8. MASALAH
1. CDR belum mencapai taget 70%.
2. Belum semua UPK komitment dengan strategi
DOTS.
3. Jejaring DOTS belum berjalan secara optimal.
4. Kurangnya tenaga (analis, perawat, dokter).
5. Mutasi petugas yang sudah dilatih.
9. PEMECAHAN MASALAH
1. Peningkatan penjaringan suspek / tersangka.
2. Memantapkan dan mengembangkan komitment bersama
ke semua UPK untuk pelaksanaan TB dengan strategi
DOTS.
3. Membentuk tim Jejaring DOTS yang lebih operasional
serta melaksanakan evaluasi secara berkala.
4. Usulan penambahan penempatan tenaga di UPK
5. Mengusulkan pelatihan TB untuk petugas pengganti /
baru.
10.
11. No Prop Estimasi Kasus (%)
1 DKI 27.670 3.123 11,29
2 Jabar 19.490 2.042 10,48
3 Papua 22.210 1.492 6,72
4 Jatim 20.810 1.225 5,89
5 Bali 5.570 889 15,96
6 Kalbar 3.020 765 25,33
7 Jateng 7.970 451 5,6
8 Sumut 10.390 426 4,1
9 Sulsel 7.610 298 3,9
10 Kep Riau 3.990 246 6.16
10 Provinsi dengan Kasus AIDS tertinggi Di Indonesia
s.d. Desember 2009
Penemuan kasus AIDS di Jawa tengah masih rendah : 5,6 %
13. Kumulatif HIV/AIDS
DI JAWA TENGAH
( 1993 s.d 31 Maret 2010 )
• JUMLAH : 2.676
• HIV : 1.577
• AIDS : 1.099
• Meninggal : 352
• Co Infeksi TB-HIV : 35 %
14. PENEMUAN HIV-AIDS DI
BANYUMAS s/d TAHUN 2010 (April)
HIV STS TH 2005 : 60
VCT TH 06-09 : 367 / 151
AIDS : 54 / 65
MENINGGAL : 68 / 32
Co Infeksi TB-HIV : 16 %
15. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS YANG DITEMUKAN
DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2006 - 2010
16. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
YANG DITEMUKAN DI KABUPATEN BANYUMAS
17. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
YANG DITEMUKAN DI KABUPATEN BANYUMAS
18. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN PEKERJAAN
YANG DITEMUKAN DI KABUPATEN BANYUMAS
19. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN FAKTOR RESIKO
YANG DITEMUKAN DI KABUPATEN BANYUMAS
20. DISTRIBUSI KASUS HIV AIDS BERDASARKAN DAERAH ASAL
YANG DITEMUKAN DI KABUPATEN BANYUMAS
21. KAITAN TB dan HIV
Pada penderita HIV/AIDS kekebalan
tubuh menurun sehingga kuman TB yg
sudah masuk ke tubuh lebih mudah
berkembang menjadi penyk TB.
TB merupakan penyebab kematian
tertinggi.
TB dan HIV adalah penyk menular yg
berbahaya dan saling memperburuk
kondisi tubuh penderita
22. Kegiatan Kolaborasi TB-HIV di Indonesia
B. Menurunkan permasalahan TB diantara ODHA
B.1 Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya
B.2 Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat
orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)
A. Membentuk mekanisme utk kolaborasi
A.1 Membentuk kelompok kerja (POKJA) TBHIV di semua lini
A.2 Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB
A.3 Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV
A.4 Melaksanakan monitoring dan evaluasi
C. Menurunkan permasalahan HIV diantara pasien TB
C.1 Menyediakan konseling dan tes HIV
C.2 Pencegahan HIV dan IMS
C.3 Pengobatan preventif dengan kotrimoksasol dan infeksi
oportunistik lainnya
C.4 Perawatan, dukungan dan pengobatan ARV untuk HIV/AIDS
23. PITC/VCT
Resiko HIV dan gejala klinis
TB
Bukan TB
Menolak Setuju
HIV Pos HIV Neg
PPK
Penegakan Diagnosis TB
Suspek TB
OBATI TB
Ulangi
KTS 3
bulan
kmdn
Rujuk
PDP
ARV
sesuai
kriteria
Alur kegiatan TB-HIV
24. PASIEN TB YANG PERLU RUJUK
VCT :
Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan.
