A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat
B Perkembangan Filsafat
C Logika Berfikir Untuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah
D Teori Kebenaran
E Tataran Keilmuan / Pengetahuan : Ontologi,Epistemologi dan Aksiologi
F Filsafat Pancasila
G Karya Ilmiah Filsafat
H Kumpulan Soal dan Jawab
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYDINAFRENTI17
KELOMPOK 2 PFI KELAS S
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
1. DINA FRENTI OKVIRA HUTABARAT (1211900020)
2. NOVA DWI LESTARI (1211900010)
3. DWIKI AMMAR SYIHAB (1211900025)
MATERI KULIAH M1 s.d M15
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...FitriOktaviani7
Kelompok 3 filsafat Ilmu A pertemuan 1-11
Universitas 17 Agustus Surabaya
Prodi Manajemen A (Eonomi Bisnis)
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3
FITRI OKTAVIANI (1211900046)
HILYA RUBI W (1211900043)
SUKMAWATI (1211900050)
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYDINAFRENTI17
KELOMPOK 2 PFI KELAS S
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
1. DINA FRENTI OKVIRA HUTABARAT (1211900020)
2. NOVA DWI LESTARI (1211900010)
3. DWIKI AMMAR SYIHAB (1211900025)
MATERI KULIAH M1 s.d M15
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...FitriOktaviani7
Kelompok 3 filsafat Ilmu A pertemuan 1-11
Universitas 17 Agustus Surabaya
Prodi Manajemen A (Eonomi Bisnis)
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3
FITRI OKTAVIANI (1211900046)
HILYA RUBI W (1211900043)
SUKMAWATI (1211900050)
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sElenAnggraini
Anggota Kelompok 4 :
1. Mela Putri Afdzani - 1211900057
2. Elen Anggraini - 1211900071
3. Bryan Nafiri Widodo - 1211900074
List judul Rangkuman
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
Filsafat merupakan pionir untuk mendobrak suatu ilmu yang meragukan yang akhirnya dapat melihat kebenaran yang hakiki.Setelah itu, ilmulah yang menyempurnakan dan memanfaatkan kemenangan.Filsafat kemudian pergi untuk menjelajah ke laut lepas mencari daerah lain.
Dengan demikian filsafat adalah pengembang ilmu
Sebagai manusia normal yang ingin tahu, maka rasa ingin tahu
akan terus menggelitik. Dengan mempelajari filsafat, jalan Anda untuk
memenuhi rasa keingintahuan tersebut akan lebih terarah dan lancar.
Bukan saja dalam menjawab pertanyaan, tetapi juga dalam mengajukan pertanyaan yang mana, dan dalam bentuk apa pertanyaan itu
seharusnya dirumuskan. Lebih lanjut, filsafat akan memandu Anda
untuk mengetahui tentang bagaimana dan dimana Anda bisa mendapatkan
jawabannya, paling tidak jawaban yang pernah dikemukakan para
filosof sebelumnya.
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
Pemikiran filsafat merupakan pemikiran reflektif yang dapat berubah dari waktu ke waktu, dengan konsep yang terbuka dalam arti selalu berkembang sesuai dengan keadaan dan dalam mencari solusi masalah yang sesuai dengan bidang yang dihadapi ataupun dengan cabang filsafat yang dipakai sebagai objek formalnya.
Hai guys...
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan ppt mengenai ilmu pengetahuan, dimana kami sedikit menyinggung mengenai pengertian ilmu dan pengetahuan, komponen-komponen ilmu pengetahuan, struktur ilmu pengetahuan.
semoga bermanfaat yaaa :)
KELOMPOK 5 PFI KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
MATERI KULIAH M1 s.d M15
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
TAHUN 2021
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sElenAnggraini
Anggota Kelompok 4 :
1. Mela Putri Afdzani - 1211900057
2. Elen Anggraini - 1211900071
3. Bryan Nafiri Widodo - 1211900074
List judul Rangkuman
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
Filsafat merupakan pionir untuk mendobrak suatu ilmu yang meragukan yang akhirnya dapat melihat kebenaran yang hakiki.Setelah itu, ilmulah yang menyempurnakan dan memanfaatkan kemenangan.Filsafat kemudian pergi untuk menjelajah ke laut lepas mencari daerah lain.
Dengan demikian filsafat adalah pengembang ilmu
Sebagai manusia normal yang ingin tahu, maka rasa ingin tahu
akan terus menggelitik. Dengan mempelajari filsafat, jalan Anda untuk
memenuhi rasa keingintahuan tersebut akan lebih terarah dan lancar.
Bukan saja dalam menjawab pertanyaan, tetapi juga dalam mengajukan pertanyaan yang mana, dan dalam bentuk apa pertanyaan itu
seharusnya dirumuskan. Lebih lanjut, filsafat akan memandu Anda
untuk mengetahui tentang bagaimana dan dimana Anda bisa mendapatkan
jawabannya, paling tidak jawaban yang pernah dikemukakan para
filosof sebelumnya.
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
Pemikiran filsafat merupakan pemikiran reflektif yang dapat berubah dari waktu ke waktu, dengan konsep yang terbuka dalam arti selalu berkembang sesuai dengan keadaan dan dalam mencari solusi masalah yang sesuai dengan bidang yang dihadapi ataupun dengan cabang filsafat yang dipakai sebagai objek formalnya.
Hai guys...
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan ppt mengenai ilmu pengetahuan, dimana kami sedikit menyinggung mengenai pengertian ilmu dan pengetahuan, komponen-komponen ilmu pengetahuan, struktur ilmu pengetahuan.
semoga bermanfaat yaaa :)
KELOMPOK 5 PFI KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
MATERI KULIAH M1 s.d M15
1. Perlunya Mahasiswa Belajar Filsafat
2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat Kebenaran
4. Penalaran
5. Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran
6. Filsafat Manusia
7. Etika dan Moral
8. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
9. Sarana Berpikir Ilmiah Dan Filsafat Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
10. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
TAHUN 2021
Kami dari kelompok 13 yang beranggotakan:
Amalia Anggraini_1212200307
Abdul Fajar NST_1212200309
Calvin Ali Alaydrus R_1212200330
Mengumpulkan tugas dari dosen DR Sigit Sardjono,M.E.C
Selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu kelas F
kelompok 5 pancasila sebagai filsafat tugas tik02_WandaOcta
Makalah ini berisi pancasila sebagai filsafat,Pancasila adalah jati diri bangsa indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
1. 1
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1) Sisilia Kumalasari ( 1221800061 )
2) Diny Rusdiyananda ( 1221800089 )
3) Sutrisni Kusumah Ningtyas ( 1221800055 )
( Kelas U Hari Kamis 17:00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2. 2
DAFTAR ISI
A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 01
B Perkembangan Filsafat 06
C Logika Berfikir Untuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah 14
D Teori Kebenaran 24
E Tataran Keilmuan / Pengetahuan : Ontologi,Epistemologi
dan Aksiologi
31
F Filsafat Pancasila 40
G Karya Ilmiah Filsafat 45
H Kumpulan Soal dan Jawab 60
3. 3
BAB 1
MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA
Apa itu filsafat ? Was philosophie ist, last sich nich in eine definition einfangen,
sondern kann nur im philosophieren selbst gelernt und erfahren werden. (―apakah filsafat
itu,tidak dapat dijelaskan dengan suatu definisi melainkan hanya dapat dipelajari dan dialami
dengan cara berfilsafat itu sendiri‖). Dengan kata lain, cara terpenting untuk memahami apa
itu filsafat tidak lain adalah dengan berfilsafat.
Kata ―filsafat‖ yang kita kenal sekarang berasal dari sebuah kata dalam bahasa
Yunani, yaitu kata ―philos‖ (cinta) etimologis filsafat adalah ―cinta akan kebijaksanaan‖
A. Menurut buku FILSAFAT HUKUM edisi lengkap (dari klasik sampai
postmodernisme), Pengarang : Hyronismu Rhiti, Penerbit : Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Manfaat filsafat bagi mahasiswa :
1. Filsafat sebagai Kebijaksanaan.
Mahasiswa diajarkan lebih teoritis, tahu atau memiliki pengetahuan atau teori-teori,
pandai menggunakan akal budi dan pengalaman.
2. Filsafat berkaitan dengan hidup manusia.
Mahasiswa diajarkan refleksi terus-menerus akan pengalaman mengenai realita
dalam hal ini filsafat berkaitan dengan hidup manusia. Orang mencari apa makna hidup
ini, dan menyadari itu dan mempertanyakannya.
3. Filsafat dapat memperbaiki sikap.
Mahasiswa dapat menumbuhkan sikap kritis dalam persoalan-persoalan yang ada,
mampu bersaing terhadap pemanasan global.
4. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Pandangan hidup (pikiran,cita-cita,kerja,sosial dan seluruh realitas)manusia dengan
dirinya sendiri,dengan sesama (masyarakat),dengan lingkungan hidup atau alam semesta
dengan Tuhan.
4. 4
5. Filsafat sebagai suatu seni bertanya (van peursen)
Filsafat adalah seni bertanya meskipun jawaban atas pertanyaan itu sudah diberikan
ini menuntut mahasiswa agar lebih kreatif dan kritis. Misalnya oleh ilmu, maka kalau ilmu
memberikan jawaban atas pertanyaan, filsafat justru bertanya atas jawaban itu.
6. Filsafat sebagai metode.
Filsafat itu sendiri dijadikan metode atau cara yang digunakan untuk misalnya
Mahasiswa dianjurkan meneliti,menganalisis atau menjelaskan sesuatu.
7. Filsafat sebagai ilmu.
Filsafat sebagai ilmu atau ilmu filsafat adalah ilmu yang meneliti atau mengkaji
objeknya (segala sesuatu yang ada atau yang mungkin ada). Filsafat mengajarkan
mahasiswa berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai
argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja. Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan
kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang
dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
B. Menurut buku “Pengantar Filsafat yang disusun oleh TIM MKD UIN Sunan Ampel”
Pada dasarnya manfaat mempelajari ilmu filsafat bagi mahasiswa adalah :
1. Dengan berfilsafat dapat menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang lebih
terdidik dan dapat membangun diri sendiri.
2. Mahasiswa dapat bersikap obyektif dalam memandang kehidupan ini.
3. Mahasiswa dapat berpandangan luas, filsafat dapat menyembuhkan dari kepicikan
dan ego.
4. Filsafat mengajarkan mahasiswa untuk mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau
ikut-ikutan)
5. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan
5. 5
agama di dalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha
yang lebih lanjut yaitu “mencapai hidup bahagia dan sejahtera”
6 . Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
7 . Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi,
perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
8 . Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
C . Menurut buku “Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan. Pengarang : Prof. Dr.Ahmad Tafsir, Penerbit : PT. REMAJA
ROSDAKARYA BANDUNG”.
1. Manfaat filsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya yang terdalam.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains hanya meneliti
objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Perlu juga
ditegaskan (lagi) bahwa sains meneliti objek-objek yang ada dan empiris,yang ada tetapi
abstrak (tidak empiris) tidak dapat diteliti oleh sains. Sedangkan filsafat meneliti objek
yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada sudah jelas abstrak,itupun jika ada.
2. Filsafat bermanfaat untuk memecahkan masalah.
Filsafat sebagai methodology, yaitu cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini
filsafat digunakan sebagai suatu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam
dan universal. Penyelesaian filsafat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah.
Universal, artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar
nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
3. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Misalnya salah seorang presiden Amerika (Bill Clinton,1998),telah mengaku
berzinah,dan masyarakatnya tetap banyak yang memberikan dukungan? Mungkinkah hal
seperti itu untuk indonesia ? Presiden Indonesia yang mengaku berzinah pasti akan
dicopot oleh masyarakat Indonesia. Mengapa berbeda? Karena masyarakat Indonesia
berbeda pandangan hidupnya dengan masyarakat Amerika. Sama dengan Agama, dalam
hal sama mempengaruhi sifat dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari
Langit,maka filsafat sebagai pandangan hidup berasal dari pemikiran manusia.
4. Manfaat Fisafat berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan
pikiran.
6. 6
Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah muncul problem yang serius, ini
diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran (filsafat)
sampai pada rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan yaitu bahasa
sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini harus mencari
kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep itu.
D. Menurut “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Pengarang : Drs.Surajiyo , Penerbit :
BUMI AKSARA’’.
1. Filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan Asasi Manusia tentang makna
realitas dan ruang lingkupnya.
Belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode –metode
ilmu khusus.
2. Filsafat bermanfaat secara sistematik.
Artinya, filsafat menawarkan metode – metode mutakhir untuk menangani
permasalahaan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik
pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan, dan sebagainya.
3. Filsafat bermanfaat secara historis.
Melalui sejarah filsafat kita belajar untuk mendalami, menanggapi, serta
mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
4. Kegunaan filsafat secara umum dapat mampu memecahkan masalah – masalah
secara kritis tentang segala sesuatu.
Jadi dimaksudkan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kegunaan secara umum
dimaksudkan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat dan luar biasa
sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
5. Kegunaan filsafat secara khusus merupakan sarana yang baik untuk menggali
kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk
mengaktualisasikannya.
Ilmu filsafat yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya
secara verbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan reflektif sehingga kekayaan
rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus menerus identitas
modern bangsa Indonesia.
6. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis.
7. 7
Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai
masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan
berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
8. 8
BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Untuk memahami filsafat jelas tidak dapat dilepaskan dari sejarah pemikiran manusia
itu sendiri. Pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi corak berpikir mitologis. Corak
pemikiran ini diwarnai pertimbangan – pertimbangan magis dan animistik terkait dengan
kehidupan sehari – hari. Selanjutnya, manusia mulai lebih rasional dengan menyertakan
argumen – argumen logis dalam berfikir. Mulai dari sinilah fase awal dari berpikir secara
filsafat lahir. Manusia mulai merumuskan pernyataan – pernyataan logis dan sistematis
terkait dengan persoalan – persoalan yang dihadapinya. Untuk mengetahui secara kronologis,
maka akan disajikan dengan ringkas perkembangan sejarah filsafat berikut karakteristik di
setiap periodenya.
A. Masa Kuno
Sejarah filsafat pada masa kuno dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang
mendalam tentang realitas (alam). Kesadaran ini emang awalnya merupakan renungan semata
dari orang – orang yang disebut dengan kaum bijak. Tetapi yang menarik adalah, renungan
tersebut akhirnya terumus dalam proposisi – proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah
sejarah filsafat mulai muncul. Dalam catatan sejarah, terutama sejarag di barat, asia kecil,
sekitar tahun 600 S.M Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting, yang
mempertemukan jalur perdagangan antara Mesir, Italia, Yunani dan Asia. Karena merupakan
kota transit dari berbagai negara yang terlibat dalam perdagangan, maka tidak menutup
kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh
karena tidak berlebihan jika kemudian kota milete juga dikenal sebagai pusat intelektualitas.
Pemikiran filsafat yunani periode awal sering diidentikkan sebagai filsafat alam.
Identifikasi ini didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian
pemikirannya cenderung mengarah ke pengamatan dunia sekitarnya, alam semesta. Di dalam
fase umum sejarah filsafat, tipe filsafat ini disebut filsafat pra Socrates. Karakter pemikiran
filsafat ini berbeda dengan pemikiran filsafat setelahnya, zaman Socrates dan masa – masa
setelahnya. Filsafat Pra-Socrates ini mengeksplorasi ―unsur induk‖ (arche) yang dianggap
asal dari segala sesuatu. Pandangan para filsuf melahirkan aliran monisme, yaitu aliran yang
menyatakan hanya satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,
materi, tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.
9. 9
Tokoh – tokoh filsuf kategori ini, antara lain : Thales (+ 600 S.M.) menggap bahwa
air lah yang merupakan unsur induk ini. Semantara menurut Anaximander (+ 610 – 540
S.M.) segala sesuatu berasal dari ―yang tak terbatas‖ (apeiron), dan sedangkan Anaximenes
(+ 585 – 525 S.M.) menyatakan bahwa udara lah yang merupakan unsur induk segala
sesuatu. Lain dari ketiga pendapat filosof terdahulu, Pythagoras (+ 500 S.M) dari italia
selatan, yang merupakan orang pertama menamai diri ‗‘filsuf‘‘. Ia menyatakan bahwa notasi
metematika merupakan realitas asali yang membentuk dinamika alam semesta.
Selain para filosof tersebut diatas, terdapat dua nama lain yang penting dari periode
ini yakni Herakleitos (+ 500 S.M.) dan Paramenides (515 – 440 S.M.). Herakleitos
mengajarkan bahwa segala sesuatu ‗‘mengalir‘‘ : segala sesuatu berubah terus menerus
seperti air yang terus mengalir dalam sungai. Sedangkan, Parmenides mengatakan bahwa
kenyataan justru sebaliknya, tetap dan tidak berubah. Segala sesuatu yang betul – betul ada,
itu kesatuan yang mutlak yang abadi dan tak terbagikan.
B. Masa Klasik
1. Zaman Socrates, Plato dan Aristoteles
Puncak filsafat yunani sebenarnya terjadi pada periode zaman klasik. Pada jaman ini
muncul filosof – filosof besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Jaman ini ditandai
dengan munculnya sekolompok kaum sophis yang mengajarkan kepada pemuda – pemuda
Athena tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia
merupakan ukuran bagi segala sesuatu (homo mensural). Akibat dari ajaran ini, maka ukuran
kebenaran menjadi relatif dan subyektif.
