SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH

                      JU’ALAH

Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah

         “ Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah”




                       Disusun Oleh :


           Siti Maesaroh               (081400142)
           Candra Karmila Sari         (081400141)


                       EKIS A/VI



    FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
          INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
   “SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
                     2011 M / 1432 H
KATA PENGANTAR


      Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya dan hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
“Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah”.
      Shalawat beserta salam mari kita curahkan dan panjatkan kepada junjungan Nabi
Muhammad     SAW beserta     keluarganya   dan   para   sahabat-sahabatnya   yang   telah
mengantarkankan kita selaku umatnya dari zaman jahiliyah atau zaman kebodohan hingga ke
zaman yang terang benderang menembus cakrawala ilmu-ilmu pengetahuan yang dicari oleh
umat-umatnya.

      Penulis telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ju’alah”.

      Makalah ini masih banyak kekurangannya, terutama mengenai pembahasannya.
Seiring dengan perjalanan itu penulis terus berusaha semaksimal mungkin untuk
menyempurnakannya.

      Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.




                                                        Serang, 10 Maret 2011
Penulis




   I.      PENDAHULUAN

   Ju’alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan diperolehnya.
Misalnya seseorang yang menjadikan Ju’alah atas suatu pekerjaan yaitu menemukan kembali
yang hilang, atau ternaknya yang lepas, atau pembuatan dinding, atau menggali sumur hingga
menemukan air, atau mengafalkan al-Qur’an untuk anaknya, atau menyembuhkan orang yang
sakit hingga sembuh, atau memenangkan suatu kompetisi tertentu dan sebagainya. Terkait
dengan masalah diatas, kita harus memahami definisi Ju’alah sendiri, dasar hukum, jenis
akad, persyaratan dan pembatalan Ju’alah itu sendiri
II.      PEMBAHASAN


A. Pengertian Ju’alah
          Ju’alah artinya janji hadiah atau upah.
          Pengertian secara etimologi berarti upah atau hadiah yang diberikan kepada
seseorang, karena orang tersebut mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.
          Secara terminologi fiqih berarti “suatu iltizam (tanggung jawab) dalam bentuk janji
memberikan imbalan upah tertentu secara suka rela terhadap orang yang berhasil melakukan
perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan.”1
          umpamanya , seseorang berkata: “siapa saja yang dapat menemukan SIM atau KTP
saya yang hilang, maka saya beri imbalan upah ima puluh ribu rupiah’,
dalam masyarakat di Indonesia ini, biasanya diiklankan di surat kabar supaya dapat dibaca
orang.2
    Ju’alah berasal dari kata Ja’ala yang memiliki banyak arti : Jumlah imbalan, meletakkan,
membuat, menasabkan. Menurut Fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk
janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan
perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan hukum positif maka akad Ju’alah bisa
dianalogikan dengan sayembara, imbalan, upah atau perlombaan.

    Para ahli Fiqih sepakat bahwa akad Ju’alah merupakan hal yang boleh (jaiz), termasuk
mazhab Maliki, Syafi’i, Hambali, serta Syi’ah. Walaupun para imam mazhab berbeda
pendapat penggunaan akad Ju’alah untuk melakukan mu’amalah, mazhab Hanafi dan Zhahiri
melarang penggunaan akad ini untuk mu’amalah dengan alasan adanya gharar karena dalam
akad Ju’alah boleh saja tidak disebutkan secara jelas batas waktu, bentuk atau cara
melakukannya.3
1
  Muhamad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2003, hal. 265
2
  Http:// luqmannomic. Wordpress. Com/2008/01/02/Ju’alah. Akses 1 Maret 2011. 12.00
3
  Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba 2011, hal. 270.
Mazhab Maliki mendefinisikan ju’alah: “suatu upah yang dijanjikan sebagai imbalan atas
suatu jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan oleh seseorang.
    Mazhab Syafi’i mendefinisikannya: seseorang yang menjanjikan suatu upah kepada orang
yang mampu memberikan jasa tertentu kepadanya.
    Definisi pertama (Mazhab Maliki) menekankan segi ketidakpastian, berhasilnya
perbuatan yang diharapkan. Sedangkan definisi kedua (Mazhab Syafi’i) menekankan segi
ketidakpastian orang yang melaksanakan pekerjaan yang diharapkan.4
    Ju’alah    adalah     janji   atau    komitmen       (iltizam)    untuk     memberikan       imbalan
(reward/’iwadh/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu
pekerjaan.
    Ju’alah adalah akad dengan pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak
kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk
kepentingan pihak pertama. Prinsip ini diterapkan oleh bank dalam menawarkan pelayanan
dengan mengambil fee dari nasabah. Contoh referensi bank, dukungan bank.5
    Meskipun Ju’alah berbentuk upah atau hadiah sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu
Qudamah (ulama Mazhab Hambali), ia dapat dibedakan dengan ijarah (transaksi upah) dari
lima segi:
    1. Pada Ju’alah upah atau hadiah yang dijanjikan, hanyalah diterima orang yang
        menyatakan sanggup mewujudkan apa yang menjadi obyek pekerjaan tersebut, jika
        pekerjaan itu telah mewujudkan hasil dengan sempurna. Sedangkan pada ijarah, orang
        yang melaksanakan pekerjaan tersebut berhak menerima upah sesuai dengan ukuran
        atau kadar prestasi yang diberikannya, meskipun pekerjaan itu belum selesai
        dikerjakan, atau upahnya dapat ditentukan sebelumnya, apakah harian atau mingguan,
        tengah bulanan atau bulanan sebagaimana yang berlaku dalam suatu masyarakat.
    2. Pada ju’alah unsur gharar, yaitu penipuan (spekulasi) atau untung-untungan karena di
        dalamnya terdapat ketidaktegasan dari segi batas waktu penyelesaian pekerjaan atau
        cara kerjanya disebutkan secara tegas dalam akad (perjanjian) atau harus dikerjakan
        sesuai dengan obyek perjanjian itu. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa dalam
        Ju’alah yang dipentingkan adalah keberhasilan pekerjaan, bukan batas waktu atau
        cara mengerjakannya.
    3. Pada Ju’alah tidak dibenarkan memberikan upah atau hadiah sebelum pekerjaan
        dilaksanakan dan mewujudkannya. Sedangkan dalam ijarah, dibenarkan memberikan
4
 Opcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 266
5
 Http://Sharianomics. Wordpress. Com/category/bank/03-jasa-surat-berharga/jualah. Akses:1 Maret 2011.
12.00
upah terlebih dahulu, baik keseluruhan maupun sebagian, sesuai dengan kesepakatan
         besama asal saja yang memberi upah itu percaya.
    4. Tindakan hukum yang dilakukan dalam Ju’alah bersifat suka rela sehingga apa yang
         dijanjikan boleh saja dibatalkan, selama pekerjaan belum dimulai, tanpa menimbulkan
         akibat hukum. Apalagi tawaran yang dilakukan bersifat umum seperti mengiklankan
         di surat kabar. Sedangkan dalam akad ijarah, terjadi transaksi yang bersifat mengikat
         semua pihak yang melakukan perjanjian kerja. Jika pekerjaan itu dibatalkan, maka
         tindakan itu akan menimbulkan akibat hukum bagi pihak bersangkutan. Biasanya
         sanksinya disebutkan dalam perjanjian (akad).
    5. Dari segi ruang lingkupnya Mazhab Maliki menetapkan kaidah, bahwa semua yang
         dibenarkan menjadi obyek akad dalam transaksi Ju’alah, boleh juga menjadi obyek
         dalam transaksi ijarah. Namun tidak semua yang dibenarkan menjadi obyek dalam
         transaksi ijarah, dibenarkan pula menjadi obyek dalam transaksi Ju’alah. Dengan
         demikian, ruang lingkup ijarah lebih luas dari pada ruang lingkup Ju’alah.


    Berdasarkan kaidah tersebut, maka pekerjaan menggali sumur sampai menemukan air,
dapat menjadi obyek dalam akad ijarah, tetapi tidak boleh dalam akad Ju’alah. Dalam ijarah,
orang yang menggali sumur itu sudah dapat menerima upah, walaupun airnya belum
ditemukan. Sedangkan pada Ju’alah, orang itu baru dapat mendapat upah atau hadiah sesudah
pekerjaan itu sempurna.6
    Menurut Az-Zuhaili dalam Maksum (2008), perbedaan antara akad Ju’alah dengan upah
bekerja (ijarah dalam tenaga kerja) adalah:

    1. Ju’alah diberikan jika pekerjaan telah selesai, sedangkan upah sesuai dengan ukuran
         tertentu.

    2. Ju’alah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batas waktunya.
         Walaupun mazhab Hambali dan Syafi’i membolehkan menentukan batas waktu.

    3. Ju’alah tidak bisa dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar di muka.

    4. Ju’alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dilakukan aslakan belum selesai,
         sedangkan upah tidak dapat dibatalkan karena mengikat.

    5. Upah lebih luas ruang lingkupnya dari Ju’alah.7
6
 Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 267
7
 Lokcit, Sri Nurhayati-Wasilah, hal. 270
B. Dasar Hukum Ju’alah
   Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa Ju’alah boleh dilakukan dengan
alasan:
   1. Firman Allah:
  FFFFFFFF                      i

                                                           i        i rm
          Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat
          mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
          menjamin terhadapnya". (QS. Yusuf:72)




   2. Dalam hadits diriwayatkan, bahwa para sahabat pernah menerima hadiah atau upah
          dengan cara Ju’alah berupa seekor kambing karena salah seorang di antara mereka
          berhasil mengobati orang yang dipatok kalajengking dengan cara membaca surat Al-
          Fatihah. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah, karena takut hadiah
          itu tidak halal. Rasulullah pun tertawa seraya bersabda: “Tahukah anda sekalian,
          bahwa itu adalah jampi-jampi (yang positif). Terimalah hadiah itu dan beri saya
          sebagian.” (HR. Jamaah, mayoritas ahli Hadits kecuali an-Nasai).
   3. Secara logika Ju’alah dapat dibenarkan, karena merupakan salah satu cara untuk
          memenuhi keperluan manusia, sebagaimana halnya dengan ijarah dan mudharabah
          (perjanjian kerja sama dagang).


   Mazhab Hanafi tidak membenarkan Ju’alah, karena dalam Ju’alah terdapat unsur gharar,
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Perbuatan yang mengandung gharar itu merugikan
salah satu pihak dan dilarang dalam Islam.
C. Ucapan yang digunakan


   Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa agar perbuatan hukum yang
dilakukan dalam bentuk Ju’alah itu dipandang sah, maka harus ada ucapan (sighah) dari
pihak yang menjanjikan upah atau hadiah, yang isinya mengandung izin bagi orang lain
untuk melaksanakan perbuatan yang diharapkan dan jumlah upah yang jelas tidak seperti
iklan dalam surat kabar yang biasanya tidak menyebutkan imbalan secara pasti.
   Ucapan tersebut tidak mesti, keluar dari orang yang memerlukan jasa itu, tetapi boleh
juga dari orang lain seperti wakilnya, anaknya, atau bahkan orang lain yang bersedia
memberikan hadiah atau upah.
   Kemudian Ju’alah dipandang sah, walaupun hanya ucapan ijab saja yang ada, tanpa ada
ucapan Kabul (cukup sepihak).




   D. Persyaratan Ju’alah


   Agar pelaksanaan Ju’alah dipandang sah, harus memenuhi syarat-syarat:
   1. Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cukup untuk melakukan
       tindakan hukum, yaitu: Baligh berakal dan cerdas. Dengan demikian anak-anak, orang
       gila dan orang yang berada dibawah pengampuan tidak sah melakukan Ju’alah.
   2. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang bernilai harta dan
       jelas juga jumlahnya. Hartanya yang haram tidak dipandang sebagai harta yang
       bernilai (Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali)
   3. Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan
       boleh dimanfaatkan menurut hukum syara’
   4. Mazhab Maliki dan Syafi’i menambahkan syarat, bahwa dalam masalah tertentu,
       Ju’alah tidak boleh dibatasi dengan waktu tertentu, seperti mengembalikan
(menemukan) orang yang hilang. Sedangkan Mazhab Hambali membolehkan
           pembatasan waktu.
      5. Mazhab Hambali menambahkan, bahwa pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu, tidak
           terlalu berat, meskipun dapat dilakukan berulang kali seperti mengembalikan binatang
           ternak yang lepas dalam jumlah yang banyak.8
      E. Rukun dan Ketentuan Syari’ah




           Rukun Ju’alah ada empat, yaitu:

           1. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al-qaid/al-ja’il)

           2. Objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al-maj’ul)

           3. Hadiah yanga kan diberikan (al-ji’l)

           4. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab)




          Ketentuan Syari’ah

          1. Pihak yang membuat sayembara: cakap hukum, baligh dan dapat juga dilakukan
               oleh orang lain.

          2. Objek yang harus dikerjakan:

               a. Harus mengandung manfaat yang jelas,

               b. Boleh dimanfaatkan sesuai syari’ah.

          3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlahnya harus
               jelas.

          4. Sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul.




8
    Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 270
F. Perlakuan Akuntansi

           Bagi pihak yang membuat janji

           Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas
sayembara tersebut.

           Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:
           Dr. beban Ju’alah                            xxx

                Kr. Kas/Asset non kas lain                    xxx




           Jika yang diberikan adalah asset nonkas lain maka harus dinildi dengan harga wajar,
           setelah sebelumnya nilai asset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga wajarnya.

           Bagi pihak yang menerima janji
           Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apapun karena belum pasti hasil
atas syembara tersebut.




                    Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:

                    Dr. kas/Asset nonkas lain                   xxx

                              Kr. Pendapatan Ju’alah                       xxx

           Jika yang diberikan adalah asset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga pasar.9




           G.pembatalan
           Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali memandang, bahwa Ju’alah adalah perbuatan
hokum yang bersifat suka rela. Dengan demikian, pihak pertama yang menjanjikan upah atau
hadiah, dan pihak kedua, yang melaksanakan pekerjaan dapat melakukan pembatalan.
Mengenai waktu pembatalan terjadi perbedaan pendapat



9
    Lokcit, Sri Nurhayati-Wasilah, hal. 271
Mazhab Maliki berpendapat, bahwa Ju’alah hanya dapat dibatalkan oleh pihak pertama
sebelum pekerjaan dimulai oleh pihak kedua.
              Mazhab Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa pembatalan itu dapat dilakukan oleh
salah satu pihak setiap waktu, selama pekerjaan itu belum selesai dilaksanakan, karena
pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela. Namun menurut mereka, apabila pihak
pertama membatalkannya, sedangkan pihak kedua belum selesai melaksanakannya, maka
pihak kedua harus mendapatkan imbalan yang pantas sesuai dengan volume perbuatan yang
dilaksanakannya. Kendatipun pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela, tetapi
kebijaksanaan perlu diperhatikan.10




       III.       PENUTUP
              Ju’alah adalah akad yang terkait dengan kinerja atau keberhasilan.
              Ada beberapa madzhab ulama seperti: Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali
berpendapat, bahwa Ju’alah boleh dilakukan, dan ada pula yang mengharamkan Ju’alah
karena mengandung unsur Gharar, salah satunya Mazhab Hanafi tidak membenarkan Ju’alah
karena didalam Ju’alah terdapat unsur Gharar, dan perbuatan yang mengandung unsur gharar
itu merugikan salah satu pihak dan dilarang dalam Islam. Dengan pembahasan diatas kita
dapat mengetahui seperti apakah Ju’alah itu, dan apa saja yang menyebabkan boleh atau tidak
diperbolehkannya Ju’alah. Wallahu a’lam bis shawab.




10
     Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 270
DAFTAR PUSTAKA


-   Ali Hasan, Muhamad, “Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat)”,

    PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

-   Nurhayati Sri, wasilah, “Akuntansi Syariah di Indonesia”, Jakarta Salemba Empat,

    2011

-   Http:// Sharianomics. Wordpress. Com. /category/bank/03-jasa-surat-berharga/jualah/

    Akses:1 Maret 2011. 12.00
-   Http://luqmannomics. Wordpress. Com/2008/01/02/jualah. Akses:1 Maret 2011.

    12.00

More Related Content

What's hot

jual beli dalam islam
jual beli dalam islamjual beli dalam islam
jual beli dalam islam
Ilmu-bermanfaat23
 
Qardh dan Ariyah
Qardh dan AriyahQardh dan Ariyah
Qardh dan Ariyah
mugnisulaeman
 
11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH
fissilmikaffah1
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
fissilmikaffah1
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
ISEFID
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
fissilmikaffah1
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Thony Fathoni
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
Rendra Fahrurrozie
 
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
Khansha Hanak
 
07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)
fissilmikaffah1
 
Presentasi+wadiah
Presentasi+wadiahPresentasi+wadiah
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
fissilmikaffah1
 
Hukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamHukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamDerina Ellya R
 
Hibah
HibahHibah
Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8
Marhamah Saleh
 
Al-Kafalah
Al-KafalahAl-Kafalah
Al-Kafalah
RazZein MuOo
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
Aini29
 

What's hot (20)

jual beli dalam islam
jual beli dalam islamjual beli dalam islam
jual beli dalam islam
 
Qardh dan Ariyah
Qardh dan AriyahQardh dan Ariyah
Qardh dan Ariyah
 
11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
 
Kafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalahKafalah dan wakalah
Kafalah dan wakalah
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
 
Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah)
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
simpan pinjam dalam Islam (Ariyah)
 
07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)
 
Presentasi+wadiah
Presentasi+wadiahPresentasi+wadiah
Presentasi+wadiah
 
Presentasi ijarah
Presentasi ijarahPresentasi ijarah
Presentasi ijarah
 
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
 
Hukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamHukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam Islam
 
Hibah
HibahHibah
Hibah
 
Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8
 
Al-Kafalah
Al-KafalahAl-Kafalah
Al-Kafalah
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 

Viewers also liked

Ju'alah ( Commision) in Islam
Ju'alah ( Commision) in IslamJu'alah ( Commision) in Islam
Ju'alah ( Commision) in Islam
Mohd Yunus
 
62 fatwa ju'alah
62 fatwa ju'alah62 fatwa ju'alah
62 fatwa ju'alah
SiLvi FitrissaLam
 
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Shaharniza Bujang Saili
 
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALATSYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
Abu eL IQram
 
Sharf
SharfSharf
Contract of hawalah
Contract of hawalahContract of hawalah
Contract of hawalah
Irwan John Imbayan
 
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
Muhammad Idris
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
ayusl268
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
Work Free
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
Alief Reza KC
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Dodyk Fallen
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Yugo Fandita
 
Jaminan (Kafalah)
Jaminan (Kafalah)Jaminan (Kafalah)
Jaminan (Kafalah)
Zafirah Abdullah
 
ar rahnu
ar rahnuar rahnu
ar rahnu
Nurul Hanani
 
HIWALAH
HIWALAHHIWALAH
AL-RAHN
AL-RAHNAL-RAHN
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
PPG di Universitas Negeri Malang
 
WADI'AH
WADI'AHWADI'AH

Viewers also liked (20)

Ju'alah ( Commision) in Islam
Ju'alah ( Commision) in IslamJu'alah ( Commision) in Islam
Ju'alah ( Commision) in Islam
 
62 fatwa ju'alah
62 fatwa ju'alah62 fatwa ju'alah
62 fatwa ju'alah
 
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
Ijaarah dan jialah (upah dlm islam)
 
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALATSYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 
Contract of hawalah
Contract of hawalahContract of hawalah
Contract of hawalah
 
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
Rpp fiqih MA kelas XII, 1 2
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
 
Jaminan (Kafalah)
Jaminan (Kafalah)Jaminan (Kafalah)
Jaminan (Kafalah)
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
ar rahnu
ar rahnuar rahnu
ar rahnu
 
HIWALAH
HIWALAHHIWALAH
HIWALAH
 
AL-RAHN
AL-RAHNAL-RAHN
AL-RAHN
 
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
RPP EKONOMI SMA X kd 3.7
 
WADI'AH
WADI'AHWADI'AH
WADI'AH
 

Similar to Kel.14 jualah

BAB I (1).docx
BAB I (1).docxBAB I (1).docx
BAB I (1).docx
RagilFadilah
 
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdfMakalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
Istikomahdwil
 
Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)
ErsaLailatul
 
makalah Ji'alah
makalah Ji'alahmakalah Ji'alah
makalah Ji'alah
Tri Agustuti
 
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
GilangIlhamFirdaus
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
DifaFairuz
 
Makalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih MuamalatMakalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih Muamalat
DianaZn
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Fiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutangFiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutang
Fathurrahman Azmi
 
Akad Ba'i Salam
Akad Ba'i SalamAkad Ba'i Salam
Akad Ba'i Salam
Muhamad Ma'ruf Hidayat
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
Mulyanah
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
Zukét Printing
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
Zukét Printing
 
Tugasan al fiqh al islami 1 assignment pertama tajuk pilihan konsep ujrah-
Tugasan al fiqh al islami 1  assignment pertama tajuk pilihan  konsep ujrah-Tugasan al fiqh al islami 1  assignment pertama tajuk pilihan  konsep ujrah-
Tugasan al fiqh al islami 1 assignment pertama tajuk pilihan konsep ujrah-
Norafsah Awang Kati
 
Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3
kasmuddin nanang
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
Mulyanah
 
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipAkad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Nefianti Aliah
 

Similar to Kel.14 jualah (20)

BAB I (1).docx
BAB I (1).docxBAB I (1).docx
BAB I (1).docx
 
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdfMakalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
Makalah Penerapan Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS).pdf
 
Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)Ijarah (Sewa)
Ijarah (Sewa)
 
makalah Ji'alah
makalah Ji'alahmakalah Ji'alah
makalah Ji'alah
 
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
 
Makalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih MuamalatMakalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih Muamalat
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Fiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutangFiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutang
 
Akad Ba'i Salam
Akad Ba'i SalamAkad Ba'i Salam
Akad Ba'i Salam
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Khafalah
KhafalahKhafalah
Khafalah
 
Tugasan al fiqh al islami 1 assignment pertama tajuk pilihan konsep ujrah-
Tugasan al fiqh al islami 1  assignment pertama tajuk pilihan  konsep ujrah-Tugasan al fiqh al islami 1  assignment pertama tajuk pilihan  konsep ujrah-
Tugasan al fiqh al islami 1 assignment pertama tajuk pilihan konsep ujrah-
 
Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipAkad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
 

More from Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnMulyanah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahMulyanah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Mulyanah
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
Mulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
Mulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 

More from Mulyanah (10)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahn
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’Kel.5 istishna’
Kel.5 istishna’
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 

Kel.14 jualah

  • 1. MAKALAH JU’ALAH Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “ Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah” Disusun Oleh :  Siti Maesaroh (081400142)  Candra Karmila Sari (081400141) EKIS A/VI FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN 2011 M / 1432 H
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah “Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah”. Shalawat beserta salam mari kita curahkan dan panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabat-sahabatnya yang telah mengantarkankan kita selaku umatnya dari zaman jahiliyah atau zaman kebodohan hingga ke zaman yang terang benderang menembus cakrawala ilmu-ilmu pengetahuan yang dicari oleh umat-umatnya. Penulis telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ju’alah”. Makalah ini masih banyak kekurangannya, terutama mengenai pembahasannya. Seiring dengan perjalanan itu penulis terus berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Serang, 10 Maret 2011
  • 3. Penulis I. PENDAHULUAN Ju’alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan diperolehnya. Misalnya seseorang yang menjadikan Ju’alah atas suatu pekerjaan yaitu menemukan kembali yang hilang, atau ternaknya yang lepas, atau pembuatan dinding, atau menggali sumur hingga menemukan air, atau mengafalkan al-Qur’an untuk anaknya, atau menyembuhkan orang yang sakit hingga sembuh, atau memenangkan suatu kompetisi tertentu dan sebagainya. Terkait dengan masalah diatas, kita harus memahami definisi Ju’alah sendiri, dasar hukum, jenis akad, persyaratan dan pembatalan Ju’alah itu sendiri
  • 4. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Ju’alah Ju’alah artinya janji hadiah atau upah. Pengertian secara etimologi berarti upah atau hadiah yang diberikan kepada seseorang, karena orang tersebut mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Secara terminologi fiqih berarti “suatu iltizam (tanggung jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu secara suka rela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.”1 umpamanya , seseorang berkata: “siapa saja yang dapat menemukan SIM atau KTP saya yang hilang, maka saya beri imbalan upah ima puluh ribu rupiah’, dalam masyarakat di Indonesia ini, biasanya diiklankan di surat kabar supaya dapat dibaca orang.2 Ju’alah berasal dari kata Ja’ala yang memiliki banyak arti : Jumlah imbalan, meletakkan, membuat, menasabkan. Menurut Fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan hukum positif maka akad Ju’alah bisa dianalogikan dengan sayembara, imbalan, upah atau perlombaan. Para ahli Fiqih sepakat bahwa akad Ju’alah merupakan hal yang boleh (jaiz), termasuk mazhab Maliki, Syafi’i, Hambali, serta Syi’ah. Walaupun para imam mazhab berbeda pendapat penggunaan akad Ju’alah untuk melakukan mu’amalah, mazhab Hanafi dan Zhahiri melarang penggunaan akad ini untuk mu’amalah dengan alasan adanya gharar karena dalam akad Ju’alah boleh saja tidak disebutkan secara jelas batas waktu, bentuk atau cara melakukannya.3 1 Muhamad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2003, hal. 265 2 Http:// luqmannomic. Wordpress. Com/2008/01/02/Ju’alah. Akses 1 Maret 2011. 12.00 3 Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba 2011, hal. 270.
  • 5. Mazhab Maliki mendefinisikan ju’alah: “suatu upah yang dijanjikan sebagai imbalan atas suatu jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan oleh seseorang. Mazhab Syafi’i mendefinisikannya: seseorang yang menjanjikan suatu upah kepada orang yang mampu memberikan jasa tertentu kepadanya. Definisi pertama (Mazhab Maliki) menekankan segi ketidakpastian, berhasilnya perbuatan yang diharapkan. Sedangkan definisi kedua (Mazhab Syafi’i) menekankan segi ketidakpastian orang yang melaksanakan pekerjaan yang diharapkan.4 Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Ju’alah adalah akad dengan pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini diterapkan oleh bank dalam menawarkan pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah. Contoh referensi bank, dukungan bank.5 Meskipun Ju’alah berbentuk upah atau hadiah sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Qudamah (ulama Mazhab Hambali), ia dapat dibedakan dengan ijarah (transaksi upah) dari lima segi: 1. Pada Ju’alah upah atau hadiah yang dijanjikan, hanyalah diterima orang yang menyatakan sanggup mewujudkan apa yang menjadi obyek pekerjaan tersebut, jika pekerjaan itu telah mewujudkan hasil dengan sempurna. Sedangkan pada ijarah, orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut berhak menerima upah sesuai dengan ukuran atau kadar prestasi yang diberikannya, meskipun pekerjaan itu belum selesai dikerjakan, atau upahnya dapat ditentukan sebelumnya, apakah harian atau mingguan, tengah bulanan atau bulanan sebagaimana yang berlaku dalam suatu masyarakat. 2. Pada ju’alah unsur gharar, yaitu penipuan (spekulasi) atau untung-untungan karena di dalamnya terdapat ketidaktegasan dari segi batas waktu penyelesaian pekerjaan atau cara kerjanya disebutkan secara tegas dalam akad (perjanjian) atau harus dikerjakan sesuai dengan obyek perjanjian itu. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa dalam Ju’alah yang dipentingkan adalah keberhasilan pekerjaan, bukan batas waktu atau cara mengerjakannya. 3. Pada Ju’alah tidak dibenarkan memberikan upah atau hadiah sebelum pekerjaan dilaksanakan dan mewujudkannya. Sedangkan dalam ijarah, dibenarkan memberikan 4 Opcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 266 5 Http://Sharianomics. Wordpress. Com/category/bank/03-jasa-surat-berharga/jualah. Akses:1 Maret 2011. 12.00
  • 6. upah terlebih dahulu, baik keseluruhan maupun sebagian, sesuai dengan kesepakatan besama asal saja yang memberi upah itu percaya. 4. Tindakan hukum yang dilakukan dalam Ju’alah bersifat suka rela sehingga apa yang dijanjikan boleh saja dibatalkan, selama pekerjaan belum dimulai, tanpa menimbulkan akibat hukum. Apalagi tawaran yang dilakukan bersifat umum seperti mengiklankan di surat kabar. Sedangkan dalam akad ijarah, terjadi transaksi yang bersifat mengikat semua pihak yang melakukan perjanjian kerja. Jika pekerjaan itu dibatalkan, maka tindakan itu akan menimbulkan akibat hukum bagi pihak bersangkutan. Biasanya sanksinya disebutkan dalam perjanjian (akad). 5. Dari segi ruang lingkupnya Mazhab Maliki menetapkan kaidah, bahwa semua yang dibenarkan menjadi obyek akad dalam transaksi Ju’alah, boleh juga menjadi obyek dalam transaksi ijarah. Namun tidak semua yang dibenarkan menjadi obyek dalam transaksi ijarah, dibenarkan pula menjadi obyek dalam transaksi Ju’alah. Dengan demikian, ruang lingkup ijarah lebih luas dari pada ruang lingkup Ju’alah. Berdasarkan kaidah tersebut, maka pekerjaan menggali sumur sampai menemukan air, dapat menjadi obyek dalam akad ijarah, tetapi tidak boleh dalam akad Ju’alah. Dalam ijarah, orang yang menggali sumur itu sudah dapat menerima upah, walaupun airnya belum ditemukan. Sedangkan pada Ju’alah, orang itu baru dapat mendapat upah atau hadiah sesudah pekerjaan itu sempurna.6 Menurut Az-Zuhaili dalam Maksum (2008), perbedaan antara akad Ju’alah dengan upah bekerja (ijarah dalam tenaga kerja) adalah: 1. Ju’alah diberikan jika pekerjaan telah selesai, sedangkan upah sesuai dengan ukuran tertentu. 2. Ju’alah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batas waktunya. Walaupun mazhab Hambali dan Syafi’i membolehkan menentukan batas waktu. 3. Ju’alah tidak bisa dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar di muka. 4. Ju’alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dilakukan aslakan belum selesai, sedangkan upah tidak dapat dibatalkan karena mengikat. 5. Upah lebih luas ruang lingkupnya dari Ju’alah.7 6 Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 267 7 Lokcit, Sri Nurhayati-Wasilah, hal. 270
  • 7. B. Dasar Hukum Ju’alah Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa Ju’alah boleh dilakukan dengan alasan: 1. Firman Allah: FFFFFFFF i i i rm Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya". (QS. Yusuf:72) 2. Dalam hadits diriwayatkan, bahwa para sahabat pernah menerima hadiah atau upah dengan cara Ju’alah berupa seekor kambing karena salah seorang di antara mereka berhasil mengobati orang yang dipatok kalajengking dengan cara membaca surat Al- Fatihah. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah, karena takut hadiah itu tidak halal. Rasulullah pun tertawa seraya bersabda: “Tahukah anda sekalian, bahwa itu adalah jampi-jampi (yang positif). Terimalah hadiah itu dan beri saya sebagian.” (HR. Jamaah, mayoritas ahli Hadits kecuali an-Nasai). 3. Secara logika Ju’alah dapat dibenarkan, karena merupakan salah satu cara untuk memenuhi keperluan manusia, sebagaimana halnya dengan ijarah dan mudharabah (perjanjian kerja sama dagang). Mazhab Hanafi tidak membenarkan Ju’alah, karena dalam Ju’alah terdapat unsur gharar, sebagaimana telah dikemukakan di atas. Perbuatan yang mengandung gharar itu merugikan salah satu pihak dan dilarang dalam Islam.
  • 8. C. Ucapan yang digunakan Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa agar perbuatan hukum yang dilakukan dalam bentuk Ju’alah itu dipandang sah, maka harus ada ucapan (sighah) dari pihak yang menjanjikan upah atau hadiah, yang isinya mengandung izin bagi orang lain untuk melaksanakan perbuatan yang diharapkan dan jumlah upah yang jelas tidak seperti iklan dalam surat kabar yang biasanya tidak menyebutkan imbalan secara pasti. Ucapan tersebut tidak mesti, keluar dari orang yang memerlukan jasa itu, tetapi boleh juga dari orang lain seperti wakilnya, anaknya, atau bahkan orang lain yang bersedia memberikan hadiah atau upah. Kemudian Ju’alah dipandang sah, walaupun hanya ucapan ijab saja yang ada, tanpa ada ucapan Kabul (cukup sepihak). D. Persyaratan Ju’alah Agar pelaksanaan Ju’alah dipandang sah, harus memenuhi syarat-syarat: 1. Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cukup untuk melakukan tindakan hukum, yaitu: Baligh berakal dan cerdas. Dengan demikian anak-anak, orang gila dan orang yang berada dibawah pengampuan tidak sah melakukan Ju’alah. 2. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang bernilai harta dan jelas juga jumlahnya. Hartanya yang haram tidak dipandang sebagai harta yang bernilai (Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali) 3. Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan menurut hukum syara’ 4. Mazhab Maliki dan Syafi’i menambahkan syarat, bahwa dalam masalah tertentu, Ju’alah tidak boleh dibatasi dengan waktu tertentu, seperti mengembalikan
  • 9. (menemukan) orang yang hilang. Sedangkan Mazhab Hambali membolehkan pembatasan waktu. 5. Mazhab Hambali menambahkan, bahwa pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu, tidak terlalu berat, meskipun dapat dilakukan berulang kali seperti mengembalikan binatang ternak yang lepas dalam jumlah yang banyak.8 E. Rukun dan Ketentuan Syari’ah Rukun Ju’alah ada empat, yaitu: 1. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al-qaid/al-ja’il) 2. Objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al-maj’ul) 3. Hadiah yanga kan diberikan (al-ji’l) 4. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab) Ketentuan Syari’ah 1. Pihak yang membuat sayembara: cakap hukum, baligh dan dapat juga dilakukan oleh orang lain. 2. Objek yang harus dikerjakan: a. Harus mengandung manfaat yang jelas, b. Boleh dimanfaatkan sesuai syari’ah. 3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan jumlahnya harus jelas. 4. Sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul. 8 Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 270
  • 10. F. Perlakuan Akuntansi Bagi pihak yang membuat janji Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal: Dr. beban Ju’alah xxx Kr. Kas/Asset non kas lain xxx Jika yang diberikan adalah asset nonkas lain maka harus dinildi dengan harga wajar, setelah sebelumnya nilai asset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga wajarnya. Bagi pihak yang menerima janji Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apapun karena belum pasti hasil atas syembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal: Dr. kas/Asset nonkas lain xxx Kr. Pendapatan Ju’alah xxx Jika yang diberikan adalah asset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga pasar.9 G.pembatalan Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali memandang, bahwa Ju’alah adalah perbuatan hokum yang bersifat suka rela. Dengan demikian, pihak pertama yang menjanjikan upah atau hadiah, dan pihak kedua, yang melaksanakan pekerjaan dapat melakukan pembatalan. Mengenai waktu pembatalan terjadi perbedaan pendapat 9 Lokcit, Sri Nurhayati-Wasilah, hal. 271
  • 11. Mazhab Maliki berpendapat, bahwa Ju’alah hanya dapat dibatalkan oleh pihak pertama sebelum pekerjaan dimulai oleh pihak kedua. Mazhab Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa pembatalan itu dapat dilakukan oleh salah satu pihak setiap waktu, selama pekerjaan itu belum selesai dilaksanakan, karena pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela. Namun menurut mereka, apabila pihak pertama membatalkannya, sedangkan pihak kedua belum selesai melaksanakannya, maka pihak kedua harus mendapatkan imbalan yang pantas sesuai dengan volume perbuatan yang dilaksanakannya. Kendatipun pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela, tetapi kebijaksanaan perlu diperhatikan.10 III. PENUTUP Ju’alah adalah akad yang terkait dengan kinerja atau keberhasilan. Ada beberapa madzhab ulama seperti: Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat, bahwa Ju’alah boleh dilakukan, dan ada pula yang mengharamkan Ju’alah karena mengandung unsur Gharar, salah satunya Mazhab Hanafi tidak membenarkan Ju’alah karena didalam Ju’alah terdapat unsur Gharar, dan perbuatan yang mengandung unsur gharar itu merugikan salah satu pihak dan dilarang dalam Islam. Dengan pembahasan diatas kita dapat mengetahui seperti apakah Ju’alah itu, dan apa saja yang menyebabkan boleh atau tidak diperbolehkannya Ju’alah. Wallahu a’lam bis shawab. 10 Lokcit, Muhamad Ali Hasan, hal. 270
  • 12. DAFTAR PUSTAKA - Ali Hasan, Muhamad, “Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat)”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003. - Nurhayati Sri, wasilah, “Akuntansi Syariah di Indonesia”, Jakarta Salemba Empat, 2011 - Http:// Sharianomics. Wordpress. Com. /category/bank/03-jasa-surat-berharga/jualah/ Akses:1 Maret 2011. 12.00
  • 13. - Http://luqmannomics. Wordpress. Com/2008/01/02/jualah. Akses:1 Maret 2011. 12.00