SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
1
JOURNAL REVIEW
Penulis : Precious Madula
Tahun : 2013
Judul : Nursing education and its impact on patient-healthcare
provider communication in Malawian hospitals
Pendidikan Keperawatan Dan Dampaknya Terhadap Pasien-
Komunikasi Penyedia Layanan Kesehatan Di Rumah Sakit
Malawi
Jurnal : Journal of Media and Communication Studies
Vol. dan halaman : Vol. 5, No. 8 (page:123-131)
Reviewer : Taufik Hidayat
A. Latar Belakang
Efektifitas komunikasi inter personal (Interpersonal Communication) antara penyedia
layanan kesehatan dengan pasien merupakan salah satu elemen yang paling penting untuk
meningkatkan kepuasan klien, kepatuhan minum obat dan kecepatan kesembuhan. Pasien yang
memahami sifat penyakit dan pengobatannya serta percaya tidakan pelayanan kesehatan akan
meningkatkan kesejahteraan mereka, menunjukkan sikap kepuasan yang lebih besar pada
perawatan yang diterima dan lebih patuh terhadap tindakan medis dan pengobatan.
Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi apakah perguruan tinggi keperawatan di
Malawi membekali kemampuan komunikasi yang dapat mempersiapkan siswa untuk
mengatasi keterampilan komunikasi interpersonal dalam praktek. Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa banyak perguruan tinggi lebih banyak menekankan pada mata pelajaran
ilmu biomedis dan mengurangi kemampuan komunikasi padahal ini adalah kompetensi utama
dalam perawatan.
Ada dugaan yang salah bahwa komunikasi interpersonal adalah keterampilan yang
sangat mudah dan tidak perlu dilatih. Namun komunikasi yang efektif ternyata tidak tumbuh
secara alami, juga tidak mudah diperoleh. Penyedia layanan kesehatan ternyata sangat
memerlukan dalam peran komunikasi interpersonal yang berfungsi terapetik sehingga
seharusnya menjadi bagian integral dari pendidikan keperawatan.
2
Di Malawi, masalah komunikasi yang buruk antara pasien dan penyedia layanan
kesehatan bukan hal yang aneh. Selama bertahun-tahun keluhan sering dilaporkan ada masalah
komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien melalui media koran dan radio bahwa banyak
tenaga kesehatan yang gagal untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien. Banyak resiko
yang muncul sebagai akibatnya seperti kematian, komplikasi dan biaya perawatan yang besar..
Salah satu kasus komunikasi yang buruk terjadi ketika seorang pasien pergi ke ruang diagnostik
dan farmasi. Selama ini, kurangnya keterampilan Interpersonal Communication pada pasien
membuat keadaan menjadi lebih buruk, pengobatan yang diberikan kepada pasien tidak efektif
bekerja karena beberapa pekerja kesehatan tidak efektif berkomunikasi tentang bagaimana
pasien harus minum obat. Oleh karena itu tugas penelitian ini untuk menilai apakah pendidikan
komunikasi yang ditawarkan kepada siswa perawat yang memadai atau perlu ditingkatkan di
beberapa daerah.
B. Desain Penelitian, Metodologi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang menggunakan metode-metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tempat penelitian adalah Malawi dan data dikumpulkan di
dua lokasi pertama di rumah sakit pemerintah dan kedua perguruan tinggi keperawatan. Total
sampel berjumlah (N=280). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi
20 dan Chi-Square tes statistik yang dilakukan untuk menentukan apakah ada hubungan antara
dua variabel kategori.
Karakteristik Sampel
Variabel
Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
Chi-square
(X2)
Derajat
kebebasan
(Df)
Asymp.
Sig.(P-value)
Pasien
Perempuan 91 76
32.033 1 .000
Pria 29 24
Usia pasien
18-25 60 50
77.8 3 0.000
26-40 47 39.2
41-60 11 9.2
60+ 2 1.7
Mahasiswa-
perawat
Perempuan 36 60
2.400 1 0.121
Pria 24 40
3
Usia siswa-
perawat
18-25 51 85
72.700 2 0.00026-40 7 11.7
41-60 2 2.3
Penyedia
layanan
kesehatan
Perempuan 60 60
2.400 1 0.121
Pria 40 40
Usia penyedia
layanan
kesehatan
18-25 35 35
25.340 2 0.000
26-40 53 53
C. Pembahasan
Komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien telah diteliti dalam berbagai
studi dari berbagai perspektif. Kebanyakan fokus peneliti pada proses transfer informasi antara
penyedia dengan pasien, studi fenomena tersebut menerangkan: gejala-gejala yang diungkap
oleh pasien, jumlah informasi yang diberikan oleh dokter, pemahaman tentang informasi yang
diberikan dan jumlah waktu yang dihabiskan dalam komunikasi terapetik.
1. Sifat komunikasi terapetik
Pentingnya komunikasi pelayanan tenaga kesehatan yang baik dan efektif seharusnya
terdokumentasikan dengan baik. Temuan penelitian bahwa komunikasi berpengaruh positif
