SlideShare a Scribd company logo
Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi & Makmuriyanto)
109
KAJIAN PERCEPATAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS
KECAMATAN/DISTRIK, DESA/KELURAHAN SECARA KARTOMETRIS
(Study onthe Used of Cartometric Method for Accelerating Districts and Villages Delimitation and
Affirmation)
Bambang Riadi dan Agus Makmuriyanto
Badan Informasi Geospasial
Jl. Raya Jakarta – Bogor Km.46, Cibinong, Bogor – Jawa Barat.
E-mail: bambang.riadi@big.go.id
Diterima (received): 28 April 2014; Direvisi (revised): 5 Mei 2014; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 17 Mei 2014
ABSTRAK
Pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa wajib dilakukan oleh camat sebagai
perangkat daerah kabupaten atau daerah kota. Dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri wajib memfasilitasi
pelaksanaan PP No.72 Tahun 2005 tentang Desa dengan mengeluarkan Pedoman Penetapan dan Penegasan
Batas Desa yang berupa Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas
Desa.Penetapan dan penegasan batas desa dilaksanakan untuk memberikan kepastian hukum terhadap batas
desa di wilayah darat.Permendagri No. 76 Tahun 2012 diterbitkannya sebagai pengganti Permendagri No. 1
Tahun 2006 mengatur bahwa penetapan dan penegasan batas daerah dilakukan secara kartometris, sehingga
kajian penerapan metode iniperlu dilakukan terhadap penetapan batas desa/kelurahan. Pelaksanaan
penetapan dan penegasan batas desa dilakukan di atas peta skala 1:5.000 - 1:10.000, namun ketersediaan
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sampai saat ini baru pada skala 1:10.000 dan pada wilayah yang masih
terbatas. Inovasi teknologi dengan memanfaatkan data citrategak resolusi tinggi hasil perekaman satelit
ataupun pesawat tanpa awak (UnmannedAerial Vehicle/UAV) diperlukan untuk melengkapi ketentuan skala
peta dalam pelaksanaan penetapan dan penegasan batas desa. Lokasi penelitian ini adalah di sebagian
wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogordan Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua
Barat. Hasil wawancara dengan penduduk pada kedua desa yang berbatasan menyatakan bahwa batas
wilayah indikatif yang terdapat pada peta RBI didapatkan pernyataan: salah, benar, dan tidak tahu.Demikian
juga dengan informasi mengenai unsur alam dan buatan yang lain sebagai indikasi batas dikarenakan
lurah/kepala desa belum mengetahui wilayah kerjanya.
Kata Kunci: batas indikatif, penetapan, penegasan, UAV
ABSTRACT
Supervision and monitoring of the village governance carried out by the head of sub-district as part of
regency or city supervision. Here, theMinistry of HomeAffairs facilitates the implementation of the Government
Regulation No.72 Year 2005 about Village by issuing Guidelines for Village Boundaries Delimitation and
Affirmation through Regulation of Ministry of Home Affairs No. 27 Year 2006 about Village Boundaries
Delimitation and Affirmation. The village boundaries delimitation is implemented to provide legal certainty
especially to the village boundaries on the land portion. TheRegulation of Ministry of Home Affairs No. 76 Year
2012 as a replacement of Regulation of Ministry of Home Affairs No. 1 Year 2006regulates that the village
boundaries delimitation shall be done by using chartometric method, so that an assessment of the
implementation ofthe method forvillage’sboundaries is required. Implementation of the village boundaries
delimitation shall be done on a map with scale of 1:5,000 - 1:10,000, yet the RBI maps is only availableon a
scale of 1:10,000 and cover limited areas. An innovation, such as by utilizing high-resolution imageriesobtained
by using satellite or Unmanned Aerial Vehicle (UAV), is required to accelerate the accomplishment to the village
boundaries delimitation. This research was carried outat some parts of Cibinong sub-district, Bogor Regencyand
Kais District, Sorong Selatan Regency, Papua Barat Province.Results of interview to people live in two nearby
villages borders regarding the indicative boundaries shown on the topographic (RBI) maps provide answers of:
false, true and unclear. Similar answers also addressed to a question about natural and artificial elements as
indicative boundaries because the head of the village do not familiar with their villages area.
Keywords: boundary indicative, determination, affirmation,UAV
Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116
110
PENDAHULUAN
Batas wilayah didefinisikan sebagai garis
khayal yang menggambarkan batas antar wilayah
kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, dan negara. Sesuai UU No. 4 Tahun 2011
tentang Informasi Geospasial, batas wilayah
merupakan salah satu unsur yang harus
digambarkan pada peta dasar. Sementara itu, UU
No. 6 Tahun 2014 membawa implikasi pada arti
penting pemetaan batas desa. Pada BAB III Pasal
8 Ayat 3 disebutkan bahwa pembentukan desa
harus memenuhi syarat batas wilayah desa yang
dinyatakan dalambentuk peta desa yang ditetapkan
dalam peraturan bupati/walikota. Selanjutnya, Pasal
17 Ayat 1 menyatakan bahwa “peraturan daerah
kabupaten/kota tentang pembentukan,
penghapusan, penggabungan, dan perubahan
status desa jadi kelurahan dan/atau kelurahan
menjadi desa diundangkan setelah mendapat
nomor registrasi dari gubernur dan kode desa dari
Kementerian Dalam Negeri”. Peraturan daerah
tersebutharus disertai lampiran peta batas wilayah
desa.
Penetapan dan penegasan batas
desa/kelurahan menjadi penting terkait keuangan
dan aset desa karena dana alokasi desa dihitung
berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.Pada
tahun 1969/1970, jumlah desa tercatat sebanyak
44.478, dan pada tahun 1973/1974 bertambah
menjadi 45.587, kemudian pada tahun 1978/1979
desa bertambah lagi sekitar 15.000 total menjadi
60.645. Pada tahun 1983/1984, ketika terjadi
penataan desa baru berdasarkan UU No. 5 Tahun
1979, jumlah desa/kelurahan bertambah menjadi
66.437. Berdasarkan Permendagri No. 18
Tahun2013 tentang Kode dan Data Wilayah
AdministrasiPemerintahan jumlah desa/kelurahan
telah mencapai 81.253. Namun demikian, laju
pemekaran yang meningkat dari tahun ke tahun ini
hampir keseluruhan tidak didahului bahkan diikuti
dengan penetapan dan penegasan desa yang
mengakibatkan tidak jelasnya pembagian aset
desa, sehingga mengakibatkan konflik antar-desa
dan bahkan antar-daerah kabupaten/kota jika batas
desa yang belum ditetapkan dan ditegaskan
tersebut sekaligus merupakan batas daerah.
Penelitian ini pada dasarnya adalah mengenai
delimitasi batas dan adjudikasi penentuan batas di
atas peta secara kartometris. Dengan cara ini,
penentuan batas wilayah lebih banyak dilakukan
diatas peta, baikhardcopy maupun digital,
sedangkan kegiatan lapangan dilaksanakan hanya
jika diperlukan.Maksud penelitian ini adalah untuk
pemodelan penetapan batas wilayah dalam rangka
percepatan implementasi dari Permendagri No. 27
Tahun 2006 yang mengacu pada Permendagri
No.76 Tahun 2012, dan tujuannya adalah
menyediakan data geospasial berupa koordinat titik
batas dan delineasi garis batas
kecamatan/kelurahan/desa secara kartometris dan
menyajikannya pada peta.
Tahap awal yang sangat penting dalam
penegasan batas daerah secara kartometris
adalah menyiapkan dan membuat peta kerja yang
akan digunakan dalam pelacakan untuk mencapai
kesepakatan batas antara daerah yang berbatasan
dan digunakan untuk menentukan koordinat titik-
titik batas. Peta dasar harus memenuhi kriteria
memadai, baik dari aspek skala maupun ketelitian
dan kebenaran informasi yang terkandung di dalam
peta dasar tersebut (Joyosumarto dkk.,2013).Citra
tegak resolusi tinggi dan peta Rupabumi Indonesia
(RBI) digunakan sebagai peta kerja. Batas
administrasi indikatif diperoleh dari peta RBI
sebagai referensi batas awal. Setiap wilayah
kelurahan/desa dibuat pada satu lembar peta kerja.
Citra dipotong sesuai dengan luasan wilayah
kelurahan/desa, dengan membuat batas
pemotongan sepadan segmen batas indikatif diluar
wilyah kelurahan/desa. Penelitian penetapan dan
penegasan batas wilayah secara kartometris ini
dilakukan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Distrik Kais,
Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.
METODE
Persiapan teknis dan persiapan administrasi
perijinan diperlukan untuk keperluan koordinasi dan
survei.Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang
Penetapan dan Penegasan Batas Desa
menyebutkan bahwa penetapan batas desa
diwujudkan melalui tahapan penelitian dokumen,
penentuan peta dasar yang dipakai, dan delineasi
garis batas secara kartometris di atas peta dasar.
Persiapan teknis yang dilakukan meliputi
pengumpulan data citra dan peta dengan cakupan
berdasarkan lokasi wilayah kecamatan hasil
koordinasi dengan kabupaten/kota yang menjadi
area studi. Data peta dasar tersedia pada skala
1:25.000 dijadikan sebagai acuan geometri data-
data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Data citra resolusi tinggi dapat diperoleh secara
gratis dengan unduh dari berbagai website.
Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi
kegiatan menyiapkan peta daerah studi dengan
menampilkan tematik batas wilayah kecamatan dan
desa serta menyiapkan citra resolusi tinggi. Peta
kerja dibuat berdasarkan peta dasar dan citra guna
keperluan sosialisasi dan koordinasi dengan
pemerintah setempat. Selanjutnya, proses
adjudikasi dengan melakukan verifikasi batas
indikatif di peta ke setiap desa/kelurahan dan
kecamatan. Proses updating peta dengan cara
melakukan overlay batas hasil adjudikasi, untuk
Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto)
111
selanjutnya proses pembuatan peta wilayah
kecamatan dan peta wilayah desa/kelurahan.
Tahapan pelaksanaan pekerjaan adjudikasi
batas antar-kecamatan/kelurahan ditampilkan
dalamGambar 1.Pada tahap ppersiapan,
pengunduhan citra satelit untuk keperluan
penentuan batas wilayah dilakukan dengan
menggunakan beberapa perangkat lunak antara
lain ScreenGrab yang dikombinasikan dengan
Mozilla Firefox, Easy Bing Downloader, Google
Maps Saver, Universal Maps Downloader, Google
Hybrid Maps Downloader, Google Satellite Maps
Downloader, Google Maps Downloader, Quantum
GIS, Globbal Mapper dan lain-lain. Kegunaan dari
beberapa perangkat lunak tersebut antara lain
untuk mengunduh citra, menyusun kembali
(membuat mosaik) dalam satu sistem koordinat,
menampilkan hasil mosaik dengan skala yang
bervariasi. Pada pengunduhan citra dilakukan
zooming yang optimal artinya dilakukan perbesaran
sehingga memiliki jangkauan spasial dan tingkat
kedetailan yang memadai untuk interpretasi
kenampakanobjek sebagai batas wilayah.
Citra satelit yang akan digunakan dalam
kegiatan ini perlu diolah terlebih dahulu sehingga
diperoleh tampilan citra yang optimal dengan posisi
georeferensi yang benar sehingga setiap objek
pada citra terlihat jelas untuk menonjolkan
kenampakan penutupan lahannya.
Citra digital atau peta hasil unduhan, biasanya
belum memiliki koordinat bumi (georeferensi), atau
masih berkoordinat lokal (baris dan kolom). Syarat
utama untuk dapat digunakan atau ditampilkan
bersama dengan data lain misalnya peta rupabumi
yang sudah bergeoreferensi atau titik batas hasil
tracking di lapangan, untuk itu data citra
digeoreferensi sesuai dengan sistem georeferensi
peta dasar yang digunakan sebagai acuan. Untuk
memastikan posisi citra terkoreksi (rectified) maka
dilakukan superimpose dengan peta RBI. Apabila
posisi citra baru sudah menempel pada peta
rupabumi maka proses rektifikasi dianggap sudah
benar, tetapi apabila sebaliknya, maka proses
orthorektifikasi perlu diulang dengan memperbaiki
posisi titik ikat (Ground Control Point/GCP) atau
mencari GCP lain yang lebih representatif.
Gambar1. Diagram alir pelaksanaan adjudikasi batas kecamatan/kelurahan.
Persiapan
Sudah betul
Belum betul
Pembuatan Peta Kerja
(overlay batas indikatif dari RBI di
atas citra resolusi tinggi)
PERSIAPAN
File MXD layout ArcGIS per NLP
File MXD ArcGIS seamless
File SHP per NLP
File SHP seamless
Sosialisasi dan
Koordinasi
Pengumpulan Data
-Peta RBI
-Citra Satelit
Pemetaan (dalam format
SIG)
- Plotting Titik dan
Delineasi Garis
Batas
- Digitasi Objek lain
- Cleaning Data
Pengisian data
atribut dan Proses
Layout
Proses Adjudikasi Batas
- Segmentasi garis batas (alam, buatan)
- Penentuan titik dan garis batas secara kartometris
(menggunakan peta RBI, citra satelit)
- Plotting data segmen batas hasil kegiatan ajudikasi
batas
Verifikasi Batas
Indikatif
Proses
Pengolahan
Data GIS
Penyajian
Hasil
Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116
112
Penggunaan peta RBI sebagai acuan kegiatan
adjudikasi karena peta rupabumi menampilkan
sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia.
Unsur-unsur tersebut dikelompokkan menjadi tujuh
tema, yaitu penutup lahan, hidrografi, hipsografi,
bangunan: gedung, transportasi dan utilitas, batas
administrasi, dan toponimi. Batas administrasi di
sini dapat berupa batas negara provinsi, batas
kota/kabupaten, batas kecamatan dan
desa/kelurahan yang menunjukkan batas wilayah
administrasi suatu daerah.
Kewenangan penetapan dan penegasan batas
provinsi dan batas kota/kabupaten adalah
Kementerian Dalam Negeri, dan Pemerintah
Daerah untuk batas kecamatan/kelurahan/desa.
Garis batas administrasi pada peta rupabumi
merupakan batas yang sifatnya indikatif. Dalam
rangka membuat batas indikatif menjadi batas
definitif, diperlukan proses penetapan batas
(delimitasi) dan penegasan batas
(demarkasi).Untuk penetapan batas desa
(delimitasi) dapat dilakukan secara kartometris
pada peta rupabumi atau citra.
UAVmerupakan sistem pesawat tanpa awak
yang menggunakan sistem berbasis elektromekanik
yang dapat melakukan misi-misi terprogram dengan
karakteristik: (1) tanpa awak pesawat; (2) beroperasi
pada mode mandiri baik secara penuh atau
sebagian; dan (3) sistem ini dapat dirancang untuk
dapat dipergunakan secara berulang (Wikantika,
2008). UAV untuk aplikasi inderaja patut
dikembangkan sebagai alternatif untuk monitoring
lahan pertanian, kemudahan pengoperasian,
fleksibilitas waktu dan areal pemotretan yang
diinginkan, biaya relatif lebih murah dibandingkan
harga perekaman wahana satelit, sebagai kelebihan
yang harus diperhitungkan (Shofiyanti, 2011). Pada
kegiatan penelitian ini UAV belum dipergunakan
karena pertimbangan belum mendapatkan hasil
kajian ketelitian geometrinya.
Tahapan kegiatan sosialisasi dilaksanakan
untuk menyampaikan dasar hukum, peraturan
perundangan dan arti pentingnya penataan batas
wilayah administrasi desa kepada para aparat
pemerintahan di daerah. Untuk itu dalam sosialisasi
dan koordinasi diikuti oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota setempat juga diikuti oleh para
camat dan para lurah pada wilayah yang akan
diadjudikasi. Pada saat koordinasi, disampaikan
teknis pelaksanaan adjudikasi atau metode
penetapan batas yang membutuhkan bantuan
aparat desa sebagai penunjuk batas. Untuk
selanjutnya disusun jadwal kunjungan tim
adjudikasi ke masing-masing desa, berdasarkan
kesepakatan dan kesiapan pihak desa.
Batas secara definisi dapat diartikan sebagai
garis pemisah antara objek. Selanjutnya batas
wilayah kecamatan/kelurahan/desa adalah tanda
pemisah antara kecamatan/kelurahan/desa yang
bersebelahan. Batas wilayah dimaksud sebagai
batas administrasi, yaitu pemisah wilayah
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan suatu desa/kelurahan dengan
desa/kelurahan lain. Dengan terwujudnya batas
administrasi yang jelas dan tegas, diharapkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan umum dapat
terwujud tertib administrasi kewilayahan, tertib
penyelenggaraan pembangunan, tertib pelayanan
umum, dan tertib pengelolaan kegiatan
kemasyarakatan.
Jenis-jenis batas desa/kelurahan di darat
dapat berupa batas alam atau batas buatan. Batas
alam adalah unsur-unsur alami seperti gunung,
sungai pantai, danau dan sebagainya, yang
dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas
desa/kelurahan. Batas buatan adalah unsur-unsur
buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel
keretaapi, saluran irigasi dan sebagainya yang
dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas
desa/kelurahan. Apabila batas wilayahnya adalah
tampakan geomorfologi berarti garis batas ini terdiri
dari watershed, sungai, dan alur terdalam
(thalwegs) dari sungai besar (Handoyo, 2011).
Garis batas di sungai merupakan garis khayal yang
melewati tengah-tengah sungai (thalwegs), garis
pemisah air (watershed) merupakan garis yang
dimulai dari suatu puncak gunung dan menyelusuri
punggung bukit yang mengarah kepada puncak
gunung pada sisi berikutnya.
Adjudikasi batas kecamatan/kelurahan/desa
sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
proses penetapan dan penegasan batas wilayah
kecamatan/kelurahan/desa, meliputi pengumpulan
dan penetapan kebenaran data fisik (berupa peta)
dan data yuridis (peraturan daerah) mengenai satu
atau beberapa segmen batas. Adjudikasi ini pada
dasarnya adalah kegiatan verifikasi yang dilakukan
bersama aparat kelurahan/desa untuk mencari
kebenaran data fisik (peta) dan kebenaran yuridis
(perda), kemudian membuat justifikasi dengan cara
membuat penetapan dan pengesahan hasil
verifikasi tersebut.
Verifikasi batas indikatif di atas citra tegak
resolusi tinggi dilakukan dengan cara interpretasi,
yaitu untuk memahami atau menafsirkan citra
sehingga mendapatkan informasi yang akurat
mengenai objek alam atau objek buatan yang
terekam pada citra. Interpretasi citra dilakukan
berdasarkan unsur-unsur: rona atau warna, bentuk,
ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi.
Interpretasi objekpada citra relatif lebih mudah
dilakukankarena citra yang digunakan citra tegak
resolusi tinggi berwarna. Pada citra tegak resolusi
tinggi dapat dibedakan dan diyakini bahwa objek
tersebut adalah jalan, sungai, rumah, dan
sebagainya. Verifikasi batas desa/kelurahan
dilakukan oleh tim adjudikasi bersama dengan
aparat desa sebagai penunjuk batas. Keterlibatan
aparat desa/kelurahan dalam kegiatan ini
merupakan tahap untuk mendapatkan kesepakatan
letak garis batas, dengan atau tanpa sumber
hukum tertulis mengenai batas tersebut. Jika garis
batas sudah dapat disepakati kedua belah pihak
Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto)
113
desa/kelurahan yang berbatasan, misal sebagai
batas berupa unsur alam buatan selanjutnya
dilakukan perapatan titik secara kartometris. Titik-
titik ini ditempatkan pada objek-objek yang mudah
dikenali, dengan kerapatan disesuaikan kebutuhan.
Untuk objek yang lurus seperti sungai atau jalan
hanyadibuat pada ujung-ujung segmen
(persimpangan atau belokan jalan atau sungai).
Penggambaran batas wilayah desa/ kelurahan
hasil adjudikasi sebagai bagian dari data
geospasial dasar, disajikan mengikuti kaidah
kartografis. Keterbatasan data peta skala besar
yang dapat digunakan sebagai data dasar
menyebabkan peta wilayah yang dibuat sebagai
hasil akhir proses kartografi ini adalah berupa peta
citra dengan cakupan wilayah satu kelurahan/desa.
Sebagai acuan adalah peta kerja dan daftar
koordinat serta segmen batas hasil adjudikasi.
Skala dan tata letak peta menyesuaikan bentuk
wilayah kelurahan/desa yang dipetakan.Untuk peta
desa/kelurahan legenda dapat diletakkan di
sebelah kanan isi peta atau di bawah isi peta.
Setiap titik kartometris hasil perapatan titik diberi
nomor dan nilai koordinatnya serta data atribut
nama desa/kelurahan yang bersebelahan pada titik
tersebut.
Optimalisasi penyelesaian batas dengan cara
kartometris dilakukan untuk mengurangi kegiatan
pelacakan lapangan. Guna memperkuat
argumentasi klaim wilayah diperlukan kegiatan
lanjutan berupa pengamatan koordinat kampung-
kampung (desa) terluar yang selama ini telah
masuk dalam pengelolaan administrasi wilayah.
Pengamatan kampung dilakukan dengan alat GPS
dan tempat pengamatan ditentukan di bawah tiang
bendera pada bangunan pemerintahan dan atau
bangunan fasilitas sosial atau fasilitas umum.
Tanda batas berupa pilar dipasang jika dipandang
perlu dan memungkinkan. Metode kartometris
dengan pengamatan koordinat kampung/desa
terluar sangat disarankan untuk menghasilkan
penetapan garis batas administrasi antar wilayah
(Riadi & Sudarmadji, 2012).
Luas wilayah desa/kelurahan disetiap
kabupaten/kota sangat variatif, luas wilayah
desa/kelurahan di Pulau Jawa dan Pulau Bali tidak
seluas wilayah desa/kelurahan di luar Pulau Jawa.
Metode kartometris penerapannya mengacu pada
Permendagri No.76 Tahun 2012 pada BAB I Pasal
1 Ayat 3 yang menyatakan bahwa “batas daerah di
darat adalah pembatas wilayah administrasi
pemerintah antar daerah yang merupakan
rangkaian titik-titik koordinat yang berada pada
permukaan bumi dapat berupa tanda-tanda alam
seperti igir/punggung gunung/pegunungan
(watershed), median sungai dan/atau unsur buatan
di lapangan dituangkan dalam bentuk peta”.
Penetapan batas wilayah di darat, dengan
analisis kartometris, terutama diterapkan di daerah
dengan topografi perbukitan atau pegunungan.
Visualisasi topografi dari data Digital Elevation
Model (DEM) dengan teknik hillshading dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mendelineasi
batas wilayah yang berupa igir (punggung)
perbukitan atau pegunungan Gambar
2(Riadi&Soleman, 2011). Peta batas administrasi
yang ada saat ini (existing data) ditumpang-
susunkan (overlay) di atas DEM, kemudian
dilakukan penarikan batas sesuai dengan
kenampakan topografi.
Aspek geospasial/peta dalam boundary
making memiliki arti penting dalam sengketa batas,
yang pertama menjadi penyebab sengketa, kedua
sebagai alat yang digunakan untuk mengusulkan
posisi batas masing-masing pihak yang
bersengketa, ketiga sebagai alat penyelesaian
sengketa dan keempat sebagai alat
untukmengilustrasikan pendapat dalam negosiasi
atau mediasi sengketa batas (Sumaryo, 2012).
Secara teoritis, batas dapat didefinisikan dengan
menggunakan batas alami atau buatan, garis batas
ditarik menurut unsur-unsur budaya seperti bahasa,
agama atau etnologi, yang dikenal sebagai
antropomorfik (Smith, 1995). Teori tentang batas
wilayah dalam Smith (1995) perlu direkonstruksi
pemahamannya bahwa batas wilayah administrasi
hanya mengatur soal administrasi pelayanan
pemerintahan ke masyarakatnya dan bahwa garis
batas administrasi tidak menjadi
pemisahkeberadaan suku/etnis. Pada beberapa
daerah terjadi konflik akibat penetapan batas desa
yang secara adminstrasi pemerintahan tidak
bermasalah akan tetapi batas administrasi ini telah
memisahkan sistem kekerabatan yang ada
(Faturochman,1993). Pada Gambar 3 diilustrasikan
penarikan garis batas berdasarkan unsur jalan,
sedangkan pada Gambar 4 diberikan contoh
penarikan garis batas berdasarkan garis kedalaman
maksimum pada unsur alam yakni thalweg.
Gambar 2. Penarikan garis batas di igir/punggung
gunung (watershed), garis putih garis
batas existing.
Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116
114
Gambar 3. Garis batas berdasarkan batas alam
buatan yakni unsur jalan.
Gambar 4. Garis batas berdasarkan thalweg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua tema.
Pertama adalah penetapan dan penegasan batas
wilayah desa/kelurahan dengan studi di Kecamatan
Cibinong Kabupaten Bogor. Kedua adalah rencana
pemekaran wilayah Distrik / Kecamatan Kais
Kabupaten Sorong Selatan.
Penetapan dan Penegasan Batas Desa /
Kelurahan
Gambar 5 menyajikan hasil tumpangsusun
batas indikatif dari RBI keatas peta citra yang
belum tergeoreferensi, terlihat garis batas belum
sesuai. Apabila citra sudah tergeoreferensi dan
mendapati kondisi pada seperti Gambar 6, asumsi
awal adalah batas berupa batas alam buatan (jalan)
sehingga garis batas perlu diperbaharui. Secara
garis besar hasil yang didapat dari penelitian ini
adalah berupa data hasil verifikasi batas indikatif
dari peta RBI yang diwujudkan berupa delineasi
garis batas dan koordinat titik-titik batas
kartometris. Hasil adjudikasi yang dilakukan di
kecamatan Cibinong ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 5. Peta batas indikatif RBI ditumpang-
susunkan ke citra satelit sebelum
proses rektifikasi.
Gambar 6. Batas kelurahan menggunakan unsur
alam buatan berupa jalan pada citra
yang sudah terektifikasi dengan benar.
Gambar 7. Hasil adjudikasi di Kecamatan Cibinong.
Garis berwarna kuning pada Gambar 7
menunjukkan batas indikatif dan garis merah
menunjukkan hasil adjudikasi. Secara lebih detail
pada Gambar 8 ditunjukkan hasil penetapan titik
kartometris pada wilayah Cibinong, dimana garis
Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto)
115
warna kuning menunjukkan batas indikatif dan garis
merah menunjukkan hasil adjudikasi. Pelaksanaan
delineasi terutama menggunakan batas indikatif
sebagai referensi, interpretasi citra dengan asumsi
bahwa batas administrasi menggunakan unsur
alam dan unsur buatan, selanjutnya diklarifikasi ke
aparat desa/kelurahan.
Gambar 8.Contoh hasil penetapan titik kartometris
di Cibinong.
Dari hasil delineasi di atas peta kerja ada
beberapa kemungkinan, antara lain kemungkinan
pertama batas indikatif dari peta RBI disepakati
sesuai menurut dua desa yang bersebelahan, dan
sepakat digunakan sebagai batas wilayahnya.
Kemungkinan kedua batas indikatif dari peta RBI
betul menurut satu desa tetapi desa yang lain
memberikan unsur alam/buatan yang masuk
sebagai batas, sehingga tidak didapatkan
kesepakatan. Kemungkinan ketiga adalah batas
indikatif dari peta RBI salah menurut kedua desa
yang bersebelahan, tetapi kedua desa sama-sama
tidak tahu dan tidak bisa memberikan unsur
alam/buatan sebagai garis batas. Bahkan
berdasarkan batas indikatif ada area yang tidak
diakui oleh desa-desa yang saling berbatasan.
Sebagai hasil akhir penetapan dan penegasan
batas desa/kelurahan tersaji pada Gambar 9.
Gambar 9. Peta Citra Wilayah Kelurahan Cibinong
Skala 1:5.000.
Penetapan dan Penegasan Batas Kecamatan /
Distrik
Rencana pemekaran distrik di Kabupaten
Sorong Selatan, distrik yang dimekarkan adalh
Distrik Kais menjadi dua distrik yaitu Distrik Kais
dan Distrik Kaisdarat. Klip wilayah distrik disajikan
pada Gambar 10, dalam rencana penarikan garis
batas mempertimbangkan hak ulayat masyarakat
adat setempat.Rencana garis batas pemekaran
Distrik Kais dideskripsikan sebagai berikut:
a. Batas wilayah Kais dan Kaisdarat ditarik
secara kartometris dimulai dari garis batas
Kabupaten Sorong Selatan dengan
Kabupaten Maybrat di Sungai Kais (Titik 1)
Koordinat 1º49’10,2”LS dan 132º21’ 30,8”BT.
b. Garis batas ditarik menyusuri talweq Sungai
Kais hingga (Titik 2 di timur laut Kampung
Kais) Koordinat 1º50’18”LS dan
132º15’50,75”BT, selanjutnya garis batas
ditarik lurus dari Titik 2 ke Titik 3 yang berada
di Sungai Sekak pada koordinat 1º47’13,3”LS
dan 132º06’25,7”BT.
c. Dari Titik 3, garis batas ditarik menyusuri
talweq Sungai Sekak ke arah muara di Teluk
Warongge (Titik 4) Koordinat 1º42’42,3”LS
dan 132º01’39,2”BT. Sumber data dalam
rencana penarikan garis batas menggunakan
peta rupabumi skala 1:50.000.
Gambar 10. Rencana pemekaran Distrik Kais
Kabupaten Sorong Selatan Provinsi
Papua Barat.
Penetapan dan Penegasan Batas Desa dengan
Citra UAV
Pemanfaatan data citra UAV dapat
dipertimbangkan pada daerah yang belum ada
ketersediaan citra tegak resolusi tinggi, mengingat
pemesanan citra ini memerlukan waktu yang lama
dan belum ada jaminan ketersediaan datanya. UAV
untuk aplikasi inderaja patut dikembangkan sebagai
alternatif untuk penetapan dan penegasan batas
wilayah dalam penyediaan citra resolusi tinggi
Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116
116
mengingat ketersediaan teknologi dan sumber daya
manusianya; serta biaya yang relatif murah.
Pemanfaatan citra ini dikombinasikan dengan hasil
pengukuran teristris dan diskripsi batas dijelaskan
secara rinci yang akan menutup kelemahan
geometri data citra UAV.
KESIMPULAN
Metode kartometris dengan berbagai teknologi
cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka
penetapan dan penegasan batas wilayah
kecamatan, desa/kelurahan. Apabila terjadi
perbedaan karena masih ada perselisihan batas
antar-wilayah akibat pemekaran/penggambungan
wilayah kecamatan atau desa, dan juga akibat
kesalahan dalam delineasi batas pada saat proses
pemetaan. Permendagri No. 27 Tahun 2006
tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan
Batas Desa di atas peta skala 1:5.000 s.d. 1:10.000
akan menyulitkan daerah di luar Pulau Jawa
mengingat wilayahnya yang luas sehingga tidak
mungkin ditampilkan dalam satu lembar peta
wilayah desa pada kertas ukuran A0 dan atau
kertas ukuran A1. Peta hasil penetapan dan
penegasan batas akan dibuatkan berita acara
sebagai pengesahan atau legitimasi, agar hasil
adjudikasi dapat digunakan sebagai dokumen untuk
menerbitkan produk hukum.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Kepala
Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi
Geospasial serta Sekretaris Daerah Kabupaten
Sorong Selatan yang telah membantu menyediakan
data yang dimanfaatkan dalam kegiatan penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Faturochman. (1993). Perang Kecil Problem yang Terus
Berlangsung. Buletin Psikologi(2). UGM.
Yogyakarta.
Handoyo, S. (2011). Geospatial Aspect of the Land
Border Between Indonesia and Timor Leste.
Majalah Ilmiah Globe. 13(2). 175-183.
Joyosumarto, S., L. Hadiyatno, &H. Batubara. (2013).
Akselerasi Penegasan Batas Daerah di Indonesia
dengan Metode Kartometris. Prosiding Forum Ilmiah
Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2013.UGM.
Yogyakarta.
Riadi, B. & M.K. Soleman. (2011). Aspek Geospasial
Dalam Delineasi Batas Wilayah Kota Gorontalo.
Majalah Ilmiah Globe. 13(1).41-49.
Riadi, B. & B.W. Sudarmaji. (2012). Pemetaan Kampung
Terluar Sebagai Dasar Penyusunan Peta Batas
Wilayah.Prosiding Seminar Internasional dan Forum
Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2012.
ISI.Jakarta.
Shofiyanti, R.(2011). Teknologi Pesawat Tanpa Awak
untuk Pemetaan dan Pemantauan Tanaman dan
Lahan Pertanian.Informatika Pertanian (20) 2. 58 –
64.
Smith, B. (1995). On Drawing Lines on a Map.475-484
pp. In A. Frank and W.Kuhn (Ed.). Spatial
Information Theory.A Theoretical Basis for GIS.
Proceeding of COSIT ’95. Springer Verlag. Berlin.
Sumaryo. (2012). Aspek Geospasial dalam Sengketa
Pulau Berhala.Prosiding Konferensi Teknik dan
Sains Informasi Geospasial ke-1 Jurusan Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.247-256
Wikantika, K. (2008). Unmanned Mapping Technology:
Development and Applications. Proceeding
Workshop UnMapTech2008. Bandung, Indonesia. 9
Juni 2008.
Republik Indonesia (2004). Undang Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Republik Indonesia (2006). Permendagri Nomor 27
Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan
Batas Desa.
Republik Indonesia. (2012). Permendagri Nomor 76
Tahun 2012tentang Pedoman Penetapan dan
Penegasan Batas Daerah.
Republik Indonesia. (2014). Undang Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa

More Related Content

What's hot

Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
ushfia
 
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
muhfidzilla
 
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANANTupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
Jhon Blora
 
Monday's gerung
Monday's gerungMonday's gerung
Monday's gerung
Rachyma Briston
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
muhfidzilla
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Herman Purba
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
ushfia
 
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro JambiMateri Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
joihot
 
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Bagus ardian
 
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruangPermen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Rizki Fitrianto
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Bagus ardian
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Ardita Putri Usandy
 
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1) Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
AidilFitrah9
 
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
antohardiyanto
 
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
Bagus ardian
 
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdfPerda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
AlyaDinaWilujeung1
 
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
Advisory Specialist for P2KP
 
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaanBagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
AndreasPutrasginting
 
Spesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desaSpesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desa
Ardiyanto Maksimilianus
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
joihot
 

What's hot (20)

Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
 
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Penjelasan perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
 
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANANTupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
Tupoksi jabatan DINAS KEHUTANAN
 
Monday's gerung
Monday's gerungMonday's gerung
Monday's gerung
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
 
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro JambiMateri Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
 
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2
 
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruangPermen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1) Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
Renstra Bidang Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Banten 2017-2022
 
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
Kebijakan Pelaksanaan NUSP-2
 
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdfPerda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
 
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
 
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaanBagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
Bagi 'pemetaan potensi wilayah pedesaan
 
Spesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desaSpesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desa
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
 

Viewers also liked

SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
Sri Suwanti
 
Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-
Sangker Thok
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
Raden Fikri
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
Chandra Agustian
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitian
rensykartika
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranHidayahilya
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Ian Setiawan
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian Bisnis
Zaldeeho Nei
 
mengidentifikasi masalah penelitian
mengidentifikasi masalah penelitianmengidentifikasi masalah penelitian
mengidentifikasi masalah penelitian
mas karebet
 
Pengertian masalah penelitian
Pengertian masalah penelitianPengertian masalah penelitian
Pengertian masalah penelitian
Yocta Rahman
 

Viewers also liked (10)

SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
 
Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-Permen no01-2006 lampiran-
Permen no01-2006 lampiran-
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitian
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori Kebenaran
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian Bisnis
 
mengidentifikasi masalah penelitian
mengidentifikasi masalah penelitianmengidentifikasi masalah penelitian
mengidentifikasi masalah penelitian
 
Pengertian masalah penelitian
Pengertian masalah penelitianPengertian masalah penelitian
Pengertian masalah penelitian
 

Similar to Kajian percepatan penegasan batas

PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdfPRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
RIZKIFADILLAH35
 
Materi Data Desa Presisi.pptx
Materi Data Desa Presisi.pptxMateri Data Desa Presisi.pptx
Materi Data Desa Presisi.pptx
Nughe Arful
 
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptxFINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
TALIBAN11
 
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
yunusshobrun2
 
Batas Daerah Kemendagri 2017.ppt
Batas Daerah Kemendagri 2017.pptBatas Daerah Kemendagri 2017.ppt
Batas Daerah Kemendagri 2017.ppt
TriWibawaHeruSaputra1
 
sambutan sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
sambutan  sekretaris Daerah provinsi Jawa baratsambutan  sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
sambutan sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
RagaPerdanaHadi1
 
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
EGUSGUNANSYAH
 
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
JetisPonorogo
 
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptxPENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
Bidang P3NP DPMPTSP Kota Madiun
 
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdfPaparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
JayaIvan
 
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-trartikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
Ivan Juni
 
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptxMateri Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
NuwairyDfriendsky
 
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
noorekasari
 
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
nugisptraining
 
Abortion pills)" Dammam "( +919707899604) Get Cytotec
Abortion pills)" Dammam "(  +919707899604) Get CytotecAbortion pills)" Dammam "(  +919707899604) Get Cytotec
Abortion pills)" Dammam "( +919707899604) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptxPengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
dinassosial19
 
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptxPresentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
HuziMahdiAttamimi
 
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
syahrunNazil1
 
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaanPemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
riyanto apri
 
BELITANG HULU.pptx
BELITANG HULU.pptxBELITANG HULU.pptx
BELITANG HULU.pptx
ifannurpatria2
 

Similar to Kajian percepatan penegasan batas (20)

PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdfPRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
PRESENTASI APR 2022 JAWA BARAT.pdf
 
Materi Data Desa Presisi.pptx
Materi Data Desa Presisi.pptxMateri Data Desa Presisi.pptx
Materi Data Desa Presisi.pptx
 
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptxFINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
FINAL BAHAN RDP JAM 1.pptx
 
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
SOSIALISASI PENEGASAN BATAS DESA & PENYELESAIN PERMASALAHAN KONFLIK BATAS DES...
 
Batas Daerah Kemendagri 2017.ppt
Batas Daerah Kemendagri 2017.pptBatas Daerah Kemendagri 2017.ppt
Batas Daerah Kemendagri 2017.ppt
 
sambutan sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
sambutan  sekretaris Daerah provinsi Jawa baratsambutan  sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
sambutan sekretaris Daerah provinsi Jawa barat
 
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
0202-Webinar-Dirjen-3-Februari-2021 (1).pptx
 
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
9.3 Pengawasan Kinerja Kepala Desa.pdf
 
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptxPENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
PENGINTEGRASIAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DALAM OSS.pptx
 
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdfPaparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
 
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-trartikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
artikel.penataan batas-wilayah-administrasi-tr
 
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptxMateri Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
Materi Evaluasi dan Sosialisasi BOKB 2024 KAB KEP Mentawai.pptx
 
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
Paparan Narasumber_Kemendagri_Tata Cara dan Prosedur Evaluasi RTRW Provinsi K...
 
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
99. Paparan Dispermasdes Prov Jateng.pptx
 
Abortion pills)" Dammam "( +919707899604) Get Cytotec
Abortion pills)" Dammam "(  +919707899604) Get CytotecAbortion pills)" Dammam "(  +919707899604) Get Cytotec
Abortion pills)" Dammam "( +919707899604) Get Cytotec
 
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptxPengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
Pengelolaan DTKS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.pptx
 
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptxPresentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
Presentasi Pengawasan Desa Inspektur Kalbar.pptx
 
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
31 kebijakan pengembangan sid di jateng (tor sid kompak, 27 mei 2019)
 
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaanPemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
Pemetaan desa untuk percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan
 
BELITANG HULU.pptx
BELITANG HULU.pptxBELITANG HULU.pptx
BELITANG HULU.pptx
 

Recently uploaded

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptxPresentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
jokosudarsono2
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
muhammadarsyad77
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HarrySusanto18
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
NinaRahayuBelia
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 

Recently uploaded (11)

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptxPresentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
Presentation Naskah Akademik RIPPDAMK2.pptx
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 

Kajian percepatan penegasan batas

  • 1. Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi & Makmuriyanto) 109 KAJIAN PERCEPATAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KECAMATAN/DISTRIK, DESA/KELURAHAN SECARA KARTOMETRIS (Study onthe Used of Cartometric Method for Accelerating Districts and Villages Delimitation and Affirmation) Bambang Riadi dan Agus Makmuriyanto Badan Informasi Geospasial Jl. Raya Jakarta – Bogor Km.46, Cibinong, Bogor – Jawa Barat. E-mail: bambang.riadi@big.go.id Diterima (received): 28 April 2014; Direvisi (revised): 5 Mei 2014; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 17 Mei 2014 ABSTRAK Pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa wajib dilakukan oleh camat sebagai perangkat daerah kabupaten atau daerah kota. Dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri wajib memfasilitasi pelaksanaan PP No.72 Tahun 2005 tentang Desa dengan mengeluarkan Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa yang berupa Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa.Penetapan dan penegasan batas desa dilaksanakan untuk memberikan kepastian hukum terhadap batas desa di wilayah darat.Permendagri No. 76 Tahun 2012 diterbitkannya sebagai pengganti Permendagri No. 1 Tahun 2006 mengatur bahwa penetapan dan penegasan batas daerah dilakukan secara kartometris, sehingga kajian penerapan metode iniperlu dilakukan terhadap penetapan batas desa/kelurahan. Pelaksanaan penetapan dan penegasan batas desa dilakukan di atas peta skala 1:5.000 - 1:10.000, namun ketersediaan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sampai saat ini baru pada skala 1:10.000 dan pada wilayah yang masih terbatas. Inovasi teknologi dengan memanfaatkan data citrategak resolusi tinggi hasil perekaman satelit ataupun pesawat tanpa awak (UnmannedAerial Vehicle/UAV) diperlukan untuk melengkapi ketentuan skala peta dalam pelaksanaan penetapan dan penegasan batas desa. Lokasi penelitian ini adalah di sebagian wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogordan Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Hasil wawancara dengan penduduk pada kedua desa yang berbatasan menyatakan bahwa batas wilayah indikatif yang terdapat pada peta RBI didapatkan pernyataan: salah, benar, dan tidak tahu.Demikian juga dengan informasi mengenai unsur alam dan buatan yang lain sebagai indikasi batas dikarenakan lurah/kepala desa belum mengetahui wilayah kerjanya. Kata Kunci: batas indikatif, penetapan, penegasan, UAV ABSTRACT Supervision and monitoring of the village governance carried out by the head of sub-district as part of regency or city supervision. Here, theMinistry of HomeAffairs facilitates the implementation of the Government Regulation No.72 Year 2005 about Village by issuing Guidelines for Village Boundaries Delimitation and Affirmation through Regulation of Ministry of Home Affairs No. 27 Year 2006 about Village Boundaries Delimitation and Affirmation. The village boundaries delimitation is implemented to provide legal certainty especially to the village boundaries on the land portion. TheRegulation of Ministry of Home Affairs No. 76 Year 2012 as a replacement of Regulation of Ministry of Home Affairs No. 1 Year 2006regulates that the village boundaries delimitation shall be done by using chartometric method, so that an assessment of the implementation ofthe method forvillage’sboundaries is required. Implementation of the village boundaries delimitation shall be done on a map with scale of 1:5,000 - 1:10,000, yet the RBI maps is only availableon a scale of 1:10,000 and cover limited areas. An innovation, such as by utilizing high-resolution imageriesobtained by using satellite or Unmanned Aerial Vehicle (UAV), is required to accelerate the accomplishment to the village boundaries delimitation. This research was carried outat some parts of Cibinong sub-district, Bogor Regencyand Kais District, Sorong Selatan Regency, Papua Barat Province.Results of interview to people live in two nearby villages borders regarding the indicative boundaries shown on the topographic (RBI) maps provide answers of: false, true and unclear. Similar answers also addressed to a question about natural and artificial elements as indicative boundaries because the head of the village do not familiar with their villages area. Keywords: boundary indicative, determination, affirmation,UAV
  • 2. Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116 110 PENDAHULUAN Batas wilayah didefinisikan sebagai garis khayal yang menggambarkan batas antar wilayah kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan negara. Sesuai UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, batas wilayah merupakan salah satu unsur yang harus digambarkan pada peta dasar. Sementara itu, UU No. 6 Tahun 2014 membawa implikasi pada arti penting pemetaan batas desa. Pada BAB III Pasal 8 Ayat 3 disebutkan bahwa pembentukan desa harus memenuhi syarat batas wilayah desa yang dinyatakan dalambentuk peta desa yang ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Selanjutnya, Pasal 17 Ayat 1 menyatakan bahwa “peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan perubahan status desa jadi kelurahan dan/atau kelurahan menjadi desa diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur dan kode desa dari Kementerian Dalam Negeri”. Peraturan daerah tersebutharus disertai lampiran peta batas wilayah desa. Penetapan dan penegasan batas desa/kelurahan menjadi penting terkait keuangan dan aset desa karena dana alokasi desa dihitung berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.Pada tahun 1969/1970, jumlah desa tercatat sebanyak 44.478, dan pada tahun 1973/1974 bertambah menjadi 45.587, kemudian pada tahun 1978/1979 desa bertambah lagi sekitar 15.000 total menjadi 60.645. Pada tahun 1983/1984, ketika terjadi penataan desa baru berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979, jumlah desa/kelurahan bertambah menjadi 66.437. Berdasarkan Permendagri No. 18 Tahun2013 tentang Kode dan Data Wilayah AdministrasiPemerintahan jumlah desa/kelurahan telah mencapai 81.253. Namun demikian, laju pemekaran yang meningkat dari tahun ke tahun ini hampir keseluruhan tidak didahului bahkan diikuti dengan penetapan dan penegasan desa yang mengakibatkan tidak jelasnya pembagian aset desa, sehingga mengakibatkan konflik antar-desa dan bahkan antar-daerah kabupaten/kota jika batas desa yang belum ditetapkan dan ditegaskan tersebut sekaligus merupakan batas daerah. Penelitian ini pada dasarnya adalah mengenai delimitasi batas dan adjudikasi penentuan batas di atas peta secara kartometris. Dengan cara ini, penentuan batas wilayah lebih banyak dilakukan diatas peta, baikhardcopy maupun digital, sedangkan kegiatan lapangan dilaksanakan hanya jika diperlukan.Maksud penelitian ini adalah untuk pemodelan penetapan batas wilayah dalam rangka percepatan implementasi dari Permendagri No. 27 Tahun 2006 yang mengacu pada Permendagri No.76 Tahun 2012, dan tujuannya adalah menyediakan data geospasial berupa koordinat titik batas dan delineasi garis batas kecamatan/kelurahan/desa secara kartometris dan menyajikannya pada peta. Tahap awal yang sangat penting dalam penegasan batas daerah secara kartometris adalah menyiapkan dan membuat peta kerja yang akan digunakan dalam pelacakan untuk mencapai kesepakatan batas antara daerah yang berbatasan dan digunakan untuk menentukan koordinat titik- titik batas. Peta dasar harus memenuhi kriteria memadai, baik dari aspek skala maupun ketelitian dan kebenaran informasi yang terkandung di dalam peta dasar tersebut (Joyosumarto dkk.,2013).Citra tegak resolusi tinggi dan peta Rupabumi Indonesia (RBI) digunakan sebagai peta kerja. Batas administrasi indikatif diperoleh dari peta RBI sebagai referensi batas awal. Setiap wilayah kelurahan/desa dibuat pada satu lembar peta kerja. Citra dipotong sesuai dengan luasan wilayah kelurahan/desa, dengan membuat batas pemotongan sepadan segmen batas indikatif diluar wilyah kelurahan/desa. Penelitian penetapan dan penegasan batas wilayah secara kartometris ini dilakukan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. METODE Persiapan teknis dan persiapan administrasi perijinan diperlukan untuk keperluan koordinasi dan survei.Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa menyebutkan bahwa penetapan batas desa diwujudkan melalui tahapan penelitian dokumen, penentuan peta dasar yang dipakai, dan delineasi garis batas secara kartometris di atas peta dasar. Persiapan teknis yang dilakukan meliputi pengumpulan data citra dan peta dengan cakupan berdasarkan lokasi wilayah kecamatan hasil koordinasi dengan kabupaten/kota yang menjadi area studi. Data peta dasar tersedia pada skala 1:25.000 dijadikan sebagai acuan geometri data- data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini. Data citra resolusi tinggi dapat diperoleh secara gratis dengan unduh dari berbagai website. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi kegiatan menyiapkan peta daerah studi dengan menampilkan tematik batas wilayah kecamatan dan desa serta menyiapkan citra resolusi tinggi. Peta kerja dibuat berdasarkan peta dasar dan citra guna keperluan sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah setempat. Selanjutnya, proses adjudikasi dengan melakukan verifikasi batas indikatif di peta ke setiap desa/kelurahan dan kecamatan. Proses updating peta dengan cara melakukan overlay batas hasil adjudikasi, untuk
  • 3. Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto) 111 selanjutnya proses pembuatan peta wilayah kecamatan dan peta wilayah desa/kelurahan. Tahapan pelaksanaan pekerjaan adjudikasi batas antar-kecamatan/kelurahan ditampilkan dalamGambar 1.Pada tahap ppersiapan, pengunduhan citra satelit untuk keperluan penentuan batas wilayah dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat lunak antara lain ScreenGrab yang dikombinasikan dengan Mozilla Firefox, Easy Bing Downloader, Google Maps Saver, Universal Maps Downloader, Google Hybrid Maps Downloader, Google Satellite Maps Downloader, Google Maps Downloader, Quantum GIS, Globbal Mapper dan lain-lain. Kegunaan dari beberapa perangkat lunak tersebut antara lain untuk mengunduh citra, menyusun kembali (membuat mosaik) dalam satu sistem koordinat, menampilkan hasil mosaik dengan skala yang bervariasi. Pada pengunduhan citra dilakukan zooming yang optimal artinya dilakukan perbesaran sehingga memiliki jangkauan spasial dan tingkat kedetailan yang memadai untuk interpretasi kenampakanobjek sebagai batas wilayah. Citra satelit yang akan digunakan dalam kegiatan ini perlu diolah terlebih dahulu sehingga diperoleh tampilan citra yang optimal dengan posisi georeferensi yang benar sehingga setiap objek pada citra terlihat jelas untuk menonjolkan kenampakan penutupan lahannya. Citra digital atau peta hasil unduhan, biasanya belum memiliki koordinat bumi (georeferensi), atau masih berkoordinat lokal (baris dan kolom). Syarat utama untuk dapat digunakan atau ditampilkan bersama dengan data lain misalnya peta rupabumi yang sudah bergeoreferensi atau titik batas hasil tracking di lapangan, untuk itu data citra digeoreferensi sesuai dengan sistem georeferensi peta dasar yang digunakan sebagai acuan. Untuk memastikan posisi citra terkoreksi (rectified) maka dilakukan superimpose dengan peta RBI. Apabila posisi citra baru sudah menempel pada peta rupabumi maka proses rektifikasi dianggap sudah benar, tetapi apabila sebaliknya, maka proses orthorektifikasi perlu diulang dengan memperbaiki posisi titik ikat (Ground Control Point/GCP) atau mencari GCP lain yang lebih representatif. Gambar1. Diagram alir pelaksanaan adjudikasi batas kecamatan/kelurahan. Persiapan Sudah betul Belum betul Pembuatan Peta Kerja (overlay batas indikatif dari RBI di atas citra resolusi tinggi) PERSIAPAN File MXD layout ArcGIS per NLP File MXD ArcGIS seamless File SHP per NLP File SHP seamless Sosialisasi dan Koordinasi Pengumpulan Data -Peta RBI -Citra Satelit Pemetaan (dalam format SIG) - Plotting Titik dan Delineasi Garis Batas - Digitasi Objek lain - Cleaning Data Pengisian data atribut dan Proses Layout Proses Adjudikasi Batas - Segmentasi garis batas (alam, buatan) - Penentuan titik dan garis batas secara kartometris (menggunakan peta RBI, citra satelit) - Plotting data segmen batas hasil kegiatan ajudikasi batas Verifikasi Batas Indikatif Proses Pengolahan Data GIS Penyajian Hasil
  • 4. Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116 112 Penggunaan peta RBI sebagai acuan kegiatan adjudikasi karena peta rupabumi menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan menjadi tujuh tema, yaitu penutup lahan, hidrografi, hipsografi, bangunan: gedung, transportasi dan utilitas, batas administrasi, dan toponimi. Batas administrasi di sini dapat berupa batas negara provinsi, batas kota/kabupaten, batas kecamatan dan desa/kelurahan yang menunjukkan batas wilayah administrasi suatu daerah. Kewenangan penetapan dan penegasan batas provinsi dan batas kota/kabupaten adalah Kementerian Dalam Negeri, dan Pemerintah Daerah untuk batas kecamatan/kelurahan/desa. Garis batas administrasi pada peta rupabumi merupakan batas yang sifatnya indikatif. Dalam rangka membuat batas indikatif menjadi batas definitif, diperlukan proses penetapan batas (delimitasi) dan penegasan batas (demarkasi).Untuk penetapan batas desa (delimitasi) dapat dilakukan secara kartometris pada peta rupabumi atau citra. UAVmerupakan sistem pesawat tanpa awak yang menggunakan sistem berbasis elektromekanik yang dapat melakukan misi-misi terprogram dengan karakteristik: (1) tanpa awak pesawat; (2) beroperasi pada mode mandiri baik secara penuh atau sebagian; dan (3) sistem ini dapat dirancang untuk dapat dipergunakan secara berulang (Wikantika, 2008). UAV untuk aplikasi inderaja patut dikembangkan sebagai alternatif untuk monitoring lahan pertanian, kemudahan pengoperasian, fleksibilitas waktu dan areal pemotretan yang diinginkan, biaya relatif lebih murah dibandingkan harga perekaman wahana satelit, sebagai kelebihan yang harus diperhitungkan (Shofiyanti, 2011). Pada kegiatan penelitian ini UAV belum dipergunakan karena pertimbangan belum mendapatkan hasil kajian ketelitian geometrinya. Tahapan kegiatan sosialisasi dilaksanakan untuk menyampaikan dasar hukum, peraturan perundangan dan arti pentingnya penataan batas wilayah administrasi desa kepada para aparat pemerintahan di daerah. Untuk itu dalam sosialisasi dan koordinasi diikuti oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat juga diikuti oleh para camat dan para lurah pada wilayah yang akan diadjudikasi. Pada saat koordinasi, disampaikan teknis pelaksanaan adjudikasi atau metode penetapan batas yang membutuhkan bantuan aparat desa sebagai penunjuk batas. Untuk selanjutnya disusun jadwal kunjungan tim adjudikasi ke masing-masing desa, berdasarkan kesepakatan dan kesiapan pihak desa. Batas secara definisi dapat diartikan sebagai garis pemisah antara objek. Selanjutnya batas wilayah kecamatan/kelurahan/desa adalah tanda pemisah antara kecamatan/kelurahan/desa yang bersebelahan. Batas wilayah dimaksud sebagai batas administrasi, yaitu pemisah wilayah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan suatu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan lain. Dengan terwujudnya batas administrasi yang jelas dan tegas, diharapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan umum dapat terwujud tertib administrasi kewilayahan, tertib penyelenggaraan pembangunan, tertib pelayanan umum, dan tertib pengelolaan kegiatan kemasyarakatan. Jenis-jenis batas desa/kelurahan di darat dapat berupa batas alam atau batas buatan. Batas alam adalah unsur-unsur alami seperti gunung, sungai pantai, danau dan sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas desa/kelurahan. Batas buatan adalah unsur-unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel keretaapi, saluran irigasi dan sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas desa/kelurahan. Apabila batas wilayahnya adalah tampakan geomorfologi berarti garis batas ini terdiri dari watershed, sungai, dan alur terdalam (thalwegs) dari sungai besar (Handoyo, 2011). Garis batas di sungai merupakan garis khayal yang melewati tengah-tengah sungai (thalwegs), garis pemisah air (watershed) merupakan garis yang dimulai dari suatu puncak gunung dan menyelusuri punggung bukit yang mengarah kepada puncak gunung pada sisi berikutnya. Adjudikasi batas kecamatan/kelurahan/desa sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses penetapan dan penegasan batas wilayah kecamatan/kelurahan/desa, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik (berupa peta) dan data yuridis (peraturan daerah) mengenai satu atau beberapa segmen batas. Adjudikasi ini pada dasarnya adalah kegiatan verifikasi yang dilakukan bersama aparat kelurahan/desa untuk mencari kebenaran data fisik (peta) dan kebenaran yuridis (perda), kemudian membuat justifikasi dengan cara membuat penetapan dan pengesahan hasil verifikasi tersebut. Verifikasi batas indikatif di atas citra tegak resolusi tinggi dilakukan dengan cara interpretasi, yaitu untuk memahami atau menafsirkan citra sehingga mendapatkan informasi yang akurat mengenai objek alam atau objek buatan yang terekam pada citra. Interpretasi citra dilakukan berdasarkan unsur-unsur: rona atau warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Interpretasi objekpada citra relatif lebih mudah dilakukankarena citra yang digunakan citra tegak resolusi tinggi berwarna. Pada citra tegak resolusi tinggi dapat dibedakan dan diyakini bahwa objek tersebut adalah jalan, sungai, rumah, dan sebagainya. Verifikasi batas desa/kelurahan dilakukan oleh tim adjudikasi bersama dengan aparat desa sebagai penunjuk batas. Keterlibatan aparat desa/kelurahan dalam kegiatan ini merupakan tahap untuk mendapatkan kesepakatan letak garis batas, dengan atau tanpa sumber hukum tertulis mengenai batas tersebut. Jika garis batas sudah dapat disepakati kedua belah pihak
  • 5. Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto) 113 desa/kelurahan yang berbatasan, misal sebagai batas berupa unsur alam buatan selanjutnya dilakukan perapatan titik secara kartometris. Titik- titik ini ditempatkan pada objek-objek yang mudah dikenali, dengan kerapatan disesuaikan kebutuhan. Untuk objek yang lurus seperti sungai atau jalan hanyadibuat pada ujung-ujung segmen (persimpangan atau belokan jalan atau sungai). Penggambaran batas wilayah desa/ kelurahan hasil adjudikasi sebagai bagian dari data geospasial dasar, disajikan mengikuti kaidah kartografis. Keterbatasan data peta skala besar yang dapat digunakan sebagai data dasar menyebabkan peta wilayah yang dibuat sebagai hasil akhir proses kartografi ini adalah berupa peta citra dengan cakupan wilayah satu kelurahan/desa. Sebagai acuan adalah peta kerja dan daftar koordinat serta segmen batas hasil adjudikasi. Skala dan tata letak peta menyesuaikan bentuk wilayah kelurahan/desa yang dipetakan.Untuk peta desa/kelurahan legenda dapat diletakkan di sebelah kanan isi peta atau di bawah isi peta. Setiap titik kartometris hasil perapatan titik diberi nomor dan nilai koordinatnya serta data atribut nama desa/kelurahan yang bersebelahan pada titik tersebut. Optimalisasi penyelesaian batas dengan cara kartometris dilakukan untuk mengurangi kegiatan pelacakan lapangan. Guna memperkuat argumentasi klaim wilayah diperlukan kegiatan lanjutan berupa pengamatan koordinat kampung- kampung (desa) terluar yang selama ini telah masuk dalam pengelolaan administrasi wilayah. Pengamatan kampung dilakukan dengan alat GPS dan tempat pengamatan ditentukan di bawah tiang bendera pada bangunan pemerintahan dan atau bangunan fasilitas sosial atau fasilitas umum. Tanda batas berupa pilar dipasang jika dipandang perlu dan memungkinkan. Metode kartometris dengan pengamatan koordinat kampung/desa terluar sangat disarankan untuk menghasilkan penetapan garis batas administrasi antar wilayah (Riadi & Sudarmadji, 2012). Luas wilayah desa/kelurahan disetiap kabupaten/kota sangat variatif, luas wilayah desa/kelurahan di Pulau Jawa dan Pulau Bali tidak seluas wilayah desa/kelurahan di luar Pulau Jawa. Metode kartometris penerapannya mengacu pada Permendagri No.76 Tahun 2012 pada BAB I Pasal 1 Ayat 3 yang menyatakan bahwa “batas daerah di darat adalah pembatas wilayah administrasi pemerintah antar daerah yang merupakan rangkaian titik-titik koordinat yang berada pada permukaan bumi dapat berupa tanda-tanda alam seperti igir/punggung gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau unsur buatan di lapangan dituangkan dalam bentuk peta”. Penetapan batas wilayah di darat, dengan analisis kartometris, terutama diterapkan di daerah dengan topografi perbukitan atau pegunungan. Visualisasi topografi dari data Digital Elevation Model (DEM) dengan teknik hillshading dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mendelineasi batas wilayah yang berupa igir (punggung) perbukitan atau pegunungan Gambar 2(Riadi&Soleman, 2011). Peta batas administrasi yang ada saat ini (existing data) ditumpang- susunkan (overlay) di atas DEM, kemudian dilakukan penarikan batas sesuai dengan kenampakan topografi. Aspek geospasial/peta dalam boundary making memiliki arti penting dalam sengketa batas, yang pertama menjadi penyebab sengketa, kedua sebagai alat yang digunakan untuk mengusulkan posisi batas masing-masing pihak yang bersengketa, ketiga sebagai alat penyelesaian sengketa dan keempat sebagai alat untukmengilustrasikan pendapat dalam negosiasi atau mediasi sengketa batas (Sumaryo, 2012). Secara teoritis, batas dapat didefinisikan dengan menggunakan batas alami atau buatan, garis batas ditarik menurut unsur-unsur budaya seperti bahasa, agama atau etnologi, yang dikenal sebagai antropomorfik (Smith, 1995). Teori tentang batas wilayah dalam Smith (1995) perlu direkonstruksi pemahamannya bahwa batas wilayah administrasi hanya mengatur soal administrasi pelayanan pemerintahan ke masyarakatnya dan bahwa garis batas administrasi tidak menjadi pemisahkeberadaan suku/etnis. Pada beberapa daerah terjadi konflik akibat penetapan batas desa yang secara adminstrasi pemerintahan tidak bermasalah akan tetapi batas administrasi ini telah memisahkan sistem kekerabatan yang ada (Faturochman,1993). Pada Gambar 3 diilustrasikan penarikan garis batas berdasarkan unsur jalan, sedangkan pada Gambar 4 diberikan contoh penarikan garis batas berdasarkan garis kedalaman maksimum pada unsur alam yakni thalweg. Gambar 2. Penarikan garis batas di igir/punggung gunung (watershed), garis putih garis batas existing.
  • 6. Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116 114 Gambar 3. Garis batas berdasarkan batas alam buatan yakni unsur jalan. Gambar 4. Garis batas berdasarkan thalweg. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua tema. Pertama adalah penetapan dan penegasan batas wilayah desa/kelurahan dengan studi di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Kedua adalah rencana pemekaran wilayah Distrik / Kecamatan Kais Kabupaten Sorong Selatan. Penetapan dan Penegasan Batas Desa / Kelurahan Gambar 5 menyajikan hasil tumpangsusun batas indikatif dari RBI keatas peta citra yang belum tergeoreferensi, terlihat garis batas belum sesuai. Apabila citra sudah tergeoreferensi dan mendapati kondisi pada seperti Gambar 6, asumsi awal adalah batas berupa batas alam buatan (jalan) sehingga garis batas perlu diperbaharui. Secara garis besar hasil yang didapat dari penelitian ini adalah berupa data hasil verifikasi batas indikatif dari peta RBI yang diwujudkan berupa delineasi garis batas dan koordinat titik-titik batas kartometris. Hasil adjudikasi yang dilakukan di kecamatan Cibinong ditampilkan pada Gambar 7. Gambar 5. Peta batas indikatif RBI ditumpang- susunkan ke citra satelit sebelum proses rektifikasi. Gambar 6. Batas kelurahan menggunakan unsur alam buatan berupa jalan pada citra yang sudah terektifikasi dengan benar. Gambar 7. Hasil adjudikasi di Kecamatan Cibinong. Garis berwarna kuning pada Gambar 7 menunjukkan batas indikatif dan garis merah menunjukkan hasil adjudikasi. Secara lebih detail pada Gambar 8 ditunjukkan hasil penetapan titik kartometris pada wilayah Cibinong, dimana garis
  • 7. Kajian Percepatan Penetapan dan Penegasan Batas .................................................................................................(Riadi& Makmuriyanto) 115 warna kuning menunjukkan batas indikatif dan garis merah menunjukkan hasil adjudikasi. Pelaksanaan delineasi terutama menggunakan batas indikatif sebagai referensi, interpretasi citra dengan asumsi bahwa batas administrasi menggunakan unsur alam dan unsur buatan, selanjutnya diklarifikasi ke aparat desa/kelurahan. Gambar 8.Contoh hasil penetapan titik kartometris di Cibinong. Dari hasil delineasi di atas peta kerja ada beberapa kemungkinan, antara lain kemungkinan pertama batas indikatif dari peta RBI disepakati sesuai menurut dua desa yang bersebelahan, dan sepakat digunakan sebagai batas wilayahnya. Kemungkinan kedua batas indikatif dari peta RBI betul menurut satu desa tetapi desa yang lain memberikan unsur alam/buatan yang masuk sebagai batas, sehingga tidak didapatkan kesepakatan. Kemungkinan ketiga adalah batas indikatif dari peta RBI salah menurut kedua desa yang bersebelahan, tetapi kedua desa sama-sama tidak tahu dan tidak bisa memberikan unsur alam/buatan sebagai garis batas. Bahkan berdasarkan batas indikatif ada area yang tidak diakui oleh desa-desa yang saling berbatasan. Sebagai hasil akhir penetapan dan penegasan batas desa/kelurahan tersaji pada Gambar 9. Gambar 9. Peta Citra Wilayah Kelurahan Cibinong Skala 1:5.000. Penetapan dan Penegasan Batas Kecamatan / Distrik Rencana pemekaran distrik di Kabupaten Sorong Selatan, distrik yang dimekarkan adalh Distrik Kais menjadi dua distrik yaitu Distrik Kais dan Distrik Kaisdarat. Klip wilayah distrik disajikan pada Gambar 10, dalam rencana penarikan garis batas mempertimbangkan hak ulayat masyarakat adat setempat.Rencana garis batas pemekaran Distrik Kais dideskripsikan sebagai berikut: a. Batas wilayah Kais dan Kaisdarat ditarik secara kartometris dimulai dari garis batas Kabupaten Sorong Selatan dengan Kabupaten Maybrat di Sungai Kais (Titik 1) Koordinat 1º49’10,2”LS dan 132º21’ 30,8”BT. b. Garis batas ditarik menyusuri talweq Sungai Kais hingga (Titik 2 di timur laut Kampung Kais) Koordinat 1º50’18”LS dan 132º15’50,75”BT, selanjutnya garis batas ditarik lurus dari Titik 2 ke Titik 3 yang berada di Sungai Sekak pada koordinat 1º47’13,3”LS dan 132º06’25,7”BT. c. Dari Titik 3, garis batas ditarik menyusuri talweq Sungai Sekak ke arah muara di Teluk Warongge (Titik 4) Koordinat 1º42’42,3”LS dan 132º01’39,2”BT. Sumber data dalam rencana penarikan garis batas menggunakan peta rupabumi skala 1:50.000. Gambar 10. Rencana pemekaran Distrik Kais Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua Barat. Penetapan dan Penegasan Batas Desa dengan Citra UAV Pemanfaatan data citra UAV dapat dipertimbangkan pada daerah yang belum ada ketersediaan citra tegak resolusi tinggi, mengingat pemesanan citra ini memerlukan waktu yang lama dan belum ada jaminan ketersediaan datanya. UAV untuk aplikasi inderaja patut dikembangkan sebagai alternatif untuk penetapan dan penegasan batas wilayah dalam penyediaan citra resolusi tinggi
  • 8. Majalah Ilmiah Globë, Volume 16 No. 2 Desember 2014: 109-116 116 mengingat ketersediaan teknologi dan sumber daya manusianya; serta biaya yang relatif murah. Pemanfaatan citra ini dikombinasikan dengan hasil pengukuran teristris dan diskripsi batas dijelaskan secara rinci yang akan menutup kelemahan geometri data citra UAV. KESIMPULAN Metode kartometris dengan berbagai teknologi cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka penetapan dan penegasan batas wilayah kecamatan, desa/kelurahan. Apabila terjadi perbedaan karena masih ada perselisihan batas antar-wilayah akibat pemekaran/penggambungan wilayah kecamatan atau desa, dan juga akibat kesalahan dalam delineasi batas pada saat proses pemetaan. Permendagri No. 27 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa di atas peta skala 1:5.000 s.d. 1:10.000 akan menyulitkan daerah di luar Pulau Jawa mengingat wilayahnya yang luas sehingga tidak mungkin ditampilkan dalam satu lembar peta wilayah desa pada kertas ukuran A0 dan atau kertas ukuran A1. Peta hasil penetapan dan penegasan batas akan dibuatkan berita acara sebagai pengesahan atau legitimasi, agar hasil adjudikasi dapat digunakan sebagai dokumen untuk menerbitkan produk hukum. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial serta Sekretaris Daerah Kabupaten Sorong Selatan yang telah membantu menyediakan data yang dimanfaatkan dalam kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Faturochman. (1993). Perang Kecil Problem yang Terus Berlangsung. Buletin Psikologi(2). UGM. Yogyakarta. Handoyo, S. (2011). Geospatial Aspect of the Land Border Between Indonesia and Timor Leste. Majalah Ilmiah Globe. 13(2). 175-183. Joyosumarto, S., L. Hadiyatno, &H. Batubara. (2013). Akselerasi Penegasan Batas Daerah di Indonesia dengan Metode Kartometris. Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2013.UGM. Yogyakarta. Riadi, B. & M.K. Soleman. (2011). Aspek Geospasial Dalam Delineasi Batas Wilayah Kota Gorontalo. Majalah Ilmiah Globe. 13(1).41-49. Riadi, B. & B.W. Sudarmaji. (2012). Pemetaan Kampung Terluar Sebagai Dasar Penyusunan Peta Batas Wilayah.Prosiding Seminar Internasional dan Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2012. ISI.Jakarta. Shofiyanti, R.(2011). Teknologi Pesawat Tanpa Awak untuk Pemetaan dan Pemantauan Tanaman dan Lahan Pertanian.Informatika Pertanian (20) 2. 58 – 64. Smith, B. (1995). On Drawing Lines on a Map.475-484 pp. In A. Frank and W.Kuhn (Ed.). Spatial Information Theory.A Theoretical Basis for GIS. Proceeding of COSIT ’95. Springer Verlag. Berlin. Sumaryo. (2012). Aspek Geospasial dalam Sengketa Pulau Berhala.Prosiding Konferensi Teknik dan Sains Informasi Geospasial ke-1 Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.247-256 Wikantika, K. (2008). Unmanned Mapping Technology: Development and Applications. Proceeding Workshop UnMapTech2008. Bandung, Indonesia. 9 Juni 2008. Republik Indonesia (2004). Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Republik Indonesia (2006). Permendagri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa. Republik Indonesia. (2012). Permendagri Nomor 76 Tahun 2012tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah. Republik Indonesia. (2014). Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa