Dokumen tersebut membahas berbagai konsep tentang kehidupan setelah kematian menurut ajaran Kristen, termasuk Alam Maut, Kebangkitan, Surga, Neraka, dan Api Penyucian. Beberapa konsep tersebut mengalami perkembangan sepanjang sejarah.
3. Dunia setelah kematian/Dunia yang akan
datang adalah sebuah misteri
Konsep tentang dunia yang akan datang,
mengalami perkembangan dalam
perjalanan waktu.
Orang merenungkan dan mengaitkan
dengan peristiwa hidup dan dalam sejarah
4. Dunia Alkitab sebelum abad II SM
Kristus “turun ke dunia orang mati”
Tidak hidup juga tidak mati. Orang seperti
bayang-bayang dan merasa di tinggalkan
5.
6. Sheol terletak di bagian paling bawah bumi
yang masih bisa dibayangkan oleh manusia
(Ul. 32:22).
Sheol sebagai tempat yang gelap dan tanpa
cahaya (Ayb. 17:13).
Sheol juga digambarkan sebagai tempat yang
penuh dengan debu (Ayb. 17:16).
Debu adalah simbol kegersangan. Simbol ini
mungkin mau menggambarkan kegersangan
batin penghuni Sheol
7. Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat
kepada-Mu; siapakah yang akan
bersyukur kepada-Mu di dalam dunia
orang mati?
(Mazmur 6:5)
8. Gagasan kebangkitan muncul sejak abad
II sampai sekarang.
Kebangkitan pada akhir zaman (bdk.
perkataan Marta terhadap Yesus dalam
Injil Yohanes)
Yesus percaya kebangkitan pada akhir
zaman.
Yesus mengalami kebangkitan
9. Hari kebangkitan umum (bdk. Kata Marta
kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan
bangkit pada waktu orang-orang bangkit
pada akhir zaman." (Yoh 11:24)
Hari Penghakiman terakhir (Mat 25:32)
Naik ke surga (Elia dan Musa [dalam
tradisi Yahudi])
10. “Kuburan-kuburan terbuka dan banyak
orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Dan sesudah kebangkitan Yesus,
merekapun keluar dari kubur, lalu masuk
ke kota kudus dan menampakkan diri
kepada banyak orang” (Mat 27:52-53
ITB).
Kebangkitan badan secara fisik.
11. Makam kosong?
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia
mengambil roti, mengucap berkat, lalu
memecah-mecahkannya dan
memberikannya kepada mereka. Ketika
itu terbukalah mata mereka dan
merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap
dari tengah-tengah mereka. (Luk 24:30-31)
12. Yesus nampak dalam tubuh manusia yang
lengkap (bisa bergerak, makan roti, ikan,
dsb) tetapi tubuh kebangkitan yang
sesungguhnya bukan tubuh fisik dalam arti
umum.
Paulus ketika berjumpa dengan Kristus
yang bangkit, tidak melihat tubuh manusia,
tetapi cahaya yang menyilaukan (Kis 9:3)
13. Yang dapat binasa ini harus mengenakan
yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati
ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.”
(1Kor 15:53)
“Daging dan darah tidak mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa
tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak
binasa” (1Kor 15:50)
KITA AKAN MEMILIKI TUBUH YANG BARU,
TIDAK DAPAT BINASA, DAN ROHANI
14. “Yang engkau taburkan bukanlah tubuh
tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji
yang tidak berkulit” (1Kor 15:37)
Tubuh duniawi kita adalah benih yang
nantinya tubuh rohani (spiritual) kita
tumbuh.
Seperti apa nantinya kita, adalah hasil
atau akibat dari apa yang kita buat
sekarang ini
15. Kebangkitan Kristus dan kita adalah karya
Allah (Allah membangkitkan Yesus).
Manusia tidak bisa membangkitkan dirinya
sendiri
Kristus akan menyerupakan badan/tubuh
kita yang dibangkitkan dengan tubuhnya
sendiri.
16.
17. Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1024
Suatu kondisi kehidupan yang serba
sempurna.
Persekutuan kehidupan abadi yang bahagia,
sempurna dan penuh cinta bersama Allah
Tritunggal Mahakudus, bersama Perawan
Maria, para malaikat dan orang kudus.
Keadaan bahagia sempurna, tertinggi dan
definitif yang merupakan tujuan terakhir
menjadi kerinduan terdalam manusia
18. Ajaran Tradisional: neraka merupakan
tempat atau keadaan di mana setan-setan
dan para pendosa yang tidak bertobat
menderita untuk selama-lamanya (DS
1002).
Paham saat ini : keterpisahan secara
definitif dari persekutuan dengan Allah,
yang berlangsung selama lamanya.
19. Mereka yang masuk neraka adalah orang
yang dengan sukarela memutuskan untuk
1) tidak mencintai Allah,
2) berdosa berat tanpa menyesalinya,
3) tidak mau menerima belaskasih Allah,
4) tidak mau mengasihi sesama lebih-lebih
kaum lemah,
5) mengingkari Tuhan dengan sukarela.
Standar cinta kasih
20.
21. “Tempat” atau “keadaan” atau
proses pemurnian atau
pembersihan atau penyucian jiwa-
jiwa agar mencapai suatu
pemurnian yang layak untuk
masuk surga.
22. Katekismus 1030: “Siapa yang mati dalam
rahmat Allah dan dalam persahabat
dengan Allah, namun belum disucikan
sepenuhnya,memang sudah pasti akan
keselamatan abadinya, namunia masih
harus menjalankan satu penyucian untuk
memperoleh kehidupan yang perlu,
supaya dapat masuk ke dalam
kegembiraan surga”
23. Dosa berat merampas dari kita
persekutuan dengan Allah dan karena itu
membuat kita tidak layak untuk kehidupan
abadi.
Setiap dosa, malahan dosa ringan,
mengakibatikan satu hubungan berbahaya
dengan makhluk, hal mana membutuhkan
penyucian di dunia ini atau sesudah
kematian di dalam apa yang dinamakan
purgatorium.
24. Penyucian ini membebaskan dari apa
yang dinamakan ‘siksa dosa sementara’.
Kedua bentuk siksa ini tidak boleh
dipandang sebagai semacam dendam
yang Allah kenakan dari luar, tetapi
sebagai sesuatu yang muncul dari kodrat
dosa itu sendiri.
25. 2 Makabe 12:43-46
“Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan.
Lebih kurang dua ribu dirhan perak dikirimkannya ke
Yerusalem untuk mempersembahkan kurban penghapus
dosa. Ini sunggung merupakan suatu perbuatan sangat
baik dan tepat; oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.
Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang
yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan
hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagi pula Yudas
ingat bahwa tersedialah pahala yang sangat indah bagi
sebagian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh
suatu pikiran yang mursyid dan saleh. Dari sebab itu, maka
disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk
semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka
dilepaskan dari dosa mereka”.
26. Berdasarkan Kitab Suci dan karena Gereja
Yunani percaya bahwa jiwa-jiwa mereka yang
sesudah menerima penebusan dosa tetapi
belum menjalankannya, atau mereka yang
meninggal tanpa dosa berat, dapat disucikan
sesudah meninggal dengan pertolongan Gereja,
kami, karena mereka mengatakan suatu tempat
penyucian yang belum diberitahukan kepada
mereka nama yang tetap dan pasti oleh guru-
guru mereka, kami dengan ini menyebutkanya
prugatorium (api penyucian) sesuai dengan
tradisi dan otoritas dari Bapa Tersuci.
27. Sementara Gereja Katolik, seperti diperintahkan
oleh Roh Kudus, Konsili telah memperoleh
ajarah dari Kitab Suci dan tradisi kuno dari Bapa
Gereja dan terakhir dari Sinode Ekumenis ini,
bahwa ada Api Penyucian, bahwa jiwa-jiwa
yang berada di dalamnya dapat ditolong oleh
para orang beriman terutama dengan
penerimaan kurban di altar, Sinode Suci ini
memerintahkan para Uskup agar berusaha
meneruskan doktrin yang sehat dari para Bapa
Konsili tentang Api Penyucian dan menjaganya
agar diketahui dan diimani oleh kaum beriman.
28.
29. LUMEN GENTIUM 49: Jadi jika saatnya Tuhan
datang dalam keagungan-Nya beserta semua
malaikat, dan saatnya segala sesuatu takluk
kepada-Nya sesudah maut dihancurkan, ada di
antara para murid-Nya yang masih mengembara
di dunia dan ada yang telah meninggal dan
mengalami penyucian, ada pula yang
menikmati kemuliaan sambil memandang
dengan jelas Allah Tritunggal sendiri sebagai apa
ada-Nya.
30. Lumen Gentium 51
Itulah iman yang layak kita hormati, pusaka para
leluhur kita, iman akan persekutuan hidup
dengan para saudara yang sudah mulia di surga,
atau sesudah meninggal masih mengalami
pentahiran. Konsili Suci ini penuh khidmat
menerima iman itu, dan menyajikan lagi
ketetapan-ketetapan Konsili-konsili suci Nicea II,
Florence, dan Trente