Makalah ini membahas tentang akad hiwalah dalam transaksi keuangan syariah. Hiwalah adalah pengalihan hutang atau piutang dari satu pihak ke pihak lain. Makalah ini menjelaskan pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat hiwalah serta jenis-jenisnya.
Makalah ini mencoba menguraikan masalah yang berkenaan dengan Talfiq dan taqlid yang ramai dan tetap hangat untuk didiskusikan, dan pembahasan ini sangat kita butuhkan, terutama juga masyarakat kita di Indonesia, oleh karena itu kita dituntut agar mengetahui, meneliti dan mendalami ilmu usul fiqh terutama untuk materi ini, sehingga kita tidak canggung ketika dihadapkan permasalahan atau pertanyaan tentang masalah ini. Makalah ini hanyalah sebagai pengantar, agar nantinya kita bisa lebih mendalami dengan mengkaji khazanah-khazanah keilmuan yang ada di negeri ini.
Makalah ini mencoba menguraikan masalah yang berkenaan dengan Talfiq dan taqlid yang ramai dan tetap hangat untuk didiskusikan, dan pembahasan ini sangat kita butuhkan, terutama juga masyarakat kita di Indonesia, oleh karena itu kita dituntut agar mengetahui, meneliti dan mendalami ilmu usul fiqh terutama untuk materi ini, sehingga kita tidak canggung ketika dihadapkan permasalahan atau pertanyaan tentang masalah ini. Makalah ini hanyalah sebagai pengantar, agar nantinya kita bisa lebih mendalami dengan mengkaji khazanah-khazanah keilmuan yang ada di negeri ini.
kitab suci bagi umat Islam, tidak ada keraguan di dalamnya
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah:2)
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Wadî’ah merupakan jenis wakalah yang bersifat khusus, yaitu wakalah yang berkaitan dengan menempatkan orang lain pada posisi diri sendiri dalam menjaga sesuatu saja, dan tidak sampai pada tasharruf (mengelola) pada sesuatu itu yang merupakan tanda wakalah yang bersifat mutlak.
Qaedah fiqh adalah perkara penting yang boleh membantu ummah dalah membuat keputusan dengan baik dan menghampiri ajaran Islam. Ianya adalah petunjuk dan pertimbangan yang asal dari alQuran dan Sunnah Nabi saw
kitab suci bagi umat Islam, tidak ada keraguan di dalamnya
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah:2)
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Wadî’ah merupakan jenis wakalah yang bersifat khusus, yaitu wakalah yang berkaitan dengan menempatkan orang lain pada posisi diri sendiri dalam menjaga sesuatu saja, dan tidak sampai pada tasharruf (mengelola) pada sesuatu itu yang merupakan tanda wakalah yang bersifat mutlak.
Qaedah fiqh adalah perkara penting yang boleh membantu ummah dalah membuat keputusan dengan baik dan menghampiri ajaran Islam. Ianya adalah petunjuk dan pertimbangan yang asal dari alQuran dan Sunnah Nabi saw
Riba (usury) erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, di mana dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-undang perbankan syari'ah di Indonesia nomor 7 tahun 1992.
Allah SWT mengharamkan riba dengan menggunakan 4 (empat) metode secara gredual (step by step)
Surat Ar-rum Ayat 39
Surat An-nisa' Ayat 160-161
Surat Ali Imran Ayat 130
Surat Al-baqarah Ayat 275-279
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. MAKALAH
MUSYARKAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok
Pada Mata Kuliah “Akuntansi LKS”
Jurusan EKIS-A Semester 6(ENAM)
Disusun oleh :
UMROH (081400138)
AINURRAHMAH(081400115)
FAKULTAS SYARI'AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
2011 M/1432 H
2. I. PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembang pesatnya suatu transaksi yang berlandaskan syariah khususnya
dibidang bisnis jasa. Seperti lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank,
merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi umat islam, karena akad yang diterapkan sesuai
dengan syariah dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku.
Makalah yang kami buat ini akan memaparkan akad hiwalah yang merupakan salah satu
akad tabarru yang bernotaben atas dasar tolong-menolong. Sungguh menarik untuk diketahui
oleh kita semua selaku umat islam tentang akad hiwalah ini yang sudah pasti kita akan temukan
bila bertransaksi di lembaga pembiayaan syariah. Oleh karenanya, untuk mengetahui lebih lanjut
apa definisi hiwalah dan apa saja keuntungan yang kita dapat petik dari akad hiwalah tersebut.
Alangkah baiknya kita telusuri di bagian pembahasan makalah ini.
II. PEMBAHASAN
3. A. PENGERTIAN
Kata Hawalah, huruf haa’ dibaca fathah atau kadang-kadang dibaca kasrah, berasal dari
kata tahwil yang berarti intiqal (pemindahan) atau dari kata ha’aul (perubahan).1 Orang Arab
biasa mengatakan haala ’anil ’ahdi, yaitu berlepas diri dari tanggung jawab. Sedang menurut
fuqaha, para pakar fiqih, hawalah adalah pemindahan kewajiban melunasi hutang kepada orang
lain.
Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau
memikul sesuatu di atas pundak. Objek yang alihkan dapat berupa utang atau piutang. Jenis akad
ini pada dasarnya akad tabarru’ yang bertujuan saling tolong-menolong untuk menggapai ridho
Allah.2
Hiwalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Dalam hal ini terjadi perpindahan tanggungan atau hak dari satu orang
kepada orang lain. Dalam istilah ulama, hiwalah adalah pemindahan beban hutang dari muhil
(orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih (orang yang berkewajiban membayar
hutang).
B. DASAR HUKUM HIWALAH
Islam membenarkan hiwalah dan membolehkannya karena ia diperlukan. Imam Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Menunda-nunda pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kezaliman. Maka, jika seseorang di antara kamu dialihkan hak penagihan piutangnya
(dihawalahkan) kepada pihak yang mampu, terimalah” (HR. Bukhari).
1
http://viewislam.wordpress.com/2009/04/15/konsep-akad-hiwalah-dalam-fiqh-muamalah/
2
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011).
4. Pada hadis ini, Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang yang menghutangkan, jika
orang yang berhutang meng-hiwalah-kan kepada orang yang kaya dan berkemampuan,
hendaklah ia menerima hiwalah tersebut dan hendaklah ia mengikuti (menagih) kepada orang
yang di-hiwalah-kan (muhal ‘alaih), dengan demikian haknya dapat terpenuhi (dibayar).
Dan Menurut hadist riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”
Dan menurut Ijma para Ulama, akad hiwalah telah disepakati boleh untuk dilakukan. Hal
ini didasari kepada kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
C. RUKUN DAN SYARAT-SYARAT DALAM HIWALAH3
Dalam hal ini, rukun akad hiwalah adalah muhil, yakni orang yang berhutang dan
sekaligus berpiutang, muhal , yakni orang berpiutang kepada muhil. Dan muhal ‘alaih, yakni
orang yang berhutang kepada muhil dan wajib membayar hutang kepada muhal, muhal bih 1,
yakni hutang muhil kepada muhal, dan juga muhal bih 2 sebagai hutang muhal alaih kepada
muhil dan rukun terakhir adalah sighat (ijab-qabul),
Untuk sahnya hiwalah disyaratkan hal-hal berikut: pertama, relanya pihak muhil dan
muhal tanpa muhal ‘alaih berdasarkan dalil kepada hadis di atas. Rasulullah SAW telah
menyebutkan kedua belah pihak, karenanya muhil yang berhutang berkewajiban membayar
3
http://viewislam.wordpress.com/2009/04/15/konsep-akad-hiwalah-dalam-fiqh-muamalah/
5. hutang dari arah mana saja yang sesuai dengan keinginannya. Dan karena muhal mempunyai hak
yang ada pada tanggungan muhil, maka tidak mungkin terjadi perpindahan tanpa kerelaannya.
Kedua, samanya kedua hak, baik jenis maupun kadarnya, penyelesaian, tempo waktu,
serta mutu baik dan buruk. Maka tidak sah hiwalah apabila hutang berbentuk emas dan di-
hiwalah-kan agar ia mengambil perak sebagai penggantinya. Demikian pula jika sekiranya
hutang itu sekarang dan di-hiwalah-kan untuk dibayar kemudian (ditangguhkan) atau sebaliknya.
Dan tidak sah pula hiwalah yang mutu baik dan buruknya berbeda atau salah satunya lebih
banyak.
Ketiga, stabilnya hutang. Jika peng-hiwalah-an itu kepada pegawai yang gajinya belum lagi
dibayar, maka hiwalah tidak sah. Keempat, kedua hak tersebut diketahui dengan jelas. Apabila
hiwalah berjalan sah, dengan sendirinya tanggungan muhil menjadi gugur. Andaikata muhal
‘alaih mengalami kebangkrutan atau meninggal dunia, muhal tidak boleh lagi kembali kepada
muhil. Demikianlah menurut pendapat jumhur (kebanyakan) ulama
D. JENIS-JENIS HIWALAH
Akad Hiwalah, dalam praktiknya dapat dibedakan ke dalam dua kelompok. Yang
pertama adalah berdasarkan jenis pemindahannya. Dan yang kedua adalah berdasarkan rukun
Hiwalahnya. Kelompok pertama yang berdasarkan jenis pemindahannya, terdiri dari dua jenis
Hiwalah, yaitu Hiwalah Dayn dan Hiwalah Haqq. Hiwalah Dayn adalah pemindahan kewajiban
melunasi hutang kepada orang lain. Sedangkan Hiwalah Haqq adalah pemindahan kewajiban
piutang kepada orang lain.
Hiwalah Dayn dan Haqq sesungguhnya sama saja, tergantung dari sisi mana melihatnya.
Disebut Hiwalah Dayn jika kita memandangnya sebagai pengalihan hutang, sedangkan sebutan
Haqq, jika kita memandangnya sebagai pengalihan piutang. Berdasarkan definisi ini, maka anjak
6. piutang (factoring) yang terdapat pada praktik perbankan, termasuk ke dalam kelompok Hiwalah
Haqq, bukan Hiwalah Dayn.
Kelompok kedua yaitu Hiwalah yang berdasarkan rukun Hiwalah, terdiri dari Hiwalah
Muqayyadah dan Hiwalah Muthlaqah. Hiwalah Muqayyadah adalah Hiwalah yang terjadi
dimana orang yang berhutang, memindahkan hutangnya kepada Muhal Alaih, dengan
mengaitkannya pada hutang Muhal alaih padanya. Maka dalam rukun Hiwalah, terdapat Muhal
bih 2.
Hiwalah Muthlaqah adalah Hiwalah dimana orang yang berhutang, memindahkan
hutangnya kepada Muhal alaih, tanpa mengaitkannya pada hutang Muhal alaih padanya, karena
memang hutang muhal alaih tidak pernah ada padanya. Dengan demikian, Hiwalah Muthlaqah
ini sesuai dengan konsep anjak piutang pada praktik Perbankan, dimana tidak ada hutang muhal
alaih kepadanya sehingga didalam rukun hiwalahnya, tidak terdapat Muhal bih 2.
III. PENUTUP
Hiwalah/hawalah merupakan suatu akad transaksi yang mengidentifikasikan akadnya dengan
pengalihan utang atau piutang kepada pihak lain. Transaksi hiwalah termasuk dalam katagori
akad tabarru artinya akad yang didasari atas asas tolong-menolong dalam hal kebaikan untuk
7. memberikan kemudahan atau membantu suatu masalah utang piutangnya dengan cara
mengunakan sistem pengalihan atau pemindahan tanggung jawab pihak lain.
Dengan adanya akad hiwalah ini, seorang muhal’alaih yang diberikan amanah dalam pengalihan
baik utang maupun piutang oleh seorang muhil. Maka muhal’alaih akan mendapatkan imbalan
atau ujroh atas jasa yang telah dilakukannya dan besarnya ujroh sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditetapkan antara muhil dan muhal’alaih.
Akad hiwalah merupakan salah satu dari beberapa dari akad yang berjenis tabarru yang
dianjurkan oleh nabi untuk dilakukan dalam menerapkan sistem tolong-menolong antara umat
muslim, sebagai mana Nabi bersabda tentang akad hiwalah sebagai berikut ini :
”menunda pembayaran bagi orang yang mamapu adalah kedzaliman dan jika seorang kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutilah (menerima
pengalihan tersebut ). (HR. Bukhori Muslim)
Dengan demikian transaksi hiwalah tidak perlu lagi diragukan atas keshahehan atau
kebenarannya dalam agama islam. Yang benar-benar mengakui keberadaan hiwalah sebagai
jenis akad yang berdasarkan tolong-menolong. Itulah sekilas makalah yang kami buat tentang
akad hiwalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://viewislam.wordpress.com/2009/04/15/konsep-akad-hiwalah-dalam-fiqh-muamalah/
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011).