apa yang seharusnya
dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi,dan yang memungkinkan orang untuk
menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi.
Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas
adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan
sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung
jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang
pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika, ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme,eudemonisme,utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah
pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.
Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia diorientasikan untuk mengejar tujuan.
Dan tujuan manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme, yang
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan
bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak
kodrati. Dan deontologi,adalah pemikiran tentang moral dalam bentuk suatu kehendak
baik manusia.
38
b. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang
utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat
selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Seperti dalam etika, estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif adan bagian
normatif. Bagian deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,
sedangkan bagian normatif mencari dasar pengalaman itu. Hegel (1770-1831)
membedakan suatu rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada
puisi. Sedangkan Schopenhauer (1788-1850) meihat suatu rangkaian yang mulai pada
arsitektur dan memuncak dalam musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika.
Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek,melainkan
sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun
pagi,matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakan
kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah teapi kita
mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan
perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek
yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
3. Karakteristik nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori (the theory of
value),yaitu :
a. Nilai objektif atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya,maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanoa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
b. Nilai absolute atau relatif . Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang
berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa,
berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Dipihak lain ada
39
yang beranggapan bahwa semua nilai relative (bisa berubah) sesuai dengan keinginan
atau harapan manusia.
Kaitannya dengan tingkatan atau hierarki nilai,terdaoat beberapa pandangan
diantaranya adalah : Kaum Idealis berpandangan bahwa nilai spiritual memiliki tingkatan
yang lebih tinggi dibanding nilai non spiritual (nilai material). Kaum Realis menempatkan
nilai rasional dan empiris pada tingkatan teratas, karena nilai rasionalitas tersebut akan
membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan berfikir
logis. Dan Kaum Pragmatis yang berpandangan bahwa suatu aktifitas dikatakan baik
apabila memuaskan kebutuhan primer seseorang dan memiliki nilai instrumental.
Biasanya mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat.
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala
dehumanisasi bahkan diprediksikan akan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau
dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya, namun kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri,
―bukan lagi Goethe yang menciptakan Faust”, meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa
terkenal Carl Gustav Jung‖,melainkan “Faust yang menciptakan Goethe.” Atau dalam
istilah yang dipakai Karl Marx ‖god does not create happiness but human creates
happiness” (Tuhan tidak menciptakan kebagaiaan kan tetapi ,manusia itu sendirilah yang
menciptakan kebahagiaan).
Menghadapi kenyataan seperti ini,ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagaimana adnya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa
ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan ? Ke arah
mana perkembangan keilmuan harus diarahkan ? Pertanyaan semacam ini jelas tidak
merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan abad kedua
puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan
kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhanya, ilmu sudah terkait dengan masalah-
masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543)
mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang
bereputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh
ajaran agama,maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada
ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam
sebagaimana adanya, sedangkan dipihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan
40
kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar
bidang keilmuan agama. Timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini
yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi. Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564-
1642), oleh pengadilan agama tersebut,dipaksa untuk mencabut pernyataannya bahwa
bumi berputar mengelilingi matahari.
Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir yang rela
mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar.
Peradaban telah menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar.
Dan sejarah tidak berhenti disini. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk
menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir
dapat melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa
manusia mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasonalisasi
yang bersifat mendustakan kebenaran. ― segalanya punya moral asalkan kau mampu
menemukannya,‖ kata Alice dalam petualangannya di Negeri ajaib.
Value atau nilai,dalam Kamus Psikologi karangan Kartono Kartini & Dali Guno
terbitan didefinisikan sebagai hal yang dianggap penting, bernilai atau baik. Semacam
keyakinan mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya dalam
bertindak (misalnya jujur dan ikhlas), atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang
(misalnya kebahagiaan dan kebebasan)
Nilai ini kemudian menjadi pembahasan tersendiri dalam diskusi-diskusi filsafat
dan pemikiran. Terbukti dengan munculnya teori nilai (aksiologi) yang penulis temukan
dibeberapa literatur Filsafat seperti dibukunya Ahmad Tafsir berjudul Filsafat Umum
terbitan Remaja Rosdakarya Bandung 1990. Ahmad Tafsir, lebih lanjut, meletakkan
pembahasan nilai ini setelah membahas teori pengetahuan dan teori hakikat yang
merupakan sistematika dalam pembahasan Filsafat.
Teori-teori lainnya, seperti dikemukakan oleh Nicolai Hartmann, bahwa nilai
adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi
pendukungnya, misalnya indah dan baik. Artinya, nilai itu tidak nyata. Dalam buku
Living issue in Philosophy yang dialihbahasakan oleh Prof.Dr.H.M. dipengaruhi oleh
fakta-fakta. Artinya,jika fakta-fakta atau keadaan berubah, maka penilaian kita biasanya
juga akan berubah. Ini berarti juga bahwaperimbangan nilai seseorang bergantung kepada
fakta.
Pendapat yang sama juga lontarkan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya
Psikologi Pendidikan yang mengatakan bahwa,nilai-nilai yang ada pada seseorang bisa
41
dipengaruhi oleh adanya adat istiadat,etika,kpercayaan,dan agama yang dianutnya.
Semua itu mempengaruhi sikap,pendapat,dan pandangan individu yang selanjutnya
tercermin dalam cara-cara bagaimana orag tersebut bertindak dan bertingkah laku dalam
memberikan penilaian.
42
BAB VI
FILSAFAT PANCASILA
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ‖filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya
―philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani ―philosophia” yang secara lazim
diterjemahkan sebagai ―cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata
―philos” (pilia, cinta) dan ―sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti ―wisdom”atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof,
kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
• Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan
pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan
kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif
• Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya ―Republik‖ Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah
pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi
Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan
sebagai filsafat spekulatif.
43
B. Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila
1. Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf
Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa
diperbarui sesuai dengan ―permintaan‖ rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila
berbeda dari waktu ke waktu.
2. Arti Ketuhanan yang Maha Esa
Tuhan adalah ‖causa prima‖/sebab yang pertama , karena tidak tergantung
pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam
semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa
dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan
bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka
tidak ada yang menyamainya.
1) Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa
a) Sebab akibat
Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan segala isinya
merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini,
yaitu sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa.
b) Adanya Suara hati
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur alam
jasmani, mengatasi waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari
sesuatu yang absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif relative
transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut transendental yaitu
Tuhan yang Maha Esa.
c) Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha
tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti :
44
Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan sebagainya.
Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi
bangsa Indonesia mengakui adanya realitas yang maha tinggi.
d) Adanya hidup di dunia ini
e) Adanya Pranata tertib dalam alam semesta
2) Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang
Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis.
Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan
sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara.
Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan
bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan, sehingga
adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara
objektif ( ada dalam objektivanya ).
3) Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai bagi
pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi sila
pertama yang a ide-ide abstrak umum universal harus sesuai dengan praktek
penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam
tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak
dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu :
Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala
sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu yang
disebut ide. Ide ini berada di luar segala sesuatu termasuk alam semesta, dan
sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang dimaksud
ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
45
Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam semesta
(termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini mempunyai hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab
yang lain. Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya
disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya. Sehingga rangkaian
sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak disebabkan oleh yang
lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima )
Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur
menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam keseluruhannya
berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini
mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu dzat
yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan
Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada suatu
kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai
sesuatu yang sempurna, lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan
tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya bagaimana kita
caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh dari jenis
pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan yang lain yang
digabungkan, diperbandingkan dan sebagainya.
4) Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam etika pancasila
Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan
penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari
putusan rapat Badan pekerja tanggal 29 Desember 1947 yang menekankan agar
agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan madrasah serta pesantren
hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan bersama menteri
pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di tiap-tiap sekolah
rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan setiap
siswa dan mahasiswa dapat mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing.
Dengan melalui pendidikan agama diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa dapat
memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di dalam agamanya masing-
masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan
46
memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan
telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya..
Selain itu di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan
agama yang keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat
beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat Indonesia yang Bhineka tunggal Ika
dalam rangka perwujudan dan pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
47
BAB VII
KARYA ILMIAH FILSAFAT
A. DEFINISI
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil dari penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Filsafat (dari bahasa Yunani philosophia, secara harfiah bermakna "pecinta
kebijaksanaan" ) adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Menurut Sukardi (2003) penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sikap
formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan,
urutan maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam
melakukan — proses penelitian agar memperoleh hasil — yang —dapat
dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan sebab akibat, dapat
diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama
Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. (Suriasumantri, 2005). Sedangkan, metode ilmiah adalah
teknik pendekatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah.
Metode ilmiah memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah
(Danusubroto, 2013). Hasil dari penelitian ilmiah dapat berupa pengetahuan, namun
tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam
metode ilmiah.
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu
mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai
secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-
kaidah moral.
48
B. KERANGKA PIKIR
Metode
ilmiah
Landasan
penelahaan ilmiah
Ontologis Apa
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Keaslian Penelitian
Rumusan Masalah
Telaah Pustaka
Hipotesis
Kerangka Berpikir
Desain Penelitian
Populasi dan Sampel
Variabel dan Definisi
Operasional
Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Kesulitan penelitian
Etika penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan Hasil Penelitian
Kesimpulan
Epistemologis Bagaimana
Telaah Pustaka
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Analisis Data
Saran
Kesimpulan
49
C. LANDASAN TEORI
Metode Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ―Meta‖ yang
artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan ―Hodos‖ yang artinya jalan yang harus
ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‗Methodos‘
yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‗methodus‘ berarti cara. Metode
menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang
studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
(Sumantri, 2010)
Sebelum menuju ke penjelasan mengenai ilmiah, terlebih dahulu harus
mengetahui definisi dari ilmu. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Pengertian ―Ilmiah‖ secara istilah dapat diartikan sebagai
sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat
diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan)
adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan
realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan
metode ilmiah. (Sumantri, 2010).
Sehingga diperoleh metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup
berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Namun, tidak
semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. (Sumantri, 2010).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut dan
dikatakan sebagai ilmiah adalah sebagai berikut:
1) Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya atau didukung dengan
fakta empiris.
50
2) Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dnegan menggunakan cara-cara
tertentu yang teratur dan terkontrol.
3) Sistematik, pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh.
4) Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua ornag dengan cara
eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. (Ruwanto,
2006)
Kriteria Metode Ilmiah
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang sangat bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar
untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena
pengetahuan logis tetapi tidak empiris tapi tidak logis, maka tidak akan digolongkan
sebagai ilmu pengetahuan. Sebaliknya, meskipun fenomena pengetahuan logis tetapi
tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian metode
ilmiah selalu diikuti oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta.(Qomar, 2006)
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian dapat disebut metode ilmiah,
metode tersebut harus memiliki kriteria sebagia berikut:
a. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, yang akan
dikumpulkan dan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan
atau pembuktian janganlah didasarkan pada daya khayal atau legenda.
b. Bebas dari Prasangka
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks harus
digunakan prinsip-prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab serta
pemecahannya dengan analisis logis.
51
c. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, saintis harus dituntun dalam proses berpikir analitis.
Hipotesis harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke
arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang diperoleh akan tepat mengenai
sasaran.
d. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan akal
yang sehat.
e. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Ukuran seperti ion, ohm, kilogram dan sebagainya harus selalu digunakan.
Hindari ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagianya
sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi termudah adalah dengan menggunakan
ukuran nominal, ranking dan rating. (Ruwanto, 2006)
Ontologis
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos yang bermakna being
atau ada, dan logos yang bermakna logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan The
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu
tentang yang ada. (Bakhtiar, 2004).
Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan
ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu
ilmu (Noerhadi, 1998)
Pertanyaan-pertanyaan ontologis berfokus pada sifat dari realita dan hal apa
yang harus kita kaji. Kesepakatan para ilmuwan mengenai ontologi membentuk latar
belakang bagi cara mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada
dan tidak ada atau dengan kata lain mempelajari mengenai sesuatu yang ada atau
prinsip umum mengenai sesuatu yang ada. Ontologis memberikan kita suatu cara
pandang terhadap dunia dan pada apa yang membentuknya karakteristik-karakteristik
pentingnya. (West and Turner, 2008)
Epistemologis
52
Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme
berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya
(validitasnya) pengetahuan. (Suriasumantri, 2005)
Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba
menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana
pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang
lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi juga
bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis
yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi
pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.
Pertanyaan pokok "bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu?" mau dicoba untuk
dijawab secara saksama. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif
pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya (Sudarminta, 2002).
Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan (Suriasumatri,
2005).
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme
yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan
terhadap suatu objek pemikiran tertentu (Suriasumatri, 2005). Di sinilah pendekatan
rasional digabungkan dengan pendekatan empiris sebagai langkah-langkah yang
sempurna yang dapat mengkonstruksi pengetahuan ilmiah.
53
Berikut merupakan penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis dan
epistemologis :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan masalah penelitian yang membutuhkan solusi. Masalah harus
dijawab dengan sebuah keputusan yang masuk akal dan dapat diteliti. (Indriantoro dan
Supomo, 2002) Hal ini sesuai dengan dasar ontologi yang membahas tentang segala
sesuatu yang ada (dalam latar belakang, yaitu masalah). (Mustansyir dan Munir,
2006). Dasar ontologi kenyataan atau keberadaan sesuatu. (Delfgraauw, 1992)
B. Tujuan Penelitian
Merupakan pernyataan singkat yang menjawab pertanyaan penelitian untuk
mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian(Indriantoro dan Supomo, 2002). Hal ini tidak termasuk dalam dasar
ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan
epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuan
Penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi menjelaskan tentang
penerapan nilai (dalam hal ini, penelitian). (Suriasumantri, 2005)
C. Manfaat Penelitian
Merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek
tertentu untuk perkembangan ilmu dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi
menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam
usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Manfaat penelitian termasuk dalam dasar
aksiologi karena aksiologi juga menjelaskan tentang teori nilai dan makna (dalam hal
ini, penelitian). (Notohadiprawiro, 2006)
54
D. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang
dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan
tegas perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu. Hal ini termasuk dalam dasar
ontologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji problem, sehingga dengan
mengkaji penelitian tersebut dapat diketahui apakah sama dengan penelitian yang lain.
(Moleong, 2008)
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya ilmiah termasuk aspek ontologis. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikatakan oleh (Thoha, 2003) bahwa perumusan masalah
merupakan ontologi sains. Dalam rumusan masalah terdapat pertanyaan-pertanyaan
mengenai penelitian apa yang dilakukan oleh penulis karya ilmiah sehingga rumusan
masalah dikatakan termasuk dalam aspek ontologis.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Dalam suatu telaah pustaka atau kajian pustaka terdapat garis besar penelitian.
Garis besar penelitian tersebut meliputi:
1. Membahas mengenai objek apa saja yang dikaji dalam penelitian, bagaimana
bentuk atau wujud hakiki objek tersebut, bagaimana hubungan objek dengan
daya pikir manusia yang dirasakan atau ditangkap panca indera manusia
2. Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa
ilmu dari hasil penelitian, bagaimana prosedurnya, hal hal apa saja yang perlu
dipertimbangkan agar memperoleh hasil dari penelitian yang benar (Budiharto,
2006)
Berdasarkan hal hal penting tersebut maka telaah pustaka mengandung unsur atau
landasan ontologis dan landasan epistemologis.
1. Telaah pustaka dari sudut pandang ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms

More Related Content

What's hot

Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
YuliaKartika6
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
elhamidi
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
ElenAnggraini
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Fandi Fandi
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
Muhamad Aljebra Aliksan Rauf
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
Sri Suwanti
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
Almayszaroh
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Egar Mei
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Listia wati
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Nick V
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
Ltfltf
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
windarti aja
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
elia_deardy
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
R . Adhi Indra Kurnia
 
Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat
Islamic Studies
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
EkoBowo2
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
esterlitaayuningtyas
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
rennijuliyanna
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowa
Rain Sualang
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
M Fatkhur Rohman
 

What's hot (20)

Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 
Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowa
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
 

Similar to Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms

FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
LisdaPuspaawaliaj1
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
jotimustika
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
CalvinAlaydrus
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
sayid bukhari
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
SitiYuliana11
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
DellaMeidinaFortuna
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
AfifahNuri
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
TiaAgustina2
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
Nela Nahda
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
juniotrov
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
02_WandaOcta
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
ZahraFebta
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
AbidaAnggun
 
Kumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmuKumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmu
FiqiahKirana
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
KristinaMala
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
AnggiChaca
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Rinda Fn
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
Djoko Adi Walujo
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
NovritaLeedya
 

Similar to Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms (20)

FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskjfilsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
filsafat pendidikan sljhfijdshfidshfjsdhfjdshkjfhdskj
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
 
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptxkumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
kumpulan ppt filsafat kelompok 12.pptx
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tikkelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
Kumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmuKumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmu
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 

Recently uploaded

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 

Recently uploaded (20)

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 

Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms

  • 1. 1 KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1) Sisilia Kumalasari ( 1221800061 ) 2) Diny Rusdiyananda ( 1221800089 ) 3) Sutrisni Kusumah Ningtyas ( 1221800055 ) ( Kelas U Hari Kamis 17:00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. 2 DAFTAR ISI A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 01 B Perkembangan Filsafat 06 C Logika Berfikir Untuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah 14 D Teori Kebenaran 24 E Tataran Keilmuan / Pengetahuan : Ontologi,Epistemologi dan Aksiologi 31 F Filsafat Pancasila 40 G Karya Ilmiah Filsafat 45 H Kumpulan Soal dan Jawab 60
  • 3. 3 BAB 1 MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA Apa itu filsafat ? Was philosophie ist, last sich nich in eine definition einfangen, sondern kann nur im philosophieren selbst gelernt und erfahren werden. (―apakah filsafat itu,tidak dapat dijelaskan dengan suatu definisi melainkan hanya dapat dipelajari dan dialami dengan cara berfilsafat itu sendiri‖). Dengan kata lain, cara terpenting untuk memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan berfilsafat. Kata ―filsafat‖ yang kita kenal sekarang berasal dari sebuah kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata ―philos‖ (cinta) etimologis filsafat adalah ―cinta akan kebijaksanaan‖ A. Menurut buku FILSAFAT HUKUM edisi lengkap (dari klasik sampai postmodernisme), Pengarang : Hyronismu Rhiti, Penerbit : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Manfaat filsafat bagi mahasiswa : 1. Filsafat sebagai Kebijaksanaan. Mahasiswa diajarkan lebih teoritis, tahu atau memiliki pengetahuan atau teori-teori, pandai menggunakan akal budi dan pengalaman. 2. Filsafat berkaitan dengan hidup manusia. Mahasiswa diajarkan refleksi terus-menerus akan pengalaman mengenai realita dalam hal ini filsafat berkaitan dengan hidup manusia. Orang mencari apa makna hidup ini, dan menyadari itu dan mempertanyakannya. 3. Filsafat dapat memperbaiki sikap. Mahasiswa dapat menumbuhkan sikap kritis dalam persoalan-persoalan yang ada, mampu bersaing terhadap pemanasan global. 4. Filsafat sebagai pandangan hidup. Pandangan hidup (pikiran,cita-cita,kerja,sosial dan seluruh realitas)manusia dengan dirinya sendiri,dengan sesama (masyarakat),dengan lingkungan hidup atau alam semesta dengan Tuhan.
  • 4. 4 5. Filsafat sebagai suatu seni bertanya (van peursen) Filsafat adalah seni bertanya meskipun jawaban atas pertanyaan itu sudah diberikan ini menuntut mahasiswa agar lebih kreatif dan kritis. Misalnya oleh ilmu, maka kalau ilmu memberikan jawaban atas pertanyaan, filsafat justru bertanya atas jawaban itu. 6. Filsafat sebagai metode. Filsafat itu sendiri dijadikan metode atau cara yang digunakan untuk misalnya Mahasiswa dianjurkan meneliti,menganalisis atau menjelaskan sesuatu. 7. Filsafat sebagai ilmu. Filsafat sebagai ilmu atau ilmu filsafat adalah ilmu yang meneliti atau mengkaji objeknya (segala sesuatu yang ada atau yang mungkin ada). Filsafat mengajarkan mahasiswa berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan. Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya. B. Menurut buku “Pengantar Filsafat yang disusun oleh TIM MKD UIN Sunan Ampel” Pada dasarnya manfaat mempelajari ilmu filsafat bagi mahasiswa adalah : 1. Dengan berfilsafat dapat menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang lebih terdidik dan dapat membangun diri sendiri. 2. Mahasiswa dapat bersikap obyektif dalam memandang kehidupan ini. 3. Mahasiswa dapat berpandangan luas, filsafat dapat menyembuhkan dari kepicikan dan ego. 4. Filsafat mengajarkan mahasiswa untuk mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau ikut-ikutan) 5. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan
  • 5. 5 agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu “mencapai hidup bahagia dan sejahtera” 6 . Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang dikemukakan. 7 . Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya. 8 . Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah. C . Menurut buku “Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Pengarang : Prof. Dr.Ahmad Tafsir, Penerbit : PT. REMAJA ROSDAKARYA BANDUNG”. 1. Manfaat filsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya yang terdalam. Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains hanya meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Perlu juga ditegaskan (lagi) bahwa sains meneliti objek-objek yang ada dan empiris,yang ada tetapi abstrak (tidak empiris) tidak dapat diteliti oleh sains. Sedangkan filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada sudah jelas abstrak,itupun jika ada. 2. Filsafat bermanfaat untuk memecahkan masalah. Filsafat sebagai methodology, yaitu cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini filsafat digunakan sebagai suatu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal, artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin. 3. Filsafat sebagai pandangan hidup. Misalnya salah seorang presiden Amerika (Bill Clinton,1998),telah mengaku berzinah,dan masyarakatnya tetap banyak yang memberikan dukungan? Mungkinkah hal seperti itu untuk indonesia ? Presiden Indonesia yang mengaku berzinah pasti akan dicopot oleh masyarakat Indonesia. Mengapa berbeda? Karena masyarakat Indonesia berbeda pandangan hidupnya dengan masyarakat Amerika. Sama dengan Agama, dalam hal sama mempengaruhi sifat dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari Langit,maka filsafat sebagai pandangan hidup berasal dari pemikiran manusia. 4. Manfaat Fisafat berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
  • 6. 6 Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah muncul problem yang serius, ini diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran (filsafat) sampai pada rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan yaitu bahasa sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini harus mencari kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep itu. D. Menurut “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Pengarang : Drs.Surajiyo , Penerbit : BUMI AKSARA’’. 1. Filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan Asasi Manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya. Belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode –metode ilmu khusus. 2. Filsafat bermanfaat secara sistematik. Artinya, filsafat menawarkan metode – metode mutakhir untuk menangani permasalahaan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan, dan sebagainya. 3. Filsafat bermanfaat secara historis. Melalui sejarah filsafat kita belajar untuk mendalami, menanggapi, serta mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka. 4. Kegunaan filsafat secara umum dapat mampu memecahkan masalah – masalah secara kritis tentang segala sesuatu. Jadi dimaksudkan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kegunaan secara umum dimaksudkan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat dan luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga. 5. Kegunaan filsafat secara khusus merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Ilmu filsafat yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara verbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan reflektif sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus menerus identitas modern bangsa Indonesia. 6. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis.
  • 7. 7 Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
  • 8. 8 BAB II PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU Untuk memahami filsafat jelas tidak dapat dilepaskan dari sejarah pemikiran manusia itu sendiri. Pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi corak berpikir mitologis. Corak pemikiran ini diwarnai pertimbangan – pertimbangan magis dan animistik terkait dengan kehidupan sehari – hari. Selanjutnya, manusia mulai lebih rasional dengan menyertakan argumen – argumen logis dalam berfikir. Mulai dari sinilah fase awal dari berpikir secara filsafat lahir. Manusia mulai merumuskan pernyataan – pernyataan logis dan sistematis terkait dengan persoalan – persoalan yang dihadapinya. Untuk mengetahui secara kronologis, maka akan disajikan dengan ringkas perkembangan sejarah filsafat berikut karakteristik di setiap periodenya. A. Masa Kuno Sejarah filsafat pada masa kuno dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas (alam). Kesadaran ini emang awalnya merupakan renungan semata dari orang – orang yang disebut dengan kaum bijak. Tetapi yang menarik adalah, renungan tersebut akhirnya terumus dalam proposisi – proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah sejarah filsafat mulai muncul. Dalam catatan sejarah, terutama sejarag di barat, asia kecil, sekitar tahun 600 S.M Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting, yang mempertemukan jalur perdagangan antara Mesir, Italia, Yunani dan Asia. Karena merupakan kota transit dari berbagai negara yang terlibat dalam perdagangan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh karena tidak berlebihan jika kemudian kota milete juga dikenal sebagai pusat intelektualitas. Pemikiran filsafat yunani periode awal sering diidentikkan sebagai filsafat alam. Identifikasi ini didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian pemikirannya cenderung mengarah ke pengamatan dunia sekitarnya, alam semesta. Di dalam fase umum sejarah filsafat, tipe filsafat ini disebut filsafat pra Socrates. Karakter pemikiran filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat setelahnya, zaman Socrates dan masa – masa setelahnya. Filsafat Pra-Socrates ini mengeksplorasi ―unsur induk‖ (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filsuf melahirkan aliran monisme, yaitu aliran yang menyatakan hanya satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.
  • 9. 9 Tokoh – tokoh filsuf kategori ini, antara lain : Thales (+ 600 S.M.) menggap bahwa air lah yang merupakan unsur induk ini. Semantara menurut Anaximander (+ 610 – 540 S.M.) segala sesuatu berasal dari ―yang tak terbatas‖ (apeiron), dan sedangkan Anaximenes (+ 585 – 525 S.M.) menyatakan bahwa udara lah yang merupakan unsur induk segala sesuatu. Lain dari ketiga pendapat filosof terdahulu, Pythagoras (+ 500 S.M) dari italia selatan, yang merupakan orang pertama menamai diri ‗‘filsuf‘‘. Ia menyatakan bahwa notasi metematika merupakan realitas asali yang membentuk dinamika alam semesta. Selain para filosof tersebut diatas, terdapat dua nama lain yang penting dari periode ini yakni Herakleitos (+ 500 S.M.) dan Paramenides (515 – 440 S.M.). Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu ‗‘mengalir‘‘ : segala sesuatu berubah terus menerus seperti air yang terus mengalir dalam sungai. Sedangkan, Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sebaliknya, tetap dan tidak berubah. Segala sesuatu yang betul – betul ada, itu kesatuan yang mutlak yang abadi dan tak terbagikan. B. Masa Klasik 1. Zaman Socrates, Plato dan Aristoteles Puncak filsafat yunani sebenarnya terjadi pada periode zaman klasik. Pada jaman ini muncul filosof – filosof besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Jaman ini ditandai dengan munculnya sekolompok kaum sophis yang mengajarkan kepada pemuda – pemuda Athena tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segala sesuatu (homo mensural). Akibat dari ajaran ini, maka ukuran kebenaran menjadi relatif dan subyektif. Dalam kondisi seperti inilah maka tampil filosof terkemuka Socrates (+ 470 – 399 S.M.), yang menyatakan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Socrates, dengan pemikiran filsafatnya selalu berusaha untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai – nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Kaum sophis membawa perubahan terhadap corak pemikiran filsafati yang semula terarah pada kosmos (alam semesta) menjadi corak berfikir filsafati yang terarah pada teori pengetahuan dan etika. Kekacauan filsafati mulai timbul pada saat kaum sophis memberikan krieteria yang berbeda tentang dasar – dasar teori pengetahuan dan etika. Mereka tidak memiliki kesepakatan tentang dasar – dasar umum yang berlaku bagi kedua teori tersebut. Mereka hanya mencapai kata sepakat mengenai suatu hal yaitu kebenaran yang
  • 10. 10 sesungguhnya tidak mungkin dapat tercapai, segala sesuatu dapat bersifat nisbi. Oleh karena itu harus diragukan kebenarannya (skeptisisme). Dalam kasus situasi yang kacau itulah Socrates tampil karena filsafat untuk menghadapi pengaruh kaum shopis. Metode yang dipakai Socrates untuk menghadapi kaum sophis itu dikenal sebagai metode dialektis kritis (dialetika). Proses dialektik disini mengandung arti ‗‘dialog antara dua pendirian yang bertentangan‘‘ atau juga merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide. Sedangkan sikap kritis itu berarti Socrates tidak mau menerima begitu saja sesuatu pengertian dari orang yang dianggapnya ahli dalam bidang tersebut. Socrates sendiri tidak menulis apa – apa. Pikiran – pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan – tulisan pemikir yunani lain, terutama melalui karya plato. Setelah Socrates, munculah muridnya plato (428 – 348 S.M.). Seluruh filsafat plato bertumpu pada ajaran tentang ‗‘Dunia Ide‘‘. Plato mengajarkan bahwa dunia yang kelihatan, hanyalah merupakan bayangan dari dunia yang sungguh – sungguh, yaitu dunia ide – ide yang abadi. Jiwa manusia berasal dari dunia ide-ide. Jiwa di dunia ini terkurung di dalam tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk kembali ke ‗‘surga ide – ide‘‘. Kalau jiwa ‗‘mengetahui‘‘ sesuatu, pengetahuan ini memang bersifat ‗‘ingatan‘‘. Jiwa pernah berdiam dalam kebenaran dunia ide – ide, dan oleh karena itu pengetahuan mungkin sebagai hasil ‗‘mengingat‘‘. Filsafat plato merupakan perdamaian antara ajaran Parmenides dan ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide – ide segala sesuatu abadi, dalam dunia yang kelihatan, dunia kita yang tidak sempurna, segala sesuatu mengalami perubahan. Filsafat plato, yang lebih bersifat khayal daripada suatu sistem pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas dan meliputi logika, epistemolgi, antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam dan estetika. Selanjutnya adalah Aristoteles (384 – 322 S.M.), ia adalah murid plato. Meskipun ia adalah murid dari plato tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan plato. Berbeda dengan plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, aristoteles menerima yang berubahdan menjadi, yang bermacam – macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme. Bagi Aristoteles, ide – ide tidak terletak dalam suatu ‗‘surga‘‘ diatas dunia ini, melainkan justru di dalam dunia ini sendiri. Setiap benda di dunia terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi dan bentuk. Bentuk – bentuk dapat dibandingkan dengan ide –
  • 11. 11 ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide – ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk – bentuk ‗‘ bertindak‘‘ di dalam materi. Bentuk – bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan – tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. 2. Zaman Helenisme Helenisme diambil dari kata Yunani, Hellas. Helenisme adalah gerakkan atau corak kebudayaan yunani yang berkembang pada saat itu, yakni setelah meninggalnya Kaisar Iskandar Agung (323 SM) sampai muncul kekaisaran romawi (31 SM). Kebudayaan Helenisme berpusat di tiga kota besar. Athena, Alexandria, dan Antiochia. Di tempat – tempat tersebut pengaruh Helenisme sangat signifikan sehingga melahirkan corak aliran filsafat yang menonjol pada masa tersebut, yakni Stoisime, Epikurisme, dan Neo platonisme. Stoisisme dengan tokoh terkemukanya Zeno dari Kition (333 – 262 SM) sangat terkenal dengan pemikiran etikanya. Etika stoisisme pada dasarnya megajarkan bahwa manusia dapat mencapai kebahagian kalau ia bertindak sesuai dengan akal budinya. Kebahagian itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertindak secara rasional dan tidak dikuasai lagi oleh perasaan – perasaannya, maka ia bebas berkat ketenangan batin yang oleh stoisisme disebut ‗‘apatheia‘‘. Sementara itu, Epikurisme yang diperlopori oleh Epikuros (341 – 270 S.M) mengajar bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal tidak berlebihan. Dengan kata lain ‗‘ kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita‘‘. Manusia harus bijaksana. Dengan cara ini ia akan memperoleh kebebasan batin. Sedangkan Neo-platonisme yang dipelapori oleh filsuf Mesir, Plotinos (205 – 207 M) mengajarkan bahwa seluruh kenyataan ini pada dasarnya terselenggara melalui proses ‗‘emanasi‘‘ yang berasal dari Yang Esa dan akan kembali ke Yang Esa lagi , berkat tarikan ‗‘eros‘‘ , yakni kerinduhan untuk kembali ke asal Illahi dari segala sesuatu.
  • 12. 12 C. Masa Abad Pertengahan 1. Zaman Patristik atau Pemikiran Para Bapa Gereja Masa Patristik (dari kata Latin ‗‘Patres‖,‖Bapa-bapa Gereja‖) dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh dari Patristik Yunani antara lain Clemens dari Aleksandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianze (330-390),Basillus (330-379), Gregorius dan Nizza (335-394) dan Dionysios Areopagita (+ 500). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin terutama Hillarius (315-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran falsafi-teologis dari Bapa-Bapa Gereja menunjukkan pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran Kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja merupakan suatu sumber yang kaya dan luas yang sekarang masih tetap memberi inspirasi baru. 2. Zaman Skolastik Sekitar tahun 1000, peranan Plotinos diambil alih oleh Aristoteles. Aristoteles menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf Islam dan Yahudi, terutama melalui Avicenna (Ibn Sina, 980-1037), Averroes (Ibn Rushd,1126-1198) dan Maimonides (Musa Ibnu Maymun,1135-1204). Pengaruh Aristoteles lama-kelamaan begitu besar sehingga ia disebut ―Sang Filsuf‖, sedangkan Averroes disebut ―Sang Komentator‖. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka sebagian besar berasal dari kedua orde baru yang lahir dalam Abad Pertengahan, yaitu para Dominikan dan Fransiskan. Filsafat mereka disebut skolastik (dari kata Latin,‖scolasticus‖,‖guru‖). Karena, dalam periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Tokoh-tokoh dari Skolastik itu lebih-lebih Albertus Magnus O.P. (1220-1280), Thomas Aquinas O.P. (1225-1274), Bonaventura O.F.M. (1217-1274) dan Yohanes Duns Scotus O.F.M. (1266-1308). Tema- tema pokok dari ajaran mereka itu: hubungan iman-akal budi, adanya dan hakikat Tuhan,antropologi,etika dan politik.
  • 13. 13 D. Masa Modern 1. Zaman Renaissance Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, periode antara sekitar 1400 dan 1600, disebut jaman ―kelahiran kembali‖. Dalam jaman renaissance,kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Kesusasteraan,seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan Yunani-Romawi. Filsuf-filsuf terpenting dari renaissance itu diantaranya adalah Nicollo Machiavelli (1469-1527), Thomas Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan Fancis Bacon (1561-1626). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu ―antroposentris‖-nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos,seperti dalam jaman kuno,atau Tuhan,seperti dalam Abad Pertengahan,melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan. 2. Zaman Barok Filsuf-filsuf dari Jaman Barok antara lain: Rene‘ Descartes (1596-1650), Barukh de Spinoza (1632-1677), dan Gottfried Leibniz (1646-1710). Filsuf-filsuf ini menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi (―ratio‖) manusia. Mereka semua juga ahli dalam bidang matematika. 3. Zaman Aufklarung Abad kedelapan belas memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah reformasi, setelah renaissance dan setelah rasionalisme dari Jaman Barok, manusia sekarang dianggap ―dewasa‖. Periode ini dalam sejarah Barat disebut ―Jaman Pencerahan‖ atau ―Fajar Budi‖ (dalam bahasa Inggris, ―Enlightenment‖, dalam bahasa Jerman, ―Aufklarung‖. Diantara Filosof-filosof besar pada jaman ini tersebar diberbagai Negara Eropa,di Iggris,misalnya ada John Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753) dan David Hume (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804), yang menciptakan pandangan kritisisme yang merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf terpenting dari jaman modern. 4. Zaman Romantik Filosof besar dari jaman Romantik ini, yaitu J.Fichte (1762-1814), F.Schelling (1775- 1854) dan G.W.F. Hegel (1770-1831) merupakan filosof terkemuka dari Jerman. Aliran yang diwakili oleh ketiga filosof ini disebut ―idealisme‖. Aliran idealisme merupakan rumusan pemikiran yang memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan ―materialisme‖ yang memprioritaskan dunia material.
  • 14. 14 E. Masa Kini Dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat memperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu rasionalisme, empirisme dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru bermuculan, dan yang menarik aliran-aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran yang paling berpengaruh pada abad kini di antaranya adalah positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme dan lainnya. Sementara di penghujung abad ke dua puluh muncul dua aliran dilsafat yang mempunyai peranan besar di bidang filsafat bahasa, yakni filsafat analitis dan strukturalisme. Filsafat analitis merupakan aliran terpenting di Inggris dan Amerika Serikat, sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitus (yang juga disebut analytic philosophy dan linguistic philosophy) pada dasaranya memfokuska diri pada analis bahasa dan kensep-konsep. Analisis ini dianggap sebagai ―terapi‖ terhadap ketidakjelasan penggunaan bahasa kefilsafatan. Menurut filosof analitis, banyak persoalan-persoalan falsafi (dan juga soal teologis dan ilmiah) dapat ―disembuhkan‖ berkat analisis bahasa. Tokoh-tokoh terkemuka aliran filsafat bahasa ini adalah George Moore, Bertrand Russell, dan lain sebagainya, yang pada intinya mereka merasa bahwa bahasa filsafat harus dapat dicerna secara akal sehat (common sense), oleh karena itu bahasa filsafat harus menggunakan bahasa sehari-hari (ordinary language). Filsafat analitika bahasa ini mecapai puncaknya pada Ludwiq Wittgenstein. Sedangkan aliran Strukturalisme berkembang di Prancis, lebih-;ebih sejak tahun 1960. Aliran ini tersebar diberbagai bidang, yakni filsafat, linguistik, psikiatri, fenomenologi agama, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Strukturalisme pada dasarnya menyelidiki ―patterns‖ (pola-pola dasar yang tetap) dalam struktur bahasa, agama, sistem ekonomi dan politik, dan dalam karya-karya kesusasteraan. Tokoh-tokoh terkenal dari strukturalisme antara lain Claude Lévi-Strauss, J. Lacan dan Michel Foucault dan lain-lain. Dalam tinjauan sejarah ini, diharapkan kita mengetahui kronologi pertumbuhan serta perkembangan pemikiran kefilsafatan termasuk semua cabang-cabangnya. Selain itu, kita juga dapat mengetahui berbagi jawaban yang diberikan oleh pemikir atau filosof-filosof besar, serta tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau di suatu bagian dunia
  • 15. 15 tertentu. Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Oleh karena itu mengetahui sejarah filsafat merupakan hal yang sangat penting. Karena melalui sejarah filsafat-lah kita seakan-akan berdialog dengan pemikiran orang dari semua jaman dan berbagai latar belakang kebudayaan.
  • 16. 16 BAB III LOGIKA BERFIKIR UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN ILMIAH Definisi logika adalah istilah yang dibentuk dari logikos yang berasal dari benda logos kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran) , kata, percakapan, ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata yang dinyatakan dalam bahasa. Definisi berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja orhan tubuh yang disebut otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Definisi Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah memiliki karakteristik – karakteristik tertentu. Kebenaran agama yang diyakini berdasarkan pada wahyu. I. PENGERTIAN LOGIKA 1. Pengertian Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materielnya adalah berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formalnya adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini erarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahurnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani Kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan pembuktian, logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidal. Secara tradisional. Logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bias dianggap sebagai cabang matematika. Konsep bentuk logis adalah
  • 17. 17 inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesadihan (validitas) sebuah argument ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal. Ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen,yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberkaan (premis). Logika silogistik tradisional dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan ―jembatan penghubung‖antara filsafat dan ilmu,yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnyabertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu,yang kemudian ditarik suatu keimpulan. Penyimpulan yang sah,artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar,yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya,logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal. Logika sebagai teori penyimpulan,berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah,dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan,mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut. Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-
  • 18. 18 prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya, maka kesimpulan itu benar , dan tidak dapat dikatakan pasti. Logika menuntun pandangan lurus dalam praktik berpikir menuju kebenaran dan meninggalkan budi menempuh jalan yang salah dalaam berpikir. Logika merupakan studi dari salah satu pengungkapan kebenaran dan dipakai untuk membedakan argumen yang masuk akal,serta berbagai bentuk argumentasi. Logika dalam kajiannya pada problem formal dan spesifik tentang keteraturan penalaran. Logika berurusan dengan pengetahuan yang bersifat formal apriori. Pengetahuan yang bersifat apriori adalah pengetahuan kebenarannya abstain dari pengalaman melainkan hanya berdasarkan definisi. Dalam logika sangat terkait dengan matematika. Hukum dalam logika tidak termasuk pengamatan empiris, dan fungsi argumen logis untuk mengantarkan kita kepada kesimpulan yang tidak dapat diperoleh dari sekedar pengamatan. Kita membuat kesimpulan dikarenakan ada hubungan logis antara satu proposisi atau premis lebih dengan proposisi yang lain, kesimpulannya kurang lebih berbentuk bahwa yang kedua pasti benar jika yang pertama benar. Kemudian jika kita mengetahui yang pertama, kita dapat menyatakan yang kedua berdasarkan yang pertama. Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu : induktif dan deduktif. Induktif merupakan suatu cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Deduktif adalah suatu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Dengan logika , bisa diperoleh hubungan antar pernyataan. Namun tidak semua pernyataan berhubungan dengan logika. Hanya pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa dihubungkan dengan logika. Penyataan seperti ini disebut proposisi. Salah satu poin penting dalam logika adalah metode penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi (inferensi). Silogisme dapat digunakan sebagai salah satu aturan dalam memperoleh suatu pengetahuan.
  • 19. 19 2. Definisi Logika Joel kupperman & Arthur S. McGrade,menyatakan bahwa logika pada umumnya digolongkan sebagai suatu bagian dari filsafat. Selanjutnya dinyatakan bahwa logika berkaitan dengan sistem-sistem penyimpulan yang dibedakan dengan filsafat pada umunya yang biasanya mengenai analisis atau rekonstruksi dari pengrtian-pengertian dasar. Akhirnya logika sebagaimana diajarkan kebanyakan berupa logika formal yang dibedakan dari penalaran biasa (ordinary reasoning) berdasarkan pensistematisannya dan kesaksamaan bahasanya. Bertrand Russel brpendapat, setiap persoalan filsafati yang sejati bilamana dikenakan analisis dan pemurnian ternyata merupakan problema logika. Semua penyimpulan dilakukan berdasarkan sebagai pernyataan selain pokok soalnya terdapat suatu bentuk (form) tertentu, yakni suatu cara yang dalam unsur-unsurnya dari pernyataan itu disusun menjadi kebulatan. Dikatakannya lebih lanjut,logika itu terdiri atas dua bagian: pertama menelaah tentang macam-macam pernyataan dan bentuk-bentuk apa yang dimilikinnya, sedang kedua mencakup sejumlah pernyataan sangat umum tertentu yang menegaskan kebenaran dari semua pernyataan yang memiliki bentuk-bentuk tertentu. Susanne K.Langer, sesuatu hal apapun dapat dikatakan memiliki bentuk bilamana mengikuti suatu pola dari macam apapun,menunjukkan tata tertib dan hubungan internal. Pengertian yang paling umum untuk mencakup semua bentuk dari sebagai hal apapundisebut bentuk logis. Bentuk logis dari suatu hal berarti struktur dari hal itu. Bentuk logis atau struktur itu adalah cara hal tersebut disusun, suatu pengaturan yang teratur dari bagian- bagian. Bidang pengetahuan yang mempelajari bentuk logis itu tanpa mempersoalkan isi ialah logika. Herbert L.Scarles dalam memaparkan alasan-alasan yang penting bagi studi logika mengemukakan antara lain bahwa studi logika sebagai suatu ilmu akan memberikan pemahaman mengenai sifat dasar dari asas-asas dan metode-metode penyimpulan logis, sedang apabila logika dianggap sebagai suatu seni studi tersebut akan meningkatkan daya penalaran yang meyakinkan sehingga pelajar yang bersangkutan dapat menyajikan kesimpulannya bersama-sama bukti penunjang yang baik dan yang buruk bagi suatu kesimpulan.
  • 20. 20 Irving M.Copi memerinci manfaat dalam studi logika sebagai berikut:  Kemampuan yang bertambah tinggi untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara jelas dan ringkas.  Kemahiran yang meningkat dalam mendefinisikan istilah-istilah sendiri.  Kesanggupan yang bertambah besar untuk merumuskan perbincangan-perbincangan secara ketat serta menyelidiki secara kritis. Bagi pakar logika, sering dikatakan bahwa logika itu studi yang memperbincangkan penarikan kesimpulan,penekannya pada kesahan atau validitasnya. Hal ini tampak pada pendapat-pendapat berikut ini:  William Altson, menyatakan bahwa logika adalah penelaahan tentang penyimpulan,secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan-penyimpulan yang sah dan tak sah.  Evert Beth, mengemukakan konsepsi logika sebagai suatu teori tentang penyimpulan deduktif  Boruch Body, merumuskan logika sebagai penelaahan tentang kesalahan dari jenis- jenis penyimpulan yang berbeda.  Shedon Lachman, logika adalah cabang ilmu sistematis, mengenai penyusunan dan pengembangan dari aturan-aturan formal, prosedure-prosedure normatif, dan ukuran- ukuran bagi penyimpulan yang sah,dan  Herbery Scarles, menegaskan logika deduktif adalah ilmu tentang norma-norma dan prinsip-prinsip dari penyimpulan yang sah. 3. Perkembangan Logika Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM),filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa aira adalah jiwa segala sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta,yang menurut aristoteles disimpulkan dari:  Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)  Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
  • 21. 21  Air jugalah uap  Air jugalah es Jadi air adalah jiwadari segala sesuatu yang berarti, air adalah arkhe alam semesta. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan kaum sofis beserta plato (427 SM – 374 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkatdari proposisi yang benar, dan dialetika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkatdari proposisi yang masihdiragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalahsilogisme. Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu : 1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian. 2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan. 3. Analytica Posteriora tentang pembuktian. 4. Analytica Priora tentang silogisme. 5. Topica tentang argumentasi dan metode perdebatan. 6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir. Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kali dikenalkanoleh zeno dari citium 334 SM – 226 SM pelopor kaum stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus (232- 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristotele. Boethius menerjemahkan Eisagoge Porphyrius kedalam Bahasa Latin dan menambahkan komentar-komentarnya. Johanes Damascenus (674-749) menerbitkan Fons Scienteae. Abad pertengahan dan logika modern. Padaabad ke-9 hingga abad ke-15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione. Eisagoge oleh porphyus dankarya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh – tokohseperti : a. Petrus Hispanus(1210-1278)
  • 22. 22 b. Roger Bacon (1214-1292) c. RaymundusLullus (1232-1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. d. William Ocham (1295-1349) Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588-1679)dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561-1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkayadengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti : a. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. b. George Boole (1815-1923) c. John venn (1834-1923) d. Gottlob Frage (1848-1925) Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya- karyatulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce‘s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika simbolik lalu diterusoleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), dan lain-lain. Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logikasimbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang doktermedis ,Galenus (130-201M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
  • 23. 23 Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur William Rusel (1872-1970) 4. Bahasa Logika Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan, khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian- pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami adalah bahasa sehari-hari yang biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atau dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan- pertimbangan akal pikiran untuk maksut tertentu, yang dibedahkan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksud bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia karena bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik, maka bahasa yang digunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur emotif. Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik. Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi tau pernyataan
  • 24. 24 berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara tiga jenis, yaitu proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk. Tiga jenis proposisi tau pernyataan diatas yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk. 5. Jenis-Jenis Logika 1. Logika Alamiah Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. 2. Logika Ilmiah Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan ilmiah inilah akal budi dapat bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling tidak dikurangi. 6 . Kegunaan Logika 1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis , dan koheren. 2. Menigkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif. 3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas- asas sistematis. 5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan. 6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian 7. Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa jawa)
  • 25. 25 8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
  • 26. 26 BAB IV TEORI KEBENARAN Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha ―memeluk‖ suatu kebenaran. 1. PENGERTIAN KEBENARAN DAN TINGKATANNYA Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi : 1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia 2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio 3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya 4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran. 2. TEORI KEBENARAN 1. Teori Konsistensi Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory of Truth. ―According to this theory truth is not constituted by the relation between a judgment and something else, a dact or really, by by relation between judgment
  • 27. 27 themselves‖ [Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuaty yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu dendiri]. Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yan baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cendetung untuk benar jika proposisi itu coherent (saling berhubungan) denga proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita. ―A belief is trus not because it agress with fact but because it agress, that is to say, harmonizes, with body knowledge that we presses.‖ [Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian denga fakta, melainakn bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]. ―It the maintained that when we accept new belied as truths it is on the basis of the ….. in which the cohere with knowledge we already posses‖ [Jika kita menerima kepercayaan-kepercayaan bar sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki] ―A judgment is trus it if consistent with other judgment is logically coherent with other relevance judgment.‖ [Suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis denga putusan-putusan lainnya yang relevan]. Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yanglainnya saling berhunguna dan saling menerangkan satu sama lainnya. ―The truth is systematic coherence.‖ [Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]. ―Truth is consistency.‘ [Kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan]. Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disumpulkan sebagai berikut: Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui.terima/ketahui kebenarannya. Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap bena apabila mendapat justifikasi putusan- putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya. Misalnya: Bung karno, adalah ayahanda Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar, jika terdapat pernyataan
  • 28. 28 yang koheren dengan pernytaan tersebut di atas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan benar, karena koheren denga pernyataan yang dahulu, Misalnya: Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri. Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno. Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19) Prinsip: Deduksi (umum- khusus). Tingkat kebenaran: kuat/ lebih meyakinkan. Sesuatu itu benar jika ia mengandugn yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran yang sebelumnya.  Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar.  Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian denga fakta melainkan ia bersesuaian atau berselarasan denga binaan pengetahuan yang kita miliki.  Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren, Plato dan Aristoteles mengembangkan teori koherensia berdasarkan pola pemikitan yang digunakan Euclide da lam pengukuran ilmu ukurnya. 2. Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual) Teori korespondensi (correspondence Theory of Truth), yang kadang kala disebut the accordance Theory of Turth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya, a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it correspondends, if it expresses what is the case [suatu propisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya]. ―Truth is that which conforms to fact, which agrees with reality; which corresponds to the actual situation. ―[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang selaras dengan kenyataannya, atau jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika
  • 29. 29 ia menyatakan apa adanya]. “Truth is that which conforms to fact. Which agrees with reality; which corresponds to the actual situation.‖[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual] Truth is what which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation. “[Kebenaran iala suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenal fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation) yang diberinya inteprestasi. ‗if a judgment corresponds with the fact, it is the true; if not, it is false.‖[jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar; jika tidak maka dapat dikatakan salah]. Sesuatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip: induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran: agak rendah karena metode induksi itu sendiri. Bertrand Russel (1872-1970) awalnya adalah Aris-toteles  Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan verifikasi).  Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondens) anatara yang dimaksud olehnsesuatu pendapat dan apa yang disungguh-sungguh merupakan faktanya. Contoh: ―Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar, (Jujun S, hlm 57). 3. Teori Pragmatis Teori ketiga adalah teori pramagtisme tentang kebenaran, the pragmatig [pramatist] theory of truth. Pramatisme berasal dari kata Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh seorang orang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotensis ataunide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, dan jika
  • 30. 30 berlaku dalam praktik, serta memiliki praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut William James ―ide- ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory consequence], pengaruhnya yang memuaskan [satusfactory consequence]. Dinyatakan sebuah kebenaran iru jika memiliki ‗hasil yang memuaskan‘ [satisfactory result], bila: sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen. Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada. Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 ‗How to Make Our ideas Clear‘ Para ahlinya: William James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) Tingkat kebenaran: lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif. Benar tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya pendapatan tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfies) berlaku (works). Kebenaran dapat diperoleh melalui cara – cara tertentu tergantung dari obyek yang ingin diketahui kebenarannya yaitu sebagai berikut : 1. Kebenaran biasa diperoleh manusia diperoleh dari kehidupan sehari – hari. Dengan pengetahuan itu menjadikan manusia agar tidak ragu – ragu dalam bertindak , karena penegtahun itu bersifat mutlak. Misalnya air direbus pasti mendidih 2. Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan prakmatis, koresponden , koheren. Cara – cara berfikir filsafat upaya mencari kebenaran : 1. Radikal
  • 31. 31 Berfikir secara mendalam dalam menelusuri suatu akar masalah, dalam mencari kebenaran tentu diperlukan keseriusan dan penelitian dari akar masalah, sehingga dapat menghasilkan suatu kebenaran yang mutlak dan obyektif. 2. Kritis Kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran sesuatu dengan berdasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki. Berpikir kritis dan juga sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri. 3. Rasional Berfikir secara masuk akal, berfikir dengan menggunakan logika. Berfikir rasional berarti kita memiih untuk hanya mengandalkan otak (bukan hati) dalam menyerap segala sesuatu yang ada disekitar kita. 4. Konseptual Penggambaran secara umum dan menyeluruh hasil kontruksi pemikiran yang menyiratkan maksut dari konsep atau istilah tersebut, bersifat konstitutif, formal dan mempunyai pengertian yang abstrak,jadi dapat dikatakan konseptual itu penegasan penjelasan sesuatu konsep dengan mempergunakan konsep – konsep (kata – kata) lagi 5. Koheren Ada kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf . Makna kompak yang dimaksud adalah kalimatnya wajar dan berurutan.Mudah dipahami,idenya tidak melompat-lompat sehingga membingungkan, dan hanya membicarakan satu topik. 6. Konsisten Berfikir lurus atau tidak berlawanan selalu sama,tidak boleh berfariasi atau ada kontradiksi. 7. Sistematis Mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek,ilmu harus teruari dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,menyeluruh,terpadu,mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. 8. Metodis Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
  • 32. 32 9. Komprehensif Pemikiran yang komprehensif mencari jawaban yang paling tepat dengan melakukan kajian yang lebih mendalam untuk menemukan solusi yang terbaik. Pemikiran yang komprehensif menelusuri lebih dalam penjelasan yang dangkal dan kearifan konvensional (tradisional) mempertimbangkan secara terpisah dan juga sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar.
  • 33. 33 BAB V TATARAN KEILMUAN / PENGETAHUAN : ONTOLOGI,EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI A. Cabang Ontologi Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan kajian kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Filosof barat tertua yang terkenal diantaranya ialah orang-orang yunani seperti thales (625-545 SM), Anaximandros (610-545 SM), Anaximenes (585-528 SM), Demokritus (460-360 SM) dan plato (428-348 SM). Objek telaah ontologi adalah yang ada (being). Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat umunya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banhyak digunakan ketika kita membahas yang ada (being). Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan bersifat universal (universal being), menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan ayau dalam rumusan lorens bagus menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah : yang ada (being) kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existance) eseni (essence) substansi (substance) perubahan (change) tungal (singular) dan jamak (plural). Ontologi sangat penting untuk dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya , fisika, ilmu teknik dan sebagainya. 1. Objek formal ontologi Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh yang ada. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas akan tampil dalam bentuk jumlah. Dari realitas itu, maka akan muncul aliran-aliran seperti materialisme, idealisme, dan naturalisme. Aliran idealisme adalah aliran yang menjadikan hal-hal yang ghaib (supernatural) sebagai objek kajian. Bentuk supranatural berupa animisme adalah dimana manusia, percaya bahwa setiap benda seperti batu, pohon, air, dan sebagainya terdapat roh-roh yang bersifat ghaib. Animisme merupakan kepercayaaan yang
  • 34. 34 paling tua umumnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan sampai sekarang masih eksis pada beberapa masyarakat. Aliran naturalisme alah lawan dari aliran idealisme atau supanatural. Aliran ini menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural. Aliran naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat ghaib, melainkan kekuatan yang terdapat dalam alam itu snediri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Prinsip-prinsip materialisme ini dikembangkan oleh democritos (460-370 SM). Dia mengembangkan teori atom yang dipelajari dari gurunya leucippus. Democritos berpendapat bahwa unsur dasar dari alam semesta ini adalah atom. Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam ontologi , lorens bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi yaitu abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek. Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Sedangkan abstraksi metafisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik. B. Cabang Epistemologi Epistemologi adalah objek kajian yang menarik karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan manusia bermula. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkermbang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkan adpat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya. Secara etimologis, istilah ―Epistemology‖ merupakan gabungan kata dalam bahasa yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, epistemologi juga disebut sebagai ―teori pengetahuan‖. Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Logika yang dimaksud disini adalah logika mayor dan logika minor. Logika mayor mempelajari tentang pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dalam lingkup epistemologi. Sedangkan logika minor mempelajari strukutr berpikir dan dalil-dalil seperti silogisme.
  • 35. 35 Gerakan epistemologi di Yunani dipimpin oleh kelompok shopis, yaitu orang yang secara sadar mempermasalahkan segala sesuatu. Dan kelompok shopis adalah yang paling bertanggung jawab atas keraguan itu. Oleh karena itu, epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Critica berasal dari kata yunani, crimoni, yang artinya mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang dianggap benar dan yang tidak benar. Istilah critica tampaknya agak dekat dengan kata episteme sebagai suatu tindakan kognitif intelektual untuk mendudukan sesuatu pada tempatnya. Jika diperhatikan batasan-batasan di atas, nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan utama yang sering dihadapi oleh epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dan memperhatikan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Demikian juga yang dihadapi oleh epistemologi keilmuhan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab berbagai permasalahan dunia empirik (nyata) yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam. C. Cabang Aksiologi Aksiologi adlah suatu cabang filsafat yang memiliki kedudukan yang sangat penting karena akan menentukan ke arah mana ilmu pengetahuan itu ditujukan, apa akibat yang akan ditimbulkan, bagaimana seharusnya dan sebagainya. 1. Pengertian Aksiologi Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata yunani yaitu , axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan menurut Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan kepuasan batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan. Jadi, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika epistimologi bertujuan untuk
  • 36. 36 mendapatkan kebenaran secara teoritis-rasional , maka aksiologi lebih menekankan pada masalah kebaikan, dan estetika terkait erat dengan masalah keindahan. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan niali-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya, justru menimbulkan bencana. Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral. Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos(teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong) , seta tentang cara dan tujuan (mean and end). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apakah baik itu. Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata- kata atau konsep-konsep semacam ―seharusnya‖ atau ―sepatutnya‖. Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai. Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian dalam bidang ontologi ini adalah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah- kaidah moral ? bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral ? 2. Nilai Dalam Aksiologi Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika (keindahan).
  • 37. 37 a. Etika Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada komunitas tertentu. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua karena ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum Shopis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,keutamaan,keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Jadi, tema sentral yang selalu menjadi pembicaraan dalam etika adalah predikat-predikat nilai ‗betul‘ (right) dan ‗salah‘ (wrong) dalam arti ‗susila‘ (moral) dan ‗tidak susila‘ (immoral. Dilain pihak, etika acapkali dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan. Ilmu pengetahauan ini membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi,dan yang memungkinkan orang untuk menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika, ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme,eudemonisme,utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia diorientasikan untuk mengejar tujuan. Dan tujuan manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Dan deontologi,adalah pemikiran tentang moral dalam bentuk suatu kehendak baik manusia.
  • 38. 38 b. Estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Seperti dalam etika, estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif adan bagian normatif. Bagian deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan bagian normatif mencari dasar pengalaman itu. Hegel (1770-1831) membedakan suatu rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada puisi. Sedangkan Schopenhauer (1788-1850) meihat suatu rangkaian yang mulai pada arsitektur dan memuncak dalam musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika. Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek,melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi,matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah teapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan. 3. Karakteristik nilai Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori (the theory of value),yaitu : a. Nilai objektif atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya,maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanoa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik. b. Nilai absolute atau relatif . Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa, berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Dipihak lain ada
  • 39. 39 yang beranggapan bahwa semua nilai relative (bisa berubah) sesuai dengan keinginan atau harapan manusia. Kaitannya dengan tingkatan atau hierarki nilai,terdaoat beberapa pandangan diantaranya adalah : Kaum Idealis berpandangan bahwa nilai spiritual memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding nilai non spiritual (nilai material). Kaum Realis menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan teratas, karena nilai rasionalitas tersebut akan membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan berfikir logis. Dan Kaum Pragmatis yang berpandangan bahwa suatu aktifitas dikatakan baik apabila memuaskan kebutuhan primer seseorang dan memiliki nilai instrumental. Biasanya mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi bahkan diprediksikan akan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, ―bukan lagi Goethe yang menciptakan Faust”, meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa terkenal Carl Gustav Jung‖,melainkan “Faust yang menciptakan Goethe.” Atau dalam istilah yang dipakai Karl Marx ‖god does not create happiness but human creates happiness” (Tuhan tidak menciptakan kebagaiaan kan tetapi ,manusia itu sendirilah yang menciptakan kebahagiaan). Menghadapi kenyataan seperti ini,ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana adnya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan ? Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan ? Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan. Sebenarnya sejak saat pertumbuhanya, ilmu sudah terkait dengan masalah- masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang bereputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran agama,maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan dipihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan
  • 40. 40 kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan agama. Timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi. Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564- 1642), oleh pengadilan agama tersebut,dipaksa untuk mencabut pernyataannya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Peradaban telah menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar. Dan sejarah tidak berhenti disini. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasonalisasi yang bersifat mendustakan kebenaran. ― segalanya punya moral asalkan kau mampu menemukannya,‖ kata Alice dalam petualangannya di Negeri ajaib. Value atau nilai,dalam Kamus Psikologi karangan Kartono Kartini & Dali Guno terbitan didefinisikan sebagai hal yang dianggap penting, bernilai atau baik. Semacam keyakinan mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya dalam bertindak (misalnya jujur dan ikhlas), atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan dan kebebasan) Nilai ini kemudian menjadi pembahasan tersendiri dalam diskusi-diskusi filsafat dan pemikiran. Terbukti dengan munculnya teori nilai (aksiologi) yang penulis temukan dibeberapa literatur Filsafat seperti dibukunya Ahmad Tafsir berjudul Filsafat Umum terbitan Remaja Rosdakarya Bandung 1990. Ahmad Tafsir, lebih lanjut, meletakkan pembahasan nilai ini setelah membahas teori pengetahuan dan teori hakikat yang merupakan sistematika dalam pembahasan Filsafat. Teori-teori lainnya, seperti dikemukakan oleh Nicolai Hartmann, bahwa nilai adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi pendukungnya, misalnya indah dan baik. Artinya, nilai itu tidak nyata. Dalam buku Living issue in Philosophy yang dialihbahasakan oleh Prof.Dr.H.M. dipengaruhi oleh fakta-fakta. Artinya,jika fakta-fakta atau keadaan berubah, maka penilaian kita biasanya juga akan berubah. Ini berarti juga bahwaperimbangan nilai seseorang bergantung kepada fakta. Pendapat yang sama juga lontarkan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan yang mengatakan bahwa,nilai-nilai yang ada pada seseorang bisa
  • 41. 41 dipengaruhi oleh adanya adat istiadat,etika,kpercayaan,dan agama yang dianutnya. Semua itu mempengaruhi sikap,pendapat,dan pandangan individu yang selanjutnya tercermin dalam cara-cara bagaimana orag tersebut bertindak dan bertingkah laku dalam memberikan penilaian.
  • 42. 42 BAB VI FILSAFAT PANCASILA A. Pengertian Filsafat Secara etimologis istilah ‖filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya ―philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani ―philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai ―cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata ―philos” (pilia, cinta) dan ―sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti ―wisdom”atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut: • Socrates (469-399 s.M.) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif • Plato (472 – 347 s. M.) Dalam karya tulisnya ―Republik‖ Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
  • 43. 43 B. Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila 1. Pengertian Filsafat Pancasila Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan ―permintaan‖ rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu. 2. Arti Ketuhanan yang Maha Esa Tuhan adalah ‖causa prima‖/sebab yang pertama , karena tidak tergantung pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka tidak ada yang menyamainya. 1) Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa a) Sebab akibat Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan segala isinya merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini, yaitu sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa. b) Adanya Suara hati Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif relative transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa. c) Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti :
  • 44. 44 Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan sebagainya. Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia mengakui adanya realitas yang maha tinggi. d) Adanya hidup di dunia ini e) Adanya Pranata tertib dalam alam semesta 2) Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya adalah Ketuhanan. Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ). 3) Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai bagi pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi sila pertama yang a ide-ide abstrak umum universal harus sesuai dengan praktek penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu : Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu yang disebut ide. Ide ini berada di luar segala sesuatu termasuk alam semesta, dan sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang dimaksud ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
  • 45. 45 Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam semesta (termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mempunyai hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab yang lain. Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya. Sehingga rangkaian sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak disebabkan oleh yang lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima ) Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu dzat yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya bagaimana kita caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh dari jenis pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan yang lain yang digabungkan, diperbandingkan dan sebagainya. 4) Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam etika pancasila Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari putusan rapat Badan pekerja tanggal 29 Desember 1947 yang menekankan agar agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan madrasah serta pesantren hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan bersama menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan setiap siswa dan mahasiswa dapat mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa dapat memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di dalam agamanya masing- masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan
  • 46. 46 memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya.. Selain itu di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan agama yang keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat Indonesia yang Bhineka tunggal Ika dalam rangka perwujudan dan pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
  • 47. 47 BAB VII KARYA ILMIAH FILSAFAT A. DEFINISI Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil dari penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Filsafat (dari bahasa Yunani philosophia, secara harfiah bermakna "pecinta kebijaksanaan" ) adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Menurut Sukardi (2003) penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sikap formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan — proses penelitian agar memperoleh hasil — yang —dapat dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan sebab akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. (Suriasumantri, 2005). Sedangkan, metode ilmiah adalah teknik pendekatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah. Metode ilmiah memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah (Danusubroto, 2013). Hasil dari penelitian ilmiah dapat berupa pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam metode ilmiah. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah- kaidah moral.
  • 48. 48 B. KERANGKA PIKIR Metode ilmiah Landasan penelahaan ilmiah Ontologis Apa Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Rumusan Masalah Telaah Pustaka Hipotesis Kerangka Berpikir Desain Penelitian Populasi dan Sampel Variabel dan Definisi Operasional Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Kesulitan penelitian Etika penelitian Hasil Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan Epistemologis Bagaimana Telaah Pustaka Uji Validitas dan Reliabilitas Analisis Data Saran Kesimpulan
  • 49. 49 C. LANDASAN TEORI Metode Ilmiah Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ―Meta‖ yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan ―Hodos‖ yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‗Methodos‘ yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‗methodus‘ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. (Sumantri, 2010) Sebelum menuju ke penjelasan mengenai ilmiah, terlebih dahulu harus mengetahui definisi dari ilmu. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Pengertian ―Ilmiah‖ secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. (Sumantri, 2010). Sehingga diperoleh metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Namun, tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. (Sumantri, 2010). Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut dan dikatakan sebagai ilmiah adalah sebagai berikut: 1) Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya atau didukung dengan fakta empiris.
  • 50. 50 2) Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dnegan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol. 3) Sistematik, pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. 4) Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua ornag dengan cara eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. (Ruwanto, 2006) Kriteria Metode Ilmiah Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris tapi tidak logis, maka tidak akan digolongkan sebagai ilmu pengetahuan. Sebaliknya, meskipun fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian metode ilmiah selalu diikuti oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta.(Qomar, 2006) Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian dapat disebut metode ilmiah, metode tersebut harus memiliki kriteria sebagia berikut: a. Berdasarkan Fakta Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, yang akan dikumpulkan dan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan atau pembuktian janganlah didasarkan pada daya khayal atau legenda. b. Bebas dari Prasangka Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks harus digunakan prinsip-prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab serta pemecahannya dengan analisis logis.
  • 51. 51 c. Menggunakan Hipotesis Dalam metode ilmiah, saintis harus dituntun dalam proses berpikir analitis. Hipotesis harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang diperoleh akan tepat mengenai sasaran. d. Menggunakan Ukuran Obyektif Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan akal yang sehat. e. Menggunakan Teknik Kuantitatif Ukuran seperti ion, ohm, kilogram dan sebagainya harus selalu digunakan. Hindari ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagianya sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating. (Ruwanto, 2006) Ontologis Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos yang bermakna being atau ada, dan logos yang bermakna logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang ada. (Bakhtiar, 2004). Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu ilmu (Noerhadi, 1998) Pertanyaan-pertanyaan ontologis berfokus pada sifat dari realita dan hal apa yang harus kita kaji. Kesepakatan para ilmuwan mengenai ontologi membentuk latar belakang bagi cara mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada dan tidak ada atau dengan kata lain mempelajari mengenai sesuatu yang ada atau prinsip umum mengenai sesuatu yang ada. Ontologis memberikan kita suatu cara pandang terhadap dunia dan pada apa yang membentuknya karakteristik-karakteristik pentingnya. (West and Turner, 2008) Epistemologis
  • 52. 52 Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. (Suriasumantri, 2005) Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya. Pertanyaan pokok "bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu?" mau dicoba untuk dijawab secara saksama. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya (Sudarminta, 2002). Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan (Suriasumatri, 2005). Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu (Suriasumatri, 2005). Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris sebagai langkah-langkah yang sempurna yang dapat mengkonstruksi pengetahuan ilmiah.
  • 53. 53 Berikut merupakan penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis dan epistemologis : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merupakan masalah penelitian yang membutuhkan solusi. Masalah harus dijawab dengan sebuah keputusan yang masuk akal dan dapat diteliti. (Indriantoro dan Supomo, 2002) Hal ini sesuai dengan dasar ontologi yang membahas tentang segala sesuatu yang ada (dalam latar belakang, yaitu masalah). (Mustansyir dan Munir, 2006). Dasar ontologi kenyataan atau keberadaan sesuatu. (Delfgraauw, 1992) B. Tujuan Penelitian Merupakan pernyataan singkat yang menjawab pertanyaan penelitian untuk mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian(Indriantoro dan Supomo, 2002). Hal ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuan Penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi menjelaskan tentang penerapan nilai (dalam hal ini, penelitian). (Suriasumantri, 2005) C. Manfaat Penelitian Merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek tertentu untuk perkembangan ilmu dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Manfaat penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi juga menjelaskan tentang teori nilai dan makna (dalam hal ini, penelitian). (Notohadiprawiro, 2006)
  • 54. 54 D. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan tegas perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu. Hal ini termasuk dalam dasar ontologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji problem, sehingga dengan mengkaji penelitian tersebut dapat diketahui apakah sama dengan penelitian yang lain. (Moleong, 2008) E. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam karya ilmiah termasuk aspek ontologis. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh (Thoha, 2003) bahwa perumusan masalah merupakan ontologi sains. Dalam rumusan masalah terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian apa yang dilakukan oleh penulis karya ilmiah sehingga rumusan masalah dikatakan termasuk dalam aspek ontologis. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Dalam suatu telaah pustaka atau kajian pustaka terdapat garis besar penelitian. Garis besar penelitian tersebut meliputi: 1. Membahas mengenai objek apa saja yang dikaji dalam penelitian, bagaimana bentuk atau wujud hakiki objek tersebut, bagaimana hubungan objek dengan daya pikir manusia yang dirasakan atau ditangkap panca indera manusia 2. Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu dari hasil penelitian, bagaimana prosedurnya, hal hal apa saja yang perlu dipertimbangkan agar memperoleh hasil dari penelitian yang benar (Budiharto, 2006) Berdasarkan hal hal penting tersebut maka telaah pustaka mengandung unsur atau landasan ontologis dan landasan epistemologis. 1. Telaah pustaka dari sudut pandang ontologi Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat