1. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. ( Tarwoto, 2004, 48)
Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup membuang kotoran atau
tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem pencernaan makhluk hidup. (
Wartonah, 2004)
2. KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
a) Normal
Warna : -Bayi : Kecoklatan
-Dewasa : Kekuningan
Konsistensi : Berbentuk lunak, agak cair / lembek, basah.
Bentuk : Silinder (bentuk rektum)
Jumlah : 100 – 400 gr / hari
Bau : Khar, dipengaruhi oleh makanan yang di makan
b) Abnormal
Warna :Pekat / putih, hitam, merah, pucat.
Konsistensi : Keras, kering
Bentuk : Mengecil, bentuk pensil
Jumlah : -
Bau : Tajam, pedas
3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI ALVI
a. Usia
Pada usia bayi kontrol defiksasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula kontrol
defeksasi menurun.
b. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk
kedalam tubuh juga mempercepat proses defeksasi.
c. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras,disebabkan karena
absorpsi cairan meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasasi.
Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik sehingga menyebabkan
diare.
2. f. Posisi selama defeksasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defeksasi. Toilet modern
di rancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk
tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi
otot – otot pahanya.
4. MASALAH – MASALAH DALAM ELIMINASI ALVI
a. Diare
Keluarnya feses cair dan meningkatkan frekuensi buang air besar akibat cepatnya anyme
melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
menyerap air.
b. Konstipasi
Gangguan eliminasi alvi yang di akibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui
usus besar.
c. Kembung (akumulasi gas)
Penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri dan kram.
5. PATOFISIOLOGI
Penjelasan Patofisiologi
Konstipasi yaitu gangguan eliminasi alvi yang di sebabkan oleh penumpukan feses di
dalam kolon atau usus besar.
– Konstipasi mempunyai 2 reflek yang dapat mempengaruhi proses pengeluaran feses yaitu,
reflekintrinsik dan reflek parasimpatis.
Reflek intrinsic yaitu gelombang yang menekan feses kearah anus.
Reflek parasimpatis yaitu, peningkatan gelombang peristaltik yang melemaskan spingter anus.
– Pada saat dua reflek tersebut dilakukan, aka terjadilah proses pengeluaran
feses, dan apabila kedua reflek tersebut di abaikan maka akan terjadi
pengersan feses sehingga terjadi konstipasi.
– Dan beberapa penyebab yang menyebabkan reflek tersebut di abaikan, – yaitu karena
menurunya aktifitas fisik, menurunya mobilitas internal, dan penurunan atau pembatasan diet.
6. TANDA DAN GEJALA
1. Gelisah
2. Rewel
3. Nafsu makan menurun
4. Tinja padat, keras, kering
5. Volume darah akan berkurang sehingga nadi lebih cepat dan kecil
6. TD menurun, dan kesadaran juga menurun.
3. 7. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Pengambilan cairan dan elektrolit yang hilang (rehidrasi). Cairan yang dapat diberikan
adalah : Ringer Laktat (RL), dan larutan NaCl 0,9 % : Natrium Bikarabonat = 2 : 1, dengan
tambahan KCl 3 X 1 gram secara oral.
Setelah diagnosis ditegakkan, maka rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan
dehidrasi :
Pada keadaan syokk atau pre syok cairan diberikan dengan memakai rumus : Skor / 15 X B X 10
% X 1 liter
Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam kemudian diikuti dengan pemberian sebanyak
pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syok di atasi, maka berikan cairan
elektrolit peroral. Bila masih keadaan syok / presyok maka skema di atas di ulang.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
– Identitas Pasien
– Keluhan Utama
– Riwayat Kesehatan Sekarang
– Riwayat Kesehatan Dahulu
– Riwayat Penyakit Keluarga
– Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
2. Pola Eliminasi
3. Pola Personal Hygiene
4. Pola Istirahat
5. Pola Aktivitas
– Data Obyektif
- Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi: Simetris, tidak terdapat ketombe, penyebaran rambut merata,
Palpasi: tidak terdapat benjolan dan bekas luka.
b. Mata
Inspeksi: Simetris,konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih.
c. Hidung
Inspeksi: simetris, tidak terdapat labio palatoskisis, tidak terdapat tanda infeksi,
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga
Inspeksi: Daun telinga simetris, tidak terdapat serumen (bersih), tidak terdapat pembesaran
kelenjar mastoid.
e. Mulut
Inspeksi: Tidak sariawan, tidak terdapat labioskisis, warna bibir merah muda.
f. Leher
Inspeksi: Tidak ada benjolan.
Palpasi: Kelenjar tyroid: tidak ada nyeri tekan dan pembesaran.
4. Vena jugularis : tidak ada pembendungan.
g. Pemeriksaan Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama pernapasan teratur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,getaran suara antara kiri dan kanan sama.
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ronchi / wheezing.
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris,tidak ada lika bekas operasi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada semua abdomen.
Perkusi : tympani
Auskultasi : -
i. Ektrimitas atas
Inspeksi : simetris, tidak terdapat odem, jeri- jari lengkap dapat di gerkkan.
Palpasi ; tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat krepitasi.
j. Ekstrimitas bawah
Inspeksi : simetris,tidak ada odem, kedua kaki dapat di gerakkan, jari – jari lengkap.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
- Data Penunjang
a. Data Laboratorium
b. Terapi Medis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan konstipasi pada
kolon
2. Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan dehidrasi
3. Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan mobilitas intestinal.
C. Analisa Data
- Data
– Masalah
– Antisipasi Maslah Potensial
– Identifikasi Kebutuhan Segera
D. Intervensi
1. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan pasien bisa buang air
besar dengan lancar.
2. Kriteria Hasil
- Keadaan umum membaik
– Pasien bisa buang air besar dengan lancar
5. – Pasien bisa makan dengan teratur
– Pasien merasa nyaman.
7. Dx: Gangguan Rasa Cemas.
INTERVENSI DAN RASIONAL
1.) Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga pasien .
2.) Memberikan cairan adekuat
3.) Obsevasi TTV
4.) Kolaborasi dengan tim medis
5.) Memberikan makanan tinggi serat. – Menciptakan hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat.
– Dengan pemberian cairan adekuat, dapat melunakkan feses sehingga proses BAB lebih mudah
dan lancar.
- Untuk mengetahui kondisi pasien dan mengetahui perkembangan pasien serta menentukan
tindakan selanjutnya.
- Memberi terapi secara tepat, yang dihrapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
- Dengan makan makanan yang berserat tinggi bisa membantu menurunkan konstipasi, sehingga
pasien bisa melakukan BAB dengan lamcar.
8. IMPLEMENTASI
Pemberian asuhan keperawatan tanpa pelaksanaan dari serangkaian kegiatan sistematis
berdasrakan perencanaan untuk mencapai hasil yang maksimal.
9. EVALUASI
Menilai tercapai atau tidaknya tujuan, dilihat dari perilaku pasien dan keluarga serta
keadaan fisik, sebagai berikut :
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standrat
yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien menunjukkan perubahan dari kriteria dan standar
yang di tetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama dan
bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
6. DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul . 2005 . Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta : EGC.
Dongoes, Marydin E. 2000 . Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda Juall . 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta: EGC.
Wartonah dan Tarwotoh . 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . Salemba
Medika : Jakarta.
Perry, Potter . 2005 . Fundamental Keperawatan . EGC : Jakarta.