Dalam kondisi seperti inilah maka tampil filosof terkemuka Socrates (+ 470 – 399
S.M.), yang menyatakan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan
kita. Socrates, dengan pemikiran filsafatnya selalu berusaha untuk menyelidiki manusia
secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai – nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana
keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai
yang dihasilkan. Kaum sophis membawa perubahan terhadap corak pemikiran filsafati yang
semula terarah pada kosmos (alam semesta) menjadi corak berfikir filsafati yang terarah pada
teori pengetahuan dan etika. Kekacauan filsafati mulai timbul pada saat kaum sophis
memberikan krieteria yang berbeda tentang dasar – dasar teori pengetahuan dan etika.
Mereka tidak memiliki kesepakatan tentang dasar – dasar umum yang berlaku bagi kedua
teori tersebut. Mereka hanya mencapai kata sepakat mengenai suatu hal yaitu kebenaran yang
10. 10
sesungguhnya tidak mungkin dapat tercapai, segala sesuatu dapat bersifat nisbi. Oleh karena
itu harus diragukan kebenarannya (skeptisisme).
Dalam kasus situasi yang kacau itulah Socrates tampil karena filsafat untuk
menghadapi pengaruh kaum shopis. Metode yang dipakai Socrates untuk menghadapi kaum
sophis itu dikenal sebagai metode dialektis kritis (dialetika). Proses dialektik disini
mengandung arti ‗‘dialog antara dua pendirian yang bertentangan‘‘ atau juga merupakan
perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide. Sedangkan sikap kritis itu
berarti Socrates tidak mau menerima begitu saja sesuatu pengertian dari orang yang
dianggapnya ahli dalam bidang tersebut.
Socrates sendiri tidak menulis apa – apa. Pikiran – pikirannya hanya dapat diketahui
secara tidak langsung melalui tulisan – tulisan pemikir yunani lain, terutama melalui karya
plato.
Setelah Socrates, munculah muridnya plato (428 – 348 S.M.). Seluruh filsafat plato
bertumpu pada ajaran tentang ‗‘Dunia Ide‘‘. Plato mengajarkan bahwa dunia yang kelihatan,
hanyalah merupakan bayangan dari dunia yang sungguh – sungguh, yaitu dunia ide – ide
yang abadi. Jiwa manusia berasal dari dunia ide-ide. Jiwa di dunia ini terkurung di dalam
tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk kembali ke ‗‘surga ide – ide‘‘.
Kalau jiwa ‗‘mengetahui‘‘ sesuatu, pengetahuan ini memang bersifat ‗‘ingatan‘‘. Jiwa pernah
berdiam dalam kebenaran dunia ide – ide, dan oleh karena itu pengetahuan mungkin sebagai
hasil ‗‘mengingat‘‘. Filsafat plato merupakan perdamaian antara ajaran Parmenides dan
ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide – ide segala sesuatu abadi, dalam dunia yang kelihatan,
dunia kita yang tidak sempurna, segala sesuatu mengalami perubahan. Filsafat plato, yang
lebih bersifat khayal daripada suatu sistem pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas dan
meliputi logika, epistemolgi, antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam dan
estetika.
Selanjutnya adalah Aristoteles (384 – 322 S.M.), ia adalah murid plato. Meskipun ia
adalah murid dari plato tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan plato. Berbeda dengan
plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, aristoteles menerima yang
berubahdan menjadi, yang bermacam – macam bentuknya, yang semuanya itu berada di
dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles
disebut sebagai realisme.
Bagi Aristoteles, ide – ide tidak terletak dalam suatu ‗‘surga‘‘ diatas dunia ini,
melainkan justru di dalam dunia ini sendiri. Setiap benda di dunia terdiri dari dua unsur yang
tak terpisahkan, yaitu materi dan bentuk. Bentuk – bentuk dapat dibandingkan dengan ide –
11. 11
ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide – ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari
materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk – bentuk ‗‘ bertindak‘‘ di dalam materi.
Bentuk – bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari
materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu
pengetahuan besar sekali. Tulisan – tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik,
metafisika, psikologi dan ilmu alam.
2. Zaman Helenisme
Helenisme diambil dari kata Yunani, Hellas. Helenisme adalah gerakkan atau corak
kebudayaan yunani yang berkembang pada saat itu, yakni setelah meninggalnya Kaisar
Iskandar Agung (323 SM) sampai muncul kekaisaran romawi (31 SM). Kebudayaan
Helenisme berpusat di tiga kota besar. Athena, Alexandria, dan Antiochia. Di tempat –
tempat tersebut pengaruh Helenisme sangat signifikan sehingga melahirkan corak aliran
filsafat yang menonjol pada masa tersebut, yakni Stoisime, Epikurisme, dan Neo platonisme.
Stoisisme dengan tokoh terkemukanya Zeno dari Kition (333 – 262 SM) sangat
terkenal dengan pemikiran etikanya. Etika stoisisme pada dasarnya megajarkan bahwa
manusia dapat mencapai kebahagian kalau ia bertindak sesuai dengan akal budinya.
Kebahagian itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertindak secara rasional dan tidak
dikuasai lagi oleh perasaan – perasaannya, maka ia bebas berkat ketenangan batin yang oleh
stoisisme disebut ‗‘apatheia‘‘. Sementara itu, Epikurisme yang diperlopori oleh Epikuros
(341 – 270 S.M) mengajar bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin.
Kesenangan itu baik, asal tidak berlebihan. Dengan kata lain ‗‘ kita harus memiliki
kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita‘‘. Manusia harus bijaksana. Dengan
cara ini ia akan memperoleh kebebasan batin. Sedangkan Neo-platonisme yang dipelapori
oleh filsuf Mesir, Plotinos (205 – 207 M) mengajarkan bahwa seluruh kenyataan ini pada
dasarnya terselenggara melalui proses ‗‘emanasi‘‘ yang berasal dari Yang Esa dan akan
kembali ke Yang Esa lagi , berkat tarikan ‗‘eros‘‘ , yakni kerinduhan untuk kembali ke asal
Illahi dari segala sesuatu.
12. 12
C. Masa Abad Pertengahan
1. Zaman Patristik atau Pemikiran Para Bapa Gereja
Masa Patristik (dari kata Latin ‗‘Patres‖,‖Bapa-bapa Gereja‖) dibagi atas Patristik
Yunani (atau Patristik Timur) dan patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh dari
Patristik Yunani antara lain Clemens dari Aleksandria (150-215), Origenes (185-254),
Gregorius dari Nazianze (330-390),Basillus (330-379), Gregorius dan Nizza (335-394) dan
Dionysios Areopagita (+ 500). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin terutama Hillarius (315-420)
dan Augustinus (354-430). Ajaran falsafi-teologis dari Bapa-Bapa Gereja menunjukkan
pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran Kristiani
terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja merupakan
suatu sumber yang kaya dan luas yang sekarang masih tetap memberi inspirasi baru.
2. Zaman Skolastik
Sekitar tahun 1000, peranan Plotinos diambil alih oleh Aristoteles. Aristoteles
menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf Islam dan Yahudi, terutama melalui
Avicenna (Ibn Sina, 980-1037), Averroes (Ibn Rushd,1126-1198) dan Maimonides (Musa
Ibnu Maymun,1135-1204). Pengaruh Aristoteles lama-kelamaan begitu besar sehingga ia
disebut ―Sang Filsuf‖, sedangkan Averroes disebut ―Sang Komentator‖. Pertemuan
pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka
sebagian besar berasal dari kedua orde baru yang lahir dalam Abad Pertengahan, yaitu para
Dominikan dan Fransiskan.
Filsafat mereka disebut skolastik (dari kata Latin,‖scolasticus‖,‖guru‖). Karena, dalam
periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut
suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Tokoh-tokoh dari Skolastik itu
lebih-lebih Albertus Magnus O.P. (1220-1280), Thomas Aquinas O.P. (1225-1274),
Bonaventura O.F.M. (1217-1274) dan Yohanes Duns Scotus O.F.M. (1266-1308). Tema-
tema pokok dari ajaran mereka itu: hubungan iman-akal budi, adanya dan hakikat
Tuhan,antropologi,etika dan politik.
13. 13
D. Masa Modern
1. Zaman Renaissance
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, periode antara sekitar 1400
dan 1600, disebut jaman ―kelahiran kembali‖. Dalam jaman renaissance,kebudayaan klasik
dihidupkan kembali. Kesusasteraan,seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan
Yunani-Romawi. Filsuf-filsuf terpenting dari renaissance itu diantaranya adalah Nicollo
Machiavelli (1469-1527), Thomas Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan
Fancis Bacon (1561-1626). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam filsafat
renaissance itu ―antroposentris‖-nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos,seperti
dalam jaman kuno,atau Tuhan,seperti dalam Abad Pertengahan,melainkan manusia. Mulai
sekarang manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
2. Zaman Barok
Filsuf-filsuf dari Jaman Barok antara lain: Rene‘ Descartes (1596-1650), Barukh de
Spinoza (1632-1677), dan Gottfried Leibniz (1646-1710). Filsuf-filsuf ini menekankan
kemungkinan-kemungkinan akal budi (―ratio‖) manusia. Mereka semua juga ahli dalam
bidang matematika.
3. Zaman Aufklarung
Abad kedelapan belas memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah reformasi,
setelah renaissance dan setelah rasionalisme dari Jaman Barok, manusia sekarang dianggap
―dewasa‖. Periode ini dalam sejarah Barat disebut ―Jaman Pencerahan‖ atau ―Fajar Budi‖
(dalam bahasa Inggris, ―Enlightenment‖, dalam bahasa Jerman, ―Aufklarung‖. Diantara
Filosof-filosof besar pada jaman ini tersebar diberbagai Negara Eropa,di Iggris,misalnya ada
John Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753) dan David Hume (1712-1778) dan di
Jerman Immanuel Kant (1724-1804), yang menciptakan pandangan kritisisme yang
merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf
terpenting dari jaman modern.
4. Zaman Romantik
Filosof besar dari jaman Romantik ini, yaitu J.Fichte (1762-1814), F.Schelling (1775-
1854) dan G.W.F. Hegel (1770-1831) merupakan filosof terkemuka dari Jerman. Aliran yang
diwakili oleh ketiga filosof ini disebut ―idealisme‖. Aliran idealisme merupakan rumusan
pemikiran yang memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan ―materialisme‖ yang
memprioritaskan dunia material.
14. 14
E. Masa Kini
Dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat memperlihatkan
aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu
rasionalisme, empirisme dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad
kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru
bermuculan, dan yang menarik aliran-aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau
satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran yang paling berpengaruh pada abad kini di antaranya
adalah positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme dan lainnya.
Sementara di penghujung abad ke dua puluh muncul dua aliran dilsafat yang
mempunyai peranan besar di bidang filsafat bahasa, yakni filsafat analitis dan strukturalisme.
Filsafat analitis merupakan aliran terpenting di Inggris dan Amerika Serikat, sejak sekitar
tahun 1950. Filsafat analitus (yang juga disebut analytic philosophy dan linguistic
philosophy) pada dasaranya memfokuska diri pada analis bahasa dan kensep-konsep. Analisis
ini dianggap sebagai ―terapi‖ terhadap ketidakjelasan penggunaan bahasa kefilsafatan.
Menurut filosof analitis, banyak persoalan-persoalan falsafi (dan juga soal teologis dan
ilmiah) dapat ―disembuhkan‖ berkat analisis bahasa. Tokoh-tokoh terkemuka aliran filsafat
bahasa ini adalah George Moore, Bertrand Russell, dan lain sebagainya, yang pada intinya
mereka merasa bahwa bahasa filsafat harus dapat dicerna secara akal sehat (common sense),
oleh karena itu bahasa filsafat harus menggunakan bahasa sehari-hari (ordinary language).
Filsafat analitika bahasa ini mecapai puncaknya pada Ludwiq Wittgenstein.
Sedangkan aliran Strukturalisme berkembang di Prancis, lebih-;ebih sejak tahun 1960.
Aliran ini tersebar diberbagai bidang, yakni filsafat, linguistik, psikiatri, fenomenologi
agama, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Strukturalisme pada dasarnya menyelidiki
―patterns‖ (pola-pola dasar yang tetap) dalam struktur bahasa, agama, sistem ekonomi dan
politik, dan dalam karya-karya kesusasteraan. Tokoh-tokoh terkenal dari strukturalisme
antara lain Claude Lévi-Strauss, J. Lacan dan Michel Foucault dan lain-lain.
Dalam tinjauan sejarah ini, diharapkan kita mengetahui kronologi pertumbuhan serta
perkembangan pemikiran kefilsafatan termasuk semua cabang-cabangnya. Selain itu, kita
juga dapat mengetahui berbagi jawaban yang diberikan oleh pemikir atau filosof-filosof
besar, serta tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan
aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau di suatu bagian dunia
15. 15
tertentu. Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian,
tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan
sejarah. Oleh karena itu mengetahui sejarah filsafat merupakan hal yang sangat penting.
Karena melalui sejarah filsafat-lah kita seakan-akan berdialog dengan pemikiran orang dari
semua jaman dan berbagai latar belakang kebudayaan.
16. 16
BAB III
LOGIKA BERFIKIR UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN
ILMIAH
Definisi logika adalah istilah yang dibentuk dari logikos yang berasal dari benda logos
kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran) , kata,
percakapan, ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata, mengenai
percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat
kata yang dinyatakan dalam bahasa.
Definisi berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja orhan
tubuh yang disebut otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Definisi Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan
metode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah memiliki
karakteristik – karakteristik tertentu. Kebenaran agama yang diyakini berdasarkan pada
wahyu.
I. PENGERTIAN LOGIKA
1. Pengertian
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materielnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formalnya adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang
filsafat yang praktis. Praktis di sini erarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahurnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani Kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian, logika mengatakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidal. Secara tradisional. Logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bias dianggap sebagai cabang matematika. Konsep bentuk logis adalah
17. 17
inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesadihan (validitas) sebuah argument
ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal.
Ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen,yakni hubungan antara kesimpulan
dan bukti atau bukti-bukti yang diberkaan (premis). Logika silogistik tradisional dan logika
simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,dan
sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar
filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan ―jembatan penghubung‖antara filsafat dan
ilmu,yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah.
Penyimpulan pada dasarnyabertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu,yang kemudian
ditarik suatu keimpulan. Penyimpulan yang sah,artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan
runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar,yang berarti dituntut
kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya,logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta
kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam
logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai
dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses
penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan
bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika
deduktif disebut pula logika formal.
Logika sebagai teori penyimpulan,berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan
dalam bentuk kata atau istilah,dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga
setiap konsep mempunyai himpunan,mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena
semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan
ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah
dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan
yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-
18. 18
prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu
kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti
yang menyangkalnya, maka kesimpulan itu benar , dan tidak dapat dikatakan pasti.
Logika menuntun pandangan lurus dalam praktik berpikir menuju kebenaran dan
meninggalkan budi menempuh jalan yang salah dalaam berpikir. Logika merupakan studi
dari salah satu pengungkapan kebenaran dan dipakai untuk membedakan argumen yang
masuk akal,serta berbagai bentuk argumentasi. Logika dalam kajiannya pada problem formal
dan spesifik tentang keteraturan penalaran. Logika berurusan dengan pengetahuan yang
bersifat formal apriori. Pengetahuan yang bersifat apriori adalah pengetahuan kebenarannya
abstain dari pengalaman melainkan hanya berdasarkan definisi. Dalam logika sangat terkait
dengan matematika.
Hukum dalam logika tidak termasuk pengamatan empiris, dan fungsi argumen logis
untuk mengantarkan kita kepada kesimpulan yang tidak dapat diperoleh dari sekedar
pengamatan. Kita membuat kesimpulan dikarenakan ada hubungan logis antara satu proposisi
atau premis lebih dengan proposisi yang lain, kesimpulannya kurang lebih berbentuk bahwa
yang kedua pasti benar jika yang pertama benar. Kemudian jika kita mengetahui yang
pertama, kita dapat menyatakan yang kedua berdasarkan yang pertama.
Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu : induktif dan deduktif. Induktif merupakan
suatu cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Deduktif adalah suatu cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Dengan logika , bisa
diperoleh hubungan antar pernyataan. Namun tidak semua pernyataan berhubungan dengan
logika. Hanya pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa dihubungkan dengan
logika. Penyataan seperti ini disebut proposisi.
Salah satu poin penting dalam logika adalah metode penarikan kesimpulan dari
beberapa proposisi (inferensi). Silogisme dapat digunakan sebagai salah satu aturan dalam
memperoleh suatu pengetahuan.
19. 19
2. Definisi Logika
Joel kupperman & Arthur S. McGrade,menyatakan bahwa logika pada umumnya
digolongkan sebagai suatu bagian dari filsafat. Selanjutnya dinyatakan bahwa logika
berkaitan dengan sistem-sistem penyimpulan yang dibedakan dengan filsafat pada umunya
yang biasanya mengenai analisis atau rekonstruksi dari pengrtian-pengertian dasar. Akhirnya
logika sebagaimana diajarkan kebanyakan berupa logika formal yang dibedakan dari
penalaran biasa (ordinary reasoning) berdasarkan pensistematisannya dan kesaksamaan
bahasanya.
Bertrand Russel brpendapat, setiap persoalan filsafati yang sejati bilamana dikenakan
analisis dan pemurnian ternyata merupakan problema logika. Semua penyimpulan dilakukan
berdasarkan sebagai pernyataan selain pokok soalnya terdapat suatu bentuk (form) tertentu,
yakni suatu cara yang dalam unsur-unsurnya dari pernyataan itu disusun menjadi kebulatan.
