Dokumen tersebut membahas strategi peningkatan produktivitas di PT. KKM dengan menggunakan pendekatan Total Productive Maintenance dan Six Sigma. PT. KKM belum mencapai target produksi dan mengalami cacat produksi sebesar 8%. Penelitian ini akan menganalisis penyebabnya dan merancang strategi peningkatan produktivitas berbasis TPM dan Six Sigma.
Program latihan 1 hari ini fokus pada “Soft TQM Concepts” untuk menyedia dan melengkapkan peserta memahami TQM dengan lebih dan amalannya untuk megetahui mengapa TQM begitu penting sebagai mekanisme untuk Kualiti kepada Pelanggan dan mematuhi prosedur yang memastikan Kualiti kepada Pelanggan.
Beberapa perusahaan yang ingin memulai inisiatif Lean mungkin merasa bingung, dari mana harus memulai. Salah satu cara yang bagus untuk melakukan pemetaan rencana implementasi adalah dengan memulai dari ‘keadaan akhir’.
Berpikirlah mengenai tujuan, dan anda akan menemukan cara untuk sampai kepada tujuan tersebut.
Pertemuan 06 Mengelola Kualitas
Definisi Kualitas
Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Terdapat tiga pendekatan :
Kualitas berbasis pengguna dimana kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh orang pemasaran dan pelanggan.
Kualitas berbasis manufaktur biasanya diterapkan oleh manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu barang berarti pemenuhan standar dan membuat produk dengan benar sejak awal.
Kualitas itu berbasis produk yang memandang bahwa kualitas sebagai variabel yang dapat dihitung.
Jay Heizer
Pertemuan 09 Forecasting
pada bagian ini kita akan mempelajari peramalan atau forecasting. bagaimana rumusnya dan bagaimana tingkat keakuratannya. mulai dari kesalahan - kesalahan yang terjadi pada peramalan.
PPT ini membahas tentang Total Quality Management atau perbaikan berkesinambungan mulai dari pentingnya perbaikan berkesinambungan perbedaannya dengan sistem tradisional, aktivitas perbaikan berkesinambungan, struktur perbaikan kualitas, pendekatan ilmiah perbaikan, proses perbaikan dan pengendalian, pembelajaran dan perbaikan berkesinambungan, kebutuhan akan perbaikan, strategi perbaikan hingga pelaksanaannya.
Program latihan 1 hari ini fokus pada “Soft TQM Concepts” untuk menyedia dan melengkapkan peserta memahami TQM dengan lebih dan amalannya untuk megetahui mengapa TQM begitu penting sebagai mekanisme untuk Kualiti kepada Pelanggan dan mematuhi prosedur yang memastikan Kualiti kepada Pelanggan.
Beberapa perusahaan yang ingin memulai inisiatif Lean mungkin merasa bingung, dari mana harus memulai. Salah satu cara yang bagus untuk melakukan pemetaan rencana implementasi adalah dengan memulai dari ‘keadaan akhir’.
Berpikirlah mengenai tujuan, dan anda akan menemukan cara untuk sampai kepada tujuan tersebut.
Pertemuan 06 Mengelola Kualitas
Definisi Kualitas
Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Terdapat tiga pendekatan :
Kualitas berbasis pengguna dimana kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh orang pemasaran dan pelanggan.
Kualitas berbasis manufaktur biasanya diterapkan oleh manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu barang berarti pemenuhan standar dan membuat produk dengan benar sejak awal.
Kualitas itu berbasis produk yang memandang bahwa kualitas sebagai variabel yang dapat dihitung.
Jay Heizer
Pertemuan 09 Forecasting
pada bagian ini kita akan mempelajari peramalan atau forecasting. bagaimana rumusnya dan bagaimana tingkat keakuratannya. mulai dari kesalahan - kesalahan yang terjadi pada peramalan.
PPT ini membahas tentang Total Quality Management atau perbaikan berkesinambungan mulai dari pentingnya perbaikan berkesinambungan perbedaannya dengan sistem tradisional, aktivitas perbaikan berkesinambungan, struktur perbaikan kualitas, pendekatan ilmiah perbaikan, proses perbaikan dan pengendalian, pembelajaran dan perbaikan berkesinambungan, kebutuhan akan perbaikan, strategi perbaikan hingga pelaksanaannya.
Six Sigma - Managemen Internasional - MM Universitas Trisakti Jakartawendyanbiya
Sebuah pendekatan untuk mencapai kualitas mutu yang menekankan pada peminimalisiran cacat produk / jasa dengan mendayagunakan sumber daya dan efisiensi.
Suatu industri manufaktur yang berorientasi pada profit memerlukan alat bantu agar
bisnisnya dapat menjalankan proses eksekusi manufaktur lebih baik. Industri farmasi pun
tak luput dari pola keberhasilan seperti ini. PT. TNF merupakan salah satu industri farmasi
yang berorientasi pada pasar, dengan menciptakan produk-produk yang makin kompleks,
sesuai dengan keinginan pasar. Sebagai salah satu industri yang bergerak dalam bisnis obatobatan
ini membutuhkan sistem informasi agar tercapainya tujuan organisasi untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan, daya saing dan inovasi produk yang bertaraf
internasional. Salah satu peranan vital dalam bisnis industri ini adalah proses dalam Unit
Produksi dan PPIC sebagai pengendalian perencanaan produksi serta pengadaan sebagai
pengelola lalu lintas material dan barang jadi/produk. Sebagai dasar pertimbangan inilah,
maka penulis mengangkat masalah analisis proses bisnis dan kebutuhan sistem informasi
perencanaan dan pengendalian (Rendal) Produksi berbasis agent di PT. TNF sehingga
pengorganisasian sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Untuk menggambarkan arsitektur sistem sesuai konteks pembahasan
digunakan UML agar memudahkan analisis dan pengembangan. Kesimpulan yang dapat
diambil adalah sistem rendal produksi yang dirancang dapat membantu mengatasi
permasalahan pada unit operasi PPIC dan rendal Produksi yang ditemui di PT.TNF.
Suatu industri manufaktur yang berorientasi pada profit memerlukan alat bantu agar
bisnisnya dapat menjalankan proses eksekusi manufaktur lebih baik. Industri farmasi pun
tak luput dari pola keberhasilan seperti ini. PT. TNF merupakan salah satu industri farmasi
yang berorientasi pada pasar, dengan menciptakan produk-produk yang makin kompleks,
sesuai dengan keinginan pasar. Sebagai salah satu industri yang bergerak dalam bisnis obatobatan ini membutuhkan sistem informasi agar tercapainya tujuan organisasi untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan, daya saing dan inovasi produk yang bertaraf
internasional. Salah satu peranan vital dalam bisnis industri ini adalah proses dalam Unit
Produksi dan PPIC sebagai pengendalian perencanaan produksi serta pengadaan sebagai
pengelola lalu lintas material dan barang jadi/produk. Sebagai dasar pertimbangan inilah,
maka penulis mengangkat masalah analisis proses bisnis dan kebutuhan sistem informasi
perencanaan dan pengendalian (Rendal) Produksi berbasis agent di PT. TNF sehingga
pengorganisasian sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Untuk menggambarkan arsitektur sistem sesuai konteks pembahasan
digunakan UML agar memudahkan analisis dan pengembangan. Kesimpulan yang dapat
diambil adalah sistem rendal produksi yang dirancang dapat membantu mengatasi
permasalahan pada unit operasi PPIC dan rendal Produksi yang ditemui di PT.TNF
Tools yang digunakan dalam lean services salah satunya adalah 6S dan Kaizen. Masing -masing bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
6S terdiri dari Sort, Set in order, Shine, Standarize, Sustain dan Safety.
Kaizen terdapat siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) untuk perbaikan secara terus - menerus.
13. Man Pemeliharaan Sarana & Prasarana Resort - Total Productive Maintenance...Irwan Haribudiman
Total Productive Maintenance adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan seluruh pekerja yang bertujuan mencapai efektifitas pada seluruh sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan yang produktif, proaktif, dan terencana. [Suzaki Kyoshi, 1999]
”Secara berkesinambungan meningkatkan semua kondisi operasional dalam sebuah sistem produksi dengan cara menstimulasi daily awareness dari semua karyawan.” – Seichi Nakajima.
Tugas kelompok 3 tatap muka 3 sistem informasi manajemen-convertedApriani Suci
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan bidang ilmu yang semakin berkembang dimana setiap perusahaan dituntut untuk dapat menaikan kualitas dan juga bersaing di pasar ekonomi saat ini. Permasalahan Implementasi Sistem Informasi Manajemen selalu menjadi kendala dan hambatan dalam pengembangan disetiap organisasi. Indentifikasi masalah yang ada dapat menjadi perbaikan dalam pengembangan Implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIM).
Penelitian tentang perbaikan arsitektur bisnis pada divisi marketing menggunakan Business Process Management Common Body Of Knowledge (BPM CBOK) dilakukan untuk menciptakan suatu arsitektur bisnis yang baik terutama pada divisi marketing. Hasil penelitian ini merupakan usulan perbaikan arsitektur bisnis yang efisien, efektif.
1. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
1
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
RANCANGAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIIVITAS
BERBASIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN
PENDEKATAN DMAIC SIX SIGMA
Tri Ngudi Wiyatno
Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta
Jl. Menteng Raya No. 64, Menteng,Jakarta Pusat, 10340
tringudiwiyatno@yahoo.co.id
ABSTRAK
PT.KKM merupakan salah satu perusahaan produsen keramik genteng berglazur yang
terkemuka di Indonesia,. Dalam usaha untuk mempertahankan mutu dan meningkatkan produktifitas,
salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah masalah perawatan fasilitas/mesin produksi.
Penelitian ini membahas mengenai penyebab dan akibat tidak tercapainya hasil produksi selama
proses produksi yang ditimbulkan oleh Mesin Press . Untuk mendapatkan mesin yang dapat terjaga
keterandalannya dibutuhkan suatu konsep yang baik. Total Productive Maintenance (TPM)
merupakan sebuah konsep yang baik untuk merealisasikan hal tersebut. Konsep ini, selain melibatkan
semua personil dalam perusahaan, juga bertujuan untuk merawat semua fasilitas produksi yang
dimiliki perusahaan.Data yang digunakan merupakan data breakdown yang terjadi di Mesin Press
selama bulan Januari-Desember 2014. Parameter yang digunakan dalam mengetahui tingkat
produktivitas mesin adalah dengan menghitung nilai OEE dari mesin Press, dengan menggunakan
data record selama tahun 2014. Sehingga nantinya akan diketahui informasi keadaan aktual dari mesin
tersebut, Selanjutnya akan dibuat suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas berbasis TPM
dengan pendekatan DMAIC Six Sigma
Kata kunci :Produktivitas, Total Production Maintenance, Overall Equipment Effectiveness,
DMAIC Six Sigma
ABSTRACT
PT.KKM is one of the manufacturers of glazed ceramic tile is leading in Indonesia, In an
effort to maintain quality and improve productivity, one factor that must be considered is the problem
facilities and production machines maintenance. This paper discusses the causes and consequences of
failure to achieve the high yield and defects during the production process caused by one of the
production machine is on a " Unit Forming". To get the machine performance can be maintained
requires a good concept. Total Productive Maintenance (TPM) is a good concept to realize. This
concept, in addition to involving all personnel in the company, also aims to take care of all the
production facilities of the company. To determine the productivity of the machine then measured
Availability, Performance, Quality and Overall Equipment Effectiveness (OEE), which used data
taken from the machine “ unit Forming” during the months from January to December, 2014. The
parameters used in determine the level of productivity of the machine is to calculate the value of OEE
the Press machine, using data records for 2014. So that will be known information about the actual
state of the machine, then will be created a strategy to improve the productivity of TPM-based
approach DMAIC Six Sigma
Keyword :Productivity, Total Productive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness, DMAIC Six
Sigma.
2. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
2
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
PENDAHULUAN
Dalam seminar bertajuk “Peluang Industri
Keramik sebagai Industri Strategis di
Indonesia” (ITB News,2014) disimpulkan
bahwa Industri Keramik di Indonesia dinilai
sangat berpotensi untuk dikembangkan,
mengingat bahwa jumlah penduduk dan laju
pertumbuhan pembangunan semakin pesat,
selain itu pada akhir tahun 2013, produksi
keramik Nasional meningkat dan memberikan
kontribusi yang cukup baik dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga
industri manufaktur dalam operasionalnya
dituntut mengoperasikan mesin produksi pada
tingkat tertinggi dan harus segera
meningkatkan kapasitas produksi ataupun
membangun pabrik baru”. Peningkatan kinerja
tidak terlepas dari produktivitas dan inovasi
produk yang harus dilakukan oleh kalangan
industri, selain itu industri keramik di
Indonesia memiliki potensi untuk
dikembangkan mengingat jumlah penduduk
dan laju pertumbuhan pembangunan semakin
pesat.
Saat ini dalam lingkungan persaingan
yang dinamis dan cepat berubah, sebuah
perusahaan membutuhkan suatu prosedur
operasi dan produksi yang efektif dan efisien
sehingga perusahaan nantinya dapat
memasarkan dan menjual produknya dengan
harga yang kompetitif daripada pesaingnya.
Salah satu konsep daya saing adalah
produktivitas yang didefinisikan sebagai nilai
output yang dihasilkan oleh sumberdaya yang
dimiliki perusahaan. (Porter,1990)
Dalam usaha untuk mempertahankan
mutu dan meningkatkan produktifitas, salah
satu faktor yang harus diperhatikan adalah
masalah perawatan (maintenance) fasilitas
produksi. Fasilitas produksi disini berupa
komponen mesin yang harus dipertahankan
agar kondisinya sama dengan ketika masih
baru, atau setidaknya berada dalam kondisi
yang wajar untuk melakukan operasinya.
Mesin merupakan komponen utama dalam
proses produksi. Apabila suatu mesin
mengalami kerusakan/breakdown, maka proses
produksi juga akan terpengaruh, dan akan
berakibat pada gagalnya menghasilkan produk.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan mesin
yang dapat terjaga keterandalannya dibutuhkan
suatu konsep yang baik.
Total Productive Maintenance (TPM)
merupakan sebuah konsep yang baik untuk
meningkatkan produktivitas di industri
manufakturterutama di divisi Produksi, karena
konsep tersebut selain melibatkan semua
personil dalam perusahaan juga bertujuan
untuk merawat semua fasilitas produksi/
performance maintenance yang dimiliki
perusahaan.
LANDASAN TEORI
Menurut Herjanto, produktivitas
merupakan suatu ukuran yang menyatakan
bagaimana baiknya sumber daya diatur dan
dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang
optimal (Herjanto, E. 2007).
Menurut Nakajima (1988), Total
Productive Maintanance (TPM) adalah suatu
program untuk pengembangan fundamental
dari fungsi pemeliharaan dalam suatu
organisasi, yang melibatkan seluruh Sumber
Daya Manusianya. Jika diimplementasikan
secara penuh, TPM secara dramatis dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas, dan
menurunkan biaya. TPM merupakan
pemeliharaan produktif yang dilaksanakan
oleh seluruh karyawan melalui aktivitas
kelompok kecil yang terencana.
TPM diperlukan untuk mengatasi 6 Big
Losses dalam proses produksi perusahaan
manufaktur. TPM berusaha untuk memastikan
bahwa peralatan produksi memiliki daya tahan
yang optimal ( Kenneth E.Rizzo, 1999 ).
Penerapan Total Productive Maintenance
terdapat delapan pilar utama seperti terlihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Delapan Pillar TPM
Hasil penelitian dari Wakjira, W et all
(2012) yang didukung oleh Nakajima (1998),
dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
program TPM dimulai dengan komitmen
manajemen yaitu dukungan dari top
manajemen.
3. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
3
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Six Sigma diartikan sebagai metode
berteknologi canggih yang digunakan oleh
para insinyur dan statistikawan dalam
memperbaiki /mengembangkan proses atau
produk. Six Sigma diartikan demikian karena
kunci utama perbaikan six sigma menggunakan
statistik meskipun tidak secara keseluruhan
membicarakan statistik. Pengertian Six sigma
yang lain adalah tujuan yang mendekati
kesempurnaan dalam mencapai kebutuhan
pelanggan. Six sigma merupakan suatu sistem
yang komperhensif dan fleksibel untuk
mencapai, memberi dukungan dan
memaksimalkan proses usaha yang berfokus
pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan
dengan menggunakan fakta, data dan analisa
statistik serta terus menerus dengan
memperhatikan pengaturan,perbaikan, dan
mengkaji ulang proses usaha (Pande, 2002).
Six sigma terdiri dari 6 tahap yang lebih
dikenal dengan DMAIC Six Sigma, enam
tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
Define – Mendefinisikan
Pada fase ini membuat deskripsi proyek
sehingga dapat terlihat arah yang jelas tentang
apa yang harus diperbaiki, melakukan
pemetaan permasalahan sehingga mendapatkan
gambaran mengenai proses yang akan
diperbaiki.
Measure – Mengukur
Pengukuran sebagai tahap kedua
dilakukan terhadap sistem yang telah ada.
Analyze - Menganalisa
Merupakan elemen terpenting dari model
perbaikan, analisa bertujuan untuk
menurunkan dan memvalidasi akar
permasalahan yang dihadapi. Analisa sistem
dapat dilakukan terhadap data yang diperoleh
dari tahap pengukuran (disebut analisa data)
atau terhadap proses yang menghasilkan data
itu sendiri (disebut analisa proses). Analisa
sistem dilakukan untuk mengidentifikasi cara
menghilangkan selisih antara proses saat ini
dengan tujuan yang ingin dicapai
Improve - Meningkatkan
Perbaikan dilakukan terhadap hasil yang
diperoleh dari tahap analisa dengan tujuan
menghilangkan masalah yang timbul.
Control– Mengontrol
Sistem baru yang lebih unggul tidak dapat
dibiarkan berjalan sendiri tetapi harus selalu
dikontrol dan pengontrolan meliputi tingkat
taktis dan strategis
Gambar 2. DMAIC Six Sigma
Pendekatan Six sigma mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan TPM,
TPM tujuannya adalah untuk mencapai tingkat
penurunan kerusakan secara signifikan melalui
pengembangan tim pemeliharaan yang
mandiri, sedangkan Six Sigma bertujuan untuk
memaksimalkan proses yang berfokus pada
pemahaman akan kebutuhan pelanggan.
Dengan kedua pendekatan dari masing-
masing langkah, dipandang sebagai kerangka
operasional yang jelas dalam mencapai
manfaat dengan strategi menerapkan secara
simultan antara TPM dan Six Sigma ( Thomas,
2008 )
Penelitian ini akan dilakukan di PT. KKM
yang memproduksi genteng keramik berglazur.
Dari pengamatan awal pencapaian hasil
produksi tahun 2014 masih dibawah kapasitas
terpasang (79.54% - 83.55%), cacat yang
dihasilkan selama proses produksi sebesar 8
%, seperti lerlihat pada gambar 3 dan gambar
4.
Sumber: PT.KKM
Gambar 3. Hasil Produksi PT. KKM tahun 2011 –
2014
1 2 3 4
Tahun 2011 2012 2013 2014
Kapasitas, pcs 12,4 12,4 12,4 12,4
Realisasi, pcs 10,3 1E+0 9,87 9,99
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
pcs
4. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
4
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Sumber:PT.KKM
Gambar 4. Persen Cacat Proses Produksi PT.
KKM tahun 2014
Selanjutnya penelitian ini akan
melakukan analisa dan strategi untuk
meningkatkan produktivitas sehingga
pencapaian hasil produksi dapat meningkat
berbasis Total Productive Maintenance
dengan pendekatan DMAIC Six Sigma.
Manfaat dari penelitian ini adalah
bagian produksi dapat melaksanakan
prosedur-prosedur produksi secara baik,
benar dan konsisten melalui implementasi
Total Productive Maintenance(TPM) dan
memberikan alternatif pemecahan masalah
berbasis Total Productive
Maintenance(TPM)
METODOLOGI
Waktu penelitian diambil dari periode
tahun 2014 – 2015.
Pada pengumpulan data penelitian ini
menggunakan dua jenis data, yaitu data primer
dan data sekunder
Availability Rate merupakan suatu rasio
yang menggambarkan pemanfaatan waktu
yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin
atau peralatan.
Waktu Operasi
Availability (A) = ….(1)
Waktu Loading
Performance Rate merupakan suatu ratio
yang menggambarkan kemampuan dari
peralatan dalam menghasilkan barang,
Waktu operasi Ideal
Performance (P)= …. (2)
Waktu Operasi
Quality Rate merupakan suatu rasio yang
menggambarkan kemampuan peralatan dalam
menghasilkan produk yang sesuai dengan
standart
Net Output
Quality (Q) = …….(3)
Input
Perhitungan Overall Equipment
Effectiveness (OEE) adalah perkalian dari
ketiga perhitungan diatas, Berfungsi
untukmengetahui besar produkstivitas yang
memudahkan dalam pencarian kesalahan untuk
dilakukan suatu perbaikan.
OEE = A x P x Q ………..(4)
AnalisaSix Big Losses digunakan untuk
melihat efektifitas peralatan yang
digunakan,.analisa ini dilakukan berkaitan
dengan adanya pemborosan yang terjadi pada
proses produksi.
Six big losses adalah 6 penyebab terbesar
rendahnya nilai OEE :
a. Breakdown losses
b. Set up and adjustment losses
c. Speed Losses
d. Quality defect and requirement losses
e. Yield losses
AnalisiaFish Bond digunakan untuk
melihat sebab-sebab terjadinya pemborosan
waktu dalam proses produksi yang
mengakibatkan peralatan tidak efisien. Salah
satu cara untuk mengidentifikasi sebab
terjadinya masalah dengan menggunakan
diagram tulang ikan (Tague, Nancy R. 2004)
Gambar 5. Diagram Fishbond
Diagram Pareto adalah diagram batang
yang menyediakan informasi berdasarkan
tingkat kepentingan masalah. Sebagai alat
bantudalam tahap menganalisa informasi
tersebut berguna untuk memilih masalah
paling penting yang harus segera ditindak
Jan FebMrtAprMeiJun Jul Agt Sep OctNopDec
% Cacat 10 8.1 9.1 9.1 8.6 6.7 8.1 9.9 8.2 9.1 7.7 7.8
% Target Max 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
0
2
4
6
8
10
12
%
5. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
5
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
lanjuti dan untuk menentukan dimana upaya
peningkatan kualitas harus ditekankan.
(Gasperz,2000)
Gambar 6. Diagram Pareto
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data awal hasil observasi seperti
pada gambar 3 dan gambar 4,menunjukan
bahwa pencapaian masih dibawah kapasitas
terpasang demikian juga dengan reject yang
dihasilkan mash diatas target, selanjutnya
dilakukan analisa berbasis Total Produktive
Maintenance dengan pendekatan DMAIC Six
Sigma. (Define, Measure, Analize, Improve,
Control)
Define yaitu menentukan masalah yang
paling sering terjadi, kemudian ditetapkan
sebagai fokus perbaikan pada tahap
berikutnya, dalam hal ini data awal yang
diambil adalah data down time.
Dari data down time( Gambar 7) tersebut
menunjukkan bahwa unit “Pembentukan“
mengalami stop mesin akibat down time yang
paling tinggi, dalam hal ini adalah unit mesin
“Press”
Gambar 7.Pareto Downtime 2014
Measure, selanjutnya mengevaluasi
mengenai mesin Press yang ada di unit
Pembentukan yaitu dengan mengukur
nilaiAvailability, Performance, Quality,
Overall Equipment Effectiveness (OEE),
Dari Tabel 1, menunjukan bahwa selama
tahun 2014, Availability rate dari mesin Press
rata-rata 89.63%, Performance rate 91.06%
dan Quality rate 96.90% sehingga nilai OEE
dari mesin press di tahun 2014 rata rata
79.07%
Tabel 1. Data OEE mesin Press 2014
Bulan %AR %PR %QR %OEE
Januari 85.5 94.3 96.4 77.8
Februari 92.2 88.2 96.8 78.8
Maret 85.4 97.7 96.6 80.7
April 87.7 93.1 96.4 78.9
Mei 88.3 94.4 97.1 81.1
Juni 85.4 96.1 97.4 80.1
Juli
88.
9
86.0
96.8 74.1
Agustus 93.4 90.3 97..1 82.0
September 93.1 88.1 96.7 79.4
Oktober 93.2 86.1 96.8 77.7
Nopember 91.8 86.8 97.0 77.4
Desember 92.0 89.0 97.1 79.6
Total 89.6 91.0 96.9 79.0
Penyebab Overall Equipment
Effectiveness (OEE) rendah berasal dari nilai
Availability Rate yang rendah dibanding
dengan variable lain (Performance Rate dan
Quality Rate), yang berarti bahwa masih
banyaknya kejadian mesin berhenti tidak
terencana karena terjadi kerusakan mesin
secara tiba-tiba saat mesin beroperasi.
Analyzeadalah tahapuntuk melakukan
analisa terjadinya Overall Equipment
Effectiveness (OEE) yang masih diangka
79.07%, dengan menggunakan analisa
perhitungan Six Big Losses,Hasil analisa Six
Big Losses dari 6 kategori yang paling
dominan dari diagram pareto pada mesin
Press periode tahun 2014 adalah
Breakdown Losses.
Analisa terhadap faktor-faktor yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap
rendahnya produkstivitas mesin Press
dilakukan dengan menggunakan analisa Fish
Bond.
Pres
s
Sorti
r
Glazi
ng
Drye
r
Kiln
Mnt 48, 9,2 6,3 807 475
% 74% 88% 98% 99% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
20,000
40,000
60,000
menit
Data Downtime tahun 2014
6. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
6
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Six Big Losses
Total
Losses
time,mnt
%
%
Akumulasi
Break down 45,446 46.3 46.37
Setupa 22,635 23.1 69.47
Minor stoppage 14,884 15.1 84.65
Speed Losses 11,859 12.1 96.75
Quality Defect s 3,183 3.25 100.00
Yield Losses 0 0.00 100.00
Total 98,007 100 100
Gambar 8. Pareto Downtime 2014
Dari pengamatan dilapangan terdapat
beberapa faktor yang
mempengaruhibreakdown tinggi adalah :
1. Faktor Manusia (Man)
- Kurangnya kontrol operator terhadap mesin
yang sedang beroperasi sehingga ketika ada
gejala abnormal tidak diketahui sejak awal.
- Kurangnya pelatihan mengenai teknik
perawatan dan perbaikan mesin ringan untuk
operator yang dapat meningkatkan ketrampilan
- Kurangnya pelatihan teknisi maintenance
dalam melakukan perbaikan maupun
penggantian.
- Belum berjalannya kegiatan Autonomous
Maintenance secara konsisten
2. Faktor Mesin (Machine)
- Kondisi mesin yang sudah lama digunakan dan
telah mengalami rekondisi
- Komponen spare part yang sulit dicari karena
jenis spare part yang spesifik
- Managemen spare part yang kurang baik
sehingga untuk melakukan kontrol stok dan
balance sering mengalami kendala karena data
yang tidak up to date.
- Jenis mesin yang mempunyai tipe spesifik
3. Faktor Metode (Method)
- Tidak adanya Standart Operating Procedur
(SOP) yang dipergunakan sehingga teknisi
maintenance mengalami kesulitan ketika
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
perawatan dan perbaikan.
- Metode pengoperasian mesin yang tidak sesuai
Standart Operating Procedur (SOP)
4. Faktor Material (Material)
- Kondisi mesin sudah mengalami rekondisi
sehingga mengakibatkan tidak standartnya
peralatan yang ada.
5. Faktor Lingkungan (Environment)
- Lingkungan kerja yang kurang nyaman karena
lingkungan yang panas, suara bising yang
Break
down
Speed
Losses
Minor
Stop
Qualit
y
Defect
Setup
Losses
Yielsd
Losses
Losses time,mnt 45,446 22,635 14,884 11,859 3,183 0
% Akumulasi 46.37% 69.47% 84.65% 96.75% 100.00% 100.00%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
menit
Six Big Losses, tahun 2014
Tabel 2. Data Six Big Losses
7. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
7
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
- dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
terhadap pekerja yang melakukan aktivitas,
sehingga mengakibatkan human error.
- Lingkungan kerja yang kurang bersih.
- Tidak berjalannya kegiatan 5S
Pada fase Improvemerupakan langkah
tindak lanjut dari fase Analyzes. Tindakan
pemecahan masalah yang dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas mesin press
melalui 8 pillar Total Productive
Maintenancewalaupun dalam pengamatan
dilapangan masih banyak yang harus dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas
mengeliminasi breakdown losses adalah :
1. Melakukan kegiatan 5S
Dalam 5S lebih ditingkatkan pada kondisi
kebersihan mesin press dan sekitarnya, karena
debu atau kotoran yang terdapat disekitar
mesin tersebut dapat menghambat pergerakan
mesin saat beroperasi. 5S merupakan
implementasi manajerial perawatan terhadap
stasiun kerja yang bersifat menyeluruh dan
sistemik.
Gambar 9. Aktivitas5R
2. Autonomous Maintenance
Autonomous Maintenance dilakukan oleh
operator produksi untuk memelihara mesin
press dan peralatan yang mereka gunakan
sehari-hari dengan tidak tergantung mutlak
pada teknisi maintenance dan bertujuan agar
operator produksi dapat melakukan perawatan
mesin secara mandiri. Salah satu aktivitas
Autonomous Maintenance adalah melakukan
Tagging pada mesin press yang bermasalah
Gambar 10. Operator melakukan Autonomous
Maintrenance
Gambar 11. Aktivitas tagging
3.Kaizen (Continus Improvement)
Kaizen adalah sebuah sistem perbaikan
terus menerus (Continous Improvement)pada
kualitas, teknologi, proses, budaya perusahaan,
produktifitas, keamanan, dan kepemimpinan.
Contoh aktivitas Kaizen seperti terlihat pada
gambar 12., yaitu menggabungkan 2 conveyor
menjadi 1 conveyor yang dilakukan di area
Supply Massa
8. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
8
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Gambar 12.Continous Improvement
4.Plan Maintenance
Plan Maintenance bertujuan untuk
mengontrol setiap komponen mesin press agar
terhindar dari kerusakan yang lebih parah.
Kegiatan perawatan akan berjalan optimal jika
perusahaan memiliki perencanaan perawatan,
yaitu dengan perencanaan perawatan rutin dan
periodic. Perencanaan perawatan tersebut
harus berdasarkan penilaian yang akurat dari
kondisi peralatan dengan pertimbangan
prioritas dan ketersediaan sumber daya pada
saat dibutuhkan.
5.Quality Management
Pada pilar quality management yang
dilakukan adalah dengan mengontrol proses
pengepresan untuk mencapai zero defect.
Untuk mencapai zero defect diharapkan adanya
evaluasi proses control, seperti terlihat pada
gambar 13.
Gambar 13. Quality Management
6.Training / Pelatihan
Training bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan karyawan. Dalam training
terdapat dua komponen yaitu:
a. Soft skill training, Soft skil meliputi
bagaimana cara bekerja secara tim dan cara
komunikasi.
b. Technical skill meliputi kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan
menguasai peralatan atau mesin.
7. Office Management
OfficeManagement adalah bagaimana
membuat aktivitas kantor yang efisien dan
menghilangkan kerugian yang mungkin terjadi.
Office Management harus dimulai setelah
melaksanakan enam pillar terdahulu dari TPM.
Gambar 14. Training TPM
16
16.3
16.6
16.9
17.2
17.5
17.8
18.1
18.4
18.7
19
19.3
012345678910111213141516171819202122232425262728293031
%
Tanggal
KEBASAHAN AFTER CUTTING
BEFORE
AFTER
9. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
9
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
8.Safety ,Health and Environment
Safety, Health & Environment (SHE):
adalah aktifitas untuk menciptakan area kerja
yang aman dan sehat, sehingga kemungkinan
terjadi kecelakaan sangat kecil. Safety, Health
and Environment (SHE) merupakan pilar yang
utama, karena merupakan tujuan akhir dari
semua proses, dimana keselamatan dan
kesehatan kerja bagi pekerja dapat terjaga
dengan baik. Kegiatan SHE di unit
Pembentukan seperti terlihat pada gambar 15.
Gambar 15. Safety Improvement
9.Early Management
Early Management bertujuan untuk
meningkatkan ketersediaan alat dengan
mengurangi tools resetting time (waktu
pengaturan ulang alat-alat) untuk mengurangi
biaya pemeliharaan peralatan dan
memperpanjang usia pakai peralatan
Fase Control dilakukan apabila
implementasi sudah dilakukan dan hasilnya
sudah terlihat perbaikan. Pada tahapan ini,
analisa juga diterapkan pada data dan proses
untuk mengetahui perbandingan antara proses
lama dan proses yang sudah mengalami
perbaikan yang selanjutnya dilakukan
standarisasi.
Berikut data hasil pengukuran
OverallEquipment Effectiveness(OEE) selama
bulan Mei, Juni, Juli 2015 di unit Mesin Press
setelah dilakukan aktiivitas 8 Pillar TPM
seperti lerlihat pada tabel 5.
Tabel 3. Data Overall Equipment
Effectiveness (OEE) mesin press 2015
Bulan %OEE
Mei 91.08%
Juni 93.05%
Juli 96.14%
Rata-rata 81.48%
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengolahan data dapat
disimpulkan bahwa :
1. Downtime paling tinggi di PT.KKM tahun 2014
adalah pada Unit Pembentukan terutama pada
mesin Press.
2.Nilai Overall Equipment Efectivennes (OEE)
rata rata pada mesin Press pada tahun 2014
adalah 79.07 % .
3. Rendahnya nilai OEE dipengaruhi oleh
tingginya breakdown loss yang ada pada
proses pmbentukan.
4. Aktivitas TPM di PT.KKM sudah berjalan tapi
masih bersifat parsial sehingga Program Total
Productive Maintenance secara menyeluruh
dengan menerapkan 8 pillar TPM secara
bertahap perlu segera diterapkan agar
produktivitas mesin dapat ditingkatkan,
sehingga program peningkatan produktivitas
mesin di perusahaan ini dapat berjalan sesuai
rencana,
5. NIlai OEE setelah di fokuskan pada kegiatan
TPM pada mesin press menunjukan nilai 81.48
% selama bulan Mei, Juni, Juli tahun 2015.
BEFORE
AFTER
10. SeminarNasionalSainsdanTeknologi2015
FakultasTeknikUniversitasMuhammadiyah Jakarta,17 November 2015
10
TI-001
ISSN:2407–1846
e-ISSN : 2460–8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
DAFTAR PUSTAKA :
Gasper V, 2000, Manajemen Productivitas
Total, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama
Glueck and Jauch,1989, Business Policy and
Strategic Management. New York, (Mcgraw
Hill Series in Management.
Herjanto A, 2007, Produktivitas dan
Profitabilitas, Jakarta, Penerbit Cakrawala.
Mintzberg, Henry, Bruce Ahlstrand, dan
Joseph Lampel. 1998. Strategy Safari: A Gided
Tour TrhoughThe Wilds of Strategic
Management. New York: The Free Press.
Nakajima, 1988, Introduction to TPM: Total
Productive Maintenance (Preventative
Maintenance Series) ,Japan, Productivity
Press.
Porter, Michael (1990). Competitive Strategy.
Harvard Business School Press.
Pande, P. S. (2002). The Six Sigma Way.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta, Andy Offset
Thomas, A., Barton, R., & Byard, P.
(2008). Developing a Six Sigma
Maintenance Model. Journal of Quality in
Maintenance Engineering, 14(3), 262-271
Tague, Nancy R. (2004). "Seven Basic
Quality Tools". The Quality Toolbox.
Milwaukee, Wisconsin: American Society for
Quality. p. 15. Retrieved 2010-02-05.
.Wakjira, W., & Ajit Pal Singh, M. (2012).
Total Productive Maintenance: A case
study in Manufacturing Industry. Global
Journal of researches in engineering,12(1-
G),25-31.