Konsep pendidikan inklusif dianggap sebagai konsep pendidikan yang paling ideal dan sempurna untuk memberikan layanan pendidikan yang setara bagi setiap anak. Namun, penerapan konsep ini memerlukan persiapan yang matang dan lengkap serta kesiapan sistem, tenaga profesional, dan masyarakat. Walaupun telah diterapkan selama 10 tahun, masih terjadi ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas layanan pendidikan di sekolah-
Dokumen tersebut membahas konsep, sejarah, tujuan, dan strategi pendidikan holistik. Pendidikan holistik adalah pendekatan pendidikan yang melihat manusia secara utuh dan berusaha membentuk potensi siswa secara keseluruhan melalui interaksi dan pembelajaran yang terintegrasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan moral penting untuk anak sekolah dasar karena dapat membentuk karakter dan perilaku yang baik sejak dini, sehingga diharapkan menghasilkan warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan moral perlu dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan yang sesuai dengan perkembangan anak, seperti indoktrinasi, keteladanan, dan pembiasaan perilaku baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Membahas pengertian pendidikan dari berbagai pendekatan ilmiah seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi
2. Menguraikan unsur-unsur pendidikan seperti input, pendidik, proses dan output
3. Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu menanamkan pengetahuan, mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru
4. Menyebutkan fak
Konsep pendidikan inklusif dianggap sebagai konsep pendidikan yang paling ideal dan sempurna untuk memberikan layanan pendidikan yang setara bagi setiap anak. Namun, penerapan konsep ini memerlukan persiapan yang matang dan lengkap serta kesiapan sistem, tenaga profesional, dan masyarakat. Walaupun telah diterapkan selama 10 tahun, masih terjadi ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas layanan pendidikan di sekolah-
Dokumen tersebut membahas konsep, sejarah, tujuan, dan strategi pendidikan holistik. Pendidikan holistik adalah pendekatan pendidikan yang melihat manusia secara utuh dan berusaha membentuk potensi siswa secara keseluruhan melalui interaksi dan pembelajaran yang terintegrasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan moral penting untuk anak sekolah dasar karena dapat membentuk karakter dan perilaku yang baik sejak dini, sehingga diharapkan menghasilkan warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan moral perlu dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan yang sesuai dengan perkembangan anak, seperti indoktrinasi, keteladanan, dan pembiasaan perilaku baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Membahas pengertian pendidikan dari berbagai pendekatan ilmiah seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi
2. Menguraikan unsur-unsur pendidikan seperti input, pendidik, proses dan output
3. Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu menanamkan pengetahuan, mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru
4. Menyebutkan fak
Dokumen tersebut membahas konsep kurikulum 2013 dengan menjelaskan beberapa poin penting seperti:
1) Rasionalisasi perubahan kurikulum berdasarkan tantangan internal dan eksternal serta permasalahan KTSP 2006;
2) Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dengan mengubah orientasi dari guru ke siswa dan pendekatan dari teori ke praktik;
3) Penguatan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian ber
Dokumen tersebut membahas pemikiran filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sarana untuk membentuk kepribadian dan kemerdekaan bangsa Indonesia serta mengembangkan karakter kemanusiaan yang cerdas dan beradab. Ia juga menekankan pentingnya memilih unsur-unsur kebudayaan luar yang baik untuk menambah kemuliaan bangsa tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menempatkan manusia sebagai pusat pendidikan tanpa membeda-bedakan latar belakang. Dokumen ini membahas empat filosofi dasar pengembangan kurikulum yaitu parennialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme yang berbeda dalam penekanan tujuan, nilai, materi pelajaran, dan metode mengajarnya.
Makalah ini membahas dasar teori dan konsep pendidikan, termasuk empat pendekatan dalam memahami teori pendidikan yaitu pendekatan sains, filosofis, religi, dan empat teori pendidikan yaitu klasik, pribadi, teknologi, dan interaksional."
Dokumen tersebut membahas tentang landasan-landasan pendidikan di Indonesia. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu definisi landasan pendidikan, macam-macam landasan pendidikan seperti landasan filosofis, sosial budaya, dan hukum, serta peran landasan-landasan tersebut dalam menentukan tujuan pendidikan nasional.
Makalah ini membahas upaya pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan di Indonesia, meliputi pengertian pendidik dan kependidikan, peran mereka, strategi pengembangan, dan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah seperti peningkatan gaji, pelatihan, dan sertifikasi. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Makalah ini membahas konsep pendidikan secara umum. Pendidikan dijelaskan sebagai proses perubahan perilaku melalui pengajaran dan pelatihan untuk membuat individu dewasa. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa, membentuk kepribadian, dan memberikan pengetahuan serta keterampilan. Pendidikan umum bertujuan untuk membiasakan siswa berpikir kritis dan terbuka serta menjadi warga negara yang baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Membahas pengertian pendidikan dari berbagai pendekatan ilmiah seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi
2. Menguraikan unsur-unsur pendidikan seperti input, pendidik, proses dan output
3. Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu menanamkan pengetahuan, mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru
4. Menyebutkan fak
Kurikulum 2013 dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional dengan memperbaiki pola pikir, memperkuat proses pembelajaran, dan menyesuaikan beban guru serta siswa berdasarkan tantangan internal dan eksternal.
