Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Epilepsi dibagi menjadi parsial dan umum. Parsial terdiri dari sederhana, kompleks, dan umum sekunder. Umum terdiri dari absen, mioklonik, tonik, klonik, tonik-klonik, dan atonik. Patofisiologi epilepsi disebabkan gangguan neuron eksitasi dan inhibisi. Faktor yang mempengaruhi pemilihan antiepilepsi antara lain efikasi, jenis kejang, keamanan, efek samping, dan karakteristik farmokinet
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Kedudukan orang berilmu menurut ayat Al-Quran
2. Tujuan mahasiswa setelah mengikuti kuliah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan KAD
3. Definisi, gejala, patofisiologi, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ketoasidosis diabetik
Laporan ini membahas tentang kasus Ny. H yang mengalami gejala vertigo. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan vertigo. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian awal terhadap aktivitas, sirkulasi, dan integritas ego pasien oleh perawat.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi dan status epileptikus. Epilepsi adalah kondisi yang ditandai oleh terjadinya dua kali atau lebih kejang tanpa provokasi dengan selang waktu lebih dari 24 jam. Status epileptikus adalah kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua kali kejang tanpa pemulihan kesadaran di antaranya. Pengobatan utama epilepsi dan status epileptikus adalah pemberian obat antiepilepsi secara oral atau
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri epilepsi yang parah, yang meliputi kejang yang berlangsung lama dan sulit dikontrol meskipun sudah menjalani berbagai pengobatan, serta aktivitas abnormal sel otak sebagai penyebabnya. Epilepsi dapat dikelompokkan menjadi kejang parsial dan umum, dengan berbagai jenis kejang seperti absence, tonic, clonic dan tonic-clonic.
Meningitis adalah peradangan selaput otak yang disebabkan bakteri atau virus. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, sakit kepala, muntah hingga kejang dan koma. Diagnosa didukung hasil pemeriksaan cairan cerebrospinal. Pengobatan meliputi antibiotik, hidrasi, dan manajemen komplikasi. Perawatan mencakup isolasi, kenyamanan, dan edukasi keluarga.
1. HIE terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak bayi selama masa perinatal yang dapat menyebabkan nekrosis dan apoptosis neuron.
2. Terapi hipotermia dalam 6 jam setelah kelahiran selama 72 jam dapat mengurangi resiko kematian dan gangguan neurologis akibat HIE.
3. Lokasi kerusakan otak yang paling sering terkena dampak HIE antara lain hipokampus, neokortex, dan serebelum.
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
Epilepsi dibagi menjadi parsial dan umum. Parsial terdiri dari sederhana, kompleks, dan umum sekunder. Umum terdiri dari absen, mioklonik, tonik, klonik, tonik-klonik, dan atonik. Patofisiologi epilepsi disebabkan gangguan neuron eksitasi dan inhibisi. Faktor yang mempengaruhi pemilihan antiepilepsi antara lain efikasi, jenis kejang, keamanan, efek samping, dan karakteristik farmokinet
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Kedudukan orang berilmu menurut ayat Al-Quran
2. Tujuan mahasiswa setelah mengikuti kuliah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan KAD
3. Definisi, gejala, patofisiologi, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ketoasidosis diabetik
Laporan ini membahas tentang kasus Ny. H yang mengalami gejala vertigo. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan vertigo. Termasuk di dalamnya adalah pengkajian awal terhadap aktivitas, sirkulasi, dan integritas ego pasien oleh perawat.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi dan status epileptikus. Epilepsi adalah kondisi yang ditandai oleh terjadinya dua kali atau lebih kejang tanpa provokasi dengan selang waktu lebih dari 24 jam. Status epileptikus adalah kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua kali kejang tanpa pemulihan kesadaran di antaranya. Pengobatan utama epilepsi dan status epileptikus adalah pemberian obat antiepilepsi secara oral atau
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri epilepsi yang parah, yang meliputi kejang yang berlangsung lama dan sulit dikontrol meskipun sudah menjalani berbagai pengobatan, serta aktivitas abnormal sel otak sebagai penyebabnya. Epilepsi dapat dikelompokkan menjadi kejang parsial dan umum, dengan berbagai jenis kejang seperti absence, tonic, clonic dan tonic-clonic.
Meningitis adalah peradangan selaput otak yang disebabkan bakteri atau virus. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, sakit kepala, muntah hingga kejang dan koma. Diagnosa didukung hasil pemeriksaan cairan cerebrospinal. Pengobatan meliputi antibiotik, hidrasi, dan manajemen komplikasi. Perawatan mencakup isolasi, kenyamanan, dan edukasi keluarga.
1. HIE terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak bayi selama masa perinatal yang dapat menyebabkan nekrosis dan apoptosis neuron.
2. Terapi hipotermia dalam 6 jam setelah kelahiran selama 72 jam dapat mengurangi resiko kematian dan gangguan neurologis akibat HIE.
3. Lokasi kerusakan otak yang paling sering terkena dampak HIE antara lain hipokampus, neokortex, dan serebelum.
2. Objektif Referat
● Mengenali etiologi status epileptikus
● Mengenali manifestasi kllinis status epileptikus
● Mengetahui pengobatan dan manajemen status epileptikus
3. International League Against Epilepsy (ILAE)
Status Epileptikus
kejang berlangsung terus-menerus selama
periode waktu tertentu atau berulang tanpa
disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
IDAI
periode kejang ≥ 30 menit atau berulang tanpa
kesadaran diantara kejang.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. 2016. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Wylie T, Sandhu DS, Murr N. Status Epilepticus. [Updated 2022 May 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430686/
The Neurocritical Care Society Guideline 2012
periode kejang diubah menjadi ≥ 5 menit.
4. Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau
adanya dua bangkitan atau lebih dimana diantara
bangkitan-bangkitan tidak terjadi penurunan kesadaran.
Definisi Operasional Status Epileptikus Konvulsif
Definisi Konseptual
PPK Neurologi 2016
Definisi Operasional Status Epileptikus Non Konvulsif
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
5. Merupakan bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit,
atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya
kesadaran diantara bangkitan.
Definisi Operasional Status Epileptikus Konvulsif
Definisi Konseptual
PPK Neurologi 2016
Definisi Operasional Status Epileptikus Non Konvulsif
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
6. Merupakan bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran
maupun perilaku tanpa disertai manifestasi motorik yang jelas
namun didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada
perekaman elektroensefalografi (EEG).
Definisi Operasional Status Epileptikus Konvulsif
Definisi Konseptual
PPK Neurologi 2016
Definisi Operasional Status Epileptikus Non Konvulsif
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
7. 7.6 – 22%
Insidens SE diperkirakan sekitar 10-58 kasus per 100.000 anak
Insidensi
Mortalitas jangka pendek (30 hari)
Bimodal age distribution
Usia
Banyak
terjadi pada
laki-laki
Wylie T, Sandhu DS, Murr N. Status Epilepticus. [Updated 2022 May 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-
. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430686/
8. Gerakan tersentak ritmis di
ekstremitas, menggeram,
ngiler, gerakan mata yang
cepat
NONCONVULSIVE STATUS
EPILEPTICUS
CONVULSIVE STATUS
EPILEPTICUS
Pasien tampak seperti
melamun, tidak bisa
berbicara, dan berperilaku
irrasional, dilihat melalui EEG
Klinis dapat berupa
Brophy GM, Bell R, Claassen J, Alldredge B, Bleck TP, Glauser T, Laroche SM, Riviello JJ Jr, Shutter L, Sperling MR, Treiman DM, Vespa PM; Neurocritical Care Society Status Epilepticus Guideline Writing
Committee. Guidelines for the evaluation and management of status epilepticus. Neurocrit Care. 2012 Aug;17(1):3-23. doi: 10.1007/s12028-012-9695-z. PMID: 22528274.
12. dengan kejang terobosan atau
ketidakpatuhan minum obat
Riwayat Epilepsi
Intoksikasi dan withdrawal
etanol
Brophy GM, Bell R, Claassen J, Alldredge B, Bleck TP, Glauser T, Laroche SM, Riviello JJ Jr, Shutter L, Sperling MR, Treiman DM, Vespa PM; Neurocritical Care Society Status Epilepticus Guideline Writing
Committee. Guidelines for the evaluation and management of status epilepticus. Neurocrit Care. 2012 Aug;17(1):3-23. doi: 10.1007/s12028-012-9695-z. PMID: 22528274.
Wylie T, Sandhu DS, Murr N. Status Epilepticus. [Updated 2022 May 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430686/
ETIOLOGI EPILEPSI SIMTOMATIS
KRONIK
Tumor CNS
Patologi CNS Remote
Traumatic brain injury, stroke
13. • SE simptomatis akut lebih sering terjadi
• Kejang demam lama merupakan
etiologi SE yang sering
• Infeksi SSP seperti meningitis bakteri,
kelainan metabolisme kongenital, dan
kelainan saluran cerna merupakan
etiologi yang sering
Brophy GM, Bell R, Claassen J, Alldredge B, Bleck TP, Glauser T, Laroche SM, Riviello JJ Jr, Shutter L, Sperling MR, Treiman DM, Vespa PM; Neurocritical Care Society Status Epilepticus Guideline Writing
Committee. Guidelines for the evaluation and management of status epilepticus. Neurocrit Care. 2012 Aug;17(1):3-23. doi: 10.1007/s12028-012-9695-z. PMID: 22528274.
Pada anak-anak,
14.
15. 10-20%
FAKTOR RISIKO
Epilepsi
akan mengalami 1x episode SE
12 %
kasus epilepsi memiliki manifestasi klinis
pertama berupa SE
Pasien sakit kritis
Ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP,
penyakit kardiovaskuler, PJB (post operatif), ensefalopati hipertensi.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. 2016. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
16. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan
• Sebelum/gejala prodromal : perubahan perilaku, lapar, berkeringat, hipotermia,
mengantuk
• Selama bangkitan/iktal : aura, pola (deviasi mata, Gerakan kepala, Gerakan
tubuh, vokalisasi, Gerakan tungkai, bangkitan tonik-klonik, inkontinensia, lidah
tergigit, pucat, berkeringat, dll), terdapat perubahan pola, pola >1, aktivitas ketika
bangkitan.
• Pasca iktal : bingung, langsung sadar, gaduh gelisah.
Terapi epilepsy sebelumnya.
Terdapat serangan berulang tanpa diikuti pulihnya kesadaran
ANAMNESIS
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
17. NEUROLOGIS
PEMERIKSAAN FISIK
Cek tanda :
Trauma kepala
Tanda-tanda infeksi
Kelainan kongenital
Kecanduan alkohol/napza
Tanda-tanda keganasan
Cari petunjuk lokalisasi :
Paresis Todd
Gangguan kesadaran
pasca iktal
Afakia pasca iktal
UMUM
Mastriana J, Pay JL, De Jesus O, et al. Todd Paresis. [Updated 2023 Feb 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532238/
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
18. Bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran
maupun perilaku tanpa disertai manifestasi motorik yang
jelas namun didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik
pada perekaman elektroensefalografi (EEG), dapat
didahului oleh status epileptikus konvulsius
KRITERIA DIAGNOSIS
Bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau
bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa
pulihnya kesadaran diantara bangkitan.
SE NON KONVULSIF
SE KONVULSIF
Mastriana J, Pay JL, De Jesus O, et al. Todd Paresis. [Updated 2023 Feb 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532238/
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
19. Pemeriksaan
Penunjang
• CT SCAN
• MRI
Lebih sensitif dalam
mengidentifikasi malformasi
pasien anak, namun
membutuhkan sedasi
• Lab
GDS, SE, BUN, S.K, DL (+FH &
Koagulasi bila perlu)
• Evaluasi CSF
20. • Intoksikasi akut
• Early catastrophic brain hypoxia
• Ensefalopati toksik atau metabolisme
• Stroke iskemik
• Kejang non epilepsy
• Trauma
Diagnosis Banding
Wylie T, Sandhu DS, Murr N. Status Epilepticus. [Updated 2022 May 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430686/
25. KOMPLIKASI
SE merupakan faktor risiko kehilangan
parenkim otak yang lebih besar
Kontraksi dan relaksasi
otot
terdapat hilangnya
parenkim di hippocampus
dan thalamus, striatum,
clustrum, serebelum, dan
atau korteks.
menyebabkan kerusakan
otot, demam, rabdomiolisis,
dan gagal ginjal.
Hipoksia
Menyebabkan metabolisme
anaerob dan memicu asidosis.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. 2016. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Wasterlain CG, Denson GF and Penix IR Pathophysiological mechanisms of brain damage from status epilepticus. Epilepsia 1993;34(suppl I):S37-53.
26. Refraktori Status Epileptikus (RSE)
kejang persisten meski pemberian dua obat intravena, salah satu obat
berupa benzodiazepin dan obat OAE lini dua (intravena).
Brophy GM, Bell R, Claassen J, Alldredge B, Bleck TP, Glauser T, Laroche SM, Riviello JJ Jr, Shutter L, Sperling MR, Treiman DM, Vespa PM;
Neurocritical Care Society Status Epilepticus Guideline Writing Committee. Guidelines for the evaluation and management of status
epilepticus. Neurocrit Care. 2012 Aug;17(1):3-23. doi: 10.1007/s12028-012-9695-z. PMID: 22528274.
Panduan Praktik Klinis Neurologi (PPK Neuro). 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Terjadi pada SE
dengan etiologi
simtomatis akut
40%
NORSE (New-Onset Refractory Status Epilepticus)
SRSE (Super-Refractory Status Epilepticus)
12-26% 13-42%
pada kasus SE pada kasus RSE
Tanpa awitan awal
Tetap ada dengan
anestetik iv selama 24
jam dan muncul kembali
ketika weaning
27. Mortalitas
• Kematian dalam 30 hari perawatan
kurang dari 10% pada anak-anak.
• Kematian disebabkan oleh komorbid
atau penyakit yang mendasari.
Wylie T, Sandhu DS, Murr N. Status Epilepticus. [Updated 2022 May 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430686/
28. Faktor Risiko SE berulang:
Usia muda, ensefalopati progresif, etiologi
simtomatis remote, sindrom epilepsi
PROGNOSIS
3-56%pasien akan mengalami
kembali SE dalam 2 tahun pertama
37% menderita defisit neurologis permanen
48% mengalami disabilitas intelektual
29. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
PROGNOSIS
30. Pitfall
KEY TAKEAWAY
• Penyebab SE bisa berbagai
macam, beberapa dapat
dicegah seperti hipoglikemi,
alcohol, dan penyalah-
gunaan obat-obatan.
• Penderita epilepsi harus
rutin mengonsumsi obat.
• Kejang > 5 menit atau >1
dalam 5 menit merupakan
kegawatdaruratan
• Manifestasi SE yang
berbeda-beda dapat
mengecoh keluarga pasien
dan mencegah pasien
mendapatkan penanganan
segera.
• Dosis obat maintenance
yang tidak adekuat dapat
menyebabkan refrakter.
Take home message
. .
31. EDUKASI KEPADA
KELUARGA PASIEN :
• Wali harus bergantian agar tidak
kelelahan
• Bila rumah jauh dibutuhkan
akomodasi yang layak untuk
keluarga yang menunggu
• Sepulang dari rumah sakit,
konsumsi obat dan menjauhi
trigger merupakan hal penting.
Rawat inap dapat berlangsung lama
https://www.epilepsy.com/complications-risks/emergencies/status-epilepticus [diakses pada 28/04/2023 pukul 19.00 WIB]
32. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik
THANKS!
Editor's Notes
a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
b. Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital
c. Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik, otoimun (contohnya vaskulitis)
d. Epilepsi
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan yang sama
Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan kelompok usia;
• 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
• 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
• 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
• 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelah pemberian midazolam, maka pemberian midazolam dapat diturunkan secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.
Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan dengan kondisi rumah sakit Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan.
Mekanisme penyebab kerusakan neuron yang diinduksi oleh status epileptikus adalah pelepasan glutamat yang berlebihan dan akhirnya menyebabkan kematian sel