SlideShare a Scribd company logo
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia 
Pertama kali dilakukan penaksiran jumlah penduduk di Indonesia dilakukan 
pada tahun 1985 dan itupun hnya sebatas Pulu Jawa dengan taksiran 4,5 juta jiwa. 
Kemudian pada tahun 1930, perkiraan akan jumlah penduduk Indonesia dilakukan 
dengan cukup layak dan dipercaya. Pada waktu itu, penduduk Indonesia 
diperkiraan sekitar 60,73 juta jiwa, di antaranya 41,82 juta jiwa (68,86 persen) 
merupakan penduduk Pulau Jawa. Penduduk Indonesia terus tumbuh dengan laju 
sekitar 2 persen tiap tahunnya. Oleh World Development Report, pertengahan 
tahun 1993, jumlah penduduk Indonesia ditaksir mencapai 187 juta jiwa. Pada 
tahun 2000 jumlah penduuk Indonesia diperkirakan mencapai bilangan sekitar 
205-206 juta jiwa. 
Masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu 
berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel 
lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. 
Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran; komposisi; kepadatan; dan 
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat 
pendapatan; kesehatan dan pendidikn. 
Indonesia bukan saja memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar, tetapi 
juga menghadapi masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dan tingginya 
laju pertumbuhan penduduk. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk 
tinggal di daerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk 
bermukim di Pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk inilah yang 
menimbulkan msalah urbanisasi. Arus urbanisasi yang tinggi kemudian 
menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, seperti penyediaan lapangan 
kerja; pemukiman; kriminalitas; dan masalah-masalah sosial lainnya.
4 
Tabel 1.1 
Distribusi Penduduk Indonesia Menurut Publikasi BPS Pada Bulan Agustus 2010 
Pulau Persentase 
Pulau Jawa 57,49% 
Pulau Sumatra 21,31% 
Pulau Sulawesi 7,31% 
Pulau Kalimantan 5,80% 
Bali dan Nusa Tenggara 5,50% 
Papua dan Maluku 2,60% 
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010 
Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, skitar 57,49 persen 
penduduk Indonesia bermukim di Pulau jawa yang luasnya hanya 7 persen dari 
luas wilayah seluruh Indonesia. Hal ini membuat Pulau Jawa menjadi pulau 
dengan kepadatan penduduk tertinggi di tanah air. 
Dalam perspektif jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki Indonesia 
sebanyak 119 630 913 jiwa dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa. Seks 
Rasio adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks 
Rasio menurut provinsi, yang terendah adalah 94 di Provinsi NTB dan tertinggi 
adalah 113 di Provinsi Papua. Seks Rasio nasional pada kelompok umur 0-4 
sebesar 106, umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 
64 berkisar antara 93 sampai dengan 109, dan umur 65+ sebesar 81. 
Tabel 1.2 
Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Provinsi 
Provinsi 
Laju Pertumbuhan 
Penduduk 
Kepadatan Penduduk 
2000-2010 2010 
Aceh 2,36 4.494.410 
Sumatera Utara 1,10 12.982.204 
Sumatera Barat 1,34 4.846.909 
Riau 3,58 5.538.367 
Jambi 2,56 3.092.265 
Sumatera Selatan 1,85 7.450.394 
Bengkulu 1,67 1.715.518 
Lampung 1,24 7.608.405 
Kepulauan Bangka Belitung 3,14 1.223.296 
Kepulauan Riau 4,95 1.679.163 
DKI Jakarta 1,41 9.607.787 
Jawa Barat 1,90 43.053.732 
Jawa Tengah 0,37 32.382.657 
DI Yogyakarta 1,04 3.457.491
5 
Jawa Timur 0,76 37.476.757 
Banten 2,78 10.632.166 
Bali 2,15 3.890.757 
Nusa Tenggara Barat 1,17 4.500.212 
Nusa Tenggara Timur 2,07 4.683.827 
Kalimantan Barat 0,91 4.395.983 
Kalimantan Tengah 1,79 2.212.089 
Kalimantan Selatan 1,99 3.626.616 
Kalimantan Timur 3,81 3.553.143 
Sulawesi Utara 1,28 2.270.596 
Sulawesi Tengah 1,95 2.635.009 
Sulawesi Selatan 1,17 8.034.776 
Sulawesi Tenggara 2,08 2.232.586 
Gorontalo 2,26 1.040.164 
Sulawesi Barat 2,68 1.158.651 
Maluku 2,80 1.533.506 
Maluku Utara 2,47 1.038.087 
Papua Barat 3,71 760.422 
Papua 5,39 2.833.381 
INDONESIA 1,49 237.641.326 
Catatan : Tidak Termasuk Timor Timur, Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, 
Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju) 
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus 
(SUPAS) 1995 (www.bps.go.id) 
Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah 
Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah 
ialah Provinsi Papua Barat. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan 
laju pertumbuhan penduduk terendah, rata-rata 0,37 persen pertahun untuk kurun 
waktu 2000-2010, tetapi kepadatannya menempati urutan ketiga tertinggi setelah 
Jawa Barat dan Jawa Timur. 
Mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut, sudah sejak lama 
transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan mengenai hal itu 
merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan. Masih 
berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga berencana 
juga sama pentingnya 
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan 
urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 
43.053.732 orang, 37.476.757 orang, dan 32.382.657 orang. Sedangkan Provinsi
6 
Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Pulau 
Jawa, yaitu sebanyak 12.982.204 orang. 
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang 
per km². Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI 
Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km². Provinsi yang paling rendah tingkat 
kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per 
km². 
2.2 Karakteristik Kependudukan Indonesia 
Penduduk dapat dikelompokkan menurut karakteristik tertentu. 
Pengelompokkan penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur 
dan jenis kelamin), sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi 
(lapangan usaha serta status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal). 
Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik umur, penduduk Indonesia 
didominasi oleh kelompok usia produktif (penduduk usia 15-59 tahun), yaitu 
sekitar 65,03 persen. Disusul oleh kelompok usia muda (0-14 tahun) sebesar 30,43 
persen dan kelompok usia tua (diatas 65 tahun) sebesar 4,54 persen. Pada hasil SP 
2010, kondisi tersebut tidak berubah, tetapi proporsi penduduk kelompok usia 
muda mengalami penurunan. Sedangkan proporsi penduduk kelompok usia 
produktif dan tua mengalami peningkatan, kemudian hasil SP 2000 juga 
menunjukkan umur median penduduk Indonesia adalah 23,78 tahun dan 
mengalami peningkatan pada SP 2010 menjadi 27,2 tahun. Dengan demikian, 
penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagai penduduk intermediate, yaitu 
transisi dari penduduk muda ke penduduk tua. 
Peningkatan proporsi penduduk usia produktif di Indonesia sebenarnya akan 
menguntungkan secara ekonomi. Sebab penurunan proporsi kelompok penduduk 
usia muda akan mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, 
sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan 
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, kondisi ini hanya bisa 
dimanfaatkan jika diiringi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, 
peningkatan peran perempuan dalam aktivitas ekonomi, peningkatan tabungan 
masyarakat, dan perbaikan kualitas sumber daya manusia.
7 
Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik jenis kelamin, proporsi 
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Hal ini 
ditunjukan dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,6. Lalu, rasio ini menurun 
menjadi 101 menurut hasil SP 2010. Ini menunjukkan proporsi penduduk laki-laki 
dan perempuan menjadi hampir seimbang. 
Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik status perkawinan, 
Indonesia didominasi oleh penduduk berusia 10 tahun keatas dengan status kawin. 
Selanjutnya, proporsi status penduduk laki-laki belum kawin lebih tinggi 
dibandingkan dengan perempuan. Biasanya hal ini terjadi karena laki-laki ingin 
meneruskan pendidikan ke tingkatan lebih lanjut atau baru mulai bekerja sehingga 
menunda perkawinan. Ini terjadi karena laki-laki berperan sebagai kepala keluarga 
yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga sebelum 
memasuki jenjang perkawinan mereka harus terlebih dahulu mapan secara 
ekonomi. 
Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi 
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan 
karena laki-laki yang bercerai atau ditinggal mati oleh istrinya lebih cepat 
melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Proporsi penduduk 
dengan status cerai hidup lebih didominasi oleh perempuan. Ini menunjukkan 
sejalan dengan peningkatan kesadaran akan hak-haknya, perempuan lebih berani 
untuk menggugat cerai suaminya. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan 
oleh SP 2010. 
Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik tingkat pendidikan 
tertinggi yang ditamatkan, Indonesia didominasi oleh penduduk usia lima tahun 
ke atas yang tidak/ belum tamat SD (35,4 persen), disusul oleh penduduk dengan 
tingkat pendidikan SD (34,22 persen). Angka penduduk yang tidak/belum tamat 
SD bersumber dari penduduk di pedesaan 69,24 persen dan juga berasal dari 
penduduk perempuan (53%). Sedangkan angka penduduk dengan tingkat 
pendidikan SD bersumber dari penduduk di pedesaan 64,42 persen dan juga 
berasal dari penduduk perempuan 51 persen. Ini menunjukkan bahwa kualitas 
sumber daya manusia di Indonesia masih sangat rendah. Selain itu, pemerintah
8 
wajib memberikan perhatian khusus kepada tingkat pendidikan penduduk di 
pedesaan dan tingkat pendidikan perempuan. 
Tabel 1.3 
Jumlah Penduduk Indonesia menurut Umur dan Jenis Kelamin, 
(x 1000) 
Kel. Umur Laki-laki 
Perempuan 
Laki-laki 
& Perempuan Rasio Jenis Kelamin 
0-4 10188,7 9832,7 20021,4 104 
5-9 11157,3 10788,9 21946,2 103 
10-14 10824,1 10413,9 21238,0 104 
15-19 10652,3 10611,7 21264,0 100 
20-24 9759,0 10333,2 20092,2 94 
25-29 9135,4 9596,1 18731,5 95 
30-34 8455,4 8507,0 16962,4 99 
35-39 7537,0 7454,4 14991,4 101 
40-44 6495,3 6143,6 12638,9 106 
45-49 5170,3 4689,9 9860,2 110 
50-54 3880,6 3625,7 7506,3 107 
55-59 2995,3 2941,5 5936,8 102 
60-64 2481,5 2592,1 5073,6 96 
65-69 1810,6 2012,2 3822,8 90 
70-74 1267,6 1392,3 2659,9 91 
75+ 1369,2 1728,2 3097,4 79 
Jumlah 103179,9 102663,4 205843,3 101 
Sumber: SP2000, BPS 2005, (Data Dirapihkan) 
Hasil SP 2010 menunjukkan terjadi penurunan proporsi penduduk 
tidak/belum tamat SD, sehingga penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk 
dengan tingkat pendidikan SD. Selain itu, terjadi peningkatan cukup besar di 
jenjang pendidikan lainnya. Ini menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas 
sumber daya manusia di Indonesia menuju arah yang lebih baik. 
Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik persebaran penduduk, 
58,83 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang hanya 6,75 persen 
dari luas wilayah Indonesia. Dan disusul oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen, 
Sulawesi 7,25 persen, Kalimantan 5,49 persen, Nusa Tenggara 5,39 persen, serta 
Maluku dan Papua 2,04 persen. Pada SP 2010 persebaran penduduk Indonesia 
tidak banyak mengalami perubahan. Ini menunjukkan terjadi konsentrasi 
penduduk dan aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Pulau Jawa. Hal ini cukup 
mengkhawatirkan, jika mengingat bahwa daya dukung lingkungan (ketersediaan 
lahan dan air) di Pulau Jawa yang semakin terbatas. Terjadi kenaikan jumlah
penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan dari 42 persen pada SP 2000 
menjadi 49,1 persen pada SP 2010. Ini menunjukkan terjadinya proses urbanisasi, 
baik dalam arti perpindahan penduduk dari desa ke kota dan atau perubahan status 
pedesaan menjadi perkotaan. 
9 
Pengelompokkan penduduk berdasarkan karakteristik tertentu sangat 
berguna untuk berbagai tujuan. Pertama, untuk mengetahui kondisi sumber daya 
manusia. Kedua, untuk mengembangkan suatu kebijakan. Ketiga, untuk 
menyediakan prasarana dan sarana. Keempat, untuk membandingkan keadaan 
suatu penduduk dengan penduduk lainnya. Kelima, untuk mengetahui proses 
demografi yang terjadi. 
2.3 Ketenagakerjaan 
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan, 
yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang baik 
laki-laki maupun wanita yang sedang, dalam, dan atau akan melakukan suatu 
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan 
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Batas usia kerja yang dianut oleh 
Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Sedangkan batas 
usia menurut Bank Dunia adalah 15 tahun hingga 64 tahun. Masalah kontemporer 
ketenagakerjaan Indonesia saat ini adalah: 
1. Tingginya jumlah pengangguran 
2. Rendahnya tingkat pendidikan 
3. Minimnya perlindungan hokum 
4. Upah kurang layak 
2.3.1 Konsep dan Definisi 
Tenaga kerja (manpower) dibagi menjadi dua kelompok yakni angkatan 
kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah 
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai 
pekerjaan namun sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. 
Sedangkan bukan angkatan kerja (bukan termasuk angkatan kerja) ialah tenaga 
kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan, dan tidak mencari pekerjaan, seperti orang-orang yang kegiatannya 
bersekolah, mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta 
menerima pendapatan tapi bukan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, 
penderita cacat yang dependen). 
Berikut ini adalah jenis-jenis pengangguran: 
1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) 
Adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya 
kendala waktu, informsmasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan 
pembuka lamaran kerja. 
10 
2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) 
Adalah keadaan dimana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak 
mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pembuka lapangan kerja. 
3. Pengagguran Musiman (Seasonal Unemployment) 
Adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka 
pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. 
4. Pengangguran Siklikal 
Adalah pengangguran yang menganggur akibat ibas naik turunya siklus 
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari penawaran kerja. 
Tingkat pengangguran dihitung dengan cara membagi jumlah penganggur 
terhadap jumlah angkatan kerja, kemudian dikalikan seratus persen. Sedangkan 
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan hasil bagi jumlah 
angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja lalu dikalikan seratus persen. 
2.3.2 Angkatan Kerja Indonesia 
Sekitar 80% penduduk Indonesia masuk dalam batas usia kerja, dengan 
kata lain 20% penduduk tidak tergolong sebagai tenaga kerja. Pada bulan Agustus 
2013 jumlah angkatan kerja berjumlah 118,2 juta orang, berkurang sebanyak 3,0 
juta orang dibandingkan angkatan kerja Februari 2013 yang mencapai angka 
121,2 juta orang. Hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut.
11 
Tabel 1.4 
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan 2012-2013 
(Juta Orang) 
Jenis Kegiatan 2012 2013 
Februari Agustus Februari Agustus 
(1) (2) (3) (4) (5) 
1 Angkatan Kerja 120,41 118,05 121,19 118,19 
Bekerja 112,80 110,81 114,02 110,80 
Penganggur 7,61 7,24 7,17 7,39 
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69,66 67,88 69,21 66,90 
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,32 6,14 5,92 6,25 
4 Pekerja Tidak Penuh 35,55 34,29 35,71 36,81 
Setelah Penganggur 14,87 12,77 13,56 10,89 
Paruh Waktu 20,68 21,52 22,15 25,92 
Bekerja di bawah 15 jam per minggu 6,86 6,62 7,04 8,61 
Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurunya jumlah angkatan 
kerja mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Dengan banyaknya 
pengangguran serta tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat membawa 
beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan 
kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah 
rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kerawanan yang ada adalah 
bagaimana memacu jumlah yang diminta agar mampu menyerap jumlah yang 
ditawarkan dan masalah mutu. Kualitas tenaga kerja Indonesia, sebagaimana 
tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas angkatan kerja 
masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia 
dapat dilihat melalui tabel berikut. 
Tabel 1.5 
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan 
Tertinggi yang Ditamatkan 2012–2013 (juta orang) 
Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih didominasi oleh 
penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0 juta orang (46,95
persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta orang (18,47 persen). 
Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 10,5 juta orang mencakup 
2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 7,6 juta orang 
(6,83 persen) berpendidikan Universitas. Perbaikan kualitas penduduk yang 
bekerja ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya penduduk bekerja 
berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja 
berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun terakhir, 
penduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari 74,1 juta orang (66,87 
persen) pada Agustus 2012 menjadi 72,5 juta orang (65,42 persen) pada Agustus 
2013. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 10,0 juta 
orang (8,99 persen) pada Agustus 2012 menjadi 10,5 juta orang (9,47 persen) 
pada Agustus 2013. 
12 
2.4 Pekerjaan dan Tingkat Upah 
Sebaran pekerjaan angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1) 
lapangan pekerjaan; (2) status pekerjaan; dan (3) jenis pekerjaan. 
2.4.1 Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan 
1) Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 
a) Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga Agustus 
2013 tidak mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa 
Kemasyarakatan, dan Sektor Industri secara berurutan masih menjadi 
penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. 
b) Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang 
bekerja mengalami kenaikan terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan 
sebanyak 1,1 juta orang (6,49 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 580 ribu 
orang (2,50 persen), serta Sektor Keuangan sebanyak 250 ribu orang (9,40 
persen). 
Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian, 
Konstruksi, dan Industri, masing-masing mengalami penurunan jumlah penduduk 
bekerja sebesar 2,08 persen, 7,51 persen, dan 3,19 persen.
13 
Tabel 1.6 
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Umum 
2012-2013 (juta orang) 
Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 
2) Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama 
a) Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja 
dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status 
pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu 
buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. 
Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2013 sebanyak 44,8 juta 
orang (40,42 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 66,0 juta orang (59,58 
persen) bekerja pada kegiatan informal. 
b) Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), penduduk bekerja 
dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang 120 ribu orang dan 
penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan bertambah sebanyak 740 ribu 
orang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sekitar 
620 ribu orang dan persentase pekerja formal naik dari 39,86 persen pada 
Agustus 2012 menjadi 40,42 persen pada Agustus 2013. 
c) Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status 
berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di 
pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar. 
Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), pekerja informal
berkurang sebanyak 630 ribu orang dan persentase pekerja informal berkurang 
dari 60,14 persen pada Agustus 2012 menjadi 59,58 persen pada Agustus 
2013. Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen pekerja informal, 
kecuali penduduk bekerja berstatus berusaha sendiri. 
14 
Tabel 1.7 
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama 
2012-2013(juta orang) 
Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 
3) Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan. 
Disamping menurut sektor dan status pekerjaan, para pekerja dapat pula 
dipilah-pilah berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Secara garis besar 
terdapat 10 jenis pekerjaan. Namun mayoritas pekerja di Indonesia adalah tenaga 
usaha pertanian. Berikut sektoral jenis pekerjaan tersebut: 
a) Tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya 
b) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 
c) Tenaga tata usaha dan sejenisnya 
d) Tenaga usaha penjualan 
e) Tenaga usaha jasa 
f) Tenaga usaha pertanian 
g) Tenaga produksi 
h) Operator alat-alat angkutan 
i) Pekerja kasar 
j) Lain-lain.
15 
2.4.2 Jam Kerja 
Menilai seseorang bekerja atau menganggur semata-mata berdasarkan 
apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kuranglah memadai. 
Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau 
mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak 
termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, 
maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara 
terselubung. Oleh karenanya jam kerja yang dicurahkan perlu turut 
