SlideShare a Scribd company logo
BENTUK SEDIAAN OBAT
PROGRAM TRAINING PERSONEL
TAHUNAN
Agustus 2016
Definisi
• obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia
(Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun
2009)
Penggolongan sediaan Obat
• Bentuk sediaan obat terdiri dari :
– Bentuk sediaan Padat (solid)
– Bentuk sediaan setengah padat (semisolid)
– Bentuk sediaan Liquid
– Bentuk sediaan steril
A. Bentuk Sediaan Padat
• Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Penggolongan Tablet :
– Berdasarkan tujuan penggunaan : tujuan saluran cerna, tujuan dalam
rongga mulut, tablet penggunaan lain
– Berdasarkan Penyalutan : tablet polos/core, tablet salut gula, tablet
salut selaput/film coating
– Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif : pelepasan biasa, pelepasan lambat
atau terkendali, lepas tunda
• Kapsul
Sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat
dengan/tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang
keras atau lunak yang dapat larut.
• Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian
luar. Ada tiga jenis sediaan serbuk yaitu serbuk terbagi (pulveres),
serbuk tak terbagi (pulvis), serbuk tabur (pulvis advesorius).
Tablet dengan Tujuan Saluran Cerna
 Tablet konvensional biasa : Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus
kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi
dengan bahan eksipien.
 Tablet multikempa : Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih
dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas
2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
 Tablet lepas terkendali/lepas lambat : Tablet yang pelepasan zat aktifnya
dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis
awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam
darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.
 Tablet lepas tunda (enterik) : Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda
pada daerah tertentu. Contoh yang paling umum adalah tablet salut
enterik yaitu tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang
tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus
halus.
Tablet dengan Tujuan Saluran Cerna
 Tablet salut selaput/salut film : Tablet kempa yang disalut dengan
salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam
air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
 Tablet salut gula : tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis
lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuan: melindungi zat
aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan
bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
 Tablet effervecent : Tablet kempa yang jika berkontak dengan air
menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus
dilarutkan dalam air baru diminum.
 Tablet kunyah/ chewable : Tablet kempa yang mengandung zat
aktif dan eksipien yang harus dikunyah di mulut sebelum ditelan.
Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak
atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
Tujuan penggunaan di Rongga Mulut
 Tablet Bukal : Tablet kempa biasa berbentuk oval
yang ditempatkan di antara gusi dan pipi.
 Tablet sublingual : Tablet kempa berbentuk pipih
yang diletakkan di bawah lidah.
 Throces / lozenges : bentuk lain dari tablet yang
digunakan dalam rongga mulut. Digunakan untuk
memberikan efek lokal pada mulut dan
tenggorokan. Tablet jenis ini dirancang agar tidak
hancur di dalam mulut tetapi larut perlahan
dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
Tablet penggunaan Lain
Tablet Hipodermik : Tablet cetak/kempa yang
dibuat dari bahan mudah larut/melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan
untuk membuat sediaan injeksi steril dalam
ampul dengan menambahkan pelarut steril .
Tablet berdasarkan Penyalutan
• Tablet inti/core : tablet yang dibuat tanpa proses
penyalutan.
• Tablet Film coating : Tablet yang disalut dengan salut tipis,
bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air
yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Bahan polimer
yang umum digunakan untuk film coating : hidroxypropyl
methyl cellulose, polyvinyl alcohol, methyl cellulose.
• Tablet Sugar Coat : tablet dimana bahan penyalut utamanya
adalah gula.
• Tablet Sugar film coat : tablet yang bahan penyalutnya
terdiri dari lapisan film dan sedikit gula.
• Tablet enteric coat : tablet yang dikempa yang disalut
dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,
reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
Tablet Salut
Tujuan penyalutan tablet :
1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban,
atau cahaya
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak
3. Membuat penampilan lebih baik dan
mengatur tempat pelepasan obat dalam
saluran cerna.
Sediaan Solid
• Berdasarkan cara pelepasannya :
– immediate released : Bentuk sediaan yang dirancang untuk
melepaskan obatnya segera setelah digunakan.
– Modified released : tablet yang bersalut atau tidak
bersalut yang mengandung bahan tambahan tertentu atau
disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah
atau bersamaan yang pelepasan terkendali bertujuan
untukmengendalikan konsentrasi pelepasan bahan obat
untuk memperpanjang secara teratur dan mengefisienkan
efek obat. Ada beberapa jenis pelepasan obat
termodifikasi, diantaranya : extended released, delayed
released, targeted-released, orally disintegrating tablet
(ODT).
Modified released drug product :
• Extended-released : satuan dosis dimana pemberiannya paling
sedikit berkurang dua kalinya dari frekuensi pemberian dosis
dibandingkan dengan obat yang pelepasannya immediate-released.
Contoh pelepasan obat : controlled-release, sustained-release, and
long-acting drug products.
• Delayed-released : satuan dosis dimana pelepasannya memiliki
porsi tersendiri dalam pelepasan obat ada satu waktu atau pada
waktu lain selain pelepasan obat segera setelah administrasi.
Contoh pelepasan obat golonagn ini adalah enteric coated dosage.
• Targeted-released drug product : suatu satuan dosis dimana
melepaskan obat tepat pada atau di sekitar active site obat
tersebut. Pelepasan ini bisa berupa immediate released atau
extended-released.
Komposisi umum dalam sediaan tablet
• Zat aktif (Active Pharmaceutical Ingredients) : acetosal, paracetamol,
metformin HCl, bisoprolol, warfarin, dll
• Pengisi (filler/diluent) : microcrystalline cellulose, starch derivatives, lactose,
calcium phosphate, hydroxypropylmethyl cellulose, calcium silicate,
compressible sugar, fructose, glucose, maltose, magnesium oxide, calcium
carbonate, sorbitol, dll.
• Pengikat (Binder) : polyvinylpirrolidone, xanthan gum, amylum,
hydroxypropylcellulose, gum acasia, HPMC, hydroxypropyl starch, dll.
• Penghancur (Disintegrant) : crospovidone, croscarmellose sodium,
microcrystalline cellulose, low subtituted hydroxypropyl cellulose, sodium
starch glycolate, pregelatinized starch, calcium alginate, CMC sodium, CMC
calcium, dll
• Antifriction agent (lubricant, Glidant, Antiadherent) :
– Lubricant : polywax 4000, polywax 6000, PEG 8000, Sodium lauryl sulfate, sodium
stearyl fumarate, magnesium stearate, calcium stearate, asam stearate, talc
– Glidant : Colloidal silicon dioxide, magnesium trisilicate, hydrophobic colloidal silica,
magnesium silicate, talcum
– Antiadherent : talcum, maize starch, silicon dioxide, d-l-leucine, sodium lauryl
sulfate
• Coloring agent : iron oxides, lakes
• Coating agent : film forming, plasticizer, opacifier, polishing agent, pigment.
• Film forming : polyvinylalcohol, methyl cellulose,
hydroxypropyl cellulose, sucrose, polyvinyl acetate
phtalate
• Opacifier : talcum, titanium dioxide, aluminum stearate,
zinc stearate.
• Coloring agent : Iron Oxide Black, Iron Oxide Yellow, Iron
Oxide Red, FDC. Yellow 5 allake, Yellow 6 allake, Edicol
brown, Tartazine, Carmoisine, dll
• Plasticizer : triethyl citrate, glycerin, propylene glycol,
polyethylene glycol, pyrrolidone, triacetin, tributyl
citrate, triethanolamine.
• Polishing agent : canrauba wax
• Matrix agent untuk modified release tablet : glyceryl
monostearate, cetyl ester wax, glyceryl mono oleate,
guar gum, HPMC, paraffin, ethyl cellulose, xanthan gum,
cetyl alcohol, dll
SEDIAAN KAPSUL
Kapsul
• Kapsul dapat didefinisiakn sebagai bentuk sediaan padat,
dimana satu macam obat atau lebih dan atau bahan innert
lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah
kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai (Howard
C. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi)
• The European Pharmacopoeia (Eur. Ph.) describes capsules
as follows: 'Capsules are solid preparations with hard or soft
shells of various shapes and capacities, usually containing a
single dose of active ingredient.
• Ada dua bentuk :
– Hard Gelatin Capsule (HGC)
– Soft Gelatin Capsule (SGC)
Hard Gelatin Capsule (HGC)
• The hard capsule is also called “two piece” as it
consists of two pieces in the form of small cylinders
closed at one end, the shorter piece is called the “cap”
which fits over the open end of the longer piece, called
the “body”.
• Composition of HGC :
– Gelatin : the major component of the capsules and has
been the material from which they have traditionally been
made.
– Colorant : Color is used principally to identify a product in
all stages of its manufacture and use.
– Wetting Agent : Sodium Lauryl sulfate.
– Preservatives : sodium bisulfite or metabisulfite, sorbic
acid or the methyl propyl esters of para hydroxy-benzoic
acid, and the organic acids, benzoic and propanoic acids.
Hard Gelatin Capsule (HGC)
• Content : Gelatin and Hydroxypropyl methyl cellulose
(alternative), colorant (water soluble dyes or insoluble pigment),
Preservatives (sodium bisulfite, sodium metabisulfite, benzoic
acid, sorbic acid), Surfactant (sodium lauryl sulfate)
• Properties : a significant amount of water that acts as a
plasticizer for the gelatin film and is essential for their function.
The standard moisture content is between 13 % w/w and 16 %
w/w.
• Capsules are readily soluble in water at 37○ C. The most
Pharmacopoeia have set a limit of 37○C ± 1○C for the media for
carrying out disintegration test.
• Types of materials for filling into hard gelatin capsules:
– Dry solids – powders, pellets, granules or tablets
– Semisolids – suspensions or pastes
– Liquids – non-aqueous liquids
Hard Gelatin Capsule
Hard Gelatin Capsule
Hard Gelatin Capsule
Hard Gelatin Capsule
Advantages and Disadvantages
Advantages :
• Capsules mask the taste and odor of unpleasant drugs and can be easily
administered.
• They are attractive in appearance
• They are slippery when moist and, hence, easy to swallow with a draught of water.
• As compared to tablets less adjuncts are required.
• The shells are physiologically inert and easily and quickly digested in the
gastrointestinal tract.
• They are economical
• They are easy to handle and carry.
• The shells can be opacified (with titanium dioxide) or colored, to give protection
from light.
Disadvantages :
• The drugs which are hygroscopic absorb water from the capsule shell making it
brittle and hence are not suitable for filling into capsules.
• The concentrated solutions which require previous dilution are unsuitable for
capsules because if administered as such lead to irritation of stomach.
Soft Gelatin Capsule
• A soft gel (a soft gelatin capsule) is a solid capsule (outer
shell) surrounding a liquid or semisolid center (inner fill).
An active ingredient can be incorporated into the outer
shell, the inner fill, or both.
• Gelatin soft capsules are made from gelatin and water but
with the addition of a polyhydic alcohol, such as glycerol or
sorbitol, to make them flexible. Sorbitol is less
hygroscopic than glycerol. They usually contain a
preservative, such as beta-naphthol.
• Shapes of soft gelatin capsules :
– Spherical – 0.05 -5 ml
– Ovoid – 0.05 - 7 ml
– Cylindrical – 0.15- 25 ml
– Tubes – 0.5 - 0 ml
– Pear shaped – 0.3 - 5ml
Soft Gelatin Capsule
Advantages and Disadvantages
Advantages of soft gel capsules:
– Ease of use - easy to swallow, no taste, unit dose delivery, temper proof.
– Versatile, Accommodates a wide variety of compounds filled as a semisolid,
liquid, gel or paste.
– Wide variety of colors, shapes and sizes
– Immediate or delayed drug delivery-can be used to improve bioavailability by
delivering drug in solution or other absorption enhancing media.
Disadvantages of soft gel capsules:
– Requires special manufacturing equipment
– Stability concerns with highly water soluble compounds, and compounds
susceptible to hydrolysis
– Limited choices of excipients/carriers compatible with the gelatin
Komponen Sediaan Kapsul
• Komponen kapsul
– Zat aktif obat
– Cangkang kapsul
– Zat tambahan
• Bahan pengisi contohnya laktosa, microcrystalline cellulose,
starch.
• Bahan pelicin (magnesium stearat, silicon dioxide, talcum)
• Surfaktan/zat pembasah : sodium stearyl fumarate, sodium
lauryl sulfate.
• Disintegrant : croscarmellose sodium, crospovidone, starch
derivatives.
31
SEDIAAN CAIR
1. Solutiones (larutan)
2. Suspensiones (suspensi)
3. Emulsa (emulsi).
32
KEUNTUNGAN SEDIAAN CAIR:
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan
2. Absorpsi > cepat dibandingkan sediaan oral lain.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat disesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat,
terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi,
keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6. Cocok untuk obat yg mengiritasi mukosa lambung atau
dirusak cairan lambung karena faktor pengenceran. Hal
ini biasanya terjadi pada obat bentuk sediaan padat
33
KERUGIAAN SEDIAAN CAIR:
Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air
obat pahit/baunya tidak enak sukar ditutupi.
Sediaan tidak praktis dibawa
Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kecuali sediaan dosis
tunggal, dan harus menggunakan alat khusus.
Air merupakan media pertumbuhan bakteri dan merupakan
katalis reaksi.
Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus
(sediaan parenteral).
34
SEDIAAN CAIR ORAL
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna
yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
 Macam:
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir :
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut
digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol
90% dengan kadar 5–15%
SEDIAAN CAIR ORAL
• 3. Sirup
Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis.
Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang
mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.
• 4. Guttae (drop)
Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain
dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan
35
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
Sediaan cair yang biasanya
mengandung air, tetapi seringkali
juga pelarut lain, misalnya etanol
untuk penggunaan topikal pada
kulit dan untuk penggunaan topikal
pada mukosa mulut.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
1. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
* Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata.
* Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke permukaan
selaput bening mata.
2. Guttae Nasales (Tetes Hidung)
* Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet.
* Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa.
* Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau
antiseptik.
3. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
* Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/
suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
* Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang
mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang
telinga.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 3. Gargarisma (Gargle)
* Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan
harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik
* Digunakan untuk pencegahan atau pengobataninfeksi
tenggorokan, juga digunakan untuk merawat atau mengubah
faring dan nasofaring dengan menekan udara dari paru-paru
akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan
• 4. Mouthwash (Pencuci mulut)
* Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam
mulut tetapi tidak sampai tenggorokan.
* Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan
mulut dan memperbaiki bau.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 5. Guttae Nasales (Tetes Hidung)
* Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
* Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan
sebagai cairan pembawa.
* Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal
atau antiseptik.
• 6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
* Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/
suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
* Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya
yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat
menempel pada liang telinga.
39
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 7. irigationes (irigasi)
* Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.
* Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral.
• 8. Inhalatoines (Inhalasi)
* Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau
lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung
atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
* Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan ke dalam saluran pernapasan.
* Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga
dapat mencapai bronkioli.
* Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
40
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 9. Epithema (Obat Kompres)
* Cairan yang dipakai untuk endapatkan rasa dingin pada tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose
* Digunakan untuk luka bernanah.
• 10. Lotion
* Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit
(Ansel, 1989; Anonim, 1995).
* Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak
larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi.
* Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air
41
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 11. Linimentum (Liniment)
* Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit.
* Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam
minyak/lemak atau berupa emulsi, yaitu hasil proses
penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila
dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk
42
43
SEDIAAN CAIR REKTAL/VAGINAL
1. Lavament/Clysma/Enema
* Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna
untuk membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik
* Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
atau pembersih feces sebelum operasi.
* Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik,
sedatif, antelmintik, dll.
* Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada
umur dan keadaan penderita.
2. Douche
* Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke
dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat
atau antiseptik.
* Biasanya berupa larutan kental yang diencerkan seperlunya
sebelum digunakan.
44
SEDIAAN INJEKSI (INJECTIONES)
Sediaan steril,
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau
melalui kulit atau selaput lendir.
SYARAT UTAMA
Obat tersebut harus steril dan
disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas.
45
KEUNTUNGAN INJEKSI:
1. Onset cepat.
2. Efek dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan.
5. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau
koma.
46
KERUGIAN SEDIAAN BENTUK
INJEKSI
1. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan.
2. Efek psikologis bagi yang takut disuntik.
3. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat diperbaiki.
4. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli tertentu.
47
SEDIAAN SETENGAH PADAT
Sediaan setengah padat pada umumnya hanya
digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk
keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit.
 Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan
sediaan cair:
1. Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan
memodifikasi basisnya.
2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
3. Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit ditumbuhi
bakteri.
4. Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu.
48
KERUSAKAN PADA SEDIAAN
SETENGAH PADAT:
 Terjadi ketengik terutama untuk sediaan-sediaan dengan
basis lemak tak jenuh.
 Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya.
 Terjadinya perubahan warna.
49
CREMORES (KRIM)
Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
 Umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air
atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air.
 Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan
dengan salep
50
JELLY (GEL)
 Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif
dalam keadaan terlarut lebih encer dari salep, mengandung
sedikit/tidak lilin,
 Digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin
atau sebagai basis bahan obat,
 Umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan
lemak dengan titik leleh rendah.
 Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan
pensuspensi sebagai basis.
51
PASTAE (PASTA)
 Sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 % - 50 %
 Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta:
a. Mengikat cairan sekret lebih baik dari unguentum
b. Lebih melekat pada kulit
52
UNGUENTA (SALEP)
 Sediaan setengah padat dengan konsistensi
menyerupai lemak
 Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan,
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir
 Bahan obat harus larut/terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok.
 Secara umum salep dioleskan tipis-tipis pada
daerah luka dan banyaknya salep yang
digunakan tergantung dari luasnya luka/lesi.
SEDIAAN SEMISOLID
Sediaan Farmasi Steril
• Sediaan farmasi steril adalah
• Persyaratan sediaan steril
– Memeuhi persyaratan steril (bebas dari kontaminasi
mikroorganisme (spora, vegetatif, patogen dan non patogen).
– Bebas partikulat asing
– Bebas dari kontaminasi pirogenik (inc. endotoksin)
– Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi
– Kompatibel jika dicampur dengan sediaan parenteral lain yang
diberikan secara intravena
– Jernih (kecuali sediaan emulsi dan suspensi steril)
– Tonisitas : isotonis, tidak selalu isotonis namun tidak boleh
hipotonis
Parameter Tonisitas
Osmolaritas (mOsmol/L)
> 350 Hipertonis
329 – 350 Agak hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Agak hipotonis
0 – 249 Hipotonis
Sediaan Farmasi Steril
• Berdasarkan volume sediaan steril terbagi
menjadi 2 : Large Volume Parenteral (LVP)
dan Small Volume Parenteral (SVP), sediaan
parenteral bentuk serbuk yang direkonstitusi
(dry injection).
Small Volume Parenteral
• Sediaan parenteral yang berisi larutan injeksi
dengan volume kurang dari 100 mL.
• Digunakan untuk penyuntikan secara
intramuscular (IM), intravena (IV), subkutan
(SC), intradermal.
• Spesifikasi produk jadi : sterilitas, pH,
osmolaritas, volume pengisian, kejernihan
Large Volume Parenteral
• Sediaan injeksi dengan volume larutan injeksi
diatas 100 mL, dan biasanya diberikan secara
intravena (IV).
• Spesifikasi produk jadi : volume pengisian, pH,
sterilitas, partikulat, osmolaritas, Pirogen,
Endotoksin.
Steril
Steril merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh
suatu sediaan farmasi steril.
Steril adalah keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik
vegetatif maupun spora, baik patogen maupun apatogen.
Sterilitas adalah tingkat kesterilan setelah dilakukan proses
sterilisasi
Sterilisasiadalah proses untuk pemusnahan mikroorganisme
Uji Sterilitas
• Tujuan uji sterilitas untuk menetapkan apakah
bahan sesuai monografi farmakope yang harus
steril memenuhi syarat yang berkenaan dengan
uji sterilitas seperti masing-masing monografi.
• Jenis mikroba yang digunakan untuk uji sterilitas :
– Bacillus subtilis (ATCC. No. 6633)
– Candida albicans (ATCC No. 10321)
– Bacteroides vulgatus (ATCC No. 8482)
Uji sterilitas
• Media yang digunakan mempunyai sifat
merangsang pertumbuhan mikroba, yaitu
Fluid Thioglycolate Medium dan/atau
Alternative Thioglycolate Medium, Soybean-
casein digest Medium.
• metode uji sterilitas : Inokulasi langsung ke
dalam media uji dan Teknik penyaringan
membran.
Penafsiran hasil uji Sterilitas
• Tahap I
Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan
atau pertumbuhan pada permukaan pada isi semua wadah
dalam interval waktu tertentu dan pada akhir periode
inkubasi. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka Bahan uji
memenuhi syarat.
• Tahap II
jumlah spesimen yang diuji minimal 2 kali jumlah tahap I. jika
tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji
memenuhi syarat.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, maka bahan yang diuji
tidak memenuhi syarat.
Endotoksin dan Pirogen
• Endotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh
bakteri gram negatif
• Pirogen adalah senyawa yang menyebabkan
kenaikan suhu tubuh akibat penggunaan produk
farmasi yang diberikan secara intravena
• Semua endotoksin bersifat pirogen, tetapi tidak
semua senyawa pirogen itu merupakan endotoksin
• Endotoksin bakteri terdiri dari Lipopolisakarida
(LPS), umumnya terikat pada protein dan fosfolipid.
LPS ini menyusun membran luar bakteri gram negatif.
Efek endotoksin bagi tubuh
•
•
•
•
demam
aktivasi sistem sitokin rusaknya
sel-sel endotelial permeabilitas
pembuluh darah berubah
sehingga menyebabkan turunnya
tekanan darah
dll.
•
Perkembangan regulasi
tentang uji pirogen
„ Bacterial endotoxin test (BET) merupakan
salah satu uji yang penting terhadap produk
parenteral dan alat kesehatan
„ 1912 : uji pirogen dilakukan dengan metode
kelinci (Rabbit test)
„ Digunakan dalam USP XII pada tahun 1942
sampai 40 tahun kemudian
„ 1980 : metode baru diterapkan yaitu
Limulus amoebocyte lysate (LAL) test
LAL TEST
„The
test
dan
Limulus amebocyte lysate (LAL)
adalah uji in vitro untuk deteksi
analisis kuantitatif endotoksin
bakteri.
„ Metode analisis LAL yang dilakukan
mencakup teknik gel-clot dan
turbidimetri kinetik dan kromogenik
(kolorimetri)
Mengapa LAL test?
„Limulus amebocyte lysate (LAL) test
adalah metode alternatif terhadap
rabbit pyrogen test yang difokuskan
pada deteksi senyawa pirogen dalam
produk, untuk menghindari
penggunaan hewan/binatang dalam
percobaan
„Metode lebih akurat
LIMULUS AMEBOCYTE LYSATE
Lisat diperoleh dari amubosit
(Limulus polyphemus)
kepiting landam kuda
„
Penggunaan LAL untuk deteksi endotoksin berawal
dari pengamatan Bang (1956) bahwa infeksi bakteri
gram negatif pada Limulus polyphemus
menyebabkan koagulasi intravaskular yang parah.
„
Th 1964, Levin and Bang kemudian menunjukkan
bahwa penggumpalan itu merupakan hasil reaksi
antara endotoksin dan protein yang dapat
menggumpal dalam amubosit.
„
Limulus polyphemus
(horseshoe crab)
Metode Gel-Clot : prinsip bahwa LAL menggumpal dengan adanya
endotoksin
Metode kinetik turbidimetri : menggunakan kecepatan pembentukan gel
untuk menentukan kandungan endotoksin
Metode Kromogenik : menggunakan substrat kromogenik sintetik, dengan
adanya LAL dan endotoksin, menghasilkan warna kuning dan secara linier
ekuivalen dengan konsentrasi endotoksin yang ada.
Metode LAL yang direkomendasi
„
Penetapan batas endotoksin
„1983 : FDA menentukan batas
endotoksin berdasarkan dosis
maksimum sediaan obat untuk
manusia atau kelinci
„ dan penyesuaian batas endotoksin
untuk semua obat (kecuali intratekal)
kg-1 kg-1
dari 2,5 EU sampai 5,0 EU
Unit
„EU = Endotoxin
„Batas deteksi untuk beberapa produk
diperoleh dari monografi USP atau EP.
Kalau tidak dinyatakan dalam
farmakope, batas endotoksin harus
dihitung dari dosis maksimum manusia
• Rumus menghitung Endotoxin Limit untuk
sediaan LVP :
EL = K/M
„
EL = Endotoxin Limit (EU/mL)
K = konstanta = 5 EU atau IU per kg berat
badan, M = dosis maksimum untuk manusia
per kg per jam.
„ Umumnya dinyatakan sbb :
Batas endotoksin untuk berat badan rata2
70 kg = 350 EU per jam (5 EU kg-1)
Contoh kasus Perhitungan Endotoksin
• Infus Levofloxacin 500 mg / 100 mL diberikan tidak kurang dari 60
menit (1jam). Sekali Vial sudah dibuka, larutan harus segera
digunakan dalam waktu 3 jam untuk mencegah kontaminasi
bakteri.
Perhitungan Endotoxin :
Untuk pasien dewasa dg berat badan 70 kg. Maximum dosage 500
mg/jam = 100 mL/jam. Dimana K = 5 EU/kg
𝐸𝑛𝑑𝑜𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡𝑠 =
𝐾 × 𝐵𝑊
𝑀
𝐸𝑛𝑑𝑜𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡𝑠 =
5 ×70
500
= 0.7 𝐸𝑈/𝑚𝑔
BENTUK_SEDIAAN_OBAT.pptx

More Related Content

Similar to BENTUK_SEDIAAN_OBAT.pptx

Sediaan tablet indah
Sediaan tablet indahSediaan tablet indah
Sediaan tablet indah
IryaIrmayasi
 
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLETTABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
Robby Candra Purnama
 
solida materi 1.pptx
solida materi 1.pptxsolida materi 1.pptx
solida materi 1.pptx
ekasaputri27
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
Zahra Aan
 
Bentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptxBentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptx
NurulMukhlisaAmir1
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
Zahra Aan
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
Zahra Aan
 
TABLET
TABLETTABLET
Tablet
TabletTablet
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptxBENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
ssuserbb0b09
 
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Aulia Mala
 
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuueeFarmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee07051994
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
murianda
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
Surya Amal
 
Kapsul
Kapsul Kapsul
Kapsul
Novalina II
 
Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 107051994
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat4nakmans4
 
Pengertian blangkar
Pengertian blangkarPengertian blangkar
Pengertian blangkar
danihamdani38
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat4nakmans4
 

Similar to BENTUK_SEDIAAN_OBAT.pptx (20)

Sediaan tablet indah
Sediaan tablet indahSediaan tablet indah
Sediaan tablet indah
 
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLETTABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
 
solida materi 1.pptx
solida materi 1.pptxsolida materi 1.pptx
solida materi 1.pptx
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
 
Bentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptxBentuk Sediaan.pptx
Bentuk Sediaan.pptx
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
 
Kk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zrKk 12.tablet zr
Kk 12.tablet zr
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
Tablet
TabletTablet
Tablet
 
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptxBENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
BENTUK SEDIAAN OBAT - SHOFA WIJDAN.pptx
 
Bentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan ObatBentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan Obat
 
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
Memahami dasar dasar-farmakologi_(sediaan_obat)
 
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuueeFarmakologi tugas kel 1 yuhuuee
Farmakologi tugas kel 1 yuhuuee
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Kapsul
Kapsul Kapsul
Kapsul
 
Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1Farmakologi tugas kel 1
Farmakologi tugas kel 1
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat
 
Pengertian blangkar
Pengertian blangkarPengertian blangkar
Pengertian blangkar
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat
 

Recently uploaded

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 

Recently uploaded (20)

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 

BENTUK_SEDIAAN_OBAT.pptx

  • 1. BENTUK SEDIAAN OBAT PROGRAM TRAINING PERSONEL TAHUNAN Agustus 2016
  • 2. Definisi • obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009)
  • 3. Penggolongan sediaan Obat • Bentuk sediaan obat terdiri dari : – Bentuk sediaan Padat (solid) – Bentuk sediaan setengah padat (semisolid) – Bentuk sediaan Liquid – Bentuk sediaan steril
  • 4. A. Bentuk Sediaan Padat • Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Penggolongan Tablet : – Berdasarkan tujuan penggunaan : tujuan saluran cerna, tujuan dalam rongga mulut, tablet penggunaan lain – Berdasarkan Penyalutan : tablet polos/core, tablet salut gula, tablet salut selaput/film coating – Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif : pelepasan biasa, pelepasan lambat atau terkendali, lepas tunda • Kapsul Sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat dengan/tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras atau lunak yang dapat larut. • Serbuk Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Ada tiga jenis sediaan serbuk yaitu serbuk terbagi (pulveres), serbuk tak terbagi (pulvis), serbuk tabur (pulvis advesorius).
  • 5. Tablet dengan Tujuan Saluran Cerna  Tablet konvensional biasa : Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien.  Tablet multikempa : Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.  Tablet lepas terkendali/lepas lambat : Tablet yang pelepasan zat aktifnya dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.  Tablet lepas tunda (enterik) : Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Contoh yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
  • 6. Tablet dengan Tujuan Saluran Cerna  Tablet salut selaput/salut film : Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.  Tablet salut gula : tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.  Tablet effervecent : Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.  Tablet kunyah/ chewable : Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah di mulut sebelum ditelan. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
  • 7. Tujuan penggunaan di Rongga Mulut  Tablet Bukal : Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi.  Tablet sublingual : Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah.  Throces / lozenges : bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut. Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Tablet jenis ini dirancang agar tidak hancur di dalam mulut tetapi larut perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
  • 8. Tablet penggunaan Lain Tablet Hipodermik : Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril .
  • 9. Tablet berdasarkan Penyalutan • Tablet inti/core : tablet yang dibuat tanpa proses penyalutan. • Tablet Film coating : Tablet yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Bahan polimer yang umum digunakan untuk film coating : hidroxypropyl methyl cellulose, polyvinyl alcohol, methyl cellulose. • Tablet Sugar Coat : tablet dimana bahan penyalut utamanya adalah gula. • Tablet Sugar film coat : tablet yang bahan penyalutnya terdiri dari lapisan film dan sedikit gula. • Tablet enteric coat : tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
  • 10. Tablet Salut Tujuan penyalutan tablet : 1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya 2. Menutupi rasa dan bau tidak enak 3. Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
  • 11. Sediaan Solid • Berdasarkan cara pelepasannya : – immediate released : Bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya segera setelah digunakan. – Modified released : tablet yang bersalut atau tidak bersalut yang mengandung bahan tambahan tertentu atau disediakan melalui proses tetentu dengan cara terpisah atau bersamaan yang pelepasan terkendali bertujuan untukmengendalikan konsentrasi pelepasan bahan obat untuk memperpanjang secara teratur dan mengefisienkan efek obat. Ada beberapa jenis pelepasan obat termodifikasi, diantaranya : extended released, delayed released, targeted-released, orally disintegrating tablet (ODT).
  • 12. Modified released drug product : • Extended-released : satuan dosis dimana pemberiannya paling sedikit berkurang dua kalinya dari frekuensi pemberian dosis dibandingkan dengan obat yang pelepasannya immediate-released. Contoh pelepasan obat : controlled-release, sustained-release, and long-acting drug products. • Delayed-released : satuan dosis dimana pelepasannya memiliki porsi tersendiri dalam pelepasan obat ada satu waktu atau pada waktu lain selain pelepasan obat segera setelah administrasi. Contoh pelepasan obat golonagn ini adalah enteric coated dosage. • Targeted-released drug product : suatu satuan dosis dimana melepaskan obat tepat pada atau di sekitar active site obat tersebut. Pelepasan ini bisa berupa immediate released atau extended-released.
  • 13. Komposisi umum dalam sediaan tablet • Zat aktif (Active Pharmaceutical Ingredients) : acetosal, paracetamol, metformin HCl, bisoprolol, warfarin, dll • Pengisi (filler/diluent) : microcrystalline cellulose, starch derivatives, lactose, calcium phosphate, hydroxypropylmethyl cellulose, calcium silicate, compressible sugar, fructose, glucose, maltose, magnesium oxide, calcium carbonate, sorbitol, dll. • Pengikat (Binder) : polyvinylpirrolidone, xanthan gum, amylum, hydroxypropylcellulose, gum acasia, HPMC, hydroxypropyl starch, dll. • Penghancur (Disintegrant) : crospovidone, croscarmellose sodium, microcrystalline cellulose, low subtituted hydroxypropyl cellulose, sodium starch glycolate, pregelatinized starch, calcium alginate, CMC sodium, CMC calcium, dll • Antifriction agent (lubricant, Glidant, Antiadherent) : – Lubricant : polywax 4000, polywax 6000, PEG 8000, Sodium lauryl sulfate, sodium stearyl fumarate, magnesium stearate, calcium stearate, asam stearate, talc – Glidant : Colloidal silicon dioxide, magnesium trisilicate, hydrophobic colloidal silica, magnesium silicate, talcum – Antiadherent : talcum, maize starch, silicon dioxide, d-l-leucine, sodium lauryl sulfate • Coloring agent : iron oxides, lakes • Coating agent : film forming, plasticizer, opacifier, polishing agent, pigment.
  • 14. • Film forming : polyvinylalcohol, methyl cellulose, hydroxypropyl cellulose, sucrose, polyvinyl acetate phtalate • Opacifier : talcum, titanium dioxide, aluminum stearate, zinc stearate. • Coloring agent : Iron Oxide Black, Iron Oxide Yellow, Iron Oxide Red, FDC. Yellow 5 allake, Yellow 6 allake, Edicol brown, Tartazine, Carmoisine, dll • Plasticizer : triethyl citrate, glycerin, propylene glycol, polyethylene glycol, pyrrolidone, triacetin, tributyl citrate, triethanolamine. • Polishing agent : canrauba wax • Matrix agent untuk modified release tablet : glyceryl monostearate, cetyl ester wax, glyceryl mono oleate, guar gum, HPMC, paraffin, ethyl cellulose, xanthan gum, cetyl alcohol, dll
  • 16. Kapsul • Kapsul dapat didefinisiakn sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan atau bahan innert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai (Howard C. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi) • The European Pharmacopoeia (Eur. Ph.) describes capsules as follows: 'Capsules are solid preparations with hard or soft shells of various shapes and capacities, usually containing a single dose of active ingredient. • Ada dua bentuk : – Hard Gelatin Capsule (HGC) – Soft Gelatin Capsule (SGC)
  • 17. Hard Gelatin Capsule (HGC) • The hard capsule is also called “two piece” as it consists of two pieces in the form of small cylinders closed at one end, the shorter piece is called the “cap” which fits over the open end of the longer piece, called the “body”. • Composition of HGC : – Gelatin : the major component of the capsules and has been the material from which they have traditionally been made. – Colorant : Color is used principally to identify a product in all stages of its manufacture and use. – Wetting Agent : Sodium Lauryl sulfate. – Preservatives : sodium bisulfite or metabisulfite, sorbic acid or the methyl propyl esters of para hydroxy-benzoic acid, and the organic acids, benzoic and propanoic acids.
  • 18. Hard Gelatin Capsule (HGC) • Content : Gelatin and Hydroxypropyl methyl cellulose (alternative), colorant (water soluble dyes or insoluble pigment), Preservatives (sodium bisulfite, sodium metabisulfite, benzoic acid, sorbic acid), Surfactant (sodium lauryl sulfate) • Properties : a significant amount of water that acts as a plasticizer for the gelatin film and is essential for their function. The standard moisture content is between 13 % w/w and 16 % w/w. • Capsules are readily soluble in water at 37○ C. The most Pharmacopoeia have set a limit of 37○C ± 1○C for the media for carrying out disintegration test. • Types of materials for filling into hard gelatin capsules: – Dry solids – powders, pellets, granules or tablets – Semisolids – suspensions or pastes – Liquids – non-aqueous liquids
  • 19.
  • 23. Hard Gelatin Capsule Advantages and Disadvantages Advantages : • Capsules mask the taste and odor of unpleasant drugs and can be easily administered. • They are attractive in appearance • They are slippery when moist and, hence, easy to swallow with a draught of water. • As compared to tablets less adjuncts are required. • The shells are physiologically inert and easily and quickly digested in the gastrointestinal tract. • They are economical • They are easy to handle and carry. • The shells can be opacified (with titanium dioxide) or colored, to give protection from light. Disadvantages : • The drugs which are hygroscopic absorb water from the capsule shell making it brittle and hence are not suitable for filling into capsules. • The concentrated solutions which require previous dilution are unsuitable for capsules because if administered as such lead to irritation of stomach.
  • 24. Soft Gelatin Capsule • A soft gel (a soft gelatin capsule) is a solid capsule (outer shell) surrounding a liquid or semisolid center (inner fill). An active ingredient can be incorporated into the outer shell, the inner fill, or both. • Gelatin soft capsules are made from gelatin and water but with the addition of a polyhydic alcohol, such as glycerol or sorbitol, to make them flexible. Sorbitol is less hygroscopic than glycerol. They usually contain a preservative, such as beta-naphthol. • Shapes of soft gelatin capsules : – Spherical – 0.05 -5 ml – Ovoid – 0.05 - 7 ml – Cylindrical – 0.15- 25 ml – Tubes – 0.5 - 0 ml – Pear shaped – 0.3 - 5ml
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. Soft Gelatin Capsule Advantages and Disadvantages Advantages of soft gel capsules: – Ease of use - easy to swallow, no taste, unit dose delivery, temper proof. – Versatile, Accommodates a wide variety of compounds filled as a semisolid, liquid, gel or paste. – Wide variety of colors, shapes and sizes – Immediate or delayed drug delivery-can be used to improve bioavailability by delivering drug in solution or other absorption enhancing media. Disadvantages of soft gel capsules: – Requires special manufacturing equipment – Stability concerns with highly water soluble compounds, and compounds susceptible to hydrolysis – Limited choices of excipients/carriers compatible with the gelatin
  • 29.
  • 30. Komponen Sediaan Kapsul • Komponen kapsul – Zat aktif obat – Cangkang kapsul – Zat tambahan • Bahan pengisi contohnya laktosa, microcrystalline cellulose, starch. • Bahan pelicin (magnesium stearat, silicon dioxide, talcum) • Surfaktan/zat pembasah : sodium stearyl fumarate, sodium lauryl sulfate. • Disintegrant : croscarmellose sodium, crospovidone, starch derivatives.
  • 31. 31 SEDIAAN CAIR 1. Solutiones (larutan) 2. Suspensiones (suspensi) 3. Emulsa (emulsi).
  • 32. 32 KEUNTUNGAN SEDIAAN CAIR: 1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan 2. Absorpsi > cepat dibandingkan sediaan oral lain. 3. Homogenitas lebih terjamin. 4. Dosis/takaran dapat disesuaikan 5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat, terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan 6. Cocok untuk obat yg mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan lambung karena faktor pengenceran. Hal ini biasanya terjadi pada obat bentuk sediaan padat
  • 33. 33 KERUGIAAN SEDIAAN CAIR: Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air obat pahit/baunya tidak enak sukar ditutupi. Sediaan tidak praktis dibawa Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus. Air merupakan media pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi. Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus (sediaan parenteral).
  • 34. 34 SEDIAAN CAIR ORAL Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.  Macam: 1. Potiones (obat minum) 2. Elixir : Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol 90% dengan kadar 5–15%
  • 35. SEDIAAN CAIR ORAL • 3. Sirup Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis. Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%. • 4. Guttae (drop) Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan 35
  • 36. SEDIAAN CAIR TOPIKAL Sediaan cair yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.
  • 37. SEDIAAN CAIR TOPIKAL 1. Guttae ophthalmicae (tetes mata) * Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata. * Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke permukaan selaput bening mata. 2. Guttae Nasales (Tetes Hidung) * Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. * Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa. * Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik. 3. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga) * Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/ suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga. * Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga.
  • 38. SEDIAAN CAIR TOPIKAL • 3. Gargarisma (Gargle) * Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik * Digunakan untuk pencegahan atau pengobataninfeksi tenggorokan, juga digunakan untuk merawat atau mengubah faring dan nasofaring dengan menekan udara dari paru-paru akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan • 4. Mouthwash (Pencuci mulut) * Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut tetapi tidak sampai tenggorokan. * Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan mulut dan memperbaiki bau.
  • 39. SEDIAAN CAIR TOPIKAL • 5. Guttae Nasales (Tetes Hidung) * Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. * Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa. * Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik. • 6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga) * Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/ suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga. * Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga. 39
  • 40. SEDIAAN CAIR TOPIKAL • 7. irigationes (irigasi) * Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh. * Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral. • 8. Inhalatoines (Inhalasi) * Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. * Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan ke dalam saluran pernapasan. * Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkioli. * Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas. 40
  • 41. SEDIAAN CAIR TOPIKAL • 9. Epithema (Obat Kompres) * Cairan yang dipakai untuk endapatkan rasa dingin pada tempat- tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose * Digunakan untuk luka bernanah. • 10. Lotion * Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit (Ansel, 1989; Anonim, 1995). * Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. * Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air 41
  • 42. SEDIAAN CAIR TOPIKAL • 11. Linimentum (Liniment) * Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit. * Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak/lemak atau berupa emulsi, yaitu hasil proses penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk 42
  • 43. 43 SEDIAAN CAIR REKTAL/VAGINAL 1. Lavament/Clysma/Enema * Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna untuk membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik * Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi. * Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik, sedatif, antelmintik, dll. * Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada umur dan keadaan penderita. 2. Douche * Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. * Biasanya berupa larutan kental yang diencerkan seperlunya sebelum digunakan.
  • 44. 44 SEDIAAN INJEKSI (INJECTIONES) Sediaan steril, berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. SYARAT UTAMA Obat tersebut harus steril dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
  • 45. 45 KEUNTUNGAN INJEKSI: 1. Onset cepat. 2. Efek dapat diramalkan dengan pasti. 3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna. 4. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan. 5. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau koma.
  • 46. 46 KERUGIAN SEDIAAN BENTUK INJEKSI 1. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan. 2. Efek psikologis bagi yang takut disuntik. 3. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat diperbaiki. 4. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli tertentu.
  • 47. 47 SEDIAAN SETENGAH PADAT Sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit.  Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair: 1. Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan memodifikasi basisnya. 2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama. 3. Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit ditumbuhi bakteri. 4. Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu.
  • 48. 48 KERUSAKAN PADA SEDIAAN SETENGAH PADAT:  Terjadi ketengik terutama untuk sediaan-sediaan dengan basis lemak tak jenuh.  Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya.  Terjadinya perubahan warna.
  • 49. 49 CREMORES (KRIM) Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.  Umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air.  Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan dengan salep
  • 50. 50 JELLY (GEL)  Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin,  Digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat,  Umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh rendah.  Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.
  • 51. 51 PASTAE (PASTA)  Sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.  Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.  Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.  Mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 % - 50 %  Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta: a. Mengikat cairan sekret lebih baik dari unguentum b. Lebih melekat pada kulit
  • 52. 52 UNGUENTA (SALEP)  Sediaan setengah padat dengan konsistensi menyerupai lemak  Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan, ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir  Bahan obat harus larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.  Secara umum salep dioleskan tipis-tipis pada daerah luka dan banyaknya salep yang digunakan tergantung dari luasnya luka/lesi.
  • 54. Sediaan Farmasi Steril • Sediaan farmasi steril adalah • Persyaratan sediaan steril – Memeuhi persyaratan steril (bebas dari kontaminasi mikroorganisme (spora, vegetatif, patogen dan non patogen). – Bebas partikulat asing – Bebas dari kontaminasi pirogenik (inc. endotoksin) – Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi – Kompatibel jika dicampur dengan sediaan parenteral lain yang diberikan secara intravena – Jernih (kecuali sediaan emulsi dan suspensi steril) – Tonisitas : isotonis, tidak selalu isotonis namun tidak boleh hipotonis
  • 55. Parameter Tonisitas Osmolaritas (mOsmol/L) > 350 Hipertonis 329 – 350 Agak hipertonis 270 – 328 Isotonis 250 – 269 Agak hipotonis 0 – 249 Hipotonis
  • 56. Sediaan Farmasi Steril • Berdasarkan volume sediaan steril terbagi menjadi 2 : Large Volume Parenteral (LVP) dan Small Volume Parenteral (SVP), sediaan parenteral bentuk serbuk yang direkonstitusi (dry injection).
  • 57. Small Volume Parenteral • Sediaan parenteral yang berisi larutan injeksi dengan volume kurang dari 100 mL. • Digunakan untuk penyuntikan secara intramuscular (IM), intravena (IV), subkutan (SC), intradermal. • Spesifikasi produk jadi : sterilitas, pH, osmolaritas, volume pengisian, kejernihan
  • 58. Large Volume Parenteral • Sediaan injeksi dengan volume larutan injeksi diatas 100 mL, dan biasanya diberikan secara intravena (IV). • Spesifikasi produk jadi : volume pengisian, pH, sterilitas, partikulat, osmolaritas, Pirogen, Endotoksin.
  • 59. Steril Steril merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi steril. Steril adalah keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik vegetatif maupun spora, baik patogen maupun apatogen. Sterilitas adalah tingkat kesterilan setelah dilakukan proses sterilisasi Sterilisasiadalah proses untuk pemusnahan mikroorganisme
  • 60. Uji Sterilitas • Tujuan uji sterilitas untuk menetapkan apakah bahan sesuai monografi farmakope yang harus steril memenuhi syarat yang berkenaan dengan uji sterilitas seperti masing-masing monografi. • Jenis mikroba yang digunakan untuk uji sterilitas : – Bacillus subtilis (ATCC. No. 6633) – Candida albicans (ATCC No. 10321) – Bacteroides vulgatus (ATCC No. 8482)
  • 61. Uji sterilitas • Media yang digunakan mempunyai sifat merangsang pertumbuhan mikroba, yaitu Fluid Thioglycolate Medium dan/atau Alternative Thioglycolate Medium, Soybean- casein digest Medium. • metode uji sterilitas : Inokulasi langsung ke dalam media uji dan Teknik penyaringan membran.
  • 62. Penafsiran hasil uji Sterilitas • Tahap I Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan pada isi semua wadah dalam interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka Bahan uji memenuhi syarat. • Tahap II jumlah spesimen yang diuji minimal 2 kali jumlah tahap I. jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, maka bahan yang diuji tidak memenuhi syarat.
  • 63. Endotoksin dan Pirogen • Endotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif • Pirogen adalah senyawa yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh akibat penggunaan produk farmasi yang diberikan secara intravena • Semua endotoksin bersifat pirogen, tetapi tidak semua senyawa pirogen itu merupakan endotoksin • Endotoksin bakteri terdiri dari Lipopolisakarida (LPS), umumnya terikat pada protein dan fosfolipid. LPS ini menyusun membran luar bakteri gram negatif.
  • 64. Efek endotoksin bagi tubuh • • • • demam aktivasi sistem sitokin rusaknya sel-sel endotelial permeabilitas pembuluh darah berubah sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah dll. •
  • 65. Perkembangan regulasi tentang uji pirogen „ Bacterial endotoxin test (BET) merupakan salah satu uji yang penting terhadap produk parenteral dan alat kesehatan „ 1912 : uji pirogen dilakukan dengan metode kelinci (Rabbit test) „ Digunakan dalam USP XII pada tahun 1942 sampai 40 tahun kemudian „ 1980 : metode baru diterapkan yaitu Limulus amoebocyte lysate (LAL) test
  • 66. LAL TEST „The test dan Limulus amebocyte lysate (LAL) adalah uji in vitro untuk deteksi analisis kuantitatif endotoksin bakteri. „ Metode analisis LAL yang dilakukan mencakup teknik gel-clot dan turbidimetri kinetik dan kromogenik (kolorimetri)
  • 67. Mengapa LAL test? „Limulus amebocyte lysate (LAL) test adalah metode alternatif terhadap rabbit pyrogen test yang difokuskan pada deteksi senyawa pirogen dalam produk, untuk menghindari penggunaan hewan/binatang dalam percobaan „Metode lebih akurat
  • 68. LIMULUS AMEBOCYTE LYSATE Lisat diperoleh dari amubosit (Limulus polyphemus) kepiting landam kuda „ Penggunaan LAL untuk deteksi endotoksin berawal dari pengamatan Bang (1956) bahwa infeksi bakteri gram negatif pada Limulus polyphemus menyebabkan koagulasi intravaskular yang parah. „ Th 1964, Levin and Bang kemudian menunjukkan bahwa penggumpalan itu merupakan hasil reaksi antara endotoksin dan protein yang dapat menggumpal dalam amubosit. „
  • 70. Metode Gel-Clot : prinsip bahwa LAL menggumpal dengan adanya endotoksin Metode kinetik turbidimetri : menggunakan kecepatan pembentukan gel untuk menentukan kandungan endotoksin Metode Kromogenik : menggunakan substrat kromogenik sintetik, dengan adanya LAL dan endotoksin, menghasilkan warna kuning dan secara linier ekuivalen dengan konsentrasi endotoksin yang ada. Metode LAL yang direkomendasi „
  • 71. Penetapan batas endotoksin „1983 : FDA menentukan batas endotoksin berdasarkan dosis maksimum sediaan obat untuk manusia atau kelinci „ dan penyesuaian batas endotoksin untuk semua obat (kecuali intratekal) kg-1 kg-1 dari 2,5 EU sampai 5,0 EU Unit „EU = Endotoxin
  • 72. „Batas deteksi untuk beberapa produk diperoleh dari monografi USP atau EP. Kalau tidak dinyatakan dalam farmakope, batas endotoksin harus dihitung dari dosis maksimum manusia
  • 73. • Rumus menghitung Endotoxin Limit untuk sediaan LVP : EL = K/M „ EL = Endotoxin Limit (EU/mL) K = konstanta = 5 EU atau IU per kg berat badan, M = dosis maksimum untuk manusia per kg per jam. „ Umumnya dinyatakan sbb : Batas endotoksin untuk berat badan rata2 70 kg = 350 EU per jam (5 EU kg-1)
  • 74. Contoh kasus Perhitungan Endotoksin • Infus Levofloxacin 500 mg / 100 mL diberikan tidak kurang dari 60 menit (1jam). Sekali Vial sudah dibuka, larutan harus segera digunakan dalam waktu 3 jam untuk mencegah kontaminasi bakteri. Perhitungan Endotoxin : Untuk pasien dewasa dg berat badan 70 kg. Maximum dosage 500 mg/jam = 100 mL/jam. Dimana K = 5 EU/kg 𝐸𝑛𝑑𝑜𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡𝑠 = 𝐾 × 𝐵𝑊 𝑀 𝐸𝑛𝑑𝑜𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡𝑠 = 5 ×70 500 = 0.7 𝐸𝑈/𝑚𝑔