MDR-TB (TB KRONIS).
Resiko HIV yang tampak (Pasien atau
Pasangan)
Jejas jarum pada bagian tubuh, tato dan tindik berlebihan
Jenis Pekerjan yang beresiko tinggi, Misal : Supir, pelaut, tuna
wisma, pekerjaan bar/ salon
Riwayat transfusi darah dan produk darah.
Penilaian Klinis HIV
Kematian pasangan akibat penyakit kronis.
Kandiasis oris, diare kronis, penurunan berat badan secara
drastis.
31. TB 01 – Halaman 2
Ditujukan untuk pasien TB
yang belum pernah
melakukan atau mengulanng
kembali tes HIV
Ditujukan untuk pasien TB yang
pernah melakukan tes HIV
Ditulis Tgl dirujuk
32. TB 03
• Tingkat UPK
Data individual pasien TB
yang terkait dengan HIV
akan tetap berada di UPK
Diberikan 2 kali untuk
tes selama masa
pengobatan TB
Ditlis tanggal RUJUK
33. Indikator kegiatan kolaborasi TB-HIV -1
B. Menurunkan permasalahan TB diantara ODHA
B.1 Proporsi ODHA yang mengunjungi klinik KTS dan PDP yang di skrining gejala dan
tanda TB
B.2 Proporsi pasien TB baru yang didiagnosis diantara ODHA (yang di skrining TB)
B.3 Proporsi sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengendalian infeksi TB
A. Pembentukan Mekanisme Kolaborasi TB HIV
A.1 Membentuk kelompok kerja (POKJA) TBHIV di semua lini
A.2 Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB
A.3 Melaksanakan perencanaan bersama TB HIV dalam promosi dan
penyuluhan TB dan HIV/AIDS
A.4 Melaksanakan monitoring dan evaluasi
Sumber data didapat dari: formulir skrining gejala dan tanda TB pada ODHA ,
ikhtisar perawatan HIV dan Register ART, Formulir jawaban dari formulir rujukan
pasien ke klinik DOTS atau klinik KTS/PDP
Sumber data didapat dari: Surat keputusan instansi terkait, dokumentasi
kegiatan terkait.
34. C. Menurunkan permasalahan HIV diantara pasien TB
C.1 Proporsi pasien TB yang di test HIV
C.2 Proporsi pasien TB yang di test HIV dan hasil tes positif
C.3 Proporsi sarana pelayanan kesehatan DOTS yang menyediakan kondom secara
gratis
C.4 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang menerima PPK
C.5 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang dirujuk ke PDP selama pengobatan TB
C.6 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang mendapat ART selama pengobatan TB
Indikator kegiatan kolaborasi TB-HIV -2
Sumber data didapat dari: TB 01, TB 03 dan dokumentasi kegiatan
1. Kasus TB dg gejala & resiko mengarah ke HIV disarankan ke VCT.
2. Dibuatkan Rujukan
3. Ditulis di TB 01 dan 03 ( didokumenkan ).
4. Telpun ke VCT.
C. Menurunkan permasalahan HIV diantara pasien TB
C.1 Proporsi pasien TB yang di test HIV
C.2 Proporsi pasien TB yang di test HIV dan hasil tes positif
C.3 Proporsi sarana pelayanan kesehatan DOTS yang menyediakan kondom
secara gratis
C.4 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang menerima PPK
C.5 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang dirujuk ke PDP selama
pengobatan TB
C.6 Proporsi pasien TB dengan HIV positif yang mendapat ART selama
pengobatan TB