Maqashid Syari'ah dan metode ijtihad saling berhubungan erat. Metode ijtihad seperti qiyas, istihsan, al-mashlahat al-mursalat, dan saddu al-zari'at semuanya berusaha menemukan kemaslahatan dan menghindari kemafsadatan, yang merupakan tujuan utama dari Maqashid Syari'ah. Para ulama menggunakan berbagai metode ijtihad ini untuk menetapkan hukum agar selalu sejalan dengan p
Dokumen tersebut membahas tentang ijtihad sebagai salah satu sumber hukum Islam. Ijtihad dilakukan untuk menemukan hukum agama melalui al-Quran dan hadis ketika tidak ditemukan hukumnya secara langsung. Terdapat beberapa tingkatan ijtihad dan persyaratan untuk menjadi mujtahid. Ijtihad dilakukan pada masalah-masalah tertentu dengan menggunakan metode seperti qiyas.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Sumber ajaran Aswaja An-Nahdliyah berasal dari berbagai sumber keagamaan Islam yang diakui keabsahannya seperti al-Qur'an, hadis, ijma' ulama, dan pandangan madzhab-madzhab Islam. Metode pengembangan ajarannya melibatkan pendekatan maudhu'iyah (tematik), qanuniyah (terapan), dan waqi'iyah (kasuistik) serta mengacu pada pola pemikiran Asy'ariyah dan M
Dokumen tersebut membahas tentang ijtihad sebagai salah satu sumber hukum Islam. Ijtihad dilakukan untuk menemukan hukum agama melalui al-Quran dan hadis ketika tidak ditemukan hukumnya secara langsung. Terdapat beberapa tingkatan ijtihad dan persyaratan untuk menjadi mujtahid. Ijtihad dilakukan pada masalah-masalah tertentu dengan menggunakan metode seperti qiyas.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Sumber ajaran Aswaja An-Nahdliyah berasal dari berbagai sumber keagamaan Islam yang diakui keabsahannya seperti al-Qur'an, hadis, ijma' ulama, dan pandangan madzhab-madzhab Islam. Metode pengembangan ajarannya melibatkan pendekatan maudhu'iyah (tematik), qanuniyah (terapan), dan waqi'iyah (kasuistik) serta mengacu pada pola pemikiran Asy'ariyah dan M
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Perbandingan Mazhab membahas perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam berbagai masalah hukum Islam beserta dalil-dalilnya, dengan tujuan menemukan pendapat terkuat berdasarkan analisis dalil. Ilmu ini mencakup bidang ibadah, muamalah, hukum positif, dan perbandingan dengan agama lain.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar qawaid fiqhiyyah (kaedah-kaedah hukum Islam). Ia menjelaskan definisi qawaid fiqhiyyah, sejarah terbentuknya qawaid fiqhiyyah, perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah, serta manfaat mempelajari ilmu qawaid fiqhiyyah. Dokumen ini juga menyebutkan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya ijti
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Perbandingan Mazhab membahas perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam berbagai masalah hukum Islam beserta dalil-dalilnya, dengan tujuan menemukan pendapat terkuat berdasarkan analisis dalil. Ilmu ini mencakup bidang ibadah, muamalah, hukum positif, dan perbandingan dengan agama lain.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar qawaid fiqhiyyah (kaedah-kaedah hukum Islam). Ia menjelaskan definisi qawaid fiqhiyyah, sejarah terbentuknya qawaid fiqhiyyah, perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah, serta manfaat mempelajari ilmu qawaid fiqhiyyah. Dokumen ini juga menyebutkan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya ijti
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara syariat, fikih, dan hukum Islam. Syariat berasal dari ajaran Allah, fikih merupakan interpretasi ulama terhadap syariat berdasarkan ijtihad, sedangkan hukum Islam adalah peraturan yang mengikat bagi umat Islam. Dokumen ini juga membedah klasifikasi hukum Islam dalam bidang ibadah dan muamalah serta peranan akal dan wahyu dalam pembentukan hukum Islam di mana keduanya dip
Dokumen tersebut membahas tentang Syariah, Fikih, dan Hukum Islam. Syariah berasal dari Allah sebagai pedoman kehidupan umat Islam, Fikih merupakan interpretasi hukum Syariah oleh ulama berdasarkan ijtihad, sedangkan Hukum Islam adalah perundang-undangan yang lebih statis yang mengatur kehidupan umat Islam. Dokumen ini juga membahas tentang peranan akal dan wahyu dalam pembentukan hukum Islam, di mana wahyu
Ijtihad adalah usaha maksimal untuk menemukan hukum syara' yang bersifat dhanni dengan menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang apabila tidak ditemukan dalam Al Quran dan Hadis. Terdapat berbagai metode ijtihad seperti ijma', qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah serta syarat-syarat untuk menjadi mujtahid seperti menguasai Al Quran, Hadis, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu lainny
Hukum Islam merujuk pada hukum syariat dan fiqh. Hukum syariat bersumber dari al-Quran dan hadis sebagai wahyu, sedangkan fiqh merupakan pemahaman ulama terhadap syariat berdasarkan ijtihad. Hukum Islam memiliki tujuan membentuk manusia menjadi sumber kebajikan dan menegakkan keadilan serta kemaslahatan bagi umat manusia.
Al-Maqāṣid wa al-Ijtihad dalam penjelasan maqasid .pptxRohman248433
Penafsiran al-Qur’an telah dipraktikkan sejak diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai bayan atas ayat-ayat al-Qur’an, tafsir yang paling benar adalah penafsiran yang dilakukan oleh Nabi SAW., karena beliau yang mendapatkan tugas untuk menyebarluaskan dan menjelasakan wahyu Allah. Penafsiran yang dilakukan oleh Nabi SAW., juga merupakan penafsiran yang paling canggih, karena beliau mampu mengamalkan al-Qur’an, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Kerangka dasar agama Islam terdiri dari tiga komponen utama: akidah (iman), syariat (hukum), dan akhlak (moral). Syariat ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hubungan manusia dengan-Nya dan sesama, sedangkan fikih merupakan pemahaman terhadap syariat untuk diimplementasikan dalam kehidupan.
Makalah ini membahas tentang qiyas sebagai salah satu metode ijtihad untuk menetapkan hukum yang belum jelas dalam Alquran dan Hadis. Qiyas dilakukan dengan membandingkan kasus yang belum jelas hukumnya dengan kasus lain yang sudah diatur hukumnya berdasarkan persamaan alasan hukum (illat). Makalah ini menjelaskan pengertian, kedudukan, jenis-jenis, dan prosedur qiyas menurut pandangan ul
Makalah ini membahas tentang qaidah al-umuru bi maqashidiha. Qaidah ini berarti bahwa segala perkara tergantung kepada niatnya. Niat merupakan unsur penting dalam menentukan hukum suatu perbuatan. Qaidah ini memiliki dasar hukum yang kuat dalam Alquran dan hadis, antara lain surat Al-Bayyinah ayat 5 dan hadis dari Umar bin Khattab. Qaidah ini juga dielaborasi oleh para ulama fiqih
Ijtihad adalah upaya memahami dan menilai masalah hukum berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis untuk menetapkan hukum, khususnya masalah-masalah baru. Ijtihad dilakukan oleh mujtahid yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama.
Similar to Hubungan maqasid dg metode ijtihad (20)
Dokumen tersebut membahas tentang tipe-tipe pola asuh yang diterapkan orang tua atau pengasuh pengganti ibu yang bekerja, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan masing-masing pola asuh, serta pola asuh yang paling banyak diterapkan beserta dampaknya terhadap perkembangan anak.
Dokumen tersebut membahas metodologi hukum yang digunakan oleh Imam Syafi'i. Imam Syafi'i memprioritaskan al-Quran, sunnah, ijma', dan qiyas sebagai sumber hukum utama. Ia menolak istihsan dan hanya menerima ijma' yang jelas. Qiyas didefinisikan sebagai ijtihad untuk menemukan hukum baru dengan membandingkannya dengan dalil-dalil yang ada.
Dokumen tersebut membahas tentang fikih nawazil yang merupakan ilmu yang membahas masalah-masalah baru yang membutuhkan penetapan hukum syara'. Fikih nawazil mempelajari berbagai bidang seperti ibadah, muamalah, usrah, dan kedokteran. Metodologi penelitian fikih nawazil meliputi pengumpulan data masalah baru, berkonsultasi dengan pakar, analisis masalah, dan membandingkan den
Asuransi syariah memberikan perlindungan dan bantuan keuangan melalui skema bagi hasil dan kerjasama antarpeserta daripada pengalihan risiko. Produknya meliputi asuransi jiwa, pendidikan, dan kesehatan dengan manfaat investasi dan santunan sesuai syariah. Kendalanya termasuk kurangnya pemahaman masyarakat dan SDM terlatih.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
2.
Maqashid merupakan bentuk jama’ dari
maksud, tujuan
secara bahasa adalah tempat
menuju ke sumber air tanpa terputus
secara
makna syar‟i adalah Sesuatu yang ditetapkan Allah SWT
untuk hambanya berupa ajaran agama. Korelasi makna
bahasa dan makna syar’I merupakan jalan ke arah
sumber pokok kehidupan.
berarti tujuan dan
fungsi syariat berupa mendatangkan kemaslahatan, baik
dalam bentuk mewujudkan maupun memelihara
kemaslahatan tersebut.
Maqashid Syari‟ah adalah konsep untuk mengetahui
nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersurat dan tersirat
dalam Al-Qur’an dan Hadits, ditetapkan oleh al-Syari'
terhadap manusia adapun tujuan akhir hukum tersebut
adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan
3.
Ibnu Qayyim dan al-syatibi sepakat bahwa Tujuan
Hukum Islam adalah untuk mewujudkan
kemashlahatan hamba dunia dan akhirat.
Menurutnya, seluruh hukum itu mengandung
keadilan, rahmat, kemashlahatan dan Hikmah, jika
keluar dari keempat nilai yang dikandungnya, maka
hukum tersebut tidak dapat dinamakan Hukum
Islam .
Dalam rangka mewujudkan kemashlahatan dunia
dan akhirat itulah, maka para ulama Ushul Fiqh
merumuskan tujuan hukum Islam tersebut kedalam
lima misi, semua misi ini wajib dipelihara untuk
melestarikan dan menjamin terwujudnya
4.
Ijtihad merupakan pencurahan kemampuan seorang
mujtahid dalam rangka memperoleh hukum-hukum
syar’i. ijtihad ini biasa digunakan oleh ahli ushul fiqih
untuk mencari kemaslahatan suatu masalah.
Berbagai macam istilah telah digunakan oleh ahli
ushul fiqih untuk menyebut metode penemuan
hukum. Namun pada dasarnya semua metode
tersebut bermuara pada upaya penemuan maslahat
dan menjadikannya sebagai alat untuk menetapkan
hukum yang permasalahannya tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Maka atas dasar
inilah dapat dikatakan bahwa setiap metode
penetapan hukum yang dipakai oleh para ahli ushul
fiqih bersumber dari Maqashid Al-Syari‟ah.
5. Adapun hubungan antara Maqashid Al-syari’ah dengan beberapa metode
ijtihad dapat dikemukakan dalam beberapa aspek maslahat yang dapat
dilihat dari:
1. Qiyas
Dalam ilmu fiqih, qiyas pada umumnya dirumuskan sebagai kiat untuk
menetapkan hukum yang kasusnya tidak terdapat dalam nash dengan cara
menyamakan dengan kasus yang terdapat dalam nash, disebabkan
persamaan illat hukum. Berdasarkan rumusan ini maka dalam
menggunakan metode qiyas, paling tidak empat unsur yang harus ada yaitu
„ashl, far‟u, hukmu al-„ashl, dan illat. Dari keempat unsur itu unsur yang
terakhir yaitu illat, sangat penting dan sangat menentukan. Ada atau tidak
adanya suatu hukum dalam kasus baru sangat tergantung pada ada atau
tidak adanya illat pada kasus tersebut.
Berbicara tentang illat perlu ditelusuri pengertiannya dalam perbedaan
serta hubungan dengan hikmat. Dalam ilmu ushul fiqih, illat dirumuskan
sebagai suatu sifat tertentu yang jelas dapat diketahui secara obyektif (
zhahir ), dapat diketahui dengan jelas dan ada tolak ukurnya dan sesuai
dengan ketentuan hukum yang keberadaannya merupakan penentu
adanya hukum. Sedangkan hikmat adalah yang menjadi tujuan atau
maksud disyari’atkan hukum dalam wujud kemasalahatan bagi manusia.
Jadi perbedaan antara keduanya terletak pada peranannya dalam
menentukan ada atau tidak adanya hukum. Illat merupakan “tujuan yang
6.
Adapun contoh yang sering digunakan oleh ahli
ushul fiqih adalah mengenai shalat qashr. Untuk
menetapkan boleh atau tidaknya shalat qashr telah
ditetapkan bahwa berpergian merupakan illat
dibolehkannya shalat qashr. Sedangkan
kesulitannya merupakan hikmat dibolehkannya
shalat tersebut. Jadi boleh atau tidaknya shalat
qashr tergantung pada ada atau tidak adanya illat,
yaitu berpergian sebab berpergian dianggap
sebagai indicator adanya kesulitan. Sedangkan
dalam bidang mu’amalah biasanya dikemukakan
tentang hak syuf‟at yaitu hak pembelian bagi
seseorang yang berserikat dengan penjual dalam
sebidang tanah atau tempat tinggal. Dalam hal ini
persekutuan merupakan illat adanya hak syufa’at.
Sedangkan hikmatnya adalah untuk menghindari
7.
Perlu ditambahkan bahwa meskipun contoh diatas
mewakili dua aspek ilmu fiqih, ibadah dan mu’amalah
namun perlu dibedakan antara illat dalam bidang ibadah
dan illat dalam bidang mu’amalah. Dalam bidang bidang
ibadah illat tidak boleh lebih dari sekedar manfa‟at tidak
ada pengaruhnya terhadap istinbath hukum. Dengan
kata lain illat dalam bidang ibadah tidak efektif. Karena
itu pada dasarnya qiyas dalam bidang ibadah tidak
dapat diberlakukan. Sedangkan dalam bidang
mu’amalah illat berlaku efektif dalam menetapkan
hukum. Hal ini didasarkan pada satu teori, bahwa pada
dasarnya aspek mu‟amalah dapat diketahui hikmat dan
rahasianya, sedangkan aspek ibadah tidak demikian.
8.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa
dalam qiyas penemuan illat dari hikmat sangat
menentukan keberhasilan mujtahid dalam menetapkan
hukum. Dari sinilah dapat dilihat betapa eratnya
hubungan antara metode qiyas dengan metode
Maqashid Al-Syari’ah. Para ahli ushul fiqih
mengolaborasikan keterkaitan antara keduanya.
Menurut mereka hikmat baru dapat dijadikan illat setelah
diketahui dan ditelusuri maksud disyari‟atkan hukum itu.
Dalam menentukan maksud dan tujuan hukum itu tidak
dapat diabaikan pemahaman tentang mashlahat dan
mafsadat yang merupakan inti dari kajian maqashid alsyari’ah.
9. 2. Istihsan
Istihsan menurut istilah yaitu beralihnya pemikiran seorang
mujtahid dari tuntutan qiyas yang nyata kepada qiyas yang
samar atau dari hukum umum kepada perkecualian karena ada
mashlahat yang memenangkan perpindahan itu. Metode ini erat
kaitannya dengan maqashid al-syari’ah.
Adapun beberapa macam istihsan yang langsung ataupun tidak
langsung berkaitan dengan teori maqashid al-syari’ah yaitu :
a. Istihsan bi al-Nash yaitu istihsan berdasarkan pada nash lain
yang menghendaki tidak berlakunya dalil yang pertama. Dalil
yang pertama bersifat khusus sedangkan dalil yang kedua
bersifat umum.
Contoh :
Jual-beli salam, pada dasarnya jual beli salam itu dilarang
sebagaimana hadits nabi yang menjelaskan bahwa “janganlah
kamu menjual sesuatu yang bukan milikmu” akan tetapi nabi
sendiri yang mengecualikan ketentuan itu untuk jual beli salam.
Adapun hikmat dibenarkan jual-beli tersebut adalah untuk
membantu pedagang yang tidak punya modal yang cukup
10. b.
Istihsan bi al-mashlahat yaitu istihsan yang
didasarkan pada mashlahat dalam berbagai
peringkatnya padahal qiyas sendiri tidak
menghendaki demikian. Adakalanya
mashlahat itu masuk peringkat dharuriyat dan
adakalanya masuk hajiyat.
Sebenarnya berbicara tentang istihsan maka
sudah dipastikan bahwa tujuannya adalah
untuk memperoleh kemashlahatan. Hanya
saja kemashlahatan yang dimaksud
adakalanya ditentukan oleh nash dan
adakalanya tidak. Dalam hal yang disebut
11. 3. Al-Mashlahat Al-Mursalat
Sebagaimana halnya metode ijtihad lainnya almashlahat al-mursalat juga merupakan metode
penetapan hukum yang kasusnya tidak diatur secara
eksplisit dalam Al-Qur’an dan hadits. Hanya saja metode
ini lebih menekankan pada aspek mashlahat secara
langsung. Sehubungan dengan metode ini dalam ilmu
ushul fiqih dikenal ada tiga macam mashlahat yaitu
mashlahat mu‟tabara yaitu mashlahat yang diungkapkan
secara langsung baik dalam Al-Qur’an ataupun hadits.
Maslahat mulghat yaitu maslahat yang bertentangan
dengan ketentuan yang termaktub dalam kedua sumber
hukum islam. Yang terakhir maslahat mursalat yaitu
maslahat yang tidak ditetapkan oleh kedua sumber
hukum islam tersebut.
12. Pada dasarnya mayoritas ahli ushul fiqih menerima
metode maslahat mursalat. Untuk menggunkan metode
tersebut mereka memberikan beberapa syarat. Adapun
beberapa syarat menurut Al-Ghazali agar maslahat
dapat dijadikan dasar hukum adalah sebagai berikut :
1. Kemaslahatan itu termasuk dalam kategori dharuriyyat.
Artinya bahwa untuk menetapkan suatu kemaslahatan
tingkat keperluannya harus diperhatikan. Apakah sampai
mengancam lima unsur pokok maslahat atau belum
sampai pada batas tsb.
2. Kemaslahatan itu bersifat qath‟i. Artinya yang dimaksud
dengan maslahat tersebut benar-benar telah diyakini
sebagai maslahat, tidak didasarkan pada dugaan (zhan)
semata-mata.
3. Kemaslahatan itu bersifat kulli. Artinya bahwa
kemaslahatan itu berlaku secara umum dan kolektif
tidak bersifat individual.
4. Berdasarkan persyaratan diatas maslahat yang
13. 4. Saddu Al-Zari‟at
Saddu Al-Zari’at dapat diartikan sebagai upaya
mujtahid untuk menetapkan larangan terhadap
satu kasus hukum yang pada dasarnya mubah.
Larangan itu dimaksudkan untuk menghindari
perbuatan atau tindakan lain yang dilarang.
Metode ini lebih bersifat preventif artinya segala
sesuatu yang mubah tetapi membawa kepada
perbuatan yang haram maka hukumnya menjadi
haram. Diantara kasus yang diselesaikan dengan
metode ini adalah kasus pemberian hadiah
kepada hakim. Seorang hakim dilarang menerima
hadiah dari para pihak yang sedang berperkara,
sebelum pekara itu diputuskan. Karena
14. Para ahli ushul fiqih membagi zari’at menjadi empat
macam yaitu :
1. Zari’at yang secara pasti akan membawa mafsadat,
seperti menggali sumur dijalan umum yang gelap.
Terhadap zari’at seperti ini para ahli ushul fiqih
sepakat melarangnya.
2. Zari’at yang jarang membawa mafsadat, seperti
menanam dan membudidayakan anggur. Meskipun
buah anggur kemungkinan dapat dibuat minuman
keras namun hal tersebut termasuk jarang. Karena itu
ahli ushul fiqih menanam anggur tidak perlu dilarang.
3. Zari’at yang berdasarkan dugaan yang kuat akan
membawa pada mafsadat seperti menjual buah
anggur kepada orang atau perusahaan yang biasa
memproduksi minuman keras. Dan zari’at ini harus
dilarang.
4. Zari’at yang sering kali membawa mafsadat namun
kekhawatiran terjadinya tidak sampai dugaan yang
kuat melainkan atas dasar asumsi biasa saja.
Misalnya transaksi jual-beli secara kredit.
15.
Terlepas dari kategori mana zari’at yang harus
dilarang yang jelas dapat dipahami bahwa metode
saddu al-zari’at secara langsung berhubungan
dengan memelihara kemaslahatan sekaligus
menghindari kemafsadatan. Itulah gambaran
ringkasan tentang teori tentang ijtihad dan
hubungannya dengan maqashid al-syari’ah. Ijtihad
dapat dikatakan sebagai metode dalam
penetapan hukum Islam. Sebagai metode tentu
memiliki melebihan dan kekurangan. Begitu pula
dengan teori maqashid al-syari’ah. Teori ini
dikembangkan oleh syaitibi dari kalangan
malikiyah. Kelebihan dari teori ini adalah adanya