SlideShare a Scribd company logo
HAM DALAM KONSTITUSI, UUD 1945 DAN PERUBAHANNYA


Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit,
hanya 7 (tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan
di dalam UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal,
yakni dari pasal 2 sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir
sama dengan yang tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.

Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM,
namun kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah
Undang-undang antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang
banyak mencantumkan ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal
tentang HAM, sedangkan UU No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam
Pembukaan UUD 45 didapati suatu pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa
Indonesia untuk menegakkan HAM yang berbunyi, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

Timbul pertanyaan bagaimana dapat menegakkan HAM kalau di dalam konstitusinya
tidak diatur secara lengkap ? Memang di dalam UUD 1945 ketentuan-ketentuan yang
mengatur tentang HAM relatif terbatas tetapi hal ini tidak akan menghambat penegakan
HAM karena sudah diperlengkapi dengan Undang-undang lain, seperti UU Pokok
Kekuasaan Kehakiman, UU Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Hak Asasi Manusia,
UU Pengadilan HAM dan peraturan perundangan lainnya.

Sekalipun demikian, telah diusulkan juga untuk membuka kesempatan memasukkan
pasal-pasal HAM ke dalam Konstitusi UUD 1945 melalui amandemen. Upaya
amandemen terhadap UUD 1945 ini telah melalui 2 tahapan usulan. Usulan draft
amandemen Undang-undang Dasar 1945 yang kedua tanggal 18 Agustus 2000 telah
menambahkan satu bab khusus yaitu Bab X-A tentang Hak Asasi Manusia mulai pasal 28
A sampai dengan 28 J. Sebagian besar isi perubahan tersebut mengatur mengani hak-hak
sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

   •   Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A)
   •   Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
       yang syah (Pasal 28 B ayat 1)
   •   Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas
       perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2)
   •   Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C
       ayat 1)
   •   Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
       pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C ayat 1)
   •   Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal
       28 C ayat 2)
•   Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan
       perlakuan yang sama di depan hukum (Pasal 28 D ayat 1)
   •   Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak
       dalam hubungan kerja (Pasal 28 D ayat 3)
   •   Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D
       ayat 3)
   •   Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D ayat 4)
   •   Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal
       28 E ayat 1)
   •   Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E ayat 1)
   •   Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E ayat 1)
   •   Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta
       berhak untuk kembali (Pasal 28 E ayat 1)
   •   Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
       hati nuraninya (Pasal 28 E ayat 2)
   •   Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal
       28 E ayat 3)
   •   Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F)
   •   Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
       benda (Pasal 28 G ayat 1)
   •   Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
       tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G ayat 1)
   •   Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan
       derajat martabat manusia (Pasal 28 G ayat 2)
   •   Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
       lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H ayat 1)
   •   Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H ayat 1)
   •   Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan
       dan keadilan (Pasal 28 H ayat 2)
   •   Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H ayat 3)
   •   Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh
       siapapun (Pasal 28 H ayat 4)
   •   Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif) (Pasal
       28 I ayat 1)
   •   Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak
       mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut (Pasal 28 I ayat 2)
   •   Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I ayat 3)

                   HAK-HAK ASASI MANUSIA


Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi
Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI
Nomor XVII/MPR/1998.

Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia terdiri dari :

   1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
      meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
      sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
   2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk
      membentuk kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah
      atas kehendak yang bebas.
   3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
      pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
      masyarakat, bangsa dan negaranya.
   4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk
      memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan,
      baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
      proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang
      menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk
      memperoleh putusan adil dan benar.
   5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai
      keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama
      masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa
      diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggaldi wilayah
      Republik Indonesia.
   6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
      keluarga, kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta
      perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
      sesuatu.
   7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri
      maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa
      dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan
      sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak
      mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
   8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta
      dalam pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara
      bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
   9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam
      jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan
      perundang-undangan. Disamping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus
      dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
      mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, kelaurga,
       masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka
       pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM).

 Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak
Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).

Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :

   1. kejahatan genosida;
   2. kejahatan terhadap kemanusiaan.

 Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :

   1. Membunuh anggota kelompok;
   2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
      kelompok;
   3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
      secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
   4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
      kelompok; atau
   5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

 Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :

   1. pembunuhan;
   2. pemusnahan;
   3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
   5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
       wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
   6. penyiksaan;
   7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
       pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
       lain yang setara;
   8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
       persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
       atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
       menurut hukum internasional;
   9. penghilangan orang secara paksa; atau
   10. kejahatan apartheid.

(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)

 Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada
seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang
ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga
telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa
seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan
dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik
(Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

 Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33
ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

    Tubuh dan seksualitas perempuan adalah suatu hak yang independen dan
    menjadi hak perempuan sepenuhnya. Moralitas perempuan tidak dapat dinilai
    dari sudut pandang laki-laki.
Menurut Perspektif Feminis, pornografi adalah grafis yang secara seksual
menggambarkan perempuan secara eksplisit melalui gambar atau kata dengan aspek
dehumanisasi sebagai objek seks yang menikmati penghinaan, perkosaan atau serangan
seksual lainnya, mereduksi perempuan pada bagian-bagian tubuh tertentu yang menjadi
fokus tontonan.
Nurul Arifin artis sekaligus aktivis perempuan ini menyoroti RUU APP secara jelas
memindahkan ancaman pidana dari pelaku industri pornografi dan seks kepada
perempuan yang mana perempuan justru adalah korban. Telah dibuktikan rekruitmen
perempuan menjadi pekerja seks komersial banyak dilakukan melalui tipu daya dan
kekerasan.
Demikian terungkap dalam semiloka tentang RUU APP yang diselenggarakan Sub
Komisi Hak Sipil & Politik Komnas HAM, di Hotel Grand Istana Rama Kuta ( 27 hingga
28/3).
Menurutnya, RUU ini jelas melecehkan dan mendegradasikan perempuan, dan
mendorong perilaku seks yang tidak aman, serta mendorong orang aktif untuk melakukan
hubungan seks dengan tidak bertanggung jawab sseja dini, dan bertentangan dengan
agama. Ia menegaskan RUU APP sangat menyalahkan tubuh perempuan karena
mempunyai bentuk tubuh yang menonjol seperti payudara dan bakong. Tubuh perempuan
sebagai sumber malapetaka sehingga birahi laki-laki harus dilindungi.
“Banyaknya perda yang mengatur tentang perempuan dan kesusilaan, perempuan yang
sering dilecehkan dalam aturan ketenaga kerjaan, yang jelas lebih menguntungkan
perusahaan jasa ketimbang tenaga kerja perempuan. Sementara pada negara di Timur
Tengah yang mengatur cara perempuan berpakaian, justru angka pelecehan seksual dan
kekerasan pada perempuan cukup tinggi, dimana tubuh perempuan acap di politisasi
untuk kepentingan laki-laki,” jelasnya.
Ia pun sangat penyayangkan sedikitnya suara perempun yang menyuarakan aspirasi
mereka untuk menolak RUU APP ini, karena jelas mereka belum membaca dan
mempelajari isi dari RUU APP itu sendiri.

Sementara menurut Koesparmono Irsan anggota Komnas HAM Pornografi adalah isu
gender, maka jelas pornografi erat dengan eliminasi terhadap hak-hak perempuan. Dalam
pronografi perempuan tidak ditempatkan sebagai manusia yang dilindungi hak-haknya.
RUU jelas memeberantas seksualitas perempuan. Secara idilogis dan konseptual ada
perbedaan anatra pornografi dan erotika, namun dalam RUU pemahaman keduanya
dicapur aduk dan tidak jelas.
Komnas Ham perempuan dengan tegas menolak RUU APP karena, penggagas RUU
tidak memiliki dasar filosofis yang kuat, tak menghargai budaya lokal dan tidak faham
budaya Indonesia. Dalih untuk melindungi perempuan dan anak justru tidak kena
sasarannya, konsep yangt idak jelas sehingga menimbulkan interpertasi yang berbeda-
beda.
RUU APP akan berdampak negatif pada aspek sosial budaya hendak dijadikan
monokultur, dalam aspek ekonomi terpuruknya pariwisata yang akan menguragi jumlah
devisa dan pajak, dari aspek hukum UU sebagai dasar polisi untuk bertindak sudah ada
yaitu UU penyiaran, UU Pokok Pers, UU Perfilman dan KUHP, dari segi politik, akan
memunculkan keresahan beberapa daerah dan dapat terjadi disintergrasi.
RUU APP jelas melanggar UUD 1945 , pasal 28 tentang HAM, pasal 29 tentang
beragama dan pasal 32 tentang Kebebasan Ekspersi budaya.
“ Malaysia saja yang negara syariat Islam tidak mempunyai UU APP, tetapi menuangkan
dalam KUHP mereka,” ucapnya retorik.
Dalam sebuah dokumen peratuan tenatng HAM yang di buat oleh kota Menneapolis di
Amerika Serikat, pronografi didefinisikan sebagai, bentuk subordinasi perempuan secara
grafik dan eksplisit bersifat seksual baik emalui gambar atau kata yang mencakup,
perempuan digambarkan secara tidak manusiawi sebagai obyek, barang atau komoditi
seksual, perempuan digambarkan sebagai obyek seksual yang menikmati arsa sakit dan
penghinaan, perempuan yang digambarkan sebagai obyek seksual yang diikat atau
disakiti secara fisik, perempuan yang digamarkan dalam psotur tubuh yang menunjukkan
penundukan seksual, bagian-bagian tubuh perempuan yang dipamerkan sedemkian rupa
sehingga perempuan direduksi menjadi bagian-bagian tubuh tersbut, perempuan yang
digambarkan dalam skenario yang menunjukkan penghinaan, penyiksaan, kotor,
kesakitan yang besifat seksual. Definisi ini berdasarkan kajian industri pornografi di
berbagai pelosok dunia.

RUU APP MELANGGAR HAK ASASI MANUSIA
Instrumen pokok hukum nasional di bidang HAM adalah UUD 1945 dan UU No. 39
Tahun 1999. RUU APP jelas sudah melanggar HAM baik HAM sipil, ekonomi, sosial,
dan budaya.
Menurut Pasek Diantha pelanggaran dalam bidang sipil, dalam pasal 4,5,6,9 RUU APP
melarang kebebasan berekpresi di bidang seni, dimana Pasal 12 UU No. 39 tahun 1999,
ada perlindungan hukum pada bakat pribadi seniman.
“Dalam lontar seks seperti Kama Sutra, Cerat Centini, tantra menggambarkan hubungan
seks bernilai luhur suami istri. Buku tersebut sering menjadi sumber pengarang untuk
membuat tulisan, dan karya itu dianggap pornografi,” tandasnya.
Pelanggaran dalam bidang Ekonomi, dipastikan beberapa pihak akan kehilangan
pendapatan yang terkait dengan peyelenggara pameran luksian, pihak pelukis sendiri,
konsumen akan kehilangan kesempatan untuk memiliki lukisan. Seperti tertuang dalam
pada pasal 12,13,14, 22, 23 RUU APP padahal hak itu dijamin dalam padal 27, 28
Deklarasi PBB 1948 dan Pasal13 UU No. 39 HAM.
Pelanggaran HAM dalam bidang sosial, pada Pasal 24, 33 RUU APP telah
menghilangkan hak sosial penyandang dana dan penyedia fasilitas, padahal hak itu
dijamin dalam Pasal 16, Pasal 36 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 HAM.
Pelanggaran HAM Bidang Budaya, dalam Pasal 4,5 dan 6, 25 dan 28 RUU APP.
Dikaitkan dengan kondisi di lapangan maka larangan tersebut antara lain, perempuan
yang berjemur menggunakan bikini di pantai, perempuan menggunakan rok mini dan
celana pendek di jalanan, penari India yang keliatan pusarnya, perempuan yang mandi di
sungai, penari dansa, penari joged, janger, sanghyang dan lainnya. .Jadi dapat
disimpulkan larangan berkesenian di bidang sastra, lukis, tari, audio, dan lainnya, serta
larangan berpakaian.
“Jika dikaitkan dengan HAM Budaya, kesenian merupakan bagian dan kebudayaan.
Sementara larangan menari sensual yang bersifat sakral merupakan pelanggaran
kebebasan beragama dalam melakukan ibadah agama Hindu di Bali yang kerap
menyertakan tari sakral,” tegasnya.

KELEMAHAN RUU APP

Pasek Diantha menjelaskan RUU APP ini memiliki kelemahan antara lain penggunaan
bahasa yang tidak jelas sehingga menimbulkan norma kabur, pengertian pronografi
dimulai dnegan kata substansi dan bukan dengan kata perbuatan seperti yang digunakan
dalam definisi pornoaksi. Substansi bukan merupakan perilaku orang, tetapi perbuatan
memang merupakan perilaku orang sehingga orang yang perbuatan pornoaksi dapat
dihukum. Sementara pornografi tidak bisa karena ia benda bukan perilaku orang.
Demikian juga kata menyebar luaskan tidak digunakan intens tapi diganti dengan kata
menyiarkan.mempertontonkan, menempelkan, memperdagangkan.
Lemah dalam struktur norma, rumusan larangannya ditaruh di depan dan rumusan sanksi
diatur dibelakang.
“Hal ini kurang praktis karena orang tidak bisa segera tahu sanksi dari suatu perbuatan
yang dilarang,” ucapnya.
Larangan pronografi dan pornaksi sudah ada dalam KUHP berupa delik kesusilaan,
sehingga tidak perlu lagi RUU APP. Kegagalan membentuk standar umum tingkah laku.
Sebuah UU yang terlalu banyak induksinya ( pengecualian) akan mengalami anomali
karena pendukung induktif akan lebih banyak dari pendukung deduktif UU dan jelek
kualitasnya.
Kegagalan memiliki sifat Publik.
“RUU APP ternyata menabrak nilai-nilai moral lokal di bidang bekesneian, berpakaian
dan bertingkah laku,” ucapnya bersemangat.
Sementara menurut Wayan P. Windia RUU APP mengambil sistem sapu bersih, tanpa
membedakan budaya, sementara Hukum adat di Bali menggunakan parameter runag
waktu, kesucian dan ke%@!#$&akaan dalam keseimbangan buana agung dan buana alit
secara sekala niskala dalam memandang yang mana dikatakan porno dan tidak. Orang
Bali tidak memperdulikan foto, lukisan dan lainnya sepanjang tidak dilakukan di tempat
suci dan diyakini tiak memepengaruhi keseimbangan buana agung dan buana alit. Itu
sebabnya orang Bali menolak RUU APP ini karena dianggap mengabaikan dan menabrak
norma adat dan hukum adat Bali yang dijiwai agama Hindu, sebagai salah satu kasanah
budaya bangsa.
Sedangkan menurut Ida Pedanda Sebali agama yang baik adalah agama yang
berprikemanusiaan. RUU APP jelas sudah tidak menempatkan keaneka ragaman kasanah
budaya bangsa. Pemangkasan pada daya hasil cipta dan kreasi dalam berkesenian dan
berbudaya .
Dari hasil semiloka ini disimpulkan bahwa RUU APP menjadi alat diskriminasi terhadap
keragaman agama dan adat istiadat masyarakat selain menjadi alat kriminalisasi pada
perempuan dan anak. Akhirnya peserta lokakarya menyatakan sikap bahwa Presiden RI
harus meminta DPR untuk mengehntikan pembahasan RUU APP untuk menghindari
diskriminasi pada warga negaranya, DPR lebih memfokuskan diri dan melibatkan
masyarakat dalam perumusan legisasi tersebut melalui Referendum agar DPR tidak lagi
membuat RUU yang tidak relevan, Komnas HAM harus membuktikan diri sebagai
lembaga yang independen HAM dengan mendesak Pemerintah dan DPR untuk
menghentikan pembahasan RUU APP karena sangat bertentangan dengan prinsip dasar
HAM, masyarakat Bali dengan tegas menolak RUU APP dengan segala revisinya tanpa
terkecuali. –ast

More Related Content

What's hot

(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
Abid Zamzami
 
Hukum progresif
Hukum progresifHukum progresif
Hukum progresif
rara wibowo
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
DenaAgustina
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Rizki Gumilar
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
Nina Ruspina
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Idik Saeful Bahri
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
Manunggal Amethyst
 
Makalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasionalMakalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasional
Adelia Cahyati
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
زكي عليا إبن محمد
 
Hak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasilaHak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasila
Ahmad Royhan Nst
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
Shelly Selviana
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Rizza Magfira
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
FKP2B Cikarang
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
Iko Matussuniah
 
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
Fenti Anita Sari
 

What's hot (20)

(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Hukum progresif
Hukum progresifHukum progresif
Hukum progresif
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
 
Makalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasionalMakalah tentang hukum internasional
Makalah tentang hukum internasional
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Hak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasilaHak asasi manusia dalam pancasila
Hak asasi manusia dalam pancasila
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Hukum Perdata
Hukum Perdata Hukum Perdata
Hukum Perdata
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
 

Viewers also liked

Hak Asasi Manusia dan Konstitusi
Hak Asasi Manusia dan KonstitusiHak Asasi Manusia dan Konstitusi
Hak Asasi Manusia dan Konstitusi
Rafi Daffa
 
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAMpasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
Pretty Menur
 
Bab 5 ppkn kelas xii smk
Bab 5 ppkn kelas xii smkBab 5 ppkn kelas xii smk
Bab 5 ppkn kelas xii smk
wahyuti wahyuti
 
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45InDraa putrybulan17
 
PPKN Kelas XII K13 Buku Guru
PPKN Kelas XII K13 Buku GuruPPKN Kelas XII K13 Buku Guru
PPKN Kelas XII K13 Buku Guru
Muhammad Pangisthu
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
meikaa
 

Viewers also liked (7)

Hak Asasi Manusia dan Konstitusi
Hak Asasi Manusia dan KonstitusiHak Asasi Manusia dan Konstitusi
Hak Asasi Manusia dan Konstitusi
 
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAMpasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
pasal-pasal yang mengatur tentang pengaturan HAM
 
Bab 5 ppkn kelas xii smk
Bab 5 ppkn kelas xii smkBab 5 ppkn kelas xii smk
Bab 5 ppkn kelas xii smk
 
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45
konsep hak, HAM dan kewajiban dalam UUD 45
 
PPKN Kelas XII K13 Buku Guru
PPKN Kelas XII K13 Buku GuruPPKN Kelas XII K13 Buku Guru
PPKN Kelas XII K13 Buku Guru
 
Presentasi pkn HAM
Presentasi pkn HAMPresentasi pkn HAM
Presentasi pkn HAM
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 

Similar to Ham dalam konstitusi

Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10
Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10 Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10
Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10 Debby Zalina
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaDwi Anita
 
HAM (Hak Asasi Manusia)
HAM (Hak Asasi Manusia)HAM (Hak Asasi Manusia)
HAM (Hak Asasi Manusia)
Syarah Hope
 
Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Hak Asasi Manusia (Human Rights)Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Hak Asasi Manusia (Human Rights)
dionteguhpratomo
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
'Oke Aflatun'
 
Tambahan ham
Tambahan hamTambahan ham
Tambahan ham
Andrew Hutabarat
 
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
zxmuadz
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 a
pycnat
 
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.pptHukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
RendaPutriMario
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
taniariwu
 
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.pptPPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
deanramadhan8
 
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.pptmateri_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
brianadi85
 
Human Rights
Human RightsHuman Rights
Human Rights
Mariske Myeke Tampi
 
PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)
sarahmaida12
 
Kwn bab iii
Kwn bab iiiKwn bab iii
Kwn bab iii07051994
 
HAK ASASI MANUSIA
HAK ASASI MANUSIAHAK ASASI MANUSIA
HAK ASASI MANUSIA
tata pramita
 
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di IndonesiaInstrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
aliftrigger
 
Sistem Pemerintahan
Sistem PemerintahanSistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
Fenny Handayani
 

Similar to Ham dalam konstitusi (20)

Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10
Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10 Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10
Hak asasi manusia ppt debby erlin elvia - Tugas pkn kelas 10
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
HAM (Hak Asasi Manusia)
HAM (Hak Asasi Manusia)HAM (Hak Asasi Manusia)
HAM (Hak Asasi Manusia)
 
Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Hak Asasi Manusia (Human Rights)Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Hak Asasi Manusia (Human Rights)
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Tambahan ham
Tambahan hamTambahan ham
Tambahan ham
 
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
Jenis Bentuk HAM Menurut Berbagai Sumber (sesuai UUD) Hak dan Kewajiban Warga...
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 a
 
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.pptHukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
Hukum-dan-HAM-Pertemuan-11.ppt
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Hak azasi manusia
Hak azasi manusiaHak azasi manusia
Hak azasi manusia
 
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.pptPPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
PPT-6-Konsep-HAM-dalam-UUD-1945.ppt
 
Ppkn
PpknPpkn
Ppkn
 
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.pptmateri_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
materi_92_PRESENTASI-JR JAMINAN HAK KONSTITUSIONAL.ppt
 
Human Rights
Human RightsHuman Rights
Human Rights
 
PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)PKN (instrumen ham)
PKN (instrumen ham)
 
Kwn bab iii
Kwn bab iiiKwn bab iii
Kwn bab iii
 
HAK ASASI MANUSIA
HAK ASASI MANUSIAHAK ASASI MANUSIA
HAK ASASI MANUSIA
 
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di IndonesiaInstrumen Hukum HAM Di Indonesia
Instrumen Hukum HAM Di Indonesia
 
Sistem Pemerintahan
Sistem PemerintahanSistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
 

Ham dalam konstitusi

  • 1. HAM DALAM KONSTITUSI, UUD 1945 DAN PERUBAHANNYA Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit, hanya 7 (tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan di dalam UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal, yakni dari pasal 2 sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir sama dengan yang tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights. Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-undang antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang banyak mencantumkan ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan UU No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam Pembukaan UUD 45 didapati suatu pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM yang berbunyi, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Timbul pertanyaan bagaimana dapat menegakkan HAM kalau di dalam konstitusinya tidak diatur secara lengkap ? Memang di dalam UUD 1945 ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang HAM relatif terbatas tetapi hal ini tidak akan menghambat penegakan HAM karena sudah diperlengkapi dengan Undang-undang lain, seperti UU Pokok Kekuasaan Kehakiman, UU Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Hak Asasi Manusia, UU Pengadilan HAM dan peraturan perundangan lainnya. Sekalipun demikian, telah diusulkan juga untuk membuka kesempatan memasukkan pasal-pasal HAM ke dalam Konstitusi UUD 1945 melalui amandemen. Upaya amandemen terhadap UUD 1945 ini telah melalui 2 tahapan usulan. Usulan draft amandemen Undang-undang Dasar 1945 yang kedua tanggal 18 Agustus 2000 telah menambahkan satu bab khusus yaitu Bab X-A tentang Hak Asasi Manusia mulai pasal 28 A sampai dengan 28 J. Sebagian besar isi perubahan tersebut mengatur mengani hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Hak Asasi Manusia yang ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut : • Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A) • Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah (Pasal 28 B ayat 1) • Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2) • Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C ayat 1) • Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C ayat 1) • Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal 28 C ayat 2)
  • 2. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama di depan hukum (Pasal 28 D ayat 1) • Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D ayat 3) • Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D ayat 3) • Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D ayat 4) • Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal 28 E ayat 1) • Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E ayat 1) • Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E ayat 1) • Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk kembali (Pasal 28 E ayat 1) • Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya (Pasal 28 E ayat 2) • Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat 3) • Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F) • Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda (Pasal 28 G ayat 1) • Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G ayat 1) • Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia (Pasal 28 G ayat 2) • Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H ayat 1) • Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H ayat 1) • Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan keadilan (Pasal 28 H ayat 2) • Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H ayat 3) • Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun (Pasal 28 H ayat 4) • Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif) (Pasal 28 I ayat 1) • Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut (Pasal 28 I ayat 2) • Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I ayat 3) HAK-HAK ASASI MANUSIA Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi
  • 3. Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998. Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari : 1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. 2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang bebas. 3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. 4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar. 5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggaldi wilayah Republik Indonesia. 6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. 7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan memperjuangkan kehidupannya. 8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan. 9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Disamping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
  • 4. 10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, kelaurga, masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM). Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM). Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM meliputi : 1. kejahatan genosida; 2. kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara : 1. Membunuh anggota kelompok; 2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok; 3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya; 4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau 5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : 1. pembunuhan; 2. pemusnahan; 3. perbudakan;
  • 5. 4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; 5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang- wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional; 6. penyiksaan; 7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; 8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; 9. penghilangan orang secara paksa; atau 10. kejahatan apartheid. (Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM) Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM) Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM) Tubuh dan seksualitas perempuan adalah suatu hak yang independen dan menjadi hak perempuan sepenuhnya. Moralitas perempuan tidak dapat dinilai dari sudut pandang laki-laki. Menurut Perspektif Feminis, pornografi adalah grafis yang secara seksual menggambarkan perempuan secara eksplisit melalui gambar atau kata dengan aspek dehumanisasi sebagai objek seks yang menikmati penghinaan, perkosaan atau serangan seksual lainnya, mereduksi perempuan pada bagian-bagian tubuh tertentu yang menjadi fokus tontonan. Nurul Arifin artis sekaligus aktivis perempuan ini menyoroti RUU APP secara jelas memindahkan ancaman pidana dari pelaku industri pornografi dan seks kepada perempuan yang mana perempuan justru adalah korban. Telah dibuktikan rekruitmen perempuan menjadi pekerja seks komersial banyak dilakukan melalui tipu daya dan kekerasan. Demikian terungkap dalam semiloka tentang RUU APP yang diselenggarakan Sub Komisi Hak Sipil & Politik Komnas HAM, di Hotel Grand Istana Rama Kuta ( 27 hingga 28/3).
  • 6. Menurutnya, RUU ini jelas melecehkan dan mendegradasikan perempuan, dan mendorong perilaku seks yang tidak aman, serta mendorong orang aktif untuk melakukan hubungan seks dengan tidak bertanggung jawab sseja dini, dan bertentangan dengan agama. Ia menegaskan RUU APP sangat menyalahkan tubuh perempuan karena mempunyai bentuk tubuh yang menonjol seperti payudara dan bakong. Tubuh perempuan sebagai sumber malapetaka sehingga birahi laki-laki harus dilindungi. “Banyaknya perda yang mengatur tentang perempuan dan kesusilaan, perempuan yang sering dilecehkan dalam aturan ketenaga kerjaan, yang jelas lebih menguntungkan perusahaan jasa ketimbang tenaga kerja perempuan. Sementara pada negara di Timur Tengah yang mengatur cara perempuan berpakaian, justru angka pelecehan seksual dan kekerasan pada perempuan cukup tinggi, dimana tubuh perempuan acap di politisasi untuk kepentingan laki-laki,” jelasnya. Ia pun sangat penyayangkan sedikitnya suara perempun yang menyuarakan aspirasi mereka untuk menolak RUU APP ini, karena jelas mereka belum membaca dan mempelajari isi dari RUU APP itu sendiri. Sementara menurut Koesparmono Irsan anggota Komnas HAM Pornografi adalah isu gender, maka jelas pornografi erat dengan eliminasi terhadap hak-hak perempuan. Dalam pronografi perempuan tidak ditempatkan sebagai manusia yang dilindungi hak-haknya. RUU jelas memeberantas seksualitas perempuan. Secara idilogis dan konseptual ada perbedaan anatra pornografi dan erotika, namun dalam RUU pemahaman keduanya dicapur aduk dan tidak jelas. Komnas Ham perempuan dengan tegas menolak RUU APP karena, penggagas RUU tidak memiliki dasar filosofis yang kuat, tak menghargai budaya lokal dan tidak faham budaya Indonesia. Dalih untuk melindungi perempuan dan anak justru tidak kena sasarannya, konsep yangt idak jelas sehingga menimbulkan interpertasi yang berbeda- beda. RUU APP akan berdampak negatif pada aspek sosial budaya hendak dijadikan monokultur, dalam aspek ekonomi terpuruknya pariwisata yang akan menguragi jumlah devisa dan pajak, dari aspek hukum UU sebagai dasar polisi untuk bertindak sudah ada yaitu UU penyiaran, UU Pokok Pers, UU Perfilman dan KUHP, dari segi politik, akan memunculkan keresahan beberapa daerah dan dapat terjadi disintergrasi. RUU APP jelas melanggar UUD 1945 , pasal 28 tentang HAM, pasal 29 tentang beragama dan pasal 32 tentang Kebebasan Ekspersi budaya. “ Malaysia saja yang negara syariat Islam tidak mempunyai UU APP, tetapi menuangkan dalam KUHP mereka,” ucapnya retorik. Dalam sebuah dokumen peratuan tenatng HAM yang di buat oleh kota Menneapolis di Amerika Serikat, pronografi didefinisikan sebagai, bentuk subordinasi perempuan secara grafik dan eksplisit bersifat seksual baik emalui gambar atau kata yang mencakup, perempuan digambarkan secara tidak manusiawi sebagai obyek, barang atau komoditi seksual, perempuan digambarkan sebagai obyek seksual yang menikmati arsa sakit dan penghinaan, perempuan yang digambarkan sebagai obyek seksual yang diikat atau disakiti secara fisik, perempuan yang digamarkan dalam psotur tubuh yang menunjukkan penundukan seksual, bagian-bagian tubuh perempuan yang dipamerkan sedemkian rupa sehingga perempuan direduksi menjadi bagian-bagian tubuh tersbut, perempuan yang digambarkan dalam skenario yang menunjukkan penghinaan, penyiksaan, kotor,
  • 7. kesakitan yang besifat seksual. Definisi ini berdasarkan kajian industri pornografi di berbagai pelosok dunia. RUU APP MELANGGAR HAK ASASI MANUSIA Instrumen pokok hukum nasional di bidang HAM adalah UUD 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999. RUU APP jelas sudah melanggar HAM baik HAM sipil, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Pasek Diantha pelanggaran dalam bidang sipil, dalam pasal 4,5,6,9 RUU APP melarang kebebasan berekpresi di bidang seni, dimana Pasal 12 UU No. 39 tahun 1999, ada perlindungan hukum pada bakat pribadi seniman. “Dalam lontar seks seperti Kama Sutra, Cerat Centini, tantra menggambarkan hubungan seks bernilai luhur suami istri. Buku tersebut sering menjadi sumber pengarang untuk membuat tulisan, dan karya itu dianggap pornografi,” tandasnya. Pelanggaran dalam bidang Ekonomi, dipastikan beberapa pihak akan kehilangan pendapatan yang terkait dengan peyelenggara pameran luksian, pihak pelukis sendiri, konsumen akan kehilangan kesempatan untuk memiliki lukisan. Seperti tertuang dalam pada pasal 12,13,14, 22, 23 RUU APP padahal hak itu dijamin dalam padal 27, 28 Deklarasi PBB 1948 dan Pasal13 UU No. 39 HAM. Pelanggaran HAM dalam bidang sosial, pada Pasal 24, 33 RUU APP telah menghilangkan hak sosial penyandang dana dan penyedia fasilitas, padahal hak itu dijamin dalam Pasal 16, Pasal 36 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 HAM. Pelanggaran HAM Bidang Budaya, dalam Pasal 4,5 dan 6, 25 dan 28 RUU APP. Dikaitkan dengan kondisi di lapangan maka larangan tersebut antara lain, perempuan yang berjemur menggunakan bikini di pantai, perempuan menggunakan rok mini dan celana pendek di jalanan, penari India yang keliatan pusarnya, perempuan yang mandi di sungai, penari dansa, penari joged, janger, sanghyang dan lainnya. .Jadi dapat disimpulkan larangan berkesenian di bidang sastra, lukis, tari, audio, dan lainnya, serta larangan berpakaian. “Jika dikaitkan dengan HAM Budaya, kesenian merupakan bagian dan kebudayaan. Sementara larangan menari sensual yang bersifat sakral merupakan pelanggaran kebebasan beragama dalam melakukan ibadah agama Hindu di Bali yang kerap menyertakan tari sakral,” tegasnya. KELEMAHAN RUU APP Pasek Diantha menjelaskan RUU APP ini memiliki kelemahan antara lain penggunaan bahasa yang tidak jelas sehingga menimbulkan norma kabur, pengertian pronografi dimulai dnegan kata substansi dan bukan dengan kata perbuatan seperti yang digunakan dalam definisi pornoaksi. Substansi bukan merupakan perilaku orang, tetapi perbuatan memang merupakan perilaku orang sehingga orang yang perbuatan pornoaksi dapat dihukum. Sementara pornografi tidak bisa karena ia benda bukan perilaku orang. Demikian juga kata menyebar luaskan tidak digunakan intens tapi diganti dengan kata menyiarkan.mempertontonkan, menempelkan, memperdagangkan. Lemah dalam struktur norma, rumusan larangannya ditaruh di depan dan rumusan sanksi diatur dibelakang. “Hal ini kurang praktis karena orang tidak bisa segera tahu sanksi dari suatu perbuatan
  • 8. yang dilarang,” ucapnya. Larangan pronografi dan pornaksi sudah ada dalam KUHP berupa delik kesusilaan, sehingga tidak perlu lagi RUU APP. Kegagalan membentuk standar umum tingkah laku. Sebuah UU yang terlalu banyak induksinya ( pengecualian) akan mengalami anomali karena pendukung induktif akan lebih banyak dari pendukung deduktif UU dan jelek kualitasnya. Kegagalan memiliki sifat Publik. “RUU APP ternyata menabrak nilai-nilai moral lokal di bidang bekesneian, berpakaian dan bertingkah laku,” ucapnya bersemangat. Sementara menurut Wayan P. Windia RUU APP mengambil sistem sapu bersih, tanpa membedakan budaya, sementara Hukum adat di Bali menggunakan parameter runag waktu, kesucian dan ke%@!#$&akaan dalam keseimbangan buana agung dan buana alit secara sekala niskala dalam memandang yang mana dikatakan porno dan tidak. Orang Bali tidak memperdulikan foto, lukisan dan lainnya sepanjang tidak dilakukan di tempat suci dan diyakini tiak memepengaruhi keseimbangan buana agung dan buana alit. Itu sebabnya orang Bali menolak RUU APP ini karena dianggap mengabaikan dan menabrak norma adat dan hukum adat Bali yang dijiwai agama Hindu, sebagai salah satu kasanah budaya bangsa. Sedangkan menurut Ida Pedanda Sebali agama yang baik adalah agama yang berprikemanusiaan. RUU APP jelas sudah tidak menempatkan keaneka ragaman kasanah budaya bangsa. Pemangkasan pada daya hasil cipta dan kreasi dalam berkesenian dan berbudaya . Dari hasil semiloka ini disimpulkan bahwa RUU APP menjadi alat diskriminasi terhadap keragaman agama dan adat istiadat masyarakat selain menjadi alat kriminalisasi pada perempuan dan anak. Akhirnya peserta lokakarya menyatakan sikap bahwa Presiden RI harus meminta DPR untuk mengehntikan pembahasan RUU APP untuk menghindari diskriminasi pada warga negaranya, DPR lebih memfokuskan diri dan melibatkan masyarakat dalam perumusan legisasi tersebut melalui Referendum agar DPR tidak lagi membuat RUU yang tidak relevan, Komnas HAM harus membuktikan diri sebagai lembaga yang independen HAM dengan mendesak Pemerintah dan DPR untuk menghentikan pembahasan RUU APP karena sangat bertentangan dengan prinsip dasar HAM, masyarakat Bali dengan tegas menolak RUU APP dengan segala revisinya tanpa terkecuali. –ast