Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembuatan sediaan tablet. Ia menjelaskan definisi tablet, komponen-komponen penting tablet seperti bahan aktif, pengisi, pengikat, dan cara-cara pembuatan tablet melalui granulasi basah, kering, atau kempa langsung. Jenis-jenis tablet dibedakan berdasarkan metode pembuatan, distribusi obat, bahan penyalut, dan cara pemakaian. Hal-hal penting dalam penggunaan tablet juga dijelask
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembuatan sediaan tablet (compressi). Tablet dibuat dengan cara mengempa campuran serbuk yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Terdapat beberapa metode pembuatan tablet seperti granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Tablet dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pembuatan, distribusi obat, bahan penyalut, dan cara pemakaian. Faktor-faktor penting dalam pembuatan dan pen
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet, termasuk definisi, jenis, kriteria, keuntungan, penggolongan, formula umum, dan proses pembuatan tablet. Tablet dijelaskan sebagai sediaan padat yang mengandung bahan berkhasiat dan dapat dikonsumsi secara oral.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembuatan sediaan tablet (compressi). Tablet dibuat dengan cara mengempa campuran serbuk yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Terdapat beberapa metode pembuatan tablet seperti granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Tablet dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pembuatan, distribusi obat, bahan penyalut, dan cara pemakaian. Faktor-faktor penting dalam pembuatan dan pen
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet, termasuk definisi, jenis, kriteria, keuntungan, penggolongan, formula umum, dan proses pembuatan tablet. Tablet dijelaskan sebagai sediaan padat yang mengandung bahan berkhasiat dan dapat dikonsumsi secara oral.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menyerapkan obat ke dalam tubuh, seperti serbuk, granul, tablet, kapsul, sediaan setengah padat, pasta, salep, larutan, suspensi, dan emulsi. Setiap bentuk sediaan memiliki karakteristik dan cara penggunaan yang berbeda-beda.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV, Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Beratnya dari tablet bervariasi. Tablet oral kira-kira beratnya antara 50 mg-2 gram, umumnya sekitar 200-800 mg sudah termasuk bahan tambahan.
Secara umum, tipe tablet ada 2, yaitu :
a. Compressed Tablet. Tablet ini dibuat dengan tekanan terdiri dari satu atau lebih bahan obat, dengan atau tanpa bahan tambahan yang cocok
b. Molded Tablet. Tablet triturates biasanya mudah pecah dan segera larut. Tablet ini disiapkan bila dokter menghendaki dalam resepnya. Masalahnya kesulitan menemukan bahan pelicin yang larut sempurna dalam air.
Suppositoria adalah sediaan padat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Ada beberapa jenis suppositoria berdasarkan lokasi pemberiannya, seperti suppositoria rektal, vaginal, dan uretra. Suppositoria digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa. Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak cokelat, polietilen glikol, dan gelatin.
Proses penyalutan tablet merupakan proses memberikan pelapisan luar pada tablet untuk mempertahankan kandungan zat obat, menutupi rasa pahit, dan meningkatkan ketahanan tablet. Metode penyalutan yang umum digunakan adalah penyalutan film, yang melibatkan penyemprotan larutan pelapis pada tablet yang berputar di dalam panci penyalutan. Penyalutan tablet bermanfaat untuk mengontrol pelepasan zat obat dan meningkatkan efe
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menyerapkan obat ke dalam tubuh, seperti serbuk, granul, tablet, kapsul, sediaan setengah padat, pasta, salep, larutan, suspensi, dan emulsi. Setiap bentuk sediaan memiliki karakteristik dan cara penggunaan yang berbeda-beda.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV, Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Beratnya dari tablet bervariasi. Tablet oral kira-kira beratnya antara 50 mg-2 gram, umumnya sekitar 200-800 mg sudah termasuk bahan tambahan.
Secara umum, tipe tablet ada 2, yaitu :
a. Compressed Tablet. Tablet ini dibuat dengan tekanan terdiri dari satu atau lebih bahan obat, dengan atau tanpa bahan tambahan yang cocok
b. Molded Tablet. Tablet triturates biasanya mudah pecah dan segera larut. Tablet ini disiapkan bila dokter menghendaki dalam resepnya. Masalahnya kesulitan menemukan bahan pelicin yang larut sempurna dalam air.
Suppositoria adalah sediaan padat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Ada beberapa jenis suppositoria berdasarkan lokasi pemberiannya, seperti suppositoria rektal, vaginal, dan uretra. Suppositoria digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa. Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak cokelat, polietilen glikol, dan gelatin.
Proses penyalutan tablet merupakan proses memberikan pelapisan luar pada tablet untuk mempertahankan kandungan zat obat, menutupi rasa pahit, dan meningkatkan ketahanan tablet. Metode penyalutan yang umum digunakan adalah penyalutan film, yang melibatkan penyemprotan larutan pelapis pada tablet yang berputar di dalam panci penyalutan. Penyalutan tablet bermanfaat untuk mengontrol pelepasan zat obat dan meningkatkan efe
Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan .
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang berbagai bentuk sediaan farmasi, termasuk obat padat seperti tablet dan kapsul, obat cair seperti larutan, suspensi dan emulsi, serta sediaan setengah padat seperti krim, jelly dan pasta yang digunakan untuk pemberian oral atau topikal. Dibahas pula karakteristik, keuntungan dan kerugian masing-masing jenis sediaan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, ukuran, kriteria, kegunaan, komposisi, jenis, dan sediaan tablet. Tablet didefinisikan sebagai sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dan mengandung satu atau lebih bahan obat. Dokumen ini memberikan informasi mendetail tentang tablet, mulai dari definisi, komposisi, jenis, dan aplikasinya.
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 193/kab/B.VII/71)
Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan obat, mulai dari bentuk padat seperti tablet dan kapsul, bentuk setengah padat seperti krim dan salep, bentuk cair seperti sirup, eliksir, suspensi dan emulsi, serta bentuk lain seperti suppositoria dan instilasi. Juga dibahas berbagai variasi dari setiap bentuk sediaan tersebut.
1. Biofarmasi mempelajari pengaruh pembuatan sediaan obat terhadap efek terapeutiknya. Efek obat bergantung pada faktor farmakologi dan formulasinya. 2. Ketersediaan farmasi mengukur kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan untuk diserap tubuh, sedangkan ketersediaan hayati mengukur persentase zat aktif yang tersedia untuk efek terapi. 3. Bentuk sediaan, zat pembantu, dan ke
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai bentuk obat yang beredar di pasaran global dan Indonesia. Terdapat tiga jenis bentuk obat utama yaitu bentuk padat (tablet, kapsul), bentuk serbuk/bubuk, dan bentuk cair (larutan, suspensi, emulsi). Dokumen ini juga menjelaskan berbagai macam bentuk obat dalam ketiga kategori tersebut beserta penjelasan penggunaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang tablet farmasi, termasuk definisi, jenis, bahan tambahan, metode pembuatan, dan persyaratan tablet. Secara ringkas:
1. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
2. Ada beberapa jenis tablet berdasarkan metode pembuatan dan penggunaan.
3. Bahan tambahan tablet meliputi pengisi, pengikat, pelicin, dan lainnya.
4. Metode
Dokumen tersebut membahas tentang kapsul sebagai sediaan farmasi. Kapsul dapat berbentuk keras atau lunak yang terdiri dari zat aktif, cangkang, dan zat tambahan. Kapsul diproduksi secara massal menggunakan mesin atau secara manual, kemudian dikemas dan diberi label sesuai persyaratan. Kapsul memiliki keuntungan seperti mudah ditelan namun juga memiliki kerugian sepertu tidak sesuai untuk zat
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptxssuserbb0b09
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan jenis-jenis bentuk sediaan obat. Terdapat berbagai macam bentuk sediaan obat baik dalam bentuk padat, cair, maupun bentuk khusus seperti injeksi, suppositoria, dan transdermal. Bentuk sediaan obat dirancang untuk melindungi dan menstabilkan bahan aktif serta memudahkan penggunaan obat secara aman dan efektif.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
3. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan definis tablet
2. Menjelaskan komponen tablet
3. Menjelaskan penggolongan tablet berdasarkan :
a. Pembuatan
b. Distribusi obat dalam tubuh
c. Bahan penyalut
d. Pemakaian tablet
4. Menjelaskan macam-macam kerusakan pd
tablet
5. Mendeskripsikan persyaratan tablet
4. 1. PENDAHULUAN
Definisi tablet adalah sediaan padat
mengandung yg mengandung satu atau lebih
bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan
dan dibuat dengan cara mengempa campuran
serbuk dalam mesin tablet
Kaplet adalah tablet yang berbentuk kapsul
Capsitab adalah tablet bersalut yg berbentk
kapsul
Bolus adalah tablet yang digunakan pada hewan
besar
Bentuk tablet bermacam-macam : bentuk tabung,
pipih, bundar, segitiga, lonjong, segienam dll
Hal ini bertujuan untuk menghindari/ mencegah
pemalsuan tablet dan agar mudah dikenal
6. BAHAN TAMBAHAN PADA TABLET
1. BAHAN PENGISI/ DILUENT
2. BAHAN PENGIKAT/ BINDER
3. BAHAN PENGHANCUR/PENGEMBANG/
DESINTEGRAN
4. BAHAN PELICIN/ LUBRIKAN
5. GLIDAN
6. BAHAN PENYALUT
7. 1. BAHAN PENGISI/ DILUENT
Tujuan penambahan diluent : memperbesar
volume agar massa campuran mudah dicetak/
dibuat
biasanya dimbahkan jika zat aktifnya sedikit atau
sulit dikempa
Contoh bahan pengisi/ diluent : laktosa, pati,
kalsium fosfat dibasa, dan selulosa mikrokristal/
avicel
8. 2. BAHAN PENGIKAT/ BINDER
Tujuan penambahan binder adalah memberikan
daya adhesi pada serbuk sewaktu proses
granulasi dan daya kohesi
prinsipnya untuk membantu pelekatan partikel
dalam formulasi shg memungkinkan granul dibuat
dan dijaga keterpaduan hasil tabletnya
Contoh bahan pengikat : mucilago Amyli 10%,
larutan gelatin 10-20%, gom akasia, sukrosa,
povidin, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal
9. 3. BAHAN PENGHANCUR/PENGEMBANG/ DESINTEGRAN
Tujuan penambahan desintegran adalah
membantu hancurnya tablet setelah ditelan
Contoh desintegran : pati, selulosa yg
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa
mikrokristal, povidin sambung silang
10. 4. BAHAN PELICIN/ LUBRICANT
Tujuan penambahan bahan pelicin adalah
mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan mencegah massa tablet
melekat pada cetakan atau anti adhesi
Contoh lubricant : asam stearat, senyawa asam
stearat dengan logam ex; magnesium stearat,
minyak nabati terhidrogenasi dan talkum
11. 5. GLIDAN
Tujuan penambahan glidan adalah meningkatkan
kemampuan mengalir serbuk, umumnya
digunakan kempa langsung tanpa proses
granulasi
Contoh glidan : silika pirogenik koloidal/ aerosil
12. 6. BAHAN PENYALUT
Tujuan penyalutan adalah
1. Melindungi zat aktif dari udara,
kelembaban, atau cahaya
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak
3. Membuat penampilan lebih baik
4. Mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna, misalnya : tablet
salut enterik
13. AJUVANS
Macam-macam Ajuvans
1. Bahan pewarna ( colouring agent), bertujuan :
Tablet lbh menarik/ menambah nilai estetika
Mencegah pemalsuan/ identitas produk
Membedakan tablet yg satu dengan tablet yang
lain
2. Bahan pengharum (flavour), bertujuan :
Menutupi rasa dan bau zat berkhasiat yang tidak
enak
Misalnya : penambahan oleum menthae pada
tablet kalk
14. PENGGOLONGAN TABLET
1. Berdasarkan metode pembuatan
a. Tablet cetak
Pembuatan : zat aktif dan bahan pengisi dibasahi
dengan etanol. Massa serbuk yang lembab ditekan
dengan tekanan rendah, kemudian dikeluarkan dan
dikeringkan.
b. Tablet kempa
Pembuatan : dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul dengan menggukan
cetakan baja. Umumnya mengandung zat aktif,
pengisi, pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat
juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna
yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida
yang tidak larut), pengaroma, dan pemanis.
15. 2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
a. Bekerja lokal
Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada
rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada
infeksi di vagina.
b. Bekerja sistemik : per oral.
Yang bekerja short-acting (jangka pendek) :
dalam satu hari memerlukan beberapa kali
menelan obat
Yang bekerja long-acting (jangka panjang) :
dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
delayed action tablet (DAT), repeat action
tablet (RAT)
16. Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif
Cara pembuatannya :
sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama tidak diapa-apakan
kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan
pecah setelah beberapa saat
kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah
lebih lama dari kelompok kedua, dst
Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru
dicetak
Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya
dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet)
Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya
dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga
terbentuk tablet baru.
.
17. 3. Berdasarkan jenis bahan penyalut
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)
disalut dengan gula dari suspensi dalam air
mengandung serbuk yang tidak larut seperti
pati, kalsium karbonat, talk atau titanium
dioksida yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin.
b. tablet salut selaput (film-coated tablet)
Disalut dengan hidroksipropilmetilslulosa,
metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan
campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
18. c. Tablet salut kempa
Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat
lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian
dicetak kembali bersama granulat kelompok lain
sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).
d.Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet
lepas tunda
Jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat
cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa
lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet
melewati lambung.
e.Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet
dengan efek diperanjang
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif
akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
19. 4. Berdasarkan Cara Pemakaian
a. Tablet biasa/tablet telan
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
c. Tablet isap (lozenges,trochisi,pastiles)
d. Tablet larut (effervescent tablet)
e. Tablet implan (pelet)
tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi
hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit
dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian
tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit
kembali. Zat khasiat akan dileoas perlahan-
lahan.
20. f. Tablet hipodermik
tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air,
digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk
injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit
(subkutan).
g. Tablet bukal
digunakan dengan cara menaruh tablet pada dinding
mulut bagian pipi, tablet akan melarut dan akan diserap
melalui mukosa mulut.
h. Tablet sublingual
digunakan dengan cara menaruh tablet di bawah lidah,
tablet akan larut dan akan diserap melalui mukosa
mulut.
i. Tablet vagina (ovula)
22. INFORMASI PENTING DALAM
MENGGUNAKAN TABLET
1. Minum tablet sebelum makan
beberapa antibiotik sebaiknya diminum dalam
keadaan perut kosong, agar obat bekerja optimal. Ex ;
ampisilin dan eritrhomycin
2. Tablet kunyah (chewable tablet)
tablet antasida sebaiknya dikunyah sebelum ditelan
agar kerja obat lebih cepat dalam mengurangi asam
lambung. Ex; promag tab, mylanta tab, antasida doen
3. Tablet kontrasepsi (pil KB)
tablet kontrasepsi harus diminum dalam waktu yg
sama pada waktu tertentu agar interval kerja obat dan
kadar kerja obat menjadi stabil dan dapat
mempertahankan kadar efektif dalam darah
23. INFORMASI PENTING DALAM
MENGGUNAKAN TABLET
4. Tablet sublingualdan tablet bukal
tablet yang dikonsumsi dengan cara meletakkan di
bawah lidah atau diselipkan dipipi
jika obat langsung ditelan, maka obat tidak
memberikan khasiat secara optimum
Ex; isosorbid dinitrat
5. Tablet lepas lambat ( -SR,-OD,-OROS,dll)
Beberapa tablet lepas lambat ditandai dengan nama
tambahan –SR,-OD,-OROS; bahan obat dilepaskan
secara berlahan didalam tubuh
Tablet ini harus ditelan dalam keadaan utuh, tidak
boleh dikunyah atau digerus
24. 6. Tablet effervescent
jenis tablet ini harus dilarutkan didalam air sebelum
diminum. Ex ; redoxon, berroca, supradyn, dll
7. Tidak boleh diminum bersama susu
obat yang mengandung tetrasiklin tidak boleh
diminum bersama susu, karena dapat
menyebabkan terbentuknya senyawa khelat yang
menyebabkan obat tidak berkhasiat
8. Tablet rifampicin
tablet ini dapat menyebabkan urin menjadi coklat
hingga merah
9. Tablet cotrimoxsazole
dapat menyebabkan terbentuknya kristal urin, shg
pasien harus banyak minum air putih untuk
menghindari hal tsb.
25. 1. Granulasi basah
a. Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat,
zat pengisi, dan zat penghancur sampai
homogen,
b. Lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat.
c. Ayak menjadi granul
d. Keringkan dalam lemari pengering pada suhu
40 – 50 0 C.
e. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan.
f. Tambahkan bahan bahan palicin (lubrikan).
g. Cetak dengan mesin cetak
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang
lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding
CARA PEMBUATAN TABLET
26. 2. Granulasi kering/slugging
a. Campurkan zat khasiat, zat pengisi, zat
penghancur, zat pengikat dan zat pelicin hingga
menjadi massa serbuk yang homogen.
b. Kempa pada tekanan tinggi sehingga menjadi
tablet besar (slug)
c. Hancurkan tablet tadi kemudian diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan.
d. Kempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan.
27. Keuntungan granulasi kering :
Tidak diperlukan pemanasan sehingga
cocok untuk zat aktif yang tidak tahan
pemanasan.
alat yang diperlukan lebih sederhana.
Kerugian granulasi kering :
Tablet yang dihasilkan kurang tahan lama
dibandingkan dengan cara granulasi basah.
28. 3. Kempa Langsung
Dilakukan jika :
jumlah zat berkhasiat per tabletnya
cukup untuk dicetak
zat khasiat memiliki sifat alir yang baik.
zat khasiat berbentuk kristal yang sifat
alirnya baik.
Bahan pengisi yang sering digunakan :
selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat.
29. 1. Binding : kerusakan tablet akibat massa yang
akan dicetak melekat pada dinding ruang
cetakan.
2. Sticking/picking : perlekatan yang terjadi
pada punch atas dan bawah akibat permukaan
punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat
pelicin kurang, atau massa basah.
3. Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas
dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol,
sisi-sisi yang berlebihan akan lepas dan
KERUSAKAN TABLET
30. 4. Splitting/capping
Splitting : lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian
tengah.
Capping : memebelahnya tablet di bagian
atas.
Penyebab :
Daya pengikat dalam massa tablet kurang
Massa tablet terlalu banyak fines (serbuk),
terlalu banyak mengandung udara sehingga
setelah dicetak udara akan keluar.
31. Tenaga yang diberikan pada pencetakan
tablet terlalu besar sehingga udara yang
berada di atas massa yang akan dicetak
sukar keluar dan ikut tercetak.
Formulanya tidak sesuai
Die dan punch tidak rata.
5. Mottling : terjadi karena zat warna tersebar tidak
merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh.
Penyebabnya adalah kurang tekanan pada
pencetakan tablet dan kurangnya zat pengikat.
32. Menurut FI III dan FI IV
1. Keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal
tablet.
2. Keragaman bobot dan keseragaman
kandungan.
Keragaman bobot untuk tablet dengan zat aktif
>50 mg.
Keseragaman kandungan unutk tablet dengan
zat aktif <50 mg.
SYARAT-SYARAT TABLET
33. 3. Waktu hancur tablet
4. Kekerasan tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk
mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak
terlalu rapuh dan juga tidak terlalu keras. Alat :
hardness test.
5. Keregasan tablet (friability)
Yaitu persen bobot yang hilang setelah tablet
diguncang.