terhadap kesehatan. Linney (2007) berpendapat komunikasi telah terbukti memiliki dampak
positif pada sejumlah hasil kesehatan dalam studi sebelumnya khususnya komunikasi efektif
dan terapiutik. Dalam sebuah studi yang menyelidiki efek dari pelatihan keterampilan
komunikasi pada proses dan hasil perawatan yang berhubungan dengan gangguan emosi
pasien, peningkatan kemampuan komunikasi petugas kesehatan terbukti berhubungan dengan
penurunan tekanan emosional pada pasien. Dimana komunikasi antara pasien dan penyedia
layanan kesehatan ada, umpan balik yang baik dan Peringkat interaksi sering sangat tinggi
(Negri, 2009; Tuohy, 2003).
Di Malawi issu komunikasi penyedia layanan/ tenaga kesehatan dengan pasien
terdengar banyak keluhan. Penelitian ini melalui persepsi pasien menunjukkan temuan bahwa
komunikasi mereka (14,2%) mengatakan sangat baik, (60%) mengatakan baik, (15,8%)
mengatakan biasa saja dan hanya (10%) menunjukkan buruk. Demikian pula, dari penyedia
4
layanan/ tenaga kesehatan mereka sepakat menilai komunikasi interpersonal (47%)
mengatakan sangat baik (26%) mengatakan baik sedangkan hanya (6%) menunjukkan kurang.
Komunikasi yang efektif diwujudkan pada pasien dengan cara memahami komunikasi
interpersonal antara penyedia dengan pasien. Dari 92 responden (76,7%) menunjukkan bahwa
mereka menyadari tentang keadaan kesehatannya, dari 28 responden (23,3%) mengatakan
tidak mengerti. Hasil ini sangat signifikan berhubungan kepuasan pasien. Dari 89 responden
(72,4%) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan memberikan informasi penyakit secara rinci
tentang keadaan penyakit. Sedangkan (15,8%) atau dari 12 paeien mengatakan bahwa tenaga
kesehatan tidak menjelaskan hal-hal secara rinci dan 12 pasien atau (10%) mengatakan teanga
kesehatan kadang-kadang memberikan informasi penyakit kepada mereka.
2. Kepercayaan pasien dalam komunikasi
Kepercayaan pasien pada penyedia layanan atau tenaga kesehatan merupakan variabel
yang juga dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Ketika pasien percaya bahwa tenaga
kesehatan dapat menyimpan informasi dengan rahasia, akan membantu mereka untuk
menemukan obat secara emosional dan dapat menemukan kebebasan berkomunikasi dalam
unsur-unsur terapiutik. Pengembangan kepercayaan tidak dapat dikaitkan dengan salah satu
penyebab tunggal dan ada banyak strategi untuk meningkatkan kepercayaan dalam pengaturan
kesehatan. misalnya, sikap humor dalam rangka rapport atau hubungan saling percaya dengan
pasien mereka (Johnson, 2002).
Kepercayaan memberikan dampak luar biasa, bentuk interaksi, emosional, dan
perasaan bebas serta membangun sikap interest/ minat serta motivasi yang besar untuk sembuh.
Menurut Linney (2007), mendengarkan secara aktif merupakan kunci dalam tindakan
membangun kepercayaan untuk tetap fokus pada pesan orang lain. Ini juga berarti menjaga
pikiran yang terbuka untuk ide-ide orang lain bahkan jika mereka tidak setuju. Sebuah penyedia
layanan kesehatan dapat menunjukkan minat pada pasien melalui kontak mata, postur, tubuh
dan ekspresi wajah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa (77,5%) responden mengatakan bahwa tenaga
kesehatan mampu menunjukkan minat mendengarkan yang baik saat berkomunikasi
interpersonal, sedangkan 27 responden atau (22,5%) mengatakan bahwa penyedia layanan/
tenaga kesehatan tidak menunjukkan acuh tak acuh.
5
3. Durasi kontak komunikasi terapiutik dengan pasien
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyedia layanan hanya menghabiskan
sedikit waktu untuk berkomunikasi dengan pasien mereka. Misalnya, dalam penelitian mereka,
Bell et al. (2008) mengungkapkan bahwa penyedia layanan kesehatan hampir tidak diberikan
pasien kesempatan untuk mengekspresikan diri atau mengklarifikasi informasi sebelum
mengganggu. Studi lain oleh Claramita et al. (2011) juga menemukan bahwa dalam beberapa
kasus pasien hanya diberikan detik untuk memberikan informasi tentang penyakit mereka.
Mereka mengidentifikasi waktu sebagai penghalang utama bagi pasien-kesehatan komunikasi
provider. Keterbatasan waktu yang melekat dalam sistem perawatan kesehatan dan dalam
kebanyakan kasus jumlah pasien yang tinggi tidak memberikan waktu yang cukup untuk
kesehatan pasien yang tepat penyedia.
Dalam penelitian ini, (17%) dari penyedia layanan kesehatan mengatakan bahwa
mereka menghabiskan kurang dari satu menit dalam berkomunikasi dengan pasien mereka,
(31%) mengatakan kurang dari lima menit, sementara (52%) menyatakan bahwa mereka
menghabiskan lebih dari lima menit berbicara dengan pasien mereka. Beberapa alasan yang
muncul menunjukkan bawa sulit secara tepat menentukan jumlah aktual yang dihabiskan untuk
berkomunikasi dengan pasien karena mereka ditangani dengan kasus berbeda yang memiliki
kebutuhan komunikasi yang berbeda pula.
Para responden juga menunjukkan bahwa itu umumnya sulit bagi mereka untuk
berkomunikasi secara memadai dengan pasien karena beban kerja yang berat, rasio pasien yang
tinggi dan jadwal yang sibuk. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kato et
al. (1996). Temuan mereka menunjukkan bahwa penyedia layanan kesehatan dianggap sebagai
pekerjaan-beban hambatan komunikasi asa utama kesehatan dengan pasien. Penelitian lain,
McCabe (2003) mengungkapkan bahwa penyedia layanan kesehatan dapat membentuk
hubungan yang baik dengan pasien jika mereka bekerja di klien daripada sistem organisasi
berbasis tugas. Ini berarti bahwa penyedia layanan kesehatan harus bertujuan berkomunikasi
secara efektif dengan pasien bukan bertujuan menyelesaikan beban kerja yang berat.
6
D. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menyoroti pendidikan keterampilan komunikasi
dalam aplikatif pada sarana kesehatan. Temuan literatur menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi penting bahwa beberapa penyedia layanan kesehatan memiliki masalah ketika
berkomunikasi dengan klien mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi petugas kesehatan harus dibangun dan selaras antara lembaga pendidikan dengan
institusi pelayanan kesehatan. Komunikasi interpersonal yang bersifat terapiutik ternyata
menjadi elemen penting dalam perawatan dan pengobatan kepada pasien. Komunikasi
interpersonal yang baik dan cukup berhubungan erat dengan kepuasan, loyalitas dan
kesembuhan serta dapat menurunkan resiko kematian dalam proses perawatan. Oleh karena itu
sangat penting bagi pemerintah sebagai pemangku kepentingan yang bertanggungjawab
pelayanan kepada masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang disebutkan untuk
menerapkan/ melakukan perubahan pola komunikasi interpersonal terapiutik yang ramah
santun.
7
REFERENSI
Bell CM, Schnipper JL, Auerbach AD, Kaboli PJ, Wetterneck TB, Gonzalez DV, Vineet MA,
Zhang
JX, Meltzer DO (2008). Asosiasi komunikasi antara dokter rumah sakit berbasis dan
penyedia
perawatan primer dengan hasil pasien. J. Jenderal Int. Med. 24 (3): 381-386.
Claramita M, Utarini A, Soebono H, Van Dalen J, Van de Vleuten C (2011). Dokter-pasien
komunikasi dalam pengaturan Asia Tenggara: Konflik antara ideal dan realitas. Adv. Sci
Kesehatan. Educ. 16: 69- 80.
Ely JW, Levinson W (1995). Penyebab dirasakan kesalahan keluarga dokter. J. Fam. 40 (4):
337-344.
Fiscella K, S Meldrum, Frank P, Shields CG, Duberstein PR, McDaniel SH, Epstein RM
(2004).
Kepercayaan pasien: Apakah itu terkait dengan perilaku dokter perawatan primer berpusat
pada
pasien? Perawatan Medis, 42: 1049-1055.
Johnson P(2002). Penggunaan humor dan pengaruh pada spiritualitas dan coping pada survivor
kanker
payudara. Oncol. Nurs. Forum 29 (4): 691- 695.
Kamwendo GH (2004). Kebijakan bahasa dalam pelayanan kesehatan: Sebuah studi
sosiolinguistik
dari rumah sakit rujukan Malawi. Lembaga Studi Asia dan Afrika, Helsinki.
Leonard M, Graham S, Bonacum D (2004). Faktor manusia: The pentingnya kerja tim yang
efektif dan
komunikasi di memberikan perawatan yang aman. Qual. Saf. HC. 13 (1): 185-190.
8
Linney G (2007). Keterampilan komunikasi memprediksi kesuksesan. Phys. Exec. pp.72-74.
Negri B, Brown LP, Hernandez O, Rosenbaun J, Roter D (2009). Meningkatkan komunikasi
interpersonal antara kesehatan penyedia dan klien. Bethseda: Quality Assurance Project.
Roter DL, Balai JA (1993). Penyedia layanan kesehatan berbicara dengan pasien / penderita
berbicara
dengan penyedia layanan kesehatan: Meningkatkan komunikasi dalam kunjungan medis.
Auburn
House, Westport, C.T.
Roter DL (2004). Pasien berpusat komunikasi: lebih dari serangkaian kata-kata. BMJ USA. 4:
279-
280.
Shukla AK, Yadav VS, Kastury N (2010). Kesehatan penyedia patientcommunication: Sebuah
aspek
penting tetapi sering diabaikan dalam kedokteran klinis. J. Ind. Acad. Clin. Med. 11: 3.
Tuohy D (2003). Mahasiswa perawat-tua seseorang komunikasi [Version Electronic]. Perawat
Pendidikan Hari ini, 23: 19-26.
Willems S, De Maesschalck S, M Deveugele, Derese A, De Maeseneer J (2005). Status sosial-
ekonomi komunikasi pasien dan dokter-pasien: Apakah ada bedanya? Pat. Edu. Penasehat.
Tersedia di 56 (2): 139-146. Tersedia di
https://biblio.ugent.be/input/download?func=downFile&fileOId=55827 2 & recordOId =
315.110.
9

More Related Content

What's hot

Teoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakitTeoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakitArya Ningrat
 
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...nitasasmita2
 
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENKOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENasih gahayu
 
223 222-1-pb
223 222-1-pb223 222-1-pb
223 222-1-pbBudi Leo
 
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Lintang Diah Y
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienasih gahayu
 
Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmbmateri-x2
 
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLP
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLPKomunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLP
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLPasih gahayu
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18SiLvi Fata
 
Doctor patient communication
Doctor patient communicationDoctor patient communication
Doctor patient communicationAnke Saputro
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...Aji Wibowo
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
 
Alo auto anamnesa
Alo auto anamnesaAlo auto anamnesa
Alo auto anamnesawoolan
 

What's hot (20)

Teoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakitTeoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakit
 
Uts praktikum komputer 1
Uts   praktikum komputer 1Uts   praktikum komputer 1
Uts praktikum komputer 1
 
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 8 nita sasmita erlina puspitaloka...
 
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIENKOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER GIGI DAN PASIEN
 
Konseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kbKonseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kb
 
223 222-1-pb
223 222-1-pb223 222-1-pb
223 222-1-pb
 
Manajemen kasus lk3 kemensos
Manajemen kasus lk3 kemensosManajemen kasus lk3 kemensos
Manajemen kasus lk3 kemensos
 
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasien
 
Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmb
 
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLP
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLPKomunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLP
Komunikasi Assertif dokter gigi dan pasien dg pendekatan NLP
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
 
Komunitas ske 2
Komunitas ske 2Komunitas ske 2
Komunitas ske 2
 
Doctor patient communication
Doctor patient communicationDoctor patient communication
Doctor patient communication
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutik
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
 
Konsep keperawatan medikal bedah
Konsep keperawatan medikal bedahKonsep keperawatan medikal bedah
Konsep keperawatan medikal bedah
 
Alo auto anamnesa
Alo auto anamnesaAlo auto anamnesa
Alo auto anamnesa
 
Naskah+publikasi+rita
Naskah+publikasi+ritaNaskah+publikasi+rita
Naskah+publikasi+rita
 

Viewers also liked

Kisi2 kls 9 smt 1
Kisi2 kls  9 smt 1Kisi2 kls  9 smt 1
Kisi2 kls 9 smt 1totok aris
 
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRIS
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRISSOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRIS
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRISAdelle Brownsky
 
Example of blueprint and test items
Example of blueprint and test itemsExample of blueprint and test items
Example of blueprint and test itemsFeri S
 
Kisi2 ujian-sekolah-2016
Kisi2 ujian-sekolah-2016Kisi2 ujian-sekolah-2016
Kisi2 ujian-sekolah-2016totok aris
 
Soal descriptive-text
Soal descriptive-textSoal descriptive-text
Soal descriptive-text05041988
 
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa Inggris
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa InggrisSoal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa Inggris
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa InggrisTeuku Ichsan
 

Viewers also liked (7)

Bahasa inggris
Bahasa inggrisBahasa inggris
Bahasa inggris
 
Kisi2 kls 9 smt 1
Kisi2 kls  9 smt 1Kisi2 kls  9 smt 1
Kisi2 kls 9 smt 1
 
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRIS
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRISSOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRIS
SOAL PAKET B UAS BAHASA INGGRIS
 
Example of blueprint and test items
Example of blueprint and test itemsExample of blueprint and test items
Example of blueprint and test items
 
Kisi2 ujian-sekolah-2016
Kisi2 ujian-sekolah-2016Kisi2 ujian-sekolah-2016
Kisi2 ujian-sekolah-2016
 
Soal descriptive-text
Soal descriptive-textSoal descriptive-text
Soal descriptive-text
 
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa Inggris
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa InggrisSoal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa Inggris
Soal dan Jawaban Teks Reading (Reading Text) Bahasa Inggris
 

Similar to 5_Nursing_Education_and_Impact

488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-pptYeniRimadeni
 
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxkomunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxanditia3
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...KANDA IZUL
 
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi KesehatanKomunikasi Kesehatan
Komunikasi Kesehatanyesica trs
 
Komunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienKomunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienRonika Hutagaol
 
13. patient provider communication
13. patient   provider communication13. patient   provider communication
13. patient provider communicationAgus Candra
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPocut Kasim
 
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptx
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptxPPT Aditia Sulistio Sempro.pptx
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptxAditiaSulistio
 
PPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptxPPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptxssuser2af78d
 
Skripsi anggunan
Skripsi anggunanSkripsi anggunan
Skripsi anggunanken Dfsfs
 
Skripsi anggunan
Skripsi anggunanSkripsi anggunan
Skripsi anggunanken Dfsfs
 
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKATMAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKATSofiaNofianti
 
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesia
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesiaCase manager: profesi baru di rumah sakit indonesia
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesiaRobertus Arian Datusanantyo
 
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1Danny d'Fila
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 

Similar to 5_Nursing_Education_and_Impact (20)

488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
 
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxkomunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKA...
 
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi KesehatanKomunikasi Kesehatan
Komunikasi Kesehatan
 
Komunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienKomunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasien
 
13. patient provider communication
13. patient   provider communication13. patient   provider communication
13. patient provider communication
 
Presentasi sidang rara
Presentasi sidang raraPresentasi sidang rara
Presentasi sidang rara
 
prilaku cering
prilaku ceringprilaku cering
prilaku cering
 
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptx
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptxPPT Aditia Sulistio Sempro.pptx
PPT Aditia Sulistio Sempro.pptx
 
PPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptxPPT MPS KEL.1.pptx
PPT MPS KEL.1.pptx
 
Skripsi anggunan
Skripsi anggunanSkripsi anggunan
Skripsi anggunan
 
Skripsi anggunan
Skripsi anggunanSkripsi anggunan
Skripsi anggunan
 
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKATMAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH STRATEGI MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT
 
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesia
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesiaCase manager: profesi baru di rumah sakit indonesia
Case manager: profesi baru di rumah sakit indonesia
 
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1
IPE16.3-1306409841-Bima Surya Heri Itanto-LTM1
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
Meningkatkan Komunikasi Efektif
Meningkatkan Komunikasi EfektifMeningkatkan Komunikasi Efektif
Meningkatkan Komunikasi Efektif
 
Bab i kelompok
Bab i kelompokBab i kelompok
Bab i kelompok
 

More from Adelle Brownsky (20)

Bahasa inggris
Bahasa inggrisBahasa inggris
Bahasa inggris
 
Bahasa inggris
Bahasa inggrisBahasa inggris
Bahasa inggris
 
bahasa inggris
bahasa inggrisbahasa inggris
bahasa inggris
 
5_Nursing_Education_and_Impact
5_Nursing_Education_and_Impact5_Nursing_Education_and_Impact
5_Nursing_Education_and_Impact
 
TAXONOMI BLOOM
TAXONOMI BLOOMTAXONOMI BLOOM
TAXONOMI BLOOM
 
Taxonomi bloom
Taxonomi bloomTaxonomi bloom
Taxonomi bloom
 
KISI_KISI
KISI_KISIKISI_KISI
KISI_KISI
 
bahasa inggris
bahasa inggrisbahasa inggris
bahasa inggris
 
RAT BING I
RAT BING IRAT BING I
RAT BING I
 
SAT BING MKDU 4107
SAT BING MKDU 4107SAT BING MKDU 4107
SAT BING MKDU 4107
 
UAS GANJIL KLS VII BING 2014-2015
UAS GANJIL KLS VII BING 2014-2015UAS GANJIL KLS VII BING 2014-2015
UAS GANJIL KLS VII BING 2014-2015
 
Jurnal Keg
Jurnal KegJurnal Keg
Jurnal Keg
 
Form GRES registration
Form GRES registrationForm GRES registration
Form GRES registration
 
Smpn2 p.batung
Smpn2 p.batungSmpn2 p.batung
Smpn2 p.batung
 
RAT BING. PUSTAKA 2228
RAT BING. PUSTAKA 2228RAT BING. PUSTAKA 2228
RAT BING. PUSTAKA 2228
 
uts bing 2015 8
uts bing 2015 8uts bing 2015 8
uts bing 2015 8
 
The_Likely_Economic_Impact_from_the_Yogya&Central_Java_Earthquake
The_Likely_Economic_Impact_from_the_Yogya&Central_Java_EarthquakeThe_Likely_Economic_Impact_from_the_Yogya&Central_Java_Earthquake
The_Likely_Economic_Impact_from_the_Yogya&Central_Java_Earthquake
 
SOAL UJI KOMPETENSI 7
SOAL  UJI KOMPETENSI 7SOAL  UJI KOMPETENSI 7
SOAL UJI KOMPETENSI 7
 
Jurnal Keg
Jurnal KegJurnal Keg
Jurnal Keg
 
Lapor tunjangan dikdas ibu diyah 2603
Lapor tunjangan dikdas ibu diyah 2603Lapor tunjangan dikdas ibu diyah 2603
Lapor tunjangan dikdas ibu diyah 2603
 

5_Nursing_Education_and_Impact

  • 1. 1 JOURNAL REVIEW Penulis : Precious Madula Tahun : 2013 Judul : Nursing education and its impact on patient-healthcare provider communication in Malawian hospitals Pendidikan Keperawatan Dan Dampaknya Terhadap Pasien- Komunikasi Penyedia Layanan Kesehatan Di Rumah Sakit Malawi Jurnal : Journal of Media and Communication Studies Vol. dan halaman : Vol. 5, No. 8 (page:123-131) Reviewer : Taufik Hidayat A. Latar Belakang Efektifitas komunikasi inter personal (Interpersonal Communication) antara penyedia layanan kesehatan dengan pasien merupakan salah satu elemen yang paling penting untuk meningkatkan kepuasan klien, kepatuhan minum obat dan kecepatan kesembuhan. Pasien yang memahami sifat penyakit dan pengobatannya serta percaya tidakan pelayanan kesehatan akan meningkatkan kesejahteraan mereka, menunjukkan sikap kepuasan yang lebih besar pada perawatan yang diterima dan lebih patuh terhadap tindakan medis dan pengobatan. Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi apakah perguruan tinggi keperawatan di Malawi membekali kemampuan komunikasi yang dapat mempersiapkan siswa untuk mengatasi keterampilan komunikasi interpersonal dalam praktek. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa banyak perguruan tinggi lebih banyak menekankan pada mata pelajaran ilmu biomedis dan mengurangi kemampuan komunikasi padahal ini adalah kompetensi utama dalam perawatan. Ada dugaan yang salah bahwa komunikasi interpersonal adalah keterampilan yang sangat mudah dan tidak perlu dilatih. Namun komunikasi yang efektif ternyata tidak tumbuh secara alami, juga tidak mudah diperoleh. Penyedia layanan kesehatan ternyata sangat memerlukan dalam peran komunikasi interpersonal yang berfungsi terapetik sehingga seharusnya menjadi bagian integral dari pendidikan keperawatan.
  • 2. 2 Di Malawi, masalah komunikasi yang buruk antara pasien dan penyedia layanan kesehatan bukan hal yang aneh. Selama bertahun-tahun keluhan sering dilaporkan ada masalah komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien melalui media koran dan radio bahwa banyak tenaga kesehatan yang gagal untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien. Banyak resiko yang muncul sebagai akibatnya seperti kematian, komplikasi dan biaya perawatan yang besar.. Salah satu kasus komunikasi yang buruk terjadi ketika seorang pasien pergi ke ruang diagnostik dan farmasi. Selama ini, kurangnya keterampilan Interpersonal Communication pada pasien membuat keadaan menjadi lebih buruk, pengobatan yang diberikan kepada pasien tidak efektif bekerja karena beberapa pekerja kesehatan tidak efektif berkomunikasi tentang bagaimana pasien harus minum obat. Oleh karena itu tugas penelitian ini untuk menilai apakah pendidikan komunikasi yang ditawarkan kepada siswa perawat yang memadai atau perlu ditingkatkan di beberapa daerah. B. Desain Penelitian, Metodologi dan Sampel Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang menggunakan metode-metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tempat penelitian adalah Malawi dan data dikumpulkan di dua lokasi pertama di rumah sakit pemerintah dan kedua perguruan tinggi keperawatan. Total sampel berjumlah (N=280). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS Versi 20 dan Chi-Square tes statistik yang dilakukan untuk menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel kategori. Karakteristik Sampel Variabel Frekuensi (F) Persentase (%) Chi-square (X2) Derajat kebebasan (Df) Asymp. Sig.(P-value) Pasien Perempuan 91 76 32.033 1 .000 Pria 29 24 Usia pasien 18-25 60 50 77.8 3 0.000 26-40 47 39.2 41-60 11 9.2 60+ 2 1.7 Mahasiswa- perawat Perempuan 36 60 2.400 1 0.121 Pria 24 40
  • 3. 3 Usia siswa- perawat 18-25 51 85 72.700 2 0.00026-40 7 11.7 41-60 2 2.3 Penyedia layanan kesehatan Perempuan 60 60 2.400 1 0.121 Pria 40 40 Usia penyedia layanan kesehatan 18-25 35 35 25.340 2 0.000 26-40 53 53 C. Pembahasan Komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien telah diteliti dalam berbagai studi dari berbagai perspektif. Kebanyakan fokus peneliti pada proses transfer informasi antara penyedia dengan pasien, studi fenomena tersebut menerangkan: gejala-gejala yang diungkap oleh pasien, jumlah informasi yang diberikan oleh dokter, pemahaman tentang informasi yang diberikan dan jumlah waktu yang dihabiskan dalam komunikasi terapetik. 1. Sifat komunikasi terapetik Pentingnya komunikasi pelayanan tenaga kesehatan yang baik dan efektif seharusnya terdokumentasikan dengan baik. Temuan penelitian bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap kesehatan. Linney (2007) berpendapat komunikasi telah terbukti memiliki dampak positif pada sejumlah hasil kesehatan dalam studi sebelumnya khususnya komunikasi efektif dan terapiutik. Dalam sebuah studi yang menyelidiki efek dari pelatihan keterampilan komunikasi pada proses dan hasil perawatan yang berhubungan dengan gangguan emosi pasien, peningkatan kemampuan komunikasi petugas kesehatan terbukti berhubungan dengan penurunan tekanan emosional pada pasien. Dimana komunikasi antara pasien dan penyedia layanan kesehatan ada, umpan balik yang baik dan Peringkat interaksi sering sangat tinggi (Negri, 2009; Tuohy, 2003). Di Malawi issu komunikasi penyedia layanan/ tenaga kesehatan dengan pasien terdengar banyak keluhan. Penelitian ini melalui persepsi pasien menunjukkan temuan bahwa komunikasi mereka (14,2%) mengatakan sangat baik, (60%) mengatakan baik, (15,8%) mengatakan biasa saja dan hanya (10%) menunjukkan buruk. Demikian pula, dari penyedia
  • 4. 4 layanan/ tenaga kesehatan mereka sepakat menilai komunikasi interpersonal (47%) mengatakan sangat baik (26%) mengatakan baik sedangkan hanya (6%) menunjukkan kurang. Komunikasi yang efektif diwujudkan pada pasien dengan cara memahami komunikasi interpersonal antara penyedia dengan pasien. Dari 92 responden (76,7%) menunjukkan bahwa mereka menyadari tentang keadaan kesehatannya, dari 28 responden (23,3%) mengatakan tidak mengerti. Hasil ini sangat signifikan berhubungan kepuasan pasien. Dari 89 responden (72,4%) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan memberikan informasi penyakit secara rinci tentang keadaan penyakit. Sedangkan (15,8%) atau dari 12 paeien mengatakan bahwa tenaga kesehatan tidak menjelaskan hal-hal secara rinci dan 12 pasien atau (10%) mengatakan teanga kesehatan kadang-kadang memberikan informasi penyakit kepada mereka. 2. Kepercayaan pasien dalam komunikasi Kepercayaan pasien pada penyedia layanan atau tenaga kesehatan merupakan variabel yang juga dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Ketika pasien percaya bahwa tenaga kesehatan dapat menyimpan informasi dengan rahasia, akan membantu mereka untuk menemukan obat secara emosional dan dapat menemukan kebebasan berkomunikasi dalam unsur-unsur terapiutik. Pengembangan kepercayaan tidak dapat dikaitkan dengan salah satu penyebab tunggal dan ada banyak strategi untuk meningkatkan kepercayaan dalam pengaturan kesehatan. misalnya, sikap humor dalam rangka rapport atau hubungan saling percaya dengan pasien mereka (Johnson, 2002). Kepercayaan memberikan dampak luar biasa, bentuk interaksi, emosional, dan perasaan bebas serta membangun sikap interest/ minat serta motivasi yang besar untuk sembuh. Menurut Linney (2007), mendengarkan secara aktif merupakan kunci dalam tindakan membangun kepercayaan untuk tetap fokus pada pesan orang lain. Ini juga berarti menjaga pikiran yang terbuka untuk ide-ide orang lain bahkan jika mereka tidak setuju. Sebuah penyedia layanan kesehatan dapat menunjukkan minat pada pasien melalui kontak mata, postur, tubuh dan ekspresi wajah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa (77,5%) responden mengatakan bahwa tenaga kesehatan mampu menunjukkan minat mendengarkan yang baik saat berkomunikasi interpersonal, sedangkan 27 responden atau (22,5%) mengatakan bahwa penyedia layanan/ tenaga kesehatan tidak menunjukkan acuh tak acuh.
  • 5. 5 3. Durasi kontak komunikasi terapiutik dengan pasien Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyedia layanan hanya menghabiskan sedikit waktu untuk berkomunikasi dengan pasien mereka. Misalnya, dalam penelitian mereka, Bell et al. (2008) mengungkapkan bahwa penyedia layanan kesehatan hampir tidak diberikan pasien kesempatan untuk mengekspresikan diri atau mengklarifikasi informasi sebelum mengganggu. Studi lain oleh Claramita et al. (2011) juga menemukan bahwa dalam beberapa kasus pasien hanya diberikan detik untuk memberikan informasi tentang penyakit mereka. Mereka mengidentifikasi waktu sebagai penghalang utama bagi pasien-kesehatan komunikasi provider. Keterbatasan waktu yang melekat dalam sistem perawatan kesehatan dan dalam kebanyakan kasus jumlah pasien yang tinggi tidak memberikan waktu yang cukup untuk kesehatan pasien yang tepat penyedia. Dalam penelitian ini, (17%) dari penyedia layanan kesehatan mengatakan bahwa mereka menghabiskan kurang dari satu menit dalam berkomunikasi dengan pasien mereka, (31%) mengatakan kurang dari lima menit, sementara (52%) menyatakan bahwa mereka menghabiskan lebih dari lima menit berbicara dengan pasien mereka. Beberapa alasan yang muncul menunjukkan bawa sulit secara tepat menentukan jumlah aktual yang dihabiskan untuk berkomunikasi dengan pasien karena mereka ditangani dengan kasus berbeda yang memiliki kebutuhan komunikasi yang berbeda pula. Para responden juga menunjukkan bahwa itu umumnya sulit bagi mereka untuk berkomunikasi secara memadai dengan pasien karena beban kerja yang berat, rasio pasien yang tinggi dan jadwal yang sibuk. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kato et al. (1996). Temuan mereka menunjukkan bahwa penyedia layanan kesehatan dianggap sebagai pekerjaan-beban hambatan komunikasi asa utama kesehatan dengan pasien. Penelitian lain, McCabe (2003) mengungkapkan bahwa penyedia layanan kesehatan dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien jika mereka bekerja di klien daripada sistem organisasi berbasis tugas. Ini berarti bahwa penyedia layanan kesehatan harus bertujuan berkomunikasi secara efektif dengan pasien bukan bertujuan menyelesaikan beban kerja yang berat.
  • 6. 6 D. Kesimpulan Sebagai kesimpulan, penelitian ini menyoroti pendidikan keterampilan komunikasi dalam aplikatif pada sarana kesehatan. Temuan literatur menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi penting bahwa beberapa penyedia layanan kesehatan memiliki masalah ketika berkomunikasi dengan klien mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi petugas kesehatan harus dibangun dan selaras antara lembaga pendidikan dengan institusi pelayanan kesehatan. Komunikasi interpersonal yang bersifat terapiutik ternyata menjadi elemen penting dalam perawatan dan pengobatan kepada pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dan cukup berhubungan erat dengan kepuasan, loyalitas dan kesembuhan serta dapat menurunkan resiko kematian dalam proses perawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi pemerintah sebagai pemangku kepentingan yang bertanggungjawab pelayanan kepada masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang disebutkan untuk menerapkan/ melakukan perubahan pola komunikasi interpersonal terapiutik yang ramah santun.
  • 7. 7 REFERENSI Bell CM, Schnipper JL, Auerbach AD, Kaboli PJ, Wetterneck TB, Gonzalez DV, Vineet MA, Zhang JX, Meltzer DO (2008). Asosiasi komunikasi antara dokter rumah sakit berbasis dan penyedia perawatan primer dengan hasil pasien. J. Jenderal Int. Med. 24 (3): 381-386. Claramita M, Utarini A, Soebono H, Van Dalen J, Van de Vleuten C (2011). Dokter-pasien komunikasi dalam pengaturan Asia Tenggara: Konflik antara ideal dan realitas. Adv. Sci Kesehatan. Educ. 16: 69- 80. Ely JW, Levinson W (1995). Penyebab dirasakan kesalahan keluarga dokter. J. Fam. 40 (4): 337-344. Fiscella K, S Meldrum, Frank P, Shields CG, Duberstein PR, McDaniel SH, Epstein RM (2004). Kepercayaan pasien: Apakah itu terkait dengan perilaku dokter perawatan primer berpusat pada pasien? Perawatan Medis, 42: 1049-1055. Johnson P(2002). Penggunaan humor dan pengaruh pada spiritualitas dan coping pada survivor kanker payudara. Oncol. Nurs. Forum 29 (4): 691- 695. Kamwendo GH (2004). Kebijakan bahasa dalam pelayanan kesehatan: Sebuah studi sosiolinguistik dari rumah sakit rujukan Malawi. Lembaga Studi Asia dan Afrika, Helsinki. Leonard M, Graham S, Bonacum D (2004). Faktor manusia: The pentingnya kerja tim yang efektif dan komunikasi di memberikan perawatan yang aman. Qual. Saf. HC. 13 (1): 185-190.
  • 8. 8 Linney G (2007). Keterampilan komunikasi memprediksi kesuksesan. Phys. Exec. pp.72-74. Negri B, Brown LP, Hernandez O, Rosenbaun J, Roter D (2009). Meningkatkan komunikasi interpersonal antara kesehatan penyedia dan klien. Bethseda: Quality Assurance Project. Roter DL, Balai JA (1993). Penyedia layanan kesehatan berbicara dengan pasien / penderita berbicara dengan penyedia layanan kesehatan: Meningkatkan komunikasi dalam kunjungan medis. Auburn House, Westport, C.T. Roter DL (2004). Pasien berpusat komunikasi: lebih dari serangkaian kata-kata. BMJ USA. 4: 279- 280. Shukla AK, Yadav VS, Kastury N (2010). Kesehatan penyedia patientcommunication: Sebuah aspek penting tetapi sering diabaikan dalam kedokteran klinis. J. Ind. Acad. Clin. Med. 11: 3. Tuohy D (2003). Mahasiswa perawat-tua seseorang komunikasi [Version Electronic]. Perawat Pendidikan Hari ini, 23: 19-26. Willems S, De Maesschalck S, M Deveugele, Derese A, De Maeseneer J (2005). Status sosial- ekonomi komunikasi pasien dan dokter-pasien: Apakah ada bedanya? Pat. Edu. Penasehat. Tersedia di 56 (2): 139-146. Tersedia di https://biblio.ugent.be/input/download?func=downFile&fileOId=55827 2 & recordOId = 315.110.
  • 9. 9