dipertimbangkan. 
Seseorang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam 
kerjanya setidaknya mencapai 35jam dalam seminggu. 
1) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Agustus 2013 
sebesar 66,90 persen mengalami penurunan sebesar 2,31 persen jika 
dibandingkan dengan TPAK Februari 2013 sebesar 69,21 persen. 
2) Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada 
Agustus 2013 sebanyak 36,81 juta orang (33,22 persen) mengalami kenaikan 
dibanding Agustus 2012 sebanyak 34,29 juta orang (30,94 persen). 
3) Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2013 
mencapai 8,61 juta orang (7,77 persen), mengalami kenaikan jika 
dibandingkan Agustus 2012 sebanyak 6,62 juta orang (5,97 persen). 
Pada Agustus 2013 terdapat 10,89 juta orang (9,83 persen) penduduk bekerja 
berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih 
mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. 
2.4.3 Tingkat Upah 
1) Upah Harian Buruh Tani 
Secara nasional, rata-rata upah nominal harian buruh tani pada periode 
Januari 2014 naik sebesar 0,56 persen dibanding upah buruh tani bulan 
sebelumnya, yaitu dari Rp 43.562,00 menjadi Rp 43.808,00. Sedangkan secara riil 
turun sebesar 0,59 persen, yaitu dari Rp39.618,00 menjadi Rp39.383,00. 
2) Upah Buruh Bangunan
Pada Januari 2014, rata-rata upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan 
mandor) naik sebesar 0,76 persen dibanding upah nominal Desember 2013, yaitu 
dari Rp75.055,00 menjadi Rp75.629,00, sedangkan secara riil turun sebesar 0,30 
persen, yaitu dari Rp68.344,00 menjadi Rp68.140,00 
16 
Tabel 1.8 
Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (Rupiah) 
Januari 2012-Januari 2014 
Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 
3) Upah Buruh Industri 
Rata-rata upah nominal per bulan buruh industri pada triwulan III- 2013 
meningkat 0,49 persen dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp1.684.300,00 
menjadi Rp1.692.500,00. Secara riil, rata-rata 
upah buruh industri dari triwulan II-2013 ke triwulan III-2013 turun sebesar 3,45 
persen, yaitu dari Rp1.202.800,00 menjadi Rp1.161.300,00.
17 
Tabel 1.9 
Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Industri Per Triwulan (rupiah) 
2008-2013 
Rendahnya tingkat upah di sektor pertanian yang mendekati rata-rata upah 
minimum menjadi salah satu faktor pemicu peralihan tenaga kerja keluar dari 
sektor pertanian. Peralihan tenaga kerja ini terutama pada sektor-sektor 
perdagangan dan jasa; dan sedikit ke sektor industri manufaktur. 
Dari hasil riset World Socialist, mengenai gaji di beberapa Negara dunia 
menunjukkan fakta sebagai berikut :
18 
1) Buruh di Kamboja dihargai US$ 2,03 atau setara Rp 18.270 per hari. Dalam 
sebulan jika dihitung 30 maka buruh di Kamboja dapat upah Rp 548.000. 
Kamboja menempati urutan terbawah untuk upah buruh minimum. 
2) Vietnam punya batasan upah minimum terendah dan tertinggi yang berbeda 
tiap wilayahnya. Yang termurah mulai dari US$ 2.27 (Rp 20.430) per hari 
sampai yang tertinggi US$ 3,17 (Rp 28.530) per hari. Buruh Vietnam di akhir 
bulan, jika dihitung secara kasar 30 hari, maka bisa pulang membawa uang 
antara Rp 612.900 hingga Rp 855.900. 
3) Indonesia memberi upah buruh minimal sebesar US$ 3.03 (Rp 27.270) per 
hari, sampai maksimal US$ 5,54 (Rp 49.860) per hari. Data ini disusun 
sebelum adanya perubahan yang dilakukan oleh Jokowi. Jika mengacu kepada 
hitungan tersebut, maka buruh di Indonesia tiap bulannya mendapat bayaran 
minimal Rp 818.100 sampai maksimal Rp 1,49 juta. Negeri yang terkenal 
dengan jumlah buruhnya ini sebelumnya berada di urutan paling atas untuk 
urusan upah minimum. Namun, kini tersalip oleh beberapa negara tetangga 
kita. 
4) China mematok upah buruh paling rendah sebesar US$ 4 (Rp 36.000) per hari 
hingga upah maksimal sebanyak US$ 7,89 (Rp 71.000) per hari. Dalam 30 hari 
alias sebulan, Negeri tirai bambu ini menetapkan para buruh bisa mendapat 
bayaran mulai dari Rp 1,08 juta hingga paling besar Rp 2,13 juta. 
5) Thailand memberikan upah minimum yang lebih tinggi dari Indonesia. Upah 
minimal di negeri gajah putih ini sebesar US$ 7,11 (Rp 63.990) hingga 
maksimal sebesar US$ 9,60 (Rp 86.400) per hari. Buruh di Thailand mendapat 
bayaran per bulan, alias 30 hari, sebesar minimal Rp 1,917 juta sampai 
maksimal Rp 2,592 juta. 
6) Negara Filipina yang dipimpin Presiden Benigno Aquino ini baru saja merevisi 
upah mininum buruhnya menjadi dua tier, sehingga jarak antara yang paling 
murah hingga yang paling tinggi sangat jauh, yaitu mulai dari US$ 3,30 (Rp 
29.700) per hari untuk usaha skala kecil dengan jumlah karyawan kurang dari 
10, sampai tertinggi US$ 10,37 (Rp 93.330) per hari untuk buruh di ibukota.
19 
Dalam sebulan, jika dihitung rata 30 hari maka buruh di Filipina bisa dapat 
upah sebesar Rp 891.000 hingga Rp 2,8 juta. 
Sumber: sosbud.kompasiana.com 
2.5 Kebijaksanaan Kependidikan dan Ketenagakerjaan 
Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh Pemerintah 
dalam upaya mengatasi masalah-masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. 
Dalam Repelita VI ini, sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan 
kependudukan dalam PJP II diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan 
pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan peningkatan kualitas 
penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan 
manusia serta msyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran 
pembangunan. Sedangkan dibidang ketenagakerjaan, penciptaan, dan perluasan 
lapangan kerja teus diupayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan 
pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga 
kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. 
Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan 
pada akhir PJP II kelak angka sasaran-sasaran berikut tidak tercapai. 
1) Angka harapan hidup : 70,6 tahun 
2) Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen 
3) Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk 
4) Angka kematian kasar : 7,4 per seribu penduduk 
5) Pertambahan alamiah : 8,8 per seribu penduduk 
6) Angka kematian bayi : 26 per seribu kelahiran hidup 
Untuk mencapai sasaran-sasaran yang dicanankan, ditempuh berbagai 
program dan kebijaksanaan sebagai berikut: 
1) Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan 
perbaikan mutu pendidikan. 
2) Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk, melalui program keluarga 
berencana, perbaikan layanan kesehatan dasar. 
3) Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program 
transmigrasi, pemerataan pembangunan antarwilayah.
20 
4) Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program 
pengembangan administrasi, dan penataan statistik kependudukan. 
5) Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut. 
Sasaran pokok di bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah: 
1) Terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai 
untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja. 
2) Mengurangi setengah pengangguran. 
3) Mengurangi kesenjangan produktivitas antarsektor. 
4) Meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antarwilayah. 
Kebijakan yang ditempuh dalam mencapai program-program tersebut 
adalah: 
1) Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. 
2) Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja. 
3) Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program 
kemitraan pelatihan; pemagangan; serta perbaikan metode dan sistem 
informasi pelatihan. 
4) Pembinaan hubungan indudtrial dan perlindungan tenaga kerja. 
Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini 
Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 1,073 triliun untuk pembangunan di 
bidang ketenagakerjaan. Hampir separuh di antaranya, yakni Rp 527,60 M di 
anggarkan khusus untuk program-program pelatihan dan peningkatan 
keterampilan tenaga kerja.
21 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Sampai tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 
1,49%. Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah 
Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah 
ialah Provinsi Papua Barat. Untuk mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut, 
sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan 
ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan. 
Masih berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga 
berencana juga sama pentingnya. 
Penduduk dikelompokkan menurut karakteristik tertentu. Pengelompokkan 
penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur dan jenis kelamin), 
sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi (lapangan usaha serta 
status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal). 
Sedangkan penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih 
didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0 
juta orang (46,95 persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta 
orang (18,47 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 
10,5 juta orang mencakup 2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma 
dan sebanyak 7,6 juta orang (6,83 persen) berpendidikan Universitas. 
3.2 Saran 
Untuk mencapai tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat yang merata 
dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan dan program-program sebagai berikut: 
1. Peningkatan kualitas penduduk melalui program perbaikan mutu pendidikan 
dan perbaikan layanan kesehatan dasar. 
2. Pengendalian penduduk melalui program berencana. 
3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk melalui program transmigrasi, 
pemerataan pembangunan antar wilayah 
4. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut
22 
DAFTAR PUSTAKA 
Dumairy.1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 
Laporan Bulanan Data Sosial dan Ekonomi. Badan Pusat Statistik Indonesia. 
(Online), (http://www.bps.go.id), diakses 2 September 2014. 
Ajeng. Karakteristik Penduduk (online), 
(http://opinimasding.blogspot.com/2011/04/karakteristik-penduduk.html) 
diakses 03 September 2014 
Badan Pusat Statistika. Sensus Penduduk 2010 (online), (http://sp2010.bps.go.id/) 
diakses 03 September 2014 
Nabila, Ima S.Penduduk dan Ketenagkerjaan (online), 
(http://imasarahnabila.blogspot.com/2012/10/penduduk-dan-ketenagakerjaan. 
html) diakses 03 September 2014 
Statistics Indonesia. Karakteristik Penduduk – Karakteristik Penduduk Menurut 
Umur dan Jenis Kelamin (online), (http://www.datastatistik-indonesia. 
com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=210& 
Itemid=210&limit=1&limitstart=3) diakses 03 September 2014 
Wikipedia. Sensus Penduduk Indonesia 2010 (online), 
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010) diakses 03 
September 2014

More Related Content

What's hot

ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1Fransiska Puteri
 
Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
Investasi Perusahaan Multinasional di IndonesiaInvestasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
jelitawidyastuti
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan Karakter
Boy Hilman
 
PPT Analisis Regresi.pptx
PPT Analisis Regresi.pptxPPT Analisis Regresi.pptx
PPT Analisis Regresi.pptx
deskaaisyiahanifa
 
Sejarah statistik
Sejarah statistikSejarah statistik
Sejarah statistik
nurwa ningsih
 
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)usulan penelitian (skripsi bab 1-3)
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)Gilang Antono
 
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi KlasikUji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik
Putri R Sekarini
 
2. teori kependudukan
2. teori kependudukan2. teori kependudukan
2. teori kependudukanHasri Sasmita
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifYuca Siahaan
 
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxonContoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
EDI RIADI
 
Ekonomi regional
Ekonomi regionalEkonomi regional
Uji beda mean
Uji beda meanUji beda mean
Uji beda mean
Nurul Kharismadewi
 
uji hipotesis beda dua rata - rata
uji hipotesis beda dua rata - ratauji hipotesis beda dua rata - rata
uji hipotesis beda dua rata - rata
Ratih Ramadhani
 
Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
Universitas Negeri Makassar
 
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesiaKependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
Anissatul Mukhoiriyah
 
1.konsep dasar demografi
1.konsep dasar demografi1.konsep dasar demografi
1.konsep dasar demografi
Yabniel Lit Jingga
 
Peran pemerintah dalam kebijakan moneter
Peran pemerintah dalam kebijakan moneterPeran pemerintah dalam kebijakan moneter
Peran pemerintah dalam kebijakan moneter
Zerevans DeSauza
 
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi SederhanaAnalisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Agung Anggoro
 
Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6
Torang Aritonang
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Dadang Solihin
 

What's hot (20)

ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
 
Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
Investasi Perusahaan Multinasional di IndonesiaInvestasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan Karakter
 
PPT Analisis Regresi.pptx
PPT Analisis Regresi.pptxPPT Analisis Regresi.pptx
PPT Analisis Regresi.pptx
 
Sejarah statistik
Sejarah statistikSejarah statistik
Sejarah statistik
 
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)usulan penelitian (skripsi bab 1-3)
usulan penelitian (skripsi bab 1-3)
 
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi KlasikUji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik
 
2. teori kependudukan
2. teori kependudukan2. teori kependudukan
2. teori kependudukan
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
 
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxonContoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
Contoh analisis uji beda nonparamaetrik wilcoxon
 
Ekonomi regional
Ekonomi regionalEkonomi regional
Ekonomi regional
 
Uji beda mean
Uji beda meanUji beda mean
Uji beda mean
 
uji hipotesis beda dua rata - rata
uji hipotesis beda dua rata - ratauji hipotesis beda dua rata - rata
uji hipotesis beda dua rata - rata
 
Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
 
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesiaKependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
Kependudukan dan ketenagakerjaan di indonesia
 
1.konsep dasar demografi
1.konsep dasar demografi1.konsep dasar demografi
1.konsep dasar demografi
 
Peran pemerintah dalam kebijakan moneter
Peran pemerintah dalam kebijakan moneterPeran pemerintah dalam kebijakan moneter
Peran pemerintah dalam kebijakan moneter
 
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi SederhanaAnalisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
 
Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
 

Viewers also liked

Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
Muhamad Suharsa
 
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomiStrategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
Nur Huda
 
Tenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguranTenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguran
Sri Win
 
Ppt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaanPpt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaan
ramafajar6969
 
pengantar kependudukan - tenaga kerja
pengantar kependudukan - tenaga kerjapengantar kependudukan - tenaga kerja
pengantar kependudukan - tenaga kerja
Kikie Kakikukeko
 
Ekonomi Ketenagakerjaan ppt
Ekonomi Ketenagakerjaan pptEkonomi Ketenagakerjaan ppt
Ekonomi Ketenagakerjaan pptAndrea Burhana
 
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Anggit T A W
 
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
Kamen Ride
 
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
Endy Sulistiawan
 
Demografi lampung
Demografi lampungDemografi lampung
Demografi lampung
Dadangsaputra
 
Rekap per kecamatan
Rekap per kecamatanRekap per kecamatan
Rekap per kecamatankpu_batola
 
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
Gde Adn
 
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
Cahyo Pangestu
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Eko Wahyu H
 
Bab 7 industri dan industrialisasi
Bab 7 industri dan industrialisasiBab 7 industri dan industrialisasi
Bab 7 industri dan industrialisasi
Novi Tri Wahyuni (ophe)
 
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi baratJumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Arsad Rahim Ali
 
Harmonisasi sosial dan resolusi konflik
Harmonisasi sosial dan resolusi konflikHarmonisasi sosial dan resolusi konflik
Harmonisasi sosial dan resolusi konflik
Yani Antariksa
 
Makalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesiaMakalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan kependudukan
Laporan kependudukanLaporan kependudukan
Laporan kependudukan
Dwitantri Rezkiandini
 
Makalah kependudukan
Makalah kependudukanMakalah kependudukan
Makalah kependudukan
Operator Warnet Vast Raha
 

Viewers also liked (20)

Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin yang Tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS)
 
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomiStrategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi
 
Tenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguranTenaga kerja dan pengangguran
Tenaga kerja dan pengangguran
 
Ppt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaanPpt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaan
 
pengantar kependudukan - tenaga kerja
pengantar kependudukan - tenaga kerjapengantar kependudukan - tenaga kerja
pengantar kependudukan - tenaga kerja
 
Ekonomi Ketenagakerjaan ppt
Ekonomi Ketenagakerjaan pptEkonomi Ketenagakerjaan ppt
Ekonomi Ketenagakerjaan ppt
 
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
Buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014
 
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
Statistik daerah provinsi kalimantan timur 2012
 
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
Proyeksi penduduk indonesia 2010 2035
 
Demografi lampung
Demografi lampungDemografi lampung
Demografi lampung
 
Rekap per kecamatan
Rekap per kecamatanRekap per kecamatan
Rekap per kecamatan
 
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
Proyeksi penduduk indonesia_2010-2035
 
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
Kabupaten Bangka Selatan - KPDT 2013
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
 
Bab 7 industri dan industrialisasi
Bab 7 industri dan industrialisasiBab 7 industri dan industrialisasi
Bab 7 industri dan industrialisasi
 
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi baratJumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
Jumlah penduduk polewali mandar prop. sulawesi barat
 
Harmonisasi sosial dan resolusi konflik
Harmonisasi sosial dan resolusi konflikHarmonisasi sosial dan resolusi konflik
Harmonisasi sosial dan resolusi konflik
 
Makalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesiaMakalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesia
 
Laporan kependudukan
Laporan kependudukanLaporan kependudukan
Laporan kependudukan
 
Makalah kependudukan
Makalah kependudukanMakalah kependudukan
Makalah kependudukan
 

Similar to kependudukan dan ketenagakerjaan

Agregat data provinsi
Agregat data provinsiAgregat data provinsi
Agregat data provinsi
Alen Pepa
 
BAB II IPS 8
BAB II IPS 8BAB II IPS 8
BAB II IPS 8
Ria Astariyan
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
Jerry Boer
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
Felicia Erika
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
riama simanjuntak
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
daldukpapua
 
Prevalensi lansia di dunia dan indonesia
Prevalensi lansia di dunia dan indonesiaPrevalensi lansia di dunia dan indonesia
Prevalensi lansia di dunia dan indonesia
Putri Jayanti Jayanti
 
Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
 Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
Gita Nur Lintang
 
Materi prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloekMateri prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloek
Vicha Annisa
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
DedySetiawan94
 
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
Perkembangan pembangunan (suripto  2013)Perkembangan pembangunan (suripto  2013)
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
Researcher Syndicate68
 
Gerontologi
GerontologiGerontologi
Gerontologi
Lestari Moerdijat
 
Ips kependudukan
Ips kependudukanIps kependudukan
Ips kependudukanDebora GP
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Muh Saleh
 
Geography
GeographyGeography
Geography
rosalianaindah
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
FIRSAOLIVIA2107
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANFIRSAOLIVIA2107
 
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptxRev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
baratala
 
ppt perekonomian indonesia.pptx
ppt perekonomian indonesia.pptxppt perekonomian indonesia.pptx
ppt perekonomian indonesia.pptx
AryaPanduSedjati
 

Similar to kependudukan dan ketenagakerjaan (20)

Agregat data provinsi
Agregat data provinsiAgregat data provinsi
Agregat data provinsi
 
BAB II IPS 8
BAB II IPS 8BAB II IPS 8
BAB II IPS 8
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
 
Prevalensi lansia di dunia dan indonesia
Prevalensi lansia di dunia dan indonesiaPrevalensi lansia di dunia dan indonesia
Prevalensi lansia di dunia dan indonesia
 
Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
 Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
Penduduk [IPS Kelas 8] SMPN 2 BREBES
 
Materi prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloekMateri prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloek
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
 
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
Perkembangan pembangunan (suripto  2013)Perkembangan pembangunan (suripto  2013)
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
 
Gerontologi
GerontologiGerontologi
Gerontologi
 
Ips kependudukan
Ips kependudukanIps kependudukan
Ips kependudukan
 
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
Profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
 
Pengertian Kualitas Penduduk
Pengertian Kualitas PendudukPengertian Kualitas Penduduk
Pengertian Kualitas Penduduk
 
Geography
GeographyGeography
Geography
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
 
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptxRev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
Rev2-7400_Bahan Paparan FGD (Analisis Tematik).pptx
 
ppt perekonomian indonesia.pptx
ppt perekonomian indonesia.pptxppt perekonomian indonesia.pptx
ppt perekonomian indonesia.pptx
 

Recently uploaded

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 

Recently uploaded (20)

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 

kependudukan dan ketenagakerjaan

  • 1. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia Pertama kali dilakukan penaksiran jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada tahun 1985 dan itupun hnya sebatas Pulu Jawa dengan taksiran 4,5 juta jiwa. Kemudian pada tahun 1930, perkiraan akan jumlah penduduk Indonesia dilakukan dengan cukup layak dan dipercaya. Pada waktu itu, penduduk Indonesia diperkiraan sekitar 60,73 juta jiwa, di antaranya 41,82 juta jiwa (68,86 persen) merupakan penduduk Pulau Jawa. Penduduk Indonesia terus tumbuh dengan laju sekitar 2 persen tiap tahunnya. Oleh World Development Report, pertengahan tahun 1993, jumlah penduduk Indonesia ditaksir mencapai 187 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penduuk Indonesia diperkirakan mencapai bilangan sekitar 205-206 juta jiwa. Masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran; komposisi; kepadatan; dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan; kesehatan dan pendidikn. Indonesia bukan saja memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar, tetapi juga menghadapi masalah ketidakmerataan persebaran penduduk dan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk tinggal di daerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk bermukim di Pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk inilah yang menimbulkan msalah urbanisasi. Arus urbanisasi yang tinggi kemudian menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, seperti penyediaan lapangan kerja; pemukiman; kriminalitas; dan masalah-masalah sosial lainnya.
  • 2. 4 Tabel 1.1 Distribusi Penduduk Indonesia Menurut Publikasi BPS Pada Bulan Agustus 2010 Pulau Persentase Pulau Jawa 57,49% Pulau Sumatra 21,31% Pulau Sulawesi 7,31% Pulau Kalimantan 5,80% Bali dan Nusa Tenggara 5,50% Papua dan Maluku 2,60% Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010 Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, skitar 57,49 persen penduduk Indonesia bermukim di Pulau jawa yang luasnya hanya 7 persen dari luas wilayah seluruh Indonesia. Hal ini membuat Pulau Jawa menjadi pulau dengan kepadatan penduduk tertinggi di tanah air. Dalam perspektif jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki Indonesia sebanyak 119 630 913 jiwa dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa. Seks Rasio adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut provinsi, yang terendah adalah 94 di Provinsi NTB dan tertinggi adalah 113 di Provinsi Papua. Seks Rasio nasional pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 93 sampai dengan 109, dan umur 65+ sebesar 81. Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Provinsi Provinsi Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk 2000-2010 2010 Aceh 2,36 4.494.410 Sumatera Utara 1,10 12.982.204 Sumatera Barat 1,34 4.846.909 Riau 3,58 5.538.367 Jambi 2,56 3.092.265 Sumatera Selatan 1,85 7.450.394 Bengkulu 1,67 1.715.518 Lampung 1,24 7.608.405 Kepulauan Bangka Belitung 3,14 1.223.296 Kepulauan Riau 4,95 1.679.163 DKI Jakarta 1,41 9.607.787 Jawa Barat 1,90 43.053.732 Jawa Tengah 0,37 32.382.657 DI Yogyakarta 1,04 3.457.491
  • 3. 5 Jawa Timur 0,76 37.476.757 Banten 2,78 10.632.166 Bali 2,15 3.890.757 Nusa Tenggara Barat 1,17 4.500.212 Nusa Tenggara Timur 2,07 4.683.827 Kalimantan Barat 0,91 4.395.983 Kalimantan Tengah 1,79 2.212.089 Kalimantan Selatan 1,99 3.626.616 Kalimantan Timur 3,81 3.553.143 Sulawesi Utara 1,28 2.270.596 Sulawesi Tengah 1,95 2.635.009 Sulawesi Selatan 1,17 8.034.776 Sulawesi Tenggara 2,08 2.232.586 Gorontalo 2,26 1.040.164 Sulawesi Barat 2,68 1.158.651 Maluku 2,80 1.533.506 Maluku Utara 2,47 1.038.087 Papua Barat 3,71 760.422 Papua 5,39 2.833.381 INDONESIA 1,49 237.641.326 Catatan : Tidak Termasuk Timor Timur, Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju) Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 (www.bps.go.id) Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah ialah Provinsi Papua Barat. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, rata-rata 0,37 persen pertahun untuk kurun waktu 2000-2010, tetapi kepadatannya menempati urutan ketiga tertinggi setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut, sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan mengenai hal itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan. Masih berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga berencana juga sama pentingnya Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 43.053.732 orang, 37.476.757 orang, dan 32.382.657 orang. Sedangkan Provinsi
  • 4. 6 Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Pulau Jawa, yaitu sebanyak 12.982.204 orang. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km². Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km². Provinsi yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per km². 2.2 Karakteristik Kependudukan Indonesia Penduduk dapat dikelompokkan menurut karakteristik tertentu. Pengelompokkan penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur dan jenis kelamin), sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi (lapangan usaha serta status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal). Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik umur, penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok usia produktif (penduduk usia 15-59 tahun), yaitu sekitar 65,03 persen. Disusul oleh kelompok usia muda (0-14 tahun) sebesar 30,43 persen dan kelompok usia tua (diatas 65 tahun) sebesar 4,54 persen. Pada hasil SP 2010, kondisi tersebut tidak berubah, tetapi proporsi penduduk kelompok usia muda mengalami penurunan. Sedangkan proporsi penduduk kelompok usia produktif dan tua mengalami peningkatan, kemudian hasil SP 2000 juga menunjukkan umur median penduduk Indonesia adalah 23,78 tahun dan mengalami peningkatan pada SP 2010 menjadi 27,2 tahun. Dengan demikian, penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagai penduduk intermediate, yaitu transisi dari penduduk muda ke penduduk tua. Peningkatan proporsi penduduk usia produktif di Indonesia sebenarnya akan menguntungkan secara ekonomi. Sebab penurunan proporsi kelompok penduduk usia muda akan mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, kondisi ini hanya bisa dimanfaatkan jika diiringi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, peningkatan peran perempuan dalam aktivitas ekonomi, peningkatan tabungan masyarakat, dan perbaikan kualitas sumber daya manusia.
  • 5. 7 Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Hal ini ditunjukan dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,6. Lalu, rasio ini menurun menjadi 101 menurut hasil SP 2010. Ini menunjukkan proporsi penduduk laki-laki dan perempuan menjadi hampir seimbang. Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik status perkawinan, Indonesia didominasi oleh penduduk berusia 10 tahun keatas dengan status kawin. Selanjutnya, proporsi status penduduk laki-laki belum kawin lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Biasanya hal ini terjadi karena laki-laki ingin meneruskan pendidikan ke tingkatan lebih lanjut atau baru mulai bekerja sehingga menunda perkawinan. Ini terjadi karena laki-laki berperan sebagai kepala keluarga yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga sebelum memasuki jenjang perkawinan mereka harus terlebih dahulu mapan secara ekonomi. Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki yang bercerai atau ditinggal mati oleh istrinya lebih cepat melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Proporsi penduduk dengan status cerai hidup lebih didominasi oleh perempuan. Ini menunjukkan sejalan dengan peningkatan kesadaran akan hak-haknya, perempuan lebih berani untuk menggugat cerai suaminya. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan oleh SP 2010. Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, Indonesia didominasi oleh penduduk usia lima tahun ke atas yang tidak/ belum tamat SD (35,4 persen), disusul oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SD (34,22 persen). Angka penduduk yang tidak/belum tamat SD bersumber dari penduduk di pedesaan 69,24 persen dan juga berasal dari penduduk perempuan (53%). Sedangkan angka penduduk dengan tingkat pendidikan SD bersumber dari penduduk di pedesaan 64,42 persen dan juga berasal dari penduduk perempuan 51 persen. Ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih sangat rendah. Selain itu, pemerintah
  • 6. 8 wajib memberikan perhatian khusus kepada tingkat pendidikan penduduk di pedesaan dan tingkat pendidikan perempuan. Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Indonesia menurut Umur dan Jenis Kelamin, (x 1000) Kel. Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki & Perempuan Rasio Jenis Kelamin 0-4 10188,7 9832,7 20021,4 104 5-9 11157,3 10788,9 21946,2 103 10-14 10824,1 10413,9 21238,0 104 15-19 10652,3 10611,7 21264,0 100 20-24 9759,0 10333,2 20092,2 94 25-29 9135,4 9596,1 18731,5 95 30-34 8455,4 8507,0 16962,4 99 35-39 7537,0 7454,4 14991,4 101 40-44 6495,3 6143,6 12638,9 106 45-49 5170,3 4689,9 9860,2 110 50-54 3880,6 3625,7 7506,3 107 55-59 2995,3 2941,5 5936,8 102 60-64 2481,5 2592,1 5073,6 96 65-69 1810,6 2012,2 3822,8 90 70-74 1267,6 1392,3 2659,9 91 75+ 1369,2 1728,2 3097,4 79 Jumlah 103179,9 102663,4 205843,3 101 Sumber: SP2000, BPS 2005, (Data Dirapihkan) Hasil SP 2010 menunjukkan terjadi penurunan proporsi penduduk tidak/belum tamat SD, sehingga penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SD. Selain itu, terjadi peningkatan cukup besar di jenjang pendidikan lainnya. Ini menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas sumber daya manusia di Indonesia menuju arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil SP 2000 menurut karakteristik persebaran penduduk, 58,83 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang hanya 6,75 persen dari luas wilayah Indonesia. Dan disusul oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen, Sulawesi 7,25 persen, Kalimantan 5,49 persen, Nusa Tenggara 5,39 persen, serta Maluku dan Papua 2,04 persen. Pada SP 2010 persebaran penduduk Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. Ini menunjukkan terjadi konsentrasi penduduk dan aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Pulau Jawa. Hal ini cukup mengkhawatirkan, jika mengingat bahwa daya dukung lingkungan (ketersediaan lahan dan air) di Pulau Jawa yang semakin terbatas. Terjadi kenaikan jumlah
  • 7. penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan dari 42 persen pada SP 2000 menjadi 49,1 persen pada SP 2010. Ini menunjukkan terjadinya proses urbanisasi, baik dalam arti perpindahan penduduk dari desa ke kota dan atau perubahan status pedesaan menjadi perkotaan. 9 Pengelompokkan penduduk berdasarkan karakteristik tertentu sangat berguna untuk berbagai tujuan. Pertama, untuk mengetahui kondisi sumber daya manusia. Kedua, untuk mengembangkan suatu kebijakan. Ketiga, untuk menyediakan prasarana dan sarana. Keempat, untuk membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya. Kelima, untuk mengetahui proses demografi yang terjadi. 2.3 Ketenagakerjaan Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang baik laki-laki maupun wanita yang sedang, dalam, dan atau akan melakukan suatu pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Sedangkan batas usia menurut Bank Dunia adalah 15 tahun hingga 64 tahun. Masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini adalah: 1. Tingginya jumlah pengangguran 2. Rendahnya tingkat pendidikan 3. Minimnya perlindungan hokum 4. Upah kurang layak 2.3.1 Konsep dan Definisi Tenaga kerja (manpower) dibagi menjadi dua kelompok yakni angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja (bukan termasuk angkatan kerja) ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai
  • 8. pekerjaan, dan tidak mencari pekerjaan, seperti orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tapi bukan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen). Berikut ini adalah jenis-jenis pengangguran: 1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) Adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informsmasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran kerja. 10 2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) Adalah keadaan dimana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pembuka lapangan kerja. 3. Pengagguran Musiman (Seasonal Unemployment) Adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. 4. Pengangguran Siklikal Adalah pengangguran yang menganggur akibat ibas naik turunya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari penawaran kerja. Tingkat pengangguran dihitung dengan cara membagi jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja, kemudian dikalikan seratus persen. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan hasil bagi jumlah angkatan kerja terhadap jumlah tenaga kerja lalu dikalikan seratus persen. 2.3.2 Angkatan Kerja Indonesia Sekitar 80% penduduk Indonesia masuk dalam batas usia kerja, dengan kata lain 20% penduduk tidak tergolong sebagai tenaga kerja. Pada bulan Agustus 2013 jumlah angkatan kerja berjumlah 118,2 juta orang, berkurang sebanyak 3,0 juta orang dibandingkan angkatan kerja Februari 2013 yang mencapai angka 121,2 juta orang. Hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut.
  • 9. 11 Tabel 1.4 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan 2012-2013 (Juta Orang) Jenis Kegiatan 2012 2013 Februari Agustus Februari Agustus (1) (2) (3) (4) (5) 1 Angkatan Kerja 120,41 118,05 121,19 118,19 Bekerja 112,80 110,81 114,02 110,80 Penganggur 7,61 7,24 7,17 7,39 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69,66 67,88 69,21 66,90 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,32 6,14 5,92 6,25 4 Pekerja Tidak Penuh 35,55 34,29 35,71 36,81 Setelah Penganggur 14,87 12,77 13,56 10,89 Paruh Waktu 20,68 21,52 22,15 25,92 Bekerja di bawah 15 jam per minggu 6,86 6,62 7,04 8,61 Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa menurunya jumlah angkatan kerja mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran serta tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat membawa beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kerawanan yang ada adalah bagaimana memacu jumlah yang diminta agar mampu menyerap jumlah yang ditawarkan dan masalah mutu. Kualitas tenaga kerja Indonesia, sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas angkatan kerja masih relatif rendah. Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja Indonesia dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 1.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012–2013 (juta orang) Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0 juta orang (46,95
  • 10. persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta orang (18,47 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 10,5 juta orang mencakup 2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 7,6 juta orang (6,83 persen) berpendidikan Universitas. Perbaikan kualitas penduduk yang bekerja ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari 74,1 juta orang (66,87 persen) pada Agustus 2012 menjadi 72,5 juta orang (65,42 persen) pada Agustus 2013. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 10,0 juta orang (8,99 persen) pada Agustus 2012 menjadi 10,5 juta orang (9,47 persen) pada Agustus 2013. 12 2.4 Pekerjaan dan Tingkat Upah Sebaran pekerjaan angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1) lapangan pekerjaan; (2) status pekerjaan; dan (3) jenis pekerjaan. 2.4.1 Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan 1) Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama a) Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga Agustus 2013 tidak mengalami perubahan, dimana Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan Sektor Industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. b) Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 1,1 juta orang (6,49 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 580 ribu orang (2,50 persen), serta Sektor Keuangan sebanyak 250 ribu orang (9,40 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian, Konstruksi, dan Industri, masing-masing mengalami penurunan jumlah penduduk bekerja sebesar 2,08 persen, 7,51 persen, dan 3,19 persen.
  • 11. 13 Tabel 1.6 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Umum 2012-2013 (juta orang) Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 2) Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama a) Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2013 sebanyak 44,8 juta orang (40,42 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 66,0 juta orang (59,58 persen) bekerja pada kegiatan informal. b) Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang 120 ribu orang dan penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan bertambah sebanyak 740 ribu orang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sekitar 620 ribu orang dan persentase pekerja formal naik dari 39,86 persen pada Agustus 2012 menjadi 40,42 persen pada Agustus 2013. c) Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar. Dalam setahun terakhir (Agustus 2012―Agustus 2013), pekerja informal
  • 12. berkurang sebanyak 630 ribu orang dan persentase pekerja informal berkurang dari 60,14 persen pada Agustus 2012 menjadi 59,58 persen pada Agustus 2013. Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen pekerja informal, kecuali penduduk bekerja berstatus berusaha sendiri. 14 Tabel 1.7 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama 2012-2013(juta orang) Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 3) Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan. Disamping menurut sektor dan status pekerjaan, para pekerja dapat pula dipilah-pilah berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Secara garis besar terdapat 10 jenis pekerjaan. Namun mayoritas pekerja di Indonesia adalah tenaga usaha pertanian. Berikut sektoral jenis pekerjaan tersebut: a) Tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya b) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan c) Tenaga tata usaha dan sejenisnya d) Tenaga usaha penjualan e) Tenaga usaha jasa f) Tenaga usaha pertanian g) Tenaga produksi h) Operator alat-alat angkutan i) Pekerja kasar j) Lain-lain.
  • 13. 15 2.4.2 Jam Kerja Menilai seseorang bekerja atau menganggur semata-mata berdasarkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kuranglah memadai. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh karenanya jam kerja yang dicurahkan perlu turut dipertimbangkan. Seseorang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam kerjanya setidaknya mencapai 35jam dalam seminggu. 1) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Agustus 2013 sebesar 66,90 persen mengalami penurunan sebesar 2,31 persen jika dibandingkan dengan TPAK Februari 2013 sebesar 69,21 persen. 2) Pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada Agustus 2013 sebanyak 36,81 juta orang (33,22 persen) mengalami kenaikan dibanding Agustus 2012 sebanyak 34,29 juta orang (30,94 persen). 3) Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2013 mencapai 8,61 juta orang (7,77 persen), mengalami kenaikan jika dibandingkan Agustus 2012 sebanyak 6,62 juta orang (5,97 persen). Pada Agustus 2013 terdapat 10,89 juta orang (9,83 persen) penduduk bekerja berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. 2.4.3 Tingkat Upah 1) Upah Harian Buruh Tani Secara nasional, rata-rata upah nominal harian buruh tani pada periode Januari 2014 naik sebesar 0,56 persen dibanding upah buruh tani bulan sebelumnya, yaitu dari Rp 43.562,00 menjadi Rp 43.808,00. Sedangkan secara riil turun sebesar 0,59 persen, yaitu dari Rp39.618,00 menjadi Rp39.383,00. 2) Upah Buruh Bangunan
  • 14. Pada Januari 2014, rata-rata upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) naik sebesar 0,76 persen dibanding upah nominal Desember 2013, yaitu dari Rp75.055,00 menjadi Rp75.629,00, sedangkan secara riil turun sebesar 0,30 persen, yaitu dari Rp68.344,00 menjadi Rp68.140,00 16 Tabel 1.8 Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (Rupiah) Januari 2012-Januari 2014 Sumber: Katalog BPS 9199017, 2014. 3) Upah Buruh Industri Rata-rata upah nominal per bulan buruh industri pada triwulan III- 2013 meningkat 0,49 persen dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp1.684.300,00 menjadi Rp1.692.500,00. Secara riil, rata-rata upah buruh industri dari triwulan II-2013 ke triwulan III-2013 turun sebesar 3,45 persen, yaitu dari Rp1.202.800,00 menjadi Rp1.161.300,00.
  • 15. 17 Tabel 1.9 Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Industri Per Triwulan (rupiah) 2008-2013 Rendahnya tingkat upah di sektor pertanian yang mendekati rata-rata upah minimum menjadi salah satu faktor pemicu peralihan tenaga kerja keluar dari sektor pertanian. Peralihan tenaga kerja ini terutama pada sektor-sektor perdagangan dan jasa; dan sedikit ke sektor industri manufaktur. Dari hasil riset World Socialist, mengenai gaji di beberapa Negara dunia menunjukkan fakta sebagai berikut :
  • 16. 18 1) Buruh di Kamboja dihargai US$ 2,03 atau setara Rp 18.270 per hari. Dalam sebulan jika dihitung 30 maka buruh di Kamboja dapat upah Rp 548.000. Kamboja menempati urutan terbawah untuk upah buruh minimum. 2) Vietnam punya batasan upah minimum terendah dan tertinggi yang berbeda tiap wilayahnya. Yang termurah mulai dari US$ 2.27 (Rp 20.430) per hari sampai yang tertinggi US$ 3,17 (Rp 28.530) per hari. Buruh Vietnam di akhir bulan, jika dihitung secara kasar 30 hari, maka bisa pulang membawa uang antara Rp 612.900 hingga Rp 855.900. 3) Indonesia memberi upah buruh minimal sebesar US$ 3.03 (Rp 27.270) per hari, sampai maksimal US$ 5,54 (Rp 49.860) per hari. Data ini disusun sebelum adanya perubahan yang dilakukan oleh Jokowi. Jika mengacu kepada hitungan tersebut, maka buruh di Indonesia tiap bulannya mendapat bayaran minimal Rp 818.100 sampai maksimal Rp 1,49 juta. Negeri yang terkenal dengan jumlah buruhnya ini sebelumnya berada di urutan paling atas untuk urusan upah minimum. Namun, kini tersalip oleh beberapa negara tetangga kita. 4) China mematok upah buruh paling rendah sebesar US$ 4 (Rp 36.000) per hari hingga upah maksimal sebanyak US$ 7,89 (Rp 71.000) per hari. Dalam 30 hari alias sebulan, Negeri tirai bambu ini menetapkan para buruh bisa mendapat bayaran mulai dari Rp 1,08 juta hingga paling besar Rp 2,13 juta. 5) Thailand memberikan upah minimum yang lebih tinggi dari Indonesia. Upah minimal di negeri gajah putih ini sebesar US$ 7,11 (Rp 63.990) hingga maksimal sebesar US$ 9,60 (Rp 86.400) per hari. Buruh di Thailand mendapat bayaran per bulan, alias 30 hari, sebesar minimal Rp 1,917 juta sampai maksimal Rp 2,592 juta. 6) Negara Filipina yang dipimpin Presiden Benigno Aquino ini baru saja merevisi upah mininum buruhnya menjadi dua tier, sehingga jarak antara yang paling murah hingga yang paling tinggi sangat jauh, yaitu mulai dari US$ 3,30 (Rp 29.700) per hari untuk usaha skala kecil dengan jumlah karyawan kurang dari 10, sampai tertinggi US$ 10,37 (Rp 93.330) per hari untuk buruh di ibukota.
  • 17. 19 Dalam sebulan, jika dihitung rata 30 hari maka buruh di Filipina bisa dapat upah sebesar Rp 891.000 hingga Rp 2,8 juta. Sumber: sosbud.kompasiana.com 2.5 Kebijaksanaan Kependidikan dan Ketenagakerjaan Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh Pemerintah dalam upaya mengatasi masalah-masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam Repelita VI ini, sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan kependudukan dalam PJP II diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan manusia serta msyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. Sedangkan dibidang ketenagakerjaan, penciptaan, dan perluasan lapangan kerja teus diupayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada akhir PJP II kelak angka sasaran-sasaran berikut tidak tercapai. 1) Angka harapan hidup : 70,6 tahun 2) Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen 3) Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk 4) Angka kematian kasar : 7,4 per seribu penduduk 5) Pertambahan alamiah : 8,8 per seribu penduduk 6) Angka kematian bayi : 26 per seribu kelahiran hidup Untuk mencapai sasaran-sasaran yang dicanankan, ditempuh berbagai program dan kebijaksanaan sebagai berikut: 1) Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan perbaikan mutu pendidikan. 2) Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk, melalui program keluarga berencana, perbaikan layanan kesehatan dasar. 3) Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program transmigrasi, pemerataan pembangunan antarwilayah.
  • 18. 20 4) Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program pengembangan administrasi, dan penataan statistik kependudukan. 5) Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut. Sasaran pokok di bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah: 1) Terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja. 2) Mengurangi setengah pengangguran. 3) Mengurangi kesenjangan produktivitas antarsektor. 4) Meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antarwilayah. Kebijakan yang ditempuh dalam mencapai program-program tersebut adalah: 1) Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. 2) Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja. 3) Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program kemitraan pelatihan; pemagangan; serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan. 4) Pembinaan hubungan indudtrial dan perlindungan tenaga kerja. Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 1,073 triliun untuk pembangunan di bidang ketenagakerjaan. Hampir separuh di antaranya, yakni Rp 527,60 M di anggarkan khusus untuk program-program pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.
  • 19. 21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sampai tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,49%. Dilihat dengan perspektif regional, provinsi berpenduduk terpadat adalah Jawa Barat. Sedangkan wilayah berpenduduk terjarang atau kepadatan terendah ialah Provinsi Papua Barat. Untuk mengatasi persoalan ketidakmerataan tersebut, sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksaan ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program pembangunan. Masih berkaitan dengan lajunya pertumbuhan penduduk, program keluarga berencana juga sama pentingnya. Penduduk dikelompokkan menurut karakteristik tertentu. Pengelompokkan penduduk ini dapat berdasarkan karakteristik demografi (umur dan jenis kelamin), sosial (tingkat pendidikan dan status perkawinan), ekonomi (lapangan usaha serta status dan jenis pekerjaan), dan geografis (tempat tinggal). Sedangkan penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2013 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 52,0 juta orang (46,95 persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 20,5 juta orang (18,47 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 10,5 juta orang mencakup 2,9 juta orang (2,64 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 7,6 juta orang (6,83 persen) berpendidikan Universitas. 3.2 Saran Untuk mencapai tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat yang merata dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan dan program-program sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas penduduk melalui program perbaikan mutu pendidikan dan perbaikan layanan kesehatan dasar. 2. Pengendalian penduduk melalui program berencana. 3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk melalui program transmigrasi, pemerataan pembangunan antar wilayah 4. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut
  • 20. 22 DAFTAR PUSTAKA Dumairy.1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Laporan Bulanan Data Sosial dan Ekonomi. Badan Pusat Statistik Indonesia. (Online), (http://www.bps.go.id), diakses 2 September 2014. Ajeng. Karakteristik Penduduk (online), (http://opinimasding.blogspot.com/2011/04/karakteristik-penduduk.html) diakses 03 September 2014 Badan Pusat Statistika. Sensus Penduduk 2010 (online), (http://sp2010.bps.go.id/) diakses 03 September 2014 Nabila, Ima S.Penduduk dan Ketenagkerjaan (online), (http://imasarahnabila.blogspot.com/2012/10/penduduk-dan-ketenagakerjaan. html) diakses 03 September 2014 Statistics Indonesia. Karakteristik Penduduk – Karakteristik Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin (online), (http://www.datastatistik-indonesia. com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=210& Itemid=210&limit=1&limitstart=3) diakses 03 September 2014 Wikipedia. Sensus Penduduk Indonesia 2010 (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010) diakses 03 September 2014