1. MODEL POLA KEMITRAAN USAHA
PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI KABUPATEN MALANG
Ringkasan
Oleh :
Sinollah
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Malang melalui studi kasus pada peternak
plasma di PT. Nusantara Unggas Jaya (NUJ). Peternak yang dijadikan responden berlokasi di
Kecamatan Wajak, Turen, Dampit, Gondanglegi dan Tajinan tanggal 10 September sampai 10
Desember 2000.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan oleh PT.
NUJ, mengetahi tingkat pendapatan peternak plasma dan tingkat efesiensi usaha untuk
mengetahi tingkat produksi pada saat biaya produksi minimum.
Populasi sasaran dari penelitian adalah peternak plasma dari PT. NUJ. Pengambilan
sampel dilaksanakan berstrata berdasarkan skala usaha dan jumlah sampel pada tiap skala
usaha ditentukan secara sengaja. Jumlah sampel diambil sebanyak 30 responden dari 183
peternak. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey. Data dibedakan menjadi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari PT. NUJ dan peternak plasma melalui
wawancara dengan bantuan daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari Biro Pusat
Statistik Kabupaten Malang dan Dinas Peternakan Kabupaten Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pola kemitraan di PT. NUJ
merupakan pola kemitraan plasma inti. PT. NUJ berperan sebagai inti yang bertanggung jawab
dalam pemasokan sarana produksi berupa pakan, doc dan obat-obatan serta bimbingan teknis
da pemasaran. Peternakan rakyat berperan sebagai plasma yang bertanggung jawab dalam
proses produksi. Pendapatan peternak per seribu ekor pemeliharaan dan per kologram hasil
panen sebesar 388027,65 rupiah dan 429,60 rupiah.
PENDAHULUAN dalam pola kemitraan usaha plasma-inti.
Bentuk kerjasama tersebut semakin
1.1. Latar Belakang tumbuh subur di Indonesia termasuk di
Pembangunan pertanian termasuk Jawa Timur sampai terjadi krisis moneter
di dalamnya subsektor peternakan pada pertengahan tahun 1997.
memegang peranan penting dalam Krisis moneter tersebut telah
pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mengakibatkan hancurnya subsektor
meningkatkan kesejahteraan dan peternakan termasuk komoditi
mengurangi angka kemiskinan. Dewasa ini perunggasan terutama peternak mandiri.
sebagian besar usaha peternakan di Kondisi tersebut disebabkan naiknya harga
Indonesia merupakan peternakan kecil atau pakan dan turunnya daya beli masyarakat
peternakan rakyat dan hanya sebagian terhadap produk perunggasan. Biaya pakan
kecil saja yang merupakan perusahaan yang merupakan biaya produksi terbesar
peternakan besar. Perusahaan tersebut meningkat 200-300 persen dan daya beli
memiliki posisi yang lebih menguntungkan masyarakat turun mencapai 50 persen.
dibandingkan peternakan kecil karena Kondisi tersebut menyebabkan
adanya beberapa faktor pendukung seperti banyaknya mantan peternak mandiri yang
pemilikan modal yang kuat dan jaringan beralih menjadi peternak plasma dan
pemasaran yang luas. perusahaan inti melalui suatu mekanisme
Faktor-faktor regulasi dan kerjasama pola kemitraan, sehingga
situasional mendorong tumbuhnya kerja mampu bertahan pada saat terjadinya krisis
sama antara para peternak dengan moneter.
pengusaha yang antara lain diwujudkan
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 13
2. Pemerintah dalam hal ini Direktorat peternak plasma dan PT. Nusantara
Jenderal Peternakan berupaya melakukan Unggas Jaya.
rehabilitasi perunggasan nasional dan 2. Sampai seberapa besar tingkat
dampak krisis moneter dan krisis ekonomi pendapatan usaha peternakan ayam
melalui crash program perunggasan. Crash pedaging pola kemitraan yang
program tersebut merupakan bantuan
diperoleh peternak
modal kerja bagi peternak plasma melalui
pola kemitraan dalam suatu siklus tertutup
dengan fasilitas kredit dan Bank Indonesia 1.3. Tujuan Penetitian
yang dilaksanakan oleh Bank-bank
pelaksana yang ditetapkan oleh Bank Tujuan penelitian adalah dalam
Indonesia. rangka menjawab pertanyaan yang menjadi
Tujuan crash program adalah permasalahan di atas, yaitu: -
merehabihtasi perunggasan ayam ras agar 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pola
produksi dan usaha ayam ras meningkat kemitraan usaha peternakan ayam
menuju keadaan normal sebelum masa pedaging yang dilaksanakan PT.
krisis. Sasaran crash program adalah Nusantara Unggas Jaya di Kabupaten
pendapatan peternak yang layak, Malang.
penyerapan tenaga kerja, kesempatan 2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan
berusaha dan harga produk yang semakin peternak usaha peternakan ayam
terjangkau oleh daya beli konsumen. pedaging pola di PT. Nusantara
Peternak yang menjadi sasaran Unggas Jaya.
crash program adalah pcternak yang
menjalin kerjasama kemitraan usaha
dengan perusahaan besar. Secara
konseptual kerjasama kemitraan usaha METODE PENELITIAN
plasma-inti pada dasarnya harus
mempertemukan kepentingan peternak 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
plasma dengan perusahaan inti.
Mekanisme kerjasama yang terbentuk Penelitian dilaksanakan selama
dengan sendirinya harus dapat mewadahi satu bulan yaitu mulai tanggal 10
kepentingan masing-masing dan September sampai 10 Desember 2000.
dipengaruhi oleh kekuatan tawar-menawar Penelitian dilaksanakan di Kabupaten
masing-masing pihak. Malang dengan peternak yang terdapat di
Pelaksanaan pola kemitraan usaha PT. Nusantara Unggas Jaya (NUJ). PT.
peternakan ayam pedaging di Jawa Timur NUJ dipilih karena memiliki jumlah peternak
melibatkan beberapa perusahaan besar plasma yang banyak dengan variasi skala
sebagai inti dan khusus di Kabupaten usaha yang tinggi. Berdasarkan
Malang perusahaan yang terlibat adalah pertimbangan waktu, tenaga dan biaya,
PT. Nusantara Unggas Jaya, PT. Java lokasi penelitian dilaksanakan di lima
Comfeed Indonesia dan PT. Wonokoyo. kecamatan yaitu Keca atau Dampit, Turen,
Gondanglegi, Wajak dan Tajinan.
1.2. Permasalahan
2.2. Pengambilan Sampel
Mengingat peran besar pola
Populasi sasaran dalam penelitian
kemitraan dalam merehabilitasi
adalah peternak plasma dari PT. Nusantara
perunggasan khusunya ayam pedaging dan
Unggas Jaya sebanyak 183 peternak.
dampak krisis ekonomi dan moneter maka Berdasarkan pertimbangan biaya, waktu
menarik untuk mengkaji pola kemitraan dan tenaga, maka dan populasi diambil
usaha ayam pedaging dengan ruang sampel sebanyak 30 responden yang
lingkup permasalahan meliputi: terdapat di lokasi penèlitian. Penarikan
1. Sampai sejauh mana pelaksanaan sampel dilakukan secara berstrata
pola kemitraan usaha peternakan berdasarkan skala usaha dan jumlah
ayam pedaging dengan studi kasus sampcl diambil secara sengaja dan masing-
peternakan rakyat di Kabupaten masing skala usaha dengan pertimbangan
representasi skala usaha yang ada di PT.
Malang yang tergabung sebagai
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 14
3. NUJ. Skala usaha terkecil di lokasi 15.000 ekor. Jumlah sampel dari tiap skala
penelitian adalah 3.000 ekor dan terbesar usaha sajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah sampel penelitian pada tiap skala usaha
No. Skala Usaha (ekor) Jumlah sampel (responden)
1 3000 6
2 4000 4
3 5000 6
4 6000 1
5 7000 1
6 8000 5
7 9000 -
8 10.000 4
9 11.000 -
10 12.000 2
11 13.000 -
12 14.000 -
13 15.000 1
14 Jumlah 30
2.4. Analisis Data
2.3. Pengumpulan Data
Data yang telah dikumpulkan
Pengumpulan data dilakukan disederhanakan dalam bentuk tabel untuk
dengan metode survey. Data yang memudahkan dalam analisis. Selanjutnya
dikumpulkan terdiri atas data primer dan data tersebut dianalisis untuk:
data skunder. Data primer diperoleh dari 1. Mempelajari kegiatan.-kegiatan dan
peternak plasma dan perusahaan inti hubungan yang terjadi antara
dengan menggunakan daftar pertanyaan perusahaan dan para peternak dalam
serta observasi lapang. Data yang diambil fungsinya sebagai inti dan plasma.
dari peternak meliputi deskripsi peternak Analisis dilakukan secara deskniptif
plasma, biaya produksi, penerimaan yang meliputi : (a) persyaratan
peternak, skala usaha, teknis produksi dan keikutsertaan menjadi peternak plasma
preferensi peternak plasma terhadap , (b ) sistem penetapan harga sarana
pelayanan dari perusahaaan inti; produksi peternakan dan harga hasil
sedangkan data yang diambil dari panen, (c) hak dan kewajiban peternak,
perusahaan inti meliputi keadaan umum (d) hak dan kewajiban perusahaan, (e)
perusahaan inti, persyaratan menjadi pola pengaturaan produksi, (f) pola
peternak plasma, sistem penetapan harga pengawasan yang laksanakan
sarana produksi peternakan dan harga perusahaan, (g) bonus dan sanksi bagi
hasil panen, hak dan kewajiban peternak, peternak, (h) prefernsi peternak plasma
hak dan kewajiban perusahaan, pola terhadap pelayanan dan perusahaan
pengaturan produksi, bonus dan sanksi, inti.
pemasaran, dan pola pengawasan yang 2. Mengetahui jenis, komposisi serta
dilakukan perusahaan. besarnya biaya total (TC) yang
Data skunder merupakan data dikeluarkan oleh peternak untuk tiap
penunjang yang digunakan untuk skala usaha yang diteliti. Biaya
kelengkapan analisis yang dilakukan. Data produksi yang diamati meliputi biaya
tersebut meliputi keadaan umum lokasi tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
penelitian yang diperoleh dan Biro Pusat meliputi biaya penyusutan kandang dan
Statistik Kabupaten Malang dan peralatan serta biaya pajak bumi dan
perkembangan peternakan ayam pedaging bangunan, sedangkan biaya variabel
di Kabupaten Malang yang diperoleh dan meliputi biaya pakan, DOC, tenaga
Dinas Peternakan Kabupaten Malang. kerja, obat-obatan, transportasi dan
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 15
4. biaya lain-lain yang diperlukan dalam kejasama yang akan dilakukan antara
proses produksi. perusahaan inti dengan peternak plasma.
3. Mengetahui besarnya penerimaan total Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
(TR) yang diperoleh peternak. peternak untuk dapat mengikuti pola
4. Mengetahui besarnya pendapatan yang kemitraan dengan PT. NUJ adalah: (1)
diperoleh peternak dengan analisa memiliki kandang yang membujur Timur-
finansial menggunakan rumus. Barat. (2) memiliki peralatan kandang yang
memadai. (3) memiliki prasarana jalan.
π = TC - TR listrik dan air yang memadai. (4)
π= Pendapatan peternak memberikan agunan sebagai jaminan dan
TC = Biaya total (5) disetujui oleh tetangga sekitar yang
TR = Penerimaan total diketahui oleh Lurah dan Camat setempat.
Persyaratan berkaitan dengan
kandang dan sarana prasarananya
HASIL DAN PEMBAHASAN dibuktikan dengan survey ke lokasi
peternakan. Agunan yang diberikan berupa
3.1. Model Kemitraan Usaha sertifikat tanah/bangunan. Petak D atau
akta jual beli. Agunan ini digunakan
Model kemitraan usaha yang sebagai jaminan dan peternak atas sarana
dikembangkan PT. Nusantara Unggas Jaya produksi yang diberikan dan dikembalikan
meliputi tiga. aktivitas pokok yaitu: (1) jika peternak sudah tidak lagi menjadi
pemasokan sarana produksi berupa DOC. peternak plasma. Adanya persetujuan dan
pakan dan obat-obatan; (2) pemeliharaan tetangga sekitar dibuktikan dengan surat
ayam pedaging dan (3) pemasaran. pernyataan dan warga sekitar yang
Perusahaan inti bertanggung jawab dalam diketahui oleh Lurah dan Camat di daerah
pemasokan sarana porduksi dan yang bersangkutan.
pemasaran hasil produksi berupa ayam
hidup sedangkan peternak plasma
bertanggung jawab dalam proses produksi 3.3. Penetapan Harga Sarana Produksi
untuk menghasilkan ayam pedaging dan Hasil Produksi
dengan kualitas baik.
Model kemitraan yang diamati Harga sarana produksi DOC.
dalam penelitian ini meliputi persyaratan pakan dan hasil produksi berupa ayam
peternak plasma, penetapan harga sarana hidup ditetapkan perusahaan inti melalui
produksi dan hasil produksi, hak dan harga garansilkontrak yang disetuju
kewajiban perusahaan inti, hak dan peternak sebelum proses produksi dimulai.
kewajiban peternak plasma, pola Penetapan harga kontrak/garansi
pengaturan produksi serta bonus dan merupakan wewenang perusahaan inti
sanksi. secara mutlak yang dapat berubah pada
setiap periode produksi. Harga obat-obatan
ditentukan oleh perusahaan inti
berdasarkan harga pasar setempat. Harga
3.2. Persyaratan Peternak Plasma garansi sarana produksi dan hasil produksi
Persyaratan untuk mengikuti pola pada saat penelitian dilaksanakan disajikan
kemitraan usaha merupakan dasar dan pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga garansi sarana produksi dan hasil prpduksi di PT. NUJ.
Sarana produksi dan hasil produksi Harga
Sarana produksi:
1. DOC Rp. 16000 per ekor
2. Pakan starter Rp. 2100 per kilogram
3. Pakan finisher Rp. 2060 per kilogram
4. Obat-obatan Harga pasar Malang + PPN 10%
Hasil Produksi:
Berat badan (kg/ekor)
1. < 1.29 Rp. 5450 per kilogram
2. 1.30 – 1.49 Rp. 5370 per kilogram
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 16
5. 3. 1.50 – 1.69 Rp. 5370 per kilogram
4. 1.70 – 1.89 Rp. 5380 per kilogram
5. 1.90 Rp. 5430 per kilogram
Sistem penetapan harga sarana
produksi dan hasil produksi dengan harga 3.5. Hak dan Kewajiban Peternak Plasma
garansi tersebut akan menjamin kepastian
harga sarana produksi dan harga hasil Kewajiban peternak plasma kepada
produksi bagi peternak tanpa ada pengaruh perusahaan inti adalah: (1) peternak harus
fluktuasi harga terutama naiknya harga mengikuti segala peraturan dari
pakan dan DOC dan anjloknya harga ayam perusahaan inti, (2) menyepakati harga
hidup yang sering merugikan peternak. garansi yang berlaku, (3) memberikan
Sistem ini juga relatif lebih menjamin agunan berupa sertifikat, petak D atau akta
keuntungan bagi peternak. Namun jika jual beli, (4) melakukan pemeliharaan ayam
harga sarana produksi lebih rendah dan dengan baik dan (5) menyerabkan hasil
harga hasil produksi lebih tinggi dan harga produksi untuk dipasarkan.
pasar peternak tidak akan memperoleh Peternak berkewajiban mengikuti
keuntungan yang lebih besar. seluruh peraturan yang dikeluarkan
Variasi harga hasil panen paling perusahaan baik bimbingan teknis maupun
mahal ditunjukkan oleh berat badan yang pengelolaan sarana produksi dan hasil
paling rendah kemudian turun dengan panen seperti larangan menjual pakan dan
meningkatnya berat badan kemudian naik ayam hidup.
kembali setelah berat badan lebih dari 1,70 Peternak memiliki hak dan
kilogram. Harga hasil panen paling mahal perusahaan berupa: (1) adanya jaminan
dikenakan pada ternak dengan berat badan kepastian pemasokan sarana produksi, (2)
kurang dari 1,29 kilogram dengan kepastian pemasaran hasil produksi, (3)
pertimbangan kontinuitas usaha, yaitu agar jaminan pemasokan sarana produksi yang
peternak yang performan produksinya berkualitas baik dan (4) adanya jaminan
rendah masih bisa melanjutkan usaha keuntungan.
dengan bertambahnya penerimaan usaha Hak peternak berupa adanya
akibat dari meningkatnya harga hasil jaminan keuntungan adalah bahwa
panen. Berat badan lebih dan 1,90 kilogram sekalipun hasil perhitungan akhir peternak
memperoleh harga hasil panen kedua mengalami kerugian, namun hal ini tidak
terbesar yang dimaksudkan sebagai berarti peternak memiliki hutang sarana
peransang bagi peternak untuk produksi kepada perusahaan inti tetapi
meningkatkan performan produksinya. saldo usahanya menjadi nd. Jika terjadi
kasus tersebut perusahaan inti tetap
memberikan konpensasi kerugian yang
3.4. Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti besarnya berbeda-beda tergantung
besarnya kerugian dan perhitungan lain
Perusahaan inti mempunyai yang hanya diketahui perusahaan. Maksud
kewajiban kepada peternak dalam pemberian konpensasi adalah agar
pelaksanaan model kemitraan yang peternak dapat melanjutkan kembali
dilaksanakan, yaitu: (1) menjamin kepastian kegiatan produksi pada periode berikutnya.
pemasokan sarana produksi, (2) menjamin
pemasaran hasil produksi, (3) memberikan
bimbingan teknis dan (4) membayar 3.6. Pola Pengaturan Produksi
keuntungan usaha kepada peternak.
Hak perusahaan yang diperoleh Pola pengaturan produksi
dan peternak adalah (1) meminta komitmen merupakan pola yang diterapkan
terhadap perjanjian yang telah disepakati, perusahaan inti untuk memperoleh jumlah
(2) meminta agunan dan peternak. (3) produksi yang dikehendaki sesuai dengan
menyepakati harga garansi dan (4) kemampuan produksi yang ada terutama
meminta peternak untuk bertindak jujur. dengan petimbangan pemasaran; Prinsip
pengaturan produksi terletak pada pola
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 17
6. penempatan DOC dan pola pemanenan ayam dan pemakaian pakan bertujuan
hasil produksi. untuk mengetahui persediaan pakan yang
Penempatan DOC dilaksanakan berguna dalam pengaturan pengiriman
dengan mempertimbangkan lokasi pakan dan sebagai data untuk perhitungan
peternakan, skala pemeliharaan dan akhir. Laporan akhir setelah panen berisi
performan produksi. Pemanenen hasil data pemakaian sarana produksi dan hasil
produksi dilaksanakan dengan panen yang diperoleh digunakan sebagai
mempertimbangkan lokasi peternakan, dasar dalam perhitungan keuntungan atau
umur ayam, harga jual, skala pemeliharaan, kerugian peternak.
performan produksi dan permintaan pasar. Frekuensi kunjungan rutin TS ke
Performan produksi ditunjukkan peternak dilakukan sebanyak 1-2 kali dalam
dengan angka konversi pakan (FCR) dan dua minggu tergantung performan produksi
tingkat kematian (mortalitas). Jika angka dan lokasi peternak. Tiap petugas TS
FCR dan mortalitas tinggi menunjukkan memiliki wilayah kerja masing-masing
performan produksi yang rendah. Hasil berdasarkan kedekatan geografis dan
penilaian perfoman produksi berguna untuk teknis produksi seperti wilayah-wilayah
evalusi pada akhir periode dan hasil yang berdekatan diawasi oleh satu orang
evaluasi ini berguna untuk membuat TS.
keputusan pengisian kembali atau
pengosongan kandang.
Pengaturan produksi berdasarkan 3.8. Bonus dan Sanksi
lokasi peternakan. umur ayam dan skala
produksi berguna untuk mendapatkan PT. Nusantara Unggas Jaya
kemudahan dalam trasportasi, pengawasan menerapkan sistem bonus dan sanksi
dan pertimbangan teknis produksi seperti kepada peternak plasma dalam
pengendalian penyakit. Pemanenen hasil pelaksanaan pola kemitraannya. Bonus dan
produksi berdasarkan harga jual, sanksi diberikan kepada peternak yang
performans produksi dan permintaan pasar mememenuhi kriteria prestasi dan
berguna untuk meningkatkan keutungan pelanggaran yang ditetapkan perusahaan.
atau menghindan kerugian yang lebih Bentuk bonus yang diberikan
besar. berupa tambahan penerimaan peternak
yang diperoleh dari pencapaian rasio
konversi pakan (FCR) dan tabungan.
3.7. Pengawasan Peternak Bonus berdasarkan FCR diberikan bila
FCR yang dicapai berada dalam kisaran
Hal penting yang harus standar bonus FCR yang ditetapkan
diperhatikan dalam pengelolaan kemitraan perusahaan yang besarnya dibagi menjadi
adalah adanya pengawasan perusahaan tiga level Besarnya bonus FCR ditetapkan
inti terhadap peternak plasma untuk perusahaan inti satu paket dengan harga
menjamin kelancaran kerjasama yang garansi sarana produksi dan harga hasil
dilaksanakan. Pengawasan perusahaan inti panen. Saat penelitian dilaksanakan
terhadap peternak plasma di PT. Nusantara besarnya bonus FCR dapat dilihat pada
Unggas Jaya dilakukan oleh tenaga tenaga label 4.
profesional yang disebut Technical Service Semakin rendah FCR yang
(TS). TS juga berperan sebagai diperoleh maka semakin besar bonus yang
penghubung antara perusahaan dengan diberikan perusahaan. Angka standar baku
peternak. FCR tidak bisa diketahui dalam penelitian
Bentuk pengawasan yang ini karena merupakan rahasia perusahaan
dilaksanakan terdiri dan: (1) kunjungan rutin dalam strategi bisnisnya. Bonus tersebut
kepada peternak, (2) pencatatan kematian dapat menjadi sumber motivasi peternak
ayam dan pemakaian pakan dan (3) untuk mengingkatkan performans produksi
laporan akhir setelah panen. Tujuan terutama dalam efesiensi penggunaan
kunjungan rutin adalah untuk melihat pakan yang merupakan komponen biaya
kesehatan ternak dan melakukan produksi terbesar.
bimbingan teknis. Pencatatan kematian
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 18
7. Tabel 3. Standar kriteria dan besarnya bonus berdasarkan FCR.
Kriteria FCR Besar bonus
Lebih baik/sama dengan standar Rp. 160 per ekor panen
Lebih dari 0.001-0.050 dari standar Rp. 120 per ekor panen
Lebih dari 0.050-0.100 dari standar Rp. 100 per ekor panen
Insentif tabungan diberikan apabila diletakkan pada kardus bekas DOC dan
keuntungan peternak cukup besar maka tempat pakan. Pemanas diberikan selama
perusahaan akan menyimpan sebagian 7-14 hari tergantung habisnya bahan bakar.
keuntungan tersebut sebesar Rp 15 per Pemanas yang digunakan adalah gasolec
kilogram dan dikembalikan setelah 5 yang menggunakan bahan bakar gas dan
periode produksi sebesar Rp 25 per ada juga peternak yang menggunakan
kilogram. kompor minyak tanah.
Peternak yang melanggar Pemberian pakan ditambah secara
peraturan dan penisahaan dikenakan bertahap sesuai dengan pertumbuhan
sanksi berupa: (1) pengurangan populasi, ayam. Pakan starter diberikan sampai umur
(2) pengosongan kandang selama satu 19-21 hari dan setelah itu diberikan pakan
periode dan (3) pengeluaran peternak dan finisher sampai dipanen. Pemberian pakan
keanggotaan peternak plasma. starter dan finisher dilakukan secara tidak
Pengurangan populasi dilakukan terhadap terbatas (ad libitum )
peternak yang memelihara ayam melebihi Air minum juga diberikan secara ad
kapasitas kandang yang tersedia. Hal ini libitum dengan menggunakan tempat air
dilakukan untuk menjaga agar performan minum otomatis. Sebagian besar peternak
produksi tetap baik. Pengosongan produksi menggunakan air sumur sebagai sumber
selama satu periode pemeliharaan air minum dan sebagian kecil
diberikan kepada peternak yang menggunakan air ledeng.
menunjukkan performan produksi buruk Pengendalian kesehahatan ayam
selama tiga periode berturut-turut atau dilakukan dengan melaksanakan sanitasi,
terkena penyakit yang menuntut vaksinasi dan pengobatan. Sanitasi
pengistirahatan kandang agar performan dilakukan dengan pembersihan kandang
produksi normal kembali. Pengeluaran dan peralatan kandang serta menjaga agar
peternak dan keanggotaan peternak lantai kandang tetap kering. Vaksinasi
plasma dilakukan jika peternak terbukti dilakukan untuk mencegah timbulnya
melanggar perjanjian yang sudah penyakit yang mematikan seperti Newcatle
disepakati dan bertindak tidak jujur seperti Deseases (ND) dan Infectious Bursal
menjual pakan dan ayam. Deseases (IBD). Vaksinasi ND diberikan
tiga kali. Vaksinasi ND I diberikan pada
umum satu hari di hatchery dengan metode
3.9. Teknis Produksi spraying. Vaksinasi ND II diberikan pada
umur 19 hari melalui air minum dan’
Sebelum DOC datang terlebih Vaksinasi ND III diberikan pada umum 27
dahulu dilakukan persiapan kandang dan hari juga melalui air minum. Vaksinasi IBD
peralatan kandang yang meliputi dilakukan selama satu kali yaitu pada
pembersihan dan desinfeksi kandang, umum 13 hari melalui air minum.
penyiapan tempat pakan dan minum, Pengobatan dilakukan jika ternak terserang
penerangan, pemanas (brooder), alas penyakit. Selain itu juga ternak diberikan
kandang dan pemasangan tirai. Desinfeksi feed suplemen mineral dan vitamin.
kandang menggunakan desiñfektan Ukuran kemampuan peternak
formalin. dalam mengololan usahanya dapat dilihat
Bibit yang baru datang di kandang dari angka FCR dan mortalitas. Angka FCR
diberi minum larutan gula dan vitamin untuk dan mortalitas pada peternak yang diteliti
memulihkan kondisi ayam. Selanjutnya disajikan pada Tabel 4.
diberi pakan starter secara bertahap yang
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 19
8. Keterangan Angka Standar deviasi
FCR 1,830 0,172
Mortalisasi 6,530 5,330
Saat penelitan dilaksanakan ayam variabel terdiri dari biaya DOC, pakan,
dipanen pada umur 35 sampai 42 hari. obat-obatan, tenaga kerja dan biaya lain-
tetapi sebagian besar dipanen pada umur lain (biaya listrik. air tenaga kerja tambahan
36 hari dengan berat per ekor antara 1.6 dan bahan bakar).
sampai 1.7 kilogram. Pemanenan kadang Saat penelitian dilaksanakan rataan
dilakukan pada umur yang lebih muda bila jumlah pemilikan ternak sebanyak 6533
kondisi ayam sakit untuk menekan tingkat ekor tiap peternak. Rataan komponen biaya
kerugian dan kadang dipanen lebih tua bila produksi yang gunakan dalam produksi
kondisi pasar tidak menguntungkan. ayam ayam pedaging disajikan dalam
Panen dilaksanakan oleh pembeli Tabel 6. Prosentase terbesar biaya
dan peternak setelah ada perintah dari produksi adalah komponen biaya pakan
perusahaan inti melalui delivey order (DO). (72,66 %), kemudian biaya DOC (20,39 %),
Penimbangan ayam dilakukan oleh pihak biaya obat-obatan (2.35 %), biaya tetap
perusahaan dengan disaksikan bersama- (1.82 %), biaya lain-lain (1.53 %), dan biaya
sama antara peternak dengan pembeli. tenaga kerja (1.25 %).
Perusahaan inti menanggung 95,40
persen biaya produksi yaitu biaya pakan,
3.10. Komponen Biaya Produksi DOC, dan obat-obatan dan sisanya 4,60
persen yaitu biaya tenaga kerja, biaya lain-
Biaya produksi yang digunakan dalam lain dan biaya tetap ditanggung peternak
proses produksi usaha peternakan ayam plasma. Berdasarkan komposisi
pedaging yang diteliti dibedakan atas biaya tanggungan biaya produksi tersebut relatif
tetap dan biaya variabel. Komponen biaya memudahkan bagi peternak untuk
tetap terdiri dan biaya penyusutan kandang berusaha karena komponen biaya produksi
dan peralatan serta biaya pajak. Biaya terbesar ditanggung oleh perusahaan inti.
Tabel 5. Rataan komponen biaya produksi per seribu ekor pemeliharaan dan per kilogram berat
badan di PT. NUJ (Rupiah per periode)
Komponen biaya Per seribu ekor Per kilogram Prosentasi (5)
Biaya variabel
Pakan 5756622,86 3664,49 72,66
DOC 1600000,00 1028,56 20,39
Tenaga kerja 100284,92 63,30 1,25
Obat-obatan 187844,80 118,43 2,35
Lain-lain 126810,65 77,09 1,53
Sub jumlah 7771563,23 4951,87 98,18
Biaya tetap
Kandang 73228,67 41,86 0,83
Peralatan 76924,46 49,00 0,97
Pajak 1337,88 0,94 0,02
Sub jumlah 151491,01 91,80 1,82
Jumlah 7923054,24 5043,67 100.00
Peternak menaggung modal untuk mengembangkan usahanya. Bantuan kredit
investasi kandang dan peralatan pada awal kandang diharapkan dapat membantu
usaha. Hal ini merupakan kendala sebagian peternak dalam pengembangan usahanya.
besar peternak untuk memulai dan Perusahaan inti dalam hal ini juga
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 20
9. memberikan bantuan kredit tetapi tidak berdasarkan pada jumlah input produksi
memadai untuk melayani seluruh peternak. yang digunakan dan hasil produksi yang
Hanya peternak dengan performan diperoleh pada periode produksi yang
produksi sangat bagus yang mendapatkan bersangkutan.
kredit dengan tujuan untuk menghindari Komponen penerimaan peternak
resiko kredit macet disamping kemampuan berasal dari penjualan ayam hidup, kotoran
perusahaan yang terbatas. ayam, karung pakan dan insentif FCR.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Ayam hidup sébagai produk utama dalam
Peternakan diharapkan dapat membantu usaha peternakan ayam pedaging
peternak dalam mendapatkan kredit lunak memberikan kontribusi 98,23 persen
untuk mengembangan peternakan ayam terhadap total penerimaan. Insentif FCR,
pedaging terutama untuk investasi kotoran ayam dan karung pakan hanya
kandang. memberikan 1,23; 0.17 dan 0.35 persen
Biaya produksi total per seribu ekor terhadap total penerimaan. Kotoran dijual
pemeliharaan sebesar 7923054,24 rupiah peternak kepada pembeli secara borongan
dan biaya per kilogram bobot badan pada akhir panen dan karung pakan dijual
sebesar 5043,67 rupiah. Biaya pakan dengan harga 400-800 rupiah per buah.
merupakan komponen biaya produksi Hasil penjualan kotoran dan karung pakan
terbesar sehingga efesiensi dalam ini merupakan sumber pendapatan yang
penggunaan pakan akan akan memberikan tidak terpengaruh oleh hasil perbitungan
pengaruh nyata terhadap biaya produksi penggunaan sarana produksi dan hasil
total. panen dengan pihak perusahaan inti
sehingga sebagai hasil samping keduanya
dapat dijadikan sumber penerimaan bagi
3.11. Pendapatan Peternak peternak.
Rataan biaya, penerimaan dan
Tingkat pendapatan peternak pendapatan untuk setiap seribu ekor
merupakan ukuran sederhana untuk pemeliharaan dari tiap kilogram berat
mengetahui tingkat produktivitas usaha. badan disajikan dalam Tabel 8 Pendapatan
Pendapatan peternak diperoleh dan peternak untuk tiap seribu ekor
pengurangan penerimaan total oleh biaya pemeliharaan sebesar 3 88027,65 rupiah
total yang diperlukan dalam satu periode sedangkan untuk tiap kilogram berat badan
produksi. Perhitungan biaya produksi dan pada saat panen sebesar 429,60 rupiah.
penerimaan peternak dilakukan
Tabel 6. Rataan biaya. penerimaan dan pendapatan peternak per seribu ekor
dan per kilogram bobot badan. (Rupiah per periode)
Per kilogram bobot badan
Keterangan Per seribu ekor
Penerimaan total 8311081,89 5473,27
Biaya total 7923054,24 5043,67
Pendapatan total 3 88027,65 429,60
KESIMPULAN bertanggung jawab dalam pemasokan
sarana produksi berupa pakan, DOC
Berdasarkan hasil penelitian Kajian dan obat-ohatan serta bertanggung
Pola Kemitraan Usaha Petrnakan Ayam jawab dalam pemasaran hasil produksi
Pedaging di Kabupaten Malang dengan dan bimbingan teknis. Peternakan
studi kasus di PT. Nusantara Unggas Jaya rakyat berperan sebagai plasma yang
(NUJ) Malang dapat diambil beberapa bertanggung jawab dalam proses
kesirnpulan sebagai berikut: produksi untuk menghasilkan produk
1. Pelaksanaan pola kemitraan usaha ayam hidup sebaik-baiknya. Harga
ayam pedaging di PT. NUJ rnerupakan sarana produksi dan hasil panen
pola kejasama inti-plasma. PT. NUJ ditentukan perusahaan berdasarkan
berperan sebagai inti yang harga garansi sebelum proses
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 21
10. produksi dimulai kecuali obat-obatan Future Prices. A Prentice Hall
ditentukan berdasarkan harga pasar Company. Virginia.
lokal di Malang.
Shepherd, 0.5. and G.A. Futrell. 1982.
2. Pendapatan peternak per seribu ekor
Marketing Farm Product
skala usaha sebesar 3 88027,65
Economics Analysis. The Iowa
rupiah dan pendapatan per kilogram
Atate University Press. Iowa.
hasil panen sebesar 429,60 rupiah.
Siregar, A. P. M( 1982. Teknik Beternak
Ayam Ras di indonesia. Margie
Group. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Soekartawi. 1986. I/mu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan
Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.
Anonymous. 1989. Petunjuk Pelaksanaan
Crash Program Rehabilitasi Somasanti, D. B. 1994. Studi Kasus Pola
Kemitraan Usaha Plasma-Inti Ayam
PerunggasanA yarn Ras. Direktorat
Ras Pedaging di Kabupaten
Jenderal Peternakan. Jakarta
Sukabumi dan Bogor. Skripsi.
_________ 1991. Pokok-pokok Deregulasi Fakultas Peternakan. Institut
Bidang Peternakan. Direktorat Pertanian Bogor.
Jenderal Peternakan. Jakarta.
Sugama. 1990. A nalisis Tataniaga Ayam
Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Ras Pedaging Peternak Plasma Inti
Proyek-proyek Pertanaian. CV. Setiabudi. Sawangan di
Terjemah. Edisi 2. UI Press — KotifDepok dan DKJ Jakarta. Karya
John Hopkins. Jakarta. Ilmiah. Fakultas Peternakan IPB.
Bogor.
Hardjono, J. dan Maspiyati. 1990. Rural
Suhendar. E. 1997. Evaluasi Polá
Productivity and The Non-farm
Kemitraan Plasma Inti pada
Sector in West Java, Indonesia.
kelompok Peternak Ayam Ras
Working Paper. CRSP-BPT. Bogor.
Pedaging di Kabupaten Bogor dan
Purcell, W. D. 1985. Agricultural Marketing , Sukabumi: Studi Kasus di PT. Agro
System, Coordination, Cash and Utama. Skripsi. Fakultas
Peternakan IPB. Bogor.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011 22