Dokumen tersebut membahas metodologi penelitian yang meliputi kerangka pemikiran, lokasi dan waktu kajian, serta metode pengumpulan dan analisis data. Kerangka pemikiran mencakup peraturan pemerintah dan visi Riau 2020 tentang peternakan, sedangkan lokasi penelitian di Kota Pekanbaru dengan empat model kemitraan."
1. III. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pemikiran strategi pengembangan petemakan melalui model kemitraan,
diawali dengan GBHN 1999-2004 yang ditetapkan oleh MPR dalam Tap. MPR
No.IV/MPRl1999, dimana dalam GBHN tersebut dijelaskan bahwa pembangunan
lebih difokuskan pada agribisnis rakyat yang dapat menimbulkan inisiatif dunia
usaha untuk membangun agribisnis dan membangun infrastruktur agribisnis
nasional. Selain itu berdasarkan pada Visi dan Misi Provinsi Riau, yang
berkeinginan untuk menjadi provinsi paling maju di Indonesia, sekaligus menjadi
pusat perekonomian dan pusat budaya melayu di Asia Tenggara pada tahun
2020, dengan "Lima Pilar Pembangunan". Untuk mewujudkan hal tersebut salah
satunya dengan membangkitkan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan yang
ditujukan bagi usaha kecil dan menengah (UKM).
Rakorbang Provinsi Riau bidang petemakan, tahun 2000 menyimpulkan
bahwa kecilnya produksi hasil petemakan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1) masih lemahnya sumberdaya manusia pengelola petemakan, 2) pemanfaatan
sumberdaya alam yang masih belum optimal, 3) skala usaha yang relatif masih
kecil, 4) penyediaan dan mutu bibit yang terbatas, 5) penerapan teknologi yang
rendah, 6) keterbatasan modal, dan 7) lemahnya sistem pemasaran. Untuk
mengatasi masalah tersebut, rakorbang juga memutuskan beberapa strategi
pemecahan masalah yang dituangkan dalam "6 Pilihan Strategi Pembangunan
,oetemakan Daerah Riau". Strategi tersebut adalah; 1) Pengembangan wilayah
berdasarkan komoditas temak unggulan, 2) Pengembangan kelembagaan petani
petemak, 3) Peningkatan usaha dan industri petemakan, 4) Optimalisasi
30
2. 31
pemanfaatan dan pengamanan serta perlindungan terhadap sumberdaya alam
lokal, 5) Pengembangan kemitraan yang luas dan saling menguntungkan, dan
6) Mengembangkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
Sebagai kebijakan pemerintah untuk pengembangan semua sub sektor
pertanian ditetapkanlah model kemitraan. Pada dasamya diantara tujuan
pembangunan petemakan dengan model kemitraan ini adalah peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani, meningkatkan produksi dan ekspor
komoditi non migas, serta mempercepat alih teknologi budidaya manajemen'
peternakan dari inti ke plasma. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya tiga hal
penting yang terkandung dalam konsep model kemitraan, yaitu (i) prinsip bahwa
yar1g kuat (perusahaan inti) membantu pihak yang lemah (peternak plasma)
dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas sumberdaya, modal dan
tensgalkeahlian dalam menerapkan teknologi budidaya dan manajemen secara
optimal; (ii) merupakan unit ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, baik inti
maupun plasma harus merupakan satu kesatuan usaha yang tidak dapat
dipisahkan; dan (iii) inti dan plasma saling membutuhkan dan menguntungkan.
Keppres Nomor 50/1981 yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1981,
mengatur skala produksi untuk memacu pertumbuhan produksi ayam ras
pedaging dan membuka kesempatan untuk memperluas peluang berusaha bagi
peternak-petemak skala keluarga. Kebijakan ini diperkuat dengan dikenalkannya
model PIR unggas melalui SK Menteri Pertanian Nomor TN.330/KPTS/5/1984.
Pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 22/1990, sebagai
pengganti Keppres No. 50/1981. Dalam kebijaksanaan baru, peternakan skala
kecil dikembangkan untuk meiakukan ke~asama sistem kemitraan dengan
perusahaan besar (Deptan 1996). lsi Keppres tersebut diantaranya adalah
3. 32
membagi petemakan ayam ras menjadi dua kategori, yakni petemakan rakyat
dan perusahaan petemakan. Lahimya Kepres Nomor 22/90 membangkitkan
kegairahan usaha petemakan ayam ras. Kalau semula usaha ayam ras hanya
dikelola oleh para petemak, maka setelah Keppres tersebut bermunculan
perusahaan petemakan dalam kegiatan kemitraan usaha.
Di Kota Pekanbaru terdapat empat model model kemitraan petemakan
ayam ras pedaging yaitu model kemitraan Pokphand, model kemitraan RTI,
model kemitraan Confeed dan model kemitraan Makmur Jaya. Keempat model
ini masing-masingnya mempunyai dasar usaha yang berbeda-beda namun
masih sejalan dengan usaha petemakan ayam ras pedaging. Setiap model
kemitraan yang ada di Pekanbaru, berkeinginan untuk mendapatkan petemak
plasma sebanyak-banyaknya dengan memberikan berbagai insentif sehingga
pendapatan menjadi tinggi ditambah variasi bonus pemeliharaan dan manajemen
sehinggga bagi petemak akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam
menentukan pemilihan perusahaan inti. Semua permasalahan tersebut terarah
pada bagaimanakah model kemitraan yang sebenamya dianggap terbaik oleh
petemak untuk meningkatkan kesejahteraannya.
4. 33
Peraturan Pemerintah di
Bidang Peternakan Visi dan Misi Riau 2020
1. Kepres No.50/1981
2. SK.Mentan
No.TN330/KPTS/5/1984
3. Kepres No.22/1990 Rakorbang Provinsi Riau
4. Tap.MPR Tahun 2000 Bidang
No.IV/MPRl1999 Peternakan
6 Pilihan Strategi Pembangunan
~
Peternakan Daerah Riau
Pengembangan Kemitraan Yang Luas
dan Saling Menguntungkan
~
4 Model Kemitraan
a. Charoen Pokphand b. Confeed
c. RTI d. Makmur Jaya
~ ~ ~
Sistem Pengadaan I Sistem Pemasaran I Pendapatan Peternak
Sapronak dan Perusahaan
I
Logical Framework Approach J
~
Perumusan Strategi Pengembangan Peternakan Ayam
Ras pedaging melalui Kemitraan di Kota Pekanbaru
~ ~
Pemenuhan Kebutuhan Daging Kesejahteraan Peternak
Ayam di Kota Pekanbaru Ayam Ras Pedaging
~ Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan r---J
Gambar 2. Bagan Alir Kerangka Pikir Strategi Pengembangan Petemakan
Ayam Ras Pedaging Melalui Model Kemitraar. di Kota Pekanbaru
5. 34
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Pekanbaru. Lokasi ini dipilih dengan
alasan pada daerah inilah sentra produksi temak ayam ras pedaging. Pada
penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah usaha petemakan ayam ras
pedaging yang mengimplementasikan model kemitraan. Ada 4 model kemitraan
yang diteliti, yaitu:
1. Model kemitraan Charoen Pokphand
2. Model kemitraan RTI
3. Model kemitraan Confeed
4. Model kemitraan Makmur Jaya
Penelitian ini berlangsung selama lima bulan, terhitung mulai bulan
Januari 2005 sampai dengan Mei 2005 dengan rangkaian kegiatan: turun
kelapangan, analisis data dan penulisan.
3.3. Metode PeneliHan
3.3.1. Sasaran Penelitian dan teknik Sampling
Sasaran dari kajian ini adalah usaha petemakan ayam ras pedaging yang
terlibat sebagai inti dan plasma dari model kemitraan petemak ras pedaging di
kota Pekanbaru. Munurut hasil observasi pendahuluan diketahui 4 perusahaan
inti dengan 86 plasma peternak ras pedaging.
Untuk perusahaan inti diambil seluruhnya menjadi objek penelitian.
Sedangkan untuk petemak plasma diambil sampel dengan prosedur sebagai
berikut.
6. 35
I. Setiap plasma pada masing-masing inti (model) dikelompokkan berdasarkan
jumlah pemeliharaan ayam perperiode menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Populasi ternak < 5.000 ekor Iperiode
b. Populasi ternak 5.000 - 10.000 ekor Iperiode
c. Populasi ternak > 10.000 ekor Iperiode
II. Pada masing-masing model ditiap kelompok diambil sampel metoda simple
random sampling.
III. Jumlah sampel peternak untuk masing-masing inti (Model) ditetapkan
sebanyak 9 peternak. dimana setiap kelompok masing-masing 3 peternak.
Dengan demikian populasi dari sampel penelitian adalSh seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Dari Sampel Penelitian
No Inti
Plasma
Kelompok Ternak
Sampel
(orang) Plasma (orang)
1 Pokphand 16 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3
> 10.000 ekor 3
2 Confeed 34 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3
>10.000 ekor 3
3 RTI 25 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3
>10.000 ekor 3
4 Makmur Jaya 11 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3
>10.000 ekor 3
Total 4 86 3 kelompok 36
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Sementara data yang diambil. jenisnya primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan
7. 36
daftar pertanyaan (kuesioner), data primer yang diambil mengenai karakteristik
responden (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman betemak ayam)
penggunaan sarana produksi, biaya, pendapatan dan masalah dalam usaha
temak ayam ras pedaging baik dengan model kemitraan Pokphand, RTI,
Confeed atau Makmur Jaya. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas
terkait serta perusahaan inti. Data sekunder ini seperti sistem dan mekanisme
model kemitraan serta populasi petemak pada masing-masing inti.
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data.
3.3.3.1. Mengidentifikasi dan M~ngevaluasi Pola-Pola Kemitraan
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan
pertanyaan yang ingin di jawab serta untuk mencapai tLJjuan penelitian. Untuk itu
semua data baik data sekunder maupun data primer yang diperoleh dari
wawancara dan kuesioner, diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian
dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan tersebut.
Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi model-model kemitraan yang
ada dilakukan dengan pendekatan deskriktif kualitatif. Data diperoleh dari
perusahaan pelaksana model kemitraan dan melihat pelaksanaannya
dilapangan. Dengan mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan peternakan ayam
ras pedaging akan diketahui mengenai bagaimanakah identifikasi dan evaluasi
dari pola-pola kemitraan yang ada di Kota Pekanbaru.
3.3.3.2. Perbandingan Tingkat Pendapatan Peternak
Dalam menganalisis data untuk mengetahui tingkat pendapatan petemak
pada masing-masing model kemitraan yang ada pada berbagai skala usaha yang
berbeda, dipakai model analisis untuk mengetahui perbedaan pendapatan bersih
8. 37
antara peternak model kemitraan Pokphand, RTI, Confeed dan Makmur Jaya
pada usaha ternak ayam ras pedaging. Pengolahan data menggunakan
komputer dengan software microsoft excel.
Perbandingan antar suatu strata dalam model yang sarna dan antar
model dalam strata yang sarna maupun antar keseluruhan dilihat dari indikator:
1. Pendapatan
2. RIC Ratio dan B/C Ratio
Untuk menghitung pendapatan bersih peternak responden, digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Soekartawi (2002):
Pd =TR -TC
Pd = Yi.Pyi- IXi.Pxi
Dimana:
Pd = Pendapatan bersih (Rupiahl Kgl proses produksi).
TR = Total Penerimaan (Rupiah I Kg I proses produksi).
TC = Total Biaya (Rupiahl Kgl proses produksi).
Yi = Jumlah Produksi Daging, Insentife dan Kotoran Ayam (Kg,
Rupiah, karungl proses produksi)
Pyi = Harga Produksi Daging, Insentife dan Kotoran Ayam (Rpl Kg,
Rupaihl ayam panen Rpl karungl proses produksi).
Pxi = Harga Faktor Produksi (ekor, Kg, Mg, HOK, karung, tabung, Kwh,
Rp/ proses produksi).
Xi = Jumlah Input (bibit, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, serbuk
gergaji, gas, listrik, sewa tanah, sewa gudang, bunga modal dan
penyusutan alat dalam satuan unit! proses produksi).
Selain rumus diatas, Soekartawi (2002) juga mengemukakan rumus lain
dalam menghitung pendapatarr
9. n
Kt = P.y - I wX - D
dimana:
i=!
Kt =Keuntungan (Rupiah)
P =Harga Produk (RP/kg)
y =Jumlah Produksi (Kg)
Wi =Harga Faktor Produksi ke i
X =Jumlah Faktor Produksi ke i
o =Biaya penyusutan alat (Rupiah)
=1,2,3,... ,n
38
Untuk mengetahui efisiensi dari usaha peternakan yang dilakukan oleh
peternak Pokphand, RTI, Confeed maupun Makmur Jaya dapat dilihat den~an
nilai RCR (Return Cost Ratib) dari masing-masing usaha yang diformulasikan
dengan (Soekartawi, 2002):
RCR= TR
TC
RCR= Y.Py
FC+VC
RCR =_____y_.P-=-y____
Xl.Pxl +X2.Px2 +Xn.Pxn +D
dimana:
RCR =Return Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (Rupiah)
TC = Total Biaya (Rupiah)
y = Jumlah Produksi (Kg)
Py = Harga Produksi (Rp/kg)
PX1
::: Harga Faktor Produksi (Rp/kg, ekor, dan lain-lain)
X1 =Jumlah input (faktor produksi) X1• X2 ,X3, •.•.•• Xn
0 =Biaya penyusutan alat (Rupiah)
10. 39
Untuk menguji berapa besar tingkat keuntungan (profitability test) yang
disumbangkan oleh peternak terhadap kegiatan usaha ternaknya yang dilakukan
oleh peternak sampel, digunakan uji Benefit Cost Ratio (BCR). Menurut Pearse
(1981), BCR digunakan untuk menghitung berapa besar nilai tambahan hasil
untuk tiap rupiah modal yang diinvestasikan, dengan rumus:
BCR= TR-TC
TC
dimana:
BCR =
TR
TC
=
=
Benefit Cost Ratio
Total Revenue
Total Cost
Untuk menghitung biaya penyusutan alat-alat yang dipakai peternak
digunakan metode penyusutan garis lurus (Staight Line Methode) yang
dikemukakan Niswonger (1997) yaitu:
D=_C_-_S_V
UL
dimana:
o = Nilai penyusutan alat (RplTahun)
C = Harga perolehan (Rp/unit)
SV = Estimasi nilai residu (Rp/unit)
UL = Estimasi umur (tahun)
Menghitung besarnya insentif yang diterima peternak berdasarkan Indeks
Produksi (IP) yang ditetapkan oleh pihak inti dengan menggunakan rumus :
IP =% Avam hidupX Rata-rata berat badan (kg) X 100 %
Rata-iata umur panen X FeR
11. Dimana:
IP
% Ayam hidup
Rata-rata berat badan
= Indeks Produksi
= Ayam keluar/ayam masuk
= Serat daging/jumlah ayam panen
(Kg/proses Produksi)
40
FCR ( Feed Convertion Ratio) = Jumlah pakan yang dikonsumsi/berat
daging
Menghitung insentif peternak, digunakan rumus yang juga telah
diberikan oleh pihak inti yaitu:
Insentif =Jumlah ayam keluar X Bonus berdasar IP
3.3.3.3. Formulasi Model Keh1itraan
Untuk menformulasikan model kemitraan yang bisa mengembangkan
peternakan ayam ras pedaging dalam konteks pengembangan ekonomi lokal
yang berbasis peternakan di Kota Pekanbaru, pada kajian ini dilakukan dengan
pendekatan deskritif kualitatif, dimana dari data diperoleh di lapangan akan
dikumpulkan faktor-faktor apa saja yang mer1dorong pengusaha untuk
melakukan kemitraan dengan peternak perunggasan terutama ayamras
pedaging di Provinsi Riau, sedangkan aspek peternak melihat juga faktor-faktor
apa yang mendorong untuk bermitra dengan masing-masing model kemitraan
yang dilaksanakan. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis dengan Logical
Framework Approach (LFA) untuk dapat menentukan, model kemitraan yang
bagaimanakah yang sebenarnya diinginkan oleh petani dan dapat membantu
meningkatkan pendapatan mereka.
Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dapat dirangkum
seperti pada Tabel 2.
12. Tabel 2. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pada Penelitian Strategi
Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
41
Tujuan
Data Yang
Sumber Data
Metode Analisis
Dibutuhkan Data
Mengidentifikasi - Macam-macam - Perusahaan - Deskriptif
dan Mengevaluasi model kemitraan pelaksana
Pola-Pola' dan pesertanya. program
Kemitraan - Implementasi kemitraan.
pelaksanaan - Peserta
Program. kemitraan.
Perbandingan - Jumlah pendapatan - Peserta - BIC Ratio
tingkat peserta kemitraan program - RIC Ratio
pendapatan dalam satu periode kemitraan.
peternak pada masing-
masing model
kemitraan.
- Jumlah biaya yang
dikeluarkan peserta
kemitraan dalam
satu periode pada
masing-masing
model kemitraan.
Formulasi model - Model kemitraan - Peserta - LFA
kemitraan yang diinginkan program
oleh peternak. kemitraar. dan
stakeholders.
3.4. Metode Perancangan Program
Setelah ditetapkan strategi pengembangan petemakan ayam ras
pedaging dalam model kemitraan di Kota Pekanbaru, selanjutnya disusun
rancangan program untuk direkomendasikan kepada pihak terkait. Perancangan
program dimaksud dilakukan dengan metoda Logical Framework Approach (LFA)
dan melibatkan stakeholders terkait.
Pemiiihal'1 metoda ini didasarkan pada pemikiran bahwa mptoda in; bisa
digunakan untuk menganalisis masalah dimulai dari menentukan masalah OOK-ok
13. 42
dan menentukan masalah prioritas. Oalam hal ini metoda LFA lebih apJikatif
untuk dilaksanakan dalam upaya pengembangan peternakan ayam ras pedaging
di Kota Pekanbaru. Prosedur yang dilakukan dalam metoda ini :
1. Melakukan identifikasi komponen kemitraan peternakan ayam ras pedaging
yang memiliki peranan penting dalam pengembangan sub sektor peternakan.
2. Menghitung kontribusi pendapatan yang bisa diterima peternak jika
tergabung dalam suatu kemitraan.
3. Menghitung efisiensi usaha ternak bagi peternak yang tergabung dalam
kemitraan.
4. Mengukur implementasi pelaksanaan berbagai model kemitraan yang telah
ada agar bisa diambil suatu bentuk model kemitraan yang bisa diterima oleh
peternak dan perusahaan.
5. Mengadakan pendekatan dan komunikasi dengan stakeholders terkait
tentang hasil kajian.
6. Menganalisis informasi yang didapat dari stakeholders tersebut, kemudian
disusun suatu draft model kemitraan yang bisa didukung oleh pemerintah.
7. Melakukan sosialisasi terutama kepada kelompok sasaran, sehingga model
kemitraan dimaksud dapat dilaksanakan.