Kurikulum 2013 bertujuan menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai warga negara yang beriman, produktif, inovatif, kreatif, dan aktif serta mampu berkontribusi pada masyarakat, bangsa, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 didasarkan pada dua komponen utama yaitu pendidikan dan kebudayaan agar generasi muda menjadi bangsa yang cerdas dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun bersa
Dokumen tersebut membahas konsep kurikulum 2013 dengan menjelaskan beberapa poin penting seperti:
1) Rasionalisasi perubahan kurikulum berdasarkan tantangan internal dan eksternal serta permasalahan KTSP 2006;
2) Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dengan mengubah orientasi dari guru ke siswa dan pendekatan dari teori ke praktik;
3) Penguatan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian ber
Dokumen tersebut membahas pemikiran filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sarana untuk membentuk kepribadian dan kemerdekaan bangsa Indonesia serta mengembangkan karakter kemanusiaan yang cerdas dan beradab. Ia juga menekankan pentingnya memilih unsur-unsur kebudayaan luar yang baik untuk menambah kemuliaan bangsa tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menempatkan manusia sebagai pusat pendidikan tanpa membeda-bedakan latar belakang. Dokumen ini membahas empat filosofi dasar pengembangan kurikulum yaitu parennialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme yang berbeda dalam penekanan tujuan, nilai, materi pelajaran, dan metode mengajarnya.
Makalah ini membahas dasar teori dan konsep pendidikan, termasuk empat pendekatan dalam memahami teori pendidikan yaitu pendekatan sains, filosofis, religi, dan empat teori pendidikan yaitu klasik, pribadi, teknologi, dan interaksional."
Dokumen tersebut membahas tentang landasan-landasan pendidikan di Indonesia. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu definisi landasan pendidikan, macam-macam landasan pendidikan seperti landasan filosofis, sosial budaya, dan hukum, serta peran landasan-landasan tersebut dalam menentukan tujuan pendidikan nasional.
Makalah ini membahas upaya pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan di Indonesia, meliputi pengertian pendidik dan kependidikan, peran mereka, strategi pengembangan, dan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah seperti peningkatan gaji, pelatihan, dan sertifikasi. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Makalah ini membahas konsep pendidikan secara umum. Pendidikan dijelaskan sebagai proses perubahan perilaku melalui pengajaran dan pelatihan untuk membuat individu dewasa. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa, membentuk kepribadian, dan memberikan pengetahuan serta keterampilan. Pendidikan umum bertujuan untuk membiasakan siswa berpikir kritis dan terbuka serta menjadi warga negara yang baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Membahas pengertian pendidikan dari berbagai pendekatan ilmiah seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan ekonomi
2. Menguraikan unsur-unsur pendidikan seperti input, pendidik, proses dan output
3. Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu menanamkan pengetahuan, mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru
4. Menyebutkan fak
Kurikulum 2013 dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional dengan memperbaiki pola pikir, memperkuat proses pembelajaran, dan menyesuaikan beban guru serta siswa berdasarkan tantangan internal dan eksternal.
Similar to MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA KULIAH MATEMATIKA 1 DI JURUSAN PGMI FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI
Kurikulum 2013 bertujuan menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai warga negara yang beriman, produktif, inovatif, kreatif, dan aktif serta mampu berkontribusi pada masyarakat, bangsa, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 didasarkan pada dua komponen utama yaitu pendidikan dan kebudayaan agar generasi muda menjadi bangsa yang cerdas dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun bersa
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docxsoparidah
Dokumen tersebut membahas program 9 Pilar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Program ini meliputi 9 komponen pelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa menjadi pembelajar yang berkarakter dengan mengembangkan pengetahuan, karakter, kemampuan berpikir, komunikasi, kepemimpinan, bahasa Inggris, kewirausahaan, sejarah peradaban, dan nasionalisme. Program 9 Pilar diharapkan dapat
Makalah ini membahas perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional Indonesia untuk membangun karakter lulusan yang baik. Ia menganalisis berbagai masalah pendidikan saat ini seperti rendahnya kualitas pendidikan dan moral lulusan yang merosot, serta menyarankan perlunya mengintegrasikan pendidikan akhlak dan spiritual ke dalam kurikulum.
Dokumen ini membahas tentang integrasi pendidikan karakter dan peran guru di sekolah. Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepada siswa melalui pengetahuan, kesadaran, dan tindakan sesuai nilai-nilai agama, diri sendiri, lingkungan, dan kebangsaan. Guru memiliki peran penting dalam merealisasikan nilai-nilai tersebut melalui teladan dan pembelajaran di kelas. Penilaian pendidikan karak
Character education is the deliberate effort (conscious) to help people understand, care about, and implement the core ethical values. It is expected that character and personality are formed by the learners themselves who long for the success of character education. Learners are expected to understand the values imparted to him, entirely without any misunderstanding at all. Integration of character education is vital in overcoming the problem of moral crisis. Thus, in the implementation of character education in schools is three methods are employed involving learning, extracurricular activities, and school culture.
Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter di sekolah, dengan mendefinisikan pendidikan karakter, menjelaskan penerapannya dalam pembelajaran di kelas, dan menyebutkan nilai-nilai karakter yang dapat diajarkan. Dokumen ini juga membahas dasar penerapan pendidikan karakter yang dimulai dari tingkat sekolah dasar.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI.docxQoniahHilya
Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas strategi pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Ahlus Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA) sebagai upaya deradikalisasi. Pendidikan karakter ASWAJA diharapkan dapat menanamkan pemahaman keagamaan yang moderat serta mencetak warga negara yang baik dan menghargai perbedaan demi kesatuan NKRI.
Penguatan pendidikan karakter bertujuan untuk mewujudkan pelajar Pancasila yang memiliki enam ciri utama: beriman, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Kebijakan pemerintah melalui Kemendikbud mendorong penguatan karakter sejak dini di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk membentuk generasi emas Indonesia.
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Goes Jiant
Teks tersebut membahas latar belakang dan proses penciptaan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu berbasis PAIKEM di SMP Negeri 2 Wlingi-Blitar, Jawa Timur. Beberapa faktor yang melatarbelakanginya antara lain tuntutan kurikulum baru, standar nasional pendidikan, dan perubahan paradigma pembelajaran yang lebih mengutamakan proses. Pembelajaran berbasis PAIKEM dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka, tugas
Implikasi psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan ; mata kuliah psikolo...ahmaddizzy
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Kajian psikologi perkembangan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran, dan sistem penilaian pendidikan dengan mempertimbangkan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik;
(2) Teori-teori pembelajaran dalam psikologi perkembangan telah melandasi sistem pembelajaran, seperti teori klasikal dan operant conditioning;
(3) Pengukuran potensi
Similar to MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA KULIAH MATEMATIKA 1 DI JURUSAN PGMI FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI (20)
Penelitian ini mengkaji pengembangan program edupreneur untuk meningkatkan kemampuan pemasaran online mahasiswa melalui internet. Peneliti menganalisis kemampuan awal mahasiswa dan merancang program pelatihan pemasaran online yang diimplementasikan melalui website khusus. Hasilnya menunjukkan bahwa program pelatihan ini efektif meningkatkan kemampuan pemasaran online mahasiswa. Mahasiswa juga memberikan respon positif terhadap kegiatan pengembangan
POTRET PEMIKIRAN A. MUKTI ALI PADA STUDI ISLAM; PENDEKATAN SAINTIFIC CUM DOCT...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
Sebuah tawaran pendekatan alternatif terhadap studi-studi keislaman yaitu apa yang disebut oleh A. Mukti Ali dengan Pendekatan Ilmiah -cum-doktriner atau pendekatan scientific-cum-suigeneris, kedua pendekatan ini juga dikenal dengan metode sintesis. Metode ini diperlukan agar dalam melihat Islam tidak hanya satu dimensi saja dari fenomena-fenomena Islam yang multy faces. Sekalipun tidak salahnya mengamati Islam secara single face saja, tetapi hal itu tidak cukup untuk mengcover Islam secara komprehensif.
MODEL PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA(Studi...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
Keterlaksanaan kurikulum Jurusan Tadris Matematika Berbasis KKNI yang belum memberikan wadah pengembangan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Hal tersebut dapat terlihat dari peroses pembelajaran diperguruan tinggi yang masih bertumpu pada aspek peningkatan pengetahuan. Capaian pembelajaran pada aspek sikap/nilai masih bersifat administratif tanpa didorong pada keterlaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan dikehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang diterapkan masih berorientasi pada pembelajaran konvensional misalnya diskusi, ceramah, tanya jawab dan penugasan. Maka diperlukan inovasi kekinian dalam model pembelajaran bagi mahasiswa. Model pembelajaran yang berorientasi pada kontek nasionalisme bangsa (nilai-nilai pendidikan Ki Hadjar Dewantara). sehingga dengan menerapkan model pembelajaran penanaman nilai-nilai pendidikan Ki hadjar dewantara dapat peningkatkan tujuan pendidikan di perguruan tinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experimental design dengan Two-Group post Test-only desain. Populasi dalam penelitian ini yakni mahasiswa Jurusan Tadris Matematika. adapun sampel penelitiannya mengunakan nonprobability sampling dengan teknik sampling purposive. Dimana yang dijadikan kelas Eksperimen yakni Kelas A sebanyak 39 mahasiswa dan yang menjadi kelas Kontrol adalah kelas B sebanyak 33 mahasiswa. Hasil dari penelitiannya dianataranya bahwa respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran penanaman nilai-nilai pendidikan Ki Hadjar Dewantara tergolong cukup baik. Sikap belajar mahasiswanya pun tergolong cukup baik dengan besar pencapain skor rata-rata 64,41. Pengaruh penerapan model pembelajaran penanaman nilai-nilai pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap sikap belajar di jurusan tadris matematika berpengaruh secara signifikan dan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari populasi hasil belajar kelas kontrol. Hal tersebut menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran penanaman nilai-nilai pendidikan Ki Hadjar Dewantara efektif diterapkan di Jurusan Tadris Matematika
Dokumen tersebut membahas evaluasi kurikulum, termasuk tujuan, aspek, model, prinsip dan prosedur evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap pengembangan suatu kurikulum agar dapat digunakan sebagai pertimbangan keberhasilan kurikulum. Aspek yang dievaluasi antara lain kategori masukan, proses dan produk kurikulum. Ada beberapa model evaluasi kurikulum seperti model kuantitatif dan
Dokumen tersebut membahas konsep dan prinsip pengembangan kurikulum, termasuk fungsi, peranan, dan azas-azas pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang terdiri atas tujuan, metode, penilaian, dan umpan balik untuk mengembangkan peserta didik.
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Diterbitkan dua kali setahun
Oleh Jurusan Pendidikan Matematika (PMTK)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Antasari Banjarmasin
MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELAL...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
Dokumen tersebut membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode probing prompting. Metode ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dan membantu mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan mandiri.
Dokumen tersebut merangkum tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode probing prompting pada pembelajaran matematika. Metode ini dapat membantu siswa belajar dengan cara guru mengarahkan pertanyaan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan membuat siswa lebih mandiri dalam berpikir.
Mata kuliah Statistik Pendidikan ini membahas konsep statistik deskriptif dan inferensial serta pengolahan data dengan komputer untuk mahasiswa PGMI IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mata kuliah ini terdiri dari 16 pertemuan yang mencakup distribusi frekuensi, ukuran tendensi pusat, variabilitas, korelasi, pengujian hipotesis, dan pengolahan data menggunakan SPSS.
Dokumen tersebut membahas beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual, pemecahan masalah, konstruktivisme, sosiokultural, scaffolding, dan quantum learning. Model-model tersebut mencakup prinsip-prinsip seperti belajar melalui pengalaman, bertanya, menyelidiki, komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA KULIAH MATEMATIKA 1 DI JURUSAN PGMI FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI
1. MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE
KEPRIBADIAN PADA MATA KULIAH MATEMATIKA 1 DI JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI
Oleh
Widodo Winarso, M.PdI
Abstrak
Peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang
didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012
ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Tema ini sejalan dengan hakikat
pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar
Dewantoro. Melalui pembangunan karakter bangsa, diharapkan dapat menciptakan
manusia Indonesia yang unggul. Dalam penelitian ini, mengembangkan 6 (enam) nilai
karakteristik yang wajib tertanam pada setiap diri mahasiswa. Karakteristik tersebut
ditanamkan melalui proses perkuliahan yang diselenggarakan selama 1 semester pada
Mata Kuliah Matematika 1 di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah Tahun Pelajaran 2011-
2012. Pada mata kuliah ini, pendidikan karakter didekati melalui pemecahan masalah,
yang merupakan bagian penting yang harus diajarkan kepada peserta didik. Pendekatan
yang dilakukan adalah dengan metode inkulkasi (penanaman), yang ditempuh dengan
memperhatikan perbedaan pada masing-masing peserta didik. Di sinilah penggolongan
tipe kepribadian akan bermanfaat untuk menghargai perbedaan, sehingga bermanfaat bagi
penunjang keberhasilan pembelajaran. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran ini
adalah peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, dengan didasari
oleh nilai yang sekaligus akan dapat mendukung pembangunan karakternya, sehingga
pada akhirnya pendidikan karakter dapat tertanam.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Perbedaan Tipe Kepribadian, Matematika 1, Jurusan
PGMI Fakultas Tarbiyah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini dinilai sebagai salah satu upaya strategis untuk
mengangkat bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Pendapat ini
didasarkan pada kenyataan bahwa ketika bangsa Indonesia mengabaikan
pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, maka salah satu akibatnya ialah
tidak adanya daya juang dan dorong dalam diri tiap anak bangsa yang
mempersatukan pemerintah dan rakyat. Menyadari akan pentingnya pendidikan
karakter itu pulalah. Maka pemerintah Republik Indonesia melalui Mendiknas
menjadikan peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun
peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Ada pun
tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah “Bangkitnya Generasi
Emas Indonesia”.
2. Menanggapi ajakan pemerintah Republik Indonesia tersebut, Menteri
Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam sambutannya pada peringatan Hari
Pendidikan Nasional tahun 2012 menyatakan pendidikan secara umum
mempunyai tujuan memanusiakan manusia di samping kemampuan untuk
menjawab berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi masa
depan sebagai keniscayaannya. Sebagai wujud nyata dari tema Hardiknas dan
Harkitnas 2012 tersebut, maka Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
menggugah komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar
melaksanakan pendidikan karakter, bahkan mulai dari pendidikan anak usia dini
(PAUD) sampai Perguruan Tinggi. Himbauan Kemdiknas ini harus ditanggapi
secara cepat dan positif oleh setiap insan pendidikan pada bidangnya masing-
masing, dan harus dicanangkan sebagai gerakan nasional. Jurusan PGMI
Fakultas Tarbiyah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon , sebagai salah satu perguruan
tinggi yang mengkhususkan diri dalam Pusat pengembangan ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam, dan pusat pembinaan akhlak karimah., menyambut
dengan antusias gerakan nasional tersebut, terutama agar mahasiswa di Jurusan
S1 PGMI Fakultas Tarbiyah tidak hanya mampu menguasai bidang keilmuanya
saja untuk kemudian kehilangan sisi kemanusiaannya, sehingga seolah-olah
menjadi robot yang telah hilang nilai sosialnya.
Sejalan dengan gerakan nasional pendidikan karakter maka dibeberapa
tahun terakhir ini Fakultas Tarbiyah telah merintis upaya membangun
pendidikan karakter bagi mahasiswa yang mengacu kepada adanya
keseimbangan proporsional hard skills dan soft skills. Pembangunan karakter
tersebut di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah, penulis memulai penerapanya dari
kegiatan awal perkuliahan sampai taraf evalusi hasil perkuliahan, sebuah
aktivitas yang dimaksudkan untuk memasukkan nilai-nilai kecerdasan holistik
dan metode baku pembelajaran karakter. Dimana penulis menitik beratkan pada
semangat pengembangan karakter dengan 6 nilai yang menjadi karakteristiknya
yaitu closed to God (dekat dengan Tuhan), the learner (pembelajar), never give
up (pantang menyerah), never complain (tidak mudah komplain terhadap
keadaan), motivator dan be happy (selalu bahagia).
Pada Mata Kuliah Matematika 1, melalui setiap tatap muka yang
diselenggarakan di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah berusaha menanamkan
semangat tersebut melalui metode inkulkasi (penanaman), yaitu melalui
kesadaran bahwa setiap peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda,
sehingga cara belajar maupun tingkah laku yang dimiliki juga tergantung dari
karakter masing-masing. Perbedaan ini oleh para ahli psikologi diyakini akibat
perbedaan tipe kepribadian. Pada penelitian ini akan menggunakan
penggolongan tipe kepribadian berdasar pada David Keirsey, yang membagi
tipe kepribadian menjadi 4 tipe yaitu tipe Rational, Idealis, Artisan dan
Guardian.
Dengan menggabungkan penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010)
maka penanaman pendidikan karakter ini menjadi penting, karena dapat dibuat
terobosan dalam menanamkan pendidikan karakter bagi mahasiswa yaitu
dengan menanamkan pendidikan karakter melalui pemahaman profil proses
berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
3. B. Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian di dalam latar belakang di atas, maka masalah
penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter apa sajakah yang harus
ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang ada, tujuan penting dari penelitian ini
adalah menentukan nilai pendidikan karakter yang harus ditingkatkan pada
masing-masing tipe kepribadian.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Inkulkasi (Penanaman) dalam Pendidikan Karakter dan
Evaluasi Pendidikan Karakter.
Generasi muda saat ini memang sudah menunjukkan banyak perbedaan
dibanding generasi masa lalu. Penerus bangsa saat ini tumbuh dalam alam
kemerdekaan, kemajuan teknologi, dan kemudahan hidup yang sering
melenakan moral mereka. Pendekatan pendidikan yang dulu dianggap efektif,
tidak sesuai lagi untuk membangun generasi sekarang dan yang akan datang.
Pada generasi masa lalu, penanaman pendidikan melalui pendekatan
indoktrinatif sudah dianggap memadai untuk menghindarkan generasi muda
dari perilaku yang menyimpang, baik secara kemasyarakatan maupun dari segi
agama. Generasi muda saat ini tidak akan mau menerima doktrin tanpa logika
yang dapat mereka terima. Sikap kritis sudah menyatu dalam pribadi mereka.
Sebagai gantinya, diperlukan pendekatan pendidikan karakter yang
memungkinkan peserta didik mampu mengambil keputusan secara mandiri
dalam memilih nilai-nilai yang ditawarkan. Idealnya, pendidikan karakter saat
ini sebenarnya tidak dapat terjadi melalui strategi tunggal, namun memerlukan
multipendekatan atau sering disebut pendekatan komprehensif oleh
Kirschenbaum (dalam Darmiyati, 2010).
Darmiyati (2010) mengatakan, istilah komprehensif yang digunakan dalam
pendidikan karakter mencakup berbagai aspek. Pertama, isinya harus
komprehensif, meliputi semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan
nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan mengenai etika secara
umum. Kedua, metodenya harus komprehensif.
Termasuk di dalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan,
penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dengan mengajarkan dan
memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara bertanggung jawab dan
berbagai ketrampilan hidup (soft skills).
Ketiga, pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses
pendidikan di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, dalam proses bimbingan
dan penyuluhan, dalam upacara-upacara pemberian penghargaan dan semua
aspek kehidupan. Keempat, pendidikan karakter hendaknya terjadi melalui
kehidupan dalam masyarakat. orang tua, pemuka agama, penegak hukum, dan
organisasi kemasyarakatan semua perlu berpartisipasi dalam pendidikan
karakter. Konsistensi semua pihak dalam melaksanakan pendidikan karakter
mempengaruhi generasi muda.
4. Darmiyati (2010), juga menyatakan pendekatan inkulkasi (penanaman) nilai
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) mengkomunikasikan kepercayaan disertai
alasan yang mendasarinya, (2) memperlakukan orang lain secara adil, (3)
menghargai pandangan orang lain, (4) mengemukakan keragu-raguan atau
perasaan tidak percaya disertai dengan alasan dan rasa hormat, (5) tidak
sepenuhnya mengontrol lingkungan untuk meningkatkan kemungkinan
penyampaian nilai-nilai yang dikehendaki, dan mencegah kemungkinan-
kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang tidak dikehendaki, (6) menciptakan
pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki, tidak
secara ekstrim, (7) membuat aturan, memberikan penghargaan dan memberikan
konsekuensi disertai alasan, (8) tetap membuka komunikasi dengan pihak yang
tidak setuju, (9) memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-
beda, apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, diarahkan untuk
memberikan kemungkinan berubah.
Selain itu, Darmiyati (2010) menyatakan bahwa pendekatan karakter tidak
boleh menggunakan metode indoktrinasi, yang memiliki ciri-ciri yang bertolak
belakang dengan inkulkasi seperti tersebut di atas.
Dalam penelitian ini, penanaman pendidikan karakter akan diterapkan pada
mata kuliah matematika 1 semester 2 (dua) di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah
IAIN Syekh Nurjati cirebon tahun pelajaran 2011-2012, melalui pendekatan
inkulkasi (penanaman).
Setelah pendekatan inkulkasi sebagai modal dasar bagi terbentuknya model
pembelajaran telah ditentukan, maka langkah selanjutnya perlu dipikirkan
evaluasi agar dapat diketahui ketercapaian tujuan. Darmiyati (2010),
mengatakan secara lengkap, tujuan pendidikan karakter harus meliputi tiga
kawasan yaitu pemikiran/penalaran, perasaan dan perilaku. Supaya tujuan
pendidikan karakter yang berujud perilaku yang baik dapat tercapai, peserta
didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan
nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan.
B. Nilai-nilai Target Pendidikan Karakter di Jurusan S1 PGMI Fakultas
Tarbiyah
Terdapat cukup banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus
diimplemantasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama
manusia, maupun dengan alam semestanya. Jika nilai-nilai ini bisa
direalisasikan dalam kehidupan manusia, maka akan dihasilkan manusia yang
paripurna dan terciptalah kehidupan yang bermartabat.
Nilai-nilai target pendidikan karakter di Jurusan PGMI fakultas Tarbiyah
yang telah dikembangkan dan dilaksanakan pada kegiatan perkuliahan
khususnya Mata Kuliah Matematika 1 selama ini adalah :
1. Close to God (dekat dengan Tuhan)
Kandungan dari semangat karakter yang pertama adalah penguatan pada
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan mahasiswa, dengan mengingatkan
kembali bahwa di bumi ini hanya Tuhan yang bisa membuat hal yang tidak
mungkin menjadi mungkin. Jika seorang pribadi dekat dengan pencipta-
5. Nya, pasti dia akan menjalankan apa yang baik dan menghindari hal-hal
yang memang harus di hindari, dengan demikian mahasiswa diharapkan
mampu meneladani sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri.
2. Eager Learner (Pembelajar Tangguh)
Kandungan nilai kedua menyebutkan bahwa jadilah manusia yang
senantiasa rendah hati (be humble) dan terus memiliki sifat pembelajar,
karena di atas langit masih ada langit lagi. Sebagai mahasiswa calon
pemimpin bangsa menyadari bahwa sebagai manusia mereka bukanlah
mahluk yang sempurna. Sebagai perumpaan peserta diajak mengingat dan
menengok sejenak pada sebuah gelas.
Ketika kita menuangkan air ke dalam gelas yang sudah terisi penuh dengan
air, apa yang terjadi? air pasti akan tumpah, hal ini menggambarkan
kesamaan dengan diri kita. Jika seseorang ingin untuk mendapatkan ilmu/
pengalaman baru dalam kehidupan, berusahalah untuk menjadi gelas
kosong. Harapan yang lebih tinggi adalah janganlah merasa cukup hanya
sekedar menjadi gelas namun jadilah gentong (tempat menampung air) yang
lebih besar dari gelas. Jadilah sumber air bagi sesamamu. Mahasiswa di
harapkan bertanya pada diri masing-masing, sudahkah selama ini kita
mengosongkan gelas bahkan berusaha untuk membesarkan?.
3. Never Give Up (Pantang Menyerah)
Kandungan karakter berikutnya, yaitu nilai ke-3 memberikan penguatan
pada diri mahasiswa untuk tidak mudah menyerah. Mahasiswa diberikan
sebuah pertanyaan, pernahkah mendengar cerita penemu lampu? Thomas
Alfa Edison, sang penemu lampu sebelum bisa menciptakan lampu Thomas
Alfa Edison telah melewati 9.998 kegagalan sebelum akhirnya berhasil.
Refleksi pada diri denga mencoba membayangkan jika ketika itu Thomas
Alfa Edison menyerah di percobaan ke 9.997 maka bisa dibayangkan
gelapnya dunia waktu malam hari saat ini dan saat-saat mendatang, belajar
dari semangat inilah maka mahasiswa diharapkan selalu melakukan yang
terbaik dan tidak mudah menyerah dengan keadaan.
4. Never Complain (Pantang Mengeluh)
Sebagai pemimpin kita tidak boleh mengeluh dalam segala hal, inilah yang
diajarkan pada karakter ke-4. Mengeluh bukanlah hal yang dapat
menyelesaikan sebuah masalah, bisa jadi mengeluh malah membuat
sebaliknya, membuat semakin keruh suasana.
5. Motivator
Sebagai calon pemimpin bangsa masa depan, mahasiswa harus mampu
menjadi penyemangat atau motor penggerak bagi orang di sekitar kita,
menjadi sumber energi bagi suatu organisasi, minimal dapat berguna bagi
orang lain seperti halnya sebuah generator. Pada akhirnya semangat ke 5 ini
memberikan pemicu kepada mahasiswa bahwa membuat orang lain menjadi
senang/ berhasil karena kita, itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi diri
sendiri, kepuasan yang tidak ternilai (not valueable with money).
Menghindari sifat egois, dan senantiasa mengingat bahwa sepandai-
pandainya kita dan sekaya-kayanya kita akan tetapi jika itu hanya kita
lakukan untuk diri kita sendiri maka akan sia sia belaka. Menurut kata
6. hukum tabur tuai yang sering kita dengar, semakin banyak kita menabur
maka semakin banyak kita menuai (tergantung dari benih kita, benih yang
jahat atau benih yang baik), maka jadilah motivator.
6. Be Happy
Kandungan nilai karakter yang terakhir, bahwa hidup ini penuh dinamika,
maka hendaknya mahasiswa selalu menghadapi dengan senyuman dan
dengan bahagia, karena happy adalah obat yang paling mujarab untuk segala
penyakit termasuk penyakit yang paling parah (sakit hati) dengan tersenyum
dan menyenangkan suasana hati akan timbul semangat dan energi yang baru
untuk membuat dunia ini semakin indah. Mahasiswa diminta
membayangkan, jika suatu ketika mereka memimpin sebuah rapat sambil
marah, didukung dengan suasana sangat panas dan tegang, para peserta
rapat pasti tidak nyaman, tidak enjoy dan hasil dari rapat tersebut tidak akan
maksimal. Maka, jadikanlah hidup dengan senantiasa berbahagia.
C. Profil Proses Berpikir
Slavin (2008) mengungkapkan arti teori pemrosesan informasi sebagai teori
kognitif yang menggambarkan proses, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
dari pikiran manusia. Dengan menggunakan teori pemrosesan informasi, maka
pada penelitian kali ini, proses berpikir peserta didik dapat digambarkan sebagai
kegiatan mental yang dilakukan oleh peserta didik pada saat peserta didik
menerima informasi dari luar dirinya, mengolah informasi, menyimpan
informasi, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan ketika
informasi dibutuhkan, untuk menyelesaikan masalah matematika.
Untuk mengetahui proses berpikir pada diri subjek, terdapat beberapa tanda
atau ciri yang akan digunakan, yaitu : pengamatan terhadap tampak luar
(meliputi gerakan badan, ekspresi wajah), dan dari hasil pekerjaan yang
dilakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010) menyatakan bahwa setiap
peserta didik mempunyai profil proses berpikir yang berbeda, yang seharusnya
dihargai oleh setiap pendidik. Jadi, sebagai pendidik tidak seharusnya
memaksakan suatu cara dalam memahami suatu materi perkuliahan, atau suatu
cara dalam menyelesaikan masalah, namun menghargai proses berpikir bagi
setiap peserta didiknya. Harus diwaspadai bahwa antara proses berpikir pesera
didik dan proses berpikir pendidik tidaklah sama, dan pendidik tidak boleh
menghakimi peserta didik sebagai bodoh, lamban mengerti dan sebagainya,
hanya karena tidak mampu memahami proses berpikir yang digunakan
pendidik. Justru seharusnya pendidiklah yang harus dapat memahami proses
berpikir masing-masing peserta didik, hingga peserta didik berhasil dalam
memahami suatu materi atau menyelesaikan suatu masalah.
Dalam pendekatan inkulkasi (penanaman) pendidikan karakter, pemahaman
profil proses berpikir ini menjadi sangat penting, karena penanaman pendidikan
karakter pada diri peserta didik tidak diperbolehkan menggunakan pendekatan
indoktrinasi, namun pendidik harus dapat menanamkan nilai-nilai target
pendidikan karakter tersebut secara nalar yang dapat diterima oleh peserta didik
menggunakan proses berpikirnya, hingga peserta didik meyakini kebenaran
akan nilai tersebut, dan mau melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. D. Tipe Kepribadian
Sebagai seorang pendidik, tentunya sangat umum dijumpai suatu situasi
dimana sebagian peserta didik sudah siap untuk memecahkan masalah
matematika yang diberikan oleh pendidik, sementara sebagian yang lain, bahkan
tidak mengerjakan sama sekali. Di dalam dunia pendidikan, perbedaan tingkah
laku maupun sifat, sangat nampak nyata terhadap insan-insan yang berperanan
di dalamnya.
Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi sering disebut sebagai
Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara
deskriptif tanpa memberi nilai. Pada tahun 1984 David Keirsey, seorang
professor dalam bidang psikologi dari California State University,
menggolongkan kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Guardian, Artisan, Rational
dan Idealist. Penggolongan ini didasarkan pada bagaimana seseorang
memperoleh energinya (Extrovert atau Introvert), bagaimana seseorang
mengambil informasi (Sensing atau Intuitive), bagaimana seseorang membuat
keputusan (Thinking atau Feeling) dan bagaimana gaya dasar hidupnya
(Judging atau Perceiving). Tentunya masing-masing tipe kepribadian tersebut
akan mempunyai perbedaan dalam memahami pendidikan karakter yang akan
dijumpainya.
Sementara itu, Dewiyani (2010) dalam penelitiannya menemukan profil
proses berpikir masing-masing tipe kepribadian dalam memecahkan masalah
ternyata berbeda, misalnya dalam memahami masalah, sebagai langkah awal
dalam menyelesaikan masalah, tipe Rational melakukannya sesuai urutan
kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, kemudian disimbolkan,
sementara itu, tipe Idealist melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal,
dengan mengambil inti kalimat, dan menggerak-gerakkan bolpoin, sedang tipe
Artisan melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti
kalimat, dan banyak melakukan gerakan tubuh, dan tipe Guardian
melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna
kalimat, memberi tanda pada bagian yang penting. Dari salah satu langkah
pemecahan masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian
mempunyai profil proses berpikir yang berbeda.
Pemahaman perbedaan pada masing-masing tipe kepribadian ini juga harus
dikuasai oleh pendidik, untuk menjadi bekal bagi pendidik dalam pendekata
inkulkasi pendidikan karakter yang akan dilaksanakan dalam mata kuliah
Matematika 1 pada penelitian ini.
III. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan nilai target pendidikan karakter yang akan ditingkatkan
pada tipe kepribadian tertentu pada bidang kurikuler, maka digunakan penelitian
dengan jenis kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian jenis kualitatif dipilih
karena penentuan profil berpikir mahasiswa dan penentuan nilai target pendidikan
karakter berlatar alamiah dan instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri.
Bersifat eksploratif, karena hendak ditelusuri nilai target pendidikan karakter
mahasiswa. Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan
subjek penelitian, menentukan instrumen bantú penelitian, membuat prosedur
8. pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan fenomena dalam keadaan yang sesungguhnya (natural setting).
Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa dengan tipe kepribadian
tertentu dalam menampakkan nilai pendidikan karakter yang ada dalam dirinya,
pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan masalah. Situasi
mahasiswa akan ditinjau dari penentuan nilai kepribadian yang telah ditetapkan
untuk diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan terhadap masing-masing tipe kepribadian pada saat
menyelesaikan masalah matematika, dan hasil pekerjaan yang ada, didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Tipe Rational
Tabel 4.1. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan
harus dikembangkan dari tipe Rational.
Hasil Pengamatan Hasil Analisis Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal, tanpa
dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa (+) Eager the
learner
(-) Close to god
Segera berusaha untuk
menyelesaikan masalah dengan
serius, tanpa membuang waktu.
Serius.
Fokus pada tujuan.
Bekerja sendiri, tidak
memperhatikan teman
lain.
(+) Eager the
learner
(-) Motivator
Menuliskan kembali informasi
yang dianggap penting untuk
digunakan dalam penyelesaian
masalah, dengan bantuan
variabel.
Cermat dalam
mengorganisasikan hal
penting.
Mempunyai abstraksi
yang tinggi.
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
Memiliki prosedur penyelesaian
masalah tanpa tanpa terpancang
pada materi tertentu yang pernah
didapatnya.
Memiliki daya
kreativitas tinggi.
Mengerjakan dengan
keseriusan tinggi.
