Studi kepemimpinan lintas budaya masih baru dan membutuhkan konseptualisasi model. Salah satu model menekankan dampak budaya pada kekuasaan pemimpin dan interaksinya dengan bawahan. Budaya mempengaruhi skema, naskah, dan prototype pemimpin yang berhasil. Model ini membantu penelitian kepemimpinan lintas budaya, meskipun masih perlu pengembangan lebih lanjut.
2. Pengertian
Leadership (Kepemimpinan) adalah
adalah suatu proses mempengaruhi
antar pribadi, dalam situasi tertentu
dan langsung melalui proses
komunikasi untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan tertentu
sedangkan “Manajemen” dapat
dirumuskan sebagai hal mengenai
Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling sedangkan
kepemimpinan lebih kepada hal
mengatasi perubahan
4. Philosophical background
Latar belakang filosofikal Pemimpin
Asumsi-asumsi
Orang tidak suka bekerja, sehingga
manajer harus mengontrol,
mengarahkan, memaksa, dan
mengancam karyawan agar mereka
bekerja ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Orang lebih suka diarahkan, untuk
menghindari tanggung jawab, untuk
memperoleh rasa aman. Mereka hanya
mempunyai sedikit ambisi.
Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi
Orang secara internal termotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan, terhadap mana
mereka telah berkomitmen.
Orang memiliki kapasitas untuk menjadi
inovatif, dalam memecahkan problem-
problem organisasi.
menekankan perkembangan hubungan
kepercayaan (trust relationship) antara
pemimpin dan yang dipimpin.
Teori Z melihat pengambilan keputusan
kolektif dan tanggung jawab kelompok
memberikan dukungan sosial yang
diperlukan bagi tercapainya kinerja
puncak.
5. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya Kepemimpinan
Paternalistik
Gaya kepemimpinan yang
bersifat kebapakan.
Pemimpin selalu
memberikan perlindungan
kepada para bawahan
dalam batas-batas
kewajaran.
Gaya kepemimpinan
Demokratis/Partisipatif
Setiap ada permasalahan
selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim
yang utuh. Dalam gaya ini,
besar peluang untuk
melakukan pengembangan
diri. Sehingga setiap orang
yang dipimpin memiliki
motivasi diri untuk
berkembang.
Gaya Kepemimipinan
Otoriter/Authoritarian
Orang yang menganut
pendekatan ini mengambil
keputusan tanpa
berkonsultasi dengan para
karyawan yang harus
melaksanakannya atau
karyawan yang
dipengaruhi keputusan
tersebut
6. Konseptualisasi
Pemimpin
Lintas Budaya
Studi mengenai kepemimpinan relatif baru, dalam ranah
bidang perilaku organisasi. Terlebih ketika kerangka budaya
dimasukkan dalam konteks kepemimpinan. oleh karena itu
dibutuhkan suatu konseptualisasi model kepemimpinan
lintas budaya. Salah satu konseptualisasi telah ditawarkan
oleh Dorfman (2003) yang menekankan pada dampak budaya
pada kekuasaan pemimpin, karakteristik personal dari
pemimpin, khususnya pada pencitraan diri pemimpin, dan
pola interaksi antar pimpinan dan bawahan. Dampak budaya
dirasakan melalui skema, naskah, dan prototype dari
pemimpin dan bawahan.
Lebih lanjut, citra yang diciptakan oleh pemimpin mungkin
didorong oleh prototype pemimpin dan bawahan yang
berhasil pada budaya setempat dimana ia berada. Model ini
menyediakan kerangka yang dapat membantu dalam
penelitian-penelitian maupun kajian kritis mengenai
kepemimpinan lintas budaya.
7. Lebih lanjut Dorfman pun menggaris bawahi tentang beberapa
hal yang perlu diperhitungkan dalam studi kepemimpinan
lintas budaya. Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan:
1. Budaya tidak statis, mereka dinamik dan secara terus
menerus berevolusi.
2. Meskipun pengukuran dalam budaya dikategorikan
antara rendah dan tinggi, namun orientasi dan
perspektif semacam ini tidaklah cocok untuk semua
karakteristik;
3. Setiap individu pasti merefleksikan nilai budaya yang
berbeda-beda, mreka tidak selalu mencerminkan nilai
indigenous budaya setempat.
4. Perbedaan antar budaya, negara, cluster budaya
merupakan batasan yang harus diperhatikan.
8. Akhirnya, studi mengenai kepemimpinan lintas-budaya dalam
tahap ini masih dalam tahap pengembangan. Terdapat banyak
aspek yang belum dapat dikompromikan, dan perlu
mendapatkan penjelasan yang lebih. Meskipun kerangka
acuan model Hofstade telah menjadi panduan bagi peminat
dalam studi ini. Namun kerangka konseptual yang lebih
lengkap, yang memuat mengenai unit analisis, hubungan
budaya setempat dengan atribut pemimpin, maupun
keterkaitannya dengan tipe-tipe pemimpin transactional,
transformational dan transcendental perlu diberikan ruang
untuk penelitian lebih lanjut.