1. Luqatah adalah barang yang ditemukan di jalan oleh seseorang tanpa diketahui pemiliknya. Barang tersebut menjadi amanah di tangan penemu.
2. Jika setelah diumumkan selama satu tahun pemilik masih tidak diketahui, barang tersebut boleh dimanfaatkan atau dimakan oleh penemu. Hewan ternak boleh dimakan.
3. Jika pemilik ditemukan, barang harus dikembalikan. Bi
2. Ar. = sesuatu yang diperoleh setelah diusahakan, atau
sesuatu yang dipungut. Sesuatu yang ditemukan di jalan,
baik harta, manusia, maupun hewan.
Ulama Mazhab Hanafi: harta yang ditemukan seseorang,
tidak diketahui pemiliknya dan harta itu termasuk harta
yang boleh dimiliki, bukan milik kafir harbi.
Ulama Mazhab Hanbali: harta seseorang yang hilang di
jalanan, dan ditemukan oleh orang lain.
3. 1. Mazhab Maliki dan Hanbali: makruh, karena
perbuatan itu bisa menjerumuskannya, yakni
memanfaatkan atau memakan barang yang haram.
2. Mazhab Hanafi dan Syafi’i: lebih baik dipungut apabila
ada kekhawatiran barang itu akan hilang atau
ditemukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Kalau tidak ada kekhawatiran itu, hukumnya
boleh. Alasan, karena seorang muslim berkewajiban
memelihara barang harta saudaranya.
4. 1. Ulama Mazhab Hanafi: amanah – damanah dan penemu
berkewajiban mengumumkannya. Oleh sebab itu, ketika barang
itu ditemukan wajib disaksikan oleh dua orang saksi. “Siapa yang
menemukan barang barang temuan, maka hendaklah disaksikan
dua orang yang adil” (HR. Ahmad bin Hanbal, Ibnu Majah).
2. Ulama Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali: amanah (seperti
wadi’ah yang tidak ada risiko apa pun), tetapi tidak diwajibkan
menghadirkan dua orang saksi, karena sifatnya anjuran. Alasan,
sabda Rasul yang memerintahkan Zaid bin Khalid bin Juhani dan
Ubay bin Ka’b untuk mengumumkan barang temuan dan Rasul
tidak meminta agar barang itu disaksikan.
5. 1. Berbentuk harta selain binatang.
2. Berbentuk binatang ternak yang tersesat dari pemiliknya.
2.1 Ulama Mazhab Hanafi dan Syafi’i: penemu boleh memungut
hewan atau harta tersebut dan menjadi amanah di tangannya serta
wajib dikembalikan kepada pemiliknya jika telah diketahui.
2.2 Imam Malik: makruh, alasannya, beberapa hadis yang bernada
mengancam para penemu barang-barang pungutan yang tidak
amanah. ”Hewan sesat itu bisa menjadikan penemunya masuk
neraka” (HR. Ahmad bin Hanbal, at-Tabrani, Ibnu Majah, dan Ibnu
Hibban).
6. Di tempat-tempat yang ramai dikunjungi masyarakat seperti
pasar dan masjid.
Diumumkan selama satu tahun.
Dasarnya: “Tidak halal barang temuan itu dimakan. Barang siapa
yang menemukan barang hilang, hendaklah ia
mengumumkannya selama satu tahun” (HR. Daruqutni dan al-
Bazzar).
Wahbah az-Zuhaili: cara pengumumannya bisa dilakukan melalui
berbagai media cetak dan elektronik.
7. Apabila setelah diumumkan selama satu tahun ternyata pemiliknya
masih tidak diketahui, timbul pertanyaan tentang kebolehan barang
temuan itu dimanfaatkan atau dimakan?
1. Hewan: ulama sepakat menyatakan boleh dimakan. Hadis Rasul,
“Dia (hewan ternak) itu milikmu atau milik saudaramu, atau akan
diterkam harimau” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jumhur ulama: apabila pemiliknya datang meminta hewan itu
kembali, maka wajib dibayar ganti rugi seharga hewan itu.
Imam Malik: ganti rugi tidak wajib berdasarkan hadis tadi.
8. 2. Harta selain hewan ternak (pemanfaatan):
Ulama Mazhab Hanafi: penemu kaya tidak boleh
memanfaatkannya, tetapi wajib menyedekahkan kepada orang
miskin sekalipun dari keluarga dekatnya.
Dasarnya, QS. al-Baqarah ayat 188; hadis, “Luqatah tidak
dihalalkan. Maka siapa yang menemukannya hendaklah ia
umumkan selama satu tahun. Apabila pemiliknya datang,
hendaklah ia kembalikan, dan apabila pemiliknya tidak datang,
maka sedekahkanlah temuan itu” (HR. Daruqutni, al-Bazzar).
Jumhur ulama: baik kaya maupun miskin boleh memakan atau
memanfaatkan barang temuan kalau sudah diumumkan selama 1
tahun.
9. 1. Ulama Mazhab Hanafi dan Hanbali: ditanggung
penemunya karena kewajiban mengumumkan dan
memeliharanya.
2. Ulama Mazhab Maliki: ditanggung penemu. Kalau
pemiliknya datang, penemu boleh meminta ganti rugi.
Kalau tidak datang, biaya boleh diambil dari harta itu dan
sisanya disedekahkan.
3. Ulama Mazhab Syafi’i: dibebankan kepada baitulmal.
Apabila barang temua berupa hewan ternak, maka:
1. Mazhab Maliki: dibebankan kepada pemiliknya.
2. Mazhab Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali: merupakan biaya
sukarela dari penemu dan tidak harus dimintakan
gantinya dari pemilik kecuali ada izin dari hakim.
10. Pengaku mengemukakan ciri-ciri barangnya .
Pengaku menunjukkan bukti atau dua orang saksi
yang membuktikan bahwa barang itu benar-
benar miliknya.
11. 1. Ulama Mazhab Hanafi: sunah dan termasuk amalan yang
utama karena sikap ini bersifat mempertahankan nyawa
seseorang. Bisa menjadi fardu kifayah jika dikhawatirkan
anak itu akan binasa kalau tidak dipungut.
2. Jumhur: fardu kifayah. Tapi kalau dikhawatirkan akan
binasa, maka menjadi fardu ain.
12. Ulama fikih sepakat bahwa penemu anak kecil itu lebih utama untuk
memeliharanya.
Biaya pemeliharaan: kalau anak itu punya harta, maka biaya
pemeliharaan diambil dari harta itu. Jika tidak memiliki harta, penemu
menanggung biayanya. Jika penemu tidak mampu, ia boleh
menyerahkan anak itu ke hakim dan hakim dapat menunjuk seseorang
untuk memeliharanya dengan biaya pemeliharaan dari baitulmal.
Lalu bagaimana menetapkan agama anak pungut itu?
1. Mazhab Hanafi: tergantung dari tempat ditemukannya.
2. Jumhur:
a. Di negara Islam, berarti muslim
b. Di negara nonmuslim, tapi ada orang muslim di sana, berarti
muslim.
c. Di negara nonmuslim dan tidak ada muslim di sana, berarti
dianggap kafir.
13. Lalu bagaimana nasab anak kecil itu? Dianggap nasabnya tidak
diketahui. Apabila seseorang mengaku bahwa anak itu
adalah keturunannya…
1. Ulama Mazhab Hanafi: pengakuannya dapat diterima. Alasannya,
pengakuan merupakan sesuatu yang bermanfaat untuk anak
tersebut. Dan pengakuannya harus dari seorang muslim. []