[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Menguraikan beberapa kitab tafsir yang terkenal dan mufasirnya seperti Ibn Abbas, Mujahid, Tabari, Syaukani, dan Ibn Kasir.
2) Memaparkan riwayat hidup dan kedudukan masing-masing mufasir tersebut.
3) Menjelaskan karakteristik tafsir yang ditulis oleh mufasir-mufasir tersebut.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan Al-Qur'an, mulai dari pengertian Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, struktur Al-Qur'an yang terdiri dari 114 surah dan 6236 ayat, serta sejarah turunnya Al-Qur'an secara bertahap selama 22 tahun.
[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Menguraikan beberapa kitab tafsir yang terkenal dan mufasirnya seperti Ibn Abbas, Mujahid, Tabari, Syaukani, dan Ibn Kasir.
2) Memaparkan riwayat hidup dan kedudukan masing-masing mufasir tersebut.
3) Menjelaskan karakteristik tafsir yang ditulis oleh mufasir-mufasir tersebut.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan Al-Qur'an, mulai dari pengertian Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, struktur Al-Qur'an yang terdiri dari 114 surah dan 6236 ayat, serta sejarah turunnya Al-Qur'an secara bertahap selama 22 tahun.
1. Periode pembinaan hukum Islam dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan berakhir pada abad pertama Hijriyah.
2. Para sahabat mulai berijtihad dalam menafsirkan nash-nash hukum Alquran dan Hadits untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul.
3. Isu politik kekhalifahan menjadi masalah penting yang dihadapi umat Islam pasca wafat Nabi, di mana Abu Bakar kemudian dipilih menjadi khalif
Dokumen tersebut membahas tentang perdebatan ulama mengenai kedudukan Rasm Al-Qur'an atau Rasm Al-Utsmani, yaitu apakah pola penulisan Al-Qur'an tersebut bersumber dari petunjuk Nabi Muhammad SAW (tawqifi) atau hanya hasil ijtihad para sahabat. Jumhur ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Utsmani bersifat tawqifi, sedangkan sekelompok ulama lain berpendapat hanya bers
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Bab 1 membahas pengertian fiqih. Fiqih secara bahasa berarti memahami secara langsung atau mendalam. Secara istilah, fiqih didefinisikan sebagai ilmu hukum syariat yang membahas hukum-hukum praktis yang diambil dari Al-Quran dan hadis. Fiqih membatasi ruang lingkupnya pada tindakan fisik manusia.
Dokumen ini membahas tentang ta'arrudh al-adillah atau kontradiksi antara dalil-dalil agama. Definisi, penyebab, rukun, syarat, jenis, dan metode penyelesaian ta'arrudh al-adillah dijelaskan secara singkat. Metode penyelesaiannya meliputi al-jam'u wa at-taufiq (menyatukan dan mencocokkan), tarjih (memilih salah satu), nasakh (pembatalan), dan tasaqut al
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Kodifikasi hadis dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz untuk menyelamatkan hadis-hadis dari kepunahan akibat hilangnya para ulama dan bercampurnya hadis sahih dan palsu. Proses kodifikasi meliputi pengumpulan, penyeleksian, dan penyusunan hadis ke dalam kitab-kitab hadis oleh para ulama. Hal ini membantu melestarikan dan mengemb
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan sejarah perkembangan qawaid fiqhiyah. Secara ringkas, qawaid fiqhiyah adalah aturan-aturan umum yang bersumber dari nash-nash Al-Qur'an dan hadis, yang berkembang selama tiga abad sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad ke-3 hijriah.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Ya jadi di dalam pelajaran Fiqih kelas X, terdapat bab Hudud yang didalamnya banyak membahas persoalan-persoalan yang sering terjadi di masyarakat. Semoga bermanfaat, ya! ;)
Pendekatan Bayani, Burhani, dan 'Irfani digunakan bersama-sama oleh Muhammadiyah untuk mengembangkan pemikiran Islam dalam menanggapi permasalahan kontemporer. Pendekatan Bayani berfokus pada teks Alquran dan Hadis, Burhani menggunakan ilmu pengetahuan, dan 'Irfani menekankan intuisi dan kepekaan nurani. Ketiga pendekatan ini saling melengkapi untuk memecahkan berbagai masalah secara holistik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Makalah ini membahas ruang lingkup dan pembagian ilmu Ulumul Qur'an, mulai dari sejarah perkembangannya, pengertian, ruang lingkup, dan perkembangannya pada masa tabi'in. Ruang lingkup Ulumul Qur'an mencakup berbagai aspek seperti nuzul, sanad, qiraat, lafal, dan makna ayat Al-Qur'an.
Makalah ini membahas sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis mulai dari masa Rasul SAW hingga masa penyempurnaan dan pengembangan sistem penyusunan kitab hadis. Pembahasan dimulai dari cara Rasul menyampaikan hadis kepada sahabat, kemudian perkembangannya pada masa sahabat dan tabi'in beserta upaya melestarikan hadis, hingga masa penyusunan kitab hadis secara sistematis. [/ringkasan]
1. Periode pembinaan hukum Islam dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan berakhir pada abad pertama Hijriyah.
2. Para sahabat mulai berijtihad dalam menafsirkan nash-nash hukum Alquran dan Hadits untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul.
3. Isu politik kekhalifahan menjadi masalah penting yang dihadapi umat Islam pasca wafat Nabi, di mana Abu Bakar kemudian dipilih menjadi khalif
Dokumen tersebut membahas tentang perdebatan ulama mengenai kedudukan Rasm Al-Qur'an atau Rasm Al-Utsmani, yaitu apakah pola penulisan Al-Qur'an tersebut bersumber dari petunjuk Nabi Muhammad SAW (tawqifi) atau hanya hasil ijtihad para sahabat. Jumhur ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Utsmani bersifat tawqifi, sedangkan sekelompok ulama lain berpendapat hanya bers
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Bab 1 membahas pengertian fiqih. Fiqih secara bahasa berarti memahami secara langsung atau mendalam. Secara istilah, fiqih didefinisikan sebagai ilmu hukum syariat yang membahas hukum-hukum praktis yang diambil dari Al-Quran dan hadis. Fiqih membatasi ruang lingkupnya pada tindakan fisik manusia.
Dokumen ini membahas tentang ta'arrudh al-adillah atau kontradiksi antara dalil-dalil agama. Definisi, penyebab, rukun, syarat, jenis, dan metode penyelesaian ta'arrudh al-adillah dijelaskan secara singkat. Metode penyelesaiannya meliputi al-jam'u wa at-taufiq (menyatukan dan mencocokkan), tarjih (memilih salah satu), nasakh (pembatalan), dan tasaqut al
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Kodifikasi hadis dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz untuk menyelamatkan hadis-hadis dari kepunahan akibat hilangnya para ulama dan bercampurnya hadis sahih dan palsu. Proses kodifikasi meliputi pengumpulan, penyeleksian, dan penyusunan hadis ke dalam kitab-kitab hadis oleh para ulama. Hal ini membantu melestarikan dan mengemb
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan sejarah perkembangan qawaid fiqhiyah. Secara ringkas, qawaid fiqhiyah adalah aturan-aturan umum yang bersumber dari nash-nash Al-Qur'an dan hadis, yang berkembang selama tiga abad sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad ke-3 hijriah.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Ya jadi di dalam pelajaran Fiqih kelas X, terdapat bab Hudud yang didalamnya banyak membahas persoalan-persoalan yang sering terjadi di masyarakat. Semoga bermanfaat, ya! ;)
Pendekatan Bayani, Burhani, dan 'Irfani digunakan bersama-sama oleh Muhammadiyah untuk mengembangkan pemikiran Islam dalam menanggapi permasalahan kontemporer. Pendekatan Bayani berfokus pada teks Alquran dan Hadis, Burhani menggunakan ilmu pengetahuan, dan 'Irfani menekankan intuisi dan kepekaan nurani. Ketiga pendekatan ini saling melengkapi untuk memecahkan berbagai masalah secara holistik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Makalah ini membahas ruang lingkup dan pembagian ilmu Ulumul Qur'an, mulai dari sejarah perkembangannya, pengertian, ruang lingkup, dan perkembangannya pada masa tabi'in. Ruang lingkup Ulumul Qur'an mencakup berbagai aspek seperti nuzul, sanad, qiraat, lafal, dan makna ayat Al-Qur'an.
Makalah ini membahas sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis mulai dari masa Rasul SAW hingga masa penyempurnaan dan pengembangan sistem penyusunan kitab hadis. Pembahasan dimulai dari cara Rasul menyampaikan hadis kepada sahabat, kemudian perkembangannya pada masa sahabat dan tabi'in beserta upaya melestarikan hadis, hingga masa penyusunan kitab hadis secara sistematis. [/ringkasan]
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi savedFakhri Cool
Hadist berkembang secara lisan pada masa Nabi dan sahabat. Pada masa tabi'in, penyebaran hadist meningkat seiring perluasan kekuasaan Islam meski belum ada kodifikasi resmi. Beberapa sahabat seperti Abu Bakar dan Umar berhati-hati menerima hadist untuk mencegah kebohongan. Perpecahan politik memengaruhi perkembangan hadist selanjutnya.
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
Hadis merupakan ucapan, perbuatan, atau penetapan Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya melalui 5 periode: 1) Masa Nabi larang penulisan, 2) Masa Khulafa' al-Rasyidin sederhanaan periwayatan, 3) Masa Tabi'in penghimpunan hadis, 4) Masa Tabi' al-Tabi'in kejayaan kodifikasi, 5) Masa berikutnya penghimpunan secara sistematis.
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
1) Dokumen tersebut membahas tentang proses pengumpulan Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Utsman. 2) Pada masa Nabi, Al-Qur'an dikumpulkan secara lisan dan tertulis. 3) Pada masa Abu Bakar, banyak hafidz gugur dalam perang sehingga dilakukan pengumpulan Al-Qur'an secara resmi.
Masa nabi merupakan periode pertama dalam sejarah hadits, dimana hadits disampaikan secara lisan kepada para sahabat. Nabi mendirikan sekolah-sekolah dan mengirim guru ke berbagai wilayah untuk menyebarkan informasi tentang hadits. Nabi juga memberi motivasi kepada para pengajar dan penuntut ilmu dengan menyebutkan pahala bagi mereka.
Kodifikasi hadis dimulai pada abad ke-2 H oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk menghimpun hadis-hadis agar tidak hilang. Pada abad ke-3 H, hadis-hadis disaring dan dibedakan status keabsahannya. Abad ke-4 H menghasilkan kitab-kitab hadis utama. Pada abad ke-5 H dan selanjutnya, hadis-hadis diklasifikasikan dan dikomentari.
1. Ulumul Quran membahas berbagai aspek terkait Al-Quran, mulai dari proses penurunan, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, hingga interpretasi ayat-ayatnya.
2. Pada masa Rasulullah SAW dan khalifah, bibit awal Ulumul Quran berupa penafsiran langsung dari Rasulullah kepada sahabat beserta antusiasme mereka untuk mempelajari Al-Quran.
3. Periode selanjutny
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan Al-Quran pada pendidikan sekolah rendah, termasuk resam Uthmani, jenis-jenis bacaan Al-Quran, dan adab berinteraksi dengan Al-Quran. Dokumen ini menjelaskan sejarah pengumpulan dan penulisan Al-Quran sejak zaman Nabi Muhammad hingga zaman Khalifah Utsman, serta kelebihan menggunakan resam Utsmani.
Pada zaman awal, Al-Quran ditulis dan dihafal oleh para sahabat. Pada zaman Abu Bakar, Al-Quran dikumpulkan dalam satu mashaf setelah penghafal meninggal dunia. Pada zaman Uthman, naskhah Al-Quran disalin untuk menghapuskan perbezaan bacaan.
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Makalah ini membahas proses pengumpulan Al-Quran sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga masa Khulafaur Rasyidin. Pada masa Nabi, Al-Quran dihafal dan ditulis, tanpa terkumpul dalam satu mushaf. Pada masa Abu Bakar dilakukan pengumpulan tulisan Al-Quran, sedangkan pada masa Utsman dilakukan standardisasi teks Al-Quran menjadi satu mushaf rasmi. Proses ini membantu melestarikan Al
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, penulisan, dan penyempurnaan penulisan Al-Qur'an sejak masa Nabi Muhammad sampai masa sesudah Khulafaur Rasyidin. Al-Qur'an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi untuk pedoman umat manusia. Proses penulisan dan penyempurnaannya melibatkan banyak sahabat Nabi dan khalifah-khalifah sesudahnya untuk melestarikan Al-Qur'
Similar to Kodifikasi Al-Qur'an dan Hadits (1).pptx (20)
2. Kodifikasi Al-Qur’an
Kodifikasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berarti himpunan berbagai
peraturan menjadi undang-undang; hal
penyusunan kitab undang - undang. Sedangkan
Al-Qur’an secara bahasa artinya “bacaan
3. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
● Untuk menjadi Al-Qur’an yang kita tahui saat ini Al-Qur’an telah
menempuh banyak hal. Al-Quran pertama diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw di gua Hiro melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an
Tidak turun secara bersamaan melainkan turun secara berangsur angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
● Ketika diturunkan satu atau beberapa ayat, Rasulullah saw langsung
menyuruh para sahabat untuk menghafalkannya dan menuliskannya di
hadapan beliau. Rasulullah mendiktekannya kepada para penulis wahyu.
Para penulis wahyu menuliskannya ke dalam lembaran-lembaran yang
terbuat dari kulit, daun, kaghid, tulang yang pipih, pelepah kurma, dan
batu-batu tipis.
4. Sempurna
Masa Rasulullah SAW.
01
Penghimpunan Al-Qur’an
Utsman bin Affan
03 Islam mengalami
perluasan wilayah
Abu Bakar As Shiddiq
02 Menolak
Tidak Urut dan
Terpisah-pisah
Zaid bin
Tsabit
Syarat
Mushaf
Al-Qur’an
3 tokoh
penyusun
Al-Qur’an
Masa
penyempurnaan
Mushaf
Standar Al-Qur’an
5. Pada masa Rasulullah SAW
● Penulisan pada zaman Rasulullah telah dilakukan secara sempurna seluruh
surat dan ayat al-Quran akan tetapi tidak menyatu pada satu media, surat-
suratnya tidak tertata urutannya bahkan terpisah-pisah di pelepah kurma,
serpihan-serpihan batu tipis, kulit binatang dan pelana unta.
.
6. Pada masa Abu Bakar A Shiddiq
● Abu Bakar AS Shiddiq menggantikan Rasulullah SAW dalam menghimpun
Al-Qur’an Namun, Abu Bakar Sempat menolak usulan ini dan merasa
keberatan.
● Umar terus menerus membujuk Abu Bakar hingga ia menerima tawaran
tersebut. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, karena
Zaid adalah orang yang memiliki kemampuan dalam hal mengumpulkan
Al-Quran,
7. Pada Masa Utsman bin Affan
● islam mengalami perluasan wilayah. Sehingga, dalam penulisan al-qur’an
sangat diperhatikan perbedaan bacaan (untuk menghindari perselisihan di
anatara umat).
8. Penyempurnaan Mushaf Ustmani
1. Abul Aswad Ad-Daulay ditugaskan memberi tanda baca (berupa titik) untuk
menghindari kesalahan membaca.
2. Al-Hajjaj bin Yusuf ditugaskan memberi titik sebagai pembeda antara satu
huruf dengan lainnya (seperti ba’ memiliki 1 titik dibawah, ta’ memiliki 2
titik diatas, dsb).
3. Dalam peletakan baris atau tanda baca (seperti dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun. Mengikuti cara Khalil binAhmad Al-Farahidy
10. ● Tabi'in (bahasa Arab: التابعون, pengikut), adalah orang Islam
awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan
tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad.
● Sahabat kecil adalah umat muslim yang pada masa nabi
Muhammad ia masih berusia belum balig atau mukalaf. Dalam
artian orang yang sempat melihat nabi dan pada saat itu ia
masih kecil.
13. Pada masa Rasulullah SAW
● Sebagai Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Saw., dibekali berbagai
keistimewaan, di antaranya adalah mukjizat al-Qur’an serta
keluhuran akhlak. Selama bertugas sebagai Nabi dan Rasul,
Muhammad Saw. mengajarkan nilai-nilai Islam sebagai dasar
pembangunan peradaban Islam yang mulia
.
14. Metode penyampaian Hadis
● Melalui Majelis Ilmu atau Pengajian-pengajian.
● Peristiwa yang Dialami Rasulullah Saw. Sendiri.
● Sahabat Bertanya.
● Sahabat Menyaksikan Langsung.
● Ceramah atau Pidato di Tempat Umum.
16. Kebijaksanaan para khulafa al rasyidin
tentang periwayatan hadist
● Seluruh khalifah sependepat tentang pentingnya sikap hati hati
dalam periwyatan hadist
● Larangan memperbanyak hadist, terutama yang ditekankan oleh
khalifah umar
● Penghadiran saksi atau mengucapkan sumpah bagi periwayat
hadist merupakan salah satu cara untuk meneliti Riwayat hadist
● Masing masing khalifah telah meriwayatkan hadist. Riwayat hadist
yang disampaikan oleh ketiga khalifah yang pertama seluruhnya
dalam bentuk lisan. Hanya ali yang meriwayatkan hadist secara
tulisan disamping secara lisan
17. ● Adapun penulisan hadis pada masa khulafa al rasyidin masih
tetap terbatas dan belum dilakukan secara resmi, walaupun
pernah khalifah umar bin khatab mempunyai gagasan untuk
membukukan hadist, namun niatan tersebut diurungkan
setelah beliau melakukan shalat istikharah.
● Para sahabat tidak melakukan penulisan secara resmi karena
pertimbangan sebagai berikut
● Agar tidak memalingkan umat dari perhatian al quran.
● Perhatian sahabat masa khulafa al rasyidin adalah pada al quran
seperti tampak pada urusan pengumpulan dan pembukuannya
sehingga majadi mushaf
● Para sahabat sudah menyebar sehingga terdapat kesuliatan
dalam menulis hadist
18. Sahabat Kecil : Abu Hurairah
● Abu Hurairah nama lengkapnya adalah Abd Ar-Rahman ibn Shakhr Ad-
Dausi Al-Yamani, sebagai mana banyak ditulis oleh ahli para sejarah. Dia
masuk Islam setelah mendengar dakwah dari kawan sekampungnya,
yaitu Thufail ibn Amr Ad-Dausi, yang pernah datang ke Madinah
menghadap Nabi Muhammad SAW dengan telinganya yang sengaja
disumbat dengan kapas. Sebab, hanya dengan cara demikian, ia
diizinkan orang-orang kafir Mekah untuk bertemu dengan Nabi SAW.
Akan tetapi, ternyata ayat-ayat Al-Quran menembus telinganya dan
langsung menempati hati nurani Thufail, dan ia menjadi muslim yang
ikhlas dan patuh.
20. ● Pada akhir masa al khulafa al Rasyidin para sahabat ahli
hadis telah menyebar ke beberapa wilayah sehingga
mempermudah tabi’in untuk mempelajari hadis
● Para sahabat yang pindah ke daerah lain membawa
perbendaharaan hadis sehingga hadis tersebar kebanyak
daerah
21. Kemudian muncul sentra sentra hadis
● Madinah , dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti
aisyah dan abu hurairoh
● Mekkah, dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti ibn
abbas
● Kufah , dengan tokoh dari kalangan sahabat seperti ibn
mas’ud
● Basrah tokoh sepeti utbah ibn gahzwan
● Syam, dengan tokoh seperti mu’ad ibn jabal
● Mesir, dengan tokoh abd Allah ibn amr ibn al-ash
22. Pada masa ini muncul kekeliruan dalam
periwayatan hadis dan muncul hadis
palsu
● Faktornya terjadi kekeliruan pada masa setelah sahabat itu
anatara lain
● Periwayatan hadis adalah manusia maka tidak akan lepas
dari kekeliruan
● Terbatasnya penulisan dan kodifikasi hadis
● Terjadinya periwayatan secara makna yang dilakukan oleh
sahabat
23. Pemalsuaan hadist dimulai sejak masa
ali bin abi thalib
● Menghadapinya terjadinya pemalsuan hadis dan kekeliruan
periwayatan maka para ulama mengambil Langkah sebagai
berikut
● Melakukan seleksi dan koreksi tentang nilai hadis atau para
periwayatan
● Hanya menerima hadis dari periwayat yang tsiqah saja
● Melakukan penyaringan terhadap hadis dari rawi yang tsiqah
● Meneliti sanad untuk mengetahui hadis palsu
25. ● Usaha pengkodifikasian atau penulisan hadis di mulai
pada abad pertama hijriah, yaitu pada masa pemerintahan
islam Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dengan
mengirimkan surat kepada seluruh pejabat dan ulama di
berbagai penjuru daerah agar memperhatikan dan
mengumpulkan hadis dari para pakar penghafal hadis
untuk segera di kumpulkan menjadi satu buku
26. Latar belakang mengapa hadis di
kodifikasi
● Para ulama hadis sudah tersebar ke berbagai negeri, di
khawatirkan hadis akan hilang di karenakan wafatnya
para ulama hadis,
● Kedua banyak berita yang di ada-adakan oleh pelaku
pembuat hadis yang berupa hadis palsu.
27. ● Pada abab ketiga pada masa ini lahirlah masa seleksi sehingga lahirlh
Ulama hadis yang monumental seperti Imam Bukhari dalam kita
Shahih Bukhari, Imam muslim dalam kita sahih muslim, Imam
Nasa’i dalam kitab Sunan Nasa’i, dan yang lainnya, dengan ini
lahirlah ilmu kritik riwayat hadis di sebut al jarhu wa ta'dil mana
yang di tolak dan mana yang di terima riwayat hadis, tokoh yang
lahir pada abad ini Ali bin Al-madani, Abu hatim Al-rhazi dan yang
lainnya
28. Menjaga Keafsahan Hadis
● Pertama adalah penghafalan, sahabat nabi sudah terbiasa mendengarkan
setiap kata dan memperhatikan perbuatan nabi dengan sangat hati-hati, dan
mereka sering membahasnya Al-Qur’an dan Hadis di masjid untuk di
ulangulang yang sudah di sampaikan dan pelajari, ketika nabi ada urusan
tertentu tidak dapat hadir di majlis.
● Kedua adalah merekam ataupun menuliskan hadis-hadis yang di peroleh dari
nabi, para sahabat merekam hadis nabi yang di dapat dalam bentuk penulisan
yang di khususkan oleh sahabat nabi mahir dalam menulis.
● Ketiga adalah belajar dalam bentuk peraktek, perlu di ketahui bahwa para
sahabat juga mempraktekkan apa yang telah mereka dapat dari nabi. Ilmu
tentang Islam juga kebenarannya untuk di peraktekkan, dan para sahabat
sangat baik dalam melakukannya
29. Larangan Penulisan Hadis
● Pertama, ketergantungan pada kekuatan retensi (hafalan) para sahabat, aliran
pikiran para sahabat yang belum sampai ke pembukuan, dan kurangnya alat
tulis di dalamnya.
● Kedua, larangan dari nabi dalam menulis selain dari Al-Qur’an Al-Karim
● Ketiga, perhatian nabi dan para sahabat lebih tercurah kepada Al-Qur’an
● Keempat, meskipun nabi mempunyai beberapa sekretaris dalam penulisan
Wahyu yang turun, tetapi mereka hanya bertugas menulis Wahyu al-qur’an
dan surat-surat nabi.
● Kelima, masih sangat sulit menulis perkataan, perbuatan, taqrir dan hal
ikhwal seseorang yang masih hidup dapat langsung di catat oleh orang lain,
apa lagi dengan peralatan yang sangat sederhana
30. Menelaah dari Pembukuan Hadis
● Hadis tidak langsung di tulis di masa awal mula islam oleh sahabat,
di karenakan nabi melarang untuk di tulisnya hadis agar para sahabat
berpacuh dan memperdalam Wahyu yang di masa itu turun masih
berangsur-angsur dan juga Wahyu yang datangnya dari Allah bersifat
baru butuh pemahaman yang dalam di kalangan sahabat, bahasa di
dalamnya sastra arab yang sangat harus di pahami dengan merujuk
kepada nabi apabila tidak dapat di pahami dari Wahyu ilahi tersebut,
dan di masa ini banyak sahabat menghafal hadis mengulang-ulang
dengan muraja’ah sesama sahabat nabi agar hafalannya semakin
kuat.