- Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang diintegrasikan dengan pengobatan modern untuk meningkatkan kesehatan secara holistik meliputi aspek fisik, mental dan spiritual.
- Terapi komplementer dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu berbasis biologi, mind-body, manipulatif, energi, dan sistem kedokteran tradisional.
- Peran perawat dalam terapi komplementer adalah memberikan asuhan keperawatan secara holistik
1. TERAPI KOMPLEMENTER SEBAGAI
KEBIJAKAN PROGRAM PELAYANAN
KESEHATAN
Ns. Diny Vellyana S.Kep.,MMR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2. Sub
Kajian
• Pendahuluan
• Definisi
• Sejarah
• Pemilihan Metode Terapi Komplementer
• Pemilihan Penggunaan Metode Komplementer
• Hubungan Keperawatan & Terapi Komplementer
• Kategori Terapi Komplementer
• Peraturan Menteri Kesehatan RI
3. Pendahulu
an
• Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Atau dikenal juga terapi modalitas atau aktivitas
• Terapi komplementer disebut juga sebagai pengobatan holistik. Didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi .
• Terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber
daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
4. Defini
si
• Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
• Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
• Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum
tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
• Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
5. •Terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu
dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
6. • Pengobatan Komplementer Alternatif adalah pengobtan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
: promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dg kualitas keamanan dan efektifitas yg tinggi yang
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional.
(PerMenKes RI NO 1109/MENKES/PER IX/2007)
7. • Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik
Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “dalam menjalankan
tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan
kompelementer dan alternatif.
• Pasal 30 ayat (2) adalah melakukan penatalaksanaan keperawatan
komplementer dan alternatif merupakan bagian dari penyelenggaraan
praktik keperawatan dengan memasukan/mengintegrasikan terapi
komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
10. Pelatihan keterampilan teknik
pengobatan tradisional :
•Akupressur
•Pijat
•Senam pernapasan
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk beralih ke pengobatan tradisional. Untuk
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan unsur holistik.
11. Alasan Pemilihan Penggunaan Metode
Pengobatan Komplementer
•Pengobatan Komplementer lebih memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan serta kehidupan
dirinya.
•Pengobatan Komplementer lebih menginginkan pengobatan yang bersifat holistik ; pengobatan
fisik, Jiwa & spiritual
•Pengobatan Komplementer Lebih menekan efek samping yang ditimbulkan
•Hasil dari pengobatan konvensional tidak seutuhnya memberikan kesembuhan
•Terjadi perbedaan filosofi praktik pengobatan yang disebabkan oleh latar belakang kultur dari
masing2 metode pengobatan.
12. Hubungan Keperawatan & Terapi
Komplementer
•Konsep Pengobatan Integratif Bersifat Holistik memiliki kesamaan dengan Konsep Keperawatan
Menurut Florance Yaitu : Pentingnya pengaruh lingkungan, sentuhan, cahaya, aromatik, musik,
ketenangan â–ˇProses Penyembuhan.
•Tradisi Asuhan Kep yang bersifat Holistik Yaitu perawat memberikan pelayanan terhadap seseorang
Keluarga kelompok hingga masyarakat meliputi aspek fisik, jiwa, sosial, spiritual dalam kondisi sehat
/ sakit.
•Keperawatan □ memiliki tujuan untuk mempertahankan kesehatan serta meningkatkan proses
kesembuhan secara menyeluruh dalam kehidupan manusia
13. Hubungan Keperawatan & Terapi
Komplementer
Perawat
•Melakukan perawatan
secara holsitik memiliki
peran : alat & fasilitator
proses Penyembuhan.
Perawat
•Dibekali Pengalaman
kesehatan – keyakinan –
nilai harapan kreativitas
(pengetahuan & penelitian
kep) â–ˇ memperlakukan
pasien dg baik.
14. Hubungan Keperawatan & Terapi
Komplementer
Perawat
•Mengintegrasikan konsep
selfcare – tanggung jawab
– memiliki aspek spiritual.
Perawat
•Meningkatkan kesadaran
diri baik internal dan
eksternal
15. •Konsep Pengobatan Terapi Komplementer
•Tindakan Keperawatan
•Tindakan yang memiliki fungsi untuk melengkapi kebutuhan dasar manusia. STRATEGI HOLISTIK
Catatan : Perawat tidak diperbolehkan melakukan
tindakan yg tidak didasari dengan ilmu pengetahuan /
SOP
16. Memandang Individu sebagai Holistik
: Sister Callista Roya
•TeoriAdaptasi
•Fisiologis
•Konsep Diri
•Fungsi Peran
•Saling Ketergantungan
17. Memandang Individu sebagai Holistik
: Sister Callista Roya
•Fisiologis
•Oksigenasi, Eliminasi, Nutrisi, Aktifitas dan Istirahat, Sensori, Cairan dan Elektrolit, Fungsi Saraf,
Endokrin dan Reproduksi.
•Konsep Diri
•Nilai, Kepercayaan, Emosi, Cita-cita, Perhatian.
•Fungsi Peran
•Menggambarkan Hubungan interaksi seseorang dg orang lain.
•Saling Ketergantungan
•Nilai kemanusiaan, cinta dan keseriusan.
18. • Berdasarkan teori keperawatan tersebut secara tidak langsung menjelaskan
pentingnya seorang perawat memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dalam proses kesembuhan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
• Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan meliputi
pengkajian – diagnosa keperawatan – intervensi – implementasi – evaluasi.
19. Terapi Komplementer dikategorikan
menjadi 5
1. Biologi Based Practice : Herbal, Vitamin.
2. Mind – Body Tekhnik : Meditasi
3.Manipulative and Body Based Practice : pijat,
Refleksi
4. Energi Terapi : Terapi Medan Magnet
5. Ancient Medical sistem : akupuntur.
21. Peran Perawat dalam Terapi
Komplementer
• Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
• Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai
perawatan diri secara total.
• Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya
22. Peran Perawat dalam Terapi
Komplementer
• Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien
• Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan
kepada pasiennya.
23. Peran Perawat dalam Terapi
Komplementer
• Peran Sebagai Edukator
• Tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu
klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan.
• Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. .
24.
25.
26.
27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2017
Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
• Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116.
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144
• Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1186/MENKES/Per/XI/1996 tentang Pemanfaatan Akupunktur di Sarana
Pelayanan Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
28. • Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional
komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti dalam keadaan tertentu.
• Pelayanan Kesehatan Konvensional adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
dan/atau tenaga kesehatan lainnya berupa mengobati gejala dan penyakit dengan menggunakan obat,
pembedahan, dan/atau radiasi.
• Surat Terdaftar Penyehat Tradisional yang selanjutnya disingkat STPT adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada penyehat tradisional yang telah mendaftar untuk memberikan pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris.
• Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya disingkat STRTKT adalah bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
• Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat SIPTKT adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam rangka pelaksanaan pemberian Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer.
29. Pengaturan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi bertujuan untuk:
• Terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang
terintegrasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang aman, bermutu, efektif
dan sesuai dengan standar;
• Memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi;
• Mewujudkan manajemen yang terpadu dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Integrasi; dan
• Terlaksananya pembinaan dan pengawasan secara berjenjang oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
30. • Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi dilakukan secara bersama oleh
tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain untuk
pengobatan/perawatan pasien.
• Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
31. • Pasal 6
• Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi harus dilakukan dengan tata laksana:
A. Pendekatan holistik dengan menelaah dimensi fisik/jasmani, mental, spiritual, sosial,
dan budaya dari pasien.
B. Mengutamakan hubungan dan komunikasi efektif antara tenaga kesehatan dan pasien;
C. Diberikan secara rasional;
D. Diselenggarakan atas persetujuan pasien (informed consent);
E. Mengutamakan pendekatan alamiah;
F. Meningkatkan kemampuan penyembuhan sendiri; dan
G. Pemberian terapi bersifat individual.
32. • Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penyelenggara
• Paragraf 1 Umum Pasal 8
• (1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi meliputi Rumah Sakit dan Puskesmas.
• (2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus menetapkan pelayanan kesehatan tradisional yang akan
diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya.
33. • Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi pada Rumah Sakit Pasal 9
• (1) Penetapan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi pada Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan oleh kepala atau direktur Rumah Sakit
berdasarkan rekomendasi komite medik.
• (2) Rekomendasi Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:
• a. hasil kredensial terhadap staf medis dan tenaga kesehatan tradisional yang akan
melakukan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi;
• b. jenis dan modalitas pelayanan kesehatan tradisional yang akan diintegrasikan; dan
• c. area klinis/indikasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi.
34. Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional : PP
RI NO 103 Thn 2014
• Jenis pelayanan kesehatan tradisional meliputi:
• a. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris;
• b. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer; dan
• c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
35. 1. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris
• Merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara empiris.
• Dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi cara perawatan
dalam satu sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris.
• Cara perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan: a. keterampilan; dan/atau b. ramuan.
36. 2. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer
• Merupakan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu
biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara ilmiah.
• Dapat menggunakan satu cara pengobatan/perawatan atau kombinasi cara
pengobatan/perawatan dalam satu kesatuan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer.
• Dilaksanakan di Fasilitas Peiayanan Kesehatan Tradisional.
37. • Kriteria tertentu Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer meliputi:
a. Mengikuti kaidah-kaidah ilmiah;
b. Tidak membahayakan kesehatan pasien/klien;
c. tetap memperhatikan kepentingan terbaik pasien/klien;
d. Memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan meningkatkan kualitas
hidup pasien/klien secara fi sik, mental, dan sosial; dan
e. Dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional
• Dilakukan dengan cara pengobatan/perawatan dengan menggunakan: a. keterampiian;
dan/atau b. ramuan
38. 3.Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi
• Merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan
kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer.
• Dilakukan secara bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan
tradisional untuk pengobatan/perawatan pasien/ klien.
• Diselenggarakan di Fasilitas Pelayan
• Rekomendasi Tim terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, organisasi
profesi, praktisi, dan pakar kesehatan tradisional.
• Tim sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Menteri
39. Tata cara pelayanan kesehatan
tradisional : pemberi pelayanan
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris diberikan oleh penyehat tradisional
dalam rangka upaya promotif dan preventif.
2. Pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai dengan pendekatan biokultural.
3. Penyehat tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
menerima klien sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang dimilikinya.
4. Dalam hal penyehat tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berhalangan, praktik tidak dapat digantikan oleh penyehat tradisional lainnya.
5. Penyehat tradisional yang tidak mampu memberikan pelayanan karena tidak
sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang dimilikinya wajib mengirim
kliennya ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
40. Pendaftaran Penvehat
Tradisional
1. Setiap penyehat tradisional yang memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris wajib memiliki STPT.
2. STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota tanpa dipungut
biaya.
3. Untuk memperoleh STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyehat tradisional mengajukan permohonan
kepada pemerintah, daerah kabupaten/kota.
4. STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan kepada penyehat tradisional yang tidak melakukan
intervensi tubuh yang bersifat invasif.
5. Setiap penyehat tradisional hanya dapat memiliki 1 (satu) STPT dan hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik
6. STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperbaharui
kembali selama memenuhi persyaratan.
7. Pembaharuan STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus melampirkan STPT yang telah habis masa
berlakunya.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan untuk memperoleh STPT diatur dengan Peraturan Menteri.
41. Registrasi dan Perizinan Tenaga
Kesehatan Tradisional
• Memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifi kat kompetensi.
• Setiap tenaga kesehatan tradisional yang menjalankan praktik wajib
memiliki STRTKT dan SIPTKT.
42. • Pasal 44
(1)STRTKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diberikan oleh konsil setelah
memenuhi persyaratan. (
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional;
• b. memiliki sertifi kat kompetensi;
• c. memiliki surat keterangan sehat fi sik dan mental;
• d. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji profesi; dan
• e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
(3) STRTKT berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat di registrasi ulang setelah memenuhi
persyaratan.
43. • Persyaratan untuk registrasi ulang Tenaga Kesehatan Tradisional :
1. Memiliki STRTKT lama;
2. Memiliki sertifi kat kompetensi;
3. Memiliki surat keterangan sehat fi sik dan mental; dan
4. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi