III Perilaku Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan.pptx
1. PERILAKU SOSIAL BUDAYA
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
OLEH
Nama : Karolina Obe Masu
Nim : (202306030092 )
Prodi : D3 kebidanan
2. PENGANTAR
• Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
manusia
• Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat
adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
• faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat
antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
3. TANTANGAN
• Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaaan mempunyai tantangan
yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai
dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah
pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
• Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan
mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi
kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan
4. YANG HARUS DILAKUKAN
• Seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan
terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-
budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan
norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian
5. CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
DALAM PRAKTEK KEBIDANAN MELALUI
PAGUYUBAN
• Paguyuban adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para
warganya di warnai dengan hubungan sosial yang penuh rasa
kekeluargaan , bersifat batiniah dan kekal serta jauh dan pamrih- pamrih
ekonomi.
• Menurut Ferdinand Tonnies, paguyuban (gemeinschaft) adalah bentuk
kehidupan bersama di-mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesehatan. Kehidupan
seperti ini bersifat organis dan sejati.
6. CIRI-CIRI PAGUYUBAN :
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan bersifat pribadi .
3. Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk
"kita" saja dan tidak untuk orang lain diluar kita.
7. CONTOH PAGUYUBAN
• Posyandu
• Posyandu merupakan suatu forum
komunikasi alih teknologi dan sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang
mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia
sejak dini.
8. MANFAAT POSYANDU
1. Sebagai sarana pelayanan terdekat di masyarakat dan mudah dijangkau oleh
masyarakatsetempat.
2. Sebagai sarana pendidikan dan pelatihan bagi,masyarakat dalam
pembentukan kader leader dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.
3. Memberikan nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia sejak
dini.
4. Mendorong peran serta masyarakat sehingga aktif dalam meningkatkan
kesehatan
9. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PERAN
SEORANG BIDAN.
1.Norma dan nilai budaya
2.Tradisi dan praktek lokal
3. Peran keluarga dan masyarakat
4. Kepercayaan agama
5. Kontes sosial dan ekonomi
10. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN
PRA PERKAWINAN DAN PERKAWINAN
• Masa pra perkawinan adalah masa pasangan untuk mempersiapkan diri ke jenjang perkawinan
• Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki
jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya.
• Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi
kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra
dan pasca kehamilan.
• Promosi Kesehatan
• Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah dianjurkan
• Bidan mencegan pernikah dini
11. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN
KEHAMILAN
• Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan
dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko
tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering
kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
12. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN
KELAHIRAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
1. Masih Tingginya Angka Kematian Ibu Dan Anak Di Indonesia Berkaitan Erat
Dengan Faktor Sosial Budaya Masyarakat
2. Tingkat Pendidikan Penduduk, Khususnya Wanita Dewasa Yang Masih Rendah,
3. Keadaan Sosial Ekonomi Yang Belum Memadai
4. Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Dan Petugas
Kesehatan Yang Masih Rendah
5. Jauhnya Lokasi Tempat Pelayanan Kesehatan Dari Rumah-rumah Penduduk
Kebiasaan-kebiasaan Dan Adat Istiadat Dan Perilaku Masyarakat Yang Kurang
Menunjang Dan Lain Sebagainya.
13. PERILAKU, KEBIASAAN, DAN ADAT ISTIADAT YANG
MERUGIKAN
1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan,
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin
3. Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang,
4. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar,
5. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata,
6. Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan
ibu dapat dengan mudah melahirkan.
7. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.
14. PENDEKATAN MELALUI BUDAYA DAN KEGIATAN
KEBUDAYAAN KAITANNYA DENGAN PERAN SEORANG BIDAN
1. Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang
sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerjanya.
2. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
3. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan
mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar
pentingnya kesehatan.
15. KESIMPULAN
• Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan
budaya yang akurat.
• Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan
secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif
dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
• Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau kebudayaan
seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata.
• Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk
melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan
di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian
wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di
awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.