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(-) Be happy
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali cara
penyelesaian, dengan mengubah
urutan penyelesaian.
Menghendaki
kesempurnaan
jawaban
Tidak mudah putus
asa.
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(+) Never
complain
(-) Be happy
2. Tipe Idealist
Tabel 4.2. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan
harus dikembangkan dari tipe Idealist.
Hasil Pengamatan Hasil Analisis Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal, tanpa
dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa (-) Close to god
9. Berusaha untuk mengerjakan
soal dengan sebaik mungkin.
Menyukai kesempurnaan (+) Never give up
(-) Motivator
Membaca soal tidak secara
urut, namun pada pertanyaan
terlebih dahulu.
Ingin mengetahui terlebih
dahulu tugas pokok yang
harus diselesaikannya.
(-) Eager the
learner
(+) Never
complain
(+) Never give up
Menuliskan kembali
informasi yang dianggap
penting untuk digunakan
dalam penyelesaian masalah,
tanpa bantuan variabel,
Cermat dalam
mengorganisasikan hal
penting.
(+) Never give up
(-) Motivator
Tidak memandang penting
rencana pemecahan masalah..
Lebih menyukai segera
menyelesaikan masalah, agar
pekerjaan segera dianggap
selesai.
(-) Eager the
learner
(+) Never complain
Setelah menyelesaikan masalah,
tipe ini mencoba untuk memeriksa
jawaban dengan teman lainnya.
Ketika terjadi perbedaan jawaban,
tipe ini tetap meyakini kebenaran
jawabannya dan tidak berusaha
untuk mengulang kembali
perhitungan.
Menghendaki
kesempurnaan jawaban.
Kurang mampu menerima
pendapat orang lain
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(+) Never
complain
(-) Be happy
(-) Motivator
3. Tipe Guardian
Tabel 4.3. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan
harus dikembangkan dari tipe Guardian.
Hasil Pengamatan Hasil Analisis Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa (-) Close to god
Segera berusaha untuk bergabung
dengan suatu kelompok dan
dengan sangat aktif berusaha untuk
meleburkan diri dengan
kelompoknya.
Pandai bergaul.
Sifat sosial tinggi.
(+) Motivator
(+) Be happy
Membaca soal secara urut, namun
tidak semua dibaca secara utuh,
beberapa dilewati
Kurang teliti. (-) Eager the
learner
(+) Motivator
Mencari inti kalimat agar
dapat memahami masalah
Mempunyai analisis yang
baik.
(+) Never give up
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat
dari hasil pemahaman soal, namun
hanya mengatakannya kepada
teman sekolompoknya.
Kurang menyukai hal yang
detail dan teratur
(-) Eager the
learner
(+) Motivator
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali
hanya pada perhitungan yang telah
Tidak mementingkan
kesempurnaan jawaban, telah
merasa puas dengan hasil
(-) Eager the
learner
10. dilakukan, bersama dengan teman
sekelompoknya
yang ada.
Setelah masalah dianggap selesai
dikerjakan, maka tipe ini segera
menggunakan waktu untuk
berbincangbincang dengan teman
sekelompoknya, dan kehadirannya
mampu membuat kelompok
menjadi antusias.
Sifat sosial dan kemampuan
beradaptasi tinggi.
(+) Motivator
(+) Be happy
4. Tipe Artisan
Tabel 4.4. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan
harus dikembangkan dari tipe Artisan
Hasil Pengamatan Hasil Analisis Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa (-) Close to god
Segera berusaha untuk membentuk
kelompok, membagi tugas, dan
memimpin diskusi dalam
kelompok.
Berjiwa pemimpin.
Mampu mengatur teman
sebaya.
Mampu memotivasi teman.
(+) Motivator
(+) Be happy
Membaca soal secara urut dan utuh Berpikir secara sintesis dan
teratur
(+) Never give up
(+)Never
complain
(+) Motivator
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat
dari hasil pemahaman soal.
Kurang menyukai hal yang
detail dan teratur
(-) Eager the
learner
Mempunyai rencana pemecahan
masalah yang matang.
Menyukai kesempurnaan (+) Never give up
(+) Never
complain
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali
hanya pada perhitungan yang telah
dilakukan.
Menghendaki
kesempurnaan jawaban.
Tidak mudah putus asa.
(+) Never give up
(+) Motivator
Keterangan : (+) nilai yang harus dipertahankan.
(-) nilai yang harus ditingkatkan. Nilai mengacu pada karakter
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan pada bab-bab di atas, diperoleh kesimpulan bahwa berdasar
pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika,
dapat diketemukan nilai yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe
kepribadian, dan juga diketemukan nilai yang harus dipertahankan karena telah
dipandang baik.
B. Saran
Setelah nilai pada masing-masing tipe kepribadian didapatkan, maka
dikembangkan model pembelajaran yang menggunakan nilai yang telah
ditetapkan, dilengkapi dengan perangkat pembelajarannya.
11. DAFTAR PUSTAKA
Agus Mulyadi, Indra, SBY : Pendidikan Karakter Sangat Penting, Kompas, 9 Juni 2011.
Darmiyati, 2010, Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif, UNY Press,
Yogyakarta .
Dewiyani , 2010, Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gender, Disertasi Program
S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.
Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-temperamentsorter ,
diakses 2 April 2008.
Nuh, M, Sambutan Menteri Pendidikan Nasional pada Peringatan Hari Pendidikan
Nasional tahun 2012, Rabu, 2 Mei 2012.
Slavin, Robert, 2008, Educational Psychology, Theory and Practice, Allyn and Bacon,
Massachussetts.
Solso, Robert L, 2008, Cognitive Psychology, Allyn& Bacon, Needham Heights.