4. Dalam dunia bisnis, dibutuhkan adanya perangkat
legalitas formal untuk menentukan aturan main yang
bisa melindungi kepentingan masyarakat atau
konsumen yakni seperti Perlindungan Konsumen.
Perlindungan Konsumen
5. Melindungi konsumen berarti melindungi seluruh
bangsa sebagaimana diamanatkan oleh tujuan
pembangunan nasional menurut Pembukaan UUD
1945. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan
konsumen dari dampak negatif penggunaan teknologi.
Melindungi konsumen juga diperlukan untuk
menjamin sumber dana pembangunan yang
bersumber dari masyarakat konsumen.
Mengapa Konsumen Perlu Dilindungi?
7. Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen merupakan salah satu perangkat hukum
yang akan diciptakan untuk dapat melindungi hak konsumen.
Perintis adanya hukum perlindungan konsumen yang berada di
Indonesia yaitu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YKLI)
yang didirikan pada tanggal 11 Mei 1973. Bersama dengan Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), YKLI dengan membentuk
Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada tahun
1990.
Rancangan tersebut juga didukung oleh Departemen Perdagangan
atas desakan Lembaga Keuangan Internasional Monetary Fund
(IMF) sehingga lahir UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang berlaku sejak 20 April 2000.
8. “Perlindungan Konsumen yaitu segala
upaya yang dapat menjamin adanya
kepastian hukum untuk bisa memberi
perlindungan konsumen.”
—UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
9. Perlindungan konsumen ialah
keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban
konsumen dan produsen yang timbul
dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya
untuk menjamin terwujudnya
perlindungan hukum terhadap
kepentingan konsumen.
Perlindungan konsumen yakni
suatu keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah hukum yang dapat
mengatur hubungan dan salah
satu masalah antara berbagai
pihak satu sama lain yang saling
berkaitan dengan barang atau
jasa konsumen di dalam suatu
pergaulan hidup.
Sidobalok Shidarta
Definisi Menurut Para Ahli
11. Pada dasarnya, United Nations atau PBB mengeluarkan
Guidelines for Consumer Protection, yakni sebuah
pedoman yang mengatur prinsip utama konsumen yang
efektif, UU perlindungan konsumen, lembaga penegakan
dan sistem ganti rugi.
Pedoman ini juga nembantu negara anggota untuk
merumuskan dan menegakkan hukum, peraturan, dan
regulasi domestik dan regional sesuai dengan keadaan
ekonomi, sosial, dan lingkungan negara tersebut. Negara
anggota juga akan membantu mempromosikan
kerjasama Internasional di sesama negara anggota, juga
berbagi pengalaman dalam hal perlindungan konsumen.
Dasar Perlindungan Konsumen
12. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
UUD 1945, sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia, mengamanatkan bahwa
pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan
pembangunan nasional diwujudkan melalui
sistem pembangunan ekonomi yang demokratis
sehingga mampu menumbuhkan dan
mengembangkan dunia yang memproduksi
barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat.
Pertama Kedua
Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan dari perlindungan
konsumen di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). Lahirnya UU ini memberikan
harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk
memperoleh perlindungan atas kerugian yang
diderita atas transaksi suatu barang dan jasa.
UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi
konsumen.
13. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
Dasar hukum yang menjadi acuan perlindungan
konsumen adalah UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlidungan Konsumen (Selanjutnya disingkat
UU Perlindungan Konsumen).
Pengertian konsumen pada UU tersebut adalah
setiap orang pemakai barang dan jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Konsumen dinilai sebagai pihak yang paling
rentan karena menjadi objek aktivitas bisnis
dalam proses jual beli.
UU Perlindungan Konsumen hadir untuk
melindungi konsumen dari praktik-praktik nakal
pelaku usaha yang hanya mencari keuntungan
sebesar-besarnya tanpa memperdulikan kualitas
produk yang diterima konsumen.
14. UU Perlindungan Konsumen adalah aturan yang diintegrasikan dan dikhususkan untuk melindungi
konsumen dalam menggunakan barang ataupun jasa. UU ini disahkan pada era Presiden BJ.
Habibie dengan harapan menciptakan kondisik iklim bisnis yang baik antara penjual dan pembeli.
Undang-Undang ini mengacu pada filosofi pembangunan nasional yang bermakna membangun
manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
UU No.8 Tahun 1999 Mengenai UU Perlindungan
Konsumen
Mengatur mengenai hak-hak apa saja yang dimiliki seorang konsumen saat
terlibat pada suatu transaksi jual beli.
Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen
Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen
Menjamin hak-hak konsumen betul-betul dilaksanakan. Pasal ini memuat sanksi-
sanksi yang akan diterapkan bagi pelaku usaha yang melanggar hak-hak
konsumennya.
15. Menjelaskan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan konsumen dilakukan agar masyarakat tidak mengkonsumsi
produk barang/jasa yang dapat membahayakan keselamatan, kesehatan,
dan sebagainya.
Pasal 1 angka 1 UU Perlindungan Konsumen
Tujuan Perlindungan Konsumen
Negara memiliki tanggung jawab atas pembinaan dan penyelenggaraan
perlindungan hukum. Pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan
hukum dapat dilakukan dengan upaya menciptakan iklim usaha yang
sehat antara pelaku usaha dan konsumen, mengembangkan lembaga
perlindungan hukum bagi konsumen, dan meningkatkan SDM termasuk
dalam kegiatan penelitian.
Perwujudan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
16. Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
Tujuan
Meningkatkan kesadaran, kemampuan,
dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
Mengangkat harkat dan martabat
konsumen dengan cara menghindarkan
dari ases negatif pemakaian barang/jasa.
Menciptakan sistem perlindungan
konsumen dengan unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi dan
akses untuk mendapatkan informasi
tersebut.
Menciptakan sistem perlindungan
konsumen dengan unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi dan akses
untuk mendapatkan informasi tersebut.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang
jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
Meningkatkan kualitas barang/jasa yang
menjamin kelangsungan usaha produksi
barang/jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan konsumen.
18. Hak Konsumen
Hak atas kenyaman, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa.
Hak untuk didengar pendapat dan
keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan.
Hak untuk mendapat pembinaan dan
pendidikan konsumen.
Hak untuk memilih barang dan/atau
jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan.
Hak untuk mendapatkan advokasi,
perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Hak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
Hak atas informasi yang benar, jelas,
dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
lainnya.
19. Kewajiban Konsumen
1st 2nd 3rd 4th
Membaca atau mengikuti
petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang
dan/atau jasa, demi
keselamatan dan
keamanan.
Beriktikad baik dalam
melakukan transaksi
pembelian barang
dan/atau jasa.
Membayar sesuai dengan
nilai tukar yang
disepakati.
Mengikuti upaya
penyelesaian hukum
sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Kewajiban Konsumen Menurut Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
21. Asas Perlindungan Konsumen
Perlindungan hukum bagi konsumen
diselenggarakan sebagai usaha
bersama yang didasari oleh 5 asas
dan asas hukum perlindungan
tersebut dicantumkan dalam Pasal 2
UU Perlindungan Konsumen.
Explanation Berikut 5 Asas tersebut:
Keadilan
1.
2.
3.
4.
5.
Keseimbangan
Manfaat
Kepastian Hukum
Keamanan dan Keselamatan
Konsumen
22. Asas Keadilan
Memiliki maksud agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan dengan maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen serta pelaku usaha untuk memperoleh
haknya, juga melaksanakan kewajibannya secara adil.
Asas keadilan juga menghendaki bahwa melalui peraturan
hukum perlindungan konsumen, konsumen dan produsen
dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan kewajiban.
Maka dari itu, UU Perlindungan Konsumen mengatur hak dan
kewajiban konsumen dan juga pelaku usaha.
23. Asas Keseimbangan
Merupakan asas guna memberikan keseimbangan
antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah. Artinya, kepentingan antara
konsumen, pelaku usaha dan pemerintah diatur
dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai
dengan hak dan kewajiban masing-masing dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
24. Asas manfaat, yakni untuk
mengamanatkan bahwa
segala upaya dalam
penyelenggaraan
perlindungan hukum
konsumen harus memberi
manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
Asas Manfaat
25. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum, yakni bertujuan agar
pelaku usaha maupun konsumen mentaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan hukum
konsumen. Kemudian, negara dalam hal ini
turut menjamin adanya kepastian hukum
tersebut.
26. Dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang serta jasa yang
digunakan.
Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
28. Selain asas yang terdapat dalam UU Perlindungan Konsumen, terdapat beberapa
prinsip perlindungan konsumen antara lain:
Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen
Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Kelalaian/Kesalahan
(Negligence)
Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi (Breach of
Warranty)
Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Mutlak (Strict Product
Liability)
29. 01
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan dengan persyaratan
hubungan kontrak.
02
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan dengan beberapa
pengecualian terhadap persyaratan hubungan kontrak.
03
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan tanpa persyaratan
hubungan kontrak.
04
Prinsip praduga lalau dan prinsip praduga bertanggung jawab dengan
pembuktian terbalik.
Prinsip Tanggung jawab berdasarkan Kelalaian/Kesalahan (Negligence)
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian merupakan prinsip tanggung jawab yang
bersifat subjektif, artinya tanggung jawab yang ditentukan oleh perilaku produsen.
Berdasarkan prinsip ini, kelalaian produsen yang membawa akibat pada kerugian
yang dirasakan konsumen adalah faktor penentu adanya hak konsumen untuk
mengajukan gugatan ganti rugi pada produsen.
Prinsip ini dibagi menjadi :
30. Gugatan berdasarkan Breach of Warranty dapat diterima
walaupun tidak ada hubungan kontrak, namun dengan
pertimbangan bahwa dalam praktik bisnis modern, proses
distribusi dan iklan langsung ditujukan kepada konsumen melalui
media massa. Maka, tidak perlu ada hubungan kontrak yang
mengikat antara produsen dan konsumen.
Prinsip ini dibagi menjadi:
Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi (Breach of
Warranty)
Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang
tertulis (Express Warranty)
Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tidak
tertulis (Implied Warranty)
-
-
31. Prinsip Tanggung jawab Mutlak (Strict Product Liability)
Prinsip ini memiliki dasar bahwa
konsumen tidak dapat berbuat
banyak untuk memproteksi diri dari
risiko kerugian yang disebabkan oleh
produk cacat, maka dari itu
penerapan prinsip ini terhadap
konsumen memberikan perlindungan
bagi konsumen. Karena, tidak
dibebani untuk membuktikan
kesalahan produsen akibat
penggunaan suatu produk.
32. Pada tahun 2022 kemarin, terjadi
kasus gagal ginjal akut pada anak
yang telah menelan korban ratusan
anak di seluruh Indonesia, sehingga
Kemenkes menghentikan sementara
penjualan obat dalam bentuk sirup
dan juga BPOM terus melakukan
penyelidikan pada obat sirup yang
dijual ke masyakarat dan pelarangan
penggunaan bahan tertentu dalam
pembuatan obat sirup guna
melindungi masyarakat.
01
Contoh Kasus Pelanggaran
Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) melakukan penggerebekan
pabrik kosmetik kecantikan illegal di
Jakarta Utara, terkait dengan praktik
produksi kosmetika illegal tanpa izin
edar dan juga mengandung bahan
terlarang dalam kosmetika yang
dapat membahayakan bagi para
pemakai produk tersebut.
Maraknya platform belanja online
memudahkan kita berbelanja barang
kebutuhan sehari-hari, namun tak jarang
kita mengalami penipuan terhadap
produk yang kita beli karena tidak sesuai
dengan deskripsi produk yang diberikan
seperti barang yang kita terima dalam
kondisi rusak/cacat, kualitas produk yang
rendah, tentunya hal ini melanggar hak
konsumen untuk mendapatkan informasi
yang jelas dan benar tentang produk
atau jasa yang kita beli.
02 03
33. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik
Thanks
Do you have any
questions?
Semangat Belajarnya Ya !
34. Questions
Name Questions
Yolan Liani
-Kelompok 2
Mengapa hukum perlindungan konsumen di Indonesia
belum berjalan secara efektif?
Eni Pajrianti
-Kelompok 4
Sebutkan salah satu peran pemerintah dalam
melindungi konsumen!
Nur Intani
-Kelompok 1
Salah satu contoh bentuk perlindungan konsumen yang
paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari!