Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah.
Program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
1. Fraktur Femur Sinistra
LAPORAN INTRA OPERASI
Tanggal : 23 Maret 2010
Nama pasien : Tn.S
No CM : 107820
Ruang : S
Diagnosa : Fraktur Femur Sinistra
Tindakan operasi : ORIF
PERSIAPAN PASIEN
A. Pemasangan alat elektromedik
Bed Side Monitor : Terpasang saturasi dan tensi meter
Arde : Terpasang di kaki
Fiksasi : Terpasang di kedua ekstremitas atas
Pemakaian couter : Ya
Penggunaan suction : Ya
Obat Pre Anestesi : Ondansentron 25 mg, fentanil 50mg,
Induksi : Recovol, ketorolak 1, Halotan face mask
Posisi pasien : Supinasi
TD : 100/80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR :120x/menit
Suhu :37 C
B. Petugas pembedahan
Operator : Dr. I
Asisten : T
Instrumen : I
Sirkuler : A
C. Persiapan Alat :
Instrumen Instrumen Tambahan
Basic set : Slang suction
Bengkok 1 Benang cide 2/0, cromik 0, dexon(surgicryl)
Nailpuder 2 Jarum tapper dan silinder
Klem arteri bengkok
10
Bisturi 22
Kom 2 Duk sedang 2
Skapel 2 Duk lobang 1
Kooker 6 Duk kaki 1
Gunting jaringan 2 Bor
Gunting benang 2 Mata bor
Pinset anatomis 2 Respatrium
Pinset srirugis 2 Nagle tang
Klem arteri lurus 10 Cobra
Pinset srilugis manis 1 Kuret
2. Wound hakgigi 2 Reduction
Elize 2 Drifer
Ohak 2 Bone klem
Duk klem 5 Hak besar
Langen hak 2 Tang
Kanul section 1 Pengukur
Klem ovarium 2 Baut
Plat
D. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No. Tindakan
1 Memposisikan pasien supinasi dan mengfiksasi
2 Melepas bidai dengan gunting
3 Memasang perlak dibawah area operasi
4 Mencuci tangan steril dengan handiscrab dan air mengalir
5 Memakai jas operasi
6 Memakai handscone steril
7 Disinfeksi daerah operasi mulai dengan handiscrub kemudian
dikeringkan memakai kasa, diteruskan dengan alkohol kemuadian
dikeringkan memakai kasa dan yang terakhir adalah dengan batadine.
8 Penutupan area operasi (draping) dengan duk besar lobang 1, duk
tanggung rapat 2 dan duk kaki 1, kemudian dirapihkan dan difiksasi
mengunakan duk klem.
9 Insisi lokasi operasi femur lateral sinistra 1/3 distal mulai dari kulit-
subcutis menggunakan bisturi No.22.
10 Menghentikan perdarahan dengan menggunakan cutter.
11 Menggunting facia dengan gunting jaringan.
12 Memperjelas area pandang operasi dengan menyedot perdarahan
menggunakan suction
13 Mengedep perdarahan dengan kasa kering
14 Memasang hak besar
15 Memisahkan /diseksi otot dengan tulang dengan menggunakan
respatrium
16 Mengambil jaringan tulang yang tak berfungsi dengan nagle tang
17 Mencari ujung kedua tulang yang patah
18 Memasang cobra
19 Menyatukan ke-2 ujung tulang yang patah dengan bon klem
21 Kuretase tulang dengan kuret
22 Memasang reduction ditengah-tengah ujung tulang yang patah
23 Memasang plat tulang
24 Mengebor tulang sesuai jumlah lubang pada plat dan mengukur
kedalaman lubang.
25 Membuat lubang untuk masuk baut
25 Memasang baut sejumlah lubang yang ada dengan menggunakan scrub
driver
26 Setelah baut terpasang semua bersihkan area opersi dengan NACL
27 Disinfeksi luka operasi dengan betadine
3. 28 Memasang drain dengan NGT No.18
29 Menjahit facia jarum dalam dan benang dexon
30 Menjahit sub cutis dengan benang cromik no.0
31 Menjahit kulit dengan jarum luar dan benang cide N0.2/0
32 Membersihkan luka operasi dengan NACL
33 Disinfeksi luka operasi dengan betadine dan kasa steril
34 Menutup luka dengan kasa steril rangkap 2
35 Memasang sofban
36 Mengitung instrument bekas operasi
37 Menghitung kasa bekas operasi
38 Membersihkan dan merapihkan alat
39 Memindahkan pasien ke Bed
40 Mendokumentasikan di status pasien
2.2 REPOSISI
Definisi
penempatan kembali ke posisi semula
penataan kembali posisi yg ada
penempatan ke posisi yg berbeda atau baru
2.2.1 TRAKSI
Definisi
Traksi adalah Penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh yang dilakukan dengan
member beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot.
Axis traksi : Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetri
Traksi elastic : Traksi dengan tenaga elastik atau dengan menggunakan bahan elastik
Traksi skeletal : Traksi yang dipasang secara langsung pada tulang panjang dengan
menggunakan pen, kawat dll
4. Traksi kulit : Traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan alat yang dilekatkan dengan
membalutkan ke permukaan tubuh.
a. Prinsip : Penetralan kekuatan memendek otot pada daerah yang patah dan membidai tulang
yang patah dengan kekuatan otot.
b. Keuntungan : Mudah, cepat terjadi pembentukan kalus.
c. Kerugian : Pasien harus berada di tempat tidur dalam waktu yang lama ( hati-hati
pneumonia, trombosis ) bila tidak dipantau dengan baik, dapat juga terjadi infeksi pin
penjepit.
Macam - Macam Traksi
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak
iliaka.
2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan
untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme
otot
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa
dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk
terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan
vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen,
dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai
bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau
lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat
dilatih secara aktif.
Tujuan
Ø Untuk meminimalkan spasme otot
Ø Untuk Mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh
5. Ø Untuk Mengimobilisasi Fraktur
Ø Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
Indikasi
1) Nyeri dan Spasme Otot
2) Hipomobilitas yang Reversibel
a) Keterbatasan Gerak yang Progresif
3) Imobilisasi yang Fungsional
Traksi digunakan pada berbagai macam fraktur, indikasi traksi antara lain adalah :
1. Traksi rusell,Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato
tibia
2. Traksi buck
Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut
pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
3. Traksi DunlopTraksi Dunlop
merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksihorizontal diberikan pada humerus dalam posisi
abduksi, dan traksivertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi fleksi
4. Traksi kulit Bryani
Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang
paha
5. Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
pemoralis orang dewasa
6. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 diindikasikan pada penderita fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn
sampai dewasa muda (Barbara, 1998)
Kontra indikasi
1) Hipermobilitas
2) Efusi Sendi
3) Inflamasi
4) Fraktur humeri dan osteoporosis
Komplikasi
1. Dekubitus
2. Kongesti Paru dan Pneumonia
3. Konstipasi dan Anoreksia
6. 4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
5. Trombosis Vena Profunda
Persiapan alat:
Skin traksi kit
k/p pisu cukur
k/p balsam perekat
k/p alat rawat luka
katrol dan pulley
beban
K/p Bantalan conter traksi
k/p bantal kasur
gunting
bolpoint untuk penanda/ marker
Persiapan alat pada traksi kulit :
o Bedak kulit
o Kom berisi air putih
o Handuk
o Sarung tangan bersih
Persiapan alat pada traksi skeletal :
o Zat pembersih untuk perawatan pin
o Set ganti balut
o Salep anti bakteri (k/p)
o Kantung sampah infeksius
o Sarung tangan steril
o Lidi kapas
o Povidone Iodine (k/p)
o Kassa steril
o Piala ginjal
o Bantal keras (bantal pasir )
Persiapan Pasien
7. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Prosedur
Pre Interaksi
Menjelaskan prosedur tindakan, komplikasi tindakan pada pasien
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
Interaksi
k/p beri balsam perekat
Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara
simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
Masukkan tali pada pulley katrol
Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k/p pasang bantalan conter traksi atau bantal penyangga kaki
Terminasi
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila ada
keluhan
Buka tirai/ pintu
Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan
Sarung tangan dilepas
Mencuci tangan
Cara melakukan traksi :
1. Traksi kulit
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini
tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin
diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah
hancur dengan pin tulang.
8. Indikasi untuk traksi kulit
a).Anak-anak
b).Traksi temporer - hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
c).Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5 kg
d).Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
Kontra indikasi
nekrosis kulit,
obstruksi vaskuler,
oedem distal,
serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Interaksi
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
oleskan benzoin tinktur pada kulit dengan letakkan bilah papan pada kadua sistem
ekstremitas sampai garis patahan tulang
Balut dengan krep secara spiral ( jangan sekali-kali buat balutan melingkar dari bilah
perekat.
Lekatkan sebuah pita kebilah papan menggunakan sepotong kayu. Hati-hati: jangan
membalut sampai ke proksimal garis patahan kontrol peredaran darah dan keadaan kulit
secara teratur. Pemberat traksi tidak boleh lebih dari 5 kg.
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan
ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
2. Traksi tulang
Indikasi Traksi Tulang
a).Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
b).Kerusakan kulit membutuhkan dressings
c).Jangka panjang Desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi local
Kontra Indikasi
9. Anak
Interaksi
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi
yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Insisi kulit dengan skapel
Masukkan pin stein man (2-4 mm) atau kawat kirschner (2 mm) mulai pada sisi yang sulit
(femur dan kalkaneus dari sisi medial, tibia dari sisi lateral), insisi kulit kedua pada sisi
kontralateral dan masukkan pin melalui kulit
Fiksasi pin dengan menggunakan sanggurdi Bohler dengan pin penempel tomas
Pasang pemberat traksi (numerus 2,5 %, femur 10-15 %, tibia 5 % atau 1/7 dari berat badan)
Disekeliling lempeng dibalut dengan balutan steril tutup ujung runcingnya. Perhatikan :
kontrol arah optimal traksi dan lubang pin setiap hari, kurangi beban traksi jika patahan
tulang keluar. Mulai lakukan fisioterapi dini.
Terminasi
Lepas sarung tangan
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur
selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
Komplikasi
Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang berlebihan.
Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia.
Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf.
Dx Keperawatan
1. Risiko cedera b.d imobilitas dan alat traksi.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan muskulskeletal.
3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d imobilitas.
4. Risiko tinggi kerusakan b.d imobilisai, alat traksi.
10. 2.2.2 GIPS
Definsi
Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris , dan
dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa
batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh
tempat gips di pasang (brunner & sunder, 2000)
gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan
mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999).
Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di
alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
Tujuan pemasangan gips
1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi
2. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi
3. Koreksi cacat tulang
4. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
5. Mengoreksi deformitas
Indikasi
1. pasien dislokasi sendi
2. fraktur
3. penyakit tulang spondilitis TBC
4. pasca operasi
5. skliosis
6. spondilitis TBC, dll
Kontra Indikasi
11. 1) Fraktur terbuka.
Persiapan Alat
Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips:
1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
3. Baskom berisi air hangat
4. Gunting perban
5. Bengkok
6. perlak dan alasnya
7. waslap
8. pemotong gips
9. kasa dalam tempatnya
10. alat cukur
11. sabun dalam tempatnya
12. Handuk
13. krim kulit
14. spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
15. padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
Persiapan pasien
1. siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan
2. siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips
3. daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian
dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
4. sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter
selama prosedur
Prosedur pemasangan Gips
Pre Interaksi
Menjelaskan prosedur tindakan, komplikasi tindakan pada pasien
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi pasien
Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan digips.
12. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan digips dalam posisi yang ditentukan selama
prosedur pemasangan gips.
Pasang duk pada pasien.
Cuci dan keringkan bagian yang akan digips.
Interaksi
Pasang bahan rajutan (nis:stokinet) pada bagian yang akan digips. Pasang dengan cara yang
halus dan tidak mengikat. Boleh juga memakai bahan lain.
Balutan gulungan tanpa rajutan dengan rata dan halus sepanjang bagian yang digips.
Tambahkan bantalan didaerah tonjolan tulang dan paha jalur saraf.
Pasang gips atau material sintesis secara merata pada bagian tubuh. Pilih lebar bahan yang
sesuai. Timpa bahan sekitar setengah lebarnya. Lakukan dengan gerakan yang
berkesinambungan agar tejaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh. Pergunakan bahan
gips tambahan (bidai) pada sendi dan pada titik stes pada gips yang diperkirakan .
Selesaikan gips:
- Haluskan tepinya.
- Potong dan bentuk dengan pemotong gips atau cuter.
Bersihkan partikel gips dari kulit.
Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan .
Pasang gips yang sedang dalam proses pengerasan dengan telapak tangan; jangna diletakan
pada permukaan keras atau pada tepi tajam; hindari tekanan pada gips.
Terminasi
Rapikan pasien
Rapikan alat
Cuci tangan
dokumentasi
Pelepasan gips
Alat yang di gunakan untuk pelepasan gips
1. Gergaji listrik/pemotong gips
2. Gergaji kecil manual
3. Gunting besar
4. Baskom berisi air hangat
5. Gunting perban
6. Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka
13. 7. Sabun dalam tempatnya
8. Handuk
9. Perlak dan alasnya
10. Waslap
11. Krim atau minyak
Prosedur pelepasan gips
Pre interaksi
1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2. Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit
3. Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik
Interaksi
1. Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips
2. Potong bantalan gips dengan gunting
3. Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas
4. Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak
5. Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktifitas tubuh sesuai program terapi
6. Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika perlu
untuk mengontrol pembengkakan
Terminasi
1. Rapikan pasien
2. Rapikan alat
3. Cuci tangan
4. Dokumentasi
Dx Keperawatan
1) Kurangnya pengetahuan mengenai program pengobatan
2) Nyeri yang berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gips
4) Kurang perawatan diri : makan,mandi/higiene,berpakian /berdandan, atau toileting karena
keterbatasan mobilitas
5) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan laserasi dan abrasi
6) Potensial perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan respon fisiologik thd
cedera/gips