SlideShare a Scribd company logo
SOSIALISASI TENTANG
TINDAK PIDANA
KEHUTANAN
(ILLEGAL LOGGING)
MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999
KEHUTANAN sistem pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
HUTAN suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
KAWASAN HUTAN wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
HUTAN NEGARA benda-benda hayati,
nonhayati dan turunannya, serta jasa yang
berasal dari hutan.
HUTAN HAK hutan yang berada pada tanah
yang dibebani hak atas tanah
HUTAN ADAT hutan Negara yang berada dalam
wilayah masyarakat hukum
adat.
HUTAN PRODUKSI kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan.
HUTAN LINDUNG kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
HUTAN KONSERVASI Kawasan hutan
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 4 Menyatakan
Seluruh hutan di wilayah Republik Indonesia dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara untuk kemakmuran rakyat
dengan tetap memperhatikan hak masyarakat
Hukum Adat serta tidak bertentangan dengan
kepentingan Nasional.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 5 Menyatakan
Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari Hutan
Negara dan Hutan Hak.
Adapun Hutan Negara dapat berupa Hutan Adat.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 6 Menyatakan
Hutan mempunyai 3 fungsi yaitu :
a)Fungsi konservasi.
b)Fungsi lindung.
c)Fungsi produksi.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 7 Menyatakan
Hutan Konservasi terdiri atas :
a)Kawasan hutan suaka alam.
b)Kawasan hutan pelestarian alam.
c)Taman Buru.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 23 Menyatakan
Pemanfaatan Hutan bertujuan untuk memperoleh
manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh
masyarakat secara berkeadilan dengan tetap
menjaga kelestariannya.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 24 Menyatakan
Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan
pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan
cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada
taman nasional.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 26 Menyatakan
Pemanfaatan Hutan Lindung berupa pemanfaatan
kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan
pemungutan hasil hutan bukan kayu.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 42 Menyatakan
Rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan
kondisi spesifik biofisik melalui
pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan
potensi dan memberdayakan masyarakat.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 47 Menyatakan
Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan
usaha untuk mencegah kerusakan hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran
dan hamapenyakit serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak Negara, masyarakat dan perorangan.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 68 Menyatakan
Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan
hidup yang dihasilkan hutan dan berhak mendapatkan
kompensasi dikarnakan hilangnya akses hutan sebagai
pekerjaannya atau hak atas tanah miliknya yang
ditetapkan sebagai kawasan hutan.
UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 69 Menyatakan
Masyarakat wajib ikut serta menjaga memelihara dan
menjaga kawasan hutan dan dapat meminta
dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat atau
Pemerintah.
DEFINISI ILLEGAL LOGGING
Illegal Logging adalah perbuatan melanggar
Hukum yang dilakukan oleh setiap orang/kelompok
atau badan hukum dalam bidang kehutanan dan
perdagangan hasil hutan.
Perbuatan ini terjadi disemua lini tahapan produksi
kayu, misalnya pada tahap penebangan, tahap
pengangkutan kayu gelondongan, tahap pemrosesan
dan tahap pemasaran, bahkan meliputi penggunaan
cara-cara yang korup dan pelanggaran-pelanggaran
keuangan seperti penghindaran pajak.
ILLEGAL LOGGING DILAKUKAN DENGAN
2 CARA :
Pertama Dilakukan oleh operator sah yang
melanggar ketentuan-ketentuan dalam ijin yang
dimiliki.
Kedua Melibatkan pencuri kayu dimana pohon-
pohon ditebang oleh orang yang sama sekali tidak
mempunyai hak legal untuk menebang.
PENYEBAB TERJADINYA ILLEGAL LOGGING :
❑ Adanya krisis ekonomi di Masyarakat sehingga
mereka memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri
sendiri dengan cara yang tidak benar.
❑ Banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang
industri kayu yang mengalami kemunduran usaha
sehingga membeli bahan baku kayu yang murah dari
hasil praktek illegal logging.
❑ Lemahnya penegakan hukum yang menyebabkan
kondisi moral, sosial dan budaya masyarakat, serta
aparat cenderung menjadi tidak kondusif terhadap
kelestarian hutan
MODUS OPERANDI ILLEGAL LOGGING
YANG MEMILIKI IJIN
❑Melakukan penebangan diluar areal dari ijin yang
diberikan
❑Melakukan penebangan diwilayah yang dilarang
(dipinggir Sungai, Danau dan Waduk).
❑Melakukan manipulasi laporan hasil produksi kayu bulat
menjadi kayu bulat kecil sehingga terjadi selisih
pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH).
❑Penyalahgunaan dokumen legalitas kayu (hasil hutan
alam dilengkapi dengan dokumen hutan tanaman industri.
MODUS OPERANDI ILLEGAL LOGGING
YANG TIDAK MEMILIKI IJIN
❑Melakukan penebangan tanpa memiliki ijin
dengan memanfaatkan masyarakat setempat dan
penggunakan alat berat tanpa ijin.
❑Memanfaatkan risalah lelang.
❑Kayu olahan illegal menggunakan dokumen yang
sudah tidak berlaku (tidak aktif).
PELAKU
ILLEGAL LOGGING UMUMNYA DILAKUKAN OLEH :
❑ Cukong, Pemilik Modal, Penguasa / Pejabat.
❑ Masyarakat setempat.
❑ Pemilik Pabrik / Usaha industri kayu.
❑Pemegang Izin yang melakukan penebangan
diluar izinnya.
❑Oknum Aparat Pemerintah.
❑Pengusaha Asing.
DAMPAK ILLEGAL LOGGING
ILLEGAL
LOGGING
Kerusakan
Lingkungan
Kerusakan
Lapisan
Tanah
Kemiskinan
Masyarakat
Bencana
Alam
(Banjir, Longsor)
VIDEO ILLEGAL LOGGING
Sumber : Youtube.Com
MENGATASI ILLEGAL LOGGING
❑ Deteksi terhadap adanya kegiatan penebangan liar.
Contohnya : Melakukan Inspeksi di tempat-tempat
yang diduga terjadi penebangan liar.
❑Tindak prefentif untuk mencegah terjadinya illegal
logging.
Contohnya : Pemberdayaan masyarakat agar dapat
ikut menjaga hutan dan merasa memiliki.
❑ Penegakan Hukum.
Contohnya : Hukuman yang diberikan harus mampu
menimbulkan efek jera sehingga pemberian sanksi Hukum
harus tepat .
SUBSTANSI YANG DIATUR DALAM INSTRUKSI PRESIDEN NO 4
TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU
SECARA ILEGAL DI KAWASAN HUTAN DAN PEREDARANNYA DI
SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA
1) Melakukan percepatan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal
di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah RI.
2) Menindak tegas dan memberikan sanksi terhadap oknum petugas
dilingkup instansinya yang terlibat dengan penebangan kayu secara
ilegal.
3) Melakukan kerjasama dan saling berkoordinasi untuk melaksanakan
pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan
peredarannya.
4) Memanfaatkan informasi dari masyarakat yang berkaitan dengan
adanya kegiatan penebangan kayu secara ilegal dan peredarannya.
5) Melakukan penanganan sesegera mungkin terhadap barang bukti hasil
operasi pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan
hutan dan peredarannya dan atau alat-alat bukti lain yang digunakan.
KETENTUAN PIDANA
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 50 :
1)Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.
2)Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan
bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang
melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.
3)Setiap orang dilarang :
a) Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan
hutan secara tidak sah.
b) Merambah kawasan hutan.
c) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius
atau jarak sampai dengan :
1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau.
2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa
3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.
4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai.
5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari
tepi pantai.
d) Membakar hutan.
e) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam
hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.
f) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan,
menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut
diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara
tidak sah.
g) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau
eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin
Menteri.
h) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak
dilengkapi bersamasama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.
i) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk
secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang.
j) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau
patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam
kawasan hutan, tanpa izi Pejabat yang berwenang.
k) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin
pejabat yang berwenang
l) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi
hutan ke dalam kawasan hutan
m) Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan
satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari
kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
4) Ketentuan tentang mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkut
tumbuhan dan atau satwa yang dilindungi, diatur sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
KETENTUAN PIDANA
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 :
1)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan
Pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp.5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
2)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
3)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
4) Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah).
5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g,
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 :
7)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah).
8)Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 10.000.000 (sepuluh juta
rupiah).
9)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 :
10)Barang siapa dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k,
diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
11)Barang siapa dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf
l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
12)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 :
13)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11)
adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) dan ayat (12) adalah pelanggaran.
14)Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan
hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan
terhadap pengurusnya, baik sendiri sendiri maupun bersamasama,
dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing
ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan
15)Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau
alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan
kejahatan dan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
dirampas untuk Negara.
UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 80 :
1)Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam undang-undang
ini, dengan tidak mengurangi sanksi pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 78, mewajibkan kepada penanggung jawab perbuatan itu untuk
membayar ganti rugi sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang
ditimbulkan kepada Negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi
hutan, atau tindakan lain yang diperlukan.
2)Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan, atau
izin pemungutan hasil hutan yang diatur dalam undang-undang ini,
apabila melanggar ketentuan di luar ketentuan pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 78 dikenakan sanksi administratif.
3)Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Selamatkan Pohon Kita..
Selamatkan Bumi Kita..
Selamatkan Kehidupan Kita..
HENTIKAN
ILLEGAL
LOGGING
SEKIAN
DAN
TERIMAKASI
H

More Related Content

What's hot

HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANANHUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
EDIS BLOG
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
IndraSetiawan115511
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Gilang Putra
 
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
npgkuja
 
3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda
jopiwildani
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
abdul gonde
 
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian LingkunganPeran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Pebri Nurhayati
 
Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2
Astrijyt
 
KONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptxKONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptx
AlLexOfficial
 
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basahPresentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Bondan the Planter of Palm Oil
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & airdenotsudiana
 
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. DjuandaEkologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Adrian Hartanto Lokaria
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
CIFOR-ICRAF
 
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesiaPenilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
YayasanBadak
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
abdul gonde
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
akb78
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
Google
 
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungiPeraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
Didi Sadili
 

What's hot (20)

HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANANHUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
HUTAN, KEHUTANAN,DAN ILMU KEHUTANAN
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
 
Kerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.pptKerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.ppt
 
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
 
3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda
 
Penanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon SilvikulturPenanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon Silvikultur
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian LingkunganPeran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
 
Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2
 
KONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptxKONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptx
 
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basahPresentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. DjuandaEkologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
 
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesiaPenilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi indonesia
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungiPeraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
 

Viewers also liked

Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingAba Abdillah
 
ILLEGAL LOGGING
ILLEGAL LOGGINGILLEGAL LOGGING
ILLEGAL LOGGING
Dian Bnf
 
Ilegal logging
Ilegal loggingIlegal logging
Ilegal logging
Amin Wicaksono
 
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
Rian Ferdiansyah
 
Illegal logging makalah (revisi)
Illegal logging makalah (revisi)Illegal logging makalah (revisi)
Illegal logging makalah (revisi)Tendo Jefri
 
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokokImplementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
nur efa aripka
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokok
drcellica
 
Paparan Polda Tentang Illegal Logging
Paparan Polda Tentang Illegal LoggingPaparan Polda Tentang Illegal Logging
Paparan Polda Tentang Illegal LoggingPeople Power
 
Power point materi layanan klasikal
Power point materi layanan klasikal Power point materi layanan klasikal
Power point materi layanan klasikal
Komara Yusuf
 
Bahaya 2
Bahaya 2Bahaya 2
The Story of 2013 Fires
The Story of 2013 FiresThe Story of 2013 Fires
The Story of 2013 Fires
CIFOR-ICRAF
 
Plan of action for an escaped sumatran tiger
Plan of action for an escaped sumatran tigerPlan of action for an escaped sumatran tiger
Plan of action for an escaped sumatran tiger
Katie Morton
 
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
Dapur Pixel
 
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
CIFOR-ICRAF
 
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrint
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrintSNV MCA folder and infosheets_SelfPrint
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrintHans Harmen Smit
 
Palm oil
Palm oilPalm oil
Palm oil
djspi6
 
SUMATRAN TIGER PROJECT
SUMATRAN TIGER PROJECTSUMATRAN TIGER PROJECT
SUMATRAN TIGER PROJECTCristina2014
 

Viewers also liked (20)

Illegal logging
Illegal loggingIllegal logging
Illegal logging
 
Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal logging
 
ILLEGAL LOGGING
ILLEGAL LOGGINGILLEGAL LOGGING
ILLEGAL LOGGING
 
Ilegal logging
Ilegal loggingIlegal logging
Ilegal logging
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
Pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia
 
Illegal logging makalah (revisi)
Illegal logging makalah (revisi)Illegal logging makalah (revisi)
Illegal logging makalah (revisi)
 
Roko Troko
Roko TrokoRoko Troko
Roko Troko
 
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokokImplementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
Implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokok
 
Paparan Polda Tentang Illegal Logging
Paparan Polda Tentang Illegal LoggingPaparan Polda Tentang Illegal Logging
Paparan Polda Tentang Illegal Logging
 
Power point materi layanan klasikal
Power point materi layanan klasikal Power point materi layanan klasikal
Power point materi layanan klasikal
 
Bahaya 2
Bahaya 2Bahaya 2
Bahaya 2
 
The Story of 2013 Fires
The Story of 2013 FiresThe Story of 2013 Fires
The Story of 2013 Fires
 
Plan of action for an escaped sumatran tiger
Plan of action for an escaped sumatran tigerPlan of action for an escaped sumatran tiger
Plan of action for an escaped sumatran tiger
 
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
Study Case: Hutan Hujan Prestashop Theme
 
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
The Business Case for Reduced Deforestation: Palm Oil in Indonesia, Looking T...
 
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrint
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrintSNV MCA folder and infosheets_SelfPrint
SNV MCA folder and infosheets_SelfPrint
 
Palm oil
Palm oilPalm oil
Palm oil
 
SUMATRAN TIGER PROJECT
SUMATRAN TIGER PROJECTSUMATRAN TIGER PROJECT
SUMATRAN TIGER PROJECT
 

Similar to Illegal logging

Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutanUu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
Rizki Fitrianto
 
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutan
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutanAktivitas illegal di dalam kawasan hutan
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutan
A'Uan A'Uan
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPeople Power
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nadwalhiaceh
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutanwalhiaceh
 
Tugas iad illegal logging m. fadli
Tugas iad illegal logging m. fadliTugas iad illegal logging m. fadli
Tugas iad illegal logging m. fadlialdy1989
 
Skripsi fn
Skripsi fnSkripsi fn
Skripsi fn
Fitria Novita
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
ZfHartawan
 
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.pptSLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
kirnohadi
 
PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004
Ardi Yanson
 
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di SulawesiPendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
Adi Pujakesuma
 
Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Yadhi Muqsith
 
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanPp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanwalhiaceh
 
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2walhiaceh
 
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
RifatSyauqiZuhdi1
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingAba Abdillah
 
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004walhiaceh
 

Similar to Illegal logging (20)

Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutanUu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
Uu 2013 18 pencegahan pemberantasan perusakan hutan
 
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutan
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutanAktivitas illegal di dalam kawasan hutan
Aktivitas illegal di dalam kawasan hutan
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutan
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutan
 
Tugas iad illegal logging m. fadli
Tugas iad illegal logging m. fadliTugas iad illegal logging m. fadli
Tugas iad illegal logging m. fadli
 
Skripsi fn
Skripsi fnSkripsi fn
Skripsi fn
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
 
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.pptSLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
SLIDE TIPIN KEHUTANAN.ppt
 
PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004
 
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di SulawesiPendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di Sulawesi
 
Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1Makalah kerusakn hutan 1
Makalah kerusakn hutan 1
 
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanPp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
 
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2
Pp nomor 6 tahun 1999 pengusahaan dan pemungutan hasil hutan 2
 
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
[4] Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Hutan.pdf
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+logging
 
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004
Pp perlindungan hutan no 45 thn 2004
 

More from transparansiacehtamiang

Anti korupsi ta
Anti korupsi taAnti korupsi ta
Anti korupsi ta
transparansiacehtamiang
 
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung waletQanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
transparansiacehtamiang
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
transparansiacehtamiang
 
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi PasarQanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
transparansiacehtamiang
 

More from transparansiacehtamiang (10)

Anti korupsi ta
Anti korupsi taAnti korupsi ta
Anti korupsi ta
 
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung waletQanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
Qanun no 3 tahun 2006 sarang burung walet
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2010
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 13 tahun 2010
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 16 tahun 2011
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 29 tahun 2011
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 28 tahun 2011
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 15 tahun 2011
 
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi PasarQanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
Qanun Aceh Tamiang No 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pasar
 

Recently uploaded

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
NinaRahayuBelia
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HarrySusanto18
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
muhammadarsyad77
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Pelita9
 

Recently uploaded (6)

RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
 
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MKHUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG - HUKUM ACARA MK
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum PidanaHukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
Hukum Penitensier serta Pengetahuan akan Hukum Pidana
 

Illegal logging

  • 2. MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 KEHUTANAN sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. HUTAN suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
  • 3. KAWASAN HUTAN wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. HUTAN NEGARA benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. HUTAN HAK hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah
  • 4. HUTAN ADAT hutan Negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. HUTAN PRODUKSI kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. HUTAN LINDUNG kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
  • 5. HUTAN KONSERVASI Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
  • 6. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 4 Menyatakan Seluruh hutan di wilayah Republik Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan hak masyarakat Hukum Adat serta tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional.
  • 7. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 5 Menyatakan Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari Hutan Negara dan Hutan Hak. Adapun Hutan Negara dapat berupa Hutan Adat. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 6 Menyatakan Hutan mempunyai 3 fungsi yaitu : a)Fungsi konservasi. b)Fungsi lindung. c)Fungsi produksi.
  • 8. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 7 Menyatakan Hutan Konservasi terdiri atas : a)Kawasan hutan suaka alam. b)Kawasan hutan pelestarian alam. c)Taman Buru. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 23 Menyatakan Pemanfaatan Hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.
  • 9. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 24 Menyatakan Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 26 Menyatakan Pemanfaatan Hutan Lindung berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.
  • 10. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 42 Menyatakan Rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 47 Menyatakan Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk mencegah kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran dan hamapenyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat dan perorangan.
  • 11. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 68 Menyatakan Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan dan berhak mendapatkan kompensasi dikarnakan hilangnya akses hutan sebagai pekerjaannya atau hak atas tanah miliknya yang ditetapkan sebagai kawasan hutan. UU NO. 41 TAHUN 1999 PASAL 69 Menyatakan Masyarakat wajib ikut serta menjaga memelihara dan menjaga kawasan hutan dan dapat meminta dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat atau Pemerintah.
  • 12. DEFINISI ILLEGAL LOGGING Illegal Logging adalah perbuatan melanggar Hukum yang dilakukan oleh setiap orang/kelompok atau badan hukum dalam bidang kehutanan dan perdagangan hasil hutan. Perbuatan ini terjadi disemua lini tahapan produksi kayu, misalnya pada tahap penebangan, tahap pengangkutan kayu gelondongan, tahap pemrosesan dan tahap pemasaran, bahkan meliputi penggunaan cara-cara yang korup dan pelanggaran-pelanggaran keuangan seperti penghindaran pajak.
  • 13. ILLEGAL LOGGING DILAKUKAN DENGAN 2 CARA : Pertama Dilakukan oleh operator sah yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam ijin yang dimiliki. Kedua Melibatkan pencuri kayu dimana pohon- pohon ditebang oleh orang yang sama sekali tidak mempunyai hak legal untuk menebang.
  • 14. PENYEBAB TERJADINYA ILLEGAL LOGGING : ❑ Adanya krisis ekonomi di Masyarakat sehingga mereka memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri sendiri dengan cara yang tidak benar. ❑ Banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang industri kayu yang mengalami kemunduran usaha sehingga membeli bahan baku kayu yang murah dari hasil praktek illegal logging. ❑ Lemahnya penegakan hukum yang menyebabkan kondisi moral, sosial dan budaya masyarakat, serta aparat cenderung menjadi tidak kondusif terhadap kelestarian hutan
  • 15. MODUS OPERANDI ILLEGAL LOGGING YANG MEMILIKI IJIN ❑Melakukan penebangan diluar areal dari ijin yang diberikan ❑Melakukan penebangan diwilayah yang dilarang (dipinggir Sungai, Danau dan Waduk). ❑Melakukan manipulasi laporan hasil produksi kayu bulat menjadi kayu bulat kecil sehingga terjadi selisih pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). ❑Penyalahgunaan dokumen legalitas kayu (hasil hutan alam dilengkapi dengan dokumen hutan tanaman industri.
  • 16. MODUS OPERANDI ILLEGAL LOGGING YANG TIDAK MEMILIKI IJIN ❑Melakukan penebangan tanpa memiliki ijin dengan memanfaatkan masyarakat setempat dan penggunakan alat berat tanpa ijin. ❑Memanfaatkan risalah lelang. ❑Kayu olahan illegal menggunakan dokumen yang sudah tidak berlaku (tidak aktif).
  • 17. PELAKU ILLEGAL LOGGING UMUMNYA DILAKUKAN OLEH : ❑ Cukong, Pemilik Modal, Penguasa / Pejabat. ❑ Masyarakat setempat. ❑ Pemilik Pabrik / Usaha industri kayu. ❑Pemegang Izin yang melakukan penebangan diluar izinnya. ❑Oknum Aparat Pemerintah. ❑Pengusaha Asing.
  • 20. MENGATASI ILLEGAL LOGGING ❑ Deteksi terhadap adanya kegiatan penebangan liar. Contohnya : Melakukan Inspeksi di tempat-tempat yang diduga terjadi penebangan liar. ❑Tindak prefentif untuk mencegah terjadinya illegal logging. Contohnya : Pemberdayaan masyarakat agar dapat ikut menjaga hutan dan merasa memiliki. ❑ Penegakan Hukum. Contohnya : Hukuman yang diberikan harus mampu menimbulkan efek jera sehingga pemberian sanksi Hukum harus tepat .
  • 21. SUBSTANSI YANG DIATUR DALAM INSTRUKSI PRESIDEN NO 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILEGAL DI KAWASAN HUTAN DAN PEREDARANNYA DI SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA 1) Melakukan percepatan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah RI. 2) Menindak tegas dan memberikan sanksi terhadap oknum petugas dilingkup instansinya yang terlibat dengan penebangan kayu secara ilegal. 3) Melakukan kerjasama dan saling berkoordinasi untuk melaksanakan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya. 4) Memanfaatkan informasi dari masyarakat yang berkaitan dengan adanya kegiatan penebangan kayu secara ilegal dan peredarannya. 5) Melakukan penanganan sesegera mungkin terhadap barang bukti hasil operasi pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya dan atau alat-alat bukti lain yang digunakan.
  • 22. KETENTUAN PIDANA UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 50 : 1)Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. 2)Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. 3)Setiap orang dilarang : a) Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. b) Merambah kawasan hutan. c) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan : 1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau. 2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa 3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai. 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai. 5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang. 6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.
  • 23. d) Membakar hutan. e) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. f) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah. g) Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri. h) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersamasama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan. i) Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang. j) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izi Pejabat yang berwenang.
  • 24. k) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang l) Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan m) Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. 4) Ketentuan tentang mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkut tumbuhan dan atau satwa yang dilindungi, diatur sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
  • 25. KETENTUAN PIDANA UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 : 1)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan Pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000 (lima milyar rupiah). 2)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah). 3)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
  • 26. 4) Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah). 5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
  • 27. UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 : 7)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah). 8)Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah). 9)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
  • 28. UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 : 10)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). 11)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). 12)Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
  • 29. UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 78 : 13)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran. 14)Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri sendiri maupun bersamasama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan 15)Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk Negara.
  • 30. UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 80 : 1)Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam undang-undang ini, dengan tidak mengurangi sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78, mewajibkan kepada penanggung jawab perbuatan itu untuk membayar ganti rugi sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang ditimbulkan kepada Negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan, atau tindakan lain yang diperlukan. 2)Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan, atau izin pemungutan hasil hutan yang diatur dalam undang-undang ini, apabila melanggar ketentuan di luar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dikenakan sanksi administratif. 3)Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 31. Selamatkan Pohon Kita.. Selamatkan Bumi Kita.. Selamatkan Kehidupan Kita.. HENTIKAN ILLEGAL LOGGING