1. TAMAN HUTA RAYA
WHAT?
Taman hutan raya atau biasa disingkat
Tahura merupakan kawasan hutan
yang ekosistemnya dilindungi,
termasuk tumbuhan dan satwa yang
ada di dalamnya. Tahura biasanya
berlokasi tak jauh dari perkotaan atau
permukiman yang gampang diakses,
tidak terletak di tengah hutan
belantara.
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan
asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
2. KRITERIA TAMAN HUTAN RAYA:
Memiliki ciri khas dari sisi
ekosistem, satwa atau
tumbuhannya. Bisa asli
ataupun buatan, baik
ekosistemnya masih utuh
maupun sudah berubah.
Kawasan tersebut memiliki
keindahan alam atau gejala
alam tertentu yang unik.
Mempunyai luas wilayah yang
memungkinkan
untuk perkembangan
tumbuhan dan satwa yang
ada di dalamnya.
MANFAAT TAMAN HUTAN RAYA:
Penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi.
Koleksi kekayaan keanekaragaman hayati.
Penyimpanan karbon, pemanfaatan air serta
energi air, panas, dan angin serta wisata alam.
Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam
rangka menunjang budidaya dalam bentuk
penyediaan plasma nuftah.
Pembinaan populasi melalui penangkaran dalam
rangka pengembangbiakan satwa atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam
lingkungan yang semi alami.
Pemanfaatan tradisional oleh masayarakat
setempat, dapat berupa kegiatan pemungutan
hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta
perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang
tidak dilindungi.
3. TAHURA IR. H. DJUANDA
LUAS TAHURA:
526,98 hektare
(membentang dari
kawasan Dago
Pakar sampai
Maribaya). sampai
sekarang.
Taman Hutan
Raya Ir. H.
Djuanda
merupakan
kawasan
konservasi yang
terpadu antara
alam sekunder
dengan hutan
tanaman yang
terletak di Kota
Bandung, Jawa
Barat,
Indonesia.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama
di Indonesia.
4. S
E
J
A
R
A
H
&
L
A
T
A
R
B
E
L
A
K
A
N
G
Taman Hutan Raya Ir H. Djuanda dulunya merupakan sebagian
areal dari Kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari dan dirubah
fungsinya menjadi Taman Wisata Curug Dago dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 575/ Kpts/Um/8/1980.
Pada kurun waktu tahun 1980 hingga tahun 1984 atas dasar
prakasa dan Sesepuh Jawa Barat diantaranya Bapak Mashudi
serta hasil kajian teknis pakar lingkungan dan ITB dan UNPAD dan
dukungan pemerintah pada waktu itu mengusulkan agar fungsi
kawasan hutan TWA Curug Dago ditingkatkan sebagai Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda dalam upaya untuk menghargai dan
mengabadikan Pahlawan Nasional dan Tatar Sunda yang
diharapkan jiwa dan semangat nasionalismenya akan menjadi
suritauladan untuk generasi yang akan datang. Maka
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1985 dan peresmiannya dilakukan pada tanggal
14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H.
Djuanda, maka kawasan hutan TWA Curug Dago secara resmi
dirubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya lr. H. Djuanda.
5. VISI & MISI TAHURA IR. H. DJUANDA
Visi pengembangan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda adalah :
“Terciptanya pengembangan pengelolaan Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda yang berwawasan lingkungan untuk
mewujudkan kelestarian hutan sebagai sistem
penyangga kehidupan bagi kesejahteraan rakyat ”.
Misi Pengembangan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda adalah :
•Meningkatkan kontribusi pemanfaatan kawasan hutan
melalui pariwisata alam untuk kepentingan konservasi,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
•Mengoptimalkan distribusi manfaat pariwisata alam
bagi para pihak.
•Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pentingnya
manfaat sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bagi
kehidupan umat manusia.
•Meningkatkan pengembangan produksi aneka
pariwisata alam.
•Menciptakan mekanisme keterlibatan masyarakat
dalam proses perencanaan, pengelolaan dan kemitraan
dengan para penyelenggara pariwisata alam.
6. FUNGSI TAHURA IR. H. DJUANDA
Taman Hutan Raya diharapkan
mempunyai fungsi:
-Perlindungan sistem penyangga
kehidupan,
-pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa asli
atau bukan asli
-keunikan panorama alam
asrinya dapat dimanfaatkan
secara lestari untuk konservasi,
koleksi, edukasi, rekreasi dan
secara tidak langsung
-meningkatkan sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya dan PAD
Propinsi Jawa Barat.
Secara harfiah tertuang dalam
Undang-undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Taman Hutan Raya adalah
kawasan pelestarian alam
yang mempunyai fungsi
sebagai koleksi tumbuhan dan
satwa, baik jenis asli maupun
bukan asli untuk dimanfaatkan
untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, penelitian,
pendidikan, budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi
7. Ekosistem alami ( Darat )
•Hutan hujan tropis
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan
hutan tanaman yang mempunyai potensi flora cukup variatif, terdiri dari
tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi
oleh jenis pinus sedangkan untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan
pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam (arboretum). Taman hutan
raya ir. H djuanda memiliki suhu yang sejuk dan cukup dingin, kelembapannya
tinggi, curah hujannya tinggi, terdiri dari berbagai tanaman greencover sampai
tanaman kanopi dan memiliki keanekaragaman hayati.
BENTUK- BENTUK EKOSISTEM
8. EKOSISTEMEkosistem Alami ( perairan )
• Curug Dago
Curug Dago merupakan sebuah objek
wisata Air terjun di bandung yang
memiliki ketinggian air sekitar 12 m saja
dan berada pada ketinggian sekitar 800
meter diatas permukaan laut.
Terbentuknya curug ini berasal dari aliran
sungai Cikapundung yang mengalir dari
Maribaya dan memasuki kota Bwisata
Curug Dago menyimpan jejak sejarah dari
Kerajaan Thailand. Tidak jauh dari air
terjun, terdapat dua buah prasasti batu
tulis bekas peninggalan sejarah pada
tahun 1818 M. Menurut penafsiran dari
para ahli sejarah, dua prasasti tersebut
merupakan peninggalan dari Raja Rama V
atau Raja Chulalonkorn dan Raja Rama
VII atau Pradjathipok Pharaminthara yang
berasal dari dinasti Chakri dan pernah
berkunjung ke Curug Dago.andung.
• Curug Omas
Curug Omas lokasinya terletak di dalam
Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda di
kawasan wisata Maribaya. Curug ini
mempunyai ketinggian air terjun kurang
lebihnya sekitar 30 meter dengan
kedalaman air sekitar 10 m yang berada
pada aliran sungai Cikawari. Di atas air
terjun ini terdapat sebuah jembatan
yang bisa digunakan untuk melintas serta
melihat air terjun dari atas.
BENTUK-BENTUK
10. EKOSISTEM
Ekosistem Buatan
• Goa Jepang
setelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara
Jepang kemudian mengambil alih tempat
ini dan membangun gua lainnya sebagai
basis pertahanan mereka tidak jauh dari
gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga
kerja paksa sehingga konon tidak sedikit
korban yang berjatuhan selama pembuatan
gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap
tentara sekutu, tempat ini adalah
pertahanan terakhir bagi tentara Jepang
yang ada di Bandung. Setelah Jepang
meninggalkan Indonesia, gua inipun
terlantar, tertutup oleh semak belukar dan
hutan. Sampai kemudian ditemukan
kembali pada sekitar tahun 1965, konon
pada waktu itu masih banyak ditemukan
sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti
senjata dan amunisi di dalamnya.
• Goa Belanda
Belanda membuat terowongan ini
untuk keperluan saluran air bagi
pembangkit listrik tenaga air
pertama di Indonesia yaitu PLTA
Bengkok. Namun pada
perkembangannya, air untuk
pembangkit listrik kemudian
disalurkan menggunakan pipa-pipa
besar, sedangkan terowongan yang
membelah bukit tersebut digunakan
untuk kepentingan militer khususnya
sebagai pusat telekomunikasi.
selanjutnya terowongan-terowongan
tersebut ditambah sehingga di
dalamnya terdapat ruangan-ruangan
lain termasuk penjara dan tempat
interogasi.
12. Komponen Hutan
•Lapisan teratas
(emegergent layer)
terdiri dari pohon-pohon
yang tingginya mencapai
lebih dari 80 m, tumbuh
menjulang tinggi dan
tidak saling bersentuhan.
•Lapisan Kanopi (canopy
layer) terdiri dari pohon-
pohon dengan
ketinggian 30-40 m
dengan tajuk beraturan,
rapat dan saling
bersentuhan sehingga
menaungi tanaman yang
ada di bawahnya.
•Lapisan bagian bawah kanopi (subcanopy layer) terdiri
dari pohon yang memiliki tinggi 18-40 m dan biasanya
pohon pada lapisan ini memiliki sifat tahan terhadap
naungan.
•Lapisan semak (shrub layer) terdiri atas pohon yang
lebih rendah dengan cabang banyak dan sangat rapat.
•Lapisan herbs (herb layer) tumbuh dekat tanah seperti
bunga, rumput, dan lain-lain.
•Lapisan lantai hutan (floor layer) yang terdiri dari
tumbuh¬-tumbuhan penutup tanah dengan tinggi 0-1 m.
KOMPONEN HUTAN
13. Hutan di kawasan ini merupakan vegetasi campuran yang terdiri dari 40 famili, 112
species diantaranya berasal dari luar negeri seperti pohon sosis (kegelia aethiopica)
dari afrika, Mahoni Uganda (khaya anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko
(pinus montecumae) berasal dari Meksiko, cengal pasir (hopea odorata) dari
Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem) dari Afrika Tengah dan lain
sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam negeri diantaranya : Pinus (pinus
merkusi jung), Bayur Sulawesi (pterospermum celebicum) dari Sulawesi, Kayu
manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa Barat, Damar (agathis damara)
dari Maluku, Cemara Sumatera (casuarina sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.
Selain itu terdapat berbagai jenis binatang yang tinggal di dalamnya antara lain
Musang (Paradoxurus herma paproditus), Tupai (Callosciurus notatus), Kera
(Macaca insularis) serta berbagai jenis burung seperti Kepondang (Oriolus
chinensis), Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), Ayam hutan (Gallus gallus
bankiva), babi hutan, monyet, keleawar ( dalam goa jepang dan belanda) dan
beberapa spesies lainnya.
BIOTIK
14. ABIOTIKTANAH TAHURA
Unsur tanah yang
terkandung di areal Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda
didominasi andosol,
sebagian kecil gramasol
yang peka terhadap erosi.
SINAR MATAHARI
Tidak terlalu banyak
sinar matahari karena
banyaknya tanamana
kanopi yang menutupi
masuknya cahaya
matahari langsung di
tahura.
AIR
Sumber air yang berada
di Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda adalah
sungai Cikapundung
yang membentang
sepanjang 15 km dan
lebar rata-rata 8 meter
dengan debit air sekitar
3.000 m³/detik.
TOPOLOGI TAHURA
Sebagian besar kawasan
merupakan ekosistem
pinggir sungai (Riparian
ecosystem), pada
umumnya kondisi
lapangan miring, dengan
kelerengan (slope) agak
curam sampai dengan
terjal, dengan ketinggian
± 770 dpl sampai
dengan ± 1350 m di atas
permukaan laut.
SUHU
suhu berkisar antara 22°
C – 24° C (di lembah) dan
berkisar 18° C – 22° C (di
puncak). Curah hujan
rata-rata pertahun 2.500
– 4.500 mm/tahun.
15. Interaksi dalam Ekosistem
Netral
Netral adalah hubungan tidak saling
mengganggu antarorganisme dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak menguntungkan
dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya : di tahura seperti
burung dengan kelelawar.
Parasitisme
Merupakan hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil
makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
Contoh : jamur yang menempel pada batang pohon di tahura.
Ket: jamur menumpang hidup dan mengambil
nutrisi dari pohon sedangkan pohon batangnya
rusak oleh jamur.
16. Mutualisme
Muatualisme adalah hubungan
antara dua organisme yang berbeda
spesies yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. Contoh, interaksi
antara kupu – kupu dan bunga yang
ada di tahura.
Komensalisme
Merupakan hubungan antara dua
organisme yang berbeda spesies
dalam bentuk kehidupan bersama
untuk berbagi sumber makanan;
salah satu spesies diuntungkan dan
spesies lainnya tidak dirugikan.
Contohnya anggrek dengan pohon
yang ditumpanginya, semut yang
membuat sarang dibatang pohon.
Interaksi antarkomunitas
cukup komplek karena tidak
hanya melibatkan organisme,
tapi juga aliran energi dan
makanan. Interaksi
antarkomunitas dapat kita
amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon
melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan
darat.Interaksi dalam Ekosistem
Interaksi Antar Komunitas
18. EVAPORASI (PENGUAPAN)
Penguapan terjadi ketika keadaan fisik air berubah dari keadaan cair
menjadi gas.
KONDENSASI
Kondensasi adalah proses dimana uap air mengalami perubahan
keadaan fisik paling sering dari uap, menjadi cairan. Uap air
mengembun ke partikel udara kecil untuk membentuk embun, kabut,
atau awan.
TRANSPIRASI
Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-
tumbuhan melalui mulut daun dan batangnya.
Evapotranspirasi,
yaitu proses evaporasi dan transpirasi secara bersama-sama.
19. PRESIPITASI
Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan dari atmosfer ke bumi
yang meliputi hujan, hujan es, dan hujan salju.
RUN OFF
Run off, yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui
aliran selokan, kanal, sungai, dan anak sungainya.
INFILTRASI
Infiltrasi, yaitu perembesan dan pergerakan
air ke dalam tanah.
20. Zona penyangga (buffer zone)
merupakan area yang mengelilingi
zona inti. Zona ini bisa dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
mengeksploitasi sumber daya alam,
seperti pendidikan, rekreasi,
ekowisata dan penelitian.
Contohnya seperti hutan yang ada
di sekitarnya, curug Dago dan curug
Omas.
Zona inti (core area) merupakan
kawasan yang dilindungi untuk
konservasi. Di zona ini hanya
diperbolehkan kegiatan penelitian yang
tidak merusak dan kegiatan lain yang
berdampak rendah, seperti pendidikan.
Sepeti goa Jepang dan goa Belanda
mnejadi tempat edukasi.
Zona transisi ( transition area) merupakan
area yang mengelilingi zona penyangga. Di
dalam zona ini diperbolehkan kegiatan
pertanian, pemukiman dan pemanfaatan
lain. Untuk mengelola zona transisi harus
ada kerjasama berbagai pemangku
kepentingan seperti masyarakat, ilmuwan,
lembaga swadaya masyarakat, pemerhati
ekonomi dan pemangku kepentingan
lainnya. Contohnya adanya pedagang-
pedagang kaki lima, atau tempat makan
sperti restoran di sekitar tahura.
22. PERMASALAH EKONOMI
• Permasalahan ekonomi yang ada di tahura adalah mengenai masalah
biaya masuk yang sudah dibayar tetapi ketika sudah di dalam terkena
biaya lagi dari masyarakat sekitar seperti parkir, masalah inflasi harga
yang cukup signifikan seperti harga makanan, minuman, dan
penyewaan seperti senter yang terlampau sangat jauh dari harga
normal.
23. PERMASALAHAN EKONOMI
• Masalah yang tidak kalah penting adalah masalah transportasi
seperti ojek yang harganya selalu berubah tergantung dari turis yang
datang ke tahura misalnya seperti turis domestik yang asli bandung,
turis domestik dari luar bandung, dan turis asing semuanya pasti
harganya akan berubah. Seharusnya pengelola harus bekerja sama
dengan masyarakat untuk membuat suatu sistem ekonomi yang
tepat.
24. PERMASALAHAN SOSIAL BUDAYA
• Permasalahan sosial budaya di tahura adalah pekerjanya
adalah masyarakat itu sendiri yang kurang memadai
seperti tour leader, petugas, dan masyarakat sekitar yang
membuka warung perorangan disekitar area tahura yang
membuat tidak adanya peraturan yang jelas untuk
membuka usaha di tahura, dan tindakan vandalisme yang
dilakukan oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
25. PERMASALAHAN SOSIAL BUDAYA
• sehingga ada beberapa bangunan
warung yang terbengkalai bahkan
sudah tidak layak, dan menjadi
merusak keindahan di tahura.
Seharusnya pengelola tahura juga
harus ikut masuk untuk mengelola
ukm di tahura dan merapkan standar
kualitas yang baik
• Dan sudah ada
beberapa
masyarakat yang
membuka usaha
dengan baik dan
mengikuti standar
yang sudah di
tetapkan oleh
pemiliknya
26. PERMASALAHAN LINGKUNGAN
• Permasalahan lingkungan di tahura adalah masalah
pembukaan lahan di hutan untuk membuka perkebunan,
pembangunan wilayah wisata, dan juga beberapa untuk
membangun perumahan di daerah dago. Bahkan
beberapa masyarakat juga ada yang jual beli lahan tanpa
sepengetahuan dari pemda bandung.
27. PERMASALAHAN LINGKUNGAN
• Akibat dari pembukaan lahan itu tejadi
longsor dan erosi di beberapa titik di
tahura karena kurangnya daerah
resapan air, kurangnya daerah resapan
air juga berdampak kepada seluruh di
daerah bandung sehinnga di beberapa
daerah bandung terjadi banjir. Dari
pembukaan lahan tersebut juga
menyebabkan global warming, dan
juga kurangnya perhatian masyarakat
dalam menjaga lingkungan.
• Walaupun
masyarakat
sudah diberikan
binaan oleh
PERHUTANI
dengan baik
dalam skema
pengelolaan
hutan bersama
masyarakat
(PHBM). Tetapi
tetap masih ada
masyarakat
yang melanggar.
28. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN
WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak Positif
Sejak berkembangnya isu pemanasan global mulai
ramai disemarakan, maka mulailah diperkenalkan
dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan
mudah di daur ulang, penggunaan bahan daur
ulang ini dibuat kerajinan tangan. Setelah itu masih
ada dampak yang semakin meluas yaitu semakin
luasnya pada pemeliharaan lingkungan, selain
membuka lapangan pekerjaan baru dimasyarakat ,
dan menjadi salah satu tindakan nyata dalam upaya
pembelajaran menjaga lingkungan di TAHURA.
29. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN
WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak Negatif
Pembukaan lahan rekreasi wisata alam, dan wisata minat
khusus, perkebunan, dan pembangunan lainnya
memberikan gangguan besar terhadap kehidupan flora
dan fauna liar. Selain itu adanya alih fungsi lahan sebagai
sarana pendukung perkembangan pariwisata
mengakibatkan banyak lahan produktif yang hilang dan
tergantikan oleh bangunan beton, alih fungsi lahan
tersebut juga mengakibatkan terganggunya proses
penyerapan air yang bisa mengakibatkan banjir.
30. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEGIATAN
WISATA BAGI LINGKUNGAN
• Dampak Negatif
Masalah pencemaran lingkungan juga menjadi
masalah yang sangat besar yaitu, pencemaran
udara yang berada di kota kota besar dampaknya
terasa langsung di daerah wisata seperti TAHURA
yang dimana gas yag dapat merusak lapisan ozon
dan menghasilkan bahan kimia di udara yang
dapat menyebabkan hujan asam yang bebahaya
bagi kehidupan di TAHURA. Pencemaran air juga
semakin meningkat akibat pestisida, pupuk, dan
bahan kimia lainnya yang digunakan dalam upaya
meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan.
31. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF LINGKUNGAN
DTW BAGI KEGIATAN WISATA
• Dampak Positif
Dampak positif lingkungan DTW terhadap kegiatan wisata
adalah dimana para turis akan lebih memahami dan
mempelajari arti dari sebuah PARIWISATA BERWAWASAN
LINGKUNGAN. Baik turis maupun petugas yang ada di
TAHURA akan lebih menjaga dari kelestarian lingkungan
bahwa kawasan TAHURA itu sangat penting bagi
kelangsungan seluruh makhluk hidup. Dengan bantuan dari
pemerintah dengan melakukan pembinaan tentang
PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN.
32. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF LINGKUNGAN DTW
BAGI KEGIATAN WISATA
• Dampak Negatif
Dampak negatif lingkungan bagi kegiatan wisata
adalah petugas dan UKM tidak mementingkan
pelestarian lingkungan karena mereka hanya
mementingkan ekonominya saja tanpa memikirkan
turis dan keadaan sekitar, dan membiarkan turis
melakukan tindakan apapun yang dapat merusak
lingkungan. Petugasnyapun sama tidak mementingkan
keadaan lingkungannya. Seharusnya pengelola dan
pemerintah melakukan perekrutan dengan cara
pelatihan agar memiliki SDM yang mempuni, dan
harus meningkatkan pengawasan di daerah sekitar
TAHURA untuk mencegah tindakan pengrusakan
lingkungan.
33. ANALISIS SWOT
STRENGTH
• Dukungan dari pemerintah melalui eksistensi kementerian
Kehutanan
• Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan
Pemerintah Indonesia yang terkait dengan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya serta lingkungan hidup.
• Potensi kawasan tahura yang merupakan ekosistem unik serta
keanekaragaman hayati yang ada didalamnya
• Memiliki daya tarik wisata yang lengkap, hutan, danau, sungai, dan
goa
• Aksesibilitas yang mudah dari kota Bandung
34. ANALISIS SWOT
WEAKNESS
• Lemahnya peran serta dan kelembagaan masyrakat, terutama
masyarakat sekitar kawasan.
• Masih lemahnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
• Kekurangan sumberdaya manusia, dalam menerapkan konservasi
dan perlindungan terhadap kawasan.
35. ANALISIS SWOT
OPPORTUNITIES
• Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan di tingkat lokal
terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
• Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang unik, langka,
dan bernilai ekonomi tinggi serta tingginya minat masyarakat lokal
dan manca negara.
• Peluang investasi ke kawasan konservasi dalam rangka
pengembangan wisata alam.
• Tingginya minat wisatawan terhadap kegiatan wisata outbound
36. ANALISIS SWOT
THREATS
• Masih tingginya tingkat kerawanan kawasan, baik dari aktifitas
penebangan liar dan perdagangan kayu illegal, perambahan
kawasan, kebakaran hutan dan kegiatan pertambangan tanpa izin.
• Kondisi perekonomian masyarakat yang masih sangat bergantung
pada ketersediaan sumber daya alam di dalam kawasan.
• Daya dukung lingkungan yang terbatas untuk akumulasi kegiatan
wisata yang lebih besar, yang akan berdampak pada penurunan
kualitas fisik lingkungan alam dan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
• Keberadaan habitat satwa dari ancaman kepunahan