SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
HubunganKenaikanKredit Rating dan Cost of Debt

    1. PENDAHULUAN


      Hutang luar negeri sudah menjadi bagian penting dalam pendanaan
pembangunan suatu negara           berkembang.      Pembiayaan     eskternal    ini
diperlukan dalam rangka menutupi savinginvestment gap yang biasanya
adalah negatif.    Hutang luar negeri ini dapat timbul dalam berbagai bentuk
seperti   hutang   pemerintah,     surat   hutang   negara,   obligasi   korporasi,
pinjamanbilateral-multilateral, dsb.


      Harga pinjaman tersebut sangat tergantung dengan skema, kondisi
ekonomi (fiskal dan moneter) dan reputasi. Beberapa dekade belakangan ini,
terdapat suatu trend institusi yang melakukan spesialisasi dalam melakukan
valuasi hutang. Institusi ini, sering disebut sebagai lembaga pemeringkat,
mengukur secara kuantitatif dan kualitatif kemampuan membayar (risiko kredit)
suatu entitas dan memberikan suatu peringkat sebagai ukuran. Khususnya
untukentitas berdaulat (sovereign), pemeringkatan telah dilakukan sejak 1975
oleh Standard & Poors (Beers dan Cavanaugh, 2006).


      Pengukuran risiko kredit sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Suatu
model risiko kredit dalam bentuk probabilitas default telah disusun oleh
Altmandengan statistik Z nya yang terkenal ditahun 1968. Perkembangan
pemodelan risiko kredit sudah sangat maju dan mencakup baik dari
kemutakhiran teknik statistik maupun kalibrasi variabel-variabel yang digunakan.
Cantor (2004) memberikan suatu review mengenai kondisi terkini pemodelan
risiko kredit.
2. ISI

       Risiko kredit suatu negara (sovereign risk) menjadi perhatian yang sangat
besar dikalangan investor. Berbeda dengan risiko kredit swasta, investor tidak
dapat melakukan sita agunan atau penghasilan ketika terjadi event default.
Dengan demikian arti valuasi kredit bagi pinjaman oleh negara menjadi lebih
penting lagi. Seperti juga halnya risiko kredit korporasi, sovereign risk juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri dan luar negeri (Beers dan
Cavanaugh, 2006). Kondisi yang berpengaruh dari dalam negeri meliputi baik
ekonomi maupun politik. Tekanan fiskal, misalnya akibat hutang dan           defisit
yang     terlalu   besar    dapat   memaksa    pemerintah     untuk     melakukan
penundaanpembayaran cicilan dan bunga hutang. Demikian juga halnya dengan
perubahan rezim yang terjadi melalui pergolakan politik.


       Secara praktis sudah tidak ada negara yang dapat mengisolasikan dirinya
dari berbagai gejolak yang ada diperekonomian global. Krisis sub prime
mortgage di US tahun 2007 dan kontraksi perekonomian dunia ditahun 2008-
2009 adalah bukti nyata dari tingginya keterkaitan suatu negara dengan negara
lainnya. Hal ini selanjutnya dapat mendorong pemerintahan yang ada untuk
merestrukturisasi kembali skedul pembayaran hutang yang ada.


       Fasilitas kredit ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh
lembaga keuangan atau non keuangan di negara pengekspor anggota
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang dijamin
oleh lembaga resmi penjamin kredit ekspor yang ditetapkan oleh negara pemberi
pinjaman. Persyaratan pinjaman kredit ekspor adalah maturity berkisar antara 6–
15 tahun       termasuk masa tenggang 2-3 tahun dengan pilihan bunga
mengambang LIBOR, EURIBOR, atau Commercial Interest Rate Reference
(CIRR) ditambah suatu margin, atau bunga tetap yang mengacu pada CIRR
yang berlaku pada saat pinjaman ditandatangani atau berlaku efektif, ditambah
dengan insurance premium yang mengacu pada country risk classification suatu
negara, dan biayabiaya lainnya seperti commitment fee, up-front fee,
management fee, dan lain-lain.Sehinggakarenahal yang menjadiacuandari
insurance     premium      adalah   CRC   OECD     ketika   rating    tersebutturun
(acuanhalpositif yang menunjukkanturunnyaresiko) semakinrendah pula nominal
fee insurance tersebutdemikian pula sebaliknya


     Trend lanjutan dalam pengelolaan risiko kredit yang terjadi diawal abad ke
21 adalah kemunculan Credit Default Swap (CDS). Instrumen derivatif ini
memiliki fungsi seperti suatu asuransi surat hutang/pinjaman suatu entitas.
Pembeli CDS (disebut sebagai protection buyer) dapat menukar surat hutang
yang dimilikinya dengan cash sebesar nilai nominalhutang (face value) kepada
penjual CDS (protection seller) ketika terjadi event default (Taylor, 2007). Untuk
memperoleh proteksi ini, pembeli CDS harusmembayar suatu premi tertentu
(biasanya suatu persentase dari nilai hutang).



       Dampak pengelolaan utang bagi APBN dan perekonomian negara
menunjukkan kecenderungan yang positif. Rasio utang terhadap PDB menurun
dari semula sekitar 47% pada tahun 2005 menjadi sekitar 28% pada tahun 2009
dan diperkirakan semakin menu-run pada tahun 2010. Penurunan rasio ini
mengindikasikan bahwa           size/ukuran utang relatif       semakin kecil bagi
perekonomianIndonesia. Rasio pembayaran bunga utang terhadap pendapatan
dan belanja negara menurun dari semula masing-masing sekitar 13% pada
tahun 2005 menjadi masing-ma-sing sekitar 11 % dan 10% pada tahun 2009.
Penurunan rasio ini mengindikasikan bahwa size/ukuran utang yang semakin
mengecil telah diikuti oleh penurunan beban utang ter-hadap APBN sehingga
Pemerintah memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam meng-gunakan sumber
penerimaan negara untuk membiayai belanja prioritas.

       Selain   itu,   dampak    pengelolaan     utang   yang    baik   dan   kondisi
perekonomian yang stabil telah mendorong perbaikan sovereign credit rating
Indonesia. Perbaikan sovereign credit rating ini akan menurunkan persepsi risiko
Indonesia sehingga berpotensi menurunkan biaya utang.

       Saat ini rating Indonesia berdasarkan penilaian Moody’s dan S&P telah
mencapai Ba2/BB atau hanya 2 notch menuju investment grade. Berdasarkan
penilaian Fitch, rating Indonesia telah mencapai BB+ dan hanya tinggal 1 notch
menuju invest-ment grade. Berdasarkan JCRA (Japan CreditRating Agency),
rating Indonesia telah mencapai investment grade. Sedangkan untuk indicator
CRC (Country Risk Classification) menunjukkan perbaikan yaitu menurun dari
level 5 menjadi level 4. Berdasarkan data historis, setiap peningkatan credit
rating sebesar 1 notch berpotensi menurunkan yield SBN valas baru sekitar 75-
115 bps dan perbaikan 1 level CRC berpotensi menurunkan biaya pinjaman luar
negeri     khususnya      fasilitas      kredit   ekspor    baru   sekitar      130-150
bps.Sebaliknyakonsekuensi penurunan sovereign credit rating dan peningkatan
country    risk   classification. Dari     sisi   biaya,   penurunan   rating    kurang
menguntungkan mengingat terjadinya penurunan satu notch akan menyebabkan
yield SBN valas Pemerintah naik sekitar 75-115bps. Peningkatan satu tingkat
country risk classification berdampak pada naiknya biaya pinjaman terutama
yang berasal dari negara-negara anggota OECD sebesar 130-150bps juga "Yield
(imbal hasil) SBN (Surat Berharga Negara) rupiah dan valas akan semakin
rendah (cost of debt berkurang), default risk premium turunKenaikan peringkat itu
langsung direspons positif oleh investor. Beberapa saat kemudian, yield Indo
Global Bond berjangka 30 tahun turun 5 basis poin dari 5,35% menjadi 5,30%.
Sementara CDS 5 tahun juga turun 10 bps.Pergerakan imbal hasil obligasi
pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun tampaknya justru berkebalikan dengan
pergerakan imbal hasil obligasi di Negara-negara dengan keuangan bermasalah
di Eropa. Di bulan November lalu bahkan imbal hasil obligasi ini mengalami
posisi rekor terendah di level 6.20%.

         Imbal hasil obligasi Indonesia pada periode 2003 – 2011 mengalami
pergerakan yang cukup volatile dengan rata-rata yield sebesar 11.09%. Pada
masa krisis tahun 2008 lalu imbal hasil obligasi sempat meroket tajam dan
mencapai rekor tertinggi pada posisi 20.96% di bulan Oktober, bersamaan
dengan rontoknya bursa saham dalam negeri.SelainituKenaikan CRC oleh
OECD yang telah diupayakan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini akan
berdampak pada penurunan cost of fund atas pinjaman kredit ekspor yang
diterima pemerintah, terutama penurunan yang cukup signifikan pada biaya
insurance premium, untuk selanjutnya dapat mengurangi beban APBN.

         Per Desember 2009, posisi pinjaman kredit ekspor pemerintah mencapai
10,5% dari total utang luar negeri pemerintah, ungkap Deputi Gubernur Bank
Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono dalam pernyataan resminya. Menurut BI, hal
positif lainnya dari kenaikan CRC ini adalah posisi tawar Indonesia dalam
negosiasi pinjaman luar negeri menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan
memperoleh pinjaman luar negeri khususnya pinjaman kredit ekspor dengan
terms and conditions yang lebih menguntungkan.
Pendekatan Sovereign Rating TerhadapPremi CDS

         Rating inimencerminkanevaluasirisikokreditkepadaseluruhentitaslain yang
adapadasuatu             Negara.           Rating          kreditentitas       lain
tersebutbiasanyaakanlebihkecilatausamadengan               sovereign        rating.
Dengandemikianarti            sovereign        rating        menjadisangatpenting,
mengingatbiayakreditberbagaientitasdidalamnegeriakanterpengaruhapabila
sovereign rating mengalamidegradasi.maka 1% kenaikanpersepsirisiko global
mendorongpeningkatan           CDS        sebesar       0.861%      s/d    1.457%.
Temuanempirisinimengkonfirmasihasilstudi Matsumura dan Vicente (2010)

     Terdapat hubungan yang negatif antara premi CDS dengan sovereign
rating. Negaranegara dengan rating sovereign yang lebih rendah rata-rata
membayar                 premi              CDS              yang             lebih
tinggiDengandemikiandapatdisimpulkanmeskipunCDSadalahsuatuinstrumen
derivatif yang tradeable, para pelaku pasar (trader) tetap mendasarkan
keputusan pembelian-penjualan didasarkan pola yang kurang lebih sejalan
dengan rating kredit. Suatu studi yang mengukur reaksi CDS sovereign
negara     berkembang      (emerging market) terhadap perubahan rating kredit
(Standard & Poor) dilakukan oleh Ismailescu dan Kazemi (2010). Mereka
menggunakan dataset yang terdiri dari 22 negara pada frekuensi harian pada
periode 2 Januari 2001 sampai dengan 22 April 2009. Sebagai variabel
tergantung adalah perubahan CDS terkait dengan suatu dummy credit event dan
sekelompok variabel kontrol. Terdapat 2 tipe dummy credit event yang
digunakan, yakni credit event bagi negara yang mengalami (country credit event)
dan credit event bagi negara yang satu blok (regional credit event).


     Mereka menemukan bahwa credit rating event memiliki sifat yang
tidak simetris.Pengumuman perubahan rating yang positif memberikan dampak
langsung, sedangkan yang negatif tidak membawa dampak. Hal ini menimbulkan
dugaan bahwa pengumuman positif menyampaikan informasi yang lebih banyak
dibandingkan yang negatif. Premi CDS juga memiliki kemampuan untuk
memprediksi event rating kredit yang negatif (downgrade) namun tidak untuk
yang positif. Terakhir, event rating kredit memiliki dampak spill over yang lebih
kuat jika ia positif daripada negatif.
Bannier dan Hirsch (2010) membuat suatu studi empiris yang menarik
mengenai       fungsi    ekonomi     dari    pengumuman       creditoutlook.   Mereka
menggunakan data seluruh seniorunsecured debt yang diterbitkan oleh entitas
US dan dirating oleh Moodys. Secara keseluruhan sample memiliki                  4043
observasi, yang terdiri atas 2531 upgrades dan 1512 donwgrades. Model
ekonometrika yang digunakan adalah linier panel dengan Cumulative Absolute
Return (CAR) sebagi variabel tergantung dan 7 variabel penjelas diantaranya
besaran upgrade/downgrade (dalam notchs) dan dummy kategori masuk/keluar
investment grade.


     Mereka      menemukan        bahwa     rating   downgrade memberikan       respon
pasar yang lebih tinggi dibandingkan saat issuer memasuki watchlist. Temuan
empiris juga memberikan dukungan atas hipotesa implicit contract (Boot et al,
2006). Dalam hipotesa ini, watch list memiliki fungsi ekonomi sebagai alat untuk
mengkoordinasi persepsi investor dan mengarahkan issuer kepada persepsi
tersebut.


     Studi ini memiliki perbedaan dengan kajian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya. Model empiris yang dilakukan lebih sederhana. Mengingat
hubungan yang         telah   established   antara   premi   CDS    dengan     variabel
ekonomi makro melalui variabel penentu harga (jatuh tempo, volatilitas, suku
bunga bebas risiko, dsb) maka estimasi dilakukan secara langsung melalui suatu
bentuk reduced form. Model empiris yang bersifat parsimonous ini diharapkan
akan memberikan insight yang lebih intuitif.


     Secara umum tanda aljabar estimasi empiris serta signifikansinya telah
mendukung hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini. CDS sebagai
suatu instrumen pasar memiliki keterkaitan dengan variabel fundamental
ekonomi (global dan domestik). Dengan demikian pergerakan                 CDS     juga
mencerminkan persepsi para pelaku pasar terhadap prospek perekonomian
(sovereign risk). Lebih lanjut mengingat instrumen ini adalah diperdagangkan
secara      harian,   maka     sangat   mungkin      ia   dapat   digunakan    sebagai
leadingindicator dari prospek risiko sovereign.
3. KESIMPULAN DAN SARAN


     Studi ini telah melakukan review terhadap literatur yang ada mengenai
hubungan antara CDS dengan variabel fundamental (khususnya ekonomi
makro). Mengingat CDS adalah suatu instrumen derivatif (analog sebagai option)
maka secara teoritis penilaian tergantung kepada variabel suku bunga bebas
risiko, jatuh tempo, strike price, volatilitas dan harga spot dari underlying
asset. Beberapa studi empiris telah menunjukkan korelasi yang erat dari perilaku
CDS terhadap fundamental ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Ismailescu dan
Kazemi (2010) menunjukkan adanya hubungan antara CDS dengan perubahan
sovereign rating. Mengikuti metoda Standard & Poor (Beers dan Cavanaugh,
2006), variabel fundamental ekonomi yang berpengaruh terhadap rating dapat
dibagi menjadi 7 klasifikasi yakni Risiko Politik, Struktur ekonomi agregat,


     Prospek pertumbuhan ekonomi, Kondisi dan kebijakan fiskal, moneter serta
eksternal dan posisi kontijen (dalam dan luar negeri). Perubahan terhadap
variabel fundamental ini dapat diduga akan mempengaruhi premi CDS melalui
variabel pricing. Suatu dataset berfrekuensi tahunan yang terdiri atas 10 negara
berkembang pada periode 2004-2009 digunakan untuk memverifikasi hipotesis
ini. Hasil empiris menunjukkan bahwa sentimen risiko global (diproksikan oleh
indeks    VIX),   cadangan     devisa    serta   yield   spread merupakan variabel
fundamental paling berpengaruh terhadap premi CDS.


     Temuan ini memberikan beberapa implikasi kebijakan yakni
   a. Perlunya memonitor sentimen global dan mengurangi dampak dari
         pengaruhpemburukan melalui kerjasama internasional yang lebih baik.
   b. Pemupukan cadangan devisa secara mencukup sebagai buffer apabila
         terjadishocknegatifyangmendadak.Cadangandevisayangtinggijugadapatm
         enjadisinyalkredibilitaskestabilan sektor eksternal.
   c. Memperhatikan pergerakan dipasar surat berharga/obligasi. Selisih
         yieldadalah sinyalindikator terhadap perubahan persepsi risiko sovereign.
Menurut Direktur Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat
Waluyanto   kenaikan   rating sovereigncredit Indonesia   oleh   Moddy   akan
membantu pencapain pertumbuhan ekonomi Indonesia karena banyaknya dana
jangka panjang yang murah.Lebih lanjut ia mengatakan, dengan peningkatan
rating ini akan membuat yield SBN rupiah dan valas semakin rendah
karena default resiko premium mengalami penurunan. SelainituDirektur Surat
Utang Negara (SUN) Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian
Keuangan Bimantara Djayawijaya yang mengatakan kenaikan peringkat ini juga
dapat menurunkan biaya utang Indonesia.


Nama : Y. ARIA RANANDA 3CKebendaharaan Negara
(34/093010003736)

More Related Content

Viewers also liked

Developing Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the FutureDeveloping Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the Futurebeitzjr
 
Country risk clasifikasi
Country risk clasifikasiCountry risk clasifikasi
Country risk clasifikasiYohanes Rananda
 
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnyaReformasi birokrasi dan aspek sosialnya
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnyaYohanes Rananda
 
AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011beitzjr
 
You Da Brand!
You Da Brand!You Da Brand!
You Da Brand!beitzjr
 
Conflict Mediation
Conflict MediationConflict Mediation
Conflict Mediationbeitzjr
 
Risk Management
Risk ManagementRisk Management
Risk Managementbeitzjr
 
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger OrganizationsSweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizationsbeitzjr
 

Viewers also liked (9)

Developing Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the FutureDeveloping Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the Future
 
Country risk clasifikasi
Country risk clasifikasiCountry risk clasifikasi
Country risk clasifikasi
 
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnyaReformasi birokrasi dan aspek sosialnya
Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya
 
AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011
 
You Da Brand!
You Da Brand!You Da Brand!
You Da Brand!
 
Conflict Mediation
Conflict MediationConflict Mediation
Conflict Mediation
 
Risk Management
Risk ManagementRisk Management
Risk Management
 
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger OrganizationsSweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
 
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job? Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
 

Similar to KenaikanRating

Makalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesiaMakalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesianaeltalahaturuson
 
Makalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesiaMakalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesianaeltalahaturuson
 
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat O...
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Peringkat O...Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Peringkat O...
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat O...Venti Eka Satya
 
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptharis916240
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Oswar Mungkasa
 
Crc risk rating kredit rating
Crc risk rating kredit ratingCrc risk rating kredit rating
Crc risk rating kredit ratingYohanes Rananda
 
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptxAminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptxAminullah Assagaf
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...Trisno Harefa
 
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintah
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintahAlternatif alternatif pembiayaan pemerintah
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintahSigit Sanjaya
 
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptx
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptxPPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptx
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptxAhmadWp1
 
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15AryaMahardhika3
 

Similar to KenaikanRating (20)

Makalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesiaMakalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesia
 
Makalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesiaMakalah suku bunga bank indonesia
Makalah suku bunga bank indonesia
 
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat O...
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Peringkat O...Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Peringkat O...
Jurnal venti 7 des 2012_Overview Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat O...
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
 
Proposal Dyah
Proposal DyahProposal Dyah
Proposal Dyah
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
 
Crc risk rating kredit rating
Crc risk rating kredit ratingCrc risk rating kredit rating
Crc risk rating kredit rating
 
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptxAminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
 
Tugas nurhayati
Tugas nurhayatiTugas nurhayati
Tugas nurhayati
 
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintah
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintahAlternatif alternatif pembiayaan pemerintah
Alternatif alternatif pembiayaan pemerintah
 
suku bunga.pptx
suku bunga.pptxsuku bunga.pptx
suku bunga.pptx
 
Utang luar negeri
Utang luar negeriUtang luar negeri
Utang luar negeri
 
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptx
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptxPPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptx
PPT Tutor semester ganjil utang obligasi.pptx
 
Propopsal ernaw
Propopsal ernawPropopsal ernaw
Propopsal ernaw
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15
Modul makul akuntansi keuangan 2 kieso bab 15
 
Bab 14.ppt
Bab 14.pptBab 14.ppt
Bab 14.ppt
 

Recently uploaded

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 

Recently uploaded (17)

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 

KenaikanRating

  • 1. HubunganKenaikanKredit Rating dan Cost of Debt 1. PENDAHULUAN Hutang luar negeri sudah menjadi bagian penting dalam pendanaan pembangunan suatu negara berkembang. Pembiayaan eskternal ini diperlukan dalam rangka menutupi savinginvestment gap yang biasanya adalah negatif. Hutang luar negeri ini dapat timbul dalam berbagai bentuk seperti hutang pemerintah, surat hutang negara, obligasi korporasi, pinjamanbilateral-multilateral, dsb. Harga pinjaman tersebut sangat tergantung dengan skema, kondisi ekonomi (fiskal dan moneter) dan reputasi. Beberapa dekade belakangan ini, terdapat suatu trend institusi yang melakukan spesialisasi dalam melakukan valuasi hutang. Institusi ini, sering disebut sebagai lembaga pemeringkat, mengukur secara kuantitatif dan kualitatif kemampuan membayar (risiko kredit) suatu entitas dan memberikan suatu peringkat sebagai ukuran. Khususnya untukentitas berdaulat (sovereign), pemeringkatan telah dilakukan sejak 1975 oleh Standard & Poors (Beers dan Cavanaugh, 2006). Pengukuran risiko kredit sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Suatu model risiko kredit dalam bentuk probabilitas default telah disusun oleh Altmandengan statistik Z nya yang terkenal ditahun 1968. Perkembangan pemodelan risiko kredit sudah sangat maju dan mencakup baik dari kemutakhiran teknik statistik maupun kalibrasi variabel-variabel yang digunakan. Cantor (2004) memberikan suatu review mengenai kondisi terkini pemodelan risiko kredit.
  • 2. 2. ISI Risiko kredit suatu negara (sovereign risk) menjadi perhatian yang sangat besar dikalangan investor. Berbeda dengan risiko kredit swasta, investor tidak dapat melakukan sita agunan atau penghasilan ketika terjadi event default. Dengan demikian arti valuasi kredit bagi pinjaman oleh negara menjadi lebih penting lagi. Seperti juga halnya risiko kredit korporasi, sovereign risk juga sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri dan luar negeri (Beers dan Cavanaugh, 2006). Kondisi yang berpengaruh dari dalam negeri meliputi baik ekonomi maupun politik. Tekanan fiskal, misalnya akibat hutang dan defisit yang terlalu besar dapat memaksa pemerintah untuk melakukan penundaanpembayaran cicilan dan bunga hutang. Demikian juga halnya dengan perubahan rezim yang terjadi melalui pergolakan politik. Secara praktis sudah tidak ada negara yang dapat mengisolasikan dirinya dari berbagai gejolak yang ada diperekonomian global. Krisis sub prime mortgage di US tahun 2007 dan kontraksi perekonomian dunia ditahun 2008- 2009 adalah bukti nyata dari tingginya keterkaitan suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini selanjutnya dapat mendorong pemerintahan yang ada untuk merestrukturisasi kembali skedul pembayaran hutang yang ada. Fasilitas kredit ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh lembaga keuangan atau non keuangan di negara pengekspor anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang dijamin oleh lembaga resmi penjamin kredit ekspor yang ditetapkan oleh negara pemberi pinjaman. Persyaratan pinjaman kredit ekspor adalah maturity berkisar antara 6– 15 tahun termasuk masa tenggang 2-3 tahun dengan pilihan bunga mengambang LIBOR, EURIBOR, atau Commercial Interest Rate Reference (CIRR) ditambah suatu margin, atau bunga tetap yang mengacu pada CIRR yang berlaku pada saat pinjaman ditandatangani atau berlaku efektif, ditambah dengan insurance premium yang mengacu pada country risk classification suatu negara, dan biayabiaya lainnya seperti commitment fee, up-front fee, management fee, dan lain-lain.Sehinggakarenahal yang menjadiacuandari insurance premium adalah CRC OECD ketika rating tersebutturun (acuanhalpositif yang menunjukkanturunnyaresiko) semakinrendah pula nominal
  • 3. fee insurance tersebutdemikian pula sebaliknya Trend lanjutan dalam pengelolaan risiko kredit yang terjadi diawal abad ke 21 adalah kemunculan Credit Default Swap (CDS). Instrumen derivatif ini memiliki fungsi seperti suatu asuransi surat hutang/pinjaman suatu entitas. Pembeli CDS (disebut sebagai protection buyer) dapat menukar surat hutang yang dimilikinya dengan cash sebesar nilai nominalhutang (face value) kepada penjual CDS (protection seller) ketika terjadi event default (Taylor, 2007). Untuk memperoleh proteksi ini, pembeli CDS harusmembayar suatu premi tertentu (biasanya suatu persentase dari nilai hutang). Dampak pengelolaan utang bagi APBN dan perekonomian negara menunjukkan kecenderungan yang positif. Rasio utang terhadap PDB menurun dari semula sekitar 47% pada tahun 2005 menjadi sekitar 28% pada tahun 2009 dan diperkirakan semakin menu-run pada tahun 2010. Penurunan rasio ini mengindikasikan bahwa size/ukuran utang relatif semakin kecil bagi perekonomianIndonesia. Rasio pembayaran bunga utang terhadap pendapatan dan belanja negara menurun dari semula masing-masing sekitar 13% pada tahun 2005 menjadi masing-ma-sing sekitar 11 % dan 10% pada tahun 2009. Penurunan rasio ini mengindikasikan bahwa size/ukuran utang yang semakin mengecil telah diikuti oleh penurunan beban utang ter-hadap APBN sehingga Pemerintah memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam meng-gunakan sumber penerimaan negara untuk membiayai belanja prioritas. Selain itu, dampak pengelolaan utang yang baik dan kondisi perekonomian yang stabil telah mendorong perbaikan sovereign credit rating Indonesia. Perbaikan sovereign credit rating ini akan menurunkan persepsi risiko Indonesia sehingga berpotensi menurunkan biaya utang. Saat ini rating Indonesia berdasarkan penilaian Moody’s dan S&P telah mencapai Ba2/BB atau hanya 2 notch menuju investment grade. Berdasarkan penilaian Fitch, rating Indonesia telah mencapai BB+ dan hanya tinggal 1 notch menuju invest-ment grade. Berdasarkan JCRA (Japan CreditRating Agency), rating Indonesia telah mencapai investment grade. Sedangkan untuk indicator CRC (Country Risk Classification) menunjukkan perbaikan yaitu menurun dari level 5 menjadi level 4. Berdasarkan data historis, setiap peningkatan credit
  • 4. rating sebesar 1 notch berpotensi menurunkan yield SBN valas baru sekitar 75- 115 bps dan perbaikan 1 level CRC berpotensi menurunkan biaya pinjaman luar negeri khususnya fasilitas kredit ekspor baru sekitar 130-150 bps.Sebaliknyakonsekuensi penurunan sovereign credit rating dan peningkatan country risk classification. Dari sisi biaya, penurunan rating kurang menguntungkan mengingat terjadinya penurunan satu notch akan menyebabkan yield SBN valas Pemerintah naik sekitar 75-115bps. Peningkatan satu tingkat country risk classification berdampak pada naiknya biaya pinjaman terutama yang berasal dari negara-negara anggota OECD sebesar 130-150bps juga "Yield (imbal hasil) SBN (Surat Berharga Negara) rupiah dan valas akan semakin rendah (cost of debt berkurang), default risk premium turunKenaikan peringkat itu langsung direspons positif oleh investor. Beberapa saat kemudian, yield Indo Global Bond berjangka 30 tahun turun 5 basis poin dari 5,35% menjadi 5,30%. Sementara CDS 5 tahun juga turun 10 bps.Pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun tampaknya justru berkebalikan dengan pergerakan imbal hasil obligasi di Negara-negara dengan keuangan bermasalah di Eropa. Di bulan November lalu bahkan imbal hasil obligasi ini mengalami posisi rekor terendah di level 6.20%. Imbal hasil obligasi Indonesia pada periode 2003 – 2011 mengalami pergerakan yang cukup volatile dengan rata-rata yield sebesar 11.09%. Pada masa krisis tahun 2008 lalu imbal hasil obligasi sempat meroket tajam dan mencapai rekor tertinggi pada posisi 20.96% di bulan Oktober, bersamaan dengan rontoknya bursa saham dalam negeri.SelainituKenaikan CRC oleh OECD yang telah diupayakan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini akan berdampak pada penurunan cost of fund atas pinjaman kredit ekspor yang diterima pemerintah, terutama penurunan yang cukup signifikan pada biaya insurance premium, untuk selanjutnya dapat mengurangi beban APBN. Per Desember 2009, posisi pinjaman kredit ekspor pemerintah mencapai 10,5% dari total utang luar negeri pemerintah, ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono dalam pernyataan resminya. Menurut BI, hal positif lainnya dari kenaikan CRC ini adalah posisi tawar Indonesia dalam negosiasi pinjaman luar negeri menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan memperoleh pinjaman luar negeri khususnya pinjaman kredit ekspor dengan terms and conditions yang lebih menguntungkan.
  • 5. Pendekatan Sovereign Rating TerhadapPremi CDS Rating inimencerminkanevaluasirisikokreditkepadaseluruhentitaslain yang adapadasuatu Negara. Rating kreditentitas lain tersebutbiasanyaakanlebihkecilatausamadengan sovereign rating. Dengandemikianarti sovereign rating menjadisangatpenting, mengingatbiayakreditberbagaientitasdidalamnegeriakanterpengaruhapabila sovereign rating mengalamidegradasi.maka 1% kenaikanpersepsirisiko global mendorongpeningkatan CDS sebesar 0.861% s/d 1.457%. Temuanempirisinimengkonfirmasihasilstudi Matsumura dan Vicente (2010) Terdapat hubungan yang negatif antara premi CDS dengan sovereign rating. Negaranegara dengan rating sovereign yang lebih rendah rata-rata membayar premi CDS yang lebih tinggiDengandemikiandapatdisimpulkanmeskipunCDSadalahsuatuinstrumen derivatif yang tradeable, para pelaku pasar (trader) tetap mendasarkan keputusan pembelian-penjualan didasarkan pola yang kurang lebih sejalan dengan rating kredit. Suatu studi yang mengukur reaksi CDS sovereign negara berkembang (emerging market) terhadap perubahan rating kredit (Standard & Poor) dilakukan oleh Ismailescu dan Kazemi (2010). Mereka menggunakan dataset yang terdiri dari 22 negara pada frekuensi harian pada periode 2 Januari 2001 sampai dengan 22 April 2009. Sebagai variabel tergantung adalah perubahan CDS terkait dengan suatu dummy credit event dan sekelompok variabel kontrol. Terdapat 2 tipe dummy credit event yang digunakan, yakni credit event bagi negara yang mengalami (country credit event) dan credit event bagi negara yang satu blok (regional credit event). Mereka menemukan bahwa credit rating event memiliki sifat yang tidak simetris.Pengumuman perubahan rating yang positif memberikan dampak langsung, sedangkan yang negatif tidak membawa dampak. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa pengumuman positif menyampaikan informasi yang lebih banyak dibandingkan yang negatif. Premi CDS juga memiliki kemampuan untuk memprediksi event rating kredit yang negatif (downgrade) namun tidak untuk yang positif. Terakhir, event rating kredit memiliki dampak spill over yang lebih kuat jika ia positif daripada negatif.
  • 6. Bannier dan Hirsch (2010) membuat suatu studi empiris yang menarik mengenai fungsi ekonomi dari pengumuman creditoutlook. Mereka menggunakan data seluruh seniorunsecured debt yang diterbitkan oleh entitas US dan dirating oleh Moodys. Secara keseluruhan sample memiliki 4043 observasi, yang terdiri atas 2531 upgrades dan 1512 donwgrades. Model ekonometrika yang digunakan adalah linier panel dengan Cumulative Absolute Return (CAR) sebagi variabel tergantung dan 7 variabel penjelas diantaranya besaran upgrade/downgrade (dalam notchs) dan dummy kategori masuk/keluar investment grade. Mereka menemukan bahwa rating downgrade memberikan respon pasar yang lebih tinggi dibandingkan saat issuer memasuki watchlist. Temuan empiris juga memberikan dukungan atas hipotesa implicit contract (Boot et al, 2006). Dalam hipotesa ini, watch list memiliki fungsi ekonomi sebagai alat untuk mengkoordinasi persepsi investor dan mengarahkan issuer kepada persepsi tersebut. Studi ini memiliki perbedaan dengan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Model empiris yang dilakukan lebih sederhana. Mengingat hubungan yang telah established antara premi CDS dengan variabel ekonomi makro melalui variabel penentu harga (jatuh tempo, volatilitas, suku bunga bebas risiko, dsb) maka estimasi dilakukan secara langsung melalui suatu bentuk reduced form. Model empiris yang bersifat parsimonous ini diharapkan akan memberikan insight yang lebih intuitif. Secara umum tanda aljabar estimasi empiris serta signifikansinya telah mendukung hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini. CDS sebagai suatu instrumen pasar memiliki keterkaitan dengan variabel fundamental ekonomi (global dan domestik). Dengan demikian pergerakan CDS juga mencerminkan persepsi para pelaku pasar terhadap prospek perekonomian (sovereign risk). Lebih lanjut mengingat instrumen ini adalah diperdagangkan secara harian, maka sangat mungkin ia dapat digunakan sebagai leadingindicator dari prospek risiko sovereign.
  • 7. 3. KESIMPULAN DAN SARAN Studi ini telah melakukan review terhadap literatur yang ada mengenai hubungan antara CDS dengan variabel fundamental (khususnya ekonomi makro). Mengingat CDS adalah suatu instrumen derivatif (analog sebagai option) maka secara teoritis penilaian tergantung kepada variabel suku bunga bebas risiko, jatuh tempo, strike price, volatilitas dan harga spot dari underlying asset. Beberapa studi empiris telah menunjukkan korelasi yang erat dari perilaku CDS terhadap fundamental ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Ismailescu dan Kazemi (2010) menunjukkan adanya hubungan antara CDS dengan perubahan sovereign rating. Mengikuti metoda Standard & Poor (Beers dan Cavanaugh, 2006), variabel fundamental ekonomi yang berpengaruh terhadap rating dapat dibagi menjadi 7 klasifikasi yakni Risiko Politik, Struktur ekonomi agregat, Prospek pertumbuhan ekonomi, Kondisi dan kebijakan fiskal, moneter serta eksternal dan posisi kontijen (dalam dan luar negeri). Perubahan terhadap variabel fundamental ini dapat diduga akan mempengaruhi premi CDS melalui variabel pricing. Suatu dataset berfrekuensi tahunan yang terdiri atas 10 negara berkembang pada periode 2004-2009 digunakan untuk memverifikasi hipotesis ini. Hasil empiris menunjukkan bahwa sentimen risiko global (diproksikan oleh indeks VIX), cadangan devisa serta yield spread merupakan variabel fundamental paling berpengaruh terhadap premi CDS. Temuan ini memberikan beberapa implikasi kebijakan yakni a. Perlunya memonitor sentimen global dan mengurangi dampak dari pengaruhpemburukan melalui kerjasama internasional yang lebih baik. b. Pemupukan cadangan devisa secara mencukup sebagai buffer apabila terjadishocknegatifyangmendadak.Cadangandevisayangtinggijugadapatm enjadisinyalkredibilitaskestabilan sektor eksternal. c. Memperhatikan pergerakan dipasar surat berharga/obligasi. Selisih yieldadalah sinyalindikator terhadap perubahan persepsi risiko sovereign.
  • 8. Menurut Direktur Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto kenaikan rating sovereigncredit Indonesia oleh Moddy akan membantu pencapain pertumbuhan ekonomi Indonesia karena banyaknya dana jangka panjang yang murah.Lebih lanjut ia mengatakan, dengan peningkatan rating ini akan membuat yield SBN rupiah dan valas semakin rendah karena default resiko premium mengalami penurunan. SelainituDirektur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Bimantara Djayawijaya yang mengatakan kenaikan peringkat ini juga dapat menurunkan biaya utang Indonesia. Nama : Y. ARIA RANANDA 3CKebendaharaan Negara (34/093010003736)