obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
Hukum Transplantasi dalam Islam
1. HUKUM TRANSPLANTASI DALAM ISLAM
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat yang organ
tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ
tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan
hidup secara sehat.
Dalam islam transplantasi bisa dikategorikan urusan duniawi. Karena jika kita amati, tidak
ada dalil baik dari Al Qur’an ataupun hadits.
Lalu bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk di transplantasi?
Allah berfirman:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah 5 :2)
Dari firman tersebut maka mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi itu boleh. Namun
perlu diperhatikan,dalam mendonorkan organ,organ tersebut bukanlah organ vital,yang jika
organ tersebut di ambil maka akan menimbulkan kematian bagi pendonor.
Ada dua jenis donor organ:
A. Donor organ ketika pendonor masih hidup
Donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak mengakibatkan
kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya. Hal ini
akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh
dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya; meski dengan kerelaannya.
Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS an-Nisa [4]: 29).
Selanjutnya Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-An’am [6]:
151)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa saja yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya sendiri, maka
dia akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.”
“…dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-
Baqarah 2: 195)
2. B. Donor organ ketika pendonor telah meninggal
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh. Sebagian ulama madzhab Maliki
dan Adz-Dzahiri yang berpendapat bahwa npemanfaatan organ tubuh mayat tidak boleh
didilakukan dengan landasan sabda Rosulullah Rasulullah saw., “Memotong tulang mayat
sama dengan memotong tulang manusia ketika masih hidup.” (HR. Abu Daud). Jadi, mayat
harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa hidupnya.
Jumhur ulama fiqh yang terdiri dari sebagian ulama Madzhab Hanafi,Maliki,Syafli dan
Hambali berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan
dibolehkan dalam keadaan darurat. Menurut mereka hadits riwayat Abu Dawud tersebut
berlaku jika dolakukan semena-mena tapa manfaat. Apabila dilakukan untuk pengobatan itu
tidak dilarang karena hadits yang memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya
lebih banyak dan lebih meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.
Transplantasi ini dapat di lakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan sebelum ia
meninggal atau dari ahli warisnya(jika sudah wafat).
Namun ada pula yang berpendapat bahwa hukum pemilikan terhadap tubuh manusia setelah
dia mati. Merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah kematiannya,
manusia telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal; baik harta,
tubuh, maupun istrinya. Dengan demikian, dia tidak lagi memiliki hak terhadap
tubuhnya.memang di bolehkan untuk harta namun itu di khususkan hanya untuk harta bukan
untuk anggota badan.
Menurut saya, daam keadaan darurat diperbolehkan,dengan asar:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang[2:173]
Hal ini di karenakan demi menyembuhkan penyakit,kerena Allah menurunkan suatu penyakit
beserta obatnya. Dan dalam syariat islam menuntut umatnya agarseluruh penyakit harus di
obati,angan membiarkan penyakit bersarang di tubuh kita yang dapat berakibat fatal,yaitu
kematian. Sesuai dengan firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. sesungguhnya Allah sangat belas kasihan
padamu. (QS an-Nisa [4]: 29).