Dikatakannya lebih lanjut,logika itu terdiri atas dua bagian: pertama menelaah tentang
macam-macam pernyataan dan bentuk-bentuk apa yang dimilikinnya, sedang kedua
mencakup sejumlah pernyataan sangat umum tertentu yang menegaskan kebenaran dari
semua pernyataan yang memiliki bentuk-bentuk tertentu.
Susanne K.Langer, sesuatu hal apapun dapat dikatakan memiliki bentuk bilamana
mengikuti suatu pola dari macam apapun,menunjukkan tata tertib dan hubungan internal.
Pengertian yang paling umum untuk mencakup semua bentuk dari sebagai hal apapundisebut
bentuk logis. Bentuk logis dari suatu hal berarti struktur dari hal itu. Bentuk logis atau
struktur itu adalah cara hal tersebut disusun, suatu pengaturan yang teratur dari bagian-
bagian. Bidang pengetahuan yang mempelajari bentuk logis itu tanpa mempersoalkan isi
ialah logika.
Herbert L.Scarles dalam memaparkan alasan-alasan yang penting bagi studi logika
mengemukakan antara lain bahwa studi logika sebagai suatu ilmu akan memberikan
pemahaman mengenai sifat dasar dari asas-asas dan metode-metode penyimpulan logis,
sedang apabila logika dianggap sebagai suatu seni studi tersebut akan meningkatkan daya
penalaran yang meyakinkan sehingga pelajar yang bersangkutan dapat menyajikan
kesimpulannya bersama-sama bukti penunjang yang baik dan yang buruk bagi suatu
kesimpulan.
20. 20
Irving M.Copi memerinci manfaat dalam studi logika sebagai berikut:
Kemampuan yang bertambah tinggi untuk mengungkapkan gagasan-gagasan secara
jelas dan ringkas.
Kemahiran yang meningkat dalam mendefinisikan istilah-istilah sendiri.
Kesanggupan yang bertambah besar untuk merumuskan perbincangan-perbincangan
secara ketat serta menyelidiki secara kritis.
Bagi pakar logika, sering dikatakan bahwa logika itu studi yang memperbincangkan
penarikan kesimpulan,penekannya pada kesahan atau validitasnya. Hal ini tampak pada
pendapat-pendapat berikut ini:
William Altson, menyatakan bahwa logika adalah penelaahan tentang
penyimpulan,secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna
memisahkan penyimpulan-penyimpulan yang sah dan tak sah.
Evert Beth, mengemukakan konsepsi logika sebagai suatu teori tentang penyimpulan
deduktif
Boruch Body, merumuskan logika sebagai penelaahan tentang kesalahan dari jenis-
jenis penyimpulan yang berbeda.
Shedon Lachman, logika adalah cabang ilmu sistematis, mengenai penyusunan dan
pengembangan dari aturan-aturan formal, prosedure-prosedure normatif, dan ukuran-
ukuran bagi penyimpulan yang sah,dan
Herbery Scarles, menegaskan logika deduktif adalah ilmu tentang norma-norma dan
prinsip-prinsip dari penyimpulan yang sah.
3. Perkembangan Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM),filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa aira adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta,yang menurut aristoteles disimpulkan
dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
21. 21
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi air adalah jiwadari segala sesuatu yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan
kaum sofis beserta plato (427 SM – 374 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran
dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkatdari proposisi yang benar, dan dialetika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkatdari proposisi yang masihdiragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalahsilogisme. Buku Aristoteles to Oraganon
(alat) berjumlah enam, yaitu :
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian.
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan.
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode perdebatan.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kali
dikenalkanoleh zeno dari citium 334 SM – 226 SM pelopor kaum stoa. Sistematisasi logika
terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter
medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus (232-
305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristotele.
Boethius menerjemahkan Eisagoge Porphyrius kedalam Bahasa Latin dan menambahkan
komentar-komentarnya. Johanes Damascenus (674-749) menerbitkan Fons Scienteae. Abad
pertengahan dan logika modern.
Padaabad ke-9 hingga abad ke-15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione.
Eisagoge oleh porphyus dankarya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274
dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern
dengan tokoh – tokohseperti :
a. Petrus Hispanus(1210-1278)
22. 22
b. Roger Bacon (1214-1292)
c. RaymundusLullus (1232-1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
d. William Ocham (1295-1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679)dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam
An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561-1873) melanjutkan logika
yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika
diperkayadengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti :
a. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars
Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan
akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
b. George Boole (1815-1923)
c. John venn (1834-1923)
d. Gottlob Frage (1848-1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-
karyatulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce‘s Law) yang menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970). Logika simbolik lalu
diterusoleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), dan lain-lain.
Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logikasimbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang doktermedis ,Galenus (130-201M) dan Sextus
Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
23. 23
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861-1914)
dan Bertrand Arthur William Rusel (1872-1970)
4. Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi
manusia. Dan, khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat
berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat
penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari
bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-
pembuktian secara benar dan jelas.
Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami
adalah bahasa sehari-hari yang biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh
atau dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akal pikiran untuk maksut tertentu, yang dibedahkan antara bahasa istilahi dan
bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksud bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa
buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah
atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia
karena bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi
afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk
bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah
bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah
ini berjalan dengan baik, maka bahasa yang digunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur
emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika
ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pernyataan analitik dan
pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang
dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi tau pernyataan
24. 24
berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara tiga jenis, yaitu proposisi tunggal, proposisi
kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga jenis proposisi tau pernyataan diatas yang sebagai dasar penalaran adalah
proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran
majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam
penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.
5. Jenis-Jenis Logika
1. Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
2. Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.
Berkat pertolongan ilmiah inilah akal budi dapat bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah,
dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling
tidak dikurangi.
6 . Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis , dan koheren.
2. Menigkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
7. Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa jawa)
25. 25
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.
26. 26
BAB IV
TEORI KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan
(human dignity) selalu berusaha ―memeluk‖ suatu kebenaran.
1. PENGERTIAN KEBENARAN DAN TINGKATANNYA
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama
yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui
indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa
dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya
pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran,
manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan
manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang
dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya
yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.
2. TEORI KEBENARAN
1. Teori Konsistensi
Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori
Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The coherence
Theory of Truth. ―According to this theory truth is not constituted by the relation between
a judgment and something else, a dact or really, by by relation between judgment
27. 27
themselves‖ [Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgment) dengan sesuaty yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu dendiri]. Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yan baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui
benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cendetung untuk benar jika proposisi itu coherent (saling
berhubungan) denga proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi
tersebut koheren dengan pengalaman kita. ―A belief is trus not because it agress with fact
but because it agress, that is to say, harmonizes, with body knowledge that we presses.‖
[Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian denga fakta, melainakn
bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]. ―It the maintained that when we
accept new belied as truths it is on the basis of the ….. in which the cohere with
knowledge we already posses‖ [Jika kita menerima kepercayaan-kepercayaan bar sebagai
kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling
berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki] ―A judgment is trus it if
consistent with other judgment is logically coherent with other relevance judgment.‖
[Suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang
terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah
suatu putusan yang saling berhubungan secara logis denga putusan-putusan lainnya yang
relevan]. Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yanglainnya saling
berhunguna dan saling menerangkan satu sama lainnya. ―The truth is systematic
coherence.‖ [Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]. ―Truth is consistency.‘
[Kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan].
Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disumpulkan sebagai berikut:
Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang
lebih dahulu kita akui.terima/ketahui kebenarannya.
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena
menurut teori ini suatu putusan dianggap bena apabila mendapat justifikasi putusan-
putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya.
Misalnya: Bung karno, adalah ayahanda Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan
yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar, jika terdapat pernyataan
28. 28
yang koheren dengan pernytaan tersebut di atas, maka pernyataan ini dapat
dinyatakan benar, karena koheren denga pernyataan yang dahulu,
Misalnya:
Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri
Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri.
Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno.
Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19) Prinsip: Deduksi (umum-
khusus). Tingkat kebenaran: kuat/ lebih meyakinkan. Sesuatu itu benar jika ia
mengandugn yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran yang
sebelumnya.
Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang
sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar.
Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian denga fakta
melainkan ia bersesuaian atau berselarasan denga binaan pengetahuan yang kita
miliki.
Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan
pembuktian berdasarkan teori koheren, Plato dan Aristoteles mengembangkan
teori koherensia berdasarkan pola pemikitan yang digunakan Euclide da lam
pengukuran ilmu ukurnya.
2. Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual)
Teori korespondensi (correspondence Theory of Truth), yang kadang kala disebut
the accordance Theory of Turth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau
keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh
suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau
faktanya, a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it correspondends, if
it expresses what is the case [suatu propisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu
fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya]. ―Truth is
that which conforms to fact, which agrees with reality; which corresponds to the actual
situation. ―[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang selaras dengan
kenyataannya, atau jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika
29. 29
ia menyatakan apa adanya]. “Truth is that which conforms to fact. Which agrees with
reality; which corresponds to the actual situation.‖[Kebenaran adalah yang bersesuaian
dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi
actual] Truth is what which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement
between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the
environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation.
“[Kebenaran iala suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi
aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenal
fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar
(enviromental situation) yang diberinya inteprestasi. ‗if a judgment corresponds with the
fact, it is the true; if not, it is false.‖[jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat
dikatakan benar; jika tidak maka dapat dikatakan salah].
Sesuatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan objeknya (fakta).
Prinsip: induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran: agak rendah karena metode induksi
itu sendiri. Bertrand Russel (1872-1970) awalnya adalah Aris-toteles
Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian
(observasi dan verifikasi).
Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondens) anatara yang dimaksud
olehnsesuatu pendapat dan apa yang disungguh-sungguh merupakan faktanya.
Contoh: ―Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya
memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar, (Jujun S, hlm 57).
3. Teori Pragmatis
Teori ketiga adalah teori pramagtisme tentang kebenaran, the pragmatig
[pramatist] theory of truth. Pramatisme berasal dari kata Yunani pragma, artinya yang
dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini
dikembangan oleh seorang orang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotensis
ataunide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, dan jika
30. 30
berlaku dalam praktik, serta memiliki praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki
nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunaanya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga
kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut William James ―ide-
ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita
kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika
memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya
yang memuaskan [satisfactory consequence], pengaruhnya yang memuaskan [satusfactory
consequence].
Dinyatakan sebuah kebenaran iru jika memiliki ‗hasil yang memuaskan‘
[satisfactory result], bila: sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen.
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 ‗How to Make Our ideas
Clear‘ Para ahlinya: William James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) Tingkat
kebenaran: lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat
positif. Benar tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada
berfaedah tidaknya pendapatan tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam
penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfies)
berlaku (works).
Kebenaran dapat diperoleh melalui cara – cara tertentu tergantung dari obyek yang ingin
diketahui kebenarannya yaitu sebagai berikut :
1. Kebenaran biasa diperoleh manusia diperoleh dari kehidupan sehari – hari. Dengan
pengetahuan itu menjadikan manusia agar tidak ragu – ragu dalam bertindak , karena
penegtahun itu bersifat mutlak. Misalnya air direbus pasti mendidih
2. Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan
penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan
pendekatan prakmatis, koresponden , koheren.
Cara – cara berfikir filsafat upaya mencari kebenaran :
1. Radikal
31. 31
Berfikir secara mendalam dalam menelusuri suatu akar masalah, dalam mencari
kebenaran tentu diperlukan keseriusan dan penelitian dari akar masalah, sehingga
dapat menghasilkan suatu kebenaran yang mutlak dan obyektif.
2. Kritis
Kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran sesuatu
dengan berdasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki. Berpikir kritis dan juga
sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan
dilakukan secara mandiri.
3. Rasional
Berfikir secara masuk akal, berfikir dengan menggunakan logika. Berfikir rasional
berarti kita memiih untuk hanya mengandalkan otak (bukan hati) dalam menyerap
segala sesuatu yang ada disekitar kita.
4. Konseptual
Penggambaran secara umum dan menyeluruh hasil kontruksi pemikiran yang
menyiratkan maksut dari konsep atau istilah tersebut, bersifat konstitutif, formal dan
mempunyai pengertian yang abstrak,jadi dapat dikatakan konseptual itu penegasan
penjelasan sesuatu konsep dengan mempergunakan konsep – konsep (kata – kata) lagi
5. Koheren
Ada kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk
paragraf . Makna kompak yang dimaksud adalah kalimatnya wajar dan
berurutan.Mudah dipahami,idenya tidak melompat-lompat sehingga membingungkan,
dan hanya membicarakan satu topik.
6. Konsisten
Berfikir lurus atau tidak berlawanan selalu sama,tidak boleh berfariasi atau ada
kontradiksi.
7. Sistematis
Mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek,ilmu harus teruari dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh,menyeluruh,terpadu,mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
8. Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
32. 32
9. Komprehensif
Pemikiran yang komprehensif mencari jawaban yang paling tepat dengan melakukan
kajian yang lebih mendalam untuk menemukan solusi yang terbaik. Pemikiran yang
komprehensif menelusuri lebih dalam penjelasan yang dangkal dan kearifan
konvensional (tradisional) mempertimbangkan secara terpisah dan juga sebagai
bagian dari keseluruhan yang lebih besar.
33. 33
BAB V
TATARAN KEILMUAN / PENGETAHUAN :
ONTOLOGI,EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
A. Cabang Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan kajian kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di
bidang ontologi. Filosof barat tertua yang terkenal diantaranya ialah orang-orang yunani
seperti thales (625-545 SM), Anaximandros (610-545 SM), Anaximenes (585-528 SM),
Demokritus (460-360 SM) dan plato (428-348 SM).
Objek telaah ontologi adalah yang ada (being). Studi tentang yang ada, pada dataran
studi filsafat umunya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banhyak
digunakan ketika kita membahas yang ada (being).
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan bersifat universal (universal being),
menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat
dalam setiap kenyataan ayau dalam rumusan lorens bagus menjelaskan yang ada meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah : yang ada (being)
kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existance) eseni (essence) substansi
(substance) perubahan (change) tungal (singular) dan jamak (plural). Ontologi sangat
penting untuk dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang
dunia ini dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya , fisika, ilmu teknik dan sebagainya.
1. Objek formal ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh yang ada. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas akan tampil dalam bentuk jumlah. Dari realitas itu, maka akan
muncul aliran-aliran seperti materialisme, idealisme, dan naturalisme.
Aliran idealisme adalah aliran yang menjadikan hal-hal yang ghaib
(supernatural) sebagai objek kajian. Bentuk supranatural berupa animisme adalah
dimana manusia, percaya bahwa setiap benda seperti batu, pohon, air, dan sebagainya
terdapat roh-roh yang bersifat ghaib. Animisme merupakan kepercayaaan yang
34. 34
paling tua umumnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan sampai
sekarang masih eksis pada beberapa masyarakat.
Aliran naturalisme alah lawan dari aliran idealisme atau supanatural. Aliran ini
menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural. Aliran
naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat ghaib, melainkan kekuatan yang terdapat dalam alam itu
snediri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Prinsip-prinsip materialisme ini
dikembangkan oleh democritos (460-370 SM). Dia mengembangkan teori atom yang
dipelajari dari gurunya leucippus. Democritos berpendapat bahwa unsur dasar dari
alam semesta ini adalah atom.
Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam ontologi , lorens bagus
memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi yaitu abstraksi fisik,
abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan
sifat khas suatu objek. Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi
ciri semua sesuatu yang sejenis. Sedangkan abstraksi metafisik mengetengahkan
prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh
ontologi adalah abstraksi metafisik.
B. Cabang Epistemologi
Epistemologi adalah objek kajian yang menarik karena disinilah dasar-dasar
pengetahuan maupun teori pengetahuan manusia bermula. Konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang berkermbang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang
ditimbulkan adpat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.
Secara etimologis, istilah ―Epistemology‖ merupakan gabungan kata dalam
bahasa yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos
berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan
sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan
salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan. Oleh
sebab itu, epistemologi juga disebut sebagai ―teori pengetahuan‖.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Logika yang
dimaksud disini adalah logika mayor dan logika minor. Logika mayor mempelajari
tentang pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dalam lingkup epistemologi.
Sedangkan logika minor mempelajari strukutr berpikir dan dalil-dalil seperti silogisme.
35. 35
Gerakan epistemologi di Yunani dipimpin oleh kelompok shopis, yaitu orang
yang secara sadar mempermasalahkan segala sesuatu. Dan kelompok shopis adalah yang
paling bertanggung jawab atas keraguan itu. Oleh karena itu, epistemologi juga dikaitkan
bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut critica, yaitu pengetahuan
sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan
yang tidak benar.
Critica berasal dari kata yunani, crimoni, yang artinya mengadili, memutuskan,
dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang dianggap benar dan yang tidak benar.
Istilah critica tampaknya agak dekat dengan kata episteme sebagai suatu tindakan kognitif
intelektual untuk mendudukan sesuatu pada tempatnya. Jika diperhatikan batasan-batasan
di atas, nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Persoalan utama yang sering dihadapi oleh epistemologi pengetahuan pada
dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dan memperhatikan
aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Demikian juga yang dihadapi oleh
epistemologi keilmuhan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk
menjawab berbagai permasalahan dunia empirik (nyata) yang akan digunakan sebagai
alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
C. Cabang Aksiologi
Aksiologi adlah suatu cabang filsafat yang memiliki kedudukan yang sangat
penting karena akan menentukan ke arah mana ilmu pengetahuan itu ditujukan, apa akibat
yang akan ditimbulkan, bagaimana seharusnya dan sebagainya.
1. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata yunani yaitu , axios yang berarti
sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori
nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan menurut
Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan kepuasan
batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan. Jadi, aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika epistimologi bertujuan untuk
36. 36
mendapatkan kebenaran secara teoritis-rasional , maka aksiologi lebih menekankan
pada masalah kebaikan, dan estetika terkait erat dengan masalah keindahan.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan
ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat
dalam suatu pengetahuan. Jadi objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan niali-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya,
justru menimbulkan bencana.
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral.
Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos(teori) lebih akrab dipakai dalam
dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad),
benar dan salah (right and wrong) , seta tentang cara dan tujuan (mean and end).
Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia
bertanya seperti apakah baik itu. Tatkala yang baik teridentifikasi, maka
memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-
kata atau konsep-konsep semacam ―seharusnya‖ atau ―sepatutnya‖. Demikianlah
aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep
moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian dalam bidang ontologi ini adalah
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral ? bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral ?
2. Nilai Dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika
(keindahan).
37. 37
a. Etika
Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada komunitas tertentu. Etika merupakan salah-satu
cabang filsafat tertua karena ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates
dan para kaum Shopis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah
kebaikan,keutamaan,keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang
ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Jadi, tema sentral yang
selalu menjadi pembicaraan dalam etika adalah predikat-predikat nilai ‗betul‘ (right) dan
‗salah‘ (wrong) dalam arti ‗susila‘ (moral) dan ‗tidak susila‘ (immoral.
Dilain pihak, etika acapkali dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau
penilaian terhadap perbuatan. Ilmu pengetahauan ini membicarakan apa yang seharusnya
dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi,dan yang memungkinkan orang untuk
menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi.
Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas
adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan
sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia
mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung
jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang
pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika, ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme,eudemonisme,utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah
pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.
Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia diorientasikan untuk mengejar tujuan.
Dan tujuan manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme, yang
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan
bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak
kodrati. Dan deontologi,adalah pemikiran tentang moral dalam bentuk suatu kehendak
baik manusia.
38. 38
b. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang
utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat
selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Seperti dalam etika, estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif adan bagian
normatif. Bagian deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,
sedangkan bagian normatif mencari dasar pengalaman itu. Hegel (1770-1831)
membedakan suatu rangkaian seni-seni yang mulai pada arsitektur dan berakhir pada
puisi. Sedangkan Schopenhauer (1788-1850) meihat suatu rangkaian yang mulai pada
arsitektur dan memuncak dalam musik. Musik mendapat tempat istimewa dalam estetika.
Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek,melainkan
sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun
pagi,matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakan
kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah teapi kita
mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan
perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek
yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
3. Karakteristik nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori (the theory of
value),yaitu :
a. Nilai objektif atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya,maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanoa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
b. Nilai absolute atau relatif . Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang
berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa,
berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Dipihak lain ada
39. 39
yang beranggapan bahwa semua nilai relative (bisa berubah) sesuai dengan keinginan
atau harapan manusia.
Kaitannya dengan tingkatan atau hierarki nilai,terdaoat beberapa pandangan
diantaranya adalah : Kaum Idealis berpandangan bahwa nilai spiritual memiliki tingkatan
yang lebih tinggi dibanding nilai non spiritual (nilai material). Kaum Realis menempatkan
nilai rasional dan empiris pada tingkatan teratas, karena nilai rasionalitas tersebut akan
membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan berfikir
logis. Dan Kaum Pragmatis yang berpandangan bahwa suatu aktifitas dikatakan baik
apabila memuaskan kebutuhan primer seseorang dan memiliki nilai instrumental.
Biasanya mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat.
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala
dehumanisasi bahkan diprediksikan akan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau
dengan kata lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya, namun kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri,
―bukan lagi Goethe yang menciptakan Faust”, meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa
terkenal Carl Gustav Jung‖,melainkan “Faust yang menciptakan Goethe.” Atau dalam
istilah yang dipakai Karl Marx ‖god does not create happiness but human creates
happiness” (Tuhan tidak menciptakan kebagaiaan kan tetapi ,manusia itu sendirilah yang
menciptakan kebahagiaan).
Menghadapi kenyataan seperti ini,ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagaimana adnya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa
ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan ? Ke arah
mana perkembangan keilmuan harus diarahkan ? Pertanyaan semacam ini jelas tidak
merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan abad kedua
puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan
kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhanya, ilmu sudah terkait dengan masalah-
masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543)
mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang
bereputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh
ajaran agama,maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada
ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam
sebagaimana adanya, sedangkan dipihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan
40. 40
kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar
bidang keilmuan agama. Timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini
yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi. Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564-
1642), oleh pengadilan agama tersebut,dipaksa untuk mencabut pernyataannya bahwa
bumi berputar mengelilingi matahari.
Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir yang rela
mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar.
Peradaban telah menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar.
Dan sejarah tidak berhenti disini. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk
menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir
dapat melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa
manusia mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasonalisasi
yang bersifat mendustakan kebenaran. ― segalanya punya moral asalkan kau mampu
menemukannya,‖ kata Alice dalam petualangannya di Negeri ajaib.
Value atau nilai,dalam Kamus Psikologi karangan Kartono Kartini & Dali Guno
terbitan didefinisikan sebagai hal yang dianggap penting, bernilai atau baik. Semacam
keyakinan mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya dalam
bertindak (misalnya jujur dan ikhlas), atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang
(misalnya kebahagiaan dan kebebasan)
Nilai ini kemudian menjadi pembahasan tersendiri dalam diskusi-diskusi filsafat
dan pemikiran. Terbukti dengan munculnya teori nilai (aksiologi) yang penulis temukan
dibeberapa literatur Filsafat seperti dibukunya Ahmad Tafsir berjudul Filsafat Umum
terbitan Remaja Rosdakarya Bandung 1990. Ahmad Tafsir, lebih lanjut, meletakkan
pembahasan nilai ini setelah membahas teori pengetahuan dan teori hakikat yang
merupakan sistematika dalam pembahasan Filsafat.
Teori-teori lainnya, seperti dikemukakan oleh Nicolai Hartmann, bahwa nilai
adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi
pendukungnya, misalnya indah dan baik. Artinya, nilai itu tidak nyata. Dalam buku
Living issue in Philosophy yang dialihbahasakan oleh Prof.Dr.H.M. dipengaruhi oleh
fakta-fakta. Artinya,jika fakta-fakta atau keadaan berubah, maka penilaian kita biasanya
juga akan berubah. Ini berarti juga bahwaperimbangan nilai seseorang bergantung kepada
fakta.
Pendapat yang sama juga lontarkan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya
Psikologi Pendidikan yang mengatakan bahwa,nilai-nilai yang ada pada seseorang bisa
41. 41
dipengaruhi oleh adanya adat istiadat,etika,kpercayaan,dan agama yang dianutnya.
Semua itu mempengaruhi sikap,pendapat,dan pandangan individu yang selanjutnya
tercermin dalam cara-cara bagaimana orag tersebut bertindak dan bertingkah laku dalam
memberikan penilaian.
42. 42
BAB VI
FILSAFAT PANCASILA
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ‖filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya
―philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani ―philosophia” yang secara lazim
diterjemahkan sebagai ―cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata
―philos” (pilia, cinta) dan ―sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti ―wisdom”atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof,
kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
• Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan
pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan
kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif
• Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya ―Republik‖ Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah
pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi
Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan
sebagai filsafat spekulatif.
43. 43
B. Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila
1. Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf
Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa
diperbarui sesuai dengan ―permintaan‖ rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila
berbeda dari waktu ke waktu.
2. Arti Ketuhanan yang Maha Esa
Tuhan adalah ‖causa prima‖/sebab yang pertama , karena tidak tergantung
pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam
semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa
dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan
bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka
tidak ada yang menyamainya.
1) Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa
a) Sebab akibat
Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan segala isinya
merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini,
yaitu sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa.
b) Adanya Suara hati
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur alam
jasmani, mengatasi waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari
sesuatu yang absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif relative
transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut transendental yaitu
Tuhan yang Maha Esa.
c) Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha
tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti :
44. 44
Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan sebagainya.
Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi
bangsa Indonesia mengakui adanya realitas yang maha tinggi.
d) Adanya hidup di dunia ini
e) Adanya Pranata tertib dalam alam semesta
2) Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang
Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis.
Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan
sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara.
Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan
bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan, sehingga
adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara
objektif ( ada dalam objektivanya ).
3) Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai bagi
pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi sila
pertama yang a ide-ide abstrak umum universal harus sesuai dengan praktek
penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam
tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak
dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu :
Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala
sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu yang
disebut ide. Ide ini berada di luar segala sesuatu termasuk alam semesta, dan
sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang dimaksud
ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
45. 45
Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam semesta
(termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini mempunyai hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab
yang lain. Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya
disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya. Sehingga rangkaian
sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak disebabkan oleh yang
lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima )
Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur
menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam keseluruhannya
berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini
mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu dzat
yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan
Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada suatu
kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai
sesuatu yang sempurna, lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan
tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya bagaimana kita
caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh dari jenis
pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan yang lain yang
digabungkan, diperbandingkan dan sebagainya.
4) Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam etika pancasila
Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan
penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari
putusan rapat Badan pekerja tanggal 29 Desember 1947 yang menekankan agar
agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan madrasah serta pesantren
hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan bersama menteri
pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di tiap-tiap sekolah
rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan setiap
siswa dan mahasiswa dapat mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing.
Dengan melalui pendidikan agama diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa dapat
memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di dalam agamanya masing-
masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan
46. 46
memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan
telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya..
Selain itu di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan
agama yang keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat
beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat Indonesia yang Bhineka tunggal Ika
dalam rangka perwujudan dan pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
47. 47
BAB VII
KARYA ILMIAH FILSAFAT
A. DEFINISI
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil dari penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Filsafat (dari bahasa Yunani philosophia, secara harfiah bermakna "pecinta
kebijaksanaan" ) adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Menurut Sukardi (2003) penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sikap
formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan,
urutan maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam
melakukan — proses penelitian agar memperoleh hasil — yang —dapat
dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan sebab akibat, dapat
diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama
Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. (Suriasumantri, 2005). Sedangkan, metode ilmiah adalah
teknik pendekatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah.
Metode ilmiah memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah
(Danusubroto, 2013). Hasil dari penelitian ilmiah dapat berupa pengetahuan, namun
tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam
metode ilmiah.
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu
mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai
secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-
kaidah moral.
48. 48
B. KERANGKA PIKIR
Metode
ilmiah
Landasan
penelahaan ilmiah
Ontologis Apa
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Keaslian Penelitian
Rumusan Masalah
Telaah Pustaka
Hipotesis
Kerangka Berpikir
Desain Penelitian
Populasi dan Sampel
Variabel dan Definisi
Operasional
Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Kesulitan penelitian
Etika penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan Hasil Penelitian
Kesimpulan
Epistemologis Bagaimana
Telaah Pustaka
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Analisis Data
Saran
Kesimpulan
49. 49
C. LANDASAN TEORI
Metode Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ―Meta‖ yang
artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan ―Hodos‖ yang artinya jalan yang harus
ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‗Methodos‘
yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‗methodus‘ berarti cara. Metode
menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang
studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
(Sumantri, 2010)
Sebelum menuju ke penjelasan mengenai ilmiah, terlebih dahulu harus
mengetahui definisi dari ilmu. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Pengertian ―Ilmiah‖ secara istilah dapat diartikan sebagai
sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat
diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan)
adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan
realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan
metode ilmiah. (Sumantri, 2010).
Sehingga diperoleh metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup
berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Namun, tidak
semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. (Sumantri, 2010).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut dan
dikatakan sebagai ilmiah adalah sebagai berikut:
1) Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya atau didukung dengan
fakta empiris.
50. 50
2) Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dnegan menggunakan cara-cara
tertentu yang teratur dan terkontrol.
3) Sistematik, pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh.
4) Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua ornag dengan cara
eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. (Ruwanto,
2006)
Kriteria Metode Ilmiah
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang sangat bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar
untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena
pengetahuan logis tetapi tidak empiris tapi tidak logis, maka tidak akan digolongkan
sebagai ilmu pengetahuan. Sebaliknya, meskipun fenomena pengetahuan logis tetapi
tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian metode
ilmiah selalu diikuti oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta.(Qomar, 2006)
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian dapat disebut metode ilmiah,
metode tersebut harus memiliki kriteria sebagia berikut:
a. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, yang akan
dikumpulkan dan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan
atau pembuktian janganlah didasarkan pada daya khayal atau legenda.
b. Bebas dari Prasangka
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks harus
digunakan prinsip-prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab serta
pemecahannya dengan analisis logis.
51. 51
c. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, saintis harus dituntun dalam proses berpikir analitis.
Hipotesis harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke
arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang diperoleh akan tepat mengenai
sasaran.
d. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan akal
yang sehat.
e. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Ukuran seperti ion, ohm, kilogram dan sebagainya harus selalu digunakan.
Hindari ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagianya
sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi termudah adalah dengan menggunakan
ukuran nominal, ranking dan rating. (Ruwanto, 2006)
Ontologis
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos yang bermakna being
atau ada, dan logos yang bermakna logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan The
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu
tentang yang ada. (Bakhtiar, 2004).
Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan
ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu
ilmu (Noerhadi, 1998)
Pertanyaan-pertanyaan ontologis berfokus pada sifat dari realita dan hal apa
yang harus kita kaji. Kesepakatan para ilmuwan mengenai ontologi membentuk latar
belakang bagi cara mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada
dan tidak ada atau dengan kata lain mempelajari mengenai sesuatu yang ada atau
prinsip umum mengenai sesuatu yang ada. Ontologis memberikan kita suatu cara
pandang terhadap dunia dan pada apa yang membentuknya karakteristik-karakteristik
pentingnya. (West and Turner, 2008)
Epistemologis
52. 52
Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme
berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya
(validitasnya) pengetahuan. (Suriasumantri, 2005)
Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba
menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana
pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang
lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi juga
bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis
yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi
pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.
Pertanyaan pokok "bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu?" mau dicoba untuk
dijawab secara saksama. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif
pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya (Sudarminta, 2002).
Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan (Suriasumatri,
2005).
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme
yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan
terhadap suatu objek pemikiran tertentu (Suriasumatri, 2005). Di sinilah pendekatan
rasional digabungkan dengan pendekatan empiris sebagai langkah-langkah yang
sempurna yang dapat mengkonstruksi pengetahuan ilmiah.
53. 53
Berikut merupakan penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis dan
epistemologis :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan masalah penelitian yang membutuhkan solusi. Masalah harus
dijawab dengan sebuah keputusan yang masuk akal dan dapat diteliti. (Indriantoro dan
Supomo, 2002) Hal ini sesuai dengan dasar ontologi yang membahas tentang segala
sesuatu yang ada (dalam latar belakang, yaitu masalah). (Mustansyir dan Munir,
2006). Dasar ontologi kenyataan atau keberadaan sesuatu. (Delfgraauw, 1992)
B. Tujuan Penelitian
Merupakan pernyataan singkat yang menjawab pertanyaan penelitian untuk
mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian(Indriantoro dan Supomo, 2002). Hal ini tidak termasuk dalam dasar
ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan
epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuan
Penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi menjelaskan tentang
penerapan nilai (dalam hal ini, penelitian). (Suriasumantri, 2005)
C. Manfaat Penelitian
Merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek
tertentu untuk perkembangan ilmu dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi
menjelaskan tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam
usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Manfaat penelitian termasuk dalam dasar
aksiologi karena aksiologi juga menjelaskan tentang teori nilai dan makna (dalam hal
ini, penelitian). (Notohadiprawiro, 2006)
54. 54
D. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang
dihadapi belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan
tegas perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu. Hal ini termasuk dalam dasar
ontologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji problem, sehingga dengan
mengkaji penelitian tersebut dapat diketahui apakah sama dengan penelitian yang lain.
(Moleong, 2008)
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya ilmiah termasuk aspek ontologis. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikatakan oleh (Thoha, 2003) bahwa perumusan masalah
merupakan ontologi sains. Dalam rumusan masalah terdapat pertanyaan-pertanyaan
mengenai penelitian apa yang dilakukan oleh penulis karya ilmiah sehingga rumusan
masalah dikatakan termasuk dalam aspek ontologis.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Dalam suatu telaah pustaka atau kajian pustaka terdapat garis besar penelitian.
Garis besar penelitian tersebut meliputi:
1. Membahas mengenai objek apa saja yang dikaji dalam penelitian, bagaimana
bentuk atau wujud hakiki objek tersebut, bagaimana hubungan objek dengan
daya pikir manusia yang dirasakan atau ditangkap panca indera manusia
2. Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa
ilmu dari hasil penelitian, bagaimana prosedurnya, hal hal apa saja yang perlu
dipertimbangkan agar memperoleh hasil dari penelitian yang benar (Budiharto,
2006)
Berdasarkan hal hal penting tersebut maka telaah pustaka mengandung unsur atau
landasan ontologis dan landasan epistemologis.
1. Telaah pustaka dari sudut pandang ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat