Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan budaya dan hambatan komunikasi antar profesi kesehatan yang berasal dari pelatihan dan praktik klinis yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan kesalahpahaman dan menghambat kolaborasi antar profesi untuk memberikan perawatan yang berpusat pada pasien. Diperlukan pengakuan terhadap perbedaan budaya dan penghapusan hierarki agar tercipta komunikasi antar profesi yang lebih
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
Interprofesional dan Perbedaan Budaya.pptx
1. Interprofesi, Perbedaan Budaya
• Revolusi pendidikan kesehatan interprofesional dalam beberapa
dekade terakhir -> pendekatan pembelajaran kolaboratif dan
terintegrasi untuk mahasiswa kesehatan -> kesadaran adanya
perbedaan diantara profesi kesehatan -> namun masih ada
miskomunikasi dan hambatan budaya dalam meningkatkan
komunikasi interprofesional.
• Quintero (2014) : Hambatan berasal dari perbedaan budaya
dalam proses pendidikan sarjana kesehatan. Sebagai contoh,
Rodgers (2007) menemukan bahwa perawat dilatih untuk
menjadi deskriptif secara rinci, sedangkan dokter dilatih untuk
berkomunikasi secara singkat kepada pasien, pengasuh dan
rekan kerja.
• Perbedaan budaya ini menjadi dasar perbedaan komunikasi
antar profesi kesehatan dari tingkat sarjana dan diperkuat
sepanjang praktik klinis.
2. • Clark (2014) menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam
berkomunikasi memberikan informasi tentang pasien sesuai
dengan kerangka naratif bidang profesi kesehatan masing-masing -
> berbeda sesuai dengan pelatihannya -> kesalahpahaman dan
ketidaksepahaman antar profesi muncul dari disiplin ilmu dan cara
berbicara yang berbeda.
• Apa yang bisa menjadi solusinya ? -> Clark (2014) menyarankan, “
mengadopsi multivokalitas oleh tim kesehatan adalah kunci untuk
mencapai komunikasi terintegrasi yang dibutuhkan untuk
kolaborasi yang efektif".
3. • Cross et al (2006) mengusulkan bahwa kolaborasi
melibatkan keinginan yang tulus dan minat aktif dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah secara
bersama-sama.
• Komitmen untuk membantu kolega interprofesional
untuk mencapai tujuan mereka sendiri, serta tujuan
bersama di antara profesi kesehatan.
• Berbagai literatur menyoroti berbagai hambatan untuk
mencapai komunikasi interprofesional yang lebih efektif
-> yang paling sering adalah keberlangsungan struktur
hierarki tradisional dalam pelayanan kesehatan ->
diperlukan pergeseran budaya menuju kerangka
profesional yang lebih horizontal.
4. • Rice et al (2010) : perlunya meratakan hierarki di antara profesi kesehatan -> terdapat efek signifikan dan
merugikan terhadap komunikasi dan kolaborasi interprofesional karena struktur hierarkis konvensional yang
menghasilkan kurangnya kepercayaan di antara penyedia layanan kesehatan. Para dokter dalam penelitian
mereka menyatakan bahwa mereka mengharapkan perintah mereka diimplementasikan tanpa perlu negosiasi
atau diskusi. Salah satu peserta mencatat, 'Lingkungan yang berlangsung cepat dan mengganggu mengurangi
peluang atau insentif untuk meningkatkan hubungan interprofesional yang terbatas.
• Kesenjangan komunikasi budaya tetap ada di antara banyak profesional kesehatan, meskipun seruan berulang
untuk meratakan hierarki dalam pelayanan kesehatan dan kesadaran yang meningkat terhadap dampak negatif
yang dimiliki kerangka ini terhadap kolaborasi interprofesional dan perawatan pasien -> berbagai alasan penyebab
sulit dirubah.
• Timmons dan East (2011) menyatakan bahwa ketidakpercayaan jangka panjang antara penyedia layanan
kesehatan yang berbeda berasal dari proteksionisme profesional. Selain itu, praktisi kesehatan khawatir bahwa
kaburnya batas profesional dapat menyebabkan pelemahan status profesional. Kedua faktor ini terus
menghambat perawatan pasien dan keselamatan pasien akibat terhalangnya perkembangan komunikasi
interprofesional.
5. • Smith dan Roberts (2005) menganalisis kerja kolaboratif antara fisioterapis dan terapis
okupasional. Mereka menemukan bahwa tribalisme profesional meningkat ketika peserta diminta
untuk berbagi lebih banyak keterampilan klinis inti mereka.
• Hunter (1996) menyatakan bahwa tribalisme profesional membentuk ancaman yang tersirat
terhadap perkembangan komunikasi dan kolaborasi interprofesional -> Semua kelompok memiliki
tujuan dan persepsi yang berbeda dalam menentukan perawatan yang efektif
• Dalam upaya untuk menciptakan layanan kesehatan interprofesional yang lebih terpadu, Timmons
dan East menggunakan kelompok fokus untuk mengeksplorasi dampak semua tenaga medis dalam
sebuah rumah sakit (kecuali dokter) menggunakan seragam yang sama. Mereka menemukan bahwa
penggunaan seragam sedikit membantu mengurangi tribalisme profesional, dengan sebagian besar
peserta mengungkapkan kekhawatiran tentang hilangnya identitas profesional mereka.Meskipun
batasan pekerjaan sedikit bergeser dari pandangan konvensional di mana kedokteran dianggap
sebagai profesi dominan, Timmons dan Tanner (2004) berpendapat bahwa konflik terus
menghalangi kemajuan dalam mencapai komunikasi interprofesional yang lebih baik.
• Jika kita ingin mencapai perkembangan layanan kesehatan yang memberikan perawatan berpusat
pada pasien (patient centered care), kita perlu mengakui pemisahan budaya serta kesenjangan
komunikasi antarprofesional yang tetap ada di antara penyedia layanan kesehatan.
Editor's Notes
Revolusi pendidikan kesehatan interprofesi dalam beberapa dekade terakhir -> Pendekatan pembelajaran kolaboratif dan terintegrasi untuk mahasiswa kesehatan -> kesadaran adanya perbedaan diantara profesi kesehatan -> namun masih terdapat berbagai contoh miskomunikasi dan hambatan budaya dalam meningkatkan komunikasi interprofesi.
Quintero : Hambatan berasal dari perbedaan budaya dalam proses pendidikan sarjana kesehatan. Sebagai contoh, Rodgers menemukan bahwa perawat dilatih untuk menjadi deskriptif secara rinci, sedangkan dokter dilatih untuk berkomunikasi secara singkat dengan pasien, pengasuh dan rekan kerja.
Perbedaan budaya ini menjadi dasar perbedaan komunikasi antar profesi kesehatan dari tingkat sarjana dan diperkuat sepanjang praktik klinis.
Clark menemukan bahwa profesi kesehatan yang berbeda dalam berkomunikasi memberikan informasi tentang pasien dalam kerangka naratif sesuai disiplin mereka sendiri.