SlideShare a Scribd company logo
BAB
II
PENDEKEKATAN DAN METODOLOGI
RKT
RTKP
2.1 PENDEKATAN TEKNIS
2.1.1 Kedudukan RKT
Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan
pembangunan nasional, kedudukan RKT dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.1. sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Kedudukan RKT dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Laporan Akhir II - 1
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014
Rencana Kawasan Transmigrasi merupakan rencana rinci tata ruang
sebagai penjabaran RTR KSN yang disusun sesuai dengan tujuan
penetapan masing-masing RTR KSProv dan RTR KSKab. Muatan RKT
ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan berisi aturan terkait dengan hal-hal
spesifik tentang ketransmigrasian. Kepentingan Rencana Kawasan
Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten merupakan dasar
pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan RKT. RKT juga
menjadi acuan teknis bagi penyelenggaraan penataan ruang SKP, KPB
dan SP.
2.1.2 Isu Strategis RKT
Isu strategis RKT merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional,
provinsi dan kabupaten sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan
sebagai Kawasan Transmigrasi.
Isu strategis Kawasan Transmigrasi ditinjau berdasarkan sudut
kepentingan strategis yaitu:
1) pertahanan dan keamanan,
2) pertumbuhan ekonomi,
3) sosial dan budaya,
4) pendayagunaan sumber daya alam (SDA), dan
5) fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Proses merumuskan isu strategis kawasan transmigrasi dapat dilakukan
melalui pendekatan top down dan/atau bottom up. Isu strategis RKT
dapat berasal dari cara pandang pemerintah terhadap potensi maupun
permasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis
(pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang
diusulkan oleh daerah yang menjadi kewenangan pemerintah untuk
Laporan Akhir II - 2
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
diangkat menjadi isu strategis (pendekatan bottom up).
2.1.3 Ketentuan Umum Muatan RKT
Ketentuan umum penentuan muatan RKT memberikan informasi
mengenai kerangka pikir penentuan muatan RKT sesuai dengan tipologi
RKT, meliputi :
a. Bentuk
Penentuan bentuk RKT didasarkan pada basis kawasan dan basis
objek strategis dan kriteria kawasan transmigrasi.
b. Deliniasi RKT
Penentuan deliniasi RKT dilakukan sesuai dengan tipologi RKT
dilakukan dengan pertimbangan :
1 kondisi daya dukung fisik dasar;
2 interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
3 potensi perekonomian kawasan; dan
4 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
c. Fokus Penanganan/muatan RKT
Penentuan fokus penanganan RKT dilakukan dengan
mempertimbangkan upaya yang perlu diprioritaskan untuk
mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai dan isu strategis
kawasan sesuai dengan tipologi RKT, meliputi :
 Tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan kawasan
transmigrasi.
 Luasan kawasan transmigrasi;
 Rencana struktur kawasan transmigrasi;
 Rencana peruntukan kawasan transmigrasi;
 Arahan pengembangan pola usaha pokok;
 Arahan jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
 Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan sumber
daya manusia;
Laporan Akhir II - 3
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
 Arahan indikasi program utama;
 Tahapan perwujudan kawasan transmigrasi; dan
 Ketentuan pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi.
d. Skala Peta
Penentuan skala peta RKT disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan dalam proses perencanaan RKT dan penggunaan RKT,
serta kebutuhan muatan materi yang akan diatur di dalam RKT
yaitu kedalaman informasi 1 : 25.000 dan dilandasi dengan Data
Dasar Citra Satelit.
e. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Kawasan
Transmigrasi
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan
transmigrasi dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan
fokus penanganan RKT.
f. Konsep Pengembangan
Penentuan konsep pengembangan kawasan transmigrasi dalam
rangka pencapaian tujuan RKT.
g. Arahan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Penentuan arahan pemanfaatan Kawasan Transmigrasi dilakukan
dengan mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan
Kawasan Transmigrasi yang dilaksanakan melalui penyusunan
indikasi program utama 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun
perencanaan (yang tahapan waktu pelaksanaannya disesuaikan
dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRW Kabupaten) beserta
indikasi sumber pembiayaan.
h. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan
Transmigrasi
Laporan Akhir II - 4
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar
pemanfaatan kawasan dilaksanakan sesuai dengan RKT.
i. Pengelolaan
Penentuan pengelolaan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan
tipologi RKT.
Lebih jelasnya, penentuan muatan Dokumen Perencanaan RKT dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
2.1.4 Format Penyajian
Konsep Dokumen RKT disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
1) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
2) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
3) Album peta yang disajikan dengan skala minimal dalam format A1
yang dilengkapi dengan peta digital yang disusun sesuai dengan
ketentuan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang.
Gambar 2.2
Penentuan Muatan RKT
Laporan Akhir II - 5
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014
2.1.5Masa Berlaku
Laporan Akhir II - 6
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Dokumen Perencanaan RKT berlaku dalam jangka waktu 15 (lima belas)
tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan
kembali dokumen perencanaan RKT dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan strategis berupa :
a. Bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
b. Perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-
undang;
c. Perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-
undang; dan/atau,
d. Perubahan RTRW Propinsi/kabupaten yang menuntut perubahan
terhadap RKT.
2.1.6 Pola Pikir Perencanaan Kawasan Transmigrasi
Pola pikir perencanaan ini pada dasarnya merupakan landasan berpikir
perencana sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara
utuh dan menyeluruh guna memberikan landasan berpikir sebagai
masukan pada pendekatan perencanaan. Ada 7 (tujuh) hal pokok
pemikiran sebagai landasan pola pikir, yakni :
1. Pemahaman terhadap karakteristik fisik, ruang dan
sumber daya lingkungan pendukung.
Setiap sistem fisik kehidupan mempunyai karakter-karakter khusus
yang unik yang dapat menjadi pendukung maupun kendala
perkembangannya, sehingga upaya untuk mengembangkan fungsi-
fungsi kegiatan harus memandang keberlanjutan daya dukungnya
dalam kurun masa datang serta bagaimana memanfaatkannya
secara optimal.
2. Pemahaman terhadap karakteristik sosial,
karakteristik ekonomi, karakteristik kemasyarakatan dan
aspirasinya.
Pengembangan suatu kota akan sangat berkaitan dengan
bagaimana rencana tata ruang dapat mendukung perikehidupan
Laporan Akhir II - 7
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
sosial masyarakat yang beragam.
3. Pemahaman terhadap keterkaitan timbal balik antara
kinerja aktifitas kota dengan wujud dan perwujudan ruang
fisiknya.
Dalam hal ini, kinerja aktifitas yang buruk akan mewujudkan
kualitas ruang fisik kehidupan yang buruk, atau sebaliknya ruang
fisik yang tidak tertata dengan baik akan mewujudkan kinerja
aktifitas yang buruk pula. Kondisi ini bersifat kumulatif dan saling
memberikan pengaruh negatif serta akan semakin menurunkan
kualitas kehidupan lingkungan fisik, sosial, ekonomi di masa yang
akan datang.
4. Pemahaman mengenai bagaimana mewujudkan ruang
fisik yang kondusif untuk menunjang kehidupan kota.
Upaya mewujudkan ruang bukan hanya sekedar membuat rencana
tata ruang namun terkait upaya perealisasian serta
pengarahannya, dan penciptaan faktor intensif (menstimulasi) dan
disinsentif (mencegah), agar elemen, fungsi dan infrastruktur,
sistem pelayanan sosial ekonomi perkotaan dapat ada dan tumbuh
sesuai dengan harapan.
5. Pemahaman terhadap pelaku dan aktor-aktor
pembangunan kota dalam mendukung wujud ruang yang
diharapkan.
Setiap rencana pembangunan termasuk rencana tata ruang akan
melibatkan setiap pelakunya sebagai subjek dan harus menjamin
adanya mekanisme partisipasi masyarakat, swasta dan pemerintah
dalam mendukung program-program pembangunan. Upaya untuk
mendeseminasikan serta mensosialisasikan rencana perlu
dilakukan untuk menghindari rencana tata ruang menjadi produk
yang tidak dapat/tidak mungkin direalisasikan karena masyarakat
tidak tahu, menganggap tidak perlu atau kepentingannya tidak
terakomodasi atau dianggap merugikan kepentingannya.
Laporan Akhir II - 8
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
6. Pemahaman terhadap aspek kelembagaan, aspek
hukum dan aspek manajemen pembangunan untuk
mendukung realisasi wujud ruang yang diharapkan.
Upaya untuk menata ruang kota akan tidak terlepas dari persoalan
kelembagaan dan manajemen pembangunan yang terkait dengan
upaya mengkonsolidasikan serta mengintegrasikan berbagai
perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal lain, upaya mengelola
sumber daya dana, tenaga dan waktu juga menjadi faktor
mendukung penataan ruang kota.
7. Pemahaman terhadap aspek eksternal
regional/konselasi geografis mewilayahan sebagai faktor
pengaruh terhadap eksistensi kota.
Perkembangan lingkungan eksternal dapat mempengaruhi
eksistensi baik bersifat positif maupun negatif. Pertumbuhan kota
sekitar yang pesat dengan fungsi berbeda, serta pengaruh
perkembangan transportasi regional harus dijadikan landasan
makro untuk mengembangkan fungsi mikro/lokal kota secara saling
mendukung.
2.1.7 Aspek Perencanaan Kawasan Transmigrasi
Aspek Perencanaan Kawasan Transmigrasi harus mempertimbangkan 3
(tiga) aspek dalam pendekatan perencanaan tata ruang, yaitu :
1. Aspek Strategis
2. Aspek Teknis
3. Aspek Pengelolaan
Ketiga aspek tersebut selanjutnya dijabarkan dalam rangka
Perencanaan Kawasan Transmigrasi adalah sebagai berikut :
A. Aspek Strategis
Laporan Akhir II - 9
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Aspek strategis ini akan menyangkut penentuan fungsi kawasan,
pengembangan kegiatan kawasan dan pengembangan tata ruang
kawasan. Aspek strategis ini diintegrasikan dengan RTRW Kabupaten.
B. Aspek Teknis
Aspek teknis ini akan menyangkut upaya mengoptimalkan
pemanfaatan kawasan transmigrasi. Seperti yang telah dijelaskan
dalam PP Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tengang
perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 1997 tengang
Ketransmigrasian, bahwa Rencana Kawasan Transmigrasi merupakan
penjabaran dari RTRW yang nantinya dapat menjadi pedoman untuk
pemberian advis planning, pengaturan bangunan setempat,
penyusunan rencana kawasan dan pelaksanaan program
pembangunan.
C. Aspek Pengelolaan
Aspek pengelolaan akan menyangkut administrasi, keuangan, hukum
dan perundangan agar rencana kota dapat dilaksanalkan melalui
koordinasi, penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
rencana. Sesuai dengan tingkatannya, dimana Rencana Kawasan
Transmigrasi sebagai pedoman untuk pemberian advis planning,
pengaturan penempatan dan pengembangan transmigrasi dan
pelaksanaan program pembangunan, maka kajian-kajian yang akan
dilakukan menyangkut beberapa hal, yaitu :
1. Kemampuan aparat dan personalnya, dalam arti kualitas dan
kuantitas sumber daya manusianya.
2. Kemampuan pendanaan/keuangan, dalam arti mengkaji sumber-
sumber dana untuk pembangunan baik peningkatan PADS
maupun sumber dana lainnya.
Laporan Akhir II - 10
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
3. Kemampuan perangkat keras dan lunak dinas/instansi, terutama
yang terkait langsung dalam proses dan mekanisme
pembangunan. Hal ini penting dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja.
4. Menyusun Rencana Kawasan Transmigrasi yang optimal sesuai
dengan aspirasi masyarakat dan kebijakan Pemerintah Daerah,
sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan yang diperkuat
dengan kepastian hukum dalam bentuk Perda dan pengesahan
dari tingkat yang lebih tinggi.
Pada poin 4) dikatakan bahwa dalam Rencana Kawasan Transmigrasi
harus melibatkan peran serta masyarakat dalam proses
penyusunannya. Hal ini dimaksudkan untuk menampung aspirasi
masyarakat, agar kepentingannya dapat terakomodasi dalam
Rencana Kawasan Transmigrasi yang akan disusun. Penegasan
keterlibatan peran serta masyarakat dalam proses penyusuanan
Rencana Kawasan Transmigrasi.
Dari berbagai praktik peran serta langsung masyarakat dalam
perencanaan tata ruang terdapat beberapa bentuk yang dapat
dilaksanakan dengan segala keuntungan dan kerugiannya masing-
masing, baik yang akan dilaksanakan secara berkelompok maupun
perorangan. Berikut ini adalah kemungkinan bentuk
penyelenggaraan yang berbentuk kelompok:
1. Diskusi kelompok kecil: jumlah peserta sedikit, cenderung
terarah/terfokus, inklusif dari komunitas yang lebih luas,
memerlukan waktu yang sangat panjang (time consuming).
2. Rapat umum : jumlah pemeranserta besar, sulit untuk
mengarahkan pada isu-isu tertentu saja, cenderung
mengesampingkan sektor-sektor tertentu dari komunitas,
artikulasi perorangan dan kelompok-kelompok yang
berkepentingan mungkin sangat dominan.
Laporan Akhir II - 11
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
3. Konferensi : pemeranserta adalah kalangan terpilih, teknik
pendahuluan yang baik untuk menggambarkan isu-isu yang
muncul, boros waktu bagi perencana untuk memberikan respon
dan interaksi.
4. Lokakarya : dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dapat
digunakan di setiap proses, menjanjikan keterlibatan dan
kontribusi aktif.
Bentuk lainnya yang biasa muncul misalnya adalah seminar, yang
relatif mirip dengan konferensi. Satu bentuk lain yang agak radikal
adalah langsung beramai-ramai terlibat praktik dalam perancangan
rencananya di studio, yang tentunya memerlukan studio yang sangat
besar.
Beberapa bentuk peran serta yang bersifat perorangan misalnya
adalah :
1. Wawancara: dapat lebih terwakili langsung dan personal, akan
tetapi boros waktu.
2. Pendapat tertulis atau verbal : komitmen ditunjukkan secara
formal, sarana yang baik bagi para kelompok pe-lobby.
3. Jalur khusus (hot line) telepon : lebih luwes dari segi waktu,
interaksi langsung.
4. Survey Kuesioner : memberikan data/fakta tertulis, dalam hal
tertentu dapat untuk mengukur reaksi masyarakat, akan tetapi
interaksi terbatas/kurang.
Bentuk lainnya untuk yang perorangan ini misalnya adalah observasi,
pameran/display, membuka kantor informasi di lapangan, dan
penggunaan media massa. So, Hand dan McDowell (1982)
mengelompokkan bentuk peran serta ke dalam kelompok besar
berdasarkan tujuannya yaitu yang disebut publicity (dalam rangka
membangun dukungan masyarakat), public education (dalam rangka
diseminasi informasi), public input (dalam rangka mengumpulkan
informasi), public interaction (dalam rangka pembangunan
Laporan Akhir II - 12
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Publisitas
Pendidikan masyarakat
Masukan masyarakat
Interaksi masyarakat Kemitraan
masyarakat
Pengamanan saran dan persetujua
Diseminasi Informasi
Pengumpulan Informasi
Pembangunan Komunikasi
dua arah
mbangunan dukungan masyarakat
Keterlibatan Pasif Keterlibatan Aktif
Forum Stakeholders
SURVEI
P
Analisis & Interpretasi
Penyusunan rencana
Forum Stakeholders
Rencana tersepakati
P Indikasi Program
Perangkat Pengendalian Pelaksanaan
Arahan Pemerintah
Program Pemerintah
Masyarakat
P
Konsultan
Pemerintah
Pelaku Keterlibatan Dalam Perencanaan
Pelaksanaan oleh Pemerintah, Swasta, Masyarakat
komunikasi dua arah), public partnership (dalam rangka
mengamankan saran dan consent). Pengelompokan teknik peran
serta masyarakat tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.3
Pengelompokan Teknik Peran Serta Masyarakat
Sumber : So, Hand, dan McDowell (1986:293)
Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut
hirarkhi rencana yang diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996
(Pasal-Pasal di BAB III dari PP 69/96), yaitu :
- pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan.
- pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan.
- pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang.
- pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan
ruang.
- pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana.
- kerja sama dalam penelitian dan pengembangan.
- bantuan tenaga ahli.
Gambar 2.4
Keterlibatan Pelaku Pembangunan Dalam Penyusunan
Rencana
Laporan Akhir II - 13
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014
2.2. METODOLOGI KAJIAN
2.2.1 Pendekatan Perencanaan
Untuk memberikan hasil yang terbaik dalam Rencana Kawasan
Transmigrasi ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Menyeluruh dan Terpadu (Mixed Scanning Planning Approach), yaitu
suatu pendekatan perencanaan terpilah yang berdasar pada suatu
pertimbangan menyeluruh. Pendekatan ini sering disebut juga sebagai
‘Third Approach’ atau ‘Pendekatan Ketiga’.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan
rasional yang menyeluruh (Rational Comprehensive Approach) dan
pendekatan perencanaan yang terpilah (Dinjointed Incremental
Planning Approach).
Kajian perencanaan secara menyeluruh dan terpilah dilakukan secara
bersama-sama dengan mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan
dengan kondisi kawasan. Tinjauan secara menyeluruh dalam lingkup
kota yang lebih makro disederhanakan dalam lingkup wawasan sekilas
(scan) untuk mempermudah dalam menganalisa permasalahan
kawasan, sedangkan tinjauan atas bagian unsur-unsur atau sub sistem
kawasan ditinjau kedudukannya terhadap permasalahan menyeluruh
kawasan.
Tata cara utama metode pendekatan ini adalah :
Laporan Akhir II - 14
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
1. Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan
pada tingkat yang lebih tinggi,
2. Perencanaan didasari oleh suatu wawasan menyeluruh serta
mengfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau
subsistem-subsistem yang diutamakan,
3. Kajian mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem
yang diprioritaskan dilandasi oleh kajian sekilas tentang lingkup
menyeluruh serta didasarkan kepada wawasan sistem makro dan
mikro,
4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha
penghematan waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis
dan proses teknis penyusunan rencana karena adanya
penyederhanaan dalam penelaahan dan analisis makro dan
mikronya,
5. Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses
pemantauan, pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi
dengan stakeholders dilakukan selama proses penyusunan sasaran
dan tujuan rencana.
Untuk lebih jelasnya, Bagan Alir Pendekatan Perencanaan dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
2.2.2 Pendekatan Pelaksanaan
Pelaksanaan perencanaan kawasan transmigrasi meliputi serangkaian
prosedur penyusunan dan penetapan RKT. Proses Penyusunan
Dokumen Perencanaan RKT meliputi :
1. Persiapan penyusunan;
2. Pengumpulan data dan informasi;
3. Pengolahan dan analisis data;
4. Perumusan konsepsi rencana; dan
Laporan Akhir II - 15
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
5. Penyusunan Indikasi Program
2.2.3 Proses Penyusunan RKT
Proses penyusunan Dokumen Perencanaan RKT dilaksanakan setelah
dilakukan identifikasi potensi kawasan sesuai dengan bagan alir pada
gambar 2.5.
1. Persiapan Penyusunan
a. Persiapan Administrasi, meliputi:
 Penelaahan dan pengkajian kerangka acuan kerja dan
menyusun arahan kebijakan dan strategi pembangunan
kawasan transmigrasi.
 Menyiapkan program kerja yang lebih rinci, sebagai arahan
bagi pelaksanaan penyusunan dokumen RKT.
b. Persiapan Teknis yang meliputi :
 Identifikasi informasi dan data awal kajian potensi kawasan;
 Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;
 Penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan,
panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan
dokumentasi, dll) serta mobilisasi peralatan dan personil yang
dibutuhkan.
Laporan Akhir II - 16
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Analisis Fisik Analisis Kependudukan
Analisis Kondisi Prasarana dan Sarana
Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis Sosial Ekonomi
Sosialisasi /Lokakarya antar stakeholder
Penjajagan Partisipatif Stakeholder
FEEDBACK
FEEDBACK
Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan/Indikasi Program
Perumusan Arahan Perencanaan
Konsep Perencanaan
Gambar 2.5
Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Penyusunan Dokumen Perencanaan RKT Bacan – Kabupaten
Halmahera Selatan
Sumber : Hasil Pengolahan Tim Penyusun, tahun 2014.
Laporan Akhir II - 17
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Gambaran Umum
- Landasan Hukum
- Materi Teknis RTRW
Kab. Halmahera
Selatan
- Arahan Kebijakan
Pembangunan Kab.
Halmahera Selatan
- Kawasan
Transmigrasi
- RTRW Provinsi
- RTRW Kab
Halmahera Selatan
- RPJMD Kab
Halmahera Selatan
- Kajian-Kajian Teknis
Terdahulu
SURVEY
- Pengumpulan Data
Primer
- Pengumpulan Data
Sekunder
2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan
penyusunan rencana kawasan transmigrasi, dilakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dapat meliputi:
1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat
dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu
wicara, wawancara orang per-orang, dan lain
sebagainya; dan
2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah
secara langsung melalui kunjungan ke lokasi wilayah
kawasan transmigrasi.
Data sekunder yang dikumpulkan sekurang-kurangnya meliputi :
1) Peta-peta, meliputi:
 Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 :
50.000 sebagai peta dasar;
 Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan
membuat peta tutupan lahan; Citra satelit yang digunakan
harus berumur tidak lebih dari tiga tahun pada saat
penyusunan rencana dengan menggunakan citra satelit
resolusi 10 m – 15 m.
 Peta batas wilayah administrasi;
 Peta batas kawasan hutan;
 Peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan; dan
 Peta-peta masukan untuk identifikasi potensi sumber daya
alam.
 Peta-peta jaringan jalan
Laporan Akhir II - 18
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
2) Data dan informasi yang harus ada mampu menyajikan data
spasial 1 : 25.000, meliputi :
a) Data kebijakan penataan ruang (RTRW provinsi, RTRW
kabupaten/kota, dan rencana rincinya) serta kebijakan
sektoral terkait;
b) Data kondisi fisik lingkungan dan SDA, meliputi:
– Iklim dari stasiun klimatologi terdekat minimal 10 tahun
– Tanah yang telah diklasifikasikan hingga tingkat Great
Group menurut USDA
– Hidrologi dan Geologi yang dikeluarkan oleh Badan
Geologi Nasional Bandung
c) Data penggunaan lahan (Hasil interpretasi citra satelit dan
sudah merupakan hasil pengecekan lapangan);
d) Data tentang kependudukan (minimal data pada tingkat
kecamatan minimal 5 tahun), meliputi; jumlah penduduk
berdasarkan:
– Jenis kelamin
– Usia/umur
– jenis pekerjaan
e) Data tentang prasarana dan sarana kawasan, meliputi :
sistem jaringan transportasi, Jaringan telekomunikasi,
jaringan air bersih, jaringan listrik, pengembangan
permukiman dan pengelolaan persampahan, pendidikan dan
kesehatan serta perdagangan.
f) Data tentang pertumbuhan ekonomi kawasan, meliputi:
– Produksi masing-masing sub sektor berdasarkan PDRB
Kabupaten.
Laporan Akhir II - 19
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
– PDRB kabupaten dan Propinsi minimal meliputi 22 sub
sektor selama 5 tahun.
g) Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah
diperoleh dari data APBD Kabupaten 5 tahun terakhir;
h) Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan
daerah;
i) Data dan informasi tentang kebijakan penataan ruang
terkait (RTRW kabupaten, RTRW provinsi, RTRW Nasional dan
RTR pulau terkait);
j) Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan
sektoral, terutama yang merupakan kebijakan pemerintah
pusat; dan
k) Peraturan-perundang undangan terkait.
Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang
dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima)
tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat desa. Data
yang menyangkut informasi spasial diperoleh dari informasi
dengan tingkat kedalaman informasi 1 : 25.000.
Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan
Informasi, dihimpun dalam buku data dan analisis dengan
waktu pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan informasi
adalah 2 (dua) bulan.
4. Tahap Pengolahan dan Analisa Data
a) Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Transmigrasi
(1) Tujuan dan Manfaat
Pekerjaan analisis dimaksudkan untuk mengkaji daya dukung dan
daya tampung lahan lokasi perencanaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang memiliki
Laporan Akhir II - 20
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan dengan pusat
pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan.
(2) Prinsip Dasar
Metode yang dapat digunakan dalam analisis potensi dan masalah
kawasan perencanaan adalah dengan menggunakan prinsip analisis
SWOT:
 Potensi/kekuatan; kekuatan yang dimiliki oleh indikator
perkembangan kawasan perencanaan untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga diperlukan suatu kebijakan dan strategi
peningkatan/penambahan nilai (value added) dari indikator tersebut;
 Kelemahan/Permasalahan; kelemahan atau kekurangan yang dimiliki
oleh kawasan perencanaan sehingga menghambat kawasan
perencanaan untuk tumbuh dan berkembang;
 Kesempatan/peluang yang lebih luas yang memberikan dampak
tumbuh dan berkembangnya kawasan perencanaan seperti
meningkatnya ekonomi makro, investasi yang tumbuh cepat, terbuka
akses kawasan dengan luar, sehingga diperlukan kebijakan dan
strategi penguatan akses dan kemudahan-kemudahan bagi
pengembangan kawasan;
 Ancaman; indikator eksternal yang dapat menghambat tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan, sehingga diperlukan
kebijakan dan strategi penguatan koordinasi, kerjasama, dan
sikronisasi pembangunan.
Setiap komponen atau variabel SWOT harus terukur secara
kuantitatif, bila kualitatif dapat menunjukan faktor keterkaitan
antara data dan kecenderungannya.
b) Analisis Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Analisis struktur dan pemanfaatan kawasan dilakukan dengan
mengamati dan mengkaji struktur dan pemanfaatan kawasan, baik
Laporan Akhir II - 21
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
pada masa sekarang, masa lalu, maupun kecenderungannya di
masa depan, akan tetapi dalam lingkup internal wilayah. Penentuan
orde kota, skala wilayah pelayanan, dan penstrukturan wilayah agar
lebih efektif dan efisien merupakan kesimpulan yang didapat dari
hasil analisis aspek ini.
1. Prinsip analisis
 Ketentuan analisis struktur kawasan perencanaan mengikuti
kebijakan yang telah digariskan oleh RTRWN, RTRWP, dan RTRW;
 Kedudukan dan skala dari sistem pergerakan, pemusatan kegiatan,
dan peruntukan lahan;
 Arah perkembangan pembangunan kawasan;
 Memperhatikan karakteristik dan daya-dukung fisik lingkungan
serta dikaitkan dengan tingkat kerawanan terhadap bencana.
2. Analisis fungsi ruang meliputi:
a. Tujuan, membentuk pola kawasan yang terstruktur dalam
peran dan fungsi bagian-bagian kawasan, yang memperlihatkan
konsentrasi dan skala kegiatan binaan manusia dan alami.
b. Komponen analisis;
 Perkembangan pembangunan, merupakan kebijakan rencana
pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
maupun swasta;
 Pusat-pusat kegiatan, dengan melakukan kajian terhadap
pemusatan kegiatan yang ada atau direncanakan oleh
rencana diatasnya;
 Kesesuaian dan daya dukung lahan, sebagai daya tampung
dan daya hambat ruang kawasan dalam berkembang;
 Pembagian fungsi ruang pengembangan, merupakan
struktur kawasan yang dibagi dalam fungsi dan peran
bagian-bagian kawasan.
c. Analisis Sumberdaya dan Kemampuan Lahan
Laporan Akhir II - 22
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Analisis fisik dasar dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai daya dukung lingkungan fisik. Informasi ini
diperlukan di dalam merumuskan dan menempatkan zonasi
ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan
kawasan budidaya, hutan lindung, hutan produksi dll.
Aspek fisik dasar yang dijadikan sebagai input di dalam
analisis adalah topografi wilayah, jenis tanah, iklim, hidrologi,
geologi, pola arus. Selain itu di dalam tahap analisis juga
dipertimbangkan aspek ketersediaan SDA dan Pola Ruang yang
ada (existing).
Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat
ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya.
Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini
adalah teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan
kepada kriteria penetapan kawasan lindung dan budidaya.
Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan operasi
matematis scoring dan overlay peta tersebut seperti pada
gambar 2.6 dan dan gambar 2.7.
Gambar 2.6
Alur Analisis Aspek Fisik Dasar
Karateristik Fisik Dasar Yaitu:
Topografi, Jenis Tanah, Iklim Dll
Ketersediaan SDA: Jenis Dan
Jumlah
Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Dan Pola
Sebaran
Analisis Ketersediaan Dan Pola
Sebaran
Potensi Pengembangan
Informasi Mengenai Daya Dukung
Lingkungan Untuk Berbagai Kebutuhan
Pengembangan Wilayah
Laporan Akhir II - 23
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014
Gambar 2.7
Skema Analisis Kesesuaian Lahan
Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014
Kriteria-kriteria yang menjadi model persyaratan penggunaan
Laporan Akhir II - 24
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan
melalui metoda pohon keputusan. Pohon keputusan ini terdiri
dari seperangkat persyaratan penggunaan lahan dengan
masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya, di mana
satu sama lain (karakteristik pendiri) saling berpengaruh
terhadap potensi lahan bagi jenis penggunaan lahan yang
dipertimbangkan.
Secara umum untuk menilai kelas kesesuaian lahan agregat
(satuan lahan) ditentukan berdasarkan faktor pembatas yang
paling berat (maximum limiting factors, FAO, 1976). Evaluasi
dilakukan pada satuan lahan (skala 1 : 25.000) sesuai dengan
ketersediaan data. Masing-masing satuan lahan di wilayah
studi terdiri dari campuran dua jenis tanah atau lebih. Batasan
antara dua jenis tanah atau lebih ini tidak dapat didelineasi
pada peta yang digunakan, sehingga perlu dilakukan kajian
survey pemetaan tanah lebih lanjut pada tingkat kedetilan
yang lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang
dipertimbangkan berdasarkan pengelompokkan jenis
komoditas yang mempunyai kemiripan (similar land use
requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman
data yang tersedia yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai
pencantuman faktor pembatas masing-masing kelas :
1) Sesuai (S)
2) Sesuai bersyarat (CS)
3) Tidak bersyarat (N)
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian
diantaranya sebagai berikut:
1) Hidrologi (h) 5) Tipe Iklim (i)
2) Elevasi (k) 6) Media perakaran (r)
3) Terrain (s) 7) Temperatur Udara (t)
Laporan Akhir II - 25
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
4) Ketersediaan air (w) 8) Toksisitas (x)
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-
karakteristik penciri masing-masing kualitas lahan dan
signifikan menjadi pembatas dalam pengembangan jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan.
d) Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Transmigrasi
1. Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan
Analisis sektor dan komoditas unggulan diperlukan untuk
mengetahui sumbangan/kontribusi sektor dan komoditas
terhadap PDRB pada Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT).
Sektor yang memberikan sumbangan relatif yang cukup besar
terhadap PDRB di suatu kawasan sehingga sektor tersebut
dikatakan sebagai sektor basis (dominan).
Variabel yang dapat digunakan sebagai indikator keunggulan
suatu sektor diantaranya: penyerapan tenaga kerja masing-
masing sektor, luas usaha dan produktivitas masing-masing
sektor, serta kontribusi tiap-tiap sektor terhadap PDRB di Lokasi
RKT.
Dalam kajian ini untuk mengidentifikasi sektor dan komoditas
unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ), Analisis
Surplus Pendapatan (SP), Kuosien Spesialisasi (Ksi), dan Kuosien
Lokalisasi (Loi).
a. Analisis Location Quotien (LQ)
Location Quotient (LQ) merupakan metode analisis yang
digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan atau basis
aktivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian
wilayah serta tingkat kecukupan barang dan jasa dari
produksi lokal suatu wilayah. Secara umum metode LQ
digunakan untuk mengukur suatu sektor atau komoditi
Laporan Akhir II - 26
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
(misalnya sektor x atau komoditi x) menjadi
kegiatan/komoditi basis atau non basis pada suatu wilayah
tertentu (misalnya i) (Budiharsono, 2001). Nilai LQ diketahui
dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
LQx= Nilai sektor basis/non basis
Si = Jumah PDRB sektor x diwilayah i (Rp).
Sj = Jumlah PDRB total komoditi sektor x diwilayah j, dimana
wilayah i
merupakan bagian dari wilayah j (Rp).
Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi
ataupun sektor
pada wilayah i (Rp).
Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi
ataupun sektor
pada wilayah j (Rp).
Berdasarkan formulasi dan asumsi yang berlaku, nilai LQ
dapat bervariasi, diantaranya:
LQx > 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x merupakan
komoditi/sektor basis atas kegiatan ekspor.
LQx = 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x tidak
mengekspor, tetapi mampu mencukupi permintaan lokal
atau dengan kata lain komoditi/sektor x telah mencapai
tingkat swasembada.
LQx < 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x bukan
merupakan komoditi/sektor basis ataupun kegiatan ekspor.
Menurut Kadariah (1985) bahwa metode LQ dengan
Laporan Akhir II - 27
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
kesederhanaannya sangat tepat digunakan untuk tahap
permulaan dan pemula. Meskipun demikian metode ini
memiliki beberapa kekurangan, karena sering terjadi
pelanggaran terhadap asumsi yang berlaku, diantaranya:
a.Selera dan pola pengeluaran atau pola konsumsi
masyarakat berbeda tiap daerah.
b.Tiap konsumsi rata-rata untuk masing-masing barang tidak
sama di setiap wilayah, sehingga wilayah yang
konsumsinya tinggi mungkin saja mengimpor, meskipun LQ
lebih dari satu (demikian pula sebaliknya).
c.Kebutuhan impor untuk proses produksi dan produktivitas
tenaga kerja berbeda di tiap wilayah yang membutuhkan
lebih banyak input, mungkin saja mengimpor meski LQ
lebih dari satu (demikian pula sebaliknya).
b. Analisis Surplus Pendapatan (SP)
Analisis surplus pendapatan digunakan untuk
mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dan tenaga
kerja dari sektor atau komoditi tertentu dari sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Halmahera Selatan. Formulasi
Umum dengan rumus :
Dimana,
SP = Besarnya surplus pendapatan dari sektortertentu dari
sektor x.
Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah
i.
Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah
Laporan Akhir II - 28
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi
ataupun sektor wilayah i.
Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi
ataupun sektor pada wilayah j.
c. Kuosien Spesialisasi (Ksi)
Alat ini digunakan untuk mengidentifikasikan keunggulan
komparatif suatu komoditi di suatu daerah. Formulasi Umum,
Dimana,
Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah
i.
Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah
j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun
sektor wilayah i.
Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun
sektor pada wilayah j.
Jika nilai kuosien spesialisasi lebih dari satu maka terdapat
spesialisasi dari komoditi di wilayah tersebut. Dan sebaliknya
jika nilai kuosien spesialisasi lebih kecil dari satu, maka tidak
terjadi spesialisasi pada wilayah tersebut.
d. Kuosien Lokalisasi (Loi)
Kegiatan produksi suatu komoditi bisa menyebar atau
terpusat pada suatu wilayah. Untuk mengetahui penyebaran
kegiatan suatu sektor maka dapat digunakan kuosien
lokalisasi.
Laporan Akhir II - 29
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Dimana,
Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah
i.
Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada
wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j.
Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun
sektor wilayah i.
Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun
sektor pada wilayah j.
Jika nilai Loi lebih dari satu maka kegiatan produksi komoditas
memusat atau teragromerasi pada wilayah tersebut,
sedangkan apabila nilai Loi lebih kecil dari satu maka
kegiatan produksi komoditi tersebut menyebar.
Dalam kajian ini analisis sektor basis deperti yang dijabarkan di
atas dilakukan pada tingkat Kabupaten Halmahera Selatan.
Sedangkan untuk analisis sektor unggulan lokasi RKT bacan
Barat dan Bacan Barat Utara akan dilakukan analisis primer
dengan melihat langsung kondisi di lapangan.
2. Analisis Saluran Pemasaran
Setiap daerah/kawasan harus memenuhi mampu kebutuhan
dari penduduknya. Oleh karena itu, setiap daerah/kawasan
perlu memiliki sistem pemasaran produk yang telah dihasilkan.
Pemasaran merupakan upaya untuk mempromosikan,
menginformasikan dan menawarkan kepada konsumen
mengenai sebuah produk usaha atau layanan jasa yang dikelola
oleh sebuah usaha sebagai upaya untuk meningkatkan angka
penjualan dari produk yang dihasilkan. Analisis sistem
pemasaran penting dilakukan untuk mengembangkan suatu
komoditas unggulan di wilayah RKT. Peranan pemasaran dalam
Laporan Akhir II - 30
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
pengembangan komoditas unggulan di wilayah RKT, anatara
lain:
a. Pemasaran untuk mempromosikan komoditas unggulan
kepada masyarakat sekitar wilayah RKT
b. Menjelaskan fungsi, manfaat dan keunggulan sebuah
komoditas unggulan di wilayah RKT
Efektivitas dan keberhasilan dari sistem pemasaran dalam arti
luas harus dievaluasi dalam hubungannya dengan tujuan
masyarakat di wilayah RKT tersebut. Pemasaran yang efektif
berarti mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh konsumen di wilayah RKT. Pendekatan yang
dapat digunakan untuk menilai keefektifan suatu saluran
pemasaran produk unggulan di kawsan RKT, yaitu: pembelian,
penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembuatan standar
dan pengelompokkan, keuangan, pengambilan risiko dan
informasi pasar.
3. Analisis Pendapatan Komoditas Unggulan
Pada rencana sebelumnya, dalam bagian ini akan dilakukan
analisis kelayakan komoditas unggulan di lokais RKT, namun
terdapat kesulitan untuk melakukan analisis kelayakan
komodutas unggulan secara komprehesif (terkait dengan data
dan responden) sehingga dalam kajian ini hanya dapat
dilakukan kajian analisis pendapatan.
Analisis pendapatan digunakan untuk mengidentifikasi
pendapatan masyarakat dari komoditas unggulan yaitu pada
sektor pertanian. Pendapatan merupakan salah satu indikator
untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat,
sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan
ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno (2000),
pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima
Laporan Akhir II - 31
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran
atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan
dari sumber lain. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah
jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi
kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan,
bulanan maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan
memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari
penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.
Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan adalah hasil kali
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Mubyarto
(1995); Pangandaheng (2012), menyatakan pendapatan
merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya–biaya
yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya
tergantung dari pekerjaan dibidang jasa atau produksi, serta
waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan perjam
yang diterima.
4. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Wilayah
RKT
Lokasi Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) memiliki potensi
perkonomian yang besar dan membutuhkan adanya dukungan
dari seluruh pihak agar potensi pekonomian dapat berjalan
lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa potensi perekonomian
suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam
masa kini maupun masa depan. Salah satu daerah yang
potensinya dipengaruhi oleh berbagai keadaan yang
berkembang adalah perekonomian daerah tersebut yang secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-
fenomena yang berkembang saat ini dan yang akan datang,
baik pada tatanan perkembangan lingkungan eksternal maupun
internal. Perkembangan lingkungan eksternal perekonomian RKT
sangat dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian regional dan
Laporan Akhir II - 32
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
nasional.
Lingkungan internal dapat digambarkan melalui besarnya
potensi pengembangan komoditas unggulan di RKT, sedangkan
lingkungan eksternal digambarkan melalui peluang-peluang
pengembangan komoditas unggulan di RKT. Analisis faktor
internal dan eksternal ini dilakukan secara deskriptif dengan
memaparkan apa yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan
serta faktor peluang dan ancaman di wilayah RKT Bacan,
sehingga diperoleh strategi pengembangan kawasan RKT
Bacan.
Analisis SWOT pada kajian ini bertujuan untuk menghasilkan
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti
hasil analisis sebelumnya. Sebagai suatu keputusan dalam
kebijakan publik, pada kajian ini tidak dibandingkan antara
strategi yang satu dengan strategi lainnya untuk mendapatkan
strategi prioritas, tetapi sebagai suatu kebijakan publik, maka
strategi-strategi yang dihasilkan dapat berjalan secara
bersamaan. Objek pada analisis ini adalah daerah RKT dan
sumberdaya yang ada di dalamnya.
e) Analisis Sosial dan Kependudukan
1. Analisis Sosial
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam
secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perlu dilakukan analisis aspek sosial dan
pendudukan suatu Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT).
Analisis sosial dan kependudukan pada hakekatnya adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan kawasan untuk mencapai pemanfaatan
sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya pengukuran
Laporan Akhir II - 33
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
indikator sosial kependudukan tidak berdiri sendiri melainkan
terkait erat dengan kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan
kelembagaan. Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang
sederhana dan hanya mengukur satu aspek saja karena
keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat ditentukan
oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama pembangunan
(stakeholders) seperti pemerintah, swasta dan masyarakat
sendiri. Analisis sosial dapat diperoleh melalui hasil pengukuran
beberapa indikator sosial (urban social indicator) yaitu berupa
kualitas sumberdaya manusia.
Salah satu indikator yang dipakai pada pedoman ini adalah
‘indikator komposit objektif’ yaitu indikator tunggal yang
merupakan gabungan dari beberapa indikator kesejahteraan
rakyat dari berbagai data sensus dan survei. Indikator komposit
dipakai untuk membandingkan tingkat indikator tertentu atau
tingkat kesejahteraan rakyat antar daerah di kawasan.
Indikator komposit objektif yang digunakan adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)
yang merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu
angka harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf
(adult literacy rate) dan rata-rata lamanya pendidikan yang
diperoleh (mean years of schooling). Analisis sosial dapat
digunakan antara lain dengan analisis deskriptif kuantitatif.
2. Analisis Kependudukan
Melakukan analisis potensi kependudukan di RKT. Analisis
kependudukan dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi
penduduk, sebagai acuan dalam menentukan kebijakan
penyebaran penduduk, dan untuk mendapatkan gambaran
situasi dan kondisi objektif dari perencanaan
pengembangan/pemberdayaan masyarakat. Analisis
Kependudukan dapat diperoleh melalui hasil pengukuran
Laporan Akhir II - 34
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya:
jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan kepadatan
permukiman. Analisis kependudukan dapat digunakan antara
lain dengan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi.
f). Analisis Prasarana dan Sarana
Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dilakukan untuk
mengetahui jenis dan tingkat kebutuhan prasarana dan sarana
berdasarkan pekembangan kawasan. Penilaian atas kondisi
prasarana dan sarana ini dilakukan berdasarkan fungsi dan tingkat
pelayanan dari sarana yang bersangkutan. Prasarana dan sarana
yang dimaksudkan di sini adalah prasarana dan sarana
transportasi, fasilitas umum dan utilitas. Seluruh kebutuhan
sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan kebutuhan
perkembangan wilayah untuk masa 10 tahun ke depan sesuai
dengan hasil proyeksi pada aspek demografi. Alur analisis sarana
dan prasarana dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada dasarnya analisis kebutuhan prasarana dan sarana akan
terkait erat dengan beberapa hal yaitu jumlah penduduk dan hasil
proyeksi yang nantinya akan dirumuskan berdasarkan standar
jumlah minimal fasilitas yang dimaksud, dan standard kebutuhan
ruang untuk masing-masing standard.
g). Analisis Transportasi
Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari sarana/prasarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan
adanya pergerakan ke seluruh wilayah. Tujuan adanya transportasi
adalah :
1) Terakomodasinya mobilitas penduduk
2) Dimungkinkan adanya pergerakan barang
3) Dimungkinkannya akses ke seluruh wilayah
Laporan Akhir II - 35
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
4) Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan
keterkaitan antara penumpang/barang, sarana dan prasarana
yang berinteraksi dalam suatu operasi yang tercakup dalam
suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa.
Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi
darat, air, dan udara dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai :
 Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan
baik dalam wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan
melihat pengumpul hasil produksi, pusat kegiatan transportasi,
dan pusat distribusi barang dan jasa;
 Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang
ada;
 Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
Muatan Analisis Transportasi terdiri dari :
 Analisis Pola Pergerakan (pola pergerakan angkutan
penumpang dan barang)
 Analisis Sistem Transportasi meliputi : jaringan jalan, hirarki
jalan dan jaringan non jalan.
 Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi meliputi : kondisi
jalan dan kebutuhan pengembangan.
2.2.4 Tahap Perumusan Konsepsi Rencana
A. Tujuan, Sasaran Dan Konsep Perwujudan RKT
Rencana perwujudan Kawasan Transmigrasi digunakan sebagai dasar
dalam menentukan peruntukan tanah bagi :
a. Pembangunan SP baru
b. Pembangunan pemukiman baru sebagai bagiandari SP Pugar
c. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan transmigrasi
d. Pengembangan investasi
Laporan Akhir II - 36
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
e. Pemugaran pemukiman penduduk setempat sebagai bagian dari SP
pugar dan/atau
f. SP tempatan
B. Luasan RKT
Kawasan Transmigrasi mencakup kawasan yang mempunyai Kawasan
Inti Dan Kawasan Penyangga atau yang tidak mempunyai Kawasan Inti
Dan Kawasan Penyangga yang penetapannya didasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis
sektoral.
Luasan RKT berdasarkan UU No. 29 Tahun 2009 dan Permen No. 3 tahun
2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, yaitu minimal 3 SKP + 1
KPB, dengan ketentuan sebagai berikut :
 SKP Pusat didalam RKT adalah sebagai KPB adalah kawasan
perdesaan yang direncanakan menjadi kawasan berfungsi
perkotaan dan berbasis usaha non pertanian dengan Luasan areal
KPB ini berkisar antara 400 - 1000 ha.
 SKP Hinterland dari SKP - KPB merupakan SKP berbasis Pertanian
adalah SKP yang terdiri atas beberapa Satuan pemukiman (SP) ,
minimal 3 SP dan maksimal 6 SP dengan daya tampung masing-
masing SP antara 300 - 500 KK. Luas SP adalah 1.200 – 1.600 Ha.
 Satuan pemukiman dalam SKP dapat berupa SP baru, SP Pugar dan
SP Tempatan. Salah satu SP akan berfungsi sebagai Pusat SKP
disebut Desa Utama.
C. Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah rencana struktur ruang
dan pola ruang kawasan transmigrasi sebagai dasar perencanaan
perwujudan kawasan transmigrasi, mencakup:
Laporan Akhir II - 37
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
1. Rencana perwujudan kawasan transmigrasi
Rencana perwujudan kawasan transmigrasi merupakan rencana
pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan untuk
mewujudkan kawasan transmigrasi menjadi satu kesatuan sistem
pengembangan ekonomi wilayah. Rencana perwujudan kawasan
transmigrasi meliputi: Rencana pembangunan kawasan
transmigrasi meliputi: Rencana pembangunan SKP; dan Rencana
pembangunan KPB;
A. Rencana pembangunan SKP
Rencana pembangunan SKP merupakan Rencana Rinci SKP.
Rencana Rinci SKP sebagai perangkat operasional RKT.
Rencana Rinci SKP paling sedikit memuat :
a. tujuan, sasaran, dan konsep perwujudan SKP;
b. luasan SKP;
c. rencana struktur SKP;
d. rencana peruntukkan SKP;
e. rencana pengembangan pola usaha pokok
f. rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
g. rencana penataan persebaran penduduk dan kebutuhan
sumber daya manusia sesuai dengan daya dukung alam dan
daya tampung lingkungan SKP;
h. indikasi program utama pembangunan SKP; dan
B. Rencana pembangunan KPB
Rencana pembangunan KPB merupakan Rencana Detail KPB.
Rencana Detail KPB merupakan bahan pertimbangan dalam
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan bagi
zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan
sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Rencana
Detail KPB paling sedikit memuat:
i. tujuan, sasaran, dan konsep perwujudan KPB;
j. luasan KPB;
k. rencana peruntukkan KPB;
Laporan Akhir II - 38
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
l. rencana prasarana dan sarana KPB;
m. penetapan sub bagian wilayah perencanaan KPB yang
diprioritaskan penanganannya;
n. ketentuan pemanfaatan ruang KPB;
o. rencana pola usaha pokok dan/atau pola pengembangan
usaha;
p. rencana jenis transmigrasi yang dapat dilaksanakan;
q. rencana penataan persebaran penduduk dan rencana
1peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
r. rencana detail pembentukan, peningkatan, dan penguatan
kelembagaan sosial dan ekonomi; dan;
s. rencana program pembangunan KPB.
C. Rencana Pembangunan Prasarana Dan Sarana
Rencana pembangunan prasarana dan sarana di SKP dan KPB
mencakup :
a. prasarana dan sarana pusat SKP;
b. prasarana dan sarana KPB; dan
c. prasarana intra dan antar-kawasan.
D. Rencana Sistem Transportasi
a. Rencana sistem jaringan jalan (hirarki dan kelas jalan);
b. Rencana peningkatan aksessibilitas dalam hal ini
pengembangan jaringan jalan;
c. Rencana pengembangan simpul jaringan transportasi.
E. Rencana Penataan Persebaran Penduduk
Rencana Penataan Persebaran Penduduk didasarkan kepada
hasil analisis struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi
serta analisis sumberdaya, kemampuan lahan dan daya
dukung lahan.
F. Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok
Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok, di dasarkan
Laporan Akhir II - 39
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
kepada hasil analisis sektor unggulan yang diarahkan untuk
mempercepat keterkaitan fungsional intra kawasan dan
antarkawasan serta mengoptimalkan pemanfaatan ruang
secara konsisten guna mendukung pengembangan komoditas
unggulan dengan pendekatan agroindustri dan agribisnis.
G. Indikasi Program
Tujuan Penyusunan Indikasi Program adalah untuk penanganan
prasarana lingkungan yang akan dilaksanakan dalam kawasan,
baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru
pemugaran atau penanganan khusus dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Program yang dikelola pemerintah, kegiatan yang
menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya manusia.
2) Program yang dikerjasamakan, kegiatan yang menyangkut
pengelolaan fasilitas publik.
3) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang
bersifat mencari keuntungan, khususnya bagi pemerintah
daerah adalah berkonstribusi kepada APBD.
4) Sistem pembiayaan : APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan
APBN.
5) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang
bersifat mencari keuntungan, khususnya bagi pemerintah
daerah adalah berkonstribusi kepada APBD.
6) Sistem pembiayaan :
a) APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.
b) BOT (Build, Operate and Transfer), artinya dibangun
swasta, dioperasikan swasta dan pada suatu saat
diserahkan kepada pemerintah.
Laporan Akhir II - 40
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
c) BOO (Build, Own, Operate), yaitu suatu cara penyertaan
swasta.
d) Modifikasi.
Laporan Akhir II - 41
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

More Related Content

What's hot

Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Fitri Indra Wardhono
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
muhfidzilla
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
ushfia
 
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalDraft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalAndon Setyo Wibowo
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Evant Manö
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Herman Purba
 
23
2323
Pengembangan Kawasan Perkotaan
Pengembangan Kawasan PerkotaanPengembangan Kawasan Perkotaan
Pengembangan Kawasan PerkotaanSigit Pramulia
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Penataan Ruang
 
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten LamaPresentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
TPRP Strategic Partner
 
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdfPerda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
AlyaDinaWilujeung1
 
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro JambiMateri Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
joihot
 
Bab 6 arahan pemanfaatan ruang
Bab 6 arahan pemanfaatan ruangBab 6 arahan pemanfaatan ruang
Bab 6 arahan pemanfaatan ruang
Deki Zulkarnain
 
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
Idham Halid
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
TPRP Strategic Partner
 
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruangPermen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Rizki Fitrianto
 
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
ushfia
 
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukimanPerda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
muhfidzilla
 
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasiKebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
pdatarawa
 
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
Peraturan Pemerintah Nomor  15 Tahun  2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...Peraturan Pemerintah Nomor  15 Tahun  2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
Oswar Mungkasa
 

What's hot (20)

Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
 
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalDraft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Pedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaanPedoman umum tata ruang perdesaan
Pedoman umum tata ruang perdesaan
 
23
2323
23
 
Pengembangan Kawasan Perkotaan
Pengembangan Kawasan PerkotaanPengembangan Kawasan Perkotaan
Pengembangan Kawasan Perkotaan
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
 
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten LamaPresentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
 
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdfPerda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
Perda Nomor 5 Tahun 2017.pdf
 
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro JambiMateri Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
Materi Teknis RTRW Kabupaten Muaro Jambi
 
Bab 6 arahan pemanfaatan ruang
Bab 6 arahan pemanfaatan ruangBab 6 arahan pemanfaatan ruang
Bab 6 arahan pemanfaatan ruang
 
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
Studio Kota Selatwangi (PWK BANGGA)
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
 
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruangPermen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
Permen pu no_20_tahun_2011_-_pedoman_penyusunan_rencana_detail_tata_ruang
 
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
 
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukimanPerda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukiman
 
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasiKebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
 
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
Peraturan Pemerintah Nomor  15 Tahun  2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...Peraturan Pemerintah Nomor  15 Tahun  2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan R...
 

Similar to Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)

2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
bambang480612
 
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayahringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ikas11
 
Gersik1.doc
Gersik1.docGersik1.doc
Gersik1.doc
MirsyadHusain1
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
nagan raya.pptx
nagan raya.pptxnagan raya.pptx
nagan raya.pptx
srimuharrani2
 
Kak fs infrastruktur
Kak fs infrastrukturKak fs infrastruktur
Kak fs infrastruktur
Maman Suryaman
 
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofipenyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
ulin29
 
Bab i pendahuluan
Bab i  pendahuluanBab i  pendahuluan
Bab i pendahuluan
guest2ab8f18f
 
Eksum
EksumEksum
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
Sigit Pramulia
 
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdfBahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
farisgymnastiar2
 
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vpttDjpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
Obie Donk Ach
 
Kerangka acuan kerja
Kerangka acuan kerjaKerangka acuan kerja
Kerangka acuan kerja
feri hadiansyah
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
riky_safrizal_rusli
 
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 20081.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
bappedameme
 
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
pardi bujang
 

Similar to Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1) (20)

2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
2016_ustek_MateksKRGMJ_1.doc
 
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayahringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
 
Gersik1.doc
Gersik1.docGersik1.doc
Gersik1.doc
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Bab i bismillah sudah
Bab i bismillah sudahBab i bismillah sudah
Bab i bismillah sudah
 
nagan raya.pptx
nagan raya.pptxnagan raya.pptx
nagan raya.pptx
 
Kak fs infrastruktur
Kak fs infrastrukturKak fs infrastruktur
Kak fs infrastruktur
 
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofipenyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
penyusuann rencana induk SRS Sumbu FIlosofi
 
Bab i pendahuluan
Bab i  pendahuluanBab i  pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Eksum
EksumEksum
Eksum
 
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
Permendagri 54-direktur-ok-sri varita 5 maret 2013
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdfBahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
Bahan Tayang KAK Penyusunan RD KPB Kawasan Transmigrasi.pdf
 
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vpttDjpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
Djpk kebijakan penganggaran di daerah terkait dktp da k_re_vptt
 
Kerangka acuan kerja
Kerangka acuan kerjaKerangka acuan kerja
Kerangka acuan kerja
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
 
se rkpd
se rkpdse rkpd
se rkpd
 
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 20081.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
1.111 se rkpd 050 200 ii bangda 2008
 
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
Petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2011
 

Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)

  • 1. BAB II PENDEKEKATAN DAN METODOLOGI RKT RTKP 2.1 PENDEKATAN TEKNIS 2.1.1 Kedudukan RKT Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional, kedudukan RKT dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1. sebagai berikut : Gambar 2.1. Kedudukan RKT dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Laporan Akhir II - 1 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 2. Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014 Rencana Kawasan Transmigrasi merupakan rencana rinci tata ruang sebagai penjabaran RTR KSN yang disusun sesuai dengan tujuan penetapan masing-masing RTR KSProv dan RTR KSKab. Muatan RKT ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik tentang ketransmigrasian. Kepentingan Rencana Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan RKT. RKT juga menjadi acuan teknis bagi penyelenggaraan penataan ruang SKP, KPB dan SP. 2.1.2 Isu Strategis RKT Isu strategis RKT merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional, provinsi dan kabupaten sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai Kawasan Transmigrasi. Isu strategis Kawasan Transmigrasi ditinjau berdasarkan sudut kepentingan strategis yaitu: 1) pertahanan dan keamanan, 2) pertumbuhan ekonomi, 3) sosial dan budaya, 4) pendayagunaan sumber daya alam (SDA), dan 5) fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Proses merumuskan isu strategis kawasan transmigrasi dapat dilakukan melalui pendekatan top down dan/atau bottom up. Isu strategis RKT dapat berasal dari cara pandang pemerintah terhadap potensi maupun permasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh daerah yang menjadi kewenangan pemerintah untuk Laporan Akhir II - 2 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 3. diangkat menjadi isu strategis (pendekatan bottom up). 2.1.3 Ketentuan Umum Muatan RKT Ketentuan umum penentuan muatan RKT memberikan informasi mengenai kerangka pikir penentuan muatan RKT sesuai dengan tipologi RKT, meliputi : a. Bentuk Penentuan bentuk RKT didasarkan pada basis kawasan dan basis objek strategis dan kriteria kawasan transmigrasi. b. Deliniasi RKT Penentuan deliniasi RKT dilakukan sesuai dengan tipologi RKT dilakukan dengan pertimbangan : 1 kondisi daya dukung fisik dasar; 2 interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat; 3 potensi perekonomian kawasan; dan 4 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. c. Fokus Penanganan/muatan RKT Penentuan fokus penanganan RKT dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai dan isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi RKT, meliputi :  Tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan kawasan transmigrasi.  Luasan kawasan transmigrasi;  Rencana struktur kawasan transmigrasi;  Rencana peruntukan kawasan transmigrasi;  Arahan pengembangan pola usaha pokok;  Arahan jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;  Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan sumber daya manusia; Laporan Akhir II - 3 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 4.  Arahan indikasi program utama;  Tahapan perwujudan kawasan transmigrasi; dan  Ketentuan pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi. d. Skala Peta Penentuan skala peta RKT disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam proses perencanaan RKT dan penggunaan RKT, serta kebutuhan muatan materi yang akan diatur di dalam RKT yaitu kedalaman informasi 1 : 25.000 dan dilandasi dengan Data Dasar Citra Satelit. e. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Kawasan Transmigrasi Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan transmigrasi dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan RKT. f. Konsep Pengembangan Penentuan konsep pengembangan kawasan transmigrasi dalam rangka pencapaian tujuan RKT. g. Arahan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi Penentuan arahan pemanfaatan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan Kawasan Transmigrasi yang dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRW Kabupaten) beserta indikasi sumber pembiayaan. h. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi Laporan Akhir II - 4 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 5. Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar pemanfaatan kawasan dilaksanakan sesuai dengan RKT. i. Pengelolaan Penentuan pengelolaan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi RKT. Lebih jelasnya, penentuan muatan Dokumen Perencanaan RKT dapat dilihat pada Gambar 2.2. 2.1.4 Format Penyajian Konsep Dokumen RKT disajikan dalam bentuk sebagai berikut : 1) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta; 2) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan 3) Album peta yang disajikan dengan skala minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta digital yang disusun sesuai dengan ketentuan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Gambar 2.2 Penentuan Muatan RKT Laporan Akhir II - 5 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 6. Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014 2.1.5Masa Berlaku Laporan Akhir II - 6 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 7. Dokumen Perencanaan RKT berlaku dalam jangka waktu 15 (lima belas) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali dokumen perencanaan RKT dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan strategis berupa : a. Bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan; b. Perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang- undang; c. Perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang- undang; dan/atau, d. Perubahan RTRW Propinsi/kabupaten yang menuntut perubahan terhadap RKT. 2.1.6 Pola Pikir Perencanaan Kawasan Transmigrasi Pola pikir perencanaan ini pada dasarnya merupakan landasan berpikir perencana sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara utuh dan menyeluruh guna memberikan landasan berpikir sebagai masukan pada pendekatan perencanaan. Ada 7 (tujuh) hal pokok pemikiran sebagai landasan pola pikir, yakni : 1. Pemahaman terhadap karakteristik fisik, ruang dan sumber daya lingkungan pendukung. Setiap sistem fisik kehidupan mempunyai karakter-karakter khusus yang unik yang dapat menjadi pendukung maupun kendala perkembangannya, sehingga upaya untuk mengembangkan fungsi- fungsi kegiatan harus memandang keberlanjutan daya dukungnya dalam kurun masa datang serta bagaimana memanfaatkannya secara optimal. 2. Pemahaman terhadap karakteristik sosial, karakteristik ekonomi, karakteristik kemasyarakatan dan aspirasinya. Pengembangan suatu kota akan sangat berkaitan dengan bagaimana rencana tata ruang dapat mendukung perikehidupan Laporan Akhir II - 7 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 8. sosial masyarakat yang beragam. 3. Pemahaman terhadap keterkaitan timbal balik antara kinerja aktifitas kota dengan wujud dan perwujudan ruang fisiknya. Dalam hal ini, kinerja aktifitas yang buruk akan mewujudkan kualitas ruang fisik kehidupan yang buruk, atau sebaliknya ruang fisik yang tidak tertata dengan baik akan mewujudkan kinerja aktifitas yang buruk pula. Kondisi ini bersifat kumulatif dan saling memberikan pengaruh negatif serta akan semakin menurunkan kualitas kehidupan lingkungan fisik, sosial, ekonomi di masa yang akan datang. 4. Pemahaman mengenai bagaimana mewujudkan ruang fisik yang kondusif untuk menunjang kehidupan kota. Upaya mewujudkan ruang bukan hanya sekedar membuat rencana tata ruang namun terkait upaya perealisasian serta pengarahannya, dan penciptaan faktor intensif (menstimulasi) dan disinsentif (mencegah), agar elemen, fungsi dan infrastruktur, sistem pelayanan sosial ekonomi perkotaan dapat ada dan tumbuh sesuai dengan harapan. 5. Pemahaman terhadap pelaku dan aktor-aktor pembangunan kota dalam mendukung wujud ruang yang diharapkan. Setiap rencana pembangunan termasuk rencana tata ruang akan melibatkan setiap pelakunya sebagai subjek dan harus menjamin adanya mekanisme partisipasi masyarakat, swasta dan pemerintah dalam mendukung program-program pembangunan. Upaya untuk mendeseminasikan serta mensosialisasikan rencana perlu dilakukan untuk menghindari rencana tata ruang menjadi produk yang tidak dapat/tidak mungkin direalisasikan karena masyarakat tidak tahu, menganggap tidak perlu atau kepentingannya tidak terakomodasi atau dianggap merugikan kepentingannya. Laporan Akhir II - 8 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 9. 6. Pemahaman terhadap aspek kelembagaan, aspek hukum dan aspek manajemen pembangunan untuk mendukung realisasi wujud ruang yang diharapkan. Upaya untuk menata ruang kota akan tidak terlepas dari persoalan kelembagaan dan manajemen pembangunan yang terkait dengan upaya mengkonsolidasikan serta mengintegrasikan berbagai perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal lain, upaya mengelola sumber daya dana, tenaga dan waktu juga menjadi faktor mendukung penataan ruang kota. 7. Pemahaman terhadap aspek eksternal regional/konselasi geografis mewilayahan sebagai faktor pengaruh terhadap eksistensi kota. Perkembangan lingkungan eksternal dapat mempengaruhi eksistensi baik bersifat positif maupun negatif. Pertumbuhan kota sekitar yang pesat dengan fungsi berbeda, serta pengaruh perkembangan transportasi regional harus dijadikan landasan makro untuk mengembangkan fungsi mikro/lokal kota secara saling mendukung. 2.1.7 Aspek Perencanaan Kawasan Transmigrasi Aspek Perencanaan Kawasan Transmigrasi harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek dalam pendekatan perencanaan tata ruang, yaitu : 1. Aspek Strategis 2. Aspek Teknis 3. Aspek Pengelolaan Ketiga aspek tersebut selanjutnya dijabarkan dalam rangka Perencanaan Kawasan Transmigrasi adalah sebagai berikut : A. Aspek Strategis Laporan Akhir II - 9 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 10. Aspek strategis ini akan menyangkut penentuan fungsi kawasan, pengembangan kegiatan kawasan dan pengembangan tata ruang kawasan. Aspek strategis ini diintegrasikan dengan RTRW Kabupaten. B. Aspek Teknis Aspek teknis ini akan menyangkut upaya mengoptimalkan pemanfaatan kawasan transmigrasi. Seperti yang telah dijelaskan dalam PP Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tengang perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 1997 tengang Ketransmigrasian, bahwa Rencana Kawasan Transmigrasi merupakan penjabaran dari RTRW yang nantinya dapat menjadi pedoman untuk pemberian advis planning, pengaturan bangunan setempat, penyusunan rencana kawasan dan pelaksanaan program pembangunan. C. Aspek Pengelolaan Aspek pengelolaan akan menyangkut administrasi, keuangan, hukum dan perundangan agar rencana kota dapat dilaksanalkan melalui koordinasi, penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian rencana. Sesuai dengan tingkatannya, dimana Rencana Kawasan Transmigrasi sebagai pedoman untuk pemberian advis planning, pengaturan penempatan dan pengembangan transmigrasi dan pelaksanaan program pembangunan, maka kajian-kajian yang akan dilakukan menyangkut beberapa hal, yaitu : 1. Kemampuan aparat dan personalnya, dalam arti kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. 2. Kemampuan pendanaan/keuangan, dalam arti mengkaji sumber- sumber dana untuk pembangunan baik peningkatan PADS maupun sumber dana lainnya. Laporan Akhir II - 10 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 11. 3. Kemampuan perangkat keras dan lunak dinas/instansi, terutama yang terkait langsung dalam proses dan mekanisme pembangunan. Hal ini penting dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. 4. Menyusun Rencana Kawasan Transmigrasi yang optimal sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kebijakan Pemerintah Daerah, sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan yang diperkuat dengan kepastian hukum dalam bentuk Perda dan pengesahan dari tingkat yang lebih tinggi. Pada poin 4) dikatakan bahwa dalam Rencana Kawasan Transmigrasi harus melibatkan peran serta masyarakat dalam proses penyusunannya. Hal ini dimaksudkan untuk menampung aspirasi masyarakat, agar kepentingannya dapat terakomodasi dalam Rencana Kawasan Transmigrasi yang akan disusun. Penegasan keterlibatan peran serta masyarakat dalam proses penyusuanan Rencana Kawasan Transmigrasi. Dari berbagai praktik peran serta langsung masyarakat dalam perencanaan tata ruang terdapat beberapa bentuk yang dapat dilaksanakan dengan segala keuntungan dan kerugiannya masing- masing, baik yang akan dilaksanakan secara berkelompok maupun perorangan. Berikut ini adalah kemungkinan bentuk penyelenggaraan yang berbentuk kelompok: 1. Diskusi kelompok kecil: jumlah peserta sedikit, cenderung terarah/terfokus, inklusif dari komunitas yang lebih luas, memerlukan waktu yang sangat panjang (time consuming). 2. Rapat umum : jumlah pemeranserta besar, sulit untuk mengarahkan pada isu-isu tertentu saja, cenderung mengesampingkan sektor-sektor tertentu dari komunitas, artikulasi perorangan dan kelompok-kelompok yang berkepentingan mungkin sangat dominan. Laporan Akhir II - 11 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 12. 3. Konferensi : pemeranserta adalah kalangan terpilih, teknik pendahuluan yang baik untuk menggambarkan isu-isu yang muncul, boros waktu bagi perencana untuk memberikan respon dan interaksi. 4. Lokakarya : dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dapat digunakan di setiap proses, menjanjikan keterlibatan dan kontribusi aktif. Bentuk lainnya yang biasa muncul misalnya adalah seminar, yang relatif mirip dengan konferensi. Satu bentuk lain yang agak radikal adalah langsung beramai-ramai terlibat praktik dalam perancangan rencananya di studio, yang tentunya memerlukan studio yang sangat besar. Beberapa bentuk peran serta yang bersifat perorangan misalnya adalah : 1. Wawancara: dapat lebih terwakili langsung dan personal, akan tetapi boros waktu. 2. Pendapat tertulis atau verbal : komitmen ditunjukkan secara formal, sarana yang baik bagi para kelompok pe-lobby. 3. Jalur khusus (hot line) telepon : lebih luwes dari segi waktu, interaksi langsung. 4. Survey Kuesioner : memberikan data/fakta tertulis, dalam hal tertentu dapat untuk mengukur reaksi masyarakat, akan tetapi interaksi terbatas/kurang. Bentuk lainnya untuk yang perorangan ini misalnya adalah observasi, pameran/display, membuka kantor informasi di lapangan, dan penggunaan media massa. So, Hand dan McDowell (1982) mengelompokkan bentuk peran serta ke dalam kelompok besar berdasarkan tujuannya yaitu yang disebut publicity (dalam rangka membangun dukungan masyarakat), public education (dalam rangka diseminasi informasi), public input (dalam rangka mengumpulkan informasi), public interaction (dalam rangka pembangunan Laporan Akhir II - 12 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 13. Publisitas Pendidikan masyarakat Masukan masyarakat Interaksi masyarakat Kemitraan masyarakat Pengamanan saran dan persetujua Diseminasi Informasi Pengumpulan Informasi Pembangunan Komunikasi dua arah mbangunan dukungan masyarakat Keterlibatan Pasif Keterlibatan Aktif Forum Stakeholders SURVEI P Analisis & Interpretasi Penyusunan rencana Forum Stakeholders Rencana tersepakati P Indikasi Program Perangkat Pengendalian Pelaksanaan Arahan Pemerintah Program Pemerintah Masyarakat P Konsultan Pemerintah Pelaku Keterlibatan Dalam Perencanaan Pelaksanaan oleh Pemerintah, Swasta, Masyarakat komunikasi dua arah), public partnership (dalam rangka mengamankan saran dan consent). Pengelompokan teknik peran serta masyarakat tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 2.3 Pengelompokan Teknik Peran Serta Masyarakat Sumber : So, Hand, dan McDowell (1986:293) Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut hirarkhi rencana yang diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996 (Pasal-Pasal di BAB III dari PP 69/96), yaitu : - pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan. - pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan. - pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang. - pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang. - pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana. - kerja sama dalam penelitian dan pengembangan. - bantuan tenaga ahli. Gambar 2.4 Keterlibatan Pelaku Pembangunan Dalam Penyusunan Rencana Laporan Akhir II - 13 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 14. Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014 2.2. METODOLOGI KAJIAN 2.2.1 Pendekatan Perencanaan Untuk memberikan hasil yang terbaik dalam Rencana Kawasan Transmigrasi ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Menyeluruh dan Terpadu (Mixed Scanning Planning Approach), yaitu suatu pendekatan perencanaan terpilah yang berdasar pada suatu pertimbangan menyeluruh. Pendekatan ini sering disebut juga sebagai ‘Third Approach’ atau ‘Pendekatan Ketiga’. Pendekatan ini dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan rasional yang menyeluruh (Rational Comprehensive Approach) dan pendekatan perencanaan yang terpilah (Dinjointed Incremental Planning Approach). Kajian perencanaan secara menyeluruh dan terpilah dilakukan secara bersama-sama dengan mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi kawasan. Tinjauan secara menyeluruh dalam lingkup kota yang lebih makro disederhanakan dalam lingkup wawasan sekilas (scan) untuk mempermudah dalam menganalisa permasalahan kawasan, sedangkan tinjauan atas bagian unsur-unsur atau sub sistem kawasan ditinjau kedudukannya terhadap permasalahan menyeluruh kawasan. Tata cara utama metode pendekatan ini adalah : Laporan Akhir II - 14 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 15. 1. Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat yang lebih tinggi, 2. Perencanaan didasari oleh suatu wawasan menyeluruh serta mengfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diutamakan, 3. Kajian mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang diprioritaskan dilandasi oleh kajian sekilas tentang lingkup menyeluruh serta didasarkan kepada wawasan sistem makro dan mikro, 4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknis penyusunan rencana karena adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan analisis makro dan mikronya, 5. Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauan, pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan stakeholders dilakukan selama proses penyusunan sasaran dan tujuan rencana. Untuk lebih jelasnya, Bagan Alir Pendekatan Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 2.5. 2.2.2 Pendekatan Pelaksanaan Pelaksanaan perencanaan kawasan transmigrasi meliputi serangkaian prosedur penyusunan dan penetapan RKT. Proses Penyusunan Dokumen Perencanaan RKT meliputi : 1. Persiapan penyusunan; 2. Pengumpulan data dan informasi; 3. Pengolahan dan analisis data; 4. Perumusan konsepsi rencana; dan Laporan Akhir II - 15 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 16. 5. Penyusunan Indikasi Program 2.2.3 Proses Penyusunan RKT Proses penyusunan Dokumen Perencanaan RKT dilaksanakan setelah dilakukan identifikasi potensi kawasan sesuai dengan bagan alir pada gambar 2.5. 1. Persiapan Penyusunan a. Persiapan Administrasi, meliputi:  Penelaahan dan pengkajian kerangka acuan kerja dan menyusun arahan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan transmigrasi.  Menyiapkan program kerja yang lebih rinci, sebagai arahan bagi pelaksanaan penyusunan dokumen RKT. b. Persiapan Teknis yang meliputi :  Identifikasi informasi dan data awal kajian potensi kawasan;  Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;  Penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan, panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dll) serta mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan. Laporan Akhir II - 16 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 17. Analisis Fisik Analisis Kependudukan Analisis Kondisi Prasarana dan Sarana Analisis Kebutuhan Ruang Analisis Sosial Ekonomi Sosialisasi /Lokakarya antar stakeholder Penjajagan Partisipatif Stakeholder FEEDBACK FEEDBACK Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan/Indikasi Program Perumusan Arahan Perencanaan Konsep Perencanaan Gambar 2.5 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penyusunan Dokumen Perencanaan RKT Bacan – Kabupaten Halmahera Selatan Sumber : Hasil Pengolahan Tim Penyusun, tahun 2014. Laporan Akhir II - 17 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau Studi Literatur Pengumpulan Data Gambaran Umum - Landasan Hukum - Materi Teknis RTRW Kab. Halmahera Selatan - Arahan Kebijakan Pembangunan Kab. Halmahera Selatan - Kawasan Transmigrasi - RTRW Provinsi - RTRW Kab Halmahera Selatan - RPJMD Kab Halmahera Selatan - Kajian-Kajian Teknis Terdahulu SURVEY - Pengumpulan Data Primer - Pengumpulan Data Sekunder
  • 18. 2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan penyusunan rencana kawasan transmigrasi, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dapat meliputi: 1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang per-orang, dan lain sebagainya; dan 2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara langsung melalui kunjungan ke lokasi wilayah kawasan transmigrasi. Data sekunder yang dikumpulkan sekurang-kurangnya meliputi : 1) Peta-peta, meliputi:  Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 : 50.000 sebagai peta dasar;  Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta tutupan lahan; Citra satelit yang digunakan harus berumur tidak lebih dari tiga tahun pada saat penyusunan rencana dengan menggunakan citra satelit resolusi 10 m – 15 m.  Peta batas wilayah administrasi;  Peta batas kawasan hutan;  Peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan; dan  Peta-peta masukan untuk identifikasi potensi sumber daya alam.  Peta-peta jaringan jalan Laporan Akhir II - 18 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 19. 2) Data dan informasi yang harus ada mampu menyajikan data spasial 1 : 25.000, meliputi : a) Data kebijakan penataan ruang (RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, dan rencana rincinya) serta kebijakan sektoral terkait; b) Data kondisi fisik lingkungan dan SDA, meliputi: – Iklim dari stasiun klimatologi terdekat minimal 10 tahun – Tanah yang telah diklasifikasikan hingga tingkat Great Group menurut USDA – Hidrologi dan Geologi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Nasional Bandung c) Data penggunaan lahan (Hasil interpretasi citra satelit dan sudah merupakan hasil pengecekan lapangan); d) Data tentang kependudukan (minimal data pada tingkat kecamatan minimal 5 tahun), meliputi; jumlah penduduk berdasarkan: – Jenis kelamin – Usia/umur – jenis pekerjaan e) Data tentang prasarana dan sarana kawasan, meliputi : sistem jaringan transportasi, Jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, jaringan listrik, pengembangan permukiman dan pengelolaan persampahan, pendidikan dan kesehatan serta perdagangan. f) Data tentang pertumbuhan ekonomi kawasan, meliputi: – Produksi masing-masing sub sektor berdasarkan PDRB Kabupaten. Laporan Akhir II - 19 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 20. – PDRB kabupaten dan Propinsi minimal meliputi 22 sub sektor selama 5 tahun. g) Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah diperoleh dari data APBD Kabupaten 5 tahun terakhir; h) Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah; i) Data dan informasi tentang kebijakan penataan ruang terkait (RTRW kabupaten, RTRW provinsi, RTRW Nasional dan RTR pulau terkait); j) Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral, terutama yang merupakan kebijakan pemerintah pusat; dan k) Peraturan-perundang undangan terkait. Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat desa. Data yang menyangkut informasi spasial diperoleh dari informasi dengan tingkat kedalaman informasi 1 : 25.000. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi, dihimpun dalam buku data dan analisis dengan waktu pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan informasi adalah 2 (dua) bulan. 4. Tahap Pengolahan dan Analisa Data a) Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (1) Tujuan dan Manfaat Pekerjaan analisis dimaksudkan untuk mengkaji daya dukung dan daya tampung lahan lokasi perencanaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang memiliki Laporan Akhir II - 20 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 21. keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan dengan pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan. (2) Prinsip Dasar Metode yang dapat digunakan dalam analisis potensi dan masalah kawasan perencanaan adalah dengan menggunakan prinsip analisis SWOT:  Potensi/kekuatan; kekuatan yang dimiliki oleh indikator perkembangan kawasan perencanaan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan suatu kebijakan dan strategi peningkatan/penambahan nilai (value added) dari indikator tersebut;  Kelemahan/Permasalahan; kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh kawasan perencanaan sehingga menghambat kawasan perencanaan untuk tumbuh dan berkembang;  Kesempatan/peluang yang lebih luas yang memberikan dampak tumbuh dan berkembangnya kawasan perencanaan seperti meningkatnya ekonomi makro, investasi yang tumbuh cepat, terbuka akses kawasan dengan luar, sehingga diperlukan kebijakan dan strategi penguatan akses dan kemudahan-kemudahan bagi pengembangan kawasan;  Ancaman; indikator eksternal yang dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya kawasan perencanaan, sehingga diperlukan kebijakan dan strategi penguatan koordinasi, kerjasama, dan sikronisasi pembangunan. Setiap komponen atau variabel SWOT harus terukur secara kuantitatif, bila kualitatif dapat menunjukan faktor keterkaitan antara data dan kecenderungannya. b) Analisis Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi Analisis struktur dan pemanfaatan kawasan dilakukan dengan mengamati dan mengkaji struktur dan pemanfaatan kawasan, baik Laporan Akhir II - 21 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 22. pada masa sekarang, masa lalu, maupun kecenderungannya di masa depan, akan tetapi dalam lingkup internal wilayah. Penentuan orde kota, skala wilayah pelayanan, dan penstrukturan wilayah agar lebih efektif dan efisien merupakan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis aspek ini. 1. Prinsip analisis  Ketentuan analisis struktur kawasan perencanaan mengikuti kebijakan yang telah digariskan oleh RTRWN, RTRWP, dan RTRW;  Kedudukan dan skala dari sistem pergerakan, pemusatan kegiatan, dan peruntukan lahan;  Arah perkembangan pembangunan kawasan;  Memperhatikan karakteristik dan daya-dukung fisik lingkungan serta dikaitkan dengan tingkat kerawanan terhadap bencana. 2. Analisis fungsi ruang meliputi: a. Tujuan, membentuk pola kawasan yang terstruktur dalam peran dan fungsi bagian-bagian kawasan, yang memperlihatkan konsentrasi dan skala kegiatan binaan manusia dan alami. b. Komponen analisis;  Perkembangan pembangunan, merupakan kebijakan rencana pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun swasta;  Pusat-pusat kegiatan, dengan melakukan kajian terhadap pemusatan kegiatan yang ada atau direncanakan oleh rencana diatasnya;  Kesesuaian dan daya dukung lahan, sebagai daya tampung dan daya hambat ruang kawasan dalam berkembang;  Pembagian fungsi ruang pengembangan, merupakan struktur kawasan yang dibagi dalam fungsi dan peran bagian-bagian kawasan. c. Analisis Sumberdaya dan Kemampuan Lahan Laporan Akhir II - 22 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 23. Analisis fisik dasar dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai daya dukung lingkungan fisik. Informasi ini diperlukan di dalam merumuskan dan menempatkan zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan kawasan budidaya, hutan lindung, hutan produksi dll. Aspek fisik dasar yang dijadikan sebagai input di dalam analisis adalah topografi wilayah, jenis tanah, iklim, hidrologi, geologi, pola arus. Selain itu di dalam tahap analisis juga dipertimbangkan aspek ketersediaan SDA dan Pola Ruang yang ada (existing). Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini adalah teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria penetapan kawasan lindung dan budidaya. Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan operasi matematis scoring dan overlay peta tersebut seperti pada gambar 2.6 dan dan gambar 2.7. Gambar 2.6 Alur Analisis Aspek Fisik Dasar Karateristik Fisik Dasar Yaitu: Topografi, Jenis Tanah, Iklim Dll Ketersediaan SDA: Jenis Dan Jumlah Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran Potensi Pengembangan Informasi Mengenai Daya Dukung Lingkungan Untuk Berbagai Kebutuhan Pengembangan Wilayah Laporan Akhir II - 23 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 24. Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014 Gambar 2.7 Skema Analisis Kesesuaian Lahan Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKT, Menakertrans : 2014 Kriteria-kriteria yang menjadi model persyaratan penggunaan Laporan Akhir II - 24 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 25. lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui metoda pohon keputusan. Pohon keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan penggunaan lahan dengan masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya, di mana satu sama lain (karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi lahan bagi jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan. Secara umum untuk menilai kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan) ditentukan berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximum limiting factors, FAO, 1976). Evaluasi dilakukan pada satuan lahan (skala 1 : 25.000) sesuai dengan ketersediaan data. Masing-masing satuan lahan di wilayah studi terdiri dari campuran dua jenis tanah atau lebih. Batasan antara dua jenis tanah atau lebih ini tidak dapat didelineasi pada peta yang digunakan, sehingga perlu dilakukan kajian survey pemetaan tanah lebih lanjut pada tingkat kedetilan yang lebih tinggi. Jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan berdasarkan pengelompokkan jenis komoditas yang mempunyai kemiripan (similar land use requirements). Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-masing kelas : 1) Sesuai (S) 2) Sesuai bersyarat (CS) 3) Tidak bersyarat (N) Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai berikut: 1) Hidrologi (h) 5) Tipe Iklim (i) 2) Elevasi (k) 6) Media perakaran (r) 3) Terrain (s) 7) Temperatur Udara (t) Laporan Akhir II - 25 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 26. 4) Ketersediaan air (w) 8) Toksisitas (x) Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik- karakteristik penciri masing-masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam pengembangan jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan. d) Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Transmigrasi 1. Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan Analisis sektor dan komoditas unggulan diperlukan untuk mengetahui sumbangan/kontribusi sektor dan komoditas terhadap PDRB pada Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT). Sektor yang memberikan sumbangan relatif yang cukup besar terhadap PDRB di suatu kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan). Variabel yang dapat digunakan sebagai indikator keunggulan suatu sektor diantaranya: penyerapan tenaga kerja masing- masing sektor, luas usaha dan produktivitas masing-masing sektor, serta kontribusi tiap-tiap sektor terhadap PDRB di Lokasi RKT. Dalam kajian ini untuk mengidentifikasi sektor dan komoditas unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ), Analisis Surplus Pendapatan (SP), Kuosien Spesialisasi (Ksi), dan Kuosien Lokalisasi (Loi). a. Analisis Location Quotien (LQ) Location Quotient (LQ) merupakan metode analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan atau basis aktivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang dan jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Secara umum metode LQ digunakan untuk mengukur suatu sektor atau komoditi Laporan Akhir II - 26 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 27. (misalnya sektor x atau komoditi x) menjadi kegiatan/komoditi basis atau non basis pada suatu wilayah tertentu (misalnya i) (Budiharsono, 2001). Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut : Dimana : LQx= Nilai sektor basis/non basis Si = Jumah PDRB sektor x diwilayah i (Rp). Sj = Jumlah PDRB total komoditi sektor x diwilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian dari wilayah j (Rp). Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah i (Rp). Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j (Rp). Berdasarkan formulasi dan asumsi yang berlaku, nilai LQ dapat bervariasi, diantaranya: LQx > 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x merupakan komoditi/sektor basis atas kegiatan ekspor. LQx = 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x tidak mengekspor, tetapi mampu mencukupi permintaan lokal atau dengan kata lain komoditi/sektor x telah mencapai tingkat swasembada. LQx < 1 = Menunjukkan bahwa komoditi/sektor x bukan merupakan komoditi/sektor basis ataupun kegiatan ekspor. Menurut Kadariah (1985) bahwa metode LQ dengan Laporan Akhir II - 27 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 28. kesederhanaannya sangat tepat digunakan untuk tahap permulaan dan pemula. Meskipun demikian metode ini memiliki beberapa kekurangan, karena sering terjadi pelanggaran terhadap asumsi yang berlaku, diantaranya: a.Selera dan pola pengeluaran atau pola konsumsi masyarakat berbeda tiap daerah. b.Tiap konsumsi rata-rata untuk masing-masing barang tidak sama di setiap wilayah, sehingga wilayah yang konsumsinya tinggi mungkin saja mengimpor, meskipun LQ lebih dari satu (demikian pula sebaliknya). c.Kebutuhan impor untuk proses produksi dan produktivitas tenaga kerja berbeda di tiap wilayah yang membutuhkan lebih banyak input, mungkin saja mengimpor meski LQ lebih dari satu (demikian pula sebaliknya). b. Analisis Surplus Pendapatan (SP) Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dan tenaga kerja dari sektor atau komoditi tertentu dari sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Halmahera Selatan. Formulasi Umum dengan rumus : Dimana, SP = Besarnya surplus pendapatan dari sektortertentu dari sektor x. Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i. Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah Laporan Akhir II - 28 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 29. j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j. Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i. Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j. c. Kuosien Spesialisasi (Ksi) Alat ini digunakan untuk mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu daerah. Formulasi Umum, Dimana, Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i. Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j. Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i. Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j. Jika nilai kuosien spesialisasi lebih dari satu maka terdapat spesialisasi dari komoditi di wilayah tersebut. Dan sebaliknya jika nilai kuosien spesialisasi lebih kecil dari satu, maka tidak terjadi spesialisasi pada wilayah tersebut. d. Kuosien Lokalisasi (Loi) Kegiatan produksi suatu komoditi bisa menyebar atau terpusat pada suatu wilayah. Untuk mengetahui penyebaran kegiatan suatu sektor maka dapat digunakan kuosien lokalisasi. Laporan Akhir II - 29 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 30. Dimana, Si = Pendapatan (PDRB) sektor atau komoditi x pada wilayah i. Sj = Pendapatan (PDRB) komoditi atau sektor x pada wilayah j, dimana wilayah i merupakan bagian wilayah j. Ni = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor wilayah i. Nj = Pendapatan (PDRB) untuk keseluruhan komoditi ataupun sektor pada wilayah j. Jika nilai Loi lebih dari satu maka kegiatan produksi komoditas memusat atau teragromerasi pada wilayah tersebut, sedangkan apabila nilai Loi lebih kecil dari satu maka kegiatan produksi komoditi tersebut menyebar. Dalam kajian ini analisis sektor basis deperti yang dijabarkan di atas dilakukan pada tingkat Kabupaten Halmahera Selatan. Sedangkan untuk analisis sektor unggulan lokasi RKT bacan Barat dan Bacan Barat Utara akan dilakukan analisis primer dengan melihat langsung kondisi di lapangan. 2. Analisis Saluran Pemasaran Setiap daerah/kawasan harus memenuhi mampu kebutuhan dari penduduknya. Oleh karena itu, setiap daerah/kawasan perlu memiliki sistem pemasaran produk yang telah dihasilkan. Pemasaran merupakan upaya untuk mempromosikan, menginformasikan dan menawarkan kepada konsumen mengenai sebuah produk usaha atau layanan jasa yang dikelola oleh sebuah usaha sebagai upaya untuk meningkatkan angka penjualan dari produk yang dihasilkan. Analisis sistem pemasaran penting dilakukan untuk mengembangkan suatu komoditas unggulan di wilayah RKT. Peranan pemasaran dalam Laporan Akhir II - 30 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 31. pengembangan komoditas unggulan di wilayah RKT, anatara lain: a. Pemasaran untuk mempromosikan komoditas unggulan kepada masyarakat sekitar wilayah RKT b. Menjelaskan fungsi, manfaat dan keunggulan sebuah komoditas unggulan di wilayah RKT Efektivitas dan keberhasilan dari sistem pemasaran dalam arti luas harus dievaluasi dalam hubungannya dengan tujuan masyarakat di wilayah RKT tersebut. Pemasaran yang efektif berarti mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen di wilayah RKT. Pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan suatu saluran pemasaran produk unggulan di kawsan RKT, yaitu: pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembuatan standar dan pengelompokkan, keuangan, pengambilan risiko dan informasi pasar. 3. Analisis Pendapatan Komoditas Unggulan Pada rencana sebelumnya, dalam bagian ini akan dilakukan analisis kelayakan komoditas unggulan di lokais RKT, namun terdapat kesulitan untuk melakukan analisis kelayakan komodutas unggulan secara komprehesif (terkait dengan data dan responden) sehingga dalam kajian ini hanya dapat dilakukan kajian analisis pendapatan. Analisis pendapatan digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan masyarakat dari komoditas unggulan yaitu pada sektor pertanian. Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno (2000), pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima Laporan Akhir II - 31 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 32. seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan. Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Mubyarto (1995); Pangandaheng (2012), menyatakan pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya–biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari pekerjaan dibidang jasa atau produksi, serta waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan perjam yang diterima. 4. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Wilayah RKT Lokasi Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) memiliki potensi perkonomian yang besar dan membutuhkan adanya dukungan dari seluruh pihak agar potensi pekonomian dapat berjalan lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa potensi perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam masa kini maupun masa depan. Salah satu daerah yang potensinya dipengaruhi oleh berbagai keadaan yang berkembang adalah perekonomian daerah tersebut yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena- fenomena yang berkembang saat ini dan yang akan datang, baik pada tatanan perkembangan lingkungan eksternal maupun internal. Perkembangan lingkungan eksternal perekonomian RKT sangat dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian regional dan Laporan Akhir II - 32 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 33. nasional. Lingkungan internal dapat digambarkan melalui besarnya potensi pengembangan komoditas unggulan di RKT, sedangkan lingkungan eksternal digambarkan melalui peluang-peluang pengembangan komoditas unggulan di RKT. Analisis faktor internal dan eksternal ini dilakukan secara deskriptif dengan memaparkan apa yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan serta faktor peluang dan ancaman di wilayah RKT Bacan, sehingga diperoleh strategi pengembangan kawasan RKT Bacan. Analisis SWOT pada kajian ini bertujuan untuk menghasilkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti hasil analisis sebelumnya. Sebagai suatu keputusan dalam kebijakan publik, pada kajian ini tidak dibandingkan antara strategi yang satu dengan strategi lainnya untuk mendapatkan strategi prioritas, tetapi sebagai suatu kebijakan publik, maka strategi-strategi yang dihasilkan dapat berjalan secara bersamaan. Objek pada analisis ini adalah daerah RKT dan sumberdaya yang ada di dalamnya. e) Analisis Sosial dan Kependudukan 1. Analisis Sosial Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan analisis aspek sosial dan pendudukan suatu Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT). Analisis sosial dan kependudukan pada hakekatnya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan kawasan untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya pengukuran Laporan Akhir II - 33 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 34. indikator sosial kependudukan tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan kelembagaan. Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang sederhana dan hanya mengukur satu aspek saja karena keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat ditentukan oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama pembangunan (stakeholders) seperti pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri. Analisis sosial dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) yaitu berupa kualitas sumberdaya manusia. Salah satu indikator yang dipakai pada pedoman ini adalah ‘indikator komposit objektif’ yaitu indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa indikator kesejahteraan rakyat dari berbagai data sensus dan survei. Indikator komposit dipakai untuk membandingkan tingkat indikator tertentu atau tingkat kesejahteraan rakyat antar daerah di kawasan. Indikator komposit objektif yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) yang merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu angka harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (adult literacy rate) dan rata-rata lamanya pendidikan yang diperoleh (mean years of schooling). Analisis sosial dapat digunakan antara lain dengan analisis deskriptif kuantitatif. 2. Analisis Kependudukan Melakukan analisis potensi kependudukan di RKT. Analisis kependudukan dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi penduduk, sebagai acuan dalam menentukan kebijakan penyebaran penduduk, dan untuk mendapatkan gambaran situasi dan kondisi objektif dari perencanaan pengembangan/pemberdayaan masyarakat. Analisis Kependudukan dapat diperoleh melalui hasil pengukuran Laporan Akhir II - 34 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 35. beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan kepadatan permukiman. Analisis kependudukan dapat digunakan antara lain dengan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi. f). Analisis Prasarana dan Sarana Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dilakukan untuk mengetahui jenis dan tingkat kebutuhan prasarana dan sarana berdasarkan pekembangan kawasan. Penilaian atas kondisi prasarana dan sarana ini dilakukan berdasarkan fungsi dan tingkat pelayanan dari sarana yang bersangkutan. Prasarana dan sarana yang dimaksudkan di sini adalah prasarana dan sarana transportasi, fasilitas umum dan utilitas. Seluruh kebutuhan sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan wilayah untuk masa 10 tahun ke depan sesuai dengan hasil proyeksi pada aspek demografi. Alur analisis sarana dan prasarana dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pada dasarnya analisis kebutuhan prasarana dan sarana akan terkait erat dengan beberapa hal yaitu jumlah penduduk dan hasil proyeksi yang nantinya akan dirumuskan berdasarkan standar jumlah minimal fasilitas yang dimaksud, dan standard kebutuhan ruang untuk masing-masing standard. g). Analisis Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sarana/prasarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah. Tujuan adanya transportasi adalah : 1) Terakomodasinya mobilitas penduduk 2) Dimungkinkan adanya pergerakan barang 3) Dimungkinkannya akses ke seluruh wilayah Laporan Akhir II - 35 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 36. 4) Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang/barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam suatu operasi yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa. Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai :  Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;  Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada;  Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten. Muatan Analisis Transportasi terdiri dari :  Analisis Pola Pergerakan (pola pergerakan angkutan penumpang dan barang)  Analisis Sistem Transportasi meliputi : jaringan jalan, hirarki jalan dan jaringan non jalan.  Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi meliputi : kondisi jalan dan kebutuhan pengembangan. 2.2.4 Tahap Perumusan Konsepsi Rencana A. Tujuan, Sasaran Dan Konsep Perwujudan RKT Rencana perwujudan Kawasan Transmigrasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan peruntukan tanah bagi : a. Pembangunan SP baru b. Pembangunan pemukiman baru sebagai bagiandari SP Pugar c. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan transmigrasi d. Pengembangan investasi Laporan Akhir II - 36 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 37. e. Pemugaran pemukiman penduduk setempat sebagai bagian dari SP pugar dan/atau f. SP tempatan B. Luasan RKT Kawasan Transmigrasi mencakup kawasan yang mempunyai Kawasan Inti Dan Kawasan Penyangga atau yang tidak mempunyai Kawasan Inti Dan Kawasan Penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral. Luasan RKT berdasarkan UU No. 29 Tahun 2009 dan Permen No. 3 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, yaitu minimal 3 SKP + 1 KPB, dengan ketentuan sebagai berikut :  SKP Pusat didalam RKT adalah sebagai KPB adalah kawasan perdesaan yang direncanakan menjadi kawasan berfungsi perkotaan dan berbasis usaha non pertanian dengan Luasan areal KPB ini berkisar antara 400 - 1000 ha.  SKP Hinterland dari SKP - KPB merupakan SKP berbasis Pertanian adalah SKP yang terdiri atas beberapa Satuan pemukiman (SP) , minimal 3 SP dan maksimal 6 SP dengan daya tampung masing- masing SP antara 300 - 500 KK. Luas SP adalah 1.200 – 1.600 Ha.  Satuan pemukiman dalam SKP dapat berupa SP baru, SP Pugar dan SP Tempatan. Salah satu SP akan berfungsi sebagai Pusat SKP disebut Desa Utama. C. Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah rencana struktur ruang dan pola ruang kawasan transmigrasi sebagai dasar perencanaan perwujudan kawasan transmigrasi, mencakup: Laporan Akhir II - 37 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 38. 1. Rencana perwujudan kawasan transmigrasi Rencana perwujudan kawasan transmigrasi merupakan rencana pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan kawasan transmigrasi menjadi satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Rencana perwujudan kawasan transmigrasi meliputi: Rencana pembangunan kawasan transmigrasi meliputi: Rencana pembangunan SKP; dan Rencana pembangunan KPB; A. Rencana pembangunan SKP Rencana pembangunan SKP merupakan Rencana Rinci SKP. Rencana Rinci SKP sebagai perangkat operasional RKT. Rencana Rinci SKP paling sedikit memuat : a. tujuan, sasaran, dan konsep perwujudan SKP; b. luasan SKP; c. rencana struktur SKP; d. rencana peruntukkan SKP; e. rencana pengembangan pola usaha pokok f. rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan; g. rencana penataan persebaran penduduk dan kebutuhan sumber daya manusia sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan SKP; h. indikasi program utama pembangunan SKP; dan B. Rencana pembangunan KPB Rencana pembangunan KPB merupakan Rencana Detail KPB. Rencana Detail KPB merupakan bahan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Rencana Detail KPB paling sedikit memuat: i. tujuan, sasaran, dan konsep perwujudan KPB; j. luasan KPB; k. rencana peruntukkan KPB; Laporan Akhir II - 38 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 39. l. rencana prasarana dan sarana KPB; m. penetapan sub bagian wilayah perencanaan KPB yang diprioritaskan penanganannya; n. ketentuan pemanfaatan ruang KPB; o. rencana pola usaha pokok dan/atau pola pengembangan usaha; p. rencana jenis transmigrasi yang dapat dilaksanakan; q. rencana penataan persebaran penduduk dan rencana 1peningkatan kapasitas sumber daya manusia; r. rencana detail pembentukan, peningkatan, dan penguatan kelembagaan sosial dan ekonomi; dan; s. rencana program pembangunan KPB. C. Rencana Pembangunan Prasarana Dan Sarana Rencana pembangunan prasarana dan sarana di SKP dan KPB mencakup : a. prasarana dan sarana pusat SKP; b. prasarana dan sarana KPB; dan c. prasarana intra dan antar-kawasan. D. Rencana Sistem Transportasi a. Rencana sistem jaringan jalan (hirarki dan kelas jalan); b. Rencana peningkatan aksessibilitas dalam hal ini pengembangan jaringan jalan; c. Rencana pengembangan simpul jaringan transportasi. E. Rencana Penataan Persebaran Penduduk Rencana Penataan Persebaran Penduduk didasarkan kepada hasil analisis struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi serta analisis sumberdaya, kemampuan lahan dan daya dukung lahan. F. Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok, di dasarkan Laporan Akhir II - 39 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 40. kepada hasil analisis sektor unggulan yang diarahkan untuk mempercepat keterkaitan fungsional intra kawasan dan antarkawasan serta mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara konsisten guna mendukung pengembangan komoditas unggulan dengan pendekatan agroindustri dan agribisnis. G. Indikasi Program Tujuan Penyusunan Indikasi Program adalah untuk penanganan prasarana lingkungan yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus dengan kriteria sebagai berikut : 1) Program yang dikelola pemerintah, kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. 2) Program yang dikerjasamakan, kegiatan yang menyangkut pengelolaan fasilitas publik. 3) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada APBD. 4) Sistem pembiayaan : APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN. 5) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada APBD. 6) Sistem pembiayaan : a) APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN. b) BOT (Build, Operate and Transfer), artinya dibangun swasta, dioperasikan swasta dan pada suatu saat diserahkan kepada pemerintah. Laporan Akhir II - 40 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
  • 41. c) BOO (Build, Own, Operate), yaitu suatu cara penyertaan swasta. d) Modifikasi. Laporan Akhir II - 41 Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau