Dokumen tersebut membahas tentang definisi, tujuan, manfaat, prinsip, jenis, dan teknik pembalutan. Pembalutan digunakan untuk melindungi luka, menahan bagian tubuh, dan memberikan tekanan pada area cedera. Ada berbagai jenis bahan dan teknik pembalutan yang digunakan tergantung lokasi dan jenis cedera.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pembalutan dalam pertolongan pertama gawat darurat. Pembalutan digunakan untuk menyangga bagian tubuh yang cidera, mencegah pergeseran dan pembengkakan, serta menutup luka. Mitella adalah salah satu jenis pembalut yang berbentuk segitiga dan dapat digunakan untuk menyangga berbagai bagian tubuh seperti kepala, tangan, dada.
Pembalut segi tiga digunakan untuk mengampu dan menahan pendarahan bahagian tubuh yang cedera, dan boleh diubahsuai menjadi pelbagai bentuk seperti pembalut lebar, kecil, pad bulatan, pelapik, dan anduh untuk memanjat dan melindungi anggota tubuh yang cedera.
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik-teknik pembalutan luka yang meliputi berbagai bagian tubuh seperti kepala, tangan, siku, dada, perut, dan kaki. Teknik-teknik tersebut mencakup cara meletakkan pembalut, membuat lilitan silang, dan mengikat ujung pembalut untuk mengontrol perdarahan dan memberikan kesejahteraan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, tujuan, manfaat, prinsip, jenis, dan teknik pembalutan. Pembalutan digunakan untuk melindungi luka, menahan bagian tubuh, dan memberikan tekanan pada area cedera. Ada berbagai jenis bahan dan teknik pembalutan yang digunakan tergantung lokasi dan jenis cedera.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pembalutan dalam pertolongan pertama gawat darurat. Pembalutan digunakan untuk menyangga bagian tubuh yang cidera, mencegah pergeseran dan pembengkakan, serta menutup luka. Mitella adalah salah satu jenis pembalut yang berbentuk segitiga dan dapat digunakan untuk menyangga berbagai bagian tubuh seperti kepala, tangan, dada.
Pembalut segi tiga digunakan untuk mengampu dan menahan pendarahan bahagian tubuh yang cedera, dan boleh diubahsuai menjadi pelbagai bentuk seperti pembalut lebar, kecil, pad bulatan, pelapik, dan anduh untuk memanjat dan melindungi anggota tubuh yang cedera.
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik-teknik pembalutan luka yang meliputi berbagai bagian tubuh seperti kepala, tangan, siku, dada, perut, dan kaki. Teknik-teknik tersebut mencakup cara meletakkan pembalut, membuat lilitan silang, dan mengikat ujung pembalut untuk mengontrol perdarahan dan memberikan kesejahteraan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan definisi dan faktor-faktor kepatahan tulang, tanda-tanda patah tulang, dan rawatan dasar untuk beberapa jenis kecederaan tulang seperti patah tangan, lengan, kaki, dan lutut. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara-cara menggunakan pembalut dan anduh untuk menghentikan gerakan anggota badan yang tercedera.
Cedera sistem otot rangka dapat berupa patah tulang, urai sendi, terkilir otot atau sendi. Pertolongan pertamanya meliputi penilaian awal, menstabilkan bagian yang terluka, membersihkan luka, membidai untuk mencegah gerakan berlebihan, dan merujuk korban ke fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis dan cara pembalutan luka, termasuk tujuan dan alat yang digunakan. Beberapa jenis pembalut yang dijelaskan adalah kain kasa steril, pembalut cepat, pembalut gulung, dan kain segitiga. Dokumen ini juga menjelaskan cara pemasangan pembalut secara umum dan khusus untuk berbagai bagian tubuh.
Dokumen ini membahas lima jenis balutan anduh untuk berbagai bagian tubuh seperti lengan, kepala, lutut, pergelangan tangan, dan tapak kaki. Setiap jenis balutan dijelaskan cara pemasangannya secara rinci mulai dari posisi kain, cara melipat dan mengikatnya dengan ikatan buku sila.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang latihan mengenalpasti dan mengendalikan kes kepatahan tulang bagi para pemandu. Ia menjelaskan objektif utama latihan tersebut adalah untuk mengenalpasti gejala kepatahan, cara mengendalikan mangsa, dan rawatan kecemasan termasuk menggunakan peralatan seperti splint. Dokumen ini juga mendefinisikan kepatahan tulang dan punca-punca kepatahan serta menyenara
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai pembalutan (bandaging) untuk jururawat, termasuk definisi pembalut, jenis-jenis pembalut dan jenis pembalutan, prinsip-prinsip pembalutan, tanggungjawab jururawat, tujuan pembalutan, dan prosedur pembalutan dasar.
Modul 1 memberikan pengenalan dasar tentang bantuan kecemasan, yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah keadaan memburuk, dan mengurangkan kesakitan korban sampai bantuan medis tiba. Prinsip utama adalah hanya memberikan bantuan jika memiliki pengetahuan dan kemahiran yang tepat, atau sebaliknya segera mencari bantuan medis. Kotak pertolongan cemas berisi peralatan dasar untuk memberikan rawatan
Dokumen ini memberikan panduan untuk memberikan bantuan pada luka ringan seperti luka kecil, lebam, dan terseliuh. Langkah-langkahnya meliputi membersihkan, mengoleskan antiseptik atau obat luka, membalut dengan kain bersih, dan merehatkan anggota badan yang terluka.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa jenis kecederaan ringan seperti lecur, terseliuh, luka lecet, dan lebam beserta cara merawatnya. Kecederaan ringan tersebut dapat terjadi akibat terdedah haba, bahan kimia, listrik, sinaran, atau geseran dan dapat dirawat dengan mendinginkan, membersihkan, dan membalut area yang terluka.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis cedera sistem otot rangka seperti fraktur, dislokasi, strain, dan sprain beserta penyebabnya. Dokumen tersebut juga menjelaskan gejala, jenis patah tulang, prinsip pembidaian, dan tujuan pembalutan untuk mencegah pergerakan bagian tubuh yang tercedera.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan definisi dan faktor-faktor kepatahan tulang, tanda-tanda patah tulang, dan rawatan dasar untuk beberapa jenis kecederaan tulang seperti patah tangan, lengan, kaki, dan lutut. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara-cara menggunakan pembalut dan anduh untuk menghentikan gerakan anggota badan yang tercedera.
Cedera sistem otot rangka dapat berupa patah tulang, urai sendi, terkilir otot atau sendi. Pertolongan pertamanya meliputi penilaian awal, menstabilkan bagian yang terluka, membersihkan luka, membidai untuk mencegah gerakan berlebihan, dan merujuk korban ke fasilitas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis dan cara pembalutan luka, termasuk tujuan dan alat yang digunakan. Beberapa jenis pembalut yang dijelaskan adalah kain kasa steril, pembalut cepat, pembalut gulung, dan kain segitiga. Dokumen ini juga menjelaskan cara pemasangan pembalut secara umum dan khusus untuk berbagai bagian tubuh.
Dokumen ini membahas lima jenis balutan anduh untuk berbagai bagian tubuh seperti lengan, kepala, lutut, pergelangan tangan, dan tapak kaki. Setiap jenis balutan dijelaskan cara pemasangannya secara rinci mulai dari posisi kain, cara melipat dan mengikatnya dengan ikatan buku sila.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang latihan mengenalpasti dan mengendalikan kes kepatahan tulang bagi para pemandu. Ia menjelaskan objektif utama latihan tersebut adalah untuk mengenalpasti gejala kepatahan, cara mengendalikan mangsa, dan rawatan kecemasan termasuk menggunakan peralatan seperti splint. Dokumen ini juga mendefinisikan kepatahan tulang dan punca-punca kepatahan serta menyenara
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai pembalutan (bandaging) untuk jururawat, termasuk definisi pembalut, jenis-jenis pembalut dan jenis pembalutan, prinsip-prinsip pembalutan, tanggungjawab jururawat, tujuan pembalutan, dan prosedur pembalutan dasar.
Modul 1 memberikan pengenalan dasar tentang bantuan kecemasan, yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah keadaan memburuk, dan mengurangkan kesakitan korban sampai bantuan medis tiba. Prinsip utama adalah hanya memberikan bantuan jika memiliki pengetahuan dan kemahiran yang tepat, atau sebaliknya segera mencari bantuan medis. Kotak pertolongan cemas berisi peralatan dasar untuk memberikan rawatan
Dokumen ini memberikan panduan untuk memberikan bantuan pada luka ringan seperti luka kecil, lebam, dan terseliuh. Langkah-langkahnya meliputi membersihkan, mengoleskan antiseptik atau obat luka, membalut dengan kain bersih, dan merehatkan anggota badan yang terluka.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa jenis kecederaan ringan seperti lecur, terseliuh, luka lecet, dan lebam beserta cara merawatnya. Kecederaan ringan tersebut dapat terjadi akibat terdedah haba, bahan kimia, listrik, sinaran, atau geseran dan dapat dirawat dengan mendinginkan, membersihkan, dan membalut area yang terluka.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis cedera sistem otot rangka seperti fraktur, dislokasi, strain, dan sprain beserta penyebabnya. Dokumen tersebut juga menjelaskan gejala, jenis patah tulang, prinsip pembidaian, dan tujuan pembalutan untuk mencegah pergerakan bagian tubuh yang tercedera.
Dokumen tersebut membahas tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang merupakan upaya pertolongan sementara untuk korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan medis lebih lanjut. Dibahas pula tahapan memberikan P3K, teknik-tekniknya seperti pembalutan, bidai, dan evakuasi, serta kesalahan yang sering terjadi dalam memberikan P3K.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur cruris (tulang kering) yang merupakan terputusnya kontinuitas tulang tibia dan fibula yang dapat terjadi akibat trauma, gerakan pintir, atau kondisi patologis seperti osteoporosis. Dibahas pula jenis, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian, dan diagnosis keperawatan pasien fraktur cruris.
Fraktur femur adalah patah tulang paha yang disebabkan trauma atau osteoporosis. Gejalanya berupa nyeri hebat pada paha, tak mampu berjalan, dan bengkak. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat analgesik, pemasangan traksi, dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi. Keperawatan meliputi mengurangi nyeri, mencegah komplikasi, dan memberikan edukasi kepada pasien.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis patah tulang dan cara penanganannya, mulai dari definisi fraktur dan dislokasi, gejala umum fraktur, jenis fraktur terbuka dan tertutup, serta cara pembalutan dan pembidaian pada berbagai bagian tubuh seperti kepala, leher, tangan, kaki, panggul dan tulang belakang.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur. Dokumen ini menjelaskan definisi dan jenis fraktur, etiologi, manifestasi klinis, prinsip penatalaksanaan secara konservatif dan operatif, diagnosa dan intervensi keperawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang mekanika tubuh dan ambulasi, yang mencakup pergerakan dasar tubuh seperti berjalan, berjongkok, menarik, dan mengangkat. Juga dibahas posisi-posisi pasien di rumah sakit seperti Fowler, Sim, dan Trendelenburg. Prinsip ambulasi pasien harus memperhatikan keselamatan dengan bantuan yang memadai dan menjaga postur tubuh yang benar.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) kepada anak-anak. Ia menjelaskan arti P3K, tujuannya, pedoman pelaksanaannya, peralatan yang dibutuhkan, langkah-langkah pertolongan dasar seperti memeriksa kesadaran, pernafasan, denyut nadi korban, dan perawatan luka awal. Dokumen tersebut juga menjelaskan teknik pembalutan
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi pramuka, termasuk cara memberikan pertolongan pada korban yang berhenti bernafas, korban sengatan listrik, korban pendarahan parah, dan korban shok. Juga dibahas tentang cara memberikan pertolongan pada korban patah tulang, jenis-jenis pembalut dan teknik pembalutan, serta pentingny
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Balut bidai
1. A.DEFINISI
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cidera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator
/imobilisator.
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota tubuh yang dirsakan
cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan rasa nyeri ( Muriel Steet ,1995
).
Balut bidai adalah suatu cara untuk menstabilkan /menunjang persendian dalam
menggunakan sendi yang benar /melindungi trauma dari luar ( Barbara C, long ,1996 )
B.TUJUAN PEMBIDAIAN
1.Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2.Mempertahankan posisi yang nyaman.
3.Mempermudah transportasi organ.
4.Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
5.Mempercepat penyembuhan.
C.INDIKASI PEMBIDAIAN
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan
1.Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.
2.Adanya kecurigaan adanya fraktur.
3.Dislokasi persendian
Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh diluruskan.
1.Pasien merasakan tulangnya terasa patah /mendengar bunyi “krek”
2.Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat /mngalami angulasi abnormal.
3.Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cidera
4.Posisi ekstremitas yang abnormal
5.Memar
6.Bengkak
7.Perubahan bentuk
8.Nyeri gerak aktif dan pasif
9.Nyeri sumbu
10.Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang
mengalami k. cidera (krepitasi )
11.Fungsiolaesa
12.Perdarahan bisa ada /tidak.
13.Hilangnya denyut nadi /rasa raba pada distal lokasi cidera.
14.Kram otot sekitar lokasi cidera.
D.KONTRA INDIKASI
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilkan. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat
2. pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah
sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
E.JENIS PEMBIDAIAN :
1.Tindakan pertolongan sementara
a.Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit
b.Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
c.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih berat.
d.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik dasar
pembidaian
2.Tindakan pertolongan definitif
a.Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RS
b.Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan alat
dan bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah terlatih.
F.JENIS-JENIS BIDAI
1.Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam kesdaan
darurat.kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang mempunyai syarat dilapangan.
Contoh;bidai kayu
2.Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan berfariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3.Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk
menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh :majalah ;koran .karton.
4.Gendongan /belat dan bebat: Pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya
dipakai misalnya dan memanfaatkan tubuh penderita ebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cidera.
G.PROSEDUR DASAR PEMBIDAIAN.
1.Persiapan penderita
a.Menenangkan penderita ,jelaskan bahwa akan memberikan pertolongan.
b.Pemeriksaan mencari tanda fraktur /dislokasi
c.Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
d.Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan /memindahkan korban jika
keadaan tidak mendesak.
e.Jika ada luka terbuka tangani segera luka dan pendarahan dengan menggunakan cairan
antiseptik dan tekan perdarahan dengan kassa steril
f.Jika mengalami deformitas yang berat dan adanya gangguan pada denyut nadi ,sebaiknya
dilakukan telusuran pada ekstremitas yang mengalami deformitas. Proses pelurusan harus
hati-hati agar tidak memperberat .
g.Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekan kkuku pada ekstremitas yang cedera dengan
3. ekstremitas yang tidak cedera secara bersamaan. Periksa apakah pengembalian warna
merah secara bersamaan /mengalami keterlambatan pada ekstremitas yang cedera.
h.Jika terjadi gangguan sirkulasi segera bawa ke RS
i.Jika terjadi edema pada daerah cedera ,lepaskan perhiasan yang dipakai penderita .
j.Jika ada fraktur terbuka dan tampak tulang keluar. Jangan pernah menyentuh dan
membersihkan tulang tersebut tanpa alat steril karena akan memperparah keadaan .
2.Persiapan alat
a.Bidai dalam bentuk jadi /bidai standart yang telah dipersiapkan
b.Bidai sederhana (panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan
dibidai )contoh :papan kayu, ranting pohon.
c.Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu) sebaiknya dibalut dengan bahan yang lebih
lembut (kain, kassa, dsb)
d.Bahan yang digunakan sebagai pembalut pembidaian bisa berasal dari pakaian atau
bahan lainnya. Bahan yang digunakan harus bisa membalut dengan sempurna pada
ekstremitas yang dibidai namun tidak terlalu ketat karena dapat menghambat sirkulasi.
H.TINDAKAN PELAKSANAAN PEMBIDAIAN
1.Pembidaian meliputi 2 sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah
dan diatas patah tulang .Contoh :jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus
bisa memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut
2.Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan
memaksa gerakan ,jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan apa adanya
3.Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan dapat dilakukan traksi,tapi jika
pasien merasakan nyeri ,krepitasi sebaiknya jangan dilakukan traksi, jika traksi berhasil
segara fiksasi,agar tidak beresiko untuk menciderai saraf atau pembuluh darah.
4.Beri bantalan empuk pada anggota gerak yang dibidai
5.Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur ,jangan mengikat tepat didaerah fraktur
dan jangan